34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif, yakni metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Penelitian semacam ini
digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Filsafat postpositivisme sering
juga disebut sebagai paradigm interpretative dan konstruktif, yang memandang
realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Obyek alamiah yang
dimaksud adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dipengaruhi oleh peneliti
dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut (Sugiyono,
2009).
Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Bogdan dan Taylor (1975) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Williams (1995,
commit to user
dalam Moleong, 2007) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah,
dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide,
persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat
diukur dengan angka.
Penelitian kualitatif sedikitnya mempunyai empat dasar filosofis sebagai
berikut (Arikunto, 2006):
1.
Fenomenologis, yang berpendapat bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh
dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari onyek yang
diteliti. Apabila peneliti melakukan penangkapan secara profesional, maksimal
dan bertanggung jawab, maka akan dapat diperoleh variasi refleksi dari obyek.
Bagi obyek manusia, gejala dapat berupa mimik, pantomimik, ucapan, tingkah
laku, perbuatan, dan lain-lain. Tugas peneliti adalah memberikan interpretasi
terhadap gejala tersebut.
2.
Interaksi simbolik, yang merupakan dasar kajian sosial yang sangat berpengaruh
dan digunakan dalam penelitian kualitatif. Ahli penelitian kualitatif, Blumer
(1969) telah menyempurnakan pandangan interaksi simbolik dengan membagi
tiga prinsip arti simbol yang diberikan oleh responden. Ketiga prinsip atau
premis dimaksud adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
a. Dasar manusia bertindak adalah untuk memenuhi kepentingannya. Dalam
memberikan interpretasi tindakan atau fenomena, peneliti perlu sekali
mengetahui proses atau sekuensi dari tindakannya.
b. Proses suatu tindakan seseorang pada prinsipnya merupakan produk atau hasil
proses sosial ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Dalam
memberikan interpretasi gejala, peneliti harus tepat mempertimbangkan hasil
interaksi yang mempengaruhinya.
c. Manusia bertindak dipengaruhi oleh fenomena lain yang muncul lebih dulu
atau bersamaan. Oleh karena itu, peneliti perlu memperhatikan fenomena atau
gejala yang berkaitan dan mempengaruhi munculnya gejala tersebut.
3.
Kebudayaan sebagai sesuatu yang merupakan hasil budi daya manusia yang
mewujud dalam tingkah laku atau benda, bahasa, simbol, dan lain-lain.
Kebudayaan tersebut melingkupi manusia sehingga berpengaruh terhadap
perilaku dan tindakan manusia. Oleh karena itu jika peneliti ingin memperoleh
data yang akurat dan rinci perlu sekali mempelajari latar belakang kebudayaan
responden, dan lebih baik lagi jika sanggup meluangkan waktu hidup bersama
mereka beberapa lama.
4.
Antropologi, yaitu dasar filosofis yang fokus pembahasannya berkaitan erat
dengan kegiatan manusia, baik secara normatif maupun historis. Itulah sebabnya
peneliti perlu sekali peduli terhadap tindakan manusia di masa lalu dan
kelanjutannya. Untuk menghasilkan gambaran yang tepat tentang fenomena
commit to user
antropologis peneliti menggunakan pendekatan induktif, dalam lingkup yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
tidak terlalu luas, fleksibel, dan kontekstual. Dengan demikian peneliti dapat
mendeskripsikan data secara tuntas berbentuk thick description, atas dasar
fenomena yang dijumpai di lapangan. Perumpamaan yang sederhana bagi data
penelitian kualitatif adalah bahwa data tersebut berlapis-lapis seperti “umbi
bawang”. Peneliti kemudian mengupas lapisan umbi satu per satu untuk menarik
sebuah interpretasi yang komprehensif dan solid.
Menurut Arikunto (2006) di antara banyak model penelitian kualitatif, yang
dikenal di Indonesia adalah penelitian naturalistik, yang menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi
normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi
secara alami. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif naturalistik adalah sebagai
berikut (Arikunto, 2006):
1.
Mempunyai sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data
yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteksnya.
Desain dimaksud tidak kaku sifatnya sehingga member peluang kepada peneliti
untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang ada di lapangan.
2.
Melihat setting dan respons secara menyeluruh atau holistik. Dalam hal ini
peneliti berinteraksi dengan responden dalam konteks yang alami, sehingga tidak
memunculkan kondisi yang seolah-olah dikendalikan oleh peneliti.
3.
Memahami responden dari titik tolak pandangan responden sendiri. Hal-hal yang
dialami oleh peneliti tentang responden menyangkut lima komponen, yaitu: (a)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
jati diri, (b) tindakan, (c) interaksi sosial, (d) aspek yang berpengaruh, dan (e)
interaksi tindakan.
4.
Menekankan pada setting alami. Penelitian kualitatif sangat menekankan pada
perolehan data asli atau natural condition. Itulah sebabnya pada awal perkenalan
dengan responden sebaiknya tidak langsung mengatakan apa maksud dan tujuan
penelitiannya tetapi baru menciptakan kondisi normal.
5.
Mengutamakan proses daripada hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih
ditekankan pada bagaimana gejala tersebut muncul. Dengan kata lain peneliti
bukan mencari jawab atas pertanyaan “apa” tetapi “mengapa”. Peneliti
dianjurkan melakukan pengamatan partisipatif.
6.
Peneliti sebagai instrumen, maknanya peneliti mempunyai daya responsive yang
tinggi, memiliki sifat adaptable, memiliki kemampuan memandang obyek
penelitian secara menyeluruh, sanggup terus menerus menambah pengetahuan
untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala, memiliki kemampuan
melakukan klasifikasi agar dengan cepat mampu menginterpretasi dan memiliki
kemampuan merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi
pengayaan konsep ilmu.
7.
Menggantungkan diri pada penggunaan data lapangan. Menurut Guba dan
Lincoln (1985), kebenaran itu dapat diperoleh hanya dari lapangan, yaitu
merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
8.
Mengadakan analisa data sejak awal. Peneliti kualitatif diharapkan sejak awal
pengumpulan datanya sudah langsung menganalisis data dengan mengadakan
interpretasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Pengambilan Sampel Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling atau sampling bertujuan. Artinya, pengambilan sampel ini ditentukan
berdasar tujuan penelitian. Peneliti akan memilih data-data yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan dan pengembangan kebutuhan penelitian ini. Dasar pemilihan
sampel ini seperti yang disampaikan Punch (1999):
"Qualitative research would rather rarely use probability sampling, but
rather would use some sort deliberate sampling: ‘purposive sampling’ is
the term often used. It mean, sampling is a deliberate way, with some
purpose of focus in mind."
Alasan pemilihan teknik ini karena dipandang lebih mampu menangkap
kelengkapan dan kedalaman di dalam realitas yang tidak tunggal. Data yang dipilih
langsung diarahkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Kelebihan teknik
sampling ini, menurut Sutopo (2002) karena teknik ini berfungsi sebagai "internal
sampling." Alasannya teknik ini tidak dimaksudkan untuk mengusahakan generalisasi
pada populasi, tetapi untuk memperoleh kedalaman studi di dalam suatu konteks
tertentu. Goetz dan Le Compte (1984) menyebut teknik ini dengan istilah criterionbased selection.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa terdapat empat teknik sampling yang
disarankan dalam penelitian kualitatif, termasuk di dalamnya adalah purposive
sampling, yaitu:
1.
Accidental sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu
yang tidak dirancang pertemuan terlebih dahulu.
2.
Purposive sampling, yaitu menentukan sampling dengan pertimbangan tertentu
yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
3.
Cluster-quota sampling, yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu
sampai batas data yang diinginkan terpenuhi.
4.
Snow-ball sampling- (Jawa: gethok tular), yaitu peneliti memilih responden
secara berantai. Jika pengumpulan data dari responden ke-1 sudah selesai,
peneliti minta agar reesponden tersebut memberikan rekomendasi untuk
responden ke-2, begitu seterusnya. Proses bola salju ini berlangsung terus sampai
peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan.
Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kualitatif
maka, peneliti memerlukan sumber data yang berasal dari informasi individu manusia
yang disebut dengan informan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo bahwa “Dalam
penelitian kualitatif posisi sumber data yang merupakan manusia (narasumber) sangat
penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber
di sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar
memberikan tanggapan yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan
commit to user
selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
yang merupakan manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut informan
dari pada sebagai responden (Sutopo, 2006).
C. Subyek Penelitian
Peneliti menetapkan subyek penelitian adalah jurnalis Solopos, baik reporter
maupun redaktur yang terlibat dalam program konvergensi media, sebagai berikut:
1.
Informan merupakan jurnalis yang terlibat dalam kebijakan konvergensi media di
Solopos, yang ditandai dengan adanya perubahan tugas dari platform lama ke
platform baru, atau adanya tugas tambahan bagi jurnalis tersebut selain tugas
lama.
2.
Informan merupakan jurnalis yang pernah merasakan dua platform media atau
lebih, misalnya platform cetak dan radio, cetak, radio dan televisi, dll.
3.
Informan tersebut merupakan orang yang membantu pelaksanaan konvergensi
media, misalnya Manajer Information Technology (IT) dan General Manager
Marketing.
4.
Informan tersebut merupakan pengelola manajemen SDM, yakni Manajer SDM.
Dari informan tersebut peneliti akan mencari data utama yang berkaitan
dengan pelaksanaan konvergensi media, bagaimaan proses perubahan pola kerja
jurnalis, apa yang dirasakan jurnalis, pelatihan seperti apa yang sebaiknya dilakukan,
apa dampak pelaksanaan konvergensi bagi mereka, dan apa dampak konvergensi
media bagi perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
D. Teknik Pengumpulan Data
Goetz dan Le Comte (1984) menyebutkan bahwa sumber data dalam
penelitian kualitatif terdiri dari beberapa jenis, bisa berupa orang, tempat atau lokasi,
benda, serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data tersebut menuntut cara atau
teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahannya.
Adapun strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu metode atau teknik pengumpulan data
yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi wawancara
mendalam, observasi berperan dalam beberapa tingkatan dan focus group discussion
(FGD). Sedangkan non-interaktif meliputi kuesioner, mencatat dokumen atau arsip
dan juga observasi tak berperan (Sutopo 2002). Sumber data yang sangat penting
dalam penelitian kualitatif adalah manusia dalam posisinya sebagai narasumber atau
informan. Penelitian ini mengambil data dari personel yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dengan kebijakan konvergensi media di Solopos.
Dalam penelitiaan ini, digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara dan observasi. Berikut penjelasan tentang teknik pengumpulan data
selengkapnya:
1. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden,
commit to user
caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Patton (2002) dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin
tidak
terbentuk
pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas
atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian pewawancara harus
memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara
kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan
konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton, 2002).
Kerlinger (1986) menyebutkan tiga hal yang menjadi kekuatan
metode wawancara:
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh pewawancara
dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing
individu.
c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah
tidak dapat dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Sedangkan menurut Yin (2003), disamping mempunyai kekuatan,
metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu:
a.
Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh konstruksi pertanyaan
yang penyusunanya kurang baik.
b.
Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respons yang
kurang sesuai.
c.
Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d.
Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin
didengar oleh interviwer.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pejabat
pemegang otoritas seperti pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur,
manajer SDM, manajer IT dan General Manager Marketing. Wawancara
mendalam juga diterapkan kepada reporter yang berpindah tugas dari
Solopos cetak ke Solopos.com atau ke Solopos.tv.
2. Observasi
Penelitian ini juga menggunakan metode observasi. Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala
atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi
dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil
commit to user
wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
Menurut Patton (2002) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perpektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Salah satu hal
yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati
hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil
observasi menjadi data penting karena:
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek
penelitian sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal
yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian
secara terbuka dalam wawancara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
e. Observasi
memungkinkan
peneliti
merefleksikan
dan
bersikap
introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan pada reporter
Solopos cetak yang pindah tugas ke Solopos.com dan Solopos.tv.
Sedangkan focus group discussion (FGD) digunakan untuk mendalami
reporter yang mendapat tambahan tugas menyediakan konten video.
E. Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998) peneliti sangat berperan dalam seluruh proses
penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data,
hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data dibutuhkan alat bantu atau instrumen
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya
berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan
sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan
hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi
terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap
perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya
wawancara.
3. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus
berhenti
untuk
mencatat
jawaban-jawaban
dari
subjek.
Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat
izin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara
berlangsung.
F. Analisis Data
Marshall dan Rossman (2007) mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, di antaranya:
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
commit to user
mendalam (indepth interview), dimana data tersebut direkam dengan alat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
perekam dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis.
Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar data benar-benar
dimengerti.
2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di
luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti
kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data
yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan
atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada
penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap
hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan
tersebut kemudian dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tematema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap
pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada
tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil
yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu,
namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan
antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan
yang telah didapat dari kaitanya tersebut, dirasa perlu mencari suatau
alternatif penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab
dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang
lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya. Pada tahap ini
akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori
lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,
kesimpulan dan saran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
G. Penulisan Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal
yang membantu untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah
selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaia dalah persentase data yang
didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam
dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang
diperoleh dari subjek dan sumber lain yang signifikan, dibaca berulang kali sehinggga
dimengerti secara benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat
gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan
kesimpulan dari hasil penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ada banyak analisis data yang bisa digunakan.
Tetapi, semua analisis data penelitian kualitatif bisa mendasarkan bahwa analisis data
dilakukan sepanjang penelitian. Artinya, kegiatannya dilakukan bersamaan dengan
proses pelaksanaan pengumpulan data. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif
yang analisis datanya dilakukan setelah data terkumpul. Analisis kualitatif analisis
datanya dilakukan mulai dari prosedur pengumpulan data sampai selesainya
pelaksanaan penelitian (Sutopo, 2006).
H. Validasi data
Peneliti akan menggunakan validitas data penelitian dengan menggunakan
commit to user
teknik triangulasi dan review. Suharsimi Arikunto (2006) menganjurkan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
triangulasi, yaitu penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada
akhirnya
hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil
penelitian.
Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik triangulasi data yang oleh Patton
disebut triangulasi sumber. Cara itu akan mengarahkan peneliti agar di dalam
pengumpulan data menggunakan beragam jenis data. Artinya data yang sama atau
sejenis akan lebih mantab kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda. Dengan demikian, apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji
kebenarannya bila mana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber yang berbeda jenisnya.
Sutopo (2002) menyebut triangulasi sumber bisa menggunakan satu jenis
sumber data seperti informan, namun beberapa informan atau sumber yang digunakan
harus merupakan kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda misalnya dalam status
atau posisi perannya yang berkaitan dalam konteks tertentu.
Setelah data-data berbagai sumber tentang pelaksanaan konvergensi media
terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian kemudian direduksi. Miles dan Humerman
(1984) menyebutkan bahwa reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data "kasar" yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus
menerus selama penelitian berlangsung. Ia juga merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu, dan
commit to user
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
dapat ditarik dan diverifikasi. Data kualitatif dalam proses ini dapat disederhanakan
dan ditransformasikan dalam berbagai cara, melalui seleksi ketat, uraian singkat,
menggolongkan dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya.
Bersamaan dengan proses reduksi data, dilakukan pula penyajian data. Sebab,
ada data yang bisa langsung dipakai dan ada yang perlu dilakukan pereduksian data.
Dalam penyajian data pun, data yang diperoleh masih terbuka kemungkinan
direduksi. Setelah dilakukan penyajian data, kemudian bisa ditarik kesimpulan.
Dalam melakukan kesimpulan pun masih terbuka hubungan interaktif dengan yang
lainnya.
commit to user
Download