BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan bisnis Indonesia yang semakin maju membuat persaingan pada
sektor ini semakin tajam. Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan
menerapkan prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian
laba maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan
kemakmuran pemiliknya. Untuk itu perusahaan harus memiliki rencana strategis
dan taktis yang di susun dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Salah satu aspek penting untuk mengimplementasikan rencana tersebut adalah
rencana pembelanjaan.
Masalah pembelanjaan menyangkut keseimbangan finansial perusahaan,
dengan demikian, pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva
dan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan aktiva dan pasiva tersebut
dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan aktiva yang digunakan perusahaan
akan menentukan struktur kekayaan perusahaan. Sedangkan pemilihan struktur
kuantitatif dari pasiva akan menentukan struktur finansial dan struktur modal.
Keputusan pembelanjaan atau keputusan pemenuhan pembelanjaan dana
berhubungan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan
perimbangan pembelanjaan yang baik, atau penentuan struktur modal yang
optimal (Kesuma, 2009). Keputusan pemenuhan dana mencakup berbagai
1
pertimbangan apakah perusahaan akan menggunakan sumber internal maupun
sumber eksternal, yang berasal dari hutang atau emisi obligasi, atau dengan emisi
saham baru.
Pola pembiayaan (financing) perusahaan yang berada pada negara-negara
yang sedang berkembang, lebih mudah untuk memasuki dan mendapatkan
pembiayaan eksternal. Oleh karena memiliki akses yang lebih baik untuk
memasuki pembiayaan eksternal, maka perusahaan di Indonesia cenderung untuk
memilih menggunakan pembiayaan eksternal (debt financing) yaitu menggunakan
pinjaman dari bank, dibandingkan dengan menggunakan pembiayaan internal
(equity financing), karenanya hal utama bagi perusahaan pada faktor finansial
adalah menentukan pilihan antara pembiayaan dari dalam perusahaan (equity
financing) dan pembiayaan dari luar perusahaan (debt financing). Sebelum
perusahaan memilih diantara keduanya, terlebih dahulu perusahaan akan
mempertimbangkan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi struktur
modalnya.
Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham (Weston dan Copeland, 1999:19). Struktur modal juga dapat diartikan
sebagai perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang
dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Struktur keuangan menggambarkan
susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang-hutang jangka
pendek, hutang-hutang jangka panjang, modal saham dan laba yang ditanam
kembali. Sedangkan struktur modal adalah susunan atau perbandingan antara
modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, jadi struktur modal merupakan
bagian dari struktur keuangan. Besar kecilnya angka rasio struktur modal
menunjukan banyak sedikitnya jumlah pinjaman jangka panjang daripada modal
sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang digunakan untuk memperoleh
laba operasi. Semakin besar angka rasio struktur modal berarti semakin banyak
jumlah pinjaman jangka panjang, sehingga semakin banyak bagian dari laba
operasi yang digunakan untuk membayar beban tetap, dan semakin bnyak aliran
kas yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman, akibatnya semakin
sedikit jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diterima oleh perusahaan.
Struktur modal menunjukan proporsi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor
dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian
investasinya. Investor dari perusahaan dengan leverage tinggi akan menuntut
leverage yang tinggi karena semakin bertambahnya risiko finansial yang harus
ditanggung investor. Kreditur menghendaki perusahaan melakukan pengungkapan
keuangan secara lebih komprehensif untuk memastikan bahwa perusahaan dapat
memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan pokok pinjaman (principal) dan
sekaligus bunga.
Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatifalternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila
perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang
optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya
penggunaan
modal
keseluruhan
atau
biaya
modal
rata-rata,
sehingga
memaksimalkan nilai perusahaan (Riyanto, 2001:294).
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menentukan
struktur modal perusahaan. Menurut Flydenberg (2004) dalam Kartini dan Arianto
(2008), struktur modal dipengaruhi oleh aktiva tetap (fixed cost), kemampulabaan
(profitability), risiko (risk), ukuran perusahaan (size), pajak (tax shield), struktur
kepemilikan perusahaan (ownership/system affiliation), pertumbuhan (growth).
Profitabilitas
(profitability)
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. Brigham dan Houston (2001:40), mengatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh
terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Joel, 2001).
Penelitian yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan
oleh Kartini dan Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin
(2007), Sofilda dan Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan
dan Sutapa (2006) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga
semakin rendah pula struktur modalnya. Lain halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), mengatakan bahwa profitabilitas
perusahaan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal
perusahaan.
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam
(insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari
dan Kusuma, 2005). Konsekuensi dari pemisahan kepemilikan dan kontrol
manajemen atas suatu perusahaan modern (the modern corporation) diungkapkan
pertama kali oleh Berle dan Means (1932), mengutip dari penelitian Kartini dan
Arianto (2008) yang mengamati korporasi-korporasi besar di Amerika Serikat.
Ada principal agent problem disini. Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik
(principal) dan manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agen (orang yang
menerima tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan
principal (orang yang memberikan tugas dan wewenang), dikenal dengan nama
masalah agensi (agency problem). Menurut mereka, apabila sturktur kepemilikan
semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin
kehilangan power untu melakukan kontrol terhadap manajer. Karena kepentingan
pemilik (principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumberdaya
perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar
kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin berkurang
kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan
berdampak
terhadap
keputusan
pendanaan,
apakah
perusahaan
tersebut
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana luar perusahaan atau dana
dari dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma
(2005),dan Kartini dan Arianto (2008), menunjukan bahwa struktur kepemilikan
mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Semakin besar kepemilikan internal maka akan menyebabkan semakin besar
proporosi hutang dalam struktur modal perusahaan. Lain halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurrohim (2008), menunjukan bahwa kontrol kepemilikan
mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total
penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan merupakan salah
satu faktor yang yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa
besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran
atau besarnya aset perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan
tersebut menggunakan debt financing pada periode yang akan datang. Semakin
besar ukuran perusahaan akan meningkatkan kemampuan collateral, yaitu
kemampuan perusahaan untuk memberikan jaminan untuk mendapatkan
pinjaman. Seiring dengan peningkatan collateral ini, kapasitas perusahaan untuk
melakukan debt financing menjadi lebih besar.
Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga
dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk proyek
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Kartini
dan Arianto (2008), Tri Harjanti dan Tadelilin (2007), Setyawan dan Sutapa
(2006), dan penelitian oleh Sofilda dan Maryani (2007), menunjukan bahwa
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur
modal perusahaan.
Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan
Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan
persediaan, kemudian dibandingkan dengan jumlah total aktiva secara
keseluruhan. Semakin banyak tangibilityassetssuatu perusahaan berarti semakin
banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa
hutang. Hal ini dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk
memback-up hutang. Harris dan Raviv (1991), mengutip dari penelitian
Christianti (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan level fixed assets yang
tinggi umumnya adalah perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham
dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai
investasi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Christianti (2006), Sofilda dan
Maryani (2007), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) menunjukan bahwa tangibility
assets mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Banyak studi empiris yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Kesuma (2009) meneliti tentang
struktur modal dengan variabel profitabilitas, rasio hutang dan pertumbuhan
penjualan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan
dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan atau berlawanan arah
dengan struktur modal, sedangkan rasio hutang mempunyai pengaruh yang
signifikan dan searah dengan sruktur modal.
Nurrohim (2008) meneliti tentang struktur modal pada perusahaan manufaktur
di indonesia. Dalam penelitian tersebut Hasa Nurrohim menggunakan empat
variabel yaitu profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan dan struktur
aktiva. Hasilnya menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel profitabilitas,
fixed asset ratio, kontrol kepemilikan, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai arah
negatif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan fixed asset ratio dan
struktur aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
Christianti (2006) mengenai penentuan perilaku kebijakan struktur modal.
Variabel independenya adalah tangibility asset, size,growth, profitability, earning
volatility dan flexibility. Hasil penelitian menunjukan bahwa asset tangibility,
growth, dan profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage
perusahaan, sedangkan untuk variabel earning volatility menunjukan pengaruh
positif terhadap leverage perusahaan.
Penelitian juga dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), dalam
penelitian tersebut Prabansari dan Kusuma menggunakan ukuran perusahaan,
risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan sebagai
variabel independen. Penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa secara parsial
ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur kepemilikan dan pertumbuhan
aktivaberpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel
risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto (2008) dengan variabel
independen struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran
perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial variabel struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif
signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan untuk variabel profitabilitas
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) menggunakan variabel firm size,
tangible asset, growth opportunity, profitability dan business risk. Dalam
penelitian tersebut disimpulkan bahwa tangible assets, growth opportunity, dan
profitability berpengaruh negatifsignifikan terhadap struktur modal. Firm size
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan business risk
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal.
Setyawan dan Sutapa (2006) juga melakukan penelitian mengenai struktur
modal dengan variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain
profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, kepemilikan pemerintah
dan
kepemilikan
asing.
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
profitabilitas dan kepemilikan asing berpengaruh negatifsignifikan terhadap
struktur modal. Ukuran perusahaan dan kepemilikan pemerintah berpengaruh
positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Sofilda dan Maryani (2007) melakukan penelitian mengenai struktur modal di
perbankan dengan size, tangibility, non debt tax,profitability dan depresiasi adalah
variabel independen.Secara parsial size dan depresiasi berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap struktur modal. Tangibility dan non debt tax berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan profitability
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Dari beberapa penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa sudah banyak
penelitian yang dilakukan berhubungan dengan struktur modal. Penelitian ini
merupakan perbaikan dari penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Arianto
(2008). Penelitian tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain hasil
koefisien determinasi R square yang hanya menunjukan nilai sebesar 28,4%. Hal
itu menunjukan bahwa variabel terikat sebesar 71,6% masih dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar penelitian tersebut.Oleh karena itu, peneliti akan
menambahkan variabel tangibility asset dan risiko bisnis. Penambahan variabel
tersebut didasarkan atas variabel beberapa peneliti terdahulu yang hasil
penelitiannya berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel tersebut adalah
tangibility assetyang mengacu berdasarkan penelitian Sofilda dan Maryani (2007)
dan risiko bisnisyang mengacu berdasarkan penelitian Prabansari dan Kusuma
(2005).
Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility
diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian
dibandingkan dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak
tangibility assetsuatu perusahaan berarti semakin banyak collateralasset untuk
bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Risiko bisnis adalah
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Semakin besar risiko bisnis yang terdapat pada suatu perusahaan maka semakin
sedikit pihak yang mempercayai untuk memberikan hutang kepada perusahaan.
Hal ini dikarenakan pemberi hutang tidak yakin perusahaan akan dapat melunasi
hutangnya apabila ketidakpastian perusahaan tersebut dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya besar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka penelitian ini
mengambil
judul
“PENGARUH
PROFITABILITAS,
STRUKTUR
KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN TANGIBILITY ASSET,
TERHADAP
STRUKTUR
MODAL
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”.
PADA
PERUSAHAAN
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Apakah profitabilitas mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI ?
b.
Apakah struktur kepemilikan mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
c.
Apakah
ukuran
perusahaan
mempengaruhi
struktur
modal
pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
d.
Apakah pengaruh tangibility asset mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka dapat dijelaskan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modalpada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
b.
Untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
c.
Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
d.
Untuk menguji pengaruh tangibility asset terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
a.
Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dalam
pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi khususnya di bidang akuntansi
keuangan.
b.
Kegunaaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh penulis dan pembaca
sebagai wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan ekonomi
khususnya di bidang akuntansi keuangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjelasan tentang isi dari masing – masing
bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dibuat sistematika penyusunan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori – teori yang melandasi
penelitian, kerangka konseptual yang digunakan, hipotesis
penelitian dan penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi
operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai diskripsi objek penelitian,
analisis data dan pembahasan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran – saran
yang berhubungan dengan penelitian yang serupa dimasa yang
akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pusataka
2.1.1 Modal
a.
Pengertian Modal
Modal menurut Munawir (2001 ; 19) adalah hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan yang dutujukan dalam pos modal (modal saham), surplus
dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap
seluruh hutang-hutangnya. Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat
berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul akibat penanaman
(investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik.
Menurut Prof Bakker dalam Riyanto (2001:18) menjelaskan bahwa modal
sebagai barang-barang baik yang berupa barang konkret yang masih ada dalam
rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa
daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit.
Liitge dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal hanyalah dalam artian uang
(geldkapital). Schwiedland dalam Riyanto (2001:18) memberikan pengertian
modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam
bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya
mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. A. Amonn J. von
Komorzynsky dalam Riyanto (2001:18), yang memandang modal sebagai
kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum
digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya.
Prof. Meij dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal sebagai “kolektivitas
dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan
yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam
rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk
pendapatan.
Prof. Polak dalam Riyanto (2001:18) mengartikan modal ialah sebagai
kekuasan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal
ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barangbarang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum
digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit. Modal dapat berupa
elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca perusahaan, misalnya uang kas, bahan
baku, gedung, mesin, dan sebagainya dan juga berupa elemen-elemen dalam
pasiva suatu neraca yang merupakan sumber-sumber modal yang berupa hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri (Nitisemito, 1997:17).
b. Jenis-Jenis Modal
Berdasarkan jenisnya, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Modal Asing
Modal asing diartikan sebagai modal yang berasal dari luar perusahaan
yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
yang bersangkutan modal tersebut merupakan “hutang”, yang pada saatnya
harus dibayar kembali (Riyanto, 2001:227). Modal asing atau hutang ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a.
Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt). Hutang jangka pendek
adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu
tidak lebih dari satu tahun atau tidak lebih dari satu siklus operasi
perusahaan.
b.
Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt). Hutang Jangka
Menengah adalah modal asing atau hutang yang jangka waktu
pengembaliannya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
c.
Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt). Hutang Jangka Panjang
adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umurnya lebih dari 10
tahun.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya
(Riyanto, 2001:240). Modal sendiri terdiri dari tiga yaitu:
a. Modal Saham terdiri dari:
1) Saham Biasa (Common Stock). Para pemegang saham biasa akan
mendapat deviden tiap akhir tahun pembukuan, apabila
perusahaan mendapatkan keuntungan saja, namun apabila
perusahaan mengalami kerugian maka para pemegang saham
tidak akan mendapatkan deviden dan mengenai hal tersebut
terdapat ketentuan hukumnya, yaitu bahwa perusahaan yang
mengalami kerugian itu belum ditutup maka selama itu pula
perusahaan tidak diperbolehkan membayar deviden.
2) Saham Preferen (Preferred Stock). Saham preferen merupakan
saham yang disertai dengan preferensi tertentu diatas saham biasa
dalam hal pembagian dividen, pembagian kekayaan dalam
pembubaran
perusahaan.
Saham
preferen
ini
biasanya
memberikan deviden yang tetap setiap tahunnya seperti halnya
obligasi, pada umumnya saham preferen ini tidak mempunyai hari
jatuh.
3) Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock). Jenis
saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen.
Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada
saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham
preferen kumulatif apabila tidak menerima deviden selama
beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau
karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian
hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk
menuntut deviden-deviden yang tidak dibayarkan di waktu-waktu
yang lampau.
b. Cadangan
Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Cadangan
yang termasuk dalam modal sendiri misalnya cadangan ekspansi,
cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, cadangan untuk menampung
hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.
c.
Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang sebagian dibayarkan
sebagai deviden dan sebagian lagi ditahan perusahaan. Apabila perusahaan
belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan
tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan”
(retained earning).
2.1.2 Struktur Modal
Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen
yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham (Weston & Copeland, 1999:19). Adapun menurut Riyanto (2001:22)
struktur
modal
adalah
pembelanjaan
permanen
dimana
mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur
keuangan menggambarkan susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri
atas hutang-hutang jangka pendek, hutang-hutang jangka panjang, modal saham
dan laba yang ditanam kembali. Sedangkan struktur modal adalah susunan atau
perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, jadi struktur
modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Struktur modal menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004) adalah penentuan
kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan struktur modal. Struktur modal
dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan
menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai proyek investasi
tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri atas penerbitan saham (equity
financing), penerbitan obligasi (debt financing) dan laba ditahan (retained
earning). Penerbitan saham dan onligasi sering disebut sumber dana yang berasal
dari luar perusahaan atau external financing sedang laba untuk laba ditahan sering
disebut dengan retained earning atau sumber dana sebagai pembelanjaan yang
berasal dari dalam perusahaan itu sendiri atau internal financing.
Menurut Brigham dan Houston (2001;5) struktur modal adalah bauran dari
hutang, saham preferen, dan sahm biasa. Struktur modal merupakan masalah
penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan.
Struktur modal tersebut tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur
modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau
jangka panjang. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan rasio struktur
modal yang disebut dengan leverage ratio. Leverage ratio adalah perbandingan
yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang. Dalam perhitungan leverage ratio yang digunakan adalah long
term debt to equity ratio. Long term debt to equity ratio menunjukan persentasi
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang yang dihitung
dengan membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
(Prabansari dan Hadri, 2005). Struktur modal dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hutang jangka panjang
Long Term Debt To Equity Ratio =
Ekuitas
Menurut Horne dan Wachowicz struktur modal yang optimal adalahstruktur
modal yang meminimalkan biaya modalperusahaan dan karenanya memaksimumkan
nilai perusahaan. Dalam pendekatan tradisional penilaian struktur modal berasumsi
bahwa pihak manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui penggunaan
laverage keuangan secara hati-hati. Kalau kita mendasarkan pada prinsip hati-hati,
maka kita akan mendasarkan aturan struktur finansiil konservatif dalam mencari
struktur modal yang optimal. Maksudnya adalah perusahaan dalam keadaan
bagaimanapun jangan mempunyai jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah
modal sendiri, atau dengan kata lain jangan lebih dari 50%. Sehingga modal yang
dijamin (utang) tidak lebih dari besar dari modal yang menjadi jaminannya (total
aktiva yang dimiliki) (Riyanto,1997; 293).
Hutang jangka panjang
Long Term Leverage (Y) =
Total Aktiva
Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena baik
buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan
dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama
apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban tetap
yang harus ditanggung perusahaan akan semakin besar pula.
2.1.3 Teori Struktur Modal
a. Agency Theory
Teori agensi menurut Horne (1995) dalam Nurrohim (2008) adalah suatu teori
yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen)
dengan para pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap
agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga perusahaan dapat
meningkat nilainya, sekaligus memberikan keuntungan pada pemegang saham.
Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan
insentif yang memadai, dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan
dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan
keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.
Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut biaya
agensi. Biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham.
b. Pecking Order Theory
Menurut Myer (1984) dalam Nurrohim (2008) pecking order theory
menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil
operasi perusahaan, yang berwujud laba ditahan). Apabila dana dari luar (external
financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling
aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian
diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru
kemudian apabila masih belum mencukupi akan menerbitkan saham baru.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada
dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Perusahaan lebih menyukai
penggunaan dana dari modal internal yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba
ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu
pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang) dan
equity (modal sendiri).
Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal
memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan
pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa
memperoleh “sorotan dan publisitas public” akibat penerbitan saham baru.
Menurut Husnan (1996) dalam Nurrohim (2008) dana eksternal lebih disukai
dalam bentuk hutang daripada modal sendiri dikarenakan yang pertama adalah
pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya saham
baru. Hal ini disebabkan penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham
lama. Yang kedua manajer khawatir apabila penerbitan saham baru akan
ditafsirkan sebagai kabat buruk (Bad News) oleh para pemodal dan membuat
harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya
asimetrik antara pihak manajemen dengan pihal pemodal.
c. Signalling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999) dalam Prabansari
dan Kusuma (2005) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (1999), perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk
hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan
prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya.
Pengumuman emisi saham oleh perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat
(signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari
biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang keudian dapat menekan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah (Prabansari dan Kusuma, 2005).
d.
Asymmetric Information Theory
Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman
dan Houston (1999:35) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah situasi
dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai
prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Asimetri informasi ini terjadi
karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada
pemodal (Husnan, 1996:325) (Prabansari dan Kusuma, 2005). Dengan demikian
pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang over value
(terlalu mahal). Apabila hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu
akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat dijual
dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya).
Tetapi pemodal akan menafsirkan apabila perusahaan menawarkan saham
baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu
mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para
pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih
rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
e. Trade Off Theory
Nurrohim (2008) trade off theory merupakan model struktur modal yang
mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan
antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan
keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Dari model ini dapat dinyatakan
bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan
yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah
buruk.
Keputusan
terbaik
adalah
keputusan
yang
moderat
dengan
mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory merupakan
model yang didasarkan pada trade off antara keuntungan dengan kerugian
penggunaan hutang. Trade off tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel.
Umumnya oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang, risiko financial
distress dan penggunaan biaya agensi.
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas
(profitability)
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. Brigham dan Houston (2001:40) dalam Prabansari dan
Kusuma (2005), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan
struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang
ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat
keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Joel, 2001) dalam Kartini dan Arianto
(2008).
Menurut Weston dan Brigham (1998:713) dalam Kesuma (2009) perusahaan
dengan tingkat return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan hutang
dalam jumlah yang relatife sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets
yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan
dengan laba ditahan saja. Akan tetapi tidak itu saja, asumsi yang lain mengatakan
dengan return on assets yang tinggi, berarti bahwa laba bersih yang dimiliki
perusahaan tinggi, maka apabila perusahaan menggunakan hutang yang besar
tidak akan berpengaruh terhadap struktur modal, karena kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga tetap juga tinggi. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan
dana yang dihasilkan secara internal.
Rasio profitabilitas menurut Horne dan Waschowicz (1997;135) adalah rasio
yang membandingkan laba dengan penjualan dan investasi. Brigham dan Houston
(2001;40) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu : profit margin, return on total
asset (ROA), dan return on equity (ROE).
1. Marjin laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales)
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan
manajemen. Rendahnya margin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi,
tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan dengan marjin
laba yang rendah akan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi kepada
pemegang saham jika menggunakan leverage keuangan (Brigham dan Houston
2001: 90).
Laba Bersih Setelah Pajak
Net Profit Margin =
X 100%
Penjualan
Net profit Margin berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih
terhadap penjualan bersihnya. Semakin tinggi net profitmargin maka akan
semakin tinggi pengungkapannya. Net profit margin yang tinggi akan mendorong
para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin
meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap
manajemen.
2. Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai
Return On Investment (ROI). ROI (Return On Investment) merupakan ukuran
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan memanfaatkan aktiva
tetap yang digunakan untuk operasi. Menurut Ang (1997:18.32) profitabilitas
mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva
dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
Net Profit
ROI
=
X 100%
Total Asset
3. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas
ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham
(Brigham dan Houston 2001:91). Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai
rentabilitas modal sendiri (Return On Common Equity). Hanafi dan Halim
(2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan
pernyataan Ang (1997:18.33) bahwa ROE mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on
ivestment (ROI) yang menggambarkan seberapa besar kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba yang dilakukan dengan memaksimalkan struktur modalnya,
yang didapat dari membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva
2.1.5 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam
(insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan
Aurburn, 1996) dalam Prabansari dan Kusuma (2005).
Pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas suatu perusahaan modern
akan menimbulkan konflik kepentingan (principal agent problem). Masalah ini
dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu
sejalan. Seorang agen (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu
bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberikan tugas dan
wewenang). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership),
para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol
terhadap manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial
ownership), maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur
kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan
tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar
perusahaan atau dana dari dalam perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008).Struktur
kepemilikan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Jml saham yang dimiliki oleh insider
Struktur Kepemilikan
=
Jml saham yang dimiliki oleh investor
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang
dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan, maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset yang
besar, akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Ukuran
perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total penjualan,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor
yang yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar
kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau
besarnya aset perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut
menggunakan debt financing pada periode yang akan datang. Menurut teori, arah
pengaruh ini adalah masuk akal. Semakin besar ukuran perusahaan akan
meningkatkan kemampuan collateral. Seiring dengan peningkatan collateral ini,
kapasitas perusahaan untuk melakukan debt financing menjadi lebih besar.
Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam
hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk proyek
tersebut. Ukuran perusahaan diproksi dengan nilai logaritma dari total aktiva, atau
dapat dituliskan sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan = Log (total aktiva)
2.1.7 Tangibility Asset
Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan
Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan
persediaan, kemudian dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin
banyak tangibility assetsuatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset
untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini
dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk memback-up
hutang. Harris dan Raviv (1991) dalam Christianti (2006) menyatakan perusahaan
dengan level fixed asset yang rendah mempunyai lebih banyak masalah
asymmetric information dibandingkan perusahaan dengan level fixed asset yang
tinggi. Perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi umumnya adalah
perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham dengan harga yang fair
sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai investasi.
Fixed Asset
Asset Tangibility=
Total Asset
2.1.8 Pasar Modal
Pasar modal muncul dalam perekonomian karena pasar modal merupakan
salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara, serta menunjang
perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Di dalam berputarnya roda
perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan-pembiayaan
beroperasinya suatu perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi suatu
negara sangatlah terbatas, maka perlu dicarikan adanya solusi pembiayaan yang
bersifat jangka panjang. Pasar modal muncul sebagai suatu alternatif solusi
pembiayaan jangka panjang, dengan dukungan dana jangka panjang ini, roda
pembangunan ekonomi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sisi lain
dari pasar modal sebagai alternatif pembiayaan jangka panjang yaitu perusahaan
yang go public hal ini berarti
sebagian saham dari perusahaan perusahaan
tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas, berarti secara makro ekonomi
merupakan pemerataan pendapatan (Ang, 1997).
Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga lembaga dan profesi yang berkaiatan dengan efek.
2.1.9 Laporan Keuangan
a.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 2004, menyatakan laporan
keuangan dibuat dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan menurut Baridwan (1999 : 17) merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat
oleh manajemen dengan tujuan tunggal, yaitu untuk mempertanggungjawabkan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di
samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuantujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan
juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian
tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
b. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan persyaratan
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki, diantaranya adalah (Chariri, 2002) :
1.
Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu. Informasi yang relevan adalah :
a)
Memiliki manfaat umpan balik (feed back value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b)
Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c)
Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
d)
Lengkap
Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap mungkin, yaitu
mencakup seluruh informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan
2. Handal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diversifikasi. Informasi yang handal memiliki karakteristik :
a. Penyajian jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
3.
Dapat diversivikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji dan
apabilapengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
4.
Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
5. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan dengan periode
sebelumnya laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
6. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disajikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
c. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu para pemakai laporan
keuangan dalam membuat prediksi-prediksi tentang arus masuk kas (cash inflows)
dan arus keluar kas (cash outflows) sebuah perusahaan pada masa yang akan
datang (Simamora, 2000 : 488). Divisi riset akuntansi dari Accounting Principles
Board pada bab 4 APB statement No. 4 dalam Riahi dan Belkaoui (2000:126)
mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan secara khusus, umum, dan kualitatif
antara lain:
1.
Tujuan khusus laporan keuanganadalah menyajikan secara wajar dan sesuai
prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan.
2.
Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk:
1) Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
2) Menunjukkan pendanaan dan investasi
3) Mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen
4) Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan
b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber
daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang
menghasilkan profit dengan tujuan untuk:
1) Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi investor
2) Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar kreditor dan
pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan
menghasilkan dana untuk ekspansi
c. Menyediakan
informasi
keuangan
yang
dapat
digunakan
untuk
mengestimasi earnings potensial perusahaan
d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber
daya ekonomi dan kewajiban
e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai
3.
Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah:
a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga harus
dipahami pemakai.
c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dapat dibenarkan oleh
ukuran-ukuran yang independent, metode pengukuran yang sama.
d. Netral, informasi akuntani diarahkan untuk tujuan umum pemakai dan
bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk
menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
f. Dapat
diperbandingkan,
perbedaan-perbedaan
seharusnya
tidak
mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan
kualitatif lain
d. Komponen Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan yang biasa disajikan oleh perusahaan meliputi
(Kieso dan Weygandt, 2001 : 3) :
1) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba-rugi (income statement), yang juga sering disebut
statement of income atau statement of earning, adalah laporan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu
(Kieso
dan
Weygandt,
2001).
Komunitas
bisnis
dan
investasi
menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi,
dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman.
Laporan laba-rugi juga mencerminkan transaksi-transaksi dan kejadiankejadian
yang
membentuk
aktivitas-aktivitas
operasi
perusahaan.
Aktivitas-aktivitas operasi (operating activities) adalah aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (Simamora, 2000:491).
1)
Kegunaan Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para
investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah,
penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan (Kieso dan
Weygandt,
2001).
Sebagai
contoh,
investor
dan
kreditor
dapat
menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi untuk:
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Dengan mengkaji
pendapatan dan beban. Anda bisa mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing.
2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan.
Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk
menentukan kecenderungan penting yang, jika berlanjut, menyediakan
informasi tentang kinerja masa depan.
3. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian arus kas masa depan.
Informasi tentang berbagai komponen laba-pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian – memperlihatkan hubungan diantara
komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai
risiko kegagalan perusahaan meraih arus kas tertentu di masa depan.
2) Keterbatasan Laporan Laba Rugi
Karena laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan
sejumlah asumsi, para pemakai laporan laba-rugi perlu menyadari
keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi.
Beberapa diantaranya adalah (Kieso dan Weygandt, 2001: 151-152) :
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan
dalam laporan laba-rugi. Praktek yang berlangsung saat ini melarang
pengakuan pos-pos tertentu ketika menentukan laba, meskipun
pengaruh dari pos-pos ini cukup untuk mempengaruhi kinerja entitas
dari titik waktu ke titik waktu lainnya. Contoh laba psikik (
kesejahteraan ) didefinisikan sebagai ukuran atas kenaikan dalam
kekayaan bersih yang berasal dari faktor–faktor kualitatif seperti
pengalaman pendidikan.
2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan.
3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.
3) Unsur-Unsur Laporan Laba Rugi
Unsur-unsur utama laporan laba-rugi antara lain : (Kieso dan
Weygandt, 2001: 153-154) :
1. Pendapatan, adalah arus masuk aset atau peningkatan lainnya
dalam aset entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari
keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman
atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan
bagian
dari
operasi
utama
atau
operasi
sentral
peerusahaan.
2. Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aset
sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari
keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan
produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
3. Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aset bersih) perusahaan dari
transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik.
4. Kerugian, adalah penurunan ekuitas (aset bersih) perusahaan dari
transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban
atau distribusi kepada pemilik.
2) Neraca (Balance Sheet)
Neraca (balance sheet), yang kadang juga disebut juga sebagai laporan posisi
keuangan, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan aset, kewajiban, dan
ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu (Kieso dan
Weygandt, 2001). Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat
dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor,
dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Dengan demikian, neraca dapat
membantu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa depan.
Dengan menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang
saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan
mengevaluasi struktur modal perusahaan.
a.
Keterbatasan Neraca
Karena laporan laba-rugi saling berhubungan, maka neraca juga
mempunyai
keterbatasan
yang sama dengan laporan laba rugi.
Keterbatasan penting dari neraca antara lain (Kieso dan Weygandt, 2001:
218) :
1. Sebagian besar aset dan kewajiban dicatat pada biaya historis.
Akibatnya, informasi yang dilaporkan dalam neraca memiliki reliabilitas
yang lebih tinggi, tetapi juga dikecam karena nilai wajar saat ini yang lebih
relevan tidak dilaporkan.
2. Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai
pos yang dilaporkan dalam neraca.
3. Neraca perlu mengabaikan banyak pos yang merupakan nilai keuangan
bagi perusahaan tetapi tidak bisa dicatat secara objektif.
b. Unsur-Unsur Neraca
Unsur-unsur neraca terdiri atas (Kieso dan Weygandt, 2001:219) :
1.
Aset, adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan,
atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian masa lalu.
2.
Kewajiban, adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di
masa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk
mentransfer aset atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa
depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
3.
Ekuitas, adalah kepentingan residu dalam aset sebuah entitas setelah
dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis,
ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan.
3) Laporan Arus Kas
Pada laporan arus kas, kas mempunyai makna yang lebih luas daripada
sekedar saldo kas dan kas di bank. Dalam laporan arus kas, definisi kas juga setara
dengan kas. Setara kas (cash equivalents) adalah investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek, dan dapat dengan segera dijadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (Simamora,
2000:488).
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu
periode. Untuk meraih tujuan ini, laporan arus kas melaporkan (1) kas yang
mempengaruhi operasi selama suatu periode, (2) transaksi investasi, (3) transaksi
pembiayaan, dan (4) kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode
(Kieso dan Weygandt, 2001).
Pelaporan sumber, tujuan pemakaian, dan kenaikan atau penurunan bersih kas
dapat membantu investor, kreditor, dan pihak-pihak lain mengetahui apa yang
terjadi terhadap sumber daya perusahaan yang paling likuid.
Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan
dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu (Simamora,
2000:491) :
a. Aktivitas operasi (operating activities).
Aktivitas-aktivitas operasi (operating activities) adalah aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lainnya yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas-aktivitas
operasi melibatkan transaksi-transaksi pembelian atau produksi barangbarang dan jasa serta penjualan dan distribusi barang-barang dan jasa
tersebut kepada para pelanggan. Jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari
kegiatan-kegiatan usahanya perusahaan dapat membuahkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
b. Aktivitas investasi (investing activities).
Aktivitas-aktivitas investasi (investing activities) adalah perolehan dan
pelepasan aset jangka panjang serta investasi lainnya yang tidak setara
dengan kas. Aktivitas-aktivitas investasi meliputi pemberian dan
penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang
maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan.
c. Aktivitas pembiayaan (financing activities)
Aktivitas-aktivitas pembiayaan (financing activities) adalah aktivitas
yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan
pinjaman perusahaan. Aktivitas-aktivitas pembiayaan melibatkan pos-pos
kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi (a) perolehan sumber
daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian
atas dan dari investasinya, dan (b) peminjaman uang dari kreditor serta
pelunasannya.
2.1.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
yang
meneliti
pengaruh
profitabilitas,
struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan
aktiva terhadap struktur modal perusahaan antara lain :
Kesuma (2009) meneliti tentang struktur modal dengan variabel profitabilitas,
rasio hutang dan pertumbuhan penjualan. Penelitian ini merupakan explanatory
research yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan hubungan kausal
(sebab akibat). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
real estate yang go public di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 34 perusahaan
selama 4 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai dengan 2006. Hasil penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
penjualan
dan
profitabilitas
mempunyai pengaruh negatif signifikan atau berlawanan arah dengan struktur
modal, sedangkan rasio hutang mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah
dengan struktur modal.
Nurrohim (2008) meneliti tentang struktur modal pada perusahaan manufaktur
di indonesia. Dalam penelitian tersebut Hasa Nurrohim menggunakan sampel 21
perusahaan manufaktur yang berspesifikasi pada sektor industri Consumer Goods
pada tahun 2001-2005. Pemilihan sampel diambil secara non random sampling,
yaitu purposive sampling. Variabel independen yang digunakan adalah
profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan dan struktur aktiva. Hasilnya
menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel profitabilitas, fixed asset ratio,
kontrol kepemilikan, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal. Profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai arah negatif signifikan
terhadap struktur modal. Sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva secara
parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
Christianti (2006) mengenai penentuan perilaku kebijakan struktur modal.
Variabel independenya adalah tangibility asset, size,growth, profitability, earning
volatility dan flexibility dengan populasi seluruh perusahaan sektor industri
manufaktur yang listing di BEJ dan pengambilan sampel dengan menggunakan
metode Purposive Sampling pada tahun 2000-2003. Pengujian dengan
menggunakan pendekatan model struktural (SEM). Hasil penelitian menunjukan
bahwa tangibility asset, growth, dan profitability berpengaruh negatif signifikan
terhadap leverage perusahaan, sedangkan untuk variabel earning volatility
menunjukan pengaruh positif terhadap leverage perusahaan.
Prabansari dan Kusuma (2005), dalam penelitian tersebut Prabansari dan
Kusuma menggunakan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva,
profitabilitas dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen dengan
populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan penentuan
anggota sampel dengan metode random sampling yaitu sebanyak 97 perusahaan
yang bergerak di sector manufaktur yang memiliki laporan keuangan dan data
yang diperlukan secara lengkap selama tahun 1997-2002. Dengan menggunakan
regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa secara simultan struktur modal
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva,
profitabilitas dan struktur kepemilikan perusahaan. Secara parsial ukuran
perusahaan, profitabilitas, struktur kepemilikan dan pertumbuhan aktiva
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel risiko
bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Kartini dan Arianto (2008) dengan sampel penelitian terdiri atas perusahaan
manufaktur yang mempunyai laporan keuangan dan data secara lengkap selama
tahun 2002-2005. Variabel independen yang digunakan adalah struktur
kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aktiva. Dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu uji T dan uji F hasil penelitian
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel struktur kepemilikan, pertumbuhan
aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan untuk variabel profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
Tri Harjanti dan Tandelilin (2007),menggunakan populasi semua perusahaan
manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEJ dari tahun 2000-2004. Pemilihan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tipe
judgment sampling, yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan pada beberapa
kriteria tertentu. Analisis menggunakan model SEM yang terdiri dari 2 bagian
yaitu: measurement model dan structural model. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa tangible assets, growth opportunity, dan profitability
berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Firm size berpengaruh positif
terhadap struktur modal. Sedangkan business risk mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap struktur modal.
Setyawan dan Sutapa (2006) juga melakukan penelitian mengenai struktur
modal dengan variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain
profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, kepemilikan pemerintah
dan kepemilikan asing. Obyek yang diteliti adalah saham emiten syariah yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Periode pengamatan adalah dari Januari
2001 sampai Desember 2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
profitabilitas dan kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan dan kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
Sofilda dan Maryani (2007) melakukan penelitian mengenai struktur modal di
perbankan dengan size, tangibility, non debt tax,profitability dan depresiasi adalah
variabel independen. Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang
berada pada sektor keuangan bidang perbankan yang telah terdaftar di BEJ dan
telah Go Public pada periode waktu antara tahun 2003-2005. Dengan
mengggunakan metode regresi berganda didapatkan hasil bahwa secara simultan
seluruh variabel independen berpenharuh signifikan terhadap struktur modal.
Secara parsial size dan depresiasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
struktur modal. Tangibility dan non debt tax berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap struktur modal. Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap
struktur modal.
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Profitabilitas dengan Struktur Modal
Profitabilitas dimaksudkan untuk melihat berapa laba yang diperoleh dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Laba yang diperoleh perusahaan ini
dapat dikaitkan dengan pendapatan, total aktiva maupun modal sendiri yang
dimiliki perusahaan. Untuk mendapatkan profitabilitas yang tinggi ,perusahaan
harus cermat dalam mengambil keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yang
dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya
modal yang tinggi, yang selanjutnya akan berakibat pada rendahnya profitabilitas
perusahaan. Dengan kata lain keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal
sangat berpengaruh terhadap rendah atau tingginya profitabilitas suatu
perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1998:713) dalam Kesuma (2009)
perusahaan dengan tingkat return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan
hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on
assets yang tinggi tersebut, memungkinkan bagi perusahaan melakukan
permodalan dengan laba ditahan saja.Penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan
Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007), Sofilda dan
Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan dan Sutapa (2006)
menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Dari penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Ha1 : Profitabilitasberpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan.
2.2.2 Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah strutur kepemilikan saham,
yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider
ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari dan
Hadri, 2005). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership),
para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol
terhadap manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial
ownership), maka manajemen cederung untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tindakan
manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak
terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai
perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam
perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari
dan Kusuma (2005) dan penelitian Kartini dan Arianto (2008) menemukan hasil
bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan. Perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan internal lebih besar
akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar pula. Hipotesis yang akan
diajukan adalah :
Ha2 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan.
2.2.3
Ukuran Perusahaandengan Struktur Modal
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu faktor yang
dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan
pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset
perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Jika perusahaan semakin besar maka
semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang
atau modal sendiri (equity) dalam mempertahankan atau mengembangkan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) dan
penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukkan adanya hubungan yang
positif dari semua sektor tehadap struktur modal. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan tersebut menggunakan
debt financing. Rumusan hipotesis yang akan diajukan adalah :
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan.
2.2.4
Tangibility Assetdengan Struktur Modal
Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang (Sofilda dan
Maryani, 2007). Tangibility diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan
persediaan, kemudian dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin
banyak tangibility asset suatu perusahaan berarti semakin banyak collateral asset
untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini
dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral asset untuk memback-up
hutang. Hipotesis untuk tangibility asset adalah :
Ha4 : Tangibility asset berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan.
2.3
Model Penelitian
Keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan
keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham
biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun
dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan secara
efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan
yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.
Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan
konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer.
Ketika manajer menggunakan hutang, maka biaya modal yang timbul sebesar
biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan apabila manajer
menggunakan dana internal atau dana sendiri, maka akan timbul opportunity cost
dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang
dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya
modal yang tinggi, yang selanjutnya akan berakibat pada rendahnya profitabilitas
perusahaan.
Keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston,
2001). Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap
risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi
kemungkinan
perusahaan
untuk
membayar
kewajiban-kewajibannya
dan
kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan. Dari penjelasan
tersebut tampak bahwa keputusan struktur modal merupakan keputusan yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Profitabilitas diduga mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal.
Profitabilitas adalah tingkat perolehan laba yang dapat dicapai oleh perusahaan
dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hal ini disebabkan perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi memiliki kebutuhan yang lebih rendah
terhadap penggunaan hutang karena perusahaan cenderung menggunakan dana
internalnya (laba ditahan) untuk membiayai biaya operasional perusahaan.
Struktur kepemilikan diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur
modal. Struktur kepemilikan yaitu perbandingan antara jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor
(Prabansari dan Hadri, 2005). Apabila struktur kepemilikan semakin tersebar
(diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk
melakukan kontrol terhadap manajer. Namun, apabila struktur kepemilikan tidak
tersebar maka para pemegang saham akan mempunyai kontrol yang kuat terhadap
manajer sehingga semakin meningkat kecenderungan manajemen untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Ukuran perusahaan diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan merupakan besarnya asset yang dimiliki perusahaan.
Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang akan
dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal sendiri dalam
mempertahankan atau mengembangkan perusahaan. Sehingga dapat dikatakan
semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula struktur
modalnya.
Tangibility asset diduga mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
Tangibility asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar
asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Semakin besar
tangibility asset suatu perusahaan berarti semakin besar collateral assetnya
sehingga semakin besar pula struktur modal perusahaan karena perusahaan
mempunyai banyak jaminan untuk mendapatkan sumber dana eksternal berupa
hutang.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Penulis
& Tahun
Terbit
Yuke
Prabansar
i dan
Hadri
Kusuma,
2005
Judul
Faktor – Faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
Perusahaan
Manufaktur Go
Public di Bursa
Efek Jakarta
Variabel –
variabel
1. Ukuran
Perusahaan
2. Risiko Bisnis
3. Pertumbuhan
asset
4. Profitabilitas
5. Struktur
Kepemilikan
Alat
Statistik
Hasil Penelitian
1. Analisis
1. Semua
Regresi
variabel
Linier
secara
Berganda
bersamadengan
sama
mengguna
berpengaruh
kan uji F
terhadap
dan uji T
struktur
2. Pengujian
modal
Asumsi
2. Ukuran
Klasik
perusahaan
3. Pengujian
berpengaruh
Autokorel
signifikan
asi
terhadap
4. Uji
struktur
Heteroske
modal
dastisitas
3. Risiko bisnis
5. Uji
berpengaruh
Multikolin
negatif
ieritas
signifikan
terhadap
struktur
modal
4. Pertumbuhan
asset
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
5. Profitabilitas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
struktur
modal
6. Struktur
kepemilikan
berpengaruh
positif
terhadap
struktur
2
Ari
Christiant
i , 2006
Penentuan
Perilaku
Kebijakan
Struktur Modal
pada Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Jakarta :
Hipotesis Static
Trade Off atau
Pecking Order
Theory
1. Asset
Tangibility
2. Size
3. Growth
4. Profitability
5. Earning
Volatility
6. Flexibility
1. Pengujian
dengan
pendekata
n model
structural
( SEM =
Structural
Equation
Modeling
)
2. Analisis
Deskriptif
3. Uji
Normalita
s
4. Pengujian
model
dengan
AMOS
1.
2.
3.
4.
3.
Hendri
Setyawan
dan
Sutapa,
2006
Analisis Faktor
Penentu Struktur
Modal ( Studi
Empiris pada
Emiten Syariah
di Bursa Efek
Jakarta tahun
2001-2004 )
1. Profitabilitas
2. Ukuran
Perusahaan
3. Pertumbuhan
Aktiva
4. Kepemilikan
Pemerintah
5. Kepemilikan
Asing
1. Analisis
regresi
brganda
dengan
Uji t dan
uji F
2. Uji
normalitas
3. Uji
autokorela
si
4. Uji
heteroked
astisitas
1.
2.
modal
Terdapat
pengaruh
negatif antara
assets
tangibility
dengan
tingkat
leverage
Terdapat
pengaruh
negatif antara
tingkat
pertumbuhan
perusahaan
dengan
rendah
penggunaan
leverage
Terdapat
pengaruh
negatif antara
tingkat
profitabilitas
dengan
leverage
perusahaan
Terdapat
pengaruh
positif antara
tingkat
volatibilitas
laba dengan
penggunaan
leverage
perusahaan
Profitabilitas
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
struktur
modal
Pertumbuhan
aktiva tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
4.
Eleonora
Sofilda
dan
Maryani,
2007
Analisis Faktor
Penentu Struktur
Modal
Perbankan Di
Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
Size
Tangibility
Non Debt Tax
Profitability
Depresiasi
3. Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
struktur
modal
4. Kepemilikan
pemerintah
berhubungan
positif
dengan
struktur
modal
5. Kepemilikan
asing
berhubungan
negative
dengan
struktur
modal
1. Analisis
1. Size
deskriptif
berhubungan
kuantitatif
positif tidak
2. Analisis
signifikan
Regresi
terhadap
Berganda
struktur
3. Uji
modal
Multikolin 2. Tangibility
ieritas
berhubungan
4. Uji
negatif
Heteroked
terhadap
astisitas
struktur
5. Uji
modal
Autokorel 3. Non Debt
asi
Tax
berhubungan
negatif
terhadap
struktur
modal
4. Profitability
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
struktur
modal
5. Depresiasi
berhubungan
5.
Theresia
Tri
Harjanti
dan
Eduardus
Tandelilin
, 2007
Pengaruh Firm
Size, Tangible
Assets, Growth
Opportunity,
Profitability,
dan Business
Risk pada
Struktur Modal
Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia :
Studi Kasus di
BEJ
1. Firm Size
2. Tangible
Assets
3. Growth
Opportunity
4. Profitability
5. Business Risk
1. Mengguna
kan model
SEM yang
terdiri dari
2 bagian
yaitu :
measurem
ent model
dan
structural
model
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hasa
Nurrohim
, 2008
Pengaruh
Profitabilitas,
Fixed Asset
Ratio, Kontrol
Kepemilikan,
dan Struktur
Aktiva terhadap
Struktur Modal
pada Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia
1. Profitabilitas
2. Fixed Asset
Ratio
3. Kontrol
Kepemilikan
4. Struktur
Aktiva
1. Analisis
Deskriptif
2. Analisis
Regresi
Berganda
1.
2.
positif tidak
signifikan
terhadap
struktur
modal
Firm size
berpengaruh
positif
terhadap
struktur
modal
Tangible
assets
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur
modal
Growth
opportunity
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur
modal
Profitability
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
struktur
modal
Pengaruh
business risk
terhadap
struktur
modal tidak
signifikan
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
Fixed Asset
Ratio tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
3.
4.
7.
Kartini
dan Tulus
Arianto,
2008
Struktur
Kepemilikan,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Aktiva dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Struktur Modal
pada Perusahaan
Manufaktur
1. Struktur
Kepemilikan
2. Profitabilitas
3. Perumbuhan
Aktiva
4. Ukuran
Perusahaan
1. Analisis
Regresi
Linier
Berganda
dengan
mengguna
kan uji T
dan uji F
1.
2.
3.
4.
modal
Kontrol
Kepemilikan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
struktur
modal
Struktur
Aktiva tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
Struktur
kepemilikan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
struktur
modal
Profitabilitas
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur
modal
Pertumbuhan
aktiva
berpengaruh
positif
terhadap
struktur
modal
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
struktur
modal
2.4
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Profitabilitas
Struktur Kepemilikan
Struktur Modal
Ukuran Perusahaan
Asset Tangibilty
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
2.5.1. Hubungan Antara Profitabilitas dengan Struktur Modal
Profitabilitas dimaksudkan untuk melihat berapa laba yang diperoleh dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Laba yang diperoleh perusahaan ini
dapat dikaitkan dengan pendapatan, total aktiva maupun modal sendiri yang
dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi
memiliki kebutuhan akses yang lebih rendah terhadap pasar kredit karena
perusahaan cenderung menggunakan dana internalnya (laba ditahan). Menurut
Weston dan Brigham (1998) dalam Kesuma (2009) perusahaan dengan tingkat
return on assets yang tinggi, umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang
relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan return on assets yang tinggi tersebut,
memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan dengan laba ditahan saja.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Penelitian Ari Christianti (2006) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh negatif
signifikan antara profitabilitas dengan struktur modal. Profitabilitas akan
mengakibatkan struktur modal yang kecil karena perusahaan mendanai aktivitas
operasionalnya dengan laba ditahan.
Ha1
: Profitabilitas secara signifikan mempengaruhi struktur modal.
2.5.2. Hubungan Antara Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam
(insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Prabansari
dan Hadri, 2005). Adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas
suatu perusahaan modern akan menimbulkan konflik kepentingan (principal agent
problem). Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan
manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agen (orang yang menerima
tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal
(orang yang memberikan tugas dan wewenang). Apabila struktur kepemilikan
semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang saham akan semakin
kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Namun, semakin
besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin
meningkat kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Kartini dan Arianto,
2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) dan penelitian
Kartini dan Arianto (2008) menemukan hasil bahwa struktur kepemilikan
mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan
dengan strktur kepemilikan yang tinggi maka mempunyai struktur modal yang
tinggi pula. Sebaliknya apabila struktur kepemilikan perusahaan rendah, maka
struktur modal perusahaan juga akan rendah.
Ha2
: Struktur kepemilikan secara signifikan mempengaruhi struktur modal
5.3.3. Hubungan Antara Ukuran Perusahaan dengan Struktur Modal
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu factor yang
dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan
pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset
perusahaan. Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang
akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal sendiri (equity) dalam
mempertahankan atau mengembangkan perusahaan. Ukuran perusahaan terkait
erat dengan struktur modal dikarenakan ukuran perusahaan nantinya akan
berdampak pada risiko kegagalan dan biaya kebangkrutan. Ukuran perusahaan
dapat digunakan sebagai inverse proxy untuk probabilitas kebangkrutan.
Perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan resiko
kebangkrutan. Hal ini akan meningkatkan kekuatan tawar perusahaan di depan
kreditur.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Harjanti dan Tandelilin (2007) dan
penelitian Setyawan dan Sutapa (2006) menunjukkan adanya hubungan yang
positif signifikan antara ukuran perusahaan tehadap struktur modal. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula
perusahaan tersebut menggunakan debt financing. Semakin kecil perusahaan
maka penggunaan hutang akan semakin kecil.
Ha3
: Ukuran perusahaan secara signifikan mempengaruhi struktur modal.
5.3.4. Hubungan Antara Asset Tangibility dengan Struktur Modal
Asset tangibility adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility
diukur dari jumlah aktiva tetap ditambah dengan persediaan, kemudian dengan
jumlah total aktiva secara keseluruhan. Semakin banyak assets tangibility suatu
perusahaan berarti semakin banyak collateral asset untuk bisa mendapatkan
sumber dana eksternal berupa hutang.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Christianti (2006) menunjukan bahwa
assets tangibility mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal
perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menunjukan bahwa semakin
tinggi asset tangibility perusahaan, maka akan semakin tinggi struktur modalnya.
Ha4
: Asset tangibility secara signifikan mempengaruhi struktur modal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang pusat perhatiannya
ilmu sosial (Supranto, 1998).
Definisi konsep dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a.
Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri (Brigham dan Houston, 2004).
b.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
atau hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2004).
c.
Struktur kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan
saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oeh orang
dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
investor (Prabansari dan Kusuma, 2005).
d.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aset, total
penjualan, nilai pasar saham, dan lain-lain (Sofilda dan Maryani, 2007).
e.
Tangibility Asset
Tangibility Asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung
seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas
hutang (Sofilda dan Maryani, 2007).
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
mengatur variabel, petunjuk pelaksanaan tentang cara mengukur variabel yang
sama (Supranto, 1998).
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1) Struktur Modal (Y)
Mengacu pada penelitian Kartini dan Arianto (2008), struktur modal dalam
penelitian ini adalah perbandingan antara total hutang jangka panjang
perusahaan (long term debt) dengan total aktiva (total assets), atau dapat
dituliskan sebagai berikut :
Hutang jangka panjang
Long Term Leverage (Y) =
Total Aktiva
Long term leverage yang baik yaitu apabila hutang jangka panjang yang
digunakan oleh perusahaan tidak melebihi dari total aktiva yang dimiliki.
Hutang yang jumlahnya kurang dari total aktiva akan lebih aman karena
hutang tersebut masih dapat dilunasi dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan.
2) Profitabilitas (X1)
Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan rasio ROI (Return On Investment) yang menggambarkan
seberapa besar kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang
dilakukan dengan memaksimalkan struktur modalnya (Horne dan
Wachowicz, 1997;135). Rasio tersebut diformulasikan sebagai berikut :
Net Profit
ROI (X1) =
X 100%
Total Asset
Return On Ivestment adalah perbandingan laba yang diperoleh perusahaan
dengan total asetnya. Semakin besar nilai ROI menunjukan bahwa
perusahaan mampu mendapatkan profitabilitas yang besar yang dapat
digunakan untuk pembiayaan operasional perusahaan. Begitu pula
sebaliknya, apabila nilai ROI perusahaan kecil menunjukan perusahaan
tidak mendapatkan profitabilitas yang besar dan harus menggunakan
hutang untuk membiayai operasional perusahaan.
3) Struktur Kepemilikan (X2)
Struktur
kepemilikan
adalah
struktur
kepemilikan
saham,
yaitu
perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam
(insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor
(Kartini dan Arianto, 2008). Struktur kepemilikan dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut :
Jml saham yang dimiliki oleh insider
Struktur Kepemilikan (X2) =
Jml saham yang dimiliki oleh investor
Perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh insider dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh investor akan menunjukan seberapa besar
manajemen dapat berpengaruh terhadap keputusan pendanaan. Struktur
kepemilikan yang baik adalah apabila jumlah saham yang dimiliki oleh
investor tidak melebihi jumlah saham yang dimiliki insider. Dengan
demikian manajer dapat lebih mengoptimalkan penggunaan hutang untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
4) Ukuran Perusahaan (X3)
Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu
pada penelitian Kartini dan Arianto (2008), dimana ukuran perusahaan
diproksi dengan nilai logaritma dari total aktiva, atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan (X3) = Log (total aktiva)
Semakin besar nilai logaritma dari total aktiva perusahaan, maka dapat
dikatakan bahwa semakin besar pula ukuran perusahaan tesebut.
Sedangkan semakin kecil nilai logaritma perusahaan berarti semakin kecil
pula ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar akan membutuhkan dana
yang besar untuk biaya operasional perusahaan. Sebaliknya perusahaan
yang kecil akan membututuhkan dana yang lebih kecil pula.
5) Tangibility Asset (X4)
Pengukuran terhadap tangibility asset mengacu pada penelitian Tri
Harjanti dan Tandelilin (2007) dimana tangible assets diukur dengan
mengunakan rasio antara fixed asset dengan total asset. Penggunaan fixed
asset dalam pengukuran variabel ini karena fixed asset dapat memberikan
gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh
suatu perusahaan untuk melunasi utang.
Fixed Asset
Tangibility Asset (X4) =
Total Asset
Tangibility asset yang baik adalah tangibility asset yang mempunyai fixed
asset dengan jumlah besar sehingga dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai jaminan untuk memperoleh hutang yang besar. Semakin besar
fixed asset perusahaan maka perusahaan akan menggunakan hutang yang
besar. Sebaliknya apabila fixed asset perusahaan kecil maka perusahaan
akan menggunakan hutang yang kecil.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian,
atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian
ini yang menjadi populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
3.3.2
Sampel
Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi. Metode sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling
merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak dan mempunyai tujuan
tertentu dari peneliti (Indriantoro dan Supomo, 131:1999). Teknik pemilihan
sampel adalah menggunakan purposive sampling, artinya bahwa populasi yang
akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel
tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria untuk menjadi
sampel adalah :
a.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2009
b.
Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan per 31
Desember secara berturut-turut dari 2006-2009.
c.
Perusahaan manufaktur yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen
yaitu prosentase saham yang dimiliki oleh pihak insider ownership sebagai
pihak internal perusahaan selama periode pengamatan tahun 2006-2009.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No.
Keterangan
Jumlah Perusahaan
1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2006-2009
148
2.
Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan per 31 Desember secara berturutturut dari 2006-2009
(36)
3.
Perusahaan manufaktur yang sahamnya tidak
dimiliki oleh pemilik (insider) tahun 2006-2009
(76)
Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
36
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain struktur
modal sebagai variabel dependen dan variabel independennya yaitu profitabilitas,
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan
pertumbuhan aktiva. Semua variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
pengukuran rasio.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
1). Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan
mengumpulkan dokumen-dokumen serta laporan-laporan pada perusahaan
yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini.
Adapun dokumen yang dilihat adalah laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan perusahaan yang membahas tentang variabel yang
digunakan dalam penelitian seperti struktur modal, rasio profitabilitas,
aktiva, risiko bisnis, dan sebagainya.
2). Studi Pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur
yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan
dengan membaca majalah dan buku-buku yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber informasi
berupa data sekunder yaitu majalah, internet dan berbagai literatur lainnya.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu parameter yang diwujudkan
dalam kuantitas (Slamet, 1993:12). Analisa data kuantitatif dengan cara
mengumpulkan data yang sudah ada kemudian mengolahnya dan menyajikannya
dalam bentuk tabel, grafik, dan dibuat analisis agar dapat ditarik kesimpulan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengolahan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan SPSS Inc. Statistic 17.0. Adapun alat analisa kuantitatif
yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini yang membantu dalam pengolahan
atau pemrosesan data mentah menjadi informasi yang bermanfaat, yaitu analisis
regresi.
3.6.1
Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu
struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, ukuran perusahaan,
tangibility asset, dan risiko bisnis. Statistik ini untuk melihat mean, minimal, dan
maksimal serta standar deviasi dari masing-masing variabel.
3.6.2
Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Wijaya (2000) regresi linier berganda merupakan persamaan
matematik yang menyatakan hubungan antara variabel tak bebas (respon) dengan
variabel bebas (prediktor). Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk
menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel
terikat. Analisis regresi digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan atau
naik turunnya variabel dependen apabila dua atau lebih variabel independen
sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya (Sugiyono, 1994).
Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk
menganalisa struktur modal sebagai variabel dependen (Y) dengan profitabilitas
(X1), struktur kepemilikan (X2), ukuran perusahaan (X3), tangibility asset (X4),
sebagai variabel independennya. Model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Y=β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+ +ε
Keterangan :
Y
= Struktur modal
β0
= Intercept Coefficient
β1..β6 = Slope Coefficient
X1
= Profitabilitas
X2
= Struktur Kepemilikan
X3
= Ukuran Perusahaan
X4
= Tangibility Asset
ε
= Kesalahan pengganggu / standar error
A. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan perhitungan statistik regresi berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama,
maka diadakan pengujian asumsi klasik. Menurut Imam Ghozali (2009), uji
asumsi klasik terdiri dari : uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji
normalitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik.
1.
Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram dan dengan melihat normal probability plot. Dasar
pengambilannya adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika ada data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.
Analisis statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, oleh sebab itu dianjurkan di
samping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (KS). Dasar pengambilan keputusannya yaitu nilai signifikan >0.05 maka model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model
regresi adalah dengan membandingkan nilai tolerance dan variace inflation factor
(VIF). Tolerance mengukur variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai yang rendah sama dengan nilai VIF yang
tinggi (karena VIF=1/ tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang
tinggi. Nilai cut off yang umum adalah nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10. Jadi
multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance< 0,10 atau nilai VIF >10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
tidak terjadi kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut hetesrokedastisitas. Medel
regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Kebanyakan data (cross section) mengandung heteroskedastisitas karena data
ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dasar analisis untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas adalah :
1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji glejser. Uji glejser
dengan mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel
dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika dilihat
dari tingkat probabilistik signifikansinya di atas tingkat kepercayaaan 0,05, maka
model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
B. Uji Parameter Model Regresi (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji setiap hipotesis yang ada
dengan menggunakan uji statistik t. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian tersebut dapat
menentukan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah pengujian dalam melakukan Uji t sebagai berikut:
a.
Perumusan Hipotesis
Ho (1)
: 1=0 artinya tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap
struktur modal.
Ha (1)
: 1>0 artinya ada pengaruh positif antara profitabilitas terhadap
struktur modal.
Ho (2)
: 2=0 artinya tidak ada pengaruh antara struktur kepemilikan
terhadap struktur modal.
Ha (2)
: 2>0 artinya ada pengaruh positif antara struktur kepemilikan
terhadap struktur modal..
H0 (3)
: 3=0 artinya tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan
terhadap struktur modal.
Ha (3)
: 3>0 artinya ada pengaruh positif antara ukuran perusahaan
terhadap struktur modal..
Ho (4)
: 4=0 artinya tidak ada pengaruh antara tangibility asset terhadap
struktur modal.
Ha (4)
: 4>0 artinya ada pengaruh positif antara tangibility asset terhadap
struktur modal..
b.
Menentukan Taraf Signifikansi
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% atau
taraf signifikansi 5% (α=0,05).
c.
Menentukan Kriteria Pengujian (daerah diterima/ditolak)
Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Jika p-value >0,05 maka H0 diterima.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006 sampai dengan 2009. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan dan tangibility asset terhadap struktur modal.
Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 148 perusahaan selama tahun
2006 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan
keputusan subjektif peneliti yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Sampel yang diperoleh adalah sebanyak 36 perusahaan yaitu perusahaan
yang sebagian saham perusahaannya dimiliki oleh pemilik selama tahun 2006
sampai dengan tahun 2009.
Tabel 4.1
Kriteria pengambilan sampel
No.
Keterangan
Jumlah Perusahaan
1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2006-2009
148
2.
Perusahaan manufaktur yangmempublikasikan
laporan keuangan per 31 Desember secara berturutturut dari 2006-2009
(36)
3.
Perusahaan manufaktur yang sebagian sahamnya
dimiliki oleh pemilik (insider) tahun 2006-2009
(76)
Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
36
Penelitian menggunakan data sampel perusahaan sebanyak 36, terdiri dari
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
Nama Perusahaan
Kode
Jumlah
INDF
STTP
TBLA
ULTJ
4
GGRM
1
SRSN
1
5
d) Chemical and Allied Products
AKRA
BUDI
ETWA
LTLS
SOBI
1. PT. AKR Corporindo Tbk
LMPI
1
ALMI
BTON
CTBN
INAI
JPRS
9
a) Food and Beverages
1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
2. PT. Siantar Top Tbk
3. PT. Tunas Baru Lampung Tbk
4. PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading
Company Tbk
b) Tobacco Manufacturers
1. PT. Gudang Garam Tbk
c) Apparel and Other Textile Products
1. PT. Indo Acidatama Tbk (d/h Sarasa
Nugraha)
2. PT. Budi Acid Jaya Tbk
3. PT. Eterindo Wahanatama Tbk
4. PT. Lautan Luas, Tbk
5. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (d/h
Sorini Corporation)
e) Plastics and Glass Products
1. PT. Langgeng Makmur Industri Tbk
f) Metal and Allied Products
LION
LMSH
PICO
TIRA
IKAI
1
IKBI
1
MTDL
1
ASII
AUTO
BRAM
INTA
NIPS
SMSM
7
INAF
KAEF
PYFA
TSPC
4
TCID
1
36
1. PT. Alumindo Light Metal Indusrtry Tbk
2. PT. Betonjaya Manunggal Tbk
3. PT. Citra Tubindo Tbk
4. PT. Indal Aluminium Industry Tbk
5. PT. Jaya Pari Steel, Tbk
6. PT. Lion Metal Works Tbk
7. PT. Lionmesh Prima Tbk
8. PT. Pelangi Indah Canindo Tbk
9. PT. Tira Austenite Tbk
g) Stone, Clay, Glass and Concrete Products
1. PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk
h) Cable
1. PT. Sumi Indo Kabel Tbk
i) Electronic and Office Equipment
1. PT. Metrodata Electronics Tbk
j) Automotive and Allied Products
1. PT. Astra International Tbk
2. PT. Astra Otoparts Tbk
3. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
4. PT. Indo Kordsa Tbk (d/h Branta Mulia Tbk)
5. PT. Intraco Penta Tbk
6. PT. Nipress Tbk
7. PT. Selamat Sempurna Tbk
k) Pharmaceuticals
1. PT. Indofarma (Persero) Tbk
2. PT. Kimia Farma Tbk
3. PT. Pyridam Farma Tbk
4. PT. Tempo Scan Pacific Tbk
l) Consumer Goods
1. PT. Mandom Indonesia Tbk
Jumlah Perusahaan Manufaktur
Sumber : Data Sekunder yang Diolah (ICMD 2010)
Empat perusahaan di sektor Food and Beverages, 1 perusahaan di sektor
Tobacco Manufacturs, 1 perusahaan di sektor Apparel and Other Textile
Products, 5 perusahaan di sektor Chemical and Allied Products, 1 perusahaan di
sektor Plastics and Glass Products, 9 perusahaan di sektor Metal and Allied
Products, 1 perusahaan di sektor Stone, Clay, Glass and Concrete Products, 1
perusahaan manufaktur disektor Cable, 1 perusahaan manufaktur di sektor
Electronic and Equipment, 7 perusahaan manufaktur di sektor Automotive and
Allied Products, 4 perusahaan manufaktur di
sektor Pharmaceuticals, dan 1
perusahaan manufaktur di sektor Consumer Goods.
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1
Deskripsi Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan disajikan statistika deskripsi dari variabel independen
maupun variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Struktur modal, profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
tangibility asset. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masing-masing
variabel berjumlah 36 yang diperoleh dari 12 perusahaan dikalikan periode tahun
pengamatan (3 tahun) yaitu periode 2006 - 2009. Analisis deskriptif data
penelitian dilakukan dengan alat bantu SPSS ver. 17, adapun hasil analisis
ditunjukkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut;
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
.111389
Std.
Deviation
Struktur_Modal_Y
36
.0200
.4000
.0936911
Profitabilitas_X1
36
-.5600
38.3000
Struktur_Kepemilikan_X2
36
.0000
.2600
.062500
.0893268
Ukuran_Perusahaan_X3
36
4.7200
7.8600
6.153889E0
.9523663
Tangibility_Asset_X4
36
.0200
.6200
.328056
.1672435
Valid N (listwise)
36
1.579583E1 11.2768325
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari sampel yang
berjumlah 36 perusahaan didapatkan nilai terendah (minimum) pada variabel
struktur modal sebesar 0,02 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,40. Nilai ratarata (mean) pada variabel struktur modal sebesar 0,1104. Nilai standar deviasi
sebesar 0,09374 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 0,1104 menunjukan bahwa
penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
data struktur modal penyebarannya normal.
Profitabilitas diproksikan dengan ROI. Nilai terendah (minimum) ROI sebesar
-0,56 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 38,30. Nilai rata-rata (mean) pada
ROI sebesar 15,7955. Nilai standar deviasi sebesar 11,27690 lebih kecil dari nilai
rata-rata sebesar 15,7955 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi
rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel profitabilitas
penyebarannya normal.
Nilai terendah (minimum) pada variabel struktur kepemilikan adalah sebesar
0,00 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,26. Nilai rata-rata (mean) pada
struktur kepemilikan sebesar 0,0625. Nilai standar deviasi sebesar 0,0893 lebih
besar dari nilai rata-rata sebesar 0,0625 menunjukan bahwa penyimpangan data
yang terjadi tinggi, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel struktur
kepemilikan penyebarannya tidak normal.
Nilai terendah (minimum) pada varibel ukuran perusahaan adalah sebesar 4,72
dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 7,86. Nilai rata-rata (mean) pada ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan Log adalah sebesar 6,1540. Nilai standar
deviasi sebesar 0,95229 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 6,1540 menunjukan
bahwa penyimpangan data yang terjadi rendah, dengan demikian dapat dijelaskan
bahwa data variabel ukuran perusahaan penyebarannya normal.
Nilai terendah (minimum) pada variabel tangibility asset adalah sebesar 0,02
dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,62. Nilai rata-rata (mean) pada tangibility
asset sebesar 0,3276. Nilai standar deviasi sebesar 0,16752 lebih kecildari nilai
rata-rata sebesar 0,3276 menunjukan bahwa penyimpangan data yang terjadi
rendah, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data variabel tangibility asset
penyebarannya normal.
Gambar 4.1
Grafik Bivariate Profitabilitas dengan Struktur Modal
0.2
0.18
0.15
0.1
0.07
0.05
0.05
0.02
0
≤ 10,00
11,00 - 20,00
21,00 - 30,00
≥ 31,00
Profitabilitas (ROI)
Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur
modal tertinggi mencapai 0,18 yaitu pada nilai profitabilitas ≤10,00. Sedangkan
nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,02 pada nilai profitabilitas
≥31,00. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,07 menunjukkan nilai profitabilitas
antara 11,00-20,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,05 menunjukkan
nilai profitabilitas antara 21,00-30,00. Hal ini menunjukkan tren menurun antara
struktur modal dengan profitabilitas.
Gambar 4.2
Grafik Bivariate Struktur Kepemilikan dengan Struktur Modal
0.40
0.30
0.30
0.22
0.20
0.10
0.07
0.08
≤ 0,07
0,08 - 0,14
0.00
0,15 - 0,21
≥ 0,22
Struktur Kepemilikan
Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur
modal tertinggi mencapai 0,30 yaitu pada nilai struktur kepemilikan antara 0,150,21. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,07 pada nilai
stuktur kepemilikan ≤0,07. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,08 menunjukkan
nilai struktur kepemilikan antara 0,08-0,14. Sedangkan nilai rata-rata struktur
modal 0,22 menunjukkan nilai struktur kepemilikan ≥0,22. Hal ini menunjukkan
tren meningkat antara struktur modal dengan struktur kepemilikan.
Gambar 4.3
Grafik Bivariate Ukuran Perusahaan dengan Struktur Modal
0.4
0.29
0.3
0.2
0.1
0.08
0.09
5,01 - 6,00
6,01 - 7,00
0.03
0
≤ 5,00
Ukuran Perusahaan
≥ 7,01
Berdasarkan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur
modal tertinggi mencapai 0,29 yaitu pada nilai ukuran perusahaan antara ≥7,01.
Sedangkan nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,03 pada nilai ukuran
perusahaan ≤5,00. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,08 menunjukkan nilai
ukuran perusahaan antara 5,01-6,00. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,09
menunjukkan nilai ukuran perusahaan antara 6,01-7,00. Hal ini menunjukkan tren
meningkat antara struktur modal dengan ukuran perusahaan.
Gambar 4.4
Grafik Bivariate Tangibility Asset dengan Struktur Modal
0.4
0.33
0.3
0.2
0.1
0.06
0.07
≤ 0,19
0,20 - 0,39
0.11
0
0,40 - 0,59
≥ 6,00
Tangibility Asset
Berdasarkan gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata struktur
modal tertinggi mencapai 0,33 yaitu pada nilai tangibility asset ≥6,00. Sedangkan
nilai rata-rata struktur modal terendah mencapai 0,06 pada nilai tangibility asset
≤0,19. Pada nilai rata-rata struktur modal 0,07 menunjukkan nilai tangibility asset
antara 0,20-0,39. Sedangkan nilai rata-rata struktur modal 0,11 menunjukkan nilai
tangibility asset antara 0,40-0,59. Hal ini menunjukkan tren meningkat antara
struktur modal dengan tangibility asset.
4.2.2
Model Regresi Linier Berganda
Tabel 4.3
Model Persamaan Regresi
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant)
-.119
.075
-1.590
.122
Profitabilitas_X1
-.003
.001
-.325 -2.893
.007
1 Struktur_Kepemilikan_X2
.227
.100
.216
2.277
.030
Ukuran_Perusahaan_X3
.037
.011
.373
3.490
.001
Tangibility_Asset_X4
.101
.056
.181
1.812
.080
a. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y
Berdasarkan tabel 4.3 di atas hasil pengolahan data dengan bantuan program
SPSS maka dapat dituliskan persamaan matematis sebagai berikut :
Y = -0,119 - 0,003 X1 + 0,227 X2 + 0,037 X3 + 0,101 X4+ e
Keterangan :
Y
=
Struktur Modal
X1
=
Profitabilitas
X2
=
Struktur Kepemilikan
X3
=
Ukuran Perusahaan
X4
=
Tangibility Asset
Persamaan regresi diatas dapat diartikan :
a.
Konstanta sebesar -0,119 menyatakan bahwa jika varibel independen yaitu
profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, tangibility asset,
risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva dianggap konstan maka struktur
modal diprediksi turun sebesar 0,119 satuan.
b.
Koefisien regresi profitabilitas sebesar -0,003 menyatakan bahwa apabila
profitabilitas naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain konstan maka
struktur modal diprediksi turun sebesar 0,003 satuan.
c.
Koefisien regresi struktur kepemilikan sebesar 0,227 menyatakan bahwa
apabila struktur kepemilikan naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain
konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,227 satuan.
d.
Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,037 menyatakan bahwa
apabila ukuran perusahaan naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain
konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,037 satuan.
e.
Koefisien regresi tangibility asset sebesar 0,101 menyatakan bahwa
apabila tangibility asset naik 1 satuan sedangkan variabel yang lain
konstan maka struktur modal diprediksi naik sebesar 0,101 satuan.
A.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah suatu metode untuk mengukur ketepatan pengujian
yang digunakan dalam analisis data dengan pendekatan model regresi. Ghozali
(2009), menyebutkan uji asumsi klasik setidaknya terdiri dari 3 metode; uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan
variabel dependenkeduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Normalitas
data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik)
pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat.
Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Selain menggunakan NormalP-Plot of Regression Standardized Residual
normalitas data diuji dengan menggunakan kolmogorov-sminorov. Hasil
pengujian terhadap 36 data penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8
Garfik Histogram Uji Normalitas
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa grafik histogram memberikan
pola distribusi normal, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan
ke tahap pengujian selanjutnya karena telah memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.9
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa grafik normal plot
mengikuti arah garis diagonal serta penyebarannya mendekati dari garis diagonal,
sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya
karena telah memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.4
Tabel Uji Kolmogorov Smirnov
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
36
.0000000
.04858883
.138
.099
-.138
.602
.861
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov
Smirnov adalah 0,602 dan signifikan pada 0,861. Hal ini menyatakan bahwa data
residual berdistribusi normal karena nilai signifikansi >0,05, sehingga model
regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap selannjutnya karena telah
memenuhi asumsi normalitas.
2.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel (bebas) independen. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (Ghozali ,2009 : 95). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan
nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≥ 10. Jadi multikolonieritas tidak trejadi apabila nilai
tolerance> 0,10 atau nilai VIF < 10.
Tabel 4.5
Tabel Uji Multikolonieritas
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.119
.075
Profitabilitas_X1
-.003
.001
Struktur_Kepemilikan_X2
.227
Ukuran_Perusahaan_X3
Tangibility_Asset_X4
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
-1.590
.122
-.325
-2.893
.007
.430
2.323
.100
.216
2.277
.030
.601
1.665
.037
.011
.373
3.490
.001
.476
2.100
.101
.056
.181
1.812
.080
.546
1.831
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarakan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai
tolerance antar variabel independen menunjukan tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi
antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) juga menunjukan hal yang sama, tidak ada satupun variabel independen
yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
multikolonieritas sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke
tahap pengujian selanjutnya karena telah memenuhi asumsi multikolonieritas.
3.
Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas terjadi apabila variasi ut (residual) tidak konstan atau
berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya nilai variabel
independent. Konsekuensi dari keberadaan heterokedastisitas adalah analisis
regresi akan menghasilkan estimator yang bias untuk nilai variasi ut (residual) dan
dengan demikian pula pada variasi koefisien regresi.akibatnya uji t, uji F dan
estimasi nilai variabel dependent menjadi tidak valid (Gujarati dalam Yuni, 2007).
Deteksi masalah heterokedastisitas dapat dilakukan tiga pengujian yaitu uji Rank
Spearman, uji Park dan Uji White, dalam penelitian ini uji heterokedastisitas
dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman, hasil uji tersebut ditunjukkan
dalam tabel 4.6 sebagai berikut;
Tabel 4.6
Hasil Deteksi Heterokedastisitas dengan Uji Rank Spearman
Correlations
Abs_Res
Spearman's
rho
Correlation
Coefficient
Abs_Res
X1
X2
X3
X4
1.000
.196
.247
.041
-.008
.
.252
.146
.811
.965
36
36
36
36
36
*
**
-.647**
Sig. (2-tailed)
N
X1
Correlation
Coefficient
.196
1.000
Sig. (2-tailed)
.252
.
.022
.000
.000
36
36
36
36
36
Correlation
Coefficient
.247
*
1.000
.311
.456**
Sig. (2-tailed)
.146
.022
.
.065
.005
36
36
36
36
36
**
.311
1.000
.422*
N
X2
N
X3
-.671
Correlation
Coefficient
.041 -.671
Sig. (2-tailed)
.811
.000
.065
.
.010
36
36
36
36
36
**
**
*
1.000
N
Correlation
Coefficient
X4
-.382
-.382
Sig. (2-tailed)
-.008 -.647
.456
.422
.965
.000
.005
.010
.
36
36
36
36
36
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data sekunder yang diolah
Heterokedastisitas dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi koefisien
korelasi rank spearman (Abs_Res) dengan masing-masing variabel independent,
jika nilai koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) > α (0,05) maka variabel
independent dinyatakan tidak memiliki masalah heterokedastisitas; jika nilai
koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) < α (0,05) maka variabel
independent dinyatakan memiliki masalah heterokedastisitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh variabel independent dalam
penelitian memiliki nilai koefisien korelasi rank spearman (Abs_Res) > α (0,05)
dengan demikian dinyatakan bahwa seluruh variabel penelitian tidak memiliki
masalah heterokedastisitas.
B.
1.
Uji Kebaikan Model
Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien Determinasi
(0,810) besarnya antara 0-1 atau 0<R<1, apabila nilai koefisien Determinasi
semakin mendekati angka 1, maka variabel bebas makin besar pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Hasil uji determinasi ditunjukkan dalam tabel 4.7
sebagai berikut;
Tabel 4.7
Hasil Analisis Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1
.912a
.832
.810
.0408465
a. Predictors: (Constant), Tangibility_Asset_X4, Ukuran_Perusahaan_X3, Struktur_Kepemilikan_X2,
Profitabilitas_X1
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel hasil uji koefisien determinasi dapat diketahui bahwa besarnya
Adjusted R Square adalah 0,810. Hal ini berarti bahwa 81% variabel struktur
modal (Y) dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel yaitu variabel profitabilitas,
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan tangibility asset. Sedangkan sisanya
sebesar 19% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variable yang
digunakan dalam penelitian.
2.
Uji Kesesuaian Model
Tabel 4.8
Tabel Uji Kesesuaian Model
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
.256
.052
.307
df
4
31
35
Mean Square
.064
.002
F
38.286
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Tangibility_Asset_X4, Ukuran_Perusahaan_X3, Struktur_Kepemilikan_X2, Profitabilitas_X1
b. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikan adalah
sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikan lebih keci dari (<) 0,05 ,maka model
regresi yang dibentuk dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel
independen terhadap struktur modal. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa
profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan tangibility asset
secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
3.
Uji Parameter Model Regresi (Uji Statistik t)
Tabel 4.9
Tabel Uji Statistik t
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-.119
.075
Profitabilitas_X1
-.003
.001
Struktur_Kepemilikan_X2
.227
Ukuran_Perusahaan_X3
Tangibility_Asset_X4
t
Sig.
Beta
-1.590
.122
-.325
-2.893
.007
.100
.216
2.277
.030
.037
.011
.373
3.490
.001
.101
.056
.181
1.812
.080
a. Dependent Variable: Struktur_Modal_Y
Sumber : data diolah
Pengujian hipotesis 1 : profitabilitas (ROI) berpengaruh negatif terhadap
struktur modal
Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa profitabilitas yang diproksikan
dengan ROI mempunyai nilai beta sebesar -0,03 dan signifikan sebesar 0,007.
Oleh karena p-value < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari profitabilitas
terhadap struktur modal. Koefisien arah negatif mengindikasikan bahwa semakin
tinggi profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin rendah
struktur modalnya. Implikasinya bagi perusahaan, meningkatkan profitabilitas
yang dihasilkan sehingga struktur modalnya akan semakin turun.
Profitabilitas memberikan sinyal negatif pada penggunaan struktur modal
perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas yang didapat oleh perusahaan
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menggunakan sumber daya yang
dimiliki untuk membiayai kebutuhan pendanaan dengan dana internal perusahaan
tanpa harus menggunakan dana dari pihak eksternal yang berupa hutang. Oleh
karena itu, meningkatnya profitabilitas yang didapat oleh perusahaan maka akan
mengurangi struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Kartini dan Arianto (2008), Christianti (2006), Tri Harjanti dan Tandelilin (2007),
Sofilda dan Maryani (2007), Nurrohim (2008), dan penelitian Setyawan dan
Sutapa (2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Pengujian hipotesis 2 : struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap
struktur modal
Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa struktur kepemilikan
mempunyai nilai beta sebesar 0,227 dan signifikan sebesar 0,030. Oleh karena pvalue < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur kepemilikan terhadap
struktur modal. Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
struktur kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula
struktur modalnya.
Struktur kepemilikan memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur
modal perusahaan. Semakin tinggi struktur kepemilikan pada suatu perusahaan
mengindikasikan bahwa perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
pemilik akan lebih besar dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal. Oleh
karena itu, meningkatnya struktur kepemilikan pada suatu perusahaan maka akan
meningkatkan struktur modal perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Prabansari dan Kusuma (2005) dan Kartini dan Arianto (2008) yang menunjukan
bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap
struktur modal perusahaan.
Pengujian hipotesis 3 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
struktur modal
Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan
mempunyai nilai beta sebesar 0,037 dan signifikan sebesar 0,001. Oleh karena pvalue < 0,05 maka mampu menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari ukuran perusahaan terhadap
struktur modal. Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
ukuran perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya.
Ukuran perusahaan memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur
modal perusahaan. Semakin tinggi ukuran perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan yang besar yang diukur dari total aktivanya akan lebih besar pula
dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal. Oleh karena itu, meningkatnya
ukuran perusahaan pada suatu perusahaan maka akan meningkatkan struktur
modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Kartini dan Arianto (2008), Tri
Harjanti dan Tadelilin (2007), Setyawan dan Sutapa (2006), dan penelitian oleh
Sofilda dan Maryani (2007) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Pengujian hipotesis 4 : tangibility asset berpengaruh positif terhadap
struktur modal
Hasil uji t pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tangibility asset mempunyai
nilai beta sebesar 0,101 dan signifikan sebesar 0,080. Oleh karena p-value > 0,05
maka H0 tertolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
dari tangibility asset terhadap struktur modal. Koefisien arah positif
mengindikasikan bahwa semakin tinggi tangibility asset yang dimiliki suatu
perusahaan, maka akan semakin tinggi pula struktur modalnya. Tangibility asset
memberikan sinyal positif pada penggunaan struktur modal perusahaan. Semakin
tinggi tangibility asset yang dimiliki suatu perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan yang mempunyai tangibility asset yang besar sebagai jaminan atas
hutang akan lebih besar dalam menggunakan hutang pada pihak ekstrenal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dari pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan, tangibility asset, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva
terhadap struktur modal perusahaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan.
Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa ROI
signifikan pada 0,047 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0 ditolak. Hal ini
berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Koefisien arah negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai
profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin rendah
struktur modalnya. Sebaliknya semakin rendah nilai profitabilitas yang
diperoleh suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi struktur modalnya.
b.
Terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal perusahaan.
Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa struktur
kepemilikan signifikan pada 0,035 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0
ditolak. Hal ini berarti struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan
terhadap struktur modal.Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa
semakin tinggi struktur kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan
semakin tinggi pula struktur modalnya. Sebaliknya semakin rendah struktur
kepemilikan pada suatu perusahaan, maka akan semakin rendah pula struktur
modalnya.
c.
Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan.
Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa ukuran
perusahaan signifikan pada 0,013 atau p-value< 0,05 artinya bahwa H0
ditolak. Hal ini berarti ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap struktur modal.Koefisien arah positif mengindikasikan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka akan semakin
besar pula struktur modalnya. Sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan
suatu perusahaan, maka akan semakin kecil pula struktur modalnya.
d.
Tidak terdapat pengaruh tangibility asset terhadap struktur modal perusahaan.
Hal ini dibuktikan dari pengujian statistik diperoleh hasil bahwa tangibility
asset tidak signifikan p-value = 0,05 artinya bahwa H0 diterima. Hal ini
berarti tangibility asset tidak berpengaruh terhadap struktur modal..
5.2 Saran
Berdasar dari hasil penelitian di atas, maka saran yang diberikan untuk
penelitian selanjutnya adalah memasukan variabel lain yang berpengaruh terhadap
struktur modal, sehingga diharapkan hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Edisi 1, Mediasoft :
Jakarta
Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Yogyakarta. BPPE
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi, Terjemahan Marwata dkk, Jakarta
: Salemba Empat
Brigham dan Houston, 2006,Foundamental of Financial Management, Jakarta:
Salemba Empat
Brigham, Eugene F. dan Joel F.Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 8,
Erlangga, Jakarta.
Brigham, E F dan Gapenski L C, 1996. “Intermediate Financial Management
Fifth Edition”. International Edition: The Dryden Press.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali, 2001,Teori Akuntansi, Edisi: Pertama, Badan
Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang.
Christianti, Ari (2006), Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off
atau Pecking Order Theory, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 2326 Agustus 2006.
Eugene F Brigham and Joel F Houston, 2006. Fundamental of Financial
Management, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi ke Sepuluh,
penerbit Salemba Empat.
Ghozali, Imam, 2009,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Horne, James Van dan John M. Wachowics, Jr , 2007. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta :
Salemba Empat
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999,Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Kartini dan Arianto, Tulus (2008), Struktur Kepemilikan, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.
1, 11-21
Kesuma, Ali (2009), Analisis Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol 11, No.1, 38-45
Kieso, Donald E. dan Weygandt, Jerry J. 2001,Akuntansi Intermediate Jilid 1,
Jakarta: Erlangga
Munawir, S, 2001. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Mamduh, 2004. “Manajemen Keuangan”, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama.
Yogyakarta:BPFE.
Nurrohim, Hasa (2008), Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Manajemen SINERGI, Vol.
10, No. 1, 11-18
Prabansari, Yuke dan Kusuma, Hadri (2005), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta,
SINERGI Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Finance, 1-15
Riahi, Ahmed dan Belkaoui, 2000,Teori Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat
Riyanto, Bambang, 2001,Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
SAK, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat
Sekaran, Uma, 2006,Metodologi Penelitian Bisnis,Buku1, Jakarta: Salemba
Empat
____________, 2006,Metodologi Penelitian Bisnis,Buku2, Jakarta: Salemba
Empat
Setyawan, Hendri dan Sutapa (2006), Analisis Faktor Penentu Struktur Modal
(Studi Empiris pada Emiten Syariah di Bursa Efek Jakarta Tahun 20012004), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 2, 203-215
Simamora, Henry, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II,
Jakarta : Salemba Empat
Sofilda, Eleonora dan Maryani (2007), Analisis Faktor Penentu Struktur Modal
Perbankan di Indonesia, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,
Vol. 7, No. 3, 325-349
Supranto, John, 1998, Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid II, Edisi kelima, Jakarta :
Erlangga
Tri Harjanti, Theresia dan Tandelilin, Eduardus (2007), Pengaruh Firm Size,
Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk
pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di
BEJ, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, 1-10
Weston, J.F dan E.F Brigham (1994), Essential of Managerial Finance. The
Dryden Press, Holt.
Weston & Copeland, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2
Jakarta : Binarupa Aksara.
Download