BAB II LANDASAN TEORITIS A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi Secara Umum Asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang memberikan perlindungan terhadap seseorang. Usaha perasuransian berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran usaha perasuransian merupakan hal yang tidak terelakan pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki kecenderungan umum untuk menghindari atau mengalihkan resiko tersebut. Untuk itu pengusaha atau pemegang polis/ pihak tertanggung harus membayar premi asuransi. Menurut Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian, “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu 9 10 pembayaran yang didasarkan atas meninggal dan hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Definisi Asuransi menurut Mehr. Dan Cammack (1981) : “Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit–unit eksposure dalam jumlah yang memadai untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang bergabung. Setiap pengikut asuransi akan mendapatkan kartu polis, sebagai tanda bahwa orang tersebut masuk dalam asuransi dan wajib membayar premi asuransi yang besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan perjanjian. Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang premi tak tertagih yang berdampak pada penghentian pertanggungan akibat tidak dibayarkannya premi-premi(polis lapse), dampaknya disini terlihat jika seorang nasabah tidak membayarkan premi-preminya sampai 3 bulan sehingga menyebabkan polis lapse. William dan Heins (Tengku Marina, 2003), memberikan definisi sebagai berikut: 1. “Insurance is the protection against financial loss provided by an insurer”. 2. “Insurance is a devided by means of which the risk of two or more person or firms are combined through actual or promised contribution to a fund, out of which claimants are paid”. 11 Pengertian diatas dalam bahasa Indonesia adalah: 1. Asuransi adalah perlindungan yang diberikan penanggung terhadap kerugian keuangan. 2. Asuransi adalah suatu cara dimana risiko dua atau lebih individu atau perusahaan digabungkan melalui kontribusi bersama yang dikumpulkan dalam suatu pendanaan, yang merupakan sumber bagi pembayaran klaim. Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat dihimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, karena sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (protection) atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event). Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang akan memperoleh perlindungan dengan cara mengalihkan kerugian keuangan yang mungkin akan dialaminya kepada lembaga keuangan (asuransi) itu, atas peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), asuransi mempunyai pengertian sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan, dimana penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan mendapat premi, untuk mengganti kerugian karena kehilangan, kerugian atau tidak 12 diperolehnya keuntungan yang tidak diharapkan, yang dapat diterima karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung empat unsure, yaitu: 1. Pihak tertanggung (Insure), yaitu pihak yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. 2. Pihak penanggung, yaitu pihak yang member santunan / penggantian atas kerugian kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. 3. Peristiwa (Accident) yang tak diduga atau tidak diketahui sebeblumnya, peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. 4. Kepentingan (Interest) yang dapat diasuransikan akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa itu. Dari perumusan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang membayar sejumlah uang (premi) yang sedikit untuk masa sekarang, untuk bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang akan dialihkan resikonya kepada perusahaan asuransi. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, diperlukan adanya dana atau penerimaan kas. Penerimaan kas yang diperoleh asuransi merupakan hasil dari penjualan polis-polis. Dari penjualan polis-polis 13 asuransi inilah akan diperoleh penerimaan kas yang sebeblumnya diakui terlebih dahulu sebagai piutang premi sebelum adanya pembayaran dari tertanggung. 2. Manfaat Asuransi Bagi Masyarakat dan Dunia Usaha Seperti telah diketahui, asuransi akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat asuransi bagi masyarakat secara umum dan dunia usaha secara khusus dikemukakan oleh Darmawi (2001), yaitu sebagai berikut: 1. Mendorong masyarakat untuk lebih memikirkan masa depannya. Berbagai jenis asuransi yang tersedia sebenarnya dimaksudkan agar masyarakat dapat berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak diinginkan di masa datang. 2. Dana yang dikumpulkan oleh industri asuransi dapat digunakan untuk investasi yang sangat diperlukan dimasa pembangunan. 3. Mendorong masyarakat untuk tidak bergantung kepada pihak lain. Semakin modern kehidupan masyarakat akan mengakibatkan semakin berkurangnya rasa kebersamaan. Dengan polis asuransi, seseorang dapat mengatasi sendiri musibah yang dideritanya karena menerima pembayaran ganti rugi dari perusahaan asuransi. 4. Ahli-ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saran-saran secara cuma-cuma untuk mengelola risiko dan mengurangi kemungkinan kerugian yang akan timbul. 14 5. Setiap perusahaan hanya perlu menyisihkan sebagian kecil dana untuk premi tanpa perlu membuat cadangan dana yang besar untuk menghadapi segala kemungkinan kerugian, sehingga modal perusahaan dapat digunakan sebaikbaiknya. Pengusaha sendiri juga dapat memusatkan perhatiannya terhadap kemajuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa asuransi mempunyai beberapa manfaat ekonomis yaitu jaminan bagi kontinuitas perusahaan serta perlindungan kekayaan dan pendapatan. Manfaat yang lebih luas adalah sumbangan industri asuransi bagi kehidupan perekonomian bangsa. 3. Jenis – jenis Asuransi Menurut Undang – undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, usaha asuransi terdiri dari: 1. Usaha asuransi kerugian, yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Asuransi kerugian merupakan asuransi yang jaminannya didasarkan kemungkinan kerugian maksimal yang diderita oleh tertanggung, bila risiko yang tidak terduga atau diketahui sebelumnya benar-benar terjadi. Sebagai imbalan atas proteksi yang diberikan oleh penanggung terhadap interest yang diasuransikan, tertanggung membayar sejumlah uang premi kepada penanggung ketika asuransi ditutup. Asuransi kerugian meliputi: a. Asuransi pengangkutan (laut, sungai, perairan pedalaman, darat, udara). 15 b. Asuransi kebakaran dan asuransi varia (aneka), seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi pengiriman uang, asuransi penyimpanan uang, asuransi penggelapan, asuransi kehilangan, dan sebagainya. 2. Usaha asuransi jiwa, yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa merupakan asuransi dengan manusia sebagai kepentingan (interest) yang diasuransikan. Asuransi jiwa bertujuan menanggung manusia terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Disini terlihat bahwa asuransi jiwa, risiko yang dihadapi adalah risiko kematian dan hidup seseorang terlalu lama. 3. Usaha reasuransi, yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau oleh perusahaan asuransi jiwa. Reasuransi adalah pertanggungan kembali sejumlah risiko oleh suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan asuransi lainnya (reinsurer). Dalam mengadakan reasuransi, sebelumnya pihak pimpinan menentukan terdahulu berapa besarnya retensi yang ditahan dalam perusahaan yang bersangkutan. Adapun maksud retensi tersebut adalah untuk menentukan suatu batas maksimum dari uang pertanggungan, dan dalam hal mana perusahaan ingin menanggung sendiri risiko tersebut (menanggung rugi). Sisa dari batas retensi akan di reasuransikan kepada perusahaan lain. 16 4. Karakteristik Perusahaan Asuransi Sifat perusahaan asuransi yang berbeda dengan perusahaan umum lainnya, dimana perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan pengumpul dana masyarakat yang menjual produk janji, menjadikan perusahaan ini memiliki karakteristik khusus dibandingkan industri keuangan lainnya. Perlakuan transaksi asuransi menjadi relatif berbeda, karena pendapatan diketahui dan terjadi lebih dahulu, sementara beban klaim yang menjadi beban utama belum terjadi dan diliputi ketidak pastian baik mengenai kejadian maupun jumlahnya. Menurut PSAK Nomor 28 (IAI 2007), karakteristik asuransi kerugian antara lain: 1. Laporan keuangan sangat dipengaruhi atas unsure estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan atau unearned premium, estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan atau incurred but not reported. Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban. 2. Pihak tertanggung atau pembeli asuransi membayar premi asuransi terlebih dahlulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah dia akan membayar klaim asuransi, seberapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. 17 Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban. 3. Peraturan perundangan dibidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan. 5. Kegiatan Utama Perusahaan Asuransi Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya, yaitu misalnya kegiatan underwriting, klaim dan reasuransi-retrosesi. Karena kekhususannya itu, maka didalam perusahaan asuransi umumnya terdapat empat kegiatan utama: 1. Kegiatan umum yang merupakan kegiatan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan, dan sebagainya. 2. Kegiatan tekhnik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan, seperti: a. Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi risiko yang ditawarkan kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan dikenakan kepada calon tertanggung. Disamping itu, dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan yang akan direasuransikan dan yang akan ditanggung sendiri. b. Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian dan penyelesaian tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung. Untuk 18 menilai apakah kerugian yang sebenarnya, perusahaan asuransi sering dibantu oleh perusahaan penilai kerugian asuransi (adjuster). c. Reasuransi-retrosesi, merupakan kegiatan mengalihkan risiko sebagian ke perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi. Sedangkan retrosesi adalah proses pemindahan kembali sebagian resiko reasuradur ke perusahaan asuransi lain. Penempatan reasuransi dilakukan jika perusahaan asuransi menerima pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya menanggung sendiri (own retention limit). 3. Kegiatan produksi dan pemasaran. Seperti perusahaan lainnya dalam usaha untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan aktivitas pemasaran seperti pengembangan produk, promosi, penjualan melalui perantara, serta membina hubungan dan komunkasi yang baik dengan konsumen. B. Prosedur dan Sistem Penjualan Kredit 1. Pengertian Prosedur Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2008:5) adalah sebagai berikut: “Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal (tulis menulis, menggandakan, menghitung, membandingkan antara data sumber dengan data pendukung kedua belah pihak), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat 19 untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.” Pengertian prosedur menurut Cole yang diterjemahkan oleh Dr. Zaky Baridwan, M,Sc (2003:3) adalah sebagai berikut: Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (Clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Dari dua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa prosedur adalah suatu kegiatan yang tersusun dan biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. 2. Pengertian Penjualan Dalam perusahaan dagang maupun jasa, tidak terlepas dari kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan laba bagi perusahaan. Kegiatan yang tujuannya untuk mendapatkan laba dalam suatu perusahaan didapat dari penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Ada beberapa pengertian penjualan menurut pendapat-pendapat para ahli adalah sebagai berikut: 20 Menurut Mulyadi (2001:202) pengertian penjualan adalah “kegiatan berupa menjual barang dan jasa baik dilakukan secara kredit maupun tunai”. Menurut Soemarso S.R, (2002:160) pengertian lain penjualan adalah “transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva”. Prosedur penjualan yang baik pada suatu perusahaan memang tidak terlepas dari pembentukan suatu sistem dalam perusahaan tersebut. Sehingga sistem yang baik memang perlu dibuat guna terlaksana dan tercapainya tujuan dari suatu perusahaan. a. Pengertian Sistem Akuntansi Menurut Widjajanto (2008:2) sistem adalah “sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses dan output”. Menurut Bodnar dan Hopwood (2005:1) sistem adalah “kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentuí. Menurut Mulyadi (2008:2) sistem adalah “sekelompok unsure yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersamasama untuk mencapai tujuan tertentu”. 21 Menurut Hall (2007:6) sistem adalah “kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama”. Untuk pengertian akuntansi itu sendiri terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: Pengertian akuntansi menurut American Accounting Assosiation yang diterjemahkan oleh Soemarso (2004:3) adalah sebagai berikut: Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Akuntansi menurut Abodnar dan Hopwood (2003:1) adalah sebagai berikut: Sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasikan, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan informasi ekonomis mengenai suatu badan usaha kepada berbagai pihak. Sehingga untuk pengertian sistem akuntansi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2006:163) adalah sebagai berikut: 22 Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Menurut Tata Sutabri (2004:4) sistem akuntansi adalah “sistem informasi merupakan sumber sistem akuntansi dari suatu sistem pemrosesan akuntansi”. Menurut Winarno (2006:19) sistem akuntansi adalah “bidang ilmu akuntansi yang mempelajari perancangan dan pengevaluasian sistem informasi akuntansi di dalam suatu perusahaan”. b. Pengertian Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Penjualan barang dan jasa memang harus direncanakan secara matang, karena penjualan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Penjualan juga merupakan sumber daya yang ikut membantu dalam likuiditas perusahaan, sehingga perusahaan memberikan perhatian yang cukup terhadap penjualan. Maka dari itu sangat diperlukannya system akuntansi penjualan kredit yang baik untuk menciptakan lalu lintas administrasi penjualan secara lancar dan meniadakan pemborosan serta penyelewengan, sehingga pimpinan perusahaan dengan mudah mengambil kebijaksanaan untuk tercapainya tujuan perusahaan. 23 i. Pengertian Penjualan Kredit Penjualan kredit bisa diartikan merupakan penjualan non kas, dalam artian bahwa dengan adanya transaksi ini perusahaan belum menerima pembayaran dari konsumen. Maka dari itu, timbulnya pencatatan piutang dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengakui terjadinya transaksi tersebut. Penjualan kredit menurut Kieso (2009:386) adalah: Janji lisan dari pembelian untuk membayar barang dan jasa yang dijual, biasanya dapat ditagih 30-60 hari dan merupakan “piutang terbuka” yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek. Menurut Soemarso SR (2009:160) penjualan kredit adalah “transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva”. ii. Informasi yang diperlukan oleh Manajemen Dalam transaksi penjualan manajemen memerlukan data informasi mengenai transaksi yang terjadi agar manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan penjualan. Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan kredit adalah: 24 A. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui jumlah pendapatan yang dihasilkan dari penjualan menurut jenis produk yang dijual. B. Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit. Untuk mengetahui total piutang oleh pembeli dari transaksi penjualan kredit dan mengetahui tanggal jatuh tempo pembayaran piutang dagang yang harus dibayar oleh konsumen. C. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu. D. Nama dan alamat pembeli. Untuk mengetahui alamat konsumen yang telah memesan barang dagang ke perusahaan. E. Kuantitas produk yang dijual. Untuk mengetahui beberapa produk yang telah terjual pada suatu periode tertentu. F. Nama Wiraniaga yang melakukan penjualan. Untuk mengetahui nama wiraniaga yang bertanggung jawab dalam transaksi penjualan. G. Otorisasi pejabat berwenang. Untuk mengetahui terjadinya transaksi penjualan tersebut. iii. Fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Penjualan Kredit 25 Dalam sistem penjualan kredit terdapat beberapa fungsi yang terkait dan memiliki tanggung jawab serta wewenang. Fungsi-fungsi tersebut adalah: A. Fungsi Penjualan Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman, dari gudang mana akan dikirim dan mengenai surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat “back order” pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan. B. Fungsi Kredit Fungsi ini berada dibawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pembelian kredit kepada pelanggan. C. Fungsi Gudang 26 Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman. D. Fungsi Pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang. Otorisasi ini dapat berupa surat order pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi penjualan, memo debit yang ditandatangani oleh fungsi pembelian untuk barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok, surat perintah kerja dari fungsi produksi mengenai penjualan atau pembuangan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi. E. Fungsi Penagihan Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi. F. Akuntansi 27 Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur dan membuat laporan penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan. iv. Dokumen yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Penjulan Kredit Dalam transaksi penjulan kredit tentu saja memerlukan dokumendokumen untuk menjamin tingkat keandalan dan ketelitian dalam melakukan pencatatan-pencatatan. Dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan kredit adalah: A. Surat Order Penjualan Surat order pengiriman ini merupakan dokumen pokok untuk memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Dokumen ini merupakan memberikan lembar pertama otorisasi surat kepada order fungsi pengiriman pengiriman yang untuk mengirimkan jenis barang dengan jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera di dokumen tersebut. B. Faktur Penjualan Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat transaksi penjualan yang terjadi, selain itu juga 28 dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang dan dikirimkan kepada pelanggan oleh fungsi penagihan. Faktur ini dibuat tembusan sebagai piutang, tembusan jurnal penjualan, tembusan analisi dan tembusan wiraniaga. C. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan merupakan dokumen pendukung yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu. D. Bukti Memorial Bukti memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatan ke dalam jurnal umum. v. Prosedur Sistem Penjualan Kredit Dalam transaksi penjualan kredit perlu dilakukan prosedur-prosedur yang merupakan tahapan-tahapan proses terjadinya transaksi. Jaringan prosedur yang membentuk terjadinya penjualan kredit adalah: A. Prosedur Order Penjualan Dalam proses ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat surat order dari pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk 29 memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli. B. Prosedur Persetujuan Kredit Dalam prosedur ini fungsi penjualan meminta persetujuan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit. C. Prosedur Pengiriman Dalam prosedur ini fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli. D. Prosedur Pencatatan Piutang Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan kedalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang. E. Prosedur Distribusi Penjualan Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu. vi. Bagan Alur Dokumen Penjualan Kredit Berikut ini disajikan bagan alur (Flowchart) untuk penjualan barang dagang secar kredit menurut Mulyadi (2003): 30 BAGAN ORDER PENJUALAN MULAI 4 Menerima order dari pelanggan Surat order pengiriman 7 6 2 Surat order pengiriman 1 Surat order Mencatat tgl pengiriman pada surat order pengiriman lembar 9 Membuat surat order pengiriman dan faktur 2 Surat order pengiriman 1 9 8 7 6 5 4 3 2 Surat order pengiriman 1 Ke Pelanggan 1 2 T 4 A 7 31 BAGIAN KREDIT BAGIAN KREDIT 3 1 Surat order pembelian 7 (Credit Copy) Surat order pengiriman 1 Memeriksa status kredit Menyiapkan barang Memberi otorisasi kredit Surat order pembelian 7 (Credit Copy) Menyerahkan barang Surat order pengiriman 1 Bersama dengan barang 4 Kartu gudang 5 32 BAGIAN PENGIRIMAN 5 2 Bersama dengan barang 5 4 3 Surat order pengiriman 1 Surat order pengiriman 2 Menempel surat order pengiriman pada pembungkus barang Menyerahkan barang pada perusahaan angkutan umum Diserahkan ke perusahaan angkutan umum 5 4 T 3 2 Surat order pengiriman 1 6 Ditempel pada pembungkus barang sebagai slip pembungkus 33 BAGIAN PENAGIHAN BAGIAN PIUTANG 7 8 Surat muat 3 Surat order pengiriman 2 2 Surat order pengiriman 1 Faktur 1 Membuat faktur 5 4 3 2 Dikirim ke wiraniaga Surat order pengiriman 1 10 9 Dikirim ke pelanggan 8 Kartu gudang N 34 BAGIAN KARTU PERSEDIAAN BAGIAN JURNAL 9 10 Faktur 4 Faktur 1 11 Rekap pajak Bukti Memorial Kartu persediaa n Membuat rekapitulasi pajak Rekap pajak Membuat bukti memorial Rekap pajak Bukti Memorial 1 N Jurnal umum Selesai N Jurnal umum 35 B. Risk Based Capital (RBC) Perusahaan asuransi memang harus menghitung kesehatan keuangannya untuk dilaporkan ke Departemen Keuangan. Rasio tingkat solvabilitas yang diperhitungkan dikenal dengan nama Risk Based Capital (RBC). Sebagaimana ditetapkan dalam peraturan menteri keuangan Republik Indonesia NOMOR 53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa Risk Based Capital minimal untuk perusahaan asuransi adalah 120%. Untuk hasil perhitungan ini memang dikaitkan dengan asset yang dimiliki oleh perusahaan asuransi. Asset yang dimaksud adalah asset yang diperkenankan, dalam arti lain adalah kekayaan yang diperkenankan yang diperhitungkan dalam perhitungan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian. Asset yang sangat mempengaruhi adalah adanya piutang premi pada perusahaan asuransi yang berasal dari transaksi bisnis normal perusahaan. Piutang premi yang dianggap sebagai kekeayaan yang diperkenankan dalam perhitungan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksudkan adalah piutang premi yang memiliki umur piutang dibawah 60 hari. Maka dari itu memang piutang premi sangat mempengaruhi untuk kesehatan keuangan perusahaan asuransi sehingga perlu adanya pengelolaan yang baik dari perusahaan. 36 C. Piutang Usaha 1. Pengertian Piutang Secara Umum Pengertian piutang menurut Mas’ud Machfoedz (2007:174) adalah: Adalah klaim terhadap pihak lain agar pihak lain tersebut membayar sejumlah uang atau jasa dalam waktu paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari satu tahun. Pengertian piutang menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised 2009) adalah: Presentation of Financial Statements Account Receivable is amounts owed to the company for services performed or products sold but not yet paid for. Pihak lain di sini dimaksudkan sebagai orang atau badan usaha di luar perusahaan yang mempunyai hubungan transaksi dengan perusahaan. Timbulnya tuntutan disebabkan beberapa jenis transaksi yang umumnya berupa penjualan barnag atau jasa yang dilakukan secara kredit. Tuntutan dalam bentuk uang, misalnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah, pinjaman kepada pegawai perusahaan, pinjaman kepada anak perusahaan dan sebagainya. Tuntutan dalam bentuk barang dan jasa, misalnya penyerahan atas barang yang telah di lunasi dan penyelesaian atas kontrak yang telah ditandatangani. 37 Menurut Kousen dan Steve Albert (2009:315)piutang adalah “Piutang dagang sebagai aktiva lancar, memiliki janka waktu yang singkat yang biasanya dapat dicairkan menjadi kas dalam janka waktu 10-60 hari”. Dalam pengertian umum piutang yaitu tuntutan kepada pihak lain untuk memperoleh uang, barang-barang, dan jasa akibat penjualan kredit. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007 : 346) yang diterjemahkan oleh Emil Salim, S.E. “Piutang (receivable) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”. Menurut Smith dan Skousen (2007 : 286) menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut: Secara luas, piutang merupakan hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa. Secara sempit untuk tujuan akuntansi, piutang didefinisikan sebagai klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Berdasarkan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang/jasa yang timbul karena adanya penjualan barang/jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan. 38 2. Pengakuan Piutang Usaha Masalah pengakuan piutang melalui dua masalah pokok, yaitu: 1. Kapan piutang diakui. Piutang diakui saat terjadi pemindahan hak atau serah terima atas barang / jasa yang dijual antara pembeli dan penjual. 2. Berapa piutang usaha yang diakui. Piutang usaha diakui berdasarkan nilai tukar, yaitu nilai yang akan dibayar oleh debitur pada saat yang telah ditentukan. Dalam masalah ini yang perlu diperhatikan adalah trade discount dan sale discount. Dari kemungkinan Terms of Credit memungkinkan metode pencatatan piutang menjadi dua metode, yaitu: a. Piutang dagang dicatat kotor (Gross Method) Metode kotor mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai jumlah pengurang penjualan bukan sebagai pengurang jumlah piutang. b. Piutang dagang dicatat bersih Metode bersih mengakui jumlah piutang setelah dikurangi dengan potongan penjualan, bila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka akan mengakibatkan timbulnya 39 kelebihan pembayaran atas jumlah piutang dan kelebihan tersebut sebagai kelebihan lain-lain 3. Jenis Piutang Usaha Mengingat kompleksnya kegiatan suatu perusahaan sehingga menimbulkan adanya berbagai klaim kepada langganan yang lazim disebut piutang atau tagihan. Dari berbagai kegiatan tersebut juga mengakibatkan berbagai piutang atau tagihan. Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran maka perusahaan akan langsung dilakukan secara tunai menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang. Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lainlain. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat tertagih 40 dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar (Smith dan Skousen, 2007). Pengklasifikasian piutang menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:451) mengemukakan bahwa menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain. Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum: a. Piutang Dagang (Trade Receivable) Piutang dagang pelanggan yang merupakan berasal merupakan kegiatan merupakan tipe jumlah dari usaha piutang tagihan penjualan normal yang perusahaan barang perusahaan. paling lazim dan kepada jasa Piutang yang dagang ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. b. Piutang Usaha (account receivable) Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. piutang usaha tidak melibatkan Biasanya bungan, meskipun pembayaran 41 bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. c. Wesel Tagih (notes receivable) Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu : i) Wesel tagih berbunga (interest bearing notes) Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. ii) Wesel tagih tanpa bunga (non-interest bearing notes) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. c. Piutang Lain-lain (Non Dagang) Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi 42 piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi,piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain. Sedikit berbeda dengan pendapat Niswonger (2005 : 392), jenis piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu: Piutang Usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara 30 - 60 hari. Piutang Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari. Piutang Lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun jika piutang tersebut tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. 4. Akuntansi Piutang Usaha Pengertian akuntansi piutang adalah sistem dan prosuder pencatatan piutang yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Menurut Mulyadi (2007 : 6) pengertian dari sistem dan prosedur adalah sebagai berikut : Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu 43 departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) praktik akuntansi untuk mengukur pendapatan dan piutang akan berubah. Jika suatu entitas kredit meluas kepada para pelanggan untuk waktu yang panjang, biasanya selama lebih dari enam bulan, PVdari akan lebih rendah daripada jumlah nominal. Oleh karena itu, piutang dan pendapatan diakui pada nilai PV dan bukan pada jumlah yang disebutkan dalam faktur pilihan pada pelanggan. PV adalah present value (PV) dari jumlah piutang dari pelanggan diskon pada suku bunga di mana pelanggan dapat meminjam dari pasar pada persyaratan dan kondisi yang sama Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur yang merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jumal dan buku besar yang meliputi : menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, mensortir, memindahkan dan membandingkan. Sistem akuntansi piutang yang dimaksud di sini mencakup prosedur pencatatan piutang. Prosedur piutang merupakan prosedur akuntansi untuk mencatat timbulnya piutang. 44 Menurut Baridwan (2009 : 15) "Untuk pencatatan piutang dapat digunakan 3 cara mengerjakan jurnal dan piutang yaitu metode tangan, metode posting langsung dan metode tanpa buku pembantu". Dalam sistem pencatatan piutang ini dilakukan menurut siklus akuntansi yang biasanya dilakukan yaitu dalam metode jurnal dan posting setelah ada bukti atau dakumen yang sah yang dinyatakan bahwa transaksi itu telah terjadi. Untuk memiiih metode jurnal perlu pertimbangan segi frekuensi transaksi, jumlah pegawai dan banyaknya perkiraan buku besar yang diperlukan. Metode jurnal yang diperbolehkan dalam sistem akuntansi untuk pembukuan piutang adalah metode posting langsung ke rekening dan metode tanpa buku pembantu. 1. Metode Posting Langsung Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : a. Metode posting harian Posting langsung ke rekening atau surat pcrrryataan piutang, yang dilakukan dengan membuat surat pernyataan piutang bersama dcngan pekerjaan posting ke buku pembantu piutang. Dengar cara infaktur yang diterima diposting ke buku pembantu piutang dan surat pernyataan piutang. Dapat juga dibuat tembusan ketiga yang berfungsi sebagai jurnal. Posting langsung ini dapat dilakukan setiap hari. 45 b. Metode posting periodic Posting ditunda, metode ini dilakukan sekaligus setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang banyak. Faktur penjualan diterima dari bagian penagihan kemudian oleh bagian piutang disimpan sementara menunggu beberapa hari dan pada akhirnya secara sekaligus akan diposting ke dalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode posting dengan menggunakan, mesin pembukuan. Penagihan bersiklus (cycle billing). Dalam metode ini selama sebulan media disortir dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Pada akhir bulan dilakukan kegiatan posting yang meliputi (a) posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut ke dalam perrlyataan piutang dan kartu piutang dan (b) menghitung dan mencatat saldo setiap kartu piutang. 2. Metode Tanpa Buku Pembantu Metode ini dilakukan dengan menyimpan faktur penjualan dengan nama pelanggan. Dalam hal ini tidak menggunakan buku pembantu piutang sehingga tidak ada pekerjaan posting ke buku pembantu. Simpanan faktur berfungsi sebagai buku pembantu piutang. Dalam melakukan pencatatan piutang anuntansi untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang yaitu seperti yang dijelaskan dibawah ini: 1) Jurnal Penjualan 46 2) Jurnal Umum 3) Jurnal Penerimaan Kas 4) Kartu Piutang 5) Buku Tambahan Piutang Piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode yang akan datang dijadikan sebagai beban operasi. Menurut Niswonger - Fess - Warren terjemahan Marianus (2005 : 238) "Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang, disebut beban atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih (uncollectible accounts), piutang ragu-ragu (doubtful accounts) atau hutang tidak terbayar (bad debts)". Kutipan di atas memberi pengertian bahwa penaksiran piutang yang tidak tertagih akan lebih akurat jika didasarkan pada umur piutang dan perkiraan piutang yang belum diselesaikan pada tanggal neraca serta kemungkinan dapat terkumpulnya piutang. Piutang yang diperkirakan tidak tertagihnya dapat dihapuskan dengan menggunakan metode penghapusan langsung yang biasa dilaksanakan oleh perusahaaan. a. Metode penghapusan langsung (direct write off method) Jika perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung pencatatan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang dilakukan setelah 47 piutang tersebut dinyatakan secara pasti tidak akan dapat ditagih. Tidak ada ketentuan umum satupun yang merupakan pedoman menentukan kapan suatu piutang atau suatu wesel tidak dapat ditagih. Kenyataan bahwa seorang pelanggan gagal membayar kewajibannya sesuai kontrak yang ditetapkan ataupun terpaksa menolak weselnya pada tanggal jatuh tempo belumlah berarti bahwa hutang tersebut tidak akan dapat ditagih. Apabila pelanggan tersebut bangkrut barulah ada petunjuk pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang pelanggan tersebut tidak dapat ditagih. Petunjuk lainnya ialah perusahaan pelanggan itu ditutup, pelanggan kabur, penagihan berkali-kali yang terus saja gagal, pembatasan penagihan oleh ketentuan undang-undang. Selain atau debitur sendiri dapat langsung memberitahukan pada perusahaan bila ia benarbenar tidak mampu untuk melunasi hutangnya. Pencatatan yang dapat dilakukan dalam metode penghapusan langsung ini ada tiga. Pada saat jumlah piutang yang tidak tertagih diketahui pasti, jurnalnya Beban kerugian piutang ..................... xxx Piutang dagang ................... xxx Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih kembali pada periode yang sama jurnalnya : Piutang dagang ............................. xxx 48 Beban kerugian piutang............................... xxx Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih pada periode berikutnya,jurnalnya : Piutang dagang ........................... xxx Laba ditahan………………………… xxx D. Piutang Premi Asuransi 1. Pengertian Premi Asuransi Menurut Soeisno Djojosoedarso (2003 : 127) mengemukakan bahwa : Premi asuransi sebagai pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko para penanggung. Dengan demikian premi asuransi akan merupakan : 1. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung (pada asuransi kerugian). 2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah 49 uang (benefit) terhadap risiko hari tua atau kematian (pada asuransi jiwa). 2. Pengertian Piutang Premi Asuransi Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (2007:36) “Piutang premi adalah tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan”. Masa keleluasaan (grace period) adalah “suatu periode dimana pemegang polis belum membayar premi pada saat jatuh tempo namun polis tetap berlaku”. Maka dapat disimpulkan bahwa piutang premi adalah tagihan perusahaan kepada pemegang polis atas produk asuransi yang dijual untuk nasabahnya, dalam hal ini disebut pemegang polis. Piutang ini diakibatkan karena pemegang polis belum membayar hutangnya atas premi pada saat jatuh tempo namun polis tetap berlaku. 3. Faktor Timbulnya Piutang Premi Asuransi Setiap pengikut asuransi akan mendapatkan kartu polis, sebagai tanda bahwa orang tersebut masuk dalam asuransi dan wajib membayar premi asuransi yang besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan perjanjian. Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang premi tak tertagih yang berdampak pada penghentian pertanggungan akibat tidak dibayarkannya premi-premi(polis lapse), dampaknya disini terlihat jika 50 seorang nasabah tidak membayarkan premi-preminya sampai 3 bulan sehingga menyebabkan polis lapse. a. Pengertian Polis Lapse Polis Lapse adalah penghentian penanggungan asuransi akibat dari tidak dibayarkannya premi-premi (Muhammad Syakir Sula 2004 : 198). Polis Lapse adalah penghentian penanggungan asuransi sebagai akibat tidak dibayarkannya premi.(Kamus Bahasa indonesia). Dalam pengertian umum polis lapse adalah penghentian penanggungan akibat dari tidak dibayarkannya premi-premi. Faktor-faktor yang menyebabkan polis lapse: a. Tidak dibayarkannya premi-premi setelah tanggal jatuh tempo (3 bulan). b. Kondisi ekonomi seseorang yang berbeda-beda tentunya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pengikut asuransi akan mendapatkan kartu polis, sebagai tanda bahwa orang tersebut masuk dalam asuransi dan wajib membayar premi asuransi yang besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan perjanjian. Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang premi, kondisi ekonomi seseorang merupakan sebab utama piutang premi tak tertagih, tidak 51 dibayarkannya premi setelah 3 bulan tanggal jatuh tempo akan menyebabkan polis lapse. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya piutang premi adalah: a. Masih banyaknya titipan yang belum di bukukan sebagai penerimaan premi. Banyaknya agen yang belum menyerahkan titipan premi dari nasabah kepada bagian administrasi ini lah yang menyebabkan banyaknya titipan premi yang belum dibukukan. b. Kurangnya pengawasan terhadap umur piutang premi. c. Serta faktor ekonomi seseorang yang berbeda- beda. Faktor ekonomi yang memungkinkan seseorang tidak bisa membayar premi-preminya seringkali terjadi. 4. Pengakuan Piutang Premi Asuransi Berdasarkan jenis pertanggungan, pengakuan piutang premi asuransi terdiri dari: a. Premi Pertanggungan Langsung Piutang premi berdasarkan premi pertanggungan langsung diakui dan dicatat bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi dan dilaporkan secara terpisah dengan utang komisi yang bersangkutan, kecuali piutang premi langsung broker disajikan setelah dikurangi dengan utang komisinya. 52 b. Premi Pertanggungan Tidak Langsung Piutang premi pertanggungan tidak langsung diakui dan dicatat pada saat dikeluarkan slip reasuransi/bordero berdasarkan nota reasuransi dan dilaporkan setelah diperhitungkan dengan utang klaim yang bersangkutan. Penjualan produk baik itu berupa barang atau pun jasa, dalam hal ini jasa asuransi bila dilakukan secara kredit akan menguntungkan perusahaan, karena lebih menarik calon pembeli, sehingga volume penjualan meningkat yang berarti, meningkatkan laba perusahaan. Di lain pihak penjualan secara kredit seringkali mendatangkan kerugian, yaitu apabila debitur tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Bila suatu barang atau jasa dijual secara kredit, biasanya sebagian dari piutang langganan tidak dapat ditagih. Hal ini sudah merupakan gejala umum dan resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan penjualan kredit. Ketelitian yang besar dalam mengevaluasi kondisi pelanggan dalam pemberian kredit dan sangat efisiennya prosedur penagihan piutang, namun kenyataannya masih terdapat sejumlah pelanggan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Biaya operasi yang timbul dari tak tertagihnya piutang tersebut adalah kerugian dari piutang tak tertagih. Oleh karena itu perlu dibentuknya kebijakan pada perusahaan untuk mengantisipasi kerugian atas penjualan kredit yang macet. c. Metode Cadangan Kerugian Piutang 53 Metode penyisihan kerugian atas piutang tidak tertagih terdiri dari metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. i. Metode Penghapusan Langsung Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit Piutang Usaha dan mendebet Beban Piutang Tak Tertagih. ii. Metode Penyisihan Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredat. Estimasi ini dicatat sebagai bebean dan pengurang tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat (Kieso dkk, 2007). 5. Penyajian Piutang Premi Asuransi Dalam Laporan Keungan Laporan keuangan merupakan alat yang dipakai dalam menggambarkan kondisi ekonomi serta badan usaha, terutama bagi mereka yang membutuhkan serta meliahat perkembangan pada suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan akan diperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dan laporan keuangan itu sendiri disusun berdasarkan atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku umum. 54 Data keuangan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut. Dalam hal ini Piutang Premi disajikan didalam neraca sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur dalam PSAK. Piutang premi dalam laporan perusahaan asuransi sedikit berbeda dengan pelaporan piutang pada perusahaan umum lainnya. Piutang premi disajikan dalam Neraca perusahaan dengan tingkat likuiditas dibawah investasinya perusahaan, yang artinya bahwa piutang premi ini diposisikan pada harta lancar perusahaan setelah investasi (PSAK No 36, 2009). Piutang premi merupakan tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan. (IAI 2007 : 108) Piutang premi merupakan tagihan dibayarkan oleh seseorang tiap bulannya. atau langganan yang wajib