Mewaspadai Makanan Tak Halal Menjelang Idul Fitri

advertisement
Mewaspadai Makanan Tak Halal Menjelang Idul Fitri
Kamis, 30 Juni 2016 WIB, Oleh: Agung
Meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat di saat bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul
Fitri dimanfaatkan beberapa pihak dengan cara-cara yang tidak benar untuk mengambil keuntungan
sesaat. Salah satu yang dikhawatirkan adalah beredarnya daging gelonggongan dan ayam tiren
(mati kemaren).
Selain itu, beredar pula oplosan daging sapi dengan daging babi (B2), daging kambing dengan
daging anjing (B1). Di luar itu, masyarakat diimbau untuk mewaspadai bentuk-bentuk makanan
olahan yang sesungguhnya berasal dari daging tikus, daging ular dan lain-lain.
"Daging gelonggongan adalah daging yang didapat dari hewan yang sebelum disembelih terlebih
diminumi air secara berlebihan. Bahkan, tak jarang hewan bersangkutan pingsan karena kelebihan
minum, baru dipotong. Tujuan dari ini untuk mendapatkan timbangan lebih berat," ujar Direktur
Halal Centre Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D, di Auditorium Fakultas
Peternakan UGM, Kamis (30/6).
Berbicara pada Workshop Pengolahan Pangan Halal dan Thoyyib bagi UKM di Sekitar Kampus
UGM, Hanung menyatakan makanan yang disajikan dan dijual untuk masyarakat mestinya harus
thoyyib. Artinya, makanan yang dikonsumsi memberi rasa aman yang berbasis pada status
kesehatan.
"Makanan bisa menjadi tidak aman dan berbahaya jika terkena aneka cemaran seperti cemaran
mikrobiologi, kimia dan fisika," ujar Nanung.
Menurut Nanung pentingnya keamanan pangan bagi produsen dan konsumen karena makanan yang
tidak thoyyib dapat mengakibatkan bahaya dan atau timbulnya penyakit yang berbahaya (foodborne diseases). Beberapa pangan berbahaya tersebut diantaranya pewarna non-food grade
(Rhodamin-B, Methyanil yellow dan lain-lain), pemanis buatan non-food grade dan sebagainya.
Dr. Nurliyani, M.S, pakar Pengolahan Pangan Berkualitas, berharap semua pihak bisa menyajikan
makanan yang baik dan aman. Karena dengan menyajikan makanan yang baik dan aman berarti
turut serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
Bagi Nurliyani menyajikan makanan yang baik dan aman sangat penting dilakukan. Apalagi,
mengingat di kampus UGM sempat mewabah penyakit hepatitis yang menyerang 122 mahasiswa
dan 7 tenaga kependidikan.
"Ini dikarenakan terjadi kontaminasi makanan dengan tingkat kebersihan yang kurang terjaga.
Sementara beberapa penjual di seputar kampus kurang menjaga kebersihan yang menjadikan
makanan tidak higienis. Untuk mencegah penyakit ini sangat diperlukan partisipasi banyak pihak,"
ungkap dosen Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan UGM itu.
Workshop Pengolahan Pangan Halal dan Thoyyib bagi UKM di Sekitar Kampus UGM digelar
Fakultas Peternakan UGM dalam rangka Dies Natalis ke-47 sekaligus mengisi kegiatan di bulan
Ramadhan 1437 H. Sebanyak 200 peserta dari para pelaku UKM dan mahasiswa hadir dalam
kegiatan ini. (Humas UGM/ Agung)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
Halal Bil Halal Keluarga Besar UGM
Halal Bihalal Keluarga Besar UGM
UGM Gelar Halal Bi Halal
Hari Pertama Kerja, UGM Menggelar Halal Bihalal
Konsumsi Produk Makanan Halal Negara Muslim Capai 183 Miliar Dolar
Download