BAB II LANDASAN TEORITIS

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Asuransi
1.
Pengertian Asuransi Secara Umum
Asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang memberikan
perlindungan terhadap seseorang. Usaha perasuransian berkembang selaras
dengan
perkembangan
dunia
usaha
pada
umumnya.
Kehadiran
usaha
perasuransian merupakan hal yang tidak terelakan pada situasi dimana sebagian
besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki kecenderungan umum untuk
menghindari
atau mengalihkan resiko tersebut. Untuk itu pengusaha atau
pemegang polis/ pihak tertanggung harus membayar premi asuransi.
Menurut Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha
Perasuransian,
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
9
10
pembayaran yang didasarkan atas meninggal dan hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
Definisi Asuransi menurut Mehr. Dan Cammack (1981) :
“Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko
keuangan,
dengan cara pengumpulan unit–unit eksposure dalam jumlah yang
memadai untuk membuat agar kerugian
individu dapat diperkirakan
kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka
yang bergabung. Setiap pengikut asuransi akan mendapatkan kartu polis,
sebagai tanda bahwa orang tersebut masuk dalam asuransi dan wajib
membayar premi asuransi yang besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan
sesuai dengan perjanjian. Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang
premi tak
tertagih yang berdampak pada penghentian pertanggungan
akibat tidak dibayarkannya premi-premi(polis lapse), dampaknya disini
terlihat jika seorang nasabah tidak membayarkan premi-preminya sampai
3 bulan sehingga menyebabkan polis lapse.
William dan Heins (Tengku Marina, 2003), memberikan definisi sebagai
berikut:
1.
“Insurance is the protection against financial loss provided by an
insurer”.
2.
“Insurance is a devided by means of which the risk of two or more
person or firms are combined through actual or promised
contribution to a fund, out of which claimants are paid”.
11
Pengertian diatas dalam bahasa Indonesia adalah:
1.
Asuransi adalah perlindungan yang diberikan penanggung terhadap
kerugian keuangan.
2.
Asuransi adalah suatu cara dimana risiko dua atau lebih individu atau
perusahaan
digabungkan
melalui
kontribusi
bersama
yang
dikumpulkan dalam suatu pendanaan, yang merupakan sumber bagi
pembayaran klaim.
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat
dihimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan,
disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi,
karena sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (protection)
atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang
tidak diduga sebelumnya (fortuitious event). Dengan membayar premi yang relatif
kecil, seseorang akan memperoleh perlindungan dengan cara mengalihkan
kerugian keuangan yang mungkin akan dialaminya kepada lembaga keuangan
(asuransi) itu, atas peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya.
Dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD),
asuransi mempunyai pengertian sebagai berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan,
dimana
penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan mendapat premi,
untuk mengganti kerugian karena kehilangan, kerugian atau tidak
12
diperolehnya keuntungan yang tidak diharapkan, yang dapat diterima
karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu”.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung empat unsure,
yaitu:
1.
Pihak tertanggung (Insure), yaitu pihak yang berjanji untuk membayar uang
premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2.
Pihak penanggung, yaitu pihak yang member santunan / penggantian atas
kerugian kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
3.
Peristiwa (Accident) yang tak diduga atau tidak diketahui sebeblumnya,
peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian.
4.
Kepentingan (Interest) yang dapat diasuransikan akan mengalami kerugian
disebabkan oleh peristiwa itu.
Dari perumusan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang membayar
sejumlah uang (premi) yang sedikit untuk masa sekarang, untuk bisa menghadapi
kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang akan dialihkan
resikonya kepada perusahaan asuransi.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, diperlukan
adanya dana
atau penerimaan kas. Penerimaan kas yang diperoleh asuransi
merupakan hasil dari
penjualan polis-polis. Dari penjualan polis-polis
13
asuransi inilah akan diperoleh penerimaan kas yang sebeblumnya diakui terlebih
dahulu sebagai piutang premi sebelum adanya pembayaran dari tertanggung.
2. Manfaat Asuransi Bagi Masyarakat dan Dunia Usaha
Seperti telah diketahui, asuransi akan memberikan manfaat bagi
masyarakat. Manfaat asuransi bagi masyarakat secara umum dan dunia usaha
secara khusus dikemukakan oleh Darmawi (2001), yaitu sebagai berikut:
1.
Mendorong masyarakat untuk lebih memikirkan masa depannya. Berbagai
jenis asuransi yang tersedia sebenarnya dimaksudkan agar masyarakat dapat
berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak diinginkan di masa datang.
2.
Dana yang dikumpulkan oleh industri asuransi dapat digunakan untuk
investasi yang sangat diperlukan dimasa pembangunan.
3.
Mendorong masyarakat untuk tidak bergantung kepada pihak lain. Semakin
modern kehidupan masyarakat akan mengakibatkan semakin berkurangnya
rasa kebersamaan. Dengan polis asuransi, seseorang dapat mengatasi sendiri
musibah yang dideritanya karena menerima pembayaran ganti rugi dari
perusahaan asuransi.
4.
Ahli-ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saran-saran secara
cuma-cuma untuk mengelola risiko dan mengurangi kemungkinan kerugian
yang akan timbul.
14
5.
Setiap perusahaan hanya perlu menyisihkan sebagian kecil dana untuk premi
tanpa perlu membuat cadangan dana yang besar untuk menghadapi segala
kemungkinan kerugian, sehingga modal perusahaan dapat digunakan sebaikbaiknya. Pengusaha sendiri juga dapat memusatkan perhatiannya terhadap
kemajuan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa asuransi mempunyai
beberapa manfaat ekonomis yaitu jaminan bagi kontinuitas perusahaan serta
perlindungan kekayaan dan pendapatan. Manfaat yang lebih luas adalah
sumbangan industri asuransi bagi kehidupan perekonomian bangsa.
3. Jenis – jenis Asuransi
Menurut Undang – undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, usaha asuransi terdiri dari:
1.
Usaha asuransi kerugian, yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Asuransi kerugian
merupakan asuransi yang jaminannya didasarkan kemungkinan kerugian
maksimal yang diderita oleh tertanggung, bila risiko yang tidak terduga atau
diketahui sebelumnya benar-benar terjadi. Sebagai imbalan atas proteksi yang
diberikan oleh penanggung terhadap interest yang diasuransikan, tertanggung
membayar sejumlah uang premi kepada penanggung ketika asuransi ditutup.
Asuransi kerugian meliputi:
a. Asuransi pengangkutan (laut, sungai, perairan pedalaman, darat, udara).
15
b. Asuransi kebakaran dan asuransi varia (aneka), seperti asuransi kendaraan
bermotor, asuransi pengiriman uang, asuransi penyimpanan uang,
asuransi penggelapan, asuransi kehilangan, dan sebagainya.
2.
Usaha asuransi jiwa, yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
yang
dikaitkan
dengan
hidup
atau
meninggalnya
seseorang
yang
dipertanggungkan. Asuransi jiwa merupakan asuransi dengan manusia
sebagai kepentingan (interest) yang diasuransikan. Asuransi jiwa bertujuan
menanggung manusia terhadap kerugian finansial tak terduga yang
disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama.
Disini terlihat bahwa asuransi jiwa, risiko yang dihadapi adalah risiko
kematian dan hidup seseorang terlalu lama.
3.
Usaha reasuransi, yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau
oleh perusahaan asuransi jiwa. Reasuransi adalah pertanggungan kembali
sejumlah risiko oleh suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan asuransi
lainnya (reinsurer). Dalam mengadakan reasuransi, sebelumnya pihak
pimpinan menentukan terdahulu berapa besarnya retensi yang ditahan dalam
perusahaan yang bersangkutan. Adapun maksud retensi tersebut adalah untuk
menentukan suatu batas maksimum dari uang pertanggungan, dan dalam hal
mana perusahaan ingin menanggung sendiri risiko tersebut (menanggung
rugi). Sisa dari batas retensi akan di reasuransikan kepada perusahaan lain.
16
4. Karakteristik Perusahaan Asuransi
Sifat perusahaan asuransi yang berbeda dengan perusahaan umum lainnya,
dimana perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan pengumpul dana
masyarakat yang menjual produk janji, menjadikan perusahaan ini memiliki
karakteristik khusus dibandingkan industri keuangan lainnya. Perlakuan transaksi
asuransi menjadi relatif berbeda, karena pendapatan diketahui dan terjadi lebih
dahulu, sementara beban klaim yang menjadi beban utama belum terjadi dan
diliputi ketidak pastian baik mengenai kejadian maupun jumlahnya.
Menurut PSAK Nomor 28 (IAI 2007), karakteristik asuransi kerugian
antara lain:
1.
Laporan keuangan sangat dipengaruhi atas unsure estimasi, misalnya estimasi
jumlah premi yang belum merupakan pendapatan atau unearned premium,
estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum
dilaporkan atau incurred but not reported. Dalam menghitung tingkat premi,
usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban.
2.
Pihak tertanggung atau pembeli asuransi membayar premi asuransi terlebih
dahlulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan
kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan
pendapatan bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui,
perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah dia akan membayar
klaim asuransi, seberapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi kapan
terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek.
17
Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan
pengukuran beban.
3.
Peraturan perundangan dibidang perasuransian mewajibkan perusahaan
asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan.
5. Kegiatan Utama Perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki
oleh perusahaan lainnya, yaitu misalnya kegiatan underwriting, klaim dan
reasuransi-retrosesi. Karena kekhususannya itu, maka didalam perusahaan
asuransi umumnya terdapat empat kegiatan utama:
1.
Kegiatan umum yang merupakan kegiatan pendukung kegiatan utama seperti
sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan, dan
sebagainya.
2.
Kegiatan tekhnik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan, seperti:
a. Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi risiko yang
ditawarkan kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan
tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan dikenakan kepada
calon tertanggung. Disamping itu, dalam kegiatan ini ditentukan jumlah
nilai pertanggungan yang akan direasuransikan dan yang akan ditanggung
sendiri.
b. Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian dan
penyelesaian tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung. Untuk
18
menilai apakah kerugian yang sebenarnya, perusahaan asuransi sering
dibantu oleh perusahaan penilai kerugian asuransi (adjuster).
c. Reasuransi-retrosesi, merupakan kegiatan mengalihkan risiko sebagian ke
perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi. Sedangkan retrosesi
adalah proses pemindahan kembali sebagian resiko reasuradur ke
perusahaan asuransi lain. Penempatan reasuransi dilakukan jika
perusahaan asuransi menerima pertanggungan yang melebihi batas
kemampuannya menanggung sendiri (own retention limit).
3.
Kegiatan produksi dan pemasaran. Seperti perusahaan lainnya dalam usaha
untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan
aktivitas pemasaran seperti pengembangan produk, promosi, penjualan
melalui perantara, serta membina hubungan dan komunkasi yang baik dengan
konsumen.
B.
Prosedur dan Sistem Penjualan Kredit
1. Pengertian Prosedur
Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2008:5) adalah sebagai berikut:
“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal (tulis menulis,
menggandakan, menghitung, membandingkan antara data sumber
dengan data pendukung kedua belah pihak), biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat
19
untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang.”
Pengertian prosedur menurut Cole yang diterjemahkan oleh Dr. Zaky
Baridwan, M,Sc (2003:3) adalah sebagai berikut:
Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (Clerical),
biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,
disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
Dari dua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa prosedur
adalah suatu kegiatan yang tersusun dan biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang.
2.
Pengertian Penjualan
Dalam perusahaan dagang maupun jasa, tidak terlepas dari kegiatan
yang bertujuan untuk mendapatkan laba bagi perusahaan. Kegiatan
yang tujuannya untuk mendapatkan laba dalam suatu perusahaan
didapat dari penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.
Ada beberapa pengertian penjualan menurut pendapat-pendapat para
ahli adalah sebagai berikut:
20
Menurut Mulyadi (2001:202) pengertian penjualan adalah “kegiatan
berupa menjual barang dan jasa baik dilakukan secara kredit maupun
tunai”.
Menurut Soemarso S.R, (2002:160) pengertian lain penjualan adalah
“transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan
barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva”.
Prosedur penjualan yang baik pada suatu perusahaan memang tidak
terlepas dari pembentukan suatu sistem dalam perusahaan tersebut.
Sehingga sistem yang baik memang perlu dibuat guna terlaksana dan
tercapainya tujuan dari suatu perusahaan.
a. Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Widjajanto (2008:2) sistem adalah “sesuatu yang memiliki
bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses dan output”.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2005:1) sistem adalah “kumpulan
sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentuí.
Menurut Mulyadi (2008:2) sistem adalah “sekelompok unsure yang
erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersamasama untuk mencapai tujuan tertentu”.
21
Menurut Hall (2007:6) sistem adalah “kelompok dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi
dengan tujuan yang sama”.
Untuk pengertian akuntansi itu sendiri terdapat beberapa pendapat
yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
Pengertian akuntansi menurut American Accounting Assosiation yang
diterjemahkan oleh Soemarso (2004:3) adalah sebagai berikut:
Proses
mengidentifikasikan,
mengukur,
dan
melaporkan
informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.
Akuntansi menurut Abodnar dan Hopwood (2003:1) adalah sebagai
berikut:
Sebagai
suatu
sistem
informasi,
mengidentifikasikan,
mengumpulkan, dan mengkomunikasikan informasi ekonomis
mengenai suatu badan usaha kepada berbagai pihak.
Sehingga untuk pengertian sistem akuntansi menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut:
Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2006:163) adalah sebagai berikut:
22
Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan
laporan
yang
dikoordinasikan
sedemikian
rupa
untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Menurut Tata Sutabri (2004:4) sistem akuntansi adalah “sistem
informasi merupakan sumber sistem akuntansi dari suatu sistem
pemrosesan akuntansi”.
Menurut Winarno (2006:19) sistem akuntansi adalah “bidang ilmu
akuntansi yang mempelajari perancangan dan pengevaluasian sistem
informasi akuntansi di dalam suatu perusahaan”.
b. Pengertian Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Penjualan barang dan jasa memang harus direncanakan secara matang,
karena penjualan menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
Penjualan juga merupakan sumber daya yang ikut membantu dalam
likuiditas perusahaan, sehingga perusahaan memberikan perhatian
yang cukup terhadap penjualan.
Maka dari itu sangat diperlukannya system akuntansi penjualan kredit
yang baik untuk menciptakan lalu lintas administrasi penjualan secara
lancar dan meniadakan pemborosan serta penyelewengan, sehingga
pimpinan perusahaan dengan mudah mengambil kebijaksanaan untuk
tercapainya tujuan perusahaan.
23
i. Pengertian Penjualan Kredit
Penjualan kredit bisa diartikan merupakan penjualan non kas, dalam
artian bahwa dengan adanya transaksi ini perusahaan belum menerima
pembayaran dari konsumen. Maka dari itu, timbulnya pencatatan
piutang dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengakui
terjadinya transaksi tersebut.
Penjualan kredit menurut Kieso (2009:386) adalah:
Janji lisan dari pembelian untuk membayar barang dan jasa yang
dijual, biasanya dapat ditagih 30-60 hari dan merupakan
“piutang terbuka” yang berasal dari perluasan kredit jangka
pendek.
Menurut Soemarso SR (2009:160) penjualan kredit adalah “transaksi
antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau
jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva”.
ii. Informasi yang diperlukan oleh Manajemen
Dalam transaksi penjualan manajemen memerlukan data informasi
mengenai transaksi yang terjadi agar manajemen dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam pengelolaan penjualan. Informasi yang
umumnya diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan kredit
adalah:
24
A. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok
produk selama jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan menurut jenis produk
yang dijual.
B. Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan
kredit. Untuk mengetahui total piutang oleh pembeli dari transaksi
penjualan kredit dan mengetahui tanggal jatuh tempo pembayaran
piutang dagang yang harus dibayar oleh konsumen.
C. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu
tertentu.
D. Nama dan alamat pembeli. Untuk mengetahui alamat konsumen
yang telah memesan barang dagang ke perusahaan.
E. Kuantitas produk yang dijual. Untuk mengetahui beberapa produk
yang telah terjual pada suatu periode tertentu.
F. Nama Wiraniaga yang melakukan penjualan. Untuk mengetahui
nama wiraniaga yang bertanggung jawab dalam transaksi
penjualan.
G. Otorisasi pejabat berwenang. Untuk mengetahui terjadinya
transaksi penjualan tersebut.
iii.
Fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
25
Dalam sistem penjualan kredit terdapat beberapa fungsi yang terkait
dan memiliki tanggung jawab serta wewenang. Fungsi-fungsi tersebut
adalah:
A. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari
pembeli, mengedit order dari pembeli, mengedit order dari
pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada
surat order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute
pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal
pengiriman, dari gudang mana akan dikirim dan mengenai surat
order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk
membuat “back order” pada saat diketahui tidak tersedianya
persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.
B. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada dibawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pembelian kredit kepada
pelanggan.
C. Fungsi Gudang
26
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan
menyiapkan
barang
yang
dipesan
oleh
pelanggan,
serta
menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
D. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas
dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi
penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada
otorisasi dari yang berwenang. Otorisasi ini dapat berupa surat
order pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi penjualan,
memo debit yang ditandatangani oleh fungsi pembelian untuk
barang yang dikirimkan kembali kepada pemasok, surat perintah
kerja dari fungsi produksi mengenai penjualan atau pembuangan
aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi.
E. Fungsi Penagihan
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab
untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan
transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
F. Akuntansi
27
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul
dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan
pernyataan piutang kepada para debitur dan membuat laporan
penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat
harga pokok persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.
iv. Dokumen yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Penjulan Kredit
Dalam transaksi penjulan kredit tentu saja memerlukan dokumendokumen untuk menjamin tingkat keandalan dan ketelitian dalam
melakukan pencatatan-pencatatan. Dokumen yang digunakan dalam
sistem penjualan kredit adalah:
A. Surat Order Penjualan
Surat order pengiriman ini merupakan dokumen pokok untuk
memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Dokumen ini
merupakan
memberikan
lembar
pertama
otorisasi
surat
kepada
order
fungsi
pengiriman
pengiriman
yang
untuk
mengirimkan jenis barang dengan jumlah dan spesifikasi seperti
yang tertera di dokumen tersebut.
B. Faktur Penjualan
Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar
untuk mencatat transaksi penjualan yang terjadi, selain itu juga
28
dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang dan
dikirimkan kepada pelanggan oleh fungsi penagihan. Faktur ini
dibuat tembusan sebagai piutang, tembusan jurnal penjualan,
tembusan analisi dan tembusan wiraniaga.
C. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan
Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan merupakan dokumen
pendukung yang digunakan untuk menghitung total harga pokok
produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
D. Bukti Memorial
Bukti memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatan
ke dalam jurnal umum.
v. Prosedur Sistem Penjualan Kredit
Dalam transaksi penjualan kredit perlu dilakukan prosedur-prosedur
yang merupakan tahapan-tahapan proses terjadinya transaksi. Jaringan
prosedur yang membentuk terjadinya penjualan kredit adalah:
A. Prosedur Order Penjualan
Dalam proses ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli
dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.
Fungsi penjualan kemudian membuat surat order dari pengiriman
dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk
29
memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam
melayani order dari pembeli.
B. Prosedur Persetujuan Kredit
Dalam prosedur ini fungsi penjualan meminta persetujuan kredit
kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.
C. Prosedur Pengiriman
Dalam prosedur ini fungsi penagihan membuat faktur penjualan
dan mengirimkannya kepada pembeli.
D. Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur
penjualan kedalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan
tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang
berfungsi sebagai catatan piutang.
E. Prosedur Distribusi Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat secara periodik total
harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
vi. Bagan Alur Dokumen Penjualan Kredit
Berikut ini disajikan bagan alur (Flowchart) untuk penjualan barang
dagang secar kredit menurut Mulyadi (2003):
30
BAGAN ORDER PENJUALAN
MULAI
4
Menerima
order dari
pelanggan
Surat order
pengiriman 7
6
2
Surat order
pengiriman 1
Surat order
Mencatat tgl
pengiriman pada
surat order
pengiriman
lembar 9
Membuat
surat order
pengiriman
dan faktur
2
Surat order
pengiriman 1
9
8
7
6
5
4
3
2
Surat order
pengiriman 1
Ke
Pelanggan
1
2
T
4
A
7
31
BAGIAN KREDIT
BAGIAN KREDIT
3
1
Surat order
pembelian 7
(Credit Copy)
Surat order
pengiriman 1
Memeriksa
status kredit
Menyiapkan
barang
Memberi
otorisasi
kredit
Surat order
pembelian 7
(Credit Copy)
Menyerahkan
barang
Surat order
pengiriman 1
Bersama
dengan
barang
4
Kartu
gudang
5
32
BAGIAN PENGIRIMAN
5
2
Bersama
dengan
barang
5
4
3
Surat order
pengiriman 1
Surat order
pengiriman 2
Menempel surat
order pengiriman
pada pembungkus
barang
Menyerahkan
barang pada
perusahaan
angkutan umum
Diserahkan
ke
perusahaan
angkutan
umum
5
4
T
3
2
Surat order
pengiriman 1
6
Ditempel
pada
pembungkus
barang
sebagai slip
pembungkus
33
BAGIAN PENAGIHAN
BAGIAN PIUTANG
7
8
Surat muat 3
Surat order
pengiriman 2
2
Surat order
pengiriman 1
Faktur
1
Membuat
faktur
5
4
3
2
Dikirim ke
wiraniaga
Surat order
pengiriman 1
10
9
Dikirim ke
pelanggan
8
Kartu gudang
N
34
BAGIAN KARTU PERSEDIAAN
BAGIAN JURNAL
9
10
Faktur 4
Faktur 1
11
Rekap pajak
Bukti
Memorial
Kartu
persediaa
n
Membuat
rekapitulasi
pajak
Rekap pajak
Membuat
bukti
memorial
Rekap pajak
Bukti
Memorial
1
N
Jurnal
umum
Selesai
N
Jurnal
umum
35
B.
Risk Based Capital (RBC)
Perusahaan
asuransi
memang
harus
menghitung
kesehatan
keuangannya untuk dilaporkan ke Departemen Keuangan. Rasio
tingkat solvabilitas yang diperhitungkan dikenal dengan nama Risk
Based Capital (RBC). Sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
menteri keuangan Republik Indonesia NOMOR 53/PMK.010/2012
tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa Risk Based Capital
minimal untuk perusahaan asuransi adalah 120%. Untuk hasil
perhitungan ini memang dikaitkan dengan asset yang dimiliki oleh
perusahaan asuransi. Asset yang dimaksud adalah asset yang
diperkenankan, dalam arti lain adalah kekayaan yang diperkenankan
yang
diperhitungkan
dalam
perhitungan
tingkat
solvabilitas
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perasuransian. Asset yang sangat mempengaruhi adalah adanya
piutang premi pada perusahaan asuransi yang berasal dari transaksi
bisnis normal perusahaan. Piutang premi yang dianggap sebagai
kekeayaan yang diperkenankan dalam perhitungan tingkat solvabilitas
sebagaimana dimaksudkan adalah piutang premi yang memiliki umur
piutang dibawah 60 hari. Maka dari itu memang piutang premi sangat
mempengaruhi untuk kesehatan keuangan perusahaan asuransi
sehingga perlu adanya pengelolaan yang baik dari perusahaan.
36
C.
Piutang Usaha
1. Pengertian Piutang Secara Umum
Pengertian piutang menurut Mas’ud Machfoedz (2007:174) adalah:
Adalah klaim terhadap pihak lain agar pihak lain tersebut membayar
sejumlah uang atau jasa dalam waktu paling lama satu tahun atau
satu periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari
satu tahun.
Pengertian piutang menurut IFRS (International Financial Reporting
Standart) IAS 1 (Revised 2009) adalah:
Presentation of Financial Statements Account Receivable is amounts
owed to the company for services performed or products sold but not
yet paid for.
Pihak lain di sini dimaksudkan sebagai orang atau badan usaha di luar
perusahaan yang mempunyai hubungan transaksi dengan perusahaan.
Timbulnya
tuntutan
disebabkan beberapa jenis transaksi yang
umumnya berupa penjualan barnag atau jasa yang dilakukan secara
kredit. Tuntutan dalam bentuk uang, misalnya pemberian kredit oleh
bank kepada nasabah, pinjaman kepada pegawai perusahaan, pinjaman
kepada anak perusahaan dan sebagainya. Tuntutan dalam bentuk
barang
dan jasa, misalnya penyerahan atas barang yang telah di
lunasi dan penyelesaian atas kontrak yang telah ditandatangani.
37
Menurut Kousen dan Steve Albert (2009:315)piutang adalah “Piutang
dagang sebagai aktiva lancar, memiliki janka waktu yang singkat yang
biasanya dapat dicairkan menjadi kas dalam janka waktu 10-60 hari”.
Dalam pengertian umum piutang yaitu tuntutan kepada pihak lain untuk
memperoleh uang, barang-barang, dan jasa akibat penjualan kredit.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007 : 346) yang diterjemahkan oleh
Emil Salim, S.E. “Piutang (receivable) adalah klaim uang, barang, atau
jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”.
Menurut Smith dan Skousen (2007 : 286) menyatakan bahwa, yang
dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut:
Secara luas, piutang merupakan hak atau klaim terhadap pihak lain
atas uang, barang, atau jasa. Secara sempit untuk tujuan akuntansi,
piutang
didefinisikan
sebagai
klaim
yang
diharapkan
akan
diselesaikan melalui penerimaan kas.
Berdasarkan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa piutang adalah
hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang/jasa yang timbul
karena adanya penjualan barang/jasa secara kredit dalam jangka waktu
satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan.
38
2. Pengakuan Piutang Usaha
Masalah pengakuan piutang melalui dua masalah pokok, yaitu:
1. Kapan piutang diakui. Piutang diakui saat terjadi pemindahan hak atau
serah terima atas barang / jasa yang dijual antara pembeli dan penjual.
2. Berapa piutang usaha yang diakui. Piutang usaha diakui berdasarkan nilai
tukar, yaitu nilai yang akan dibayar oleh debitur pada saat yang telah
ditentukan. Dalam masalah ini yang perlu diperhatikan adalah trade
discount dan sale discount.
Dari kemungkinan Terms of Credit memungkinkan metode pencatatan
piutang menjadi dua metode, yaitu:
a. Piutang dagang dicatat kotor (Gross Method)
Metode kotor mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa
dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata
debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai jumlah
pengurang penjualan bukan sebagai pengurang jumlah piutang.
b. Piutang dagang dicatat bersih
Metode bersih mengakui jumlah piutang setelah dikurangi dengan
potongan
penjualan,
bila
ternyata
potongan
penjualan
tidak
dimanfaatkan oleh debitur, maka akan mengakibatkan timbulnya
39
kelebihan pembayaran atas jumlah piutang dan kelebihan tersebut
sebagai kelebihan lain-lain
3. Jenis Piutang Usaha
Mengingat
kompleksnya
kegiatan
suatu
perusahaan
sehingga
menimbulkan adanya berbagai klaim kepada langganan yang lazim disebut
piutang atau tagihan. Dari berbagai kegiatan tersebut juga mengakibatkan
berbagai piutang atau tagihan.
Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada
kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara
tunai
atau
kredit.
Apabila
pembayaran
maka perusahaan akan langsung
dilakukan
secara
tunai
menerima kas. Namun apabila
pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima
piutang.
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan
transaksi yang mempengaruhinya.
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu
piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang
timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka
kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di
luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lainlain. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat tertagih
40
dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar (Smith dan Skousen, 2007).
Pengklasifikasian piutang menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:451)
mengemukakan bahwa menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan
ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain.
Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka
kegiatan normal usaha, sementara piutang yang
timbul di luar
kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum:
a. Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang
dagang
pelanggan
yang
merupakan
berasal
merupakan
kegiatan
merupakan
tipe
jumlah
dari
usaha
piutang
tagihan
penjualan
normal
yang
perusahaan
barang
perusahaan.
paling
lazim
dan
kepada
jasa
Piutang
yang
dagang
ditemukan
dan
umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi
menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
b. Piutang Usaha (account receivable)
Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan
biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
piutang
usaha
tidak
melibatkan
Biasanya
bungan, meskipun pembayaran
41
bunga
atau
biaya
jasa
dapat
saja ditambahkan bilamana
pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.
c. Wesel Tagih (notes receivable)
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel tagih dapat berasal dari
penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat
jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu :
i)
Wesel tagih berbunga (interest bearing notes)
Wesel
tagih
berbunga
ditulis
sebagai
perjanjian
untuk
membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan
bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
ii)
Wesel tagih tanpa bunga (non-interest bearing notes)
Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga,
tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.
c. Piutang Lain-lain (Non Dagang)
Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau
pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi
42
piutang
pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi,piutang dividen,
piutang bunga, dan lain-lain.
Sedikit berbeda dengan pendapat Niswonger (2005 : 392), jenis
piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu:
Piutang Usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat
ditagih antara 30 - 60 hari.
Piutang Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis piutang yang periode
kreditnya lebih dari 60 hari.
Piutang Lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih
dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun
jika
piutang tersebut tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
4. Akuntansi Piutang Usaha
Pengertian akuntansi piutang adalah sistem dan prosuder pencatatan
piutang yang dilakukan oleh setiap perusahaan.
Menurut Mulyadi (2007 : 6) pengertian dari sistem dan prosedur adalah
sebagai berikut :
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur adalah
suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu
43
departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) praktik
akuntansi untuk mengukur pendapatan dan piutang akan berubah.
Jika suatu entitas kredit meluas kepada para pelanggan untuk waktu yang
panjang, biasanya selama lebih dari enam bulan, PVdari akan lebih rendah
daripada jumlah nominal. Oleh karena itu, piutang dan pendapatan diakui
pada
nilai PV dan bukan pada jumlah yang disebutkan dalam faktur
pilihan pada pelanggan. PV adalah present value (PV) dari jumlah piutang
dari pelanggan diskon pada suku bunga di mana pelanggan dapat
meminjam dari pasar pada persyaratan dan kondisi yang sama
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem terdiri
dari jaringan prosedur yang merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan
klerikal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi
dalam formulir, buku jumal dan buku besar yang meliputi : menulis,
menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, mensortir,
memindahkan dan membandingkan.
Sistem akuntansi piutang yang dimaksud di sini mencakup prosedur
pencatatan piutang. Prosedur piutang merupakan prosedur akuntansi
untuk mencatat timbulnya piutang.
44
Menurut Baridwan (2009 : 15) "Untuk pencatatan piutang dapat digunakan
3 cara mengerjakan jurnal dan piutang yaitu metode tangan, metode
posting langsung dan metode tanpa buku pembantu".
Dalam sistem pencatatan piutang ini dilakukan menurut siklus akuntansi
yang biasanya dilakukan yaitu dalam metode jurnal dan posting setelah
ada bukti atau dakumen yang sah yang dinyatakan bahwa transaksi itu
telah terjadi. Untuk memiiih metode jurnal perlu pertimbangan segi
frekuensi transaksi, jumlah pegawai dan banyaknya perkiraan buku besar
yang diperlukan. Metode jurnal yang diperbolehkan dalam sistem
akuntansi untuk pembukuan piutang adalah metode posting langsung ke
rekening dan metode tanpa buku pembantu.
1. Metode Posting Langsung
Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu :
a. Metode posting harian
Posting langsung ke rekening atau surat pcrrryataan piutang, yang
dilakukan dengan membuat surat
pernyataan piutang bersama
dcngan pekerjaan posting ke buku pembantu piutang. Dengar cara
infaktur yang diterima diposting ke buku pembantu piutang dan surat
pernyataan piutang. Dapat juga dibuat tembusan ketiga yang
berfungsi sebagai jurnal. Posting langsung ini dapat dilakukan setiap
hari.
45
b. Metode posting periodic
Posting ditunda, metode ini dilakukan sekaligus setelah faktur
terkumpul dalam jumlah yang banyak. Faktur penjualan diterima dari
bagian penagihan kemudian oleh bagian piutang disimpan sementara
menunggu beberapa hari dan pada akhirnya secara sekaligus akan
diposting ke dalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode
posting dengan menggunakan, mesin pembukuan.
Penagihan bersiklus (cycle billing). Dalam metode ini selama sebulan
media disortir dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Pada akhir
bulan dilakukan kegiatan posting yang meliputi (a) posting media
yang dikumpulkan selama sebulan tersebut ke dalam perrlyataan
piutang dan kartu piutang dan (b) menghitung dan mencatat saldo
setiap kartu piutang.
2. Metode Tanpa Buku Pembantu
Metode ini dilakukan dengan menyimpan faktur penjualan dengan nama
pelanggan. Dalam hal ini tidak menggunakan buku pembantu piutang
sehingga tidak ada pekerjaan posting ke buku pembantu. Simpanan faktur
berfungsi sebagai buku pembantu piutang. Dalam melakukan pencatatan
piutang anuntansi untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang
yaitu seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1) Jurnal Penjualan
46
2) Jurnal Umum
3) Jurnal Penerimaan Kas
4) Kartu Piutang
5) Buku Tambahan Piutang
Piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode yang akan
datang dijadikan sebagai beban operasi.
Menurut Niswonger - Fess - Warren terjemahan Marianus (2005 : 238)
"Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang, disebut
beban atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih
(uncollectible accounts), piutang ragu-ragu (doubtful accounts) atau
hutang tidak terbayar (bad debts)".
Kutipan di atas memberi pengertian bahwa penaksiran piutang yang tidak
tertagih akan lebih akurat jika didasarkan pada umur piutang dan perkiraan
piutang yang belum diselesaikan pada tanggal neraca serta kemungkinan
dapat terkumpulnya piutang. Piutang yang diperkirakan tidak tertagihnya
dapat dihapuskan dengan menggunakan metode penghapusan langsung
yang biasa dilaksanakan oleh perusahaaan.
a. Metode penghapusan langsung (direct write off method)
Jika perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung pencatatan
kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang dilakukan setelah
47
piutang tersebut dinyatakan secara pasti tidak akan dapat ditagih. Tidak
ada ketentuan umum satupun yang merupakan pedoman menentukan
kapan suatu piutang atau suatu wesel tidak dapat ditagih.
Kenyataan
bahwa seorang pelanggan gagal membayar kewajibannya sesuai
kontrak yang ditetapkan ataupun terpaksa menolak weselnya pada tanggal
jatuh tempo belumlah berarti bahwa hutang tersebut tidak akan dapat
ditagih. Apabila pelanggan tersebut bangkrut barulah ada petunjuk
pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang pelanggan tersebut tidak
dapat ditagih. Petunjuk lainnya ialah perusahaan pelanggan itu ditutup,
pelanggan
kabur, penagihan
berkali-kali
yang
terus
saja
gagal,
pembatasan penagihan oleh ketentuan undang-undang. Selain atau debitur
sendiri dapat langsung memberitahukan pada perusahaan bila ia benarbenar tidak mampu untuk melunasi hutangnya. Pencatatan yang dapat
dilakukan dalam metode penghapusan langsung ini ada tiga.
Pada saat jumlah piutang yang tidak tertagih diketahui pasti, jurnalnya
Beban kerugian piutang ..................... xxx
Piutang dagang ................... xxx
Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih kembali pada
periode yang sama jurnalnya :
Piutang dagang ............................. xxx
48
Beban kerugian piutang............................... xxx
Pada saat piutang yang telah dihapuskan dapat ditagih pada periode
berikutnya,jurnalnya :
Piutang dagang ........................... xxx
Laba ditahan………………………… xxx
D.
Piutang Premi Asuransi
1. Pengertian Premi Asuransi
Menurut Soeisno Djojosoedarso (2003 : 127) mengemukakan bahwa :
Premi asuransi sebagai pembayaran dari tertanggung kepada
penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko para
penanggung. Dengan demikian premi asuransi akan merupakan :
1. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh
tertanggung (pada asuransi kerugian).
2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah
49
uang (benefit) terhadap risiko hari tua atau kematian (pada
asuransi jiwa).
2. Pengertian Piutang Premi Asuransi
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (2007:36) “Piutang premi adalah
tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan masih
dalam masa keleluasaan”.
Masa keleluasaan (grace period) adalah “suatu periode dimana pemegang
polis belum membayar premi pada saat jatuh tempo namun polis tetap
berlaku”.
Maka dapat disimpulkan bahwa piutang premi adalah tagihan perusahaan
kepada pemegang polis atas produk asuransi yang dijual untuk
nasabahnya, dalam hal ini disebut pemegang polis. Piutang ini diakibatkan
karena pemegang polis belum membayar hutangnya atas premi pada saat
jatuh tempo namun polis tetap berlaku.
3. Faktor Timbulnya Piutang Premi Asuransi
Setiap pengikut asuransi akan mendapatkan kartu polis, sebagai tanda
bahwa orang tersebut masuk dalam asuransi dan wajib membayar premi
asuransi yang besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan
perjanjian. Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang premi tak
tertagih yang berdampak pada penghentian pertanggungan akibat tidak
dibayarkannya premi-premi(polis lapse), dampaknya disini terlihat jika
50
seorang
nasabah tidak membayarkan premi-preminya sampai 3 bulan
sehingga menyebabkan polis lapse.
a. Pengertian Polis Lapse
Polis Lapse adalah penghentian penanggungan asuransi akibat dari tidak
dibayarkannya premi-premi (Muhammad Syakir Sula 2004 : 198).
Polis Lapse adalah penghentian penanggungan asuransi sebagai akibat
tidak dibayarkannya premi.(Kamus Bahasa indonesia).
Dalam
pengertian
umum
polis
lapse
adalah
penghentian
penanggungan akibat dari tidak dibayarkannya premi-premi.
Faktor-faktor yang menyebabkan polis lapse:
a. Tidak dibayarkannya premi-premi setelah tanggal jatuh tempo (3
bulan).
b. Kondisi ekonomi seseorang yang berbeda-beda tentunya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pengikut
asuransi akan mendapatkan kartu polis, sebagai tanda bahwa orang
tersebut masuk dalam asuransi dan wajib membayar premi asuransi yang
besarnya telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan perjanjian.
Inilah yang menyebabkan timbulnya piutang premi, kondisi ekonomi
seseorang merupakan sebab utama piutang premi tak tertagih, tidak
51
dibayarkannya premi setelah 3 bulan tanggal jatuh tempo akan
menyebabkan polis lapse.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya piutang premi adalah:
a. Masih banyaknya titipan yang belum di bukukan sebagai penerimaan
premi. Banyaknya agen yang belum menyerahkan titipan premi dari
nasabah kepada
bagian
administrasi
ini
lah
yang
menyebabkan
banyaknya titipan premi yang belum dibukukan.
b. Kurangnya pengawasan terhadap umur piutang premi.
c. Serta faktor ekonomi seseorang yang berbeda- beda. Faktor ekonomi yang
memungkinkan seseorang tidak bisa membayar premi-preminya seringkali
terjadi.
4. Pengakuan Piutang Premi Asuransi
Berdasarkan jenis pertanggungan, pengakuan piutang premi asuransi
terdiri dari:
a. Premi Pertanggungan Langsung
Piutang premi berdasarkan premi pertanggungan langsung diakui dan
dicatat bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi dan dilaporkan
secara terpisah dengan utang komisi yang bersangkutan, kecuali piutang
premi langsung broker disajikan setelah dikurangi dengan utang
komisinya.
52
b. Premi Pertanggungan Tidak Langsung
Piutang premi pertanggungan tidak langsung diakui dan dicatat pada saat
dikeluarkan slip reasuransi/bordero berdasarkan nota reasuransi dan
dilaporkan setelah diperhitungkan dengan utang klaim yang bersangkutan.
Penjualan produk baik itu berupa barang atau pun jasa, dalam hal ini jasa
asuransi bila dilakukan secara kredit akan menguntungkan perusahaan,
karena lebih menarik calon pembeli, sehingga volume penjualan
meningkat yang berarti, meningkatkan laba perusahaan. Di lain pihak
penjualan secara kredit seringkali mendatangkan kerugian, yaitu apabila
debitur tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Bila suatu barang atau
jasa dijual secara kredit, biasanya sebagian dari piutang langganan tidak
dapat ditagih. Hal ini sudah merupakan gejala umum dan resiko yang
harus ditanggung oleh perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
penjualan kredit. Ketelitian yang besar dalam mengevaluasi kondisi
pelanggan dalam pemberian kredit dan sangat efisiennya prosedur
penagihan piutang, namun kenyataannya masih terdapat sejumlah
pelanggan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Biaya operasi yang
timbul dari tak tertagihnya piutang tersebut adalah kerugian dari piutang
tak tertagih. Oleh karena itu perlu dibentuknya kebijakan pada perusahaan
untuk mengantisipasi kerugian atas penjualan kredit yang macet.
c. Metode Cadangan Kerugian Piutang
53
Metode penyisihan kerugian atas piutang tidak tertagih terdiri dari metode
penghapusan langsung dan metode penyisihan.
i.
Metode Penghapusan Langsung
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah
ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian
tersebut dicatat dengan mengkredit Piutang Usaha dan mendebet
Beban Piutang Tak Tertagih.
ii. Metode Penyisihan
Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari
semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredat. Estimasi
ini dicatat sebagai bebean dan pengurang tidak langsung terhadap
piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode
dimana penjualan itu dicatat (Kieso dkk, 2007).
5. Penyajian Piutang Premi Asuransi Dalam Laporan Keungan
Laporan keuangan merupakan alat yang dipakai dalam menggambarkan
kondisi ekonomi serta badan usaha, terutama bagi mereka yang
membutuhkan serta meliahat perkembangan pada suatu perusahaan. Dalam
laporan keuangan akan diperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan, dan laporan keuangan itu sendiri disusun berdasarkan atas
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku umum.
54
Data keuangan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan
dianalisis lebih lanjut.
Dalam hal ini Piutang Premi disajikan didalam neraca sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang sudah diatur dalam PSAK. Piutang premi dalam
laporan perusahaan asuransi sedikit berbeda dengan pelaporan piutang
pada perusahaan umum lainnya. Piutang premi disajikan dalam Neraca
perusahaan dengan tingkat likuiditas dibawah investasinya perusahaan,
yang artinya bahwa piutang premi ini diposisikan pada harta lancar
perusahaan setelah investasi (PSAK No 36, 2009).
Piutang premi merupakan tagihan premi kepada pemegang polis yang
telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan. (IAI 2007 : 108)
Piutang
premi
merupakan
tagihan
dibayarkan oleh seseorang tiap bulannya.
atau
langganan
yang
wajib
Download