BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis Indonesia yang semakin maju membuat persaingan pada sektor ini semakin tajam. Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya. Untuk itu perusahaan harus memiliki rencana strategis dan taktis yang di susun dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu aspek penting untuk mengimplementasikan rencana tersebut adalah rencana pembelanjaan. Masalah pembelanjaan menyangkut keseimbangan finansial perusahaan, dengan demikian, pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan aktiva yang digunakan perusahaan akan menentukan struktur kekayaan perusahaan. Sedangkan pemilihan struktur kuantitatif dari pasiva akan menentukan struktur finansial dan struktur modal. Keputusan pembelanjaan atau keputusan pemenuhan pembelanjaan dana berhubungan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan perimbangan pembelanjaan yang baik, atau penentuan struktur modal yang optimal (Kesuma, 2009). Keputusan pemenuhan dana mencakup berbagai 1 pertimbangan apakah perusahaan akan menggunakan sumber internal maupun sumber eksternal, yang berasal dari hutang atau emisi obligasi, atau dengan emisi saham baru. Pola pembiayaan (financing) perusahaan yang berada pada negara-negara yang sedang berkembang, lebih mudah untuk memasuki dan mendapatkan pembiayaan eksternal. Oleh karena memiliki akses yang lebih baik untuk memasuki pembiayaan eksternal, maka perusahaan di Indonesia cenderung untuk memilih menggunakan pembiayaan eksternal (debt financing) yaitu menggunakan pinjaman dari bank, dibandingkan dengan menggunakan pembiayaan internal (equity financing), karenanya hal utama bagi perusahaan pada faktor finansial adalah menentukan pilihan antara pembiayaan dari dalam perusahaan (equity financing) dan pembiayaan dari luar perusahaan (debt financing). Sebelum perusahaan memilih diantara keduanya, terlebih dahulu perusahaan akan mempertimbangkan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modalnya. Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland, 1999:19). Struktur modal juga dapat diartikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Struktur keuangan menggambarkan susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang-hutang jangka pendek, hutang-hutang jangka panjang, modal saham dan laba yang ditanam kembali. Sedangkan struktur modal adalah susunan atau perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, jadi struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Besar kecilnya angka rasio struktur modal menunjukan banyak sedikitnya jumlah pinjaman jangka panjang daripada modal sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang digunakan untuk memperoleh laba operasi. Semakin besar angka rasio struktur modal berarti semakin banyak jumlah pinjaman jangka panjang, sehingga semakin banyak bagian dari laba operasi yang digunakan untuk membayar beban tetap, dan semakin bnyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman, akibatnya semakin sedikit jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diterima oleh perusahaan. Struktur modal menunjukan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Investor dari perusahaan dengan leverage tinggi akan menuntut leverage yang tinggi karena semakin bertambahnya risiko finansial yang harus ditanggung investor. Kreditur menghendaki perusahaan melakukan pengungkapan keuangan secara lebih komprehensif untuk memastikan bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan pokok pinjaman (principal) dan sekaligus bunga. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatifalternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Riyanto, 2001:294). Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Flydenberg (2004) dalam Kartini dan Arianto (2008), struktur modal dipengaruhi oleh aktiva tetap (fixed cost), kemampulabaan (profitability), risiko (risk), ukuran perusahaan (size), pajak (tax shield), struktur kepemilikan perusahaan (ownership/system affiliation), pertumbuhan (growth). Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Brigham dan Houston (2001:40), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Joel, 2001). Penelitian yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007), Sofilda dan Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah pula struktur modalnya. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), mengatakan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan Kusuma, 2005). Konsekuensi dari pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas suatu perusahaan modern (the modern corporation) diungkapkan pertama kali oleh Berle dan Means (1932), mengutip dari penelitian Kartini dan Arianto (2008) yang mengamati korporasi-korporasi besar di Amerika Serikat. Ada principal agent problem disini. Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agen (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberikan tugas dan wewenang), dikenal dengan nama masalah agensi (agency problem). Menurut mereka, apabila sturktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untu melakukan kontrol terhadap manajer. Karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumberdaya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005),dan Kartini dan Arianto (2008), menunjukan bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin besar kepemilikan internal maka akan menyebabkan semakin besar proporosi hutang dalam struktur modal perusahaan. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurrohim (2008), menunjukan bahwa kontrol kepemilikan mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut menggunakan debt financing pada periode yang akan datang. Semakin besar ukuran perusahaan akan meningkatkan kemampuan collateral, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman. Seiring dengan peningkatan collateral ini, kapasitas perusahaan untuk melakukan debt financing menjadi lebih besar. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk proyek tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Kartini dan Arianto (2008), Tri Harjanti dan Tadelilin (2007), Setyawan dan Sutapa (2006), dan penelitian oleh Sofilda dan Maryani (2007), menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dibandingkan dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak tangibilityassetssuatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk memback-up hutang. Harris dan Raviv (1991), mengutip dari penelitian Christianti (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi umumnya adalah perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai investasi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Christianti (2006), Sofilda dan Maryani (2007), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) menunjukan bahwa tangibility assets mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Banyak studi empiris yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Kesuma (2009) meneliti tentang struktur modal dengan variabel profitabilitas, rasio hutang dan pertumbuhan penjualan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan atau berlawanan arah dengan struktur modal, sedangkan rasio hutang mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah dengan sruktur modal. Nurrohim (2008) meneliti tentang struktur modal pada perusahaan manufaktur di indonesia. Dalam penelitian tersebut Hasa Nurrohim menggunakan empat variabel yaitu profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan dan struktur aktiva. Hasilnya menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai arah negatif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Christianti (2006) mengenai penentuan perilaku kebijakan struktur modal. Variabel independenya adalah tangibility asset, size,growth, profitability, earning volatility dan flexibility. Hasil penelitian menunjukan bahwa asset tangibility, growth, dan profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage perusahaan, sedangkan untuk variabel earning volatility menunjukan pengaruh positif terhadap leverage perusahaan. Penelitian juga dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), dalam penelitian tersebut Prabansari dan Kusuma menggunakan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen. Penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur kepemilikan dan pertumbuhan aktivaberpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008) dengan variabel independen struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial variabel struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan untuk variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) menggunakan variabel firm size, tangible asset, growth opportunity, profitability dan business risk. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa tangible assets, growth opportunity, dan profitability berpengaruh negatifsignifikan terhadap struktur modal. Firm size berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan business risk mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal. Setyawan dan Sutapa (2006) juga melakukan penelitian mengenai struktur modal dengan variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, kepemilikan pemerintah dan kepemilikan asing. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan asing berpengaruh negatifsignifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan dan kepemilikan pemerintah berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sofilda dan Maryani (2007) melakukan penelitian mengenai struktur modal di perbankan dengan size, tangibility, non debt tax,profitability dan depresiasi adalah variabel independen.Secara parsial size dan depresiasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Tangibility dan non debt tax berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Dari beberapa penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa sudah banyak penelitian yang dilakukan berhubungan dengan struktur modal. Penelitian ini merupakan perbaikan dari penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008). Penelitian tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain hasil koefisien determinasi R square yang hanya menunjukan nilai sebesar 28,4%. Hal itu menunjukan bahwa variabel terikat sebesar 71,6% masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian tersebut.Oleh karena itu, peneliti akan menambahkan variabel tangibility asset dan risiko bisnis. Penambahan variabel tersebut didasarkan atas variabel beberapa peneliti terdahulu yang hasil penelitiannya berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel tersebut adalah tangibility assetyang mengacu berdasarkan penelitian Sofilda dan Maryani (2007) dan risiko bisnisyang mengacu berdasarkan penelitian Prabansari dan Kusuma (2005). Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dibandingkan dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak tangibility assetsuatu perusahaan berarti semakin banyak collateralasset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Semakin besar risiko bisnis yang terdapat pada suatu perusahaan maka semakin sedikit pihak yang mempercayai untuk memberikan hutang kepada perusahaan. Hal ini dikarenakan pemberi hutang tidak yakin perusahaan akan dapat melunasi hutangnya apabila ketidakpastian perusahaan tersebut dalam menjalankan kegiatan bisnisnya besar. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN TANGIBILITY ASSET, TERHADAP STRUKTUR MODAL MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”. PADA PERUSAHAAN 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apakah profitabilitas mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? b. Apakah struktur kepemilikan mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? c. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? d. Apakah pengaruh tangibility asset mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modalpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. b. Untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. c. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. d. Untuk menguji pengaruh tangibility asset terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 1.4 Manfaat Penelitian a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi khususnya di bidang akuntansi keuangan. b. Kegunaaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh penulis dan pembaca sebagai wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi khususnya di bidang akuntansi keuangan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan penjelasan tentang isi dari masing – masing bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dibuat sistematika penyusunan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori – teori yang melandasi penelitian, kerangka konseptual yang digunakan, hipotesis penelitian dan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN Berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai diskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran – saran yang berhubungan dengan penelitian yang serupa dimasa yang akan datang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pusataka 2.1.1 Modal a. Pengertian Modal Modal menurut Munawir (2001 ; 19) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang dutujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik. Menurut Prof Bakker dalam Riyanto (2001:18) menjelaskan bahwa modal sebagai barang-barang baik yang berupa barang konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit. Liitge dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital). Schwiedland dalam Riyanto (2001:18) memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. A. Amonn J. von Komorzynsky dalam Riyanto (2001:18), yang memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya. Prof. Meij dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Prof. Polak dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barangbarang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit. Modal dapat berupa elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca perusahaan, misalnya uang kas, bahan baku, gedung, mesin, dan sebagainya dan juga berupa elemen-elemen dalam pasiva suatu neraca yang merupakan sumber-sumber modal yang berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri (Nitisemito, 1997:17). b. Jenis-Jenis Modal Berdasarkan jenisnya, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Modal Asing Modal asing diartikan sebagai modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “hutang”, yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto, 2001:227). Modal asing atau hutang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: a. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt). Hutang jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau tidak lebih dari satu siklus operasi perusahaan. b. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt). Hutang Jangka Menengah adalah modal asing atau hutang yang jangka waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. c. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt). Hutang Jangka Panjang adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umurnya lebih dari 10 tahun. 2. Modal Sendiri Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 2001:240). Modal sendiri terdiri dari tiga yaitu: a. Modal Saham terdiri dari: 1) Saham Biasa (Common Stock). Para pemegang saham biasa akan mendapat deviden tiap akhir tahun pembukuan, apabila perusahaan mendapatkan keuntungan saja, namun apabila perusahaan mengalami kerugian maka para pemegang saham tidak akan mendapatkan deviden dan mengenai hal tersebut terdapat ketentuan hukumnya, yaitu bahwa perusahaan yang mengalami kerugian itu belum ditutup maka selama itu pula perusahaan tidak diperbolehkan membayar deviden. 2) Saham Preferen (Preferred Stock). Saham preferen merupakan saham yang disertai dengan preferensi tertentu diatas saham biasa dalam hal pembagian dividen, pembagian kekayaan dalam pembubaran perusahaan. Saham preferen ini biasanya memberikan deviden yang tetap setiap tahunnya seperti halnya obligasi, pada umumnya saham preferen ini tidak mempunyai hari jatuh. 3) Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock). Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham preferen kumulatif apabila tidak menerima deviden selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut deviden-deviden yang tidak dibayarkan di waktu-waktu yang lampau. b. Cadangan Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri misalnya cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya. c. Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian lagi ditahan perusahaan. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained earning). 2.1.2 Struktur Modal Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Weston & Copeland, 1999:19). Adapun menurut Riyanto (2001:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur keuangan menggambarkan susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang-hutang jangka pendek, hutang-hutang jangka panjang, modal saham dan laba yang ditanam kembali. Sedangkan struktur modal adalah susunan atau perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, jadi struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur modal menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004) adalah penentuan kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan struktur modal. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri atas penerbitan saham (equity financing), penerbitan obligasi (debt financing) dan laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham dan onligasi sering disebut sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau external financing sedang laba untuk laba ditahan sering disebut dengan retained earning atau sumber dana sebagai pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri atau internal financing. Menurut Brigham dan Houston (2001;5) struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan sahm biasa. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau jangka panjang. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan rasio struktur modal yang disebut dengan leverage ratio. Leverage ratio adalah perbandingan yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam perhitungan leverage ratio yang digunakan adalah long term debt to equity ratio. Long term debt to equity ratio menunjukan persentasi modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang yang dihitung dengan membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Prabansari dan Hadri, 2005). Struktur modal dapat dirumuskan sebagai berikut : Hutang jangka panjang Long Term Debt To Equity Ratio = Ekuitas Menurut Horne dan Wachowicz struktur modal yang optimal adalahstruktur modal yang meminimalkan biaya modalperusahaan dan karenanya memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam pendekatan tradisional penilaian struktur modal berasumsi bahwa pihak manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui penggunaan laverage keuangan secara hati-hati. Kalau kita mendasarkan pada prinsip hati-hati, maka kita akan mendasarkan aturan struktur finansiil konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal. Maksudnya adalah perusahaan dalam keadaan bagaimanapun jangan mempunyai jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain jangan lebih dari 50%. Sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih dari besar dari modal yang menjadi jaminannya (total aktiva yang dimiliki) (Riyanto,1997; 293). Hutang jangka panjang Long Term Leverage (Y) = Total Aktiva Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban tetap yang harus ditanggung perusahaan akan semakin besar pula. 2.1.3 Teori Struktur Modal a. Agency Theory Teori agensi menurut Horne (1995) dalam Nurrohim (2008) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dengan para pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat meningkat nilainya, sekaligus memberikan keuntungan pada pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan insentif yang memadai, dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut biaya agensi. Biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. b. Pecking Order Theory Menurut Myer (1984) dalam Nurrohim (2008) pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan, yang berwujud laba ditahan). Apabila dana dari luar (external financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru kemudian apabila masih belum mencukupi akan menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Perusahaan lebih menyukai penggunaan dana dari modal internal yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang) dan equity (modal sendiri). Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas public” akibat penerbitan saham baru. Menurut Husnan (1996) dalam Nurrohim (2008) dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri dikarenakan yang pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya saham baru. Hal ini disebabkan penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Yang kedua manajer khawatir apabila penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabat buruk (Bad News) oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya asimetrik antara pihak manajemen dengan pihal pemodal. c. Signalling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (1999), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang keudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah (Prabansari dan Kusuma, 2005). d. Asymmetric Information Theory Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pemodal (Husnan, 1996:325) (Prabansari dan Kusuma, 2005). Dengan demikian pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang over value (terlalu mahal). Apabila hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya). Tetapi pemodal akan menafsirkan apabila perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham. e. Trade Off Theory Nurrohim (2008) trade off theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory merupakan model yang didasarkan pada trade off antara keuntungan dengan kerugian penggunaan hutang. Trade off tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel. Umumnya oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang, risiko financial distress dan penggunaan biaya agensi. 2.1.4 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Brigham dan Houston (2001:40) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Joel, 2001) dalam Kartini dan Arianto (2008). Menurut Weston dan Brigham (1998:713) dalam Kesuma (2009) perusahaan dengan tingkat return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatife sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja. Akan tetapi tidak itu saja, asumsi yang lain mengatakan dengan return on assets yang tinggi, berarti bahwa laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi, maka apabila perusahaan menggunakan hutang yang besar tidak akan berpengaruh terhadap struktur modal, karena kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tetap juga tinggi. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Rasio profitabilitas menurut Horne dan Waschowicz (1997;135) adalah rasio yang membandingkan laba dengan penjualan dan investasi. Brigham dan Houston (2001;40) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). 1. Marjin laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales) Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rendahnya margin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan dengan marjin laba yang rendah akan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham jika menggunakan leverage keuangan (Brigham dan Houston 2001: 90). Laba Bersih Setelah Pajak Net Profit Margin = X 100% Penjualan Net profit Margin berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Semakin tinggi net profitmargin maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Net profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen. 2. Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai Return On Investment (ROI). ROI (Return On Investment) merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Menurut Ang (1997:18.32) profitabilitas mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva. Net Profit ROI = X 100% Total Asset 3. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001:91). Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return On Common Equity). Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997:18.33) bahwa ROE mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on ivestment (ROI) yang menggambarkan seberapa besar kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang dilakukan dengan memaksimalkan struktur modalnya, yang didapat dari membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva 2.1.5 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Aurburn, 1996) dalam Prabansari dan Kusuma (2005). Pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas suatu perusahaan modern akan menimbulkan konflik kepentingan (principal agent problem). Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agen (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberikan tugas dan wewenang). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008).Struktur kepemilikan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Jml saham yang dimiliki oleh insider Struktur Kepemilikan = Jml saham yang dimiliki oleh investor 2.1.6 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset yang besar, akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut menggunakan debt financing pada periode yang akan datang. Menurut teori, arah pengaruh ini adalah masuk akal. Semakin besar ukuran perusahaan akan meningkatkan kemampuan collateral. Seiring dengan peningkatan collateral ini, kapasitas perusahaan untuk melakukan debt financing menjadi lebih besar. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk proyek tersebut. Ukuran perusahaan diproksi dengan nilai logaritma dari total aktiva, atau dapat dituliskan sebagai berikut : Ukuran Perusahaan = Log (total aktiva) 2.1.7 Tangibility Asset Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak tangibility assetsuatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk memback-up hutang. Harris dan Raviv (1991) dalam Christianti (2006) menyatakan perusahaan dengan level fixed asset yang rendah mempunyai lebih banyak masalah asymmetric information dibandingkan perusahaan dengan level fixed asset yang tinggi. Perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi umumnya adalah perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai investasi. Fixed Asset Asset Tangibility= Total Asset 2.1.8 Pasar Modal Pasar modal muncul dalam perekonomian karena pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara, serta menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Di dalam berputarnya roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan-pembiayaan beroperasinya suatu perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara sangatlah terbatas, maka perlu dicarikan adanya solusi pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Pasar modal muncul sebagai suatu alternatif solusi pembiayaan jangka panjang, dengan dukungan dana jangka panjang ini, roda pembangunan ekonomi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sisi lain dari pasar modal sebagai alternatif pembiayaan jangka panjang yaitu perusahaan yang go public hal ini berarti sebagian saham dari perusahaan perusahaan tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas, berarti secara makro ekonomi merupakan pemerataan pendapatan (Ang, 1997). Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga lembaga dan profesi yang berkaiatan dengan efek. 2.1.9 Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 2004, menyatakan laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menurut Baridwan (1999 : 17) merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan tunggal, yaitu untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuantujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. b. Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan persyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, diantaranya adalah (Chariri, 2002) : 1. Relevan Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan adalah : a) Memiliki manfaat umpan balik (feed back value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c) Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. d) Lengkap Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup seluruh informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan 2. Handal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diversifikasi. Informasi yang handal memiliki karakteristik : a. Penyajian jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 3. Dapat diversivikasi Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabilapengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. 4. Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 5. Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan dengan periode sebelumnya laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. 6. Dapat dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disajikan dengan batas pemahaman para pengguna. c. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu para pemakai laporan keuangan dalam membuat prediksi-prediksi tentang arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar kas (cash outflows) sebuah perusahaan pada masa yang akan datang (Simamora, 2000 : 488). Divisi riset akuntansi dari Accounting Principles Board pada bab 4 APB statement No. 4 dalam Riahi dan Belkaoui (2000:126) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan secara khusus, umum, dan kualitatif antara lain: 1. Tujuan khusus laporan keuanganadalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. 2. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk: 1) Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan 2) Menunjukkan pendanaan dan investasi 3) Mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen 4) Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk: 1) Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi investor 2) Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk ekspansi c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earnings potensial perusahaan d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya ekonomi dan kewajiban e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai 3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah: a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi. b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga harus dipahami pemakai. c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dapat dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independent, metode pengukuran yang sama. d. Netral, informasi akuntani diarahkan untuk tujuan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. f. Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif lain d. Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan yang biasa disajikan oleh perusahaan meliputi (Kieso dan Weygandt, 2001 : 3) : 1) Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba-rugi (income statement), yang juga sering disebut statement of income atau statement of earning, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu (Kieso dan Weygandt, 2001). Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba-rugi juga mencerminkan transaksi-transaksi dan kejadiankejadian yang membentuk aktivitas-aktivitas operasi perusahaan. Aktivitas-aktivitas operasi (operating activities) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (Simamora, 2000:491). 1) Kegunaan Laporan Laba-Rugi Laporan laba-rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan (Kieso dan Weygandt, 2001). Sebagai contoh, investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi untuk: 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Dengan mengkaji pendapatan dan beban. Anda bisa mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing. 2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan penting yang, jika berlanjut, menyediakan informasi tentang kinerja masa depan. 3. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian arus kas masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba-pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian – memperlihatkan hubungan diantara komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai risiko kegagalan perusahaan meraih arus kas tertentu di masa depan. 2) Keterbatasan Laporan Laba Rugi Karena laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah asumsi, para pemakai laporan laba-rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi. Beberapa diantaranya adalah (Kieso dan Weygandt, 2001: 151-152) : 1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Praktek yang berlangsung saat ini melarang pengakuan pos-pos tertentu ketika menentukan laba, meskipun pengaruh dari pos-pos ini cukup untuk mempengaruhi kinerja entitas dari titik waktu ke titik waktu lainnya. Contoh laba psikik ( kesejahteraan ) didefinisikan sebagai ukuran atas kenaikan dalam kekayaan bersih yang berasal dari faktor–faktor kualitatif seperti pengalaman pendidikan. 2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. 3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan. 3) Unsur-Unsur Laporan Laba Rugi Unsur-unsur utama laporan laba-rugi antara lain : (Kieso dan Weygandt, 2001: 153-154) : 1. Pendapatan, adalah arus masuk aset atau peningkatan lainnya dalam aset entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral peerusahaan. 2. Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aset sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. 3. Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aset bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. 4. Kerugian, adalah penurunan ekuitas (aset bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. 2) Neraca (Balance Sheet) Neraca (balance sheet), yang kadang juga disebut juga sebagai laporan posisi keuangan, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu (Kieso dan Weygandt, 2001). Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Dengan demikian, neraca dapat membantu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa depan. Dengan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. a. Keterbatasan Neraca Karena laporan laba-rugi saling berhubungan, maka neraca juga mempunyai keterbatasan yang sama dengan laporan laba rugi. Keterbatasan penting dari neraca antara lain (Kieso dan Weygandt, 2001: 218) : 1. Sebagian besar aset dan kewajiban dicatat pada biaya historis. Akibatnya, informasi yang dilaporkan dalam neraca memiliki reliabilitas yang lebih tinggi, tetapi juga dikecam karena nilai wajar saat ini yang lebih relevan tidak dilaporkan. 2. Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai pos yang dilaporkan dalam neraca. 3. Neraca perlu mengabaikan banyak pos yang merupakan nilai keuangan bagi perusahaan tetapi tidak bisa dicatat secara objektif. b. Unsur-Unsur Neraca Unsur-unsur neraca terdiri atas (Kieso dan Weygandt, 2001:219) : 1. Aset, adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan, atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. 2. Kewajiban, adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer aset atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. 3. Ekuitas, adalah kepentingan residu dalam aset sebuah entitas setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan. 3) Laporan Arus Kas Pada laporan arus kas, kas mempunyai makna yang lebih luas daripada sekedar saldo kas dan kas di bank. Dalam laporan arus kas, definisi kas juga setara dengan kas. Setara kas (cash equivalents) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan dapat dengan segera dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (Simamora, 2000:488). Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Untuk meraih tujuan ini, laporan arus kas melaporkan (1) kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode, (2) transaksi investasi, (3) transaksi pembiayaan, dan (4) kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode (Kieso dan Weygandt, 2001). Pelaporan sumber, tujuan pemakaian, dan kenaikan atau penurunan bersih kas dapat membantu investor, kreditor, dan pihak-pihak lain mengetahui apa yang terjadi terhadap sumber daya perusahaan yang paling likuid. Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu (Simamora, 2000:491) : a. Aktivitas operasi (operating activities). Aktivitas-aktivitas operasi (operating activities) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi pembelian atau produksi barangbarang dan jasa serta penjualan dan distribusi barang-barang dan jasa tersebut kepada para pelanggan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan-kegiatan usahanya perusahaan dapat membuahkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. b. Aktivitas investasi (investing activities). Aktivitas-aktivitas investasi (investing activities) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lainnya yang tidak setara dengan kas. Aktivitas-aktivitas investasi meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan. c. Aktivitas pembiayaan (financing activities) Aktivitas-aktivitas pembiayaan (financing activities) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Aktivitas-aktivitas pembiayaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi (a) perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan (b) peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya. 2.1.10 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal perusahaan antara lain : Kesuma (2009) meneliti tentang struktur modal dengan variabel profitabilitas, rasio hutang dan pertumbuhan penjualan. Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan hubungan kausal (sebab akibat). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate yang go public di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 34 perusahaan selama 4 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai dengan 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan atau berlawanan arah dengan struktur modal, sedangkan rasio hutang mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah dengan struktur modal. Nurrohim (2008) meneliti tentang struktur modal pada perusahaan manufaktur di indonesia. Dalam penelitian tersebut Hasa Nurrohim menggunakan sampel 21 perusahaan manufaktur yang berspesifikasi pada sektor industri Consumer Goods pada tahun 2001-2005. Pemilihan sampel diambil secara non random sampling, yaitu purposive sampling. Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan dan struktur aktiva. Hasilnya menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai arah negatif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Christianti (2006) mengenai penentuan perilaku kebijakan struktur modal. Variabel independenya adalah tangibility asset, size,growth, profitability, earning volatility dan flexibility dengan populasi seluruh perusahaan sektor industri manufaktur yang listing di BEJ dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling pada tahun 2000-2003. Pengujian dengan menggunakan pendekatan model struktural (SEM). Hasil penelitian menunjukan bahwa tangibility asset, growth, dan profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage perusahaan, sedangkan untuk variabel earning volatility menunjukan pengaruh positif terhadap leverage perusahaan. Prabansari dan Kusuma (2005), dalam penelitian tersebut Prabansari dan Kusuma menggunakan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen dengan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan penentuan anggota sampel dengan metode random sampling yaitu sebanyak 97 perusahaan yang bergerak di sector manufaktur yang memiliki laporan keuangan dan data yang diperlukan secara lengkap selama tahun 1997-2002. Dengan menggunakan regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa secara simultan struktur modal dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan perusahaan. Secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur kepemilikan dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Kartini dan Arianto (2008) dengan sampel penelitian terdiri atas perusahaan manufaktur yang mempunyai laporan keuangan dan data secara lengkap selama tahun 2002-2005. Variabel independen yang digunakan adalah struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aktiva. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu uji T dan uji F hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial variabel struktur kepemilikan, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan untuk variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Tri Harjanti dan Tandelilin (2007),menggunakan populasi semua perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEJ dari tahun 2000-2004. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tipe judgment sampling, yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan pada beberapa kriteria tertentu. Analisis menggunakan model SEM yang terdiri dari 2 bagian yaitu: measurement model dan structural model. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa tangible assets, growth opportunity, dan profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Firm size berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan business risk mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal. Setyawan dan Sutapa (2006) juga melakukan penelitian mengenai struktur modal dengan variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, kepemilikan pemerintah dan kepemilikan asing. Obyek yang diteliti adalah saham emiten syariah yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Periode pengamatan adalah dari Januari 2001 sampai Desember 2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan dan kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sofilda dan Maryani (2007) melakukan penelitian mengenai struktur modal di perbankan dengan size, tangibility, non debt tax,profitability dan depresiasi adalah variabel independen. Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang berada pada sektor keuangan bidang perbankan yang telah terdaftar di BEJ dan telah Go Public pada periode waktu antara tahun 2003-2005. Dengan mengggunakan metode regresi berganda didapatkan hasil bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpenharuh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial size dan depresiasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Tangibility dan non debt tax berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. 2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Profitabilitas dengan Struktur Modal Profitabilitas dimaksudkan untuk melihat berapa laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Laba yang diperoleh perusahaan ini dapat dikaitkan dengan pendapatan, total aktiva maupun modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Untuk mendapatkan profitabilitas yang tinggi ,perusahaan harus cermat dalam mengambil keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya akan berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Dengan kata lain keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal sangat berpengaruh terhadap rendah atau tingginya profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1998:713) dalam Kesuma (2009) perusahaan dengan tingkat return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja.Penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007), Sofilda dan Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dari penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha1 : Profitabilitasberpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. 2.2.2 Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah strutur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan Hadri, 2005). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka manajemen cederung untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) dan penelitian Kartini dan Arianto (2008) menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan internal lebih besar akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar pula. Hipotesis yang akan diajukan adalah : Ha2 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. 2.2.3 Ukuran Perusahaandengan Struktur Modal Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu faktor yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal sendiri (equity) dalam mempertahankan atau mengembangkan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif dari semua sektor tehadap struktur modal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut menggunakan debt financing. Rumusan hipotesis yang akan diajukan adalah : Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. 2.2.4 Tangibility Assetdengan Struktur Modal Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak tangibility asset suatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk memback-up hutang. Hipotesis untuk tangibility asset adalah : Ha4 : Tangibility asset berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. 2.3 Model Penelitian Keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, maka biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan apabila manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri, maka akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya akan berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi kemungkinan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya dan kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa keputusan struktur modal merupakan keputusan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Profitabilitas diduga mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Profitabilitas adalah tingkat perolehan laba yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hal ini disebabkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi memiliki kebutuhan yang lebih rendah terhadap penggunaan hutang karena perusahaan cenderung menggunakan dana internalnya (laba ditahan) untuk membiayai biaya operasional perusahaan. Struktur kepemilikan diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Struktur kepemilikan yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan Hadri, 2005). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Namun, apabila struktur kepemilikan tidak tersebar maka para pemegang saham akan mempunyai kontrol yang kuat terhadap manajer sehingga semakin meningkat kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan merupakan besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal sendiri dalam mempertahankan atau mengembangkan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula struktur modalnya. Tangibility asset diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Semakin besar tangibility asset suatu perusahaan berarti semakin besar collateral assetnya sehingga semakin besar pula struktur modal perusahaan karena perusahaan mempunyai banyak jaminan untuk mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1. Nama Penulis & Tahun Terbit Yuke Prabansar i dan Hadri Kusuma, 2005 Judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Variabel – variabel 1. Ukuran Perusahaan 2. Risiko Bisnis 3. Pertumbuhan asset 4. Profitabilitas 5. Struktur Kepemilikan Alat Statistik Hasil Penelitian 1. Analisis 1. Semua Regresi variabel Linier secara Berganda bersamadengan sama mengguna berpengaruh kan uji F terhadap dan uji T struktur 2. Pengujian modal Asumsi 2. Ukuran Klasik perusahaan 3. Pengujian berpengaruh Autokorel signifikan asi terhadap 4. Uji struktur Heteroske modal dastisitas 3. Risiko bisnis 5. Uji berpengaruh Multikolin negatif ieritas signifikan terhadap struktur modal 4. Pertumbuhan asset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal 5. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal 6. Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur 2 Ari Christiant i , 2006 Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory 1. Asset Tangibility 2. Size 3. Growth 4. Profitability 5. Earning Volatility 6. Flexibility 1. Pengujian dengan pendekata n model structural ( SEM = Structural Equation Modeling ) 2. Analisis Deskriptif 3. Uji Normalita s 4. Pengujian model dengan AMOS 1. 2. 3. 4. 3. Hendri Setyawan dan Sutapa, 2006 Analisis Faktor Penentu Struktur Modal ( Studi Empiris pada Emiten Syariah di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2004 ) 1. Profitabilitas 2. Ukuran Perusahaan 3. Pertumbuhan Aktiva 4. Kepemilikan Pemerintah 5. Kepemilikan Asing 1. Analisis regresi brganda dengan Uji t dan uji F 2. Uji normalitas 3. Uji autokorela si 4. Uji heteroked astisitas 1. 2. modal Terdapat pengaruh negatif antara assets tangibility dengan tingkat leverage Terdapat pengaruh negatif antara tingkat pertumbuhan perusahaan dengan rendah penggunaan leverage Terdapat pengaruh negatif antara tingkat profitabilitas dengan leverage perusahaan Terdapat pengaruh positif antara tingkat volatibilitas laba dengan penggunaan leverage perusahaan Profitabilitas berpengaruh negative signifikan terhadap struktur modal Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal 4. Eleonora Sofilda dan Maryani, 2007 Analisis Faktor Penentu Struktur Modal Perbankan Di Indonesia 1. 2. 3. 4. 5. Size Tangibility Non Debt Tax Profitability Depresiasi 3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal 4. Kepemilikan pemerintah berhubungan positif dengan struktur modal 5. Kepemilikan asing berhubungan negative dengan struktur modal 1. Analisis 1. Size deskriptif berhubungan kuantitatif positif tidak 2. Analisis signifikan Regresi terhadap Berganda struktur 3. Uji modal Multikolin 2. Tangibility ieritas berhubungan 4. Uji negatif Heteroked terhadap astisitas struktur 5. Uji modal Autokorel 3. Non Debt asi Tax berhubungan negatif terhadap struktur modal 4. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal 5. Depresiasi berhubungan 5. Theresia Tri Harjanti dan Eduardus Tandelilin , 2007 Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia : Studi Kasus di BEJ 1. Firm Size 2. Tangible Assets 3. Growth Opportunity 4. Profitability 5. Business Risk 1. Mengguna kan model SEM yang terdiri dari 2 bagian yaitu : measurem ent model dan structural model 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hasa Nurrohim , 2008 Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan, dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia 1. Profitabilitas 2. Fixed Asset Ratio 3. Kontrol Kepemilikan 4. Struktur Aktiva 1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Regresi Berganda 1. 2. positif tidak signifikan terhadap struktur modal Firm size berpengaruh positif terhadap struktur modal Tangible assets berpengaruh negatif terhadap struktur modal Growth opportunity berpengaruh negatif terhadap struktur modal Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal Pengaruh business risk terhadap struktur modal tidak signifikan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Fixed Asset Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur 3. 4. 7. Kartini dan Tulus Arianto, 2008 Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur 1. Struktur Kepemilikan 2. Profitabilitas 3. Perumbuhan Aktiva 4. Ukuran Perusahaan 1. Analisis Regresi Linier Berganda dengan mengguna kan uji T dan uji F 1. 2. 3. 4. modal Kontrol Kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal Struktur Aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal 2.4 Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Profitabilitas Struktur Kepemilikan Struktur Modal Ukuran Perusahaan Asset Tangibilty Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian 2.5.1. Hubungan Antara Profitabilitas dengan Struktur Modal Profitabilitas dimaksudkan untuk melihat berapa laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Laba yang diperoleh perusahaan ini dapat dikaitkan dengan pendapatan, total aktiva maupun modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi memiliki kebutuhan akses yang lebih rendah terhadap pasar kredit karena perusahaan cenderung menggunakan dana internalnya (laba ditahan). Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam Kesuma (2009) perusahaan dengan tingkat return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Penelitian Ari Christianti (2006) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara profitabilitas dengan struktur modal. Profitabilitas akan mengakibatkan struktur modal yang kecil karena perusahaan mendanai aktivitas operasionalnya dengan laba ditahan. Ha1 : Profitabilitas secara signifikan mempengaruhi struktur modal. 2.5.2. Hubungan Antara Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan Hadri, 2005). Adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas suatu perusahaan modern akan menimbulkan konflik kepentingan (principal agent problem). Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agen (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberikan tugas dan wewenang). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Namun, semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin meningkat kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Kartini dan Arianto, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) dan penelitian Kartini dan Arianto (2008) menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan strktur kepemilikan yang tinggi maka mempunyai struktur modal yang tinggi pula. Sebaliknya apabila struktur kepemilikan perusahaan rendah, maka struktur modal perusahaan juga akan rendah. Ha2 : Struktur kepemilikan secara signifikan mempengaruhi struktur modal 5.3.3. Hubungan Antara Ukuran Perusahaan dengan Struktur Modal Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu factor yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal sendiri (equity) dalam mempertahankan atau mengembangkan perusahaan. Ukuran perusahaan terkait erat dengan struktur modal dikarenakan ukuran perusahaan nantinya akan berdampak pada risiko kegagalan dan biaya kebangkrutan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai inverse proxy untuk probabilitas kebangkrutan. Perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan resiko kebangkrutan. Hal ini akan meningkatkan kekuatan tawar perusahaan di depan kreditur. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran perusahaan tehadap struktur modal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut menggunakan debt financing. Semakin kecil perusahaan maka penggunaan hutang akan semakin kecil. Ha3 : Ukuran perusahaan secara signifikan mempengaruhi struktur modal. 5.3.4. Hubungan Antara Asset Tangibility dengan Struktur Modal Asset tangibility adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak assets tangibility suatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Penelitian yang telah dilakukan oleh Christianti (2006) menunjukan bahwa assets tangibility mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menunjukan bahwa semakin tinggi asset tangibility perusahaan, maka akan semakin tinggi struktur modalnya. Ha4 : Asset tangibility secara signifikan mempengaruhi struktur modal. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Konsep Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang pusat perhatiannya ilmu sosial (Supranto, 1998). Definisi konsep dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Struktur Modal Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Brigham dan Houston, 2004). b. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2004). c. Struktur kepemilikan Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oeh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan Kusuma, 2005). d. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sofilda dan Maryani, 2007). e. Tangibility Asset Tangibility Asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan Maryani, 2007). 3.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengatur variabel, petunjuk pelaksanaan tentang cara mengukur variabel yang sama (Supranto, 1998). Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Struktur Modal (Y) Mengacu pada penelitian Kartini dan Arianto (2008), struktur modal dalam penelitian ini adalah perbandingan antara total hutang jangka panjang perusahaan (long term debt) dengan total aktiva (total assets), atau dapat dituliskan sebagai berikut : Hutang jangka panjang Long Term Leverage (Y) = Total Aktiva Long term leverage yang baik yaitu apabila hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan tidak melebihi dari total aktiva yang dimiliki. Hutang yang jumlahnya kurang dari total aktiva akan lebih aman karena hutang tersebut masih dapat dilunasi dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. 2) Profitabilitas (X1) Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio ROI (Return On Investment) yang menggambarkan seberapa besar kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang dilakukan dengan memaksimalkan struktur modalnya (Horne dan Wachowicz, 1997;135). Rasio tersebut diformulasikan sebagai berikut : Net Profit ROI (X1) = X 100% Total Asset Return On Ivestment adalah perbandingan laba yang diperoleh perusahaan dengan total asetnya. Semakin besar nilai ROI menunjukan bahwa perusahaan mampu mendapatkan profitabilitas yang besar yang dapat digunakan untuk pembiayaan operasional perusahaan. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai ROI perusahaan kecil menunjukan perusahaan tidak mendapatkan profitabilitas yang besar dan harus menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan. 3) Struktur Kepemilikan (X2) Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Kartini dan Arianto, 2008). Struktur kepemilikan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Jml saham yang dimiliki oleh insider Struktur Kepemilikan (X2) = Jml saham yang dimiliki oleh investor Perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh insider dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor akan menunjukan seberapa besar manajemen dapat berpengaruh terhadap keputusan pendanaan. Struktur kepemilikan yang baik adalah apabila jumlah saham yang dimiliki oleh investor tidak melebihi jumlah saham yang dimiliki insider. Dengan demikian manajer dapat lebih mengoptimalkan penggunaan hutang untuk meningkatkan nilai perusahaan. 4) Ukuran Perusahaan (X3) Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Kartini dan Arianto (2008), dimana ukuran perusahaan diproksi dengan nilai logaritma dari total aktiva, atau dapat dituliskan sebagai berikut : Ukuran Perusahaan (X3) = Log (total aktiva) Semakin besar nilai logaritma dari total aktiva perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa semakin besar pula ukuran perusahaan tesebut. Sedangkan semakin kecil nilai logaritma perusahaan berarti semakin kecil pula ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang besar untuk biaya operasional perusahaan. Sebaliknya perusahaan yang kecil akan membututuhkan dana yang lebih kecil pula. 5) Tangibility Asset (X4) Pengukuran terhadap tangibility asset mengacu pada penelitian Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) dimana tangible assets diukur dengan mengunakan rasio antara fixed asset dengan total asset. Penggunaan fixed asset dalam pengukuran variabel ini karena fixed asset dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi utang. Fixed Asset Tangibility Asset (X4) = Total Asset Tangibility asset yang baik adalah tangibility asset yang mempunyai fixed asset dengan jumlah besar sehingga dapat digunakan oleh perusahaan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang yang besar. Semakin besar fixed asset perusahaan maka perusahaan akan menggunakan hutang yang besar. Sebaliknya apabila fixed asset perusahaan kecil maka perusahaan akan menggunakan hutang yang kecil. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.3.2 Sampel Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Metode sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak dan mempunyai tujuan tertentu dari peneliti (Indriantoro dan Supomo, 131:1999). Teknik pemilihan sampel adalah menggunakan purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria untuk menjadi sampel adalah : a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2009 b. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember secara berturut-turut dari 2006-2009. c. Perusahaan manufaktur yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen yaitu prosentase saham yang dimiliki oleh pihak insider ownership sebagai pihak internal perusahaan selama periode pengamatan tahun 2006-2009. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 148 2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember secara berturutturut dari 2006-2009 (36) 3. Perusahaan manufaktur yang sahamnya tidak dimiliki oleh pemilik (insider) tahun 2006-2009 (76) Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 36 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan. 3.5 Metode Pengumpulan Data Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain struktur modal sebagai variabel dependen dan variabel independennya yaitu profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva. Semua variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1). Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mengumpulkan dokumen-dokumen serta laporan-laporan pada perusahaan yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini. Adapun dokumen yang dilihat adalah laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan yang membahas tentang variabel yang digunakan dalam penelitian seperti struktur modal, rasio profitabilitas, aktiva, risiko bisnis, dan sebagainya. 2). Studi Pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan dengan membaca majalah dan buku-buku yang ada hubungannya dengan pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber informasi berupa data sekunder yaitu majalah, internet dan berbagai literatur lainnya. 3.6 Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu parameter yang diwujudkan dalam kuantitas (Slamet, 1993:12). Analisa data kuantitatif dengan cara mengumpulkan data yang sudah ada kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam bentuk tabel, grafik, dan dibuat analisis agar dapat ditarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan SPSS Inc. Statistic 17.0. Adapun alat analisa kuantitatif yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini yang membantu dalam pengolahan atau pemrosesan data mentah menjadi informasi yang bermanfaat, yaitu analisis regresi. 3.6.1 Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, ukuran perusahaan, tangibility asset, dan risiko bisnis. Statistik ini untuk melihat mean, minimal, dan maksimal serta standar deviasi dari masing-masing variabel. 3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Wijaya (2000) regresi linier berganda merupakan persamaan matematik yang menyatakan hubungan antara variabel tak bebas (respon) dengan variabel bebas (prediktor). Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan atau naik turunnya variabel dependen apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya (Sugiyono, 1994). Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisa struktur modal sebagai variabel dependen (Y) dengan profitabilitas (X1), struktur kepemilikan (X2), ukuran perusahaan (X3), tangibility asset (X4), sebagai variabel independennya. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y=β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+ +ε Keterangan : Y = Struktur modal β0 = Intercept Coefficient β1..β6 = Slope Coefficient X1 = Profitabilitas X2 = Struktur Kepemilikan X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Tangibility Asset ε = Kesalahan pengganggu / standar error A. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan perhitungan statistik regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, maka diadakan pengujian asumsi klasik. Menurut Imam Ghozali (2009), uji asumsi klasik terdiri dari : uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas. a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1. Analisis grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram dan dengan melihat normal probability plot. Dasar pengambilannya adalah: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika ada data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Analisis statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, oleh sebab itu dianjurkan di samping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (KS). Dasar pengambilan keputusannya yaitu nilai signifikan >0.05 maka model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan membandingkan nilai tolerance dan variace inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/ tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum adalah nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10. Jadi multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance< 0,10 atau nilai VIF >10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut hetesrokedastisitas. Medel regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data (cross section) mengandung heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dasar analisis untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji glejser. Uji glejser dengan mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika dilihat dari tingkat probabilistik signifikansinya di atas tingkat kepercayaaan 0,05, maka model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. B. Uji Parameter Model Regresi (Uji Statistik t) Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji setiap hipotesis yang ada dengan menggunakan uji statistik t. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian tersebut dapat menentukan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Langkah-langkah pengujian dalam melakukan Uji t sebagai berikut: a. Perumusan Hipotesis Ho (1) : 1=0 artinya tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap struktur modal. Ha (1) : 1>0 artinya ada pengaruh positif antara profitabilitas terhadap struktur modal. Ho (2) : 2=0 artinya tidak ada pengaruh antara struktur kepemilikan terhadap struktur modal. Ha (2) : 2>0 artinya ada pengaruh positif antara struktur kepemilikan terhadap struktur modal.. H0 (3) : 3=0 artinya tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Ha (3) : 3>0 artinya ada pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap struktur modal.. Ho (4) : 4=0 artinya tidak ada pengaruh antara tangibility asset terhadap struktur modal. Ha (4) : 4>0 artinya ada pengaruh positif antara tangibility asset terhadap struktur modal.. b. Menentukan Taraf Signifikansi Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α=0,05). c. Menentukan Kriteria Pengujian (daerah diterima/ditolak) Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak. Jika p-value >0,05 maka H0 diterima. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006 sampai dengan 2009. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan tangibility asset terhadap struktur modal. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 148 perusahaan selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan keputusan subjektif peneliti yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel yang diperoleh adalah sebanyak 36 perusahaan yaitu perusahaan yang sebagian saham perusahaannya dimiliki oleh pemilik selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tabel 4.1 Kriteria pengambilan sampel No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 148 2. Perusahaan manufaktur yangmempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember secara berturutturut dari 2006-2009 (36) 3. Perusahaan manufaktur yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pemilik (insider) tahun 2006-2009 (76) Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 36 Penelitian menggunakan data sampel perusahaan sebanyak 36, terdiri dari Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Nama Perusahaan Kode Jumlah INDF STTP TBLA ULTJ 4 GGRM 1 SRSN 1 5 d) Chemical and Allied Products AKRA BUDI ETWA LTLS SOBI 1. PT. AKR Corporindo Tbk LMPI 1 ALMI BTON CTBN INAI JPRS 9 a) Food and Beverages 1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2. PT. Siantar Top Tbk 3. PT. Tunas Baru Lampung Tbk 4. PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk b) Tobacco Manufacturers 1. PT. Gudang Garam Tbk c) Apparel and Other Textile Products 1. PT. Indo Acidatama Tbk (d/h Sarasa Nugraha) 2. PT. Budi Acid Jaya Tbk 3. PT. Eterindo Wahanatama Tbk 4. PT. Lautan Luas, Tbk 5. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (d/h Sorini Corporation) e) Plastics and Glass Products 1. PT. Langgeng Makmur Industri Tbk f) Metal and Allied Products LION LMSH PICO TIRA IKAI 1 IKBI 1 MTDL 1 ASII AUTO BRAM INTA NIPS SMSM 7 INAF KAEF PYFA TSPC 4 TCID 1 36 1. PT. Alumindo Light Metal Indusrtry Tbk 2. PT. Betonjaya Manunggal Tbk 3. PT. Citra Tubindo Tbk 4. PT. Indal Aluminium Industry Tbk 5. PT. Jaya Pari Steel, Tbk 6. PT. Lion Metal Works Tbk 7. PT. Lionmesh Prima Tbk 8. PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 9. PT. Tira Austenite Tbk g) Stone, Clay, Glass and Concrete Products 1. PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk h) Cable 1. PT. Sumi Indo Kabel Tbk i) Electronic and Office Equipment 1. PT. Metrodata Electronics Tbk j) Automotive and Allied Products 1. PT. Astra International Tbk 2. PT. Astra Otoparts Tbk 3. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 4. PT. Indo Kordsa Tbk (d/h Branta Mulia Tbk) 5. PT. Intraco Penta Tbk 6. PT. Nipress Tbk 7. PT. Selamat Sempurna Tbk k) Pharmaceuticals 1. PT. Indofarma (Persero) Tbk 2. PT. Kimia Farma Tbk 3. PT. Pyridam Farma Tbk 4. PT. Tempo Scan Pacific Tbk l) Consumer Goods 1. PT. Mandom Indonesia Tbk Jumlah Perusahaan Manufaktur Sumber : Data Sekunder yang Diolah (ICMD 2010) Empat perusahaan di sektor Food and Beverages, 1 perusahaan di sektor Tobacco Manufacturs, 1 perusahaan di sektor Apparel and Other Textile Products, 5 perusahaan di sektor Chemical and Allied Products, 1 perusahaan di sektor Plastics and Glass Products, 9 perusahaan di sektor Metal and Allied Products, 1 perusahaan di sektor Stone, Clay, Glass and Concrete Products, 1 perusahaan manufaktur disektor Cable, 1 perusahaan manufaktur di sektor Electronic and Equipment, 7 perusahaan manufaktur di sektor Automotive and Allied Products, 4 perusahaan manufaktur di sektor Pharmaceuticals, dan 1 perusahaan manufaktur di sektor Consumer Goods. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini akan disajikan statistika deskripsi dari variabel independen maupun variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur modal, profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan tangibility asset. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing variabel berjumlah 36 yang diperoleh dari 12 perusahaan dikalikan periode tahun pengamatan (3 tahun) yaitu periode 2006 - 2009. Analisis deskriptif data penelitian dilakukan dengan alat bantu SPSS ver. 17, adapun hasil analisis ditunjukkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut; Tabel 4.3 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean .111389 Std. Deviation Struktur_Modal_Y 36 .0200 .4000 .0936911 Profitabilitas_X1 36 -.5600 38.3000 Struktur_Kepemilikan_X2 36 .0000 .2600 .062500 .0893268 Ukuran_Perusahaan_X3 36 4.7200 7.8600 6.153889E0 .9523663 Tangibility_Asset_X4 36 .0200 .6200 .328056 .1672435 Valid N (listwise) 36 1.579583E1 11.2768325 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari sampel yang berjumlah 36 perusahaan didapatkan nilai terendah (minimum) pada variabel struktur modal sebesar 0,02 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,40. Nilai ratarata (mean) pada variabel struktur modal sebesar 0,1104. Nilai standar deviasi sebesar 0,09374 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 0,1104 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data struktur modal penyebarannya normal. Profitabilitas diproksikan dengan ROI. Nilai terendah (minimum) ROI sebesar -0,56 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 38,30. Nilai rata-rata (mean) pada ROI sebesar 15,7955. Nilai standar deviasi sebesar 11,27690 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 15,7955 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel profitabilitas penyebarannya normal. Nilai terendah (minimum) pada variabel struktur kepemilikan adalah sebesar 0,00 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,26. Nilai rata-rata (mean) pada struktur kepemilikan sebesar 0,0625. Nilai standar deviasi sebesar 0,0893 lebih besar dari nilai rata-rata sebesar 0,0625 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi tinggi, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel struktur kepemilikan penyebarannya tidak normal. Nilai terendah (minimum) pada varibel ukuran perusahaan adalah sebesar 4,72 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 7,86. Nilai rata-rata (mean) pada ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Log adalah sebesar 6,1540. Nilai standar deviasi sebesar 0,95229 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 6,1540 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel ukuran perusahaan penyebarannya normal. Nilai terendah (minimum) pada variabel tangibility asset adalah sebesar 0,02 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,62. Nilai rata-rata (mean) pada tangibility asset sebesar 0,3276. Nilai standar deviasi sebesar 0,16752 lebih kecildari nilai rata-rata sebesar 0,3276 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel tangibility asset penyebarannya normal. Gambar 4.1 Grafik Bivariate Profitabilitas dengan Struktur Modal 0.2 0.18 0.15 0.1 0.07 0.05 0.05 0.02 0 ≤ 10,00 11,00 - 20,00 21,00 - 30,00 ≥ 31,00 Profitabilitas (ROI) Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur modal tertinggi mencapai 0,18 yaitu pada nilai profitabilitas ≤10,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,02 pada nilai profitabilitas ≥31,00. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,07 menunjukkan nilai profitabilitas antara 11,00-20,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,05 menunjukkan nilai profitabilitas antara 21,00-30,00. Hal ini menunjukkan tren menurun antara struktur modal dengan profitabilitas. Gambar 4.2 Grafik Bivariate Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal 0.40 0.30 0.30 0.22 0.20 0.10 0.07 0.08 ≤ 0,07 0,08 - 0,14 0.00 0,15 - 0,21 ≥ 0,22 Struktur Kepemilikan Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur modal tertinggi mencapai 0,30 yaitu pada nilai struktur kepemilikan antara 0,150,21. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,07 pada nilai stuktur kepemilikan ≤0,07. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,08 menunjukkan nilai struktur kepemilikan antara 0,08-0,14. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,22 menunjukkan nilai struktur kepemilikan ≥0,22. Hal ini menunjukkan tren meningkat antara struktur modal dengan struktur kepemilikan. Gambar 4.3 Grafik Bivariate Ukuran Perusahaan dengan Struktur Modal 0.4 0.29 0.3 0.2 0.1 0.08 0.09 5,01 - 6,00 6,01 - 7,00 0.03 0 ≤ 5,00 Ukuran Perusahaan ≥ 7,01 Berdasarkan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur modal tertinggi mencapai 0,29 yaitu pada nilai ukuran perusahaan antara ≥7,01. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,03 pada nilai ukuran perusahaan ≤5,00. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,08 menunjukkan nilai ukuran perusahaan antara 5,01-6,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,09 menunjukkan nilai ukuran perusahaan antara 6,01-7,00. Hal ini menunjukkan tren meningkat antara struktur modal dengan ukuran perusahaan. Gambar 4.4 Grafik Bivariate Tangibility Asset dengan Struktur Modal 0.4 0.33 0.3 0.2 0.1 0.06 0.07 ≤ 0,19 0,20 - 0,39 0.11 0 0,40 - 0,59 ≥ 6,00 Tangibility Asset Berdasarkan gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur modal tertinggi mencapai 0,33 yaitu pada nilai tangibility asset ≥6,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,06 pada nilai tangibility asset ≤0,19. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,07 menunjukkan nilai tangibility asset antara 0,20-0,39. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,11 menunjukkan nilai tangibility asset antara 0,40-0,59. Hal ini menunjukkan tren meningkat antara struktur modal dengan tangibility asset. 4.2.2 Model Regresi Linier Berganda Tabel 4.3 Model Persamaan Regresi Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error t Sig. Beta (Constant) -.119 .075 -1.590 .122 Profitabilitas_X1 -.003 .001 -.325 -2.893 .007 1 Struktur_Kepemilikan_X2 .227 .100 .216 2.277 .030 Ukuran_Perusahaan_X3 .037 .011 .373 3.490 .001 Tangibility_Asset_X4 .101 .056 .181 1.812 .080 a. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y Berdasarkan tabel 4.3 di atas hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS maka dapat dituliskan persamaan matematis sebagai berikut : Y = -0,119 - 0,003 X1 + 0,227 X2 + 0,037 X3 + 0,101 X4+ e Keterangan : Y = Struktur Modal X1 = Profitabilitas X2 = Struktur Kepemilikan X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Tangibility Asset Persamaan regresi diatas dapat diartikan : a. Konstanta sebesar -0,119 menyatakan bahwa jika varibel independen yaitu profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva dianggap konstan maka struktur modal diprediksi turun sebesar 0,119 satuan. b. Koefisien regresi profitabilitas sebesar -0,003 menyatakan bahwa apabila profitabilitas naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain konstan maka struktur modal diprediksi turun sebesar 0,003 satuan. c. Koefisien regresi struktur kepemilikan sebesar 0,227 menyatakan bahwa apabila struktur kepemilikan naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,227 satuan. d. Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,037 menyatakan bahwa apabila ukuran perusahaan naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,037 satuan. e. Koefisien regresi tangibility asset sebesar 0,101 menyatakan bahwa apabila tangibility asset naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,101 satuan. A. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah suatu metode untuk mengukur ketepatan pengujian yang digunakan dalam analisis data dengan pendekatan model regresi. Ghozali (2009), menyebutkan uji asumsi klasik setidaknya terdiri dari 3 metode; uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependenkeduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain menggunakan NormalP-Plot of Regression Standardized Residual normalitas data diuji dengan menggunakan kolmogorov-sminorov. Hasil pengujian terhadap 36 data penelitian adalah sebagai berikut : Gambar 4.8 Garfik Histogram Uji Normalitas Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya karena telah memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.9 Grafik Normal Probability Plot Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa grafik normal plot mengikuti arah garis diagonal serta penyebarannya mendekati dari garis diagonal, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya karena telah memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.4 Tabel Uji Kolmogorov Smirnov Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 36 .0000000 .04858883 .138 .099 -.138 .602 .861 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,602 dan signifikan pada 0,861. Hal ini menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal karena nilai signifikansi >0,05, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap selannjutnya karena telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel (bebas) independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (Ghozali ,2009 : 95). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Jadi multikolonieritas tidak trejadi apabila nilai tolerance> 0,10 atau nilai VIF < 10. Tabel 4.5 Tabel Uji Multikolonieritas Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -.119 .075 Profitabilitas_X1 -.003 .001 Struktur_Kepemilikan_X2 .227 Ukuran_Perusahaan_X3 Tangibility_Asset_X4 Standardized Coefficients t Sig. Beta Collinearity Statistics Toleranc e VIF -1.590 .122 -.325 -2.893 .007 .430 2.323 .100 .216 2.277 .030 .601 1.665 .037 .011 .373 3.490 .001 .476 2.100 .101 .056 .181 1.812 .080 .546 1.831 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarakan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance antar variabel independen menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama, tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolonieritas sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya karena telah memenuhi asumsi multikolonieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas terjadi apabila variasi ut (residual) tidak konstan atau berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya nilai variabel independent. Konsekuensi dari keberadaan heterokedastisitas adalah analisis regresi akan menghasilkan estimator yang bias untuk nilai variasi ut (residual) dan dengan demikian pula pada variasi koefisien regresi.akibatnya uji t, uji F dan estimasi nilai variabel dependent menjadi tidak valid (Gujarati dalam Yuni, 2007). Deteksi masalah heterokedastisitas dapat dilakukan tiga pengujian yaitu uji Rank Spearman, uji Park dan Uji White, dalam penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman, hasil uji tersebut ditunjukkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut; Tabel 4.6 Hasil Deteksi Heterokedastisitas dengan Uji Rank Spearman Correlations Abs_Res Spearman's rho Correlation Coefficient Abs_Res X1 X2 X3 X4 1.000 .196 .247 .041 -.008 . .252 .146 .811 .965 36 36 36 36 36 * ** -.647** Sig. (2-tailed) N X1 Correlation Coefficient .196 1.000 Sig. (2-tailed) .252 . .022 .000 .000 36 36 36 36 36 Correlation Coefficient .247 * 1.000 .311 .456** Sig. (2-tailed) .146 .022 . .065 .005 36 36 36 36 36 ** .311 1.000 .422* N X2 N X3 -.671 Correlation Coefficient .041 -.671 Sig. (2-tailed) .811 .000 .065 . .010 36 36 36 36 36 ** ** * 1.000 N Correlation Coefficient X4 -.382 -.382 Sig. (2-tailed) -.008 -.647 .456 .422 .965 .000 .005 .010 . 36 36 36 36 36 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data sekunder yang diolah Heterokedastisitas dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) dengan masing-masing variabel independent, jika nilai koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) > α (0,05) maka variabel independent dinyatakan tidak memiliki masalah heterokedastisitas; jika nilai koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) < α (0,05) maka variabel independent dinyatakan memiliki masalah heterokedastisitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh variabel independent dalam penelitian memiliki nilai koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) > α (0,05) dengan demikian dinyatakan bahwa seluruh variabel penelitian tidak memiliki masalah heterokedastisitas. B. 1. Uji Kebaikan Model Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien Determinasi (0,810) besarnya antara 0-1 atau 0<R<1, apabila nilai koefisien Determinasi semakin mendekati angka 1, maka variabel bebas makin besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Hasil uji determinasi ditunjukkan dalam tabel 4.7 sebagai berikut; Tabel 4.7 Hasil Analisis Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .912a .832 .810 .0408465 a. Predictors: (Constant), Tangibility_Asset_X4, Ukuran_Perusahaan_X3, Struktur_Kepemilikan_X2, Profitabilitas_X1 Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel hasil uji koefisien determinasi dapat diketahui bahwa besarnya Adjusted R Square adalah 0,810. Hal ini berarti bahwa 81% variabel struktur modal (Y) dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel yaitu variabel profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan tangibility asset. Sedangkan sisanya sebesar 19% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variable yang digunakan dalam penelitian. 2. Uji Kesesuaian Model Tabel 4.8 Tabel Uji Kesesuaian Model ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total .256 .052 .307 df 4 31 35 Mean Square .064 .002 F 38.286 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Tangibility_Asset_X4, Ukuran_Perusahaan_X3, Struktur_Kepemilikan_X2, Profitabilitas_X1 b. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan adalah sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikan lebih keci dari (<) 0,05 ,maka model regresi yang dibentuk dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap struktur modal. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan tangibility asset secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Uji Parameter Model Regresi (Uji Statistik t) Tabel 4.9 Tabel Uji Statistik t Model Unstandardized Coefficients B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -.119 .075 Profitabilitas_X1 -.003 .001 Struktur_Kepemilikan_X2 .227 Ukuran_Perusahaan_X3 Tangibility_Asset_X4 t Sig. Beta -1.590 .122 -.325 -2.893 .007 .100 .216 2.277 .030 .037 .011 .373 3.490 .001 .101 .056 .181 1.812 .080 a. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y Sumber : data diolah Pengujian hipotesis 1 : profitabilitas (ROI) berpengaruh negatif terhadap struktur modal Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROI mempunyai nilai beta sebesar -0,03 dan signifikan sebesar 0,007. Oleh karena p-value < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari profitabilitas terhadap struktur modal. Koefisien arah negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modalnya. Implikasinya bagi perusahaan, meningkatkan profitabilitas yang dihasilkan sehingga struktur modalnya akan semakin turun. Profitabilitas memberikan sinyal negatif pada penggunaan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas yang didapat oleh perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk membiayai kebutuhan pendanaan dengan dana internal perusahaan tanpa harus menggunakan dana dari pihak eksternal yang berupa hutang. Oleh karena itu, meningkatnya profitabilitas yang didapat oleh perusahaan maka akan mengurangi struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007), Sofilda dan Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Pengujian hipotesis 2 : struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa struktur kepemilikan mempunyai nilai beta sebesar 0,227 dan signifikan sebesar 0,030. Oleh karena pvalue < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur kepemilikan terhadap struktur modal. Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya. Struktur kepemilikan memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi struktur kepemilikan pada suatu perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemilik akan lebih besar dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal. Oleh karena itu, meningkatnya struktur kepemilikan pada suatu perusahaan maka akan meningkatkan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) dan Kartini dan Arianto (2008) yang menunjukan bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Pengujian hipotesis 3 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan mempunyai nilai beta sebesar 0,037 dan signifikan sebesar 0,001. Oleh karena pvalue < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya. Ukuran perusahaan memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi ukuran perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan yang besar yang diukur dari total aktivanya akan lebih besar pula dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal. Oleh karena itu, meningkatnya ukuran perusahaan pada suatu perusahaan maka akan meningkatkan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Kartini dan Arianto (2008), Tri Harjanti dan Tadelilin (2007), Setyawan dan Sutapa (2006), dan penelitian oleh Sofilda dan Maryani (2007) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Pengujian hipotesis 4 : tangibility asset berpengaruh positif terhadap struktur modal Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tangibility asset mempunyai nilai beta sebesar 0,101 dan signifikan sebesar 0,080. Oleh karena p-value > 0,05 maka H0 tertolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari tangibility asset terhadap struktur modal. Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi tangibility asset yang dimiliki suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya. Tangibility asset memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi tangibility asset yang dimiliki suatu perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai tangibility asset yang besar sebagai jaminan atas hutang akan lebih besar dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dari pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal perusahaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa ROI signifikan pada 0,047 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Koefisien arah negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modalnya. Sebaliknya semakin rendah nilai profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi struktur modalnya. b. Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa struktur kepemilikan signifikan pada 0,035 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya. Sebaliknya semakin rendah struktur kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan semakin rendah pula struktur modalnya. c. Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan signifikan pada 0,013 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula struktur modalnya. Sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka akan semakin kecil pula struktur modalnya. d. Tidak terdapat pengaruh tangibility asset terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa tangibility asset tidak signifikan p-value = 0,05 artinya bahwa H0 diterima. Hal ini berarti tangibility asset tidak berpengaruh terhadap struktur modal.. 5.2 Saran Berdasar dari hasil penelitian di atas, maka saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah memasukan variabel lain yang berpengaruh terhadap struktur modal, sehingga diharapkan hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Edisi 1, Mediasoft : Jakarta Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Yogyakarta. BPPE Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi, Terjemahan Marwata dkk, Jakarta : Salemba Empat Brigham dan Houston, 2006,Foundamental of Financial Management, Jakarta: Salemba Empat Brigham, Eugene F. dan Joel F.Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 8, Erlangga, Jakarta. Brigham, E F dan Gapenski L C, 1996. “Intermediate Financial Management Fifth Edition”. International Edition: The Dryden Press. Chariri, Anis dan Imam Ghozali, 2001,Teori Akuntansi, Edisi: Pertama, Badan Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang. Christianti, Ari (2006), Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 2326 Agustus 2006. Eugene F Brigham and Joel F Houston, 2006. Fundamental of Financial Management, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi ke Sepuluh, penerbit Salemba Empat. Ghozali, Imam, 2009,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Universitas Diponegoro. Horne, James Van dan John M. Wachowics, Jr , 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999,Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Kartini dan Arianto, Tulus (2008), Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 1, 11-21 Kesuma, Ali (2009), Analisis Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 11, No.1, 38-45 Kieso, Donald E. dan Weygandt, Jerry J. 2001,Akuntansi Intermediate Jilid 1, Jakarta: Erlangga Munawir, S, 2001. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Mamduh, 2004. “Manajemen Keuangan”, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama. Yogyakarta:BPFE. Nurrohim, Hasa (2008), Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Manajemen SINERGI, Vol. 10, No. 1, 11-18 Prabansari, Yuke dan Kusuma, Hadri (2005), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta, SINERGI Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Finance, 1-15 Riahi, Ahmed dan Belkaoui, 2000,Teori Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat Riyanto, Bambang, 2001,Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. SAK, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat Sekaran, Uma, 2006,Metodologi Penelitian Bisnis,Buku1, Jakarta: Salemba Empat ____________, 2006,Metodologi Penelitian Bisnis,Buku2, Jakarta: Salemba Empat Setyawan, Hendri dan Sutapa (2006), Analisis Faktor Penentu Struktur Modal (Studi Empiris pada Emiten Syariah di Bursa Efek Jakarta Tahun 20012004), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 2, 203-215 Simamora, Henry, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II, Jakarta : Salemba Empat Sofilda, Eleonora dan Maryani (2007), Analisis Faktor Penentu Struktur Modal Perbankan di Indonesia, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 7, No. 3, 325-349 Supranto, John, 1998, Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid II, Edisi kelima, Jakarta : Erlangga Tri Harjanti, Theresia dan Tandelilin, Eduardus (2007), Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, 1-10 Weston, J.F dan E.F Brigham (1994), Essential of Managerial Finance. The Dryden Press, Holt. Weston & Copeland, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2 Jakarta : Binarupa Aksara.