sexually transmitted hepatitis b

advertisement
SEXUALLY TRANSMITTED HEPATITIS B
Penyaji:
dr.Ramona Dumasari Lubis,SpKK
NIP.132 308 599
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
1
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
PENDAHULUAN
Hepatitis adalah kerusakan parenkhim hati, disertai dengan infiltrasi selsel radang dan gangguan fungsi hati serta menimbulkan gejala klinis yang
disebabkan oleh virus hepatitis. Virus hepatitis yang saat ini ditemukan dan
pathogen pada manusia adalah :
-
Virus hepatitis A (VHA)
-
Virus hepatitis B (VHB)
-
Virus hepatitis C (VHC)
-
Virus hepatitis D (VHD)
-
Virus hepatitis E (VHE) 1,2
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) merupakan penyebab
hepatitis yang sering dijumpai. Hepatitis B dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan diseluruh dunia, dimana lebih dari 400 juta penduduk
termasuk 1,25 juta penduduk Amerika Serikat menderita kronik hepatitis B.
Kronik hepatitis B di Amerika Serikat pada tahun 1998 menyebabkan terjadinya
5000 kematian tiap tahun, yang diakibatkan oleh sirosis hati dan hepatocellular
carcinoma. 3,4
Virus hepatitis B dapat dijumpai di dalam darah dengan konsentrasi yang
tinggi dan dapat juga dijumpai pada cairan tubuh yang lain seperti semen, cairan
vagina dan air liur (saliva) dengan konsentrasi yang rendah dan penularan virus
hepatitis B dapat terjadi dengan cara yaitu :
-
Horizontal.
-
Vertikal.
-
Hubungan sexual : heterosexual dan homosexual laki-laki 1,2,4,5
Penularan virus hepatitis B melalui hubungan sexual, erat kaitannya
dengan pola perilaku hubungan sexual seperti homosexual laki-laki,
kontak sexual oro-genital dan anal-genital. 5-7
2
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
VIROLOGI
Virus hepatitis B, merupakan famili dari Hepadnaviridae. Dengan
menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat tiga jenis partikel yang berbeda
dalam darah manusia yaitu :
1. Partikel berbentuk bulat dengan diameter 20-22 nm.
2. Partikel berbentuk batang dengan diameter kurang lebih 20 nm, panjang 50250 nm.
Kedua bentuk diatas tidak mengandung asam nukleat, diduga hanya
merupakan lapisan lipoprotein luar dari virus hepatitis B.
3. Partikel Dane dengan diameter kurang lebih 42 nm yang mengandung asam
nukleat dan merupakan virus hepatitis B yang lengkap.
Komponen lapisan luar disebut hepatitis B surface Antigen (HBsAg). Didalam
inti (core) partikel Dane terdapat genome dari virus hepatitis B yaitu sebagian
dari molekul tunggal dari DNA spesifik yang sirkuler. Di dalam inti (core) virus
hepatitis B juga mengandung enzim yaitu DNA polimerase. Bagian core yang
juga disebut nucleocapsid juga mengandung 2 antigen lainnya yaitu “core”
antigen (HBcAg) dan “e”antigen (HBeAg) yang merupakan protein sub unit
dari HBcAg. 3,7,8
3
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
DIAGRAM VIRUS HEPATITIS B 8
4
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
EPIDEMIOLOGI
Di London selain prostitusi, penularan hepatitis B secara heterosexual,
menunjukkan tingkat penularan hepatitis B akut atau kronik sebanyak 40 %
kepada pasangan sexualnya yang non-immune.5
Di India dan Tanzania, negara dengan prevalensi virus hepatitis B kronik
yang medium (1-5 %), di klinik STD dijumpai tingkat yang lebih tinggi.5
Di Tanzania, dari hasil penelitian diperkirakan hepatitis B yang di dapat
melalui hubungan sexual pada orang dewasa, dijumpai pada laki-laki sebanyak
7,2 % dan wanita 3,0 %. 5
Penelitian pada group homosexual laki-laki di Amerika Serikat dan Eropa,
ditemukan 50 % atau lebih menderita infeksi dan HBsAg yang positif meningkat
sebanyak 6 %. 5
Hutapea N.O (Juni 1992) melaporkan dari 100 serum pekerja sex
komersial di Parloha dan Bandar baru, dijumpai prevalensi HbsAg yang positif : 9
(9%) dan anti HBs : 22 (22%). 9
CARA PENULARAN
Penyakit hepatitis B ini dapat ditularkan kepada semua orang dan semua
kelompok umur. Penularan virus hepatitis B dapat melalui cara yaitu :
1. Penularan secara horizontal.
Penularan ini dapat melalui transfusi darah yang terkontaminasi dengan
virus hepatitis B dan pada orang yang sering mendapat hemodialisa.
Virus hepatitis B dapat juga masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau
lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum, menindik
telinga, pembuatan tattoo, pengobatan tusuk jarum (akupungtur),
kebiasaan menyuntik diri sendiri menggunakan jarum yang tidak steril
(drug abuser) dan penggunaan alat kedokteran dan alat perawatan gigi
yang disterilisasi kurang sempurna. 1,6,8,10
2. Penularan secara vertikal.
Penularan virus hepatitis B dari seorang ibu hamil yang mengidap virus
hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya. 1,6,8
5
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
3. Penularan melalui hubungan sexual.
Penularan virus hepatitis B melalui hubungan sexual dapat terjadi jika
cairan tubuh seperti cairan vagina, semen, air liur (saliva) kontak dengan
kulit atau membran mukosa yang rusak / mikrolesi seperti mulut, organ
genitalia ataupun rektum dan penularan ini dapat terjadi pada kontak
sexual pada homosexual laki-laki maupun heterosexual.
1,4,6,7
A. Penularan pada homosexual laki-laki.
Beberapa faktor penyebab tingginya resiko homosexual laki-laki mendapat
infeksi virus hepatitis B yaitu :
a. Jumlah dari pasangan sexual.
b. Melakukan hubungan melalui anus. Tindakan ini dapat merusak barier
dari mukosa anus yang normal dan memudahkan terjadinya penularan
virus hepatitis B.
c. Dijumpainya HBsAg yang positif disertai dengan HBeAg yang positif.
Dari 65 % HBsAg yang positif dengan HBeAg yang positif pada
homosexual laki-laki, hanya sekitar 25 % yang dapat dideteksi anti- HBe.7
B. Penularan pada heterosexual.
Penelitian penularan hepatitis B secara heterosexual, dilakukan pada
wanita pekerja sex komersial dan pelanggannya di negara dengan prevalensi
yang tinggi dari carrier virus hepatitis B. 6
Penelitian di Peruvian di tempat pekerja sex komersial , dilaporkan 59,8 %
telah dijumpai menderita infeksi past hepatitis B dan dalam waktu 3 tahun
kemudian, pekerja sex komersial yang non-immune menjadi terinfeksi sebanyak
4,7 % per tahun. 6
Beberapa faktor resiko penularan hepatitis B secara heterosexual yaitu :
a. mempunyai banyak pasangan sexual (lebih dari 1 pasangan dalam periode
waktu 6 bulan).
b. mempunyai riwayat penyakit sexual sebelumnya.4
6
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
GAMBARAN KLINIS
AKUT HEPATITIS B
Masa inkubasi berkisar antara 1-6 bulan. Diawali dengan gejala prodormal
berupa mual hingga muntah, anorexia, lelah, demam yang tidak tinggi , nyeri
kepala, nyeri otot dan sakit pada epigastrium. Fase prodormal dapat berlangsung
3-14 hari.
Setelah gejala diatas berangsur-angsur menghilang, kemudian timbul
ikterus / jaundice, yang dapat berlangsung 1-6 minggu.
Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus, yang dapat
berlangsung 2-21 minggu.
Pemeriksaan laboratorium biasanya dijumpai peningkatan SGPT,SGOT,
GGT dan fosfatase alkali. 3,8
KRONIK HEPATITIS B
Ditandai dengan peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung
terus menerus tanpa penyembuhan dalam waktu 6 bulan atau lebih.
Pentingnya menegakkan diagnosis kronik hepatitis B, berhubungan
dengan kemungkinan terjadinya sirosis hati dan karsinoma hati. 1,3,8
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis akut atau kronik hepatitis B tidak hanya berdasarkan
gambaran klinis, tetapi juga membutuhkan pemeriksaan serologik yaitu :
-
Hepatitis B surface antigen (HBsAg), dapat dijumpai pada akut maupun
kronik hepatitis.
-
IgM antibodi terhadap hepatitis B core antigen (IgM anti-HBc), untuk
mendiagnosis akut hepatitis (kurang dari 6 bulan).
-
IgG antibody terhadap hepatitis B core antigen (IgG anti-HBc) yang
disertai HBsAg yang positif, menunjukan kronik hepatitis B.
-
Antibodi terhadap HBsAg (anti HBs), dihasilkan sejalan dengan perbaikan
infeksi dan setelah dilakukan immunisasi / vaksinasi hepatitis B.
7
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
-
Hepatitis B e antigen (HBeAg), berhubungan dengan tingginya level dari
replikasi virus dan disebut dengan “marker of infectifity “.
-
Hepatitis B antibody (anti-Hbe), menunjukkan replikasi virus rendah.
-
HBV DNA, menunjukkan replikasi virus yang sedang aktif, yang biasanya
digunakan untuk memonitor respon dari hasil pengobatan hepatitis B. 3, 7,
PENATALAKSANAAN
Terapi non spesifik / nasehat
1. Diet
Dianjurkan diet tinggi kalori, protein dan lemak secukupnya (diet hati).
2. Latihan / kerja
Penderita yang asimtomatis dapat bekerja dan berolahraga seperti biasa,
bila sudah timbul sirosis hati hindari latihan berat.
3. Alkohol
Hindari minum alkohol oleh karena bersifat hepatotoksik. 8
Medikamentosa
1. Interferon alfa.
Mekanisme kerja interferon adalah sebagai antiviral, immunomodulator,
antiproliferatif dan antifibrotik.
Dosis : Untuk hepatitis B kronik 5 - 10 juta unit 3 kali seminggu selama 3 6 bulan.
Keberhasilan
terapi
ditunjukkan
dengan
adanya
ALT
(alanine
aminotransferase) yang normal dan hilangnya HBeAg dan DNA VHB.
Efek samping yang sering yaitu lesu, demam (sering menggigil),
lekopenia, thrombocytopenia dan depresi.3,8,11
2. Lamivudine
Merupakan suatu nukleosida analog generasi ke II. Obat ini dipakai mulamula sebagai obat HIV, mekanisme kerja yaitu menghambat replikasi
virus, menghambat nekroinflamasi di hati, memperbaiki histology hati dan
mencegah progresi kearah sirosis hati.
8
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
Dapat digunakan tunggal, kombinasi dengan interferon dengan hasil yang
baik dan juga digunakan jika pemakaian interferon kurang berhasil atau
kontraindikasi.
Dosis : 100 mg / hari selama 52 minggu.3,11
TINDAKAN PENCEGAHAN
Dengan diketahuinya bahwa hepatitis B dapat ditularkan melalui berbagai
cara, diperlukan tindakan pencegahan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
mendapat infeksi virus hepatitis B.
Untuk mengatasi penularan hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :
1. Penggunaan kondom.
Kondom digunakan untuk mencegah penularan hepatitis B melalui
hubungan sexual. Penggunaan kondom pada beberapa penelitian ditempat
prostitusi wanita, ternyata efektif menurunkan angka penularan hepatitis B.
Tetapi hasil penelitian penggunaan kondom pada homosexual ternyata kurang
efektif untuk menurunkan angka penularan hepatitis B melalui hubungan sexual,
disebabkan oleh tidak konsistensinya penggunaan kondom dan adanya
hubungan sexual oro-genital.6
2. Vaksin hepatitis B.
Penggunaan vaksin hepatitis B, ternyata dapat menurunkan angka
penularan hepatitis B hampir 100 %. 6
Ada dua produk yang digunakan untuk tindakan pencegahan hepatitis B
yaitu :
1. Hepatitis B immune globulin (HBIG)
HBIG berasal dari plasma yang mengandung anti-HBs dengan titer tinggi
dan digunakan untuk prophylaxis postexposure.
Dosis yang direkomendasikan untuk anak-anak dan dewasa : 0,06 ml /kg
dan dosis 0,5 ml untuk infeksi virus hepatitis B perinatal yaitu infant yang lahir
dari ibu dengan HBsAgnya positif. 4,12
9
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B menggunakan HBsAg yang diproduksi dari yeast
Saccharomyces cerevisiae dengan tekhnologi recombinant DNA dan digunakan
sebagai immunisasi preexposure dan prophylaxis postexposure. 4,7,12
Ada dua vaksin hepatitis B monovalent yang tersedia, digunakan untuk
dewasa dan anak-anak yaitu Recombivax HB (Merck and Co., Inc.) dan EngerixB (SmithKline Beecham Biologicals). Pemberiannya secara series sebanyak tiga
dosis, diberikan intramuscular pada musculus deltoid.1, 4,7,12
Rekomendasi pemberian vaksin hepatitis B yaitu :
A. Preexposure
-
Seluruh infants.
-
Remaja 11-12 tahun.
-
Petugas
kesehatan
yang
beresiko
terpapar
dengan
darah
atau
penggunaan jarum suntik.
-
Staf pada perawatan cacat mental.
-
Pasien hemodialisa.
-
Homosexual laki-laki yang aktif.
-
Heterosexual laki-laki dan wanita yang aktif (dengan riwayat penyakit
sexual atau mempunyai pasangan sexual yang banyak).
-
Pencandu obat (obat suntik).
-
Penerima donor darah.
-
Pasangan suami istri yang salah satu pasangan sexualnya merupakan
virus Hepatitis B yang carrier.
-
Anak-anak yang diadopsi dari negara endemik virus hepatitis B.
B. Postexposure
-
Infants yang lahir dari ibu dengan vrus hepatitis B positif.
-
Petugas kesehatan yang yang terpapar dengan darah melalui cara
percutaneous atau mukosa.
-
Pasangan sexual dari seseorang yang menderita akut hepatitis B. 7
10
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
KESIMPULAN
1) Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan sexual, yang dapat
dijumpai pada homosexual laki-laki dan heterosexual.
2) Untuk mengurangi jumlah penderita hepatitis B, dilakukan tindakan
pencegahan dengan cara yaitu :
a. Pemakaian kondom (melalui hubungan sexual).
b. Hepatitis B immune globulin (HBIG) dan Vaksin hepatitis B.
11
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan P. Penularan Hepatitis B Melalui Kontak Seksual; Dalam Penyakit
Yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual Karena Virus, Hutapea N.O,
Ramsi R.R, Ari TSN, editor, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, !995: p101-9.
2. Warouw WFT. Hepatitis B. Dalam Penyakit Menular Seksual, edisi ke dua,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2003: p 151-56.
3. Lin KW, Kirchner JT. Hepatitis B. American Family Physician, Jan 1 2004;
69, 1; health & Medical Complete pg 75.
4. Workowski K, Levine WC. Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines 2002.
5. Brook MG. Sexually acquired hepatitis. Sex Transmitted Infection,
2002;78:235-40.
6. Brook MG. Sexual Transmission and prevention of the hepatitis Viruses AE and G. Sex Transmitted Infection, 1998;74:395-98.
7. Lemon MS, Alter MJ. Hepatitis B. Dalam Sexually Transmitted Diseases:
Holmes K.K editors,Third edition, McGraw-Hill, 1999:p 365-75.
8. Hadi S. Hati. Dalam Gastroenterologi. Penerbit Alumni Bandung, 1995 : p
484-575.
9. Hutapea N.O, Zulilham, Mahran. Infeksi Virus Hepatitis C (VHC) Diantara
WTS Lokalisasi Parloha Dan Bandar Baru Sumatera Utara.KONAS VII
PERDOSKI, Bukit TInggi, 1992, p 376-79.
10. Schreiber GB, Busch MP. The Risk Of Transfusion-Transmitted Viral
Infection, The New England Journal of Medicine,Vol 334, June 27, 1996.
11. Ganem D, Prince AM. Hepatitis B Virus Infection- Natural History and
Clinical Consequences. The New England Journal of Medicine,350; 11,
March 11, 2004.
12. Lemon MS, Thomas DL. Vaccines To Prevent Viral Hepatitis. The New
England Journal of Medicine.vol 336, No 3, January 16, 1997.
12
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
13
Ramona Dumasari Lubis : Sexually Transmitted Hepatitis B, 2008
USU e-Repository © 2009
Download