BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tower Crane
Crane merupakan tipe mesin bantu manusia, umumnya digunakan bersama
dengan alat angkat, sling dan rantai, yang secara bersama-sama untuk
mengangkat dan menurunkan material serta memindahkan secara horizontal.
Secara umum dipergunakan untuk mengangkat material yang bebannya diluar
kapasitas manusia dan kemudian memindahkan ke lokasi lain. Di dunia
konstruksi crane dipergunakan untuk mengangkat dan memindahkan material.
Crane konstruksi pertama diperkenalkan oleh bangsa Romawi kuno yang
digerakan oleh manusia atau binatang seperti keledai. Dipergunakan dalam
pembangunan menara tinggi. Crane besar berkembang kemudian, dengan
menggunakan roda tapak sehingga dapat mengangkat benda lebih berat. Pada
masa pertengahan crane dipergunakan untuk loading dan unloading ke atas
kapal. Kemudian crane berkembang dengan material kayu selanjutnya
didominasi oleh material metal pada masa revolusi industri.
Tower crane atau disingkat TC adalah crane dengan mast vertical yang
puncaknya terdiri dari rorating boom and dilengkapi winch untuk menarik
beban ke atas dan ke bawah, serta winch tersebut dapat bergerak maju mundur
sepanjang boom. Winch dapat mencapai seluruh lokasi didalam area 360 derajat
boom tower crane.
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam konstruksi bangunan tinggi atau high rise building dipastikan
menggunakan lifting equipment untuk pemindahan material dengan berat dan
ukuran yang bervariasi secara horizontal dan vertikal. Material prefabrikasi,
preassembly
dan
modul-modul
digunakan
sebagai
upaya
mengatasi
keterbatasan lahan yang ada serta mengurangi pekerjaan di dalam site dan
dialihkan ke workshop perakitan. penempatan crane sering terkait dengan
anggaran biaya serta jadwal pekerjaan yang ketat. Kasus crane lift planning
yang kurang baik berdampak pada cost overrun dan keterlambatan pekerjaan di
lapangan. Secara khusus pemilihan tipe crane dan
lokasi penempatan
merupakan faktor terpenting dalam pemilihan crane lift planning dan menjadi
penentu dalam kelancaran dan keberhasilan suatu proyek, higrise building.
Penelitian terkait yang berjudul a framework for crane selection in large scale
industrial construction project (Han and Hasan, 2010) mengungkapkan bahwa
ada 3 kategori utama dalam pemilihan tower crane dalam suatu proyek, yaitu :
Equipment and cost, Location and site, Enviromental impact.
Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, tower crane sangat cocok
dipakai untuk pelayanan bangunan bertingkat tinggi (high rise building) untuk
melayani daerah konstruksi sesuai luas lahan. Tower crane menjadi sentral atau
alat yang paling utama karena dalam proyek gedung bertingkat tower crane
digunakan untuk mengangkat muatan secara horisontal maupun vertikal,
menahannya apabila diperlukan, dan menurunkan muatan ke tempat lain yang
ditentukan dengan mekanisme pendongkrak (luffing), pemutar (slewing), dan
pejalan (travelling).
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tower crane yang memegang peranan penting soal kecepatan dan percepatan
pekerjaan. Seluruh operasional proyek sangat dipengaruhi oleh berfungsinya
tower crane, disebabkan peranannya yang dominan untuk kelancaran jalannya
pembangunan proyek. Untuk efisiensi biaya proyek, perkiraan jadwal dan
waktu penggunaan tower crane perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
konstruksi. Pada proyek bangunan bertingkat tower crane pada umumnya
digunakan untuk pekerjaan pengangkatan tulangan, pekerjaan pengecoran,
pengangkatan bekisting, pengangkatan dinding precast, pasir, batu bata, atap
rangka baja, unit-unit elektrikal dan mekanikal. Banyaknya pekerjaan yang
dapat dilakukan tower crane maka dibutuhkan perhitungan yang dapat
menghitung efektivitas penggunaan tower crane.
Dengan mempelajari karakteristik dan spesifikasi tower crane beserta observasi
lapangan. Untuk keperluan operasional, ketinggian tower crane minimal harus
lebih tinggi 4-6 meter dari ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani.
Prinsip kerja tower crane berdasarkan kekuatan mesin (genset), keseimbangan
beban, momen dan tegangan tarik kabel, serta sifatnya dapat berputar 360
derajat. Pada prinsipnya, tower crane merupakan pesawat pengangkat dan
pengangkut yang memiliki mekanisme gerakan yang cukup lengkap yakni :
kemampuan mengangkat muatan (lifting) menggeser (trolleying), menahannya
tetap di atas bila diperlukan dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan
(slewing dan travelling). Operasi kerja yang identik dan muatan yang seragam
yang diangkutnya, memungkinkan fasilitas transport dilakukan secara otomatis.
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bukan hanya untuk memindahkan, melainkan juga untuk proses bongkar
muatan. Tower crane mampu menjangkau tempat yang jauh, mempunyai
kapasitas angkut yang besar, dan dapat diatur mengikuti ketinggian bangunan.
Pemilihan dan penempatan tower crane harus sebaik mungkin agar dapat
mengangkut material secara maksimal dan menjangkau seluruh wilayah proyek
2-3 dengan menggunakan panjang lengan (jib length). Semakin jauh radius jib,
maka kemampuan angkat menurun.
Pada tower crane terdapat dua buah limit switch :
 Switch beban maksimum : untuk memonitor pada kabel dan memastikan
tidak terjadinya overload.
 Switch momen beban : untuk memastikan operator tidak melebihi rating tonmeter bagi crane, ketika beban bergerak pada jib. Sebuah alat yang
dinamakan “cat head assembly” pada slewing unit, dapat mendeteksi secara
dini bila terjadi kondisi overload.
2.2. Bagian-bagian Tower Crane
Tower crane terbagi atas beberapa bagian, berikut adalah penjelasan mengenai
bagian- bagian tower crane dan kegunaannya :
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Jib atau Boom.
Gambar 2.1. Horisontal Jib (Sumber : Morrow)
Merupakan bagian dari tower crane yang panjang dan bisa berputar secara
horisontal sebesar 360 ° atau sering disebut lengan tower crane yang berfungsi
untuk mengangkat material atau alat bantu pada proyek dengan bantuan kabel
baja (sling). Jib, merupakan lengan tower crane yang terdiri dari elemenelemen besi yang tersusun menjadi satu bagian rangka batang. Pemasangan
jib harus sesuai dengan keperluan dan persyaratannya, baik dengan panjang
yang standard maupun yang mencapai maksimum. Pemasangan jib ini,
selanjutnya mempengaruhi terhadap beban yang diangkat. Untuk tiap panjang
jib tertentu, ada batasan beban maksimum.
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.
Counter Jib Dan Couter Weight.
Gambar 2.2. Counter Jib (Sumber : Morrow)
Selain jib, juga terdapat counter jib yang berfungsi sebagai jib penyeimbang
terhadap jib yang terpasang. Caunter weight berupa beton pemberat yang
terdapat pada bagian belakang tower crane yang berfungsi untuk memberikan
keseimbangan pada tower crane.
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.
Hoist, Trolley Dan Sling.
Gambar 2.3. Hoist Unit (Sumber : Morrow)
Gambar 2.4. Trolley (Sumber : Morrow)
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.5. Trolley and Hoist Lines (Sumber : Morrow)
Hoist adalah bagian tower crane yang berfungsi sebagai alat angkut arah
vertikal. Sedangkan trolley adalah bagian tower crane yang berfungsi sebagai
alat angkut tower crane arah horisontal. Lalu sling merupakan bagian tower
crane yang berupa kabel baja dan menjadi bagian hoist. Pemakaian sling bisa
berubah – ubah diameternya atau dapat di tambahkan (double – sling),
tergantung pada kebutuhan di lapangan.
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4.
Cabin (joint pin).
Gambar 2.6. Cabin (Sumber : Morrow)
Cabin (joint pin) adalah bagian tower crane yang merupakan tempat operator
mengoperasikan tower crane.
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5.
Mast section.
Gambar 2.7. Mast Section (Sumber : Morrow)
Mast section adalah bagian dari tower crane yang menentukan tinggi dari
tower crane, dimana pemasangan tiap – tiap mast section dibantu dengan alat
hidrolik untuk menyusun mast section tersebut kearah vertikal.
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6.
Base section dan Fine Angel.
Gambar 2.8. Base Section dan Angkur (Sumber : Morrow)
Base section dan fine angel merupakan bagian yang ditanam pada pondasi,
yang berfungsi untuk memperkokoh pondasi.
7.
Slewing Mechanism.
Gambar 2.9. Slewing
Mechanism
(Sumber : Morrow)
Slewing mechanism adalah bagian yang bertugas untuk memutar tower crane.
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8.
Tower Top.
Gambar 2.10. Tower Top (Sumber : Morrow)
Tower top adalah bagian puncak dari tower crane.
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9.
Sabuk Pengaman/ Tie-in.
Gambar 2.11. Tie-in/ Sabuk Pengaman (Sumber : Morrow)
Sabuk pengaman (collar frame atau anchorages frame). Setelah ketinggian
tower crane melampaui batas free standing yang diijinkan oleh pabrik
pembuat. Tower crane harus dipasang sabuk pengaman (tie beam) yang
diikatkan pada bangunan (kolom). Dalam pemasangannya, harus diperhatikan
kekuatan bracing agar konstruksi stabil menerima beban tarik dan tekan.
Sabuk pengaman di pasang pada setiap 20 meter antara satu section dengan
section yang lain dan disesuaikan dengan spesifikasi alat tower crane yang
digunakan.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10. Hook Block.
Gambar 2.12. Hook Block (Sumber : Morrow)
Hook block bagian dari tower crane yang berfungsi sebagai alat pengait beban
yang diangkat, alat ini berbentuk pancing.
2.3. Tipe Tower Crane ditinjau dari jib/ boom
Secara umum tower crane dibagi menjadi 2 tipe berdasasarka posisi jib/ boom,
yaitu tipe hammer dan tipe luffing.
2.3.1. Tipe Hammer
Hammer type merupakan tipe crane yang paling umum dipergunakan di seluruh
Indonesia. Memiliki banyak variasi kapasitas angkat dan panjang jangkauan.
Kapasitas angkat dan jangkauan dapat disebut dengan satuan ton.meter (t.m)
yang artinya daya angkat sekian ton dalam jangkauan boom sekian meter.
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Misalkan kapasitas crane 150 t.m, dengan maksimal boom jib 50 m maka
kapasitas angkatnya adalah +/-3 ton di ujung (50 m), namun untuk detailnya
dapat memepelajari dengan seksama kapasitas crane di buku katalog tiap brand.
Perlu diingat tiap merek memiliki detail kapasitas yang berbeda untuk tiap
kapasitas ton.m yang sama.
Beberapa brand tower crane yang cukup terkenal di Indonesia antara lain :
Potain (Prancis), Liebherr (Jerman), Terex (USA), IHI (Jepang). Untuk brand
dari China juga banyak pilihan, misal kan : SCM (Total Bangun Persada telah
memiliki 1 unit SCM 160), Zoomlion, Shenyang Sanyo, Zhang Ziang, dan
sebagainya.
Gambar 2.13. Tower Crane Hammaerhead (Sumber : Oshatrain)
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2. Tipe Luffing
Tipe lain yang mulai populer di Indonesia adalah tipe luffing crane, salah satu
ciri khasnya adalah boom jib dapat terangkat. Ada beberapa keuntungan
menggunakan tipe crane ini dibandingkan tipe hammer, antara lain : kapasitas
angkat lebih besar dengan dimensi counter jib yang pendek, sebagai
perbandingan untuk kapasitas 250 tm, luffing crane membutuhkan 21 m counter
jib, sementara untuk luffing crane hanya membutuhkan 7,75 m counter jib ,
perbedaan ini bermanfaat dalam merencanakan posisi crane terhadap
konstruksi gedung, terhadap crane lainnya yang berdekatan dan juga bangunan
tetangga.
Gambar 2.14. Tower Crane Luffing Boom (Sumber : Oshatrain)
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Tipe Tower Crane ditinjau dari metode pemasangannya
2.4.1. Metode Statik
Pemasangan ini digunakan dengan baik pelana atau diartikulasikan crane jib,
menara diatur dalam blok pondasi beton. Bertindak sebagai struktur kantiliver
berdiri bebas, menara harus mampu menahan kedua kekuatan vertical dan
lateral, serta lebih berputar sesaat. Berat total crane ditambah beban
pengangkatan terdiri dari gaya vertical di blok pondasi. Sementara beban angin
membebankan hanya pada gaya lateral yang kecil, kombinasi angin dan beban
yang diangkat akan menambahkan saat menjungkir balikan signifikan terhadap
crane yang harus dilawan.
Pada sistem metode pemasangan statik ini kita harus memperhitungkan pondasi
tower crane sebagai landasan utama berdirinya tower crane. Untuk setiap
ketinggian 10 mast section kita selalu menambahkan sabuk pengaman/ tie-in
dan collar sebagai vertikaliti tower crane tersebut.
Untuk proses jacking-up atau penambahan ketinggian tower crane, metode
statik menggunakan telecospic sebagai alat untuk proses pemasangan mast
section di posisi atas tower crane.
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.15. Tower Crane Tipe Statik
(Sumber : Total Construction Institute)
Gambar 2.16. Tie-In Tower Crane
(Sumber : Total Construction Institute)
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.17. Collar Belt (Sumber : Total Construction Institute)
2.4.2. Metode Climbing
Metode climbing ini mungkin jenis yang paling serba guna dari pemasangan
tower crane, hal ini biasanya dipasang di pusat konstruksi bangunan
dibawahnya. Untuk derek rotary ditempatkan di atas menara baja.
Untuk metode climbing ini biasa dipasang di dalam core lift dan juga dapat
dipasang di tengah lantai bangunan. Pondasi yang digunakan pada metode ini
menggunakan baja WF yang dikombinasi dengan collar tower crane untuk
jacking-up penggunaan metode ini kita tidak perlu selalu menambah mast
section untuk meninggikan tower crane, hal ini berbeda dengan tower crane
dengan metode statik yang selalu ada penambahan mast section untuk
meninggikan tower crane pada saat pelaksanaan proyek.
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TC Climbing dipasang pada core lift
Gambar 2.18. Tower Crane Climbing pada Core Lift
(Sumber : Total Construction Institute)
TC Cimbing dipasang pada lantai
Gambar 2.19. Tower Crane Climbing pada Lantai
(Sumber : Total Construction Institute)
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Special mast
section
Gambar 2.20. Spesial Mast Section pada TC Climbing
(Sumber : Total Construction Institute)
H beam
duduka
nTC
Special
basic mast
Gambar 2.21. Posisi Frame TC Climbing pada Core lift
(Sumber : Total Construction Institute)
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
H-beam
Gambar 2.22. Posisi Frame TC Climbing Pada Lantai
(Sumber : Total Construction Institute)
2.4.3. Metode Travelling
Metode pemasangan jenis travelling ini dipasang pada rel kereta api lebar yang
berjalan berdekatan dengan dinding bangunan dengan penambahan pemberat
dari beton bertulang precast. Tower crane tersebut digunakan hampir secara
eksklusif pada konstruksi bangunan yang memiliki tinggi terbatas tapi cukup
panjang.
Menara crane kaku tetap ke platform dilengkapi dengan empat set roda
digerakkan oleh tenaga listrik (boggie) yang naik rel baja. Ketika pengistalan
perjalanan dasar crane, itu benar-benar penting bahwa rel diatur pada tingkat
kelas untuk mempertahankan plumbness tower di seluruh operasinya, dan
bahwa mereka akan didukung seluruh untuk mencegah kemungkinan lentur
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
atau menetap dibawah beban. Dengan jenis crane, bobot pemberat ditumpuk
pada platform menara.
Crane itu sendiri terdiri dari ledakan segitiga yang diangkat ke posisi vertical
dan bertindak sebagai tiang. Pada puncaknya adalah tambahan boom, atau jib,
yang bisa dinaikan atau diturunkan untuk mengubah radius bekerjanya crane.
Berikut gambar travelling tower crane :
Gambar 2.23. Pondasi Travelling Tower Crane
(Sumber : Radiuscrane.sitesuite.ws)
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.24. Travelling Tower Crane
(Sumber : Radiuscrane.sitesuite.ws)
2.5. Faktor - factor yang mempengaruhi dalam pemilihan Tower Crane
Pemilihan tower crane sebagai alat untuk memindahkan material didasarkan
pada kondisi lapangan, ketinggian yang tidak terjangkau oleh alat lain, dan
tidak dibutuhkan pergerakan alat. Pemilihannya harus direncanakan sebelum
proyek tersebut dimulai. Hal tersebut dikarenakan dalam pengoperasiannya
tower crane harus diletakkan disuatu tempat yang tetap selama proyek
berlangsung, sehingga tower crane mampu memenuhi kebutuhan akan
pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya sesuai daya
jangkau yang ditetapkan. Selain itu pada saat proyek telah selesai,
pembongkaran tower crane harus dapat dilakukan dengan mudah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II-24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis tower crane yang
akan di pakai yaitu :
1. Spesifikasi Alat : berisi data-data spesifikasi alat yang dikeluarkan oleh
pabrik yang memproduksi alat tower crane tersebut seperti ketinggian tower
crane, dan letak beban maksimum pada jangkauan jib.
2. Kondisi Proyek : merupakan gambaran umum dari proyek yang dikerjakan
seperti luas area proyek, ketinggian bangunan, dan jam pekerjaan perhari.
3. Volume Pekerjaan : karakteristik material yang akan diangkat oleh tower
crane.
4. Kemudahan Pelaksanaan : pemasangan dan pembongkaran tower crane tidak
boleh mengganggu struktur bangunan yang ada di sekitar peroyek ataupun
struktur bangunan yang akan dibangun.
2.6. Biaya Pengadaan Tower Crane
Pengadaan tower crane tentu saja membutuhkan biaya yang cukup besar yang
biasanya sudah diperhitungkan oleh kontraktor struktur bangunan dalam item
peralatan kerja di perkerjaan persiapan.
Dalam menghitung biaya pengadaan tower crane, kita harus mengetahui
terlebih dahulu komponen biaya tower crane yang terbagi beberapa bagian
besar yaitu:
II-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Biaya Pondasi Tower crane dan Angkur.
Pembuatan pondasi tower crane sesuai dengan gambar rekomendasi dari
pihak supplier tower crane. Biasanya pondasi tower crane menggunakan
tiang pancang dan pile cap beton bertulang ( tower crane statik ), Frame
TC H-beam ( tower crane climbing) dengan ukuran sesuai dengan
kapasitas beban, tinggi, dan jangkauan/ radius.
2.
Biaya Sewa/ rental Tower Crane.
Biaya tersebut biasanya dihitung per bulan selama pelaksanaan proyek.
3.
Biaya erection dan dismantling.
Biaya untuk mendirikan dan membongkar tower crane pada saat proyek
dimulai dan berakhir.
4.
Biaya mobilisasi dan demobilisasi tower crane.
Biaya untuk mendatangkan tower crane ke lokasi proyek dan biaya
memulangkan tower crane ke penyedia sewa.
5.
Biaya listrik kerja tower crane.
Yang biasa digunakan di proyek menggunakan PLN sebagai listrik kerja
dan genset sebagai cadangan jika terjadi pemadaman PLN, biaya yang
dihitung PLN, sewa genset dan bahan bakar solar.
6.
Biaya operator tower crane.
Gaji, uang makan, lembur operator jika bekerja lebihdari 8 jam.
7.
Biaya asuransi alat.
8.
Biaya perijinan disnaker.
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.7. Waktu Pelaksanaan Tower Crane
Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek
konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak
pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Proses perencanaan nantinya akan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan penjadwalan
dan selanjutnya sebagai tolak ukur untuk pengendalian proyek.
Perhitungan waktu pelaksanaan tower crane tergantung pada:
1.
Volume material yang diangkat.
Material yang akan diangkat yaitu : beton segar, bekisting, tulangan,
scaffolding, tulangan , horybeam, pipe support.
2.
Produksi per jam
Produktifitas standar dari tower crane didasarkan pada volume yang
dikerjakan persiklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam.
pada proyek konstruksi produktivitas alat adalah hasil kerja dari sebuah alat
persatuan waktu. Satuan produktivitas tower crane sangat dipengaruhi oleh
waktu siklus. Waktu siklus adalah waktu tempuh yang diperlukan tower crane
untuk melakukan satu kali putaran yang terdiri dari gerakan vertikal (hoist),
horisontal (trolley), dan perputaran (swing). Di mana ketiga gerakan utama ini
terdiri dari enam tahap pekerjaan yaitu : mengikat material, mengangkat,
memutar, menurunkan dan melepas material sampai kembali lagi menuju lokasi
persediaan material.
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Waktu siklus meliputi waktu tetap (fixed time) dan waktu variabel (variable
time). Waktu tetap meliputi waktu mengikat dan melepas material yang
tergantung pada jenis material yang diangkat, untuk setiap pekerjaan memiliki
waktu tetap yang berbeda misalnya : waktu untuk mengikat tulangan berbeda
dengan waktu untuk mengikat bekisting. Waktu variabel bergantung pada jarak
tempuh vertikal tergantung tinggi angkat, waktu tempuh rotasi tergantung sudut
putar, dan waktu tempuh horisontal tergantung pada jarak titik tujuan dan
sumber material.
Waktu tersebut dikategorikan dalam jarak tempuh Jarak Tempuh :
1. Jarak tempuh vertikal : Jarak tempuh vertikal tower crane adalah jarak adalah
jarak total yang ditempuh oleh hoist secara vertikal. Jarak tempuh vertikal
meliputi jarak tempuh vertikal angkat dan jarak tempuh vertikal kembali.
Jarak tempuh vertikal angkat untuk pengecoran, tulangan, bekisting berbeda
dengan jarak tempuh vertikal untuk pengangkatan material.
2. Jarak tempuh rotasi : Jarak tempuh rotasi berupa sudut rotasi. Sudut rotasi
adalah sudut yang terbentuk antar sumber ke tower crane ke tujuan. Jarak
tempuh rotasi meliputi jarak tempuh rotasi angkat ketempat tujuan material
dan jarak tempuh rotasi kembali ke sumber material.
3. Jarak tempuh horisontal : Jarak tempuh horisontal tower crane adalah jarak
total yang ditempuh oleh trolley secara horisontal. Jarak tempuh horisontal
meliputi jarak tempuh horisontal angkat dan jarak tempuh horisontal kembali
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Kemudahan Pelaksanaan : Pemasangan dan pembongkaran tower crane tidak
boleh mengganggu struktur bangunan yang ada di sekitar peroyek ataupun
struktur bangunan yang akan dibangun.
Dengan mengacuh pada prinsip kerja dari tower crane dan pemilihan serta
penentuan tower crane yang tepat maka kita dapat menghitung produktivitas
sebuah tower crane. Secara umum produktivitas adalah produk/hasil kerja
dibagi satuan kerja sumber daya manusia/alat. (Soeharto, 1997)
Maka indeks produktivitas = ℎ /𝐻……………………………………………(1)
Dimana :
h = Jumlah jam kerja TC yang sesungguhnya digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu.
H = Jumlah jam kerja TC yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
indentik pada kondisi standar.
2.8. Tinjauan Penilitan Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu sangat penting sebagai refrensi dan berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Berikut adalah tinjauan terdahulu yang penulis jumpai :
II-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Jurnal Penelitian Terdahulu
NO.
1
2
3
PENELITI
Muhammad Ridha
Sofyan Rahman
Asri Dewi Lestari
Bagian-1
JUDUL
KEYWORD
Perbandingan Biaya dan
Waktu pemakaian Alat
Biaya, Waktu,
berat Tower Crane dan
Tower Crane,
Mobile Crane Rumah Sakit Mobile Crane
haji Surabaya
Optimasi Lokasi untuk
Group Tower Crane pada
Proyek Apartemen Guna
Wangsa Surabaya
Optimasi
lokasi, Tower
Crane, Biaya
Identifikasi factor yang
Produktifitas,
mempengaruhi produktivitas
Tower Crane
tower crane
TAHUN
PEMBUATAN
2011
2011
2007
TEMPAT
KESIMPULAN
Surabaya
Penelitian ini menghasilkan perbandingan waktu dan biaya dalam
penggunaan alat berat tower crane dan mobile crane pada proyek
pembangunan Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap
Maskin RSU Haji Surabaya. Untuk pekerjaan pengangkatan
material dan pengecoran sebaiknya menggunakan kombinasi
peralatan tower crane dan concrete pump, karena lebih efisien
dari segi waktu mengingat proyek tersebut berada pada area
Rumah Sakit yang sedang aktif pada saat pembangunan, dengan
data-data yang didapat dari studi dilapangan dan studi literature
sebagai penunjang data.
Surabaya
Pada proyek apartemen guna wangsa memiliki titk Supply yang
tidak efisien seperti titik Supply ganda dan titik Supply yang harus
mencukupi semua kebutuhan seluruh proyek, ini menyebabkan
radius Tower Crane yang dipakai menjadi besar. Radius Tower
Crane yang besar selain menyababkan biaya sewa yang lebih
mahal juga akan menyebabkan konflik antar Tower Crane
menjadi besar. Setelah melalukan penelitian ini ternyata dengan
memindahkan titik Supply dan memperkecil radius Tower Crane
dapat membuat waktu pengangkutan lebih cepat dan tentunya
membuat biaya operasional Tower Crane menjadi lebih kecil.
Surabaya
Analisis dilakukan dengan analisis kualitatif. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, dapat disimpulkan terdapat lima faktor utama
yang mempengaruhi produktivitas tower crane, yaitu: faktor alat,
faktor sumber daya manusia, faktor material yang diangkat, faktor
lingkungan, dan faktor manajemen.
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Jurnal Penelitian Terdahulu
NO.
4
5
PENELITI
Bagian-2
JUDUL
KEYWORD
Penerapan Model
Transportasi Dalam Rangka
Biaya, Tower
Marino Hutagalung Efisiensi Biaya Penempatan
Crane
Tower Crane Pada Multi
Proyek
Studi Tentang Tower Crane
Pada Proyek Gedung
Biaya, Tower
Adi Setia sasongko
Apartemen Menara
Crane
Soekarno-Hatta
TAHUN
PEMBUATAN
TEMPAT
2005
Bandung
Estimasi biaya pemasangan-pembongkaran pondasi, mobilisasierection dan dismantle-demobilisasi untuk tiap-tiap Tower Crane.
Malang
Dari perhitungan waktu penggunaan dan Idle Time Tower Crane
diperoleh hasil bahwa waktu yang dibutuhkan Tower Crane dalam
pekerjaan finishing pada proyek Apartemen Menara SoekarnoHatta adalah pada TC1 69,47 hari dan TC2 64,4 hari. Kemudian
produktivitas pekerja yang dibantu oleh TC1 adalah 264,275 hari
dan produktivitas pekerja yang dibantu oleh TC2 adalah 257,817.
Biaya yang digunakan dalam penggunaan tower crane pada
Proyek Apartemen Menara Soekarno-Hatta sejumlah Rp
1.768.000.000,00. Biaya ini terdiri dari sewa alat, Mobilisasi,
Sewa mast section diatas free standing, Biaya bongkar dan
demobilisasi, serta upah operator yang digunakan pada proyek
Apartemen Menara Soekarno-Hatta.
2012
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
KESIMPULAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.9. Posisi Penelitian
Setelah melakukan kajian secara mendalam posisi penelitian dapat dipetakan
sebagai berikut :
Sofyan Rahman
(Tahun 2011)
Tower
Crane
Optimasi
Penempatan
Waktu
Marino
Hutagalung
(Tahun 2005)
Asri Dewi Lestari (Tahun 2007)
Adi Setia Sasongko
(Tahun 2012)
Produktifitas
Biaya
Posisi Penelitian
Muhammad Ridha (Tahun 2011)
Mobile Crane
Gambar 2.25. Pemetaan Posisi Penelitian
II-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download