9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan terasa hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak ada yang namanya komunikasi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia (baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi) dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi. Adapun para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing yaitu diantaranya: Menurut Deddy Mulyana, komunikasi organisasi/organizational communication terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.1 Gode Alexander menjelaskan dalam bukunya mengenai pengertian komunikasi sebagai berikut: “It is a process that makes common to or several what the monopoly of one or same” (komunikasi adalah suatu proses yang 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal.65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa orang).2 Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, mengemukakan bahwa istilah “Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.3 Definisi yang dikemukakan Berger dan Chaflee cukup memadai untuk menerangkan berbagai konteks komunikasi, bahkan termasuk untuk menerangkan produksi, pemrosesan, efek atau sistem signal didalam komunikasi antar pribadi, komunikasi organisasi, komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi politik, komunikasi pendidikan.4 Menurut Onong Uchjana Effendy istilah komunikasi juga dipergunakan untuk menunjukan tiga bidang studi yang berbeda yaitu “proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang”. Jadi, kalau dua orang dalam komunikasi maka percakapan mereka dikatakan komunikatif bila keduanya saling mengerti bahasa yang digunakan, 2 Gode Alexander, What is Communication, Journal of communication (Jakarta, 1969) hal.5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal: 9 4 Charles R Berger and Steven H Chaflee, Human Behaviour an Inventary of Scientific Finding (New York, 1983) hal: 17 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Selain itu komunikasi juga bersifat persuasive. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna, hal ini berarti, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahasa yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dua tahu, tetapi juga persuasive, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan, atau kegiatan dan lain-lain. Definisi lainnya juga diungkapkan oleh Lasswell yang mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi lebih menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Paradigma tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meilputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi berdasarkan paradigma Lasswell http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu5. Komunikator Pesan Media Komunikan Efek /Feedback Gambar 2.1 Model Komunikasi Lasswell Sumber : (Muhammad, 2011:6) Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, komunikan tadi dapat bertukar fungsi karena adanya timbal balik (feedback). Dengan kata lain, komunikasi bersifat dua arah (two way communication), dimana komunikasi memerlukan pemahaman yang sama antara perilaku komunikasi. 2. 1.2 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi adalah tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik. Sementara kebenarannya dapat diuji dan digeralisasikan. Schramm membedakan tujuan komunikasi menjadi tujuan informasional, tujuan instruksional, tujuan persuasi dan menghibur. Menurut schramm proses komunikasi informasional memerlukan enam langkah yang harus dilalui, yakni: 1. Menarik perhatian 5 Arni Muhammad, Komuinikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 2. Menjadikan pesan dapat diterima 3. Menjadikan pesan diintepretasikan seperti yang diinginkan komunikator 4. Informasi dapat disimpan untuk kemudian dipakai 5. Harus adanya aktivitas belajar sekitar penerimaan informasi (pada komunikasi instruksional) 6. Hasil yang berupa pandangan yang dianjurkan oleh pembujuk (pada komunikasi persuasi). 2.1.3 Komponen-Komponen Komunikasi Dalam upaya mencapai komunikasi yang efektif dan berhasil mencapai tujuan, maka komponen-komponen dalam proses komunikasi perlu diperhatikan. Menurut Kotler, komunikasi terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. Pengirim (sender), yaitu pihak yang mengirim pesan 2. Pesan (message), merupakan gagasan atau ide yang disampaikan pengirim kepada penerima untuk tujuan tertentu. 3. Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan 4. Media (media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju. 5. Pengkodean (encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam symbol. Symbol dapat berupa kata lisan maupun lisan, isyarat dan lainnya ke dalam mereka. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 6. Penerjemah (decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan unutk menerjemahkan arti symbol yang dikirim sender. 7. Tanggapan (response), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan\ 8. Umpan balik (feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan. 9. Gangguan (noises), yaitu gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan. 2.2 Hubungan Masyarakat/Public Relations 2.2.1 Pengertian Public Relations Dr. Rex Harlow dalam bukunya yang berjudul: A Model for PR Education for Professional Practises yang dikeluarkan oleh Internasional Public Relations Association (IPRA), setelah mengkaji lebih kurang dari 472 definisi Humas tersebut, maka definisi PR adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam persoalan/permasalahan, mampu menanggapi opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Definisi PR yang diambil dari The British Institute of PR berbunyi: a) “PR activity is management of communication between an organizations and its publics”. (Aktifitas PR adalah mengelola komunikasi antara organisasi dengan publiknya). b) “PR practice is deliberate, planned and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its publics”. (Praktik PR adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membantu dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya). Kegiatan PR adalah kegiatan komunikasi. Tetapi berbeda dengan jenis kegiatan komunikasi lainnya, kegiatan komunikasi dalam PR mempunyai cirriciri tertentu, disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga dimana PR berada dan berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi sasaran, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas, ciri yang hakiki dari komunikasi PR bersifat timbal baik. Dalam pengertian teoritis, PR merupakan bidang salah satu bidang ilmu komunikasi praktis, yaitu penerapan ilmu komunikasi pada suatu organisasi usaha atau perusahaan yang dalam melaksanakan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Para ahli terkenal juga telah mengambil definisi yang telah dianggap terbaik dari definisi-definisi PR: Definisi J.C. Seidel PR Director, Division of Housing, State of New York berbunyi: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 “PR is the continuing process by which management endeabors to obtion goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at large, inwardly through self analysis and correction, outwardly through all mens of espression”.6 Yang mengandung arti PR adalah proses continue dari usaha-usaha manajemen, pegawainya dan publik umumnya, kedalam dengan mengadakan analisis dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan). Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa PR yaitu suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, penghargaan dari publik terhadap perusahaan khususnya dan masyarakat umum, sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan lembaga tersebut. “Pengertian PR yang lain adalah semua bentuk komunikasi terencana, baik kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian utama”. PR yang baik justru memusatkan usahanya untuk memberi saran-saran kepada manajemen puncak supaya menerapkan berbagai program yang positif dan mengurangi praktik-praktik buruk, sehingga publikasi negatif dapat dicegah. 6 A. Waris Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2001) hal.24-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2.2.2 Fungsi PR Menurut Sulaksana Uyung, ada lima (5) fungsi utama PR adalah: 1) Hubungan dengan pers : yang dimaksud adalah PR harus bisa menyajikan berita dan informasi tentang perusahaan dengan cara positif. 2) Publisitas produk: mensponsori berbagai program yang dapat mempublikasikan produk tertentu. 3) Komunikasi korporat: meningkatkan kesepahaman organisasi melalui komunikasi internal (komunikasi terhadap pihak manajemen dan karyawan) dan komunikasi eksternal (komunikasi dengan publiknya. 4) Lobi: yang dimaksudkan disini adalah PR harus mampu menjalin hubungan erat dengan para peneliti kebijakan dan kalangan legislative untuk mendukung atau justru menggagalkan peraturan dan undang-undang tertentu. 5) Konseling : memberi saran manajemen tentang isu-isu publik dan bagaimana seharusnya menyikapi serta tentang citra perusahaan. Meskipun mempunyai fungsi-fungsi seperti diatas, tujuan utamanya adalah menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya. Hubungan baik tersebut bukan semata-mata demi kepentingan perusahaan saja melakukan untuk keuntungan kedua belah pihak, peerusahaan menikmati keuntungan dan manfaat dari hubungan yang baik itu publik pun menikmati keuntungan dan manfaat dari hubungan baik tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.2.3 Pendekatan/Strategi PR Salah satu fungsi PR adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat Humas atau PR Officer dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan bersama. Fungsi tersebut daapt diwujudkan melalui beberapa aspekaspek pendekatan atau strageti PR (Ruslan Rosady, 2002, hal 142): 7 1) Strategi operasional Melalui pelaksanaan program Humas/PR yang dilakukan dengan pendekatan kemasyarakatan (sociology approach), melalui mekanisme sosial cultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa. Artinya pejabat Humas/PR mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar (listening), dan bukan sekedar mendengar mengenai aspirasi yang ada dalam masyarakat, baik mengenai etika, moral, maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang dimuat. 2) Pendekatan persuasive dan edukatif Fungsi Humas/PR adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik) dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan maupun dengan 7 Ruslan Rosady, Kiat & Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.142 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 melakukan pendekatan persuasive agar tercipta saling pengertian, menghargai pemahaman toleransi dan lain sebagainya. 3) Pendekatan tanggung jawab sosial Humas/PR Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai bukan ditujukan untuk mengambil keputusan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat) namun untuk memperoleh keuntungan bersama. 4) Pendekatan kerjasama Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan berbagai kalangan baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke luar (external relations) untuk meningkatkan kerjasama. Humas/PR berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakan (publik sasaran). 5) Pendekatan koordinatif dan integrative Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi PR dalam arti sempit hanya mewakili lembaga dan instansi yang di naunginya. Oleh sebab itu setiap perencanaan program PR harus di koordinasikan oleh pihak managerial organisasi atau instansi yang di naunginya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.3 Komunikasi Organisasi 2.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi disebut komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi ini tentu akan berhubungan dengan suasana dan hubungan kerja di dalam organisasi tersebut. Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan Komunikasi Organisasi, Schein (1982) dikutip dalam buku Komunikasi Organisasi, Arni Muhammad, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.8 Selanjutnya Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh Deddy Mulyana, mengatakan bahwa “Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu”. Suatu organisasi terdiri dari 8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal.24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarki antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu organisasi. Analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Menurut Katz dan Kahn, komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan meaning atau arti di dalam suatu organisasi. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan9. 2.3.2 Penggolongan Komunikasi Organisasi Komunikasi dalam organisasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, yakni antara pimpinan dengan karyawan, ataupun antara karyawan dengan karyawan lainnya. Sedangkan komunikasi eksternal lebih kepada komunikasi antara organisasi dengan 9 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi: (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal.66 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 lingkungan luar organisasi. Berikut akan dijelaskan lebih dimensi-dimensi komunikasi dalam organisasi10. 1) Komunikasi internal Lawrence mendefinisikan komunikasi internal sebagai: “Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung”. Organisasi sebagai kerangka kekaryaan menunjukkan adanya pembagian tugas antar orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklarifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: b. Komunikasi Personal Komunikasi personal adalah komunikasi antara dua orang dapat berlangsung secara tatap muka dan juga bermedia. Komunikasi personal tatap muka berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi, yang biasa disebut komunikasi antar personal (interpersonal communication). Sedangkan komunikasi personal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat seperti memorandum, dan lain-lain. 10 Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: Remadja Karya.2001) hal.50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ telepon, 23 Komunikasi antar personal (interpersonal communication) karena situasinya tatap muka, oleh para ahli komunikasi dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang. c. Komunikasi Kelompok (group communication) Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi kelompok ini dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Pembagian kelompok ini lebih didasarkan pada ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara seorang manajer dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kemampuan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Jadi, dalam komunikasi kelompok kecil si pemimpin tadi dapat melakukan komunikasi antar personal dengan salah seorang peserta kelompok. Sedangkan komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi, hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, dalam komunikasi kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2) Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik, yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informative, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa ada keterlibatan. Sedangkan komunikasi khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.11 2.3.3 Arah Aliran Informasi dalam Komunikasi Internal Organisasi Komunikasi organisasi akan dapat berjalan efektif apabila arus dalam penyampaian pesannya juga diperhatikan. Dalam sub bab ini penulis akan mencoba menguraikan arus penyampaian pesan dalam komunikasi organisasi. Dalam komunikasi organisasi, terdapat tiga tipe komunikasi yaitu komunikasi vertical, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Komunikasi vertical terdiri atas komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. Informasi yang berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang otoritasnya lebih tinggi disebut komunikasi ke atas. Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang informasinya bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya, 11 Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: Remadja Karya.2001) hal.50-51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 sedangkan komunikasi diagonal, informasinya bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya, sedangkan komunikasi diagonal, informasinya bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan atau bawahan yang satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda. Gambar 2.3 di bawah menunjukkan keempat arah aliran informasi dalam organisasi. 12 Presiden Direktur Komunikasi ke bawah Komunikasi ke atas Wakil Presiden Direktur Manajer Departemen Kepala Seksi Manajer Departemen Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Manajer Departemen Kepala Seksi Kepala Seksi Gambar 2.2 Empat Arah Komunikasi Organisasi Sumber : Pace & Faules (2002:184) 12 Pace, Wayne and Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002) hal.183-184 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 1. Komunikasi ke bawah Komunikasi ini terjadi dalam aliran pesan hierarki struktur organisasi berasal dari atas ke bawah. Ciri dari komunikasi ini terletak pada besarnya pengaruh wewenang dan kekuasaan komunikator dalam kerangka membatasi dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi ke bawah memiliki fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Menurut Muhammad. Komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu:13 a. Instruksi tugas Pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan dan bagaimana melakukannya. b. Rasional Pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kuantitas dan kualitas pesan rasional ini ditentukan oleh asumsi atasan mengenai bawahannya. Jika atasan menganggap bawahannya pemalas, maka atasan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Akan tetapi, jika atasan menganggap bawahannya, ialah orang yang rajin dan dapat memotivasi diri sendiri, maka biasanya atasan memberikan pesan yang bersifat nasional ini banyak. 13 Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal.108-109 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 c. Ideologi Pesan yang merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional, penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideology, lebih ke mencai sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. d. Informasi Pesan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik, organisasi, peraturan-peraturan organisasi, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi maupun rasional. e. Balikan Pesan berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Pesan balikan dalam hal dapat berupa teguran dari atasan kepada bawahan. Karena dianggap kinerja bawahan kurang memuaskan. 2. Komunikasi ke atas Aliran komunikasi ke atas mengalir dari hirarki wewenang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah memberikan balikan, saran dan mengajukan pertanyaan. Menurut Pace & Faules, komunikasi ke atas berfungsi sebagai berikut:14 14 Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal. 117 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 a. Supervisor dapat mengetahui kapan bawahan siap untuk diberi informasi b. Memberikan informasi yang berharga bagi pembuat keputusan c. Memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran mengenai keberlangsungan organisasi. d. Mendorong desas-desus mencul dan membiarkan supervisor mengetahuinya. e. Supervisor dapat mengetahui apakah bawahan menangkap dan memahami pesan yang disampaikan dari arus informasi ke bawah. f. Membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan dan memperkuat keterlibatan karyawan dalam tugas-tugas organisasinya. Komunikasi ke bawah dan ke atas seperti yang telah dijelaskan di atas termasuk dalam komunikasi vertikal. Komunikasi dua arah secara timbal balik, yakni dari pimpinan ke bawahan dan juga sebaliknya, sangat penting dalam organisasi, karena roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik jika hanya satu arah saja yang berjalan, yakni hanya dari pimpinan ke bawahan. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran dari para bawahan. Untuk memperoleh kejelasan mengenai hubungan komunikatif yang bagaimana yang sebaiknya antara pimpinan dengan bawahan, dapat digunakan konsep yang dikembangkan oleh Profesor Harry http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Ingham, yang biasa dikenal sebagai Johari Window. Berdasarkan konsep tersebut, sikap manusia dapat digambarkan secara skematis, seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut:15 TABEL 2.1 MODEL PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI JOHARI WINDOW I II AREA OF FREE ACTIVITES Known by ourselves and known by other III BLIND AREA Known by others but not known by ourselves IV Known by ourselves but not known Not known by ourselves and not by others known by others Sumber : Effendy (1984:157) Area I, yakni area of free activities atau bidang kegiatan bebas. Bebas disini maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain. hal ini menunjukkan adanya keterbukaan atau tidak ada yang disembunyikan antara individu dengan individu lainnya. Area II, yakni blind area atau bidang buta. Bidang ini menggambarkan bahwa perbuatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang dilakukan. Area III, yaitu hidden area atau bidang tersembunyi. Area III ini merupakan kebalikan dari area II, yakni bahwa yang dilakukan seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, tetapi orang lain 15 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remadja Karya. 1984) hal.156-158 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 tidak dapat mengetahuinya. Hal ini berarti orang tersebut bersikap tertutup, dan merasa apa yang ia kerjakan tidak perlu diketahui oleh orang lain. area IV ialan unknown area atau bidang tak dikenal. Area ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Seorang pimpinan yang baik akan berusaha memperluas area I, karena semakin luas bidang ini akan semakin terjalin hubungan komunikasi yang sehat, terbuka, dan timbal balik. Dalam hal ini, pemimpin bersedia menerima saran bahkan kiritk dari bawahan. Komunikasi vertikal dari komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. 3. Komunikasi Horizontal Tipe komunikasi komunikasi berikutnya ialan komunikasi horizontal mengalir melintasi horizontal. berbagai fungsi Aliran dalam organisasi. Bentuk komunikasi ini diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengintegrasikan berbagai fungsi dalam organisasi. Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. 4. Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal yang dapat disebut sebagai komunikasi lintas saluran merupakan arus komunikasi yang mengalir melintasi fungsi dan tingkatan dalam organisasi, serta penting dalam situasi di mana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, ataupun horizontal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Komunikasi ini terjadi sebagaimana adanya struktur organisasi terdapat berbagai fungsi, divisi ataupun departemen menjalankan tugas dan kewajibannya perlu berkomunikasi dengan pihak-pihak yang ada di luar divisi atau departemennya. Hal tersebut dikarenakan organisasi merupakan kumpulan dari berbagai sub sistem yang saling ketergantungan satu sama lainnya, sehingga tidak dapat bekerja secara sendiri-sendiri melainkan perlu adanya kerjasama dari tiap-tiap sub sistem agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. 2.3.4 Efektifitas Komunikasi Organisasi Komaruddin mengungkapkan bahwa efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegaiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi, jika seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai efektif apabila proses kegiatan itu waktunya singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target.16 Menurut Suranto Aw, komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu proses komunikasi itu pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan persis seperti yang dikehendaki oleh komunikator, dengan demikian dalam komunikasi itu komunikator berhasil 16 Komarudin. Ensiklopedia Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara. 1994) hal.294 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 menyampaikan pesan yang dimaksudkannya sedang komunikan berhasil menerima dan memahaminya.17 Aktivitas organisasi sangat bergantung pada keefektifan komunikasi di dalam suatu organisasi. Efektifitas komunikasi ini dapat diukur dengan menggunakan variabel profil komunikasi organisasi. Profil komunikasi organisasi menjabarkan informasi dalam delapan variabel komunikasi. Profil komunikasi organisasi menyediakan cara bagi anggota organisasi untuk melaporkan seberapa jauh kepuasan para anggota organisasi terhadap organisasi, jenis iklim komunikasi organisasi apakah yang terdapat dalam organisasi, dan gambaran budaya organisasi. Dalam suatu organisasi terdapat arus informasi tersebut dapat dilihat dari bagaimana kemudahan dalam aksesbilitas komunikasi, kualitas media dalam penyampaian informasi tersebut, beban informasi yang disampaikan, ketelitian dalam penyampaian informasi dan ketepatan dalam proses penyebaran informasi. Dari kualitas arus informasi tersebut, dapat terlihat bagaimana iklim komunikasi yang tersedia dalam organisasi, dan iklim komunikasi organisasi tersebut pada akhirnya akan mencerminkan budaya dari organisasi tersebut. Gambar 2.4 melukiskan variabel-variabel komunikasi serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. 17 Suranto, AW. Komunikasi Perkantoran: prinsip komunikasi untuk meningkatkan kinerja perkantoran. (Yogyakarta: Media Wacara, 2005) hal.80 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 GAMBAR 2.3 MODEL VARIABEL PROFIL KOMUNIKASI ORGANISASI Budaya Organisasi Informasi Iklim Kepuasan terhadap organisasi Aksesibilitas Komunikasi Beban Kualitas Media Ketepatan Penyebaran Ketelitian Makna Variabel yang diukur oleh profil komunikasi organisasi didefinisikan sebagai berikut:18 1. Kepuasan Organisasi Persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan pekerjaan yang diberikan, kepenyeliaan, upah dan keuntungan, promosi dan rekan sejawat. Menurut Goldhaber dalam bukunya mengungkapkan bahwa hubungan antara iklim komunikasi dan kepuasan kerja bersifat 18 Pace, Wayne and Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002) hal.497-499 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 positif, artinya semakin baik iklim komunikasinya, semakin besar pada tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara iklim, komunikasi dengan kepuasan kerja, bahwa bila perusahaan mengingingkan karyawan menghasilkan pekerjaan demi kemajuan perusahaan, karyawan harus memiliki sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam mendukung pekerjaan. Kepuasan organisasi dapat diukur dengan melihat: a. Kepuasan kerja, yakni persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan kondisi lingkungan perusahaan. b. Kepuasan penyeliaan atau supervisi, yakni persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan sistem kepengawasan dan kepenyeliaan. c. Kepuasan upah dan keuntungan, yakni persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan gaji, tunjangan , dan fasilitas yang diterima. d. Kepuasan penilaian prestasi, promosi, dan peluang kerja, yakni persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan sistem penilaian promosi, dan kesempatan dalam memperoleh peluang dalam bekerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 e. Kepuasan pada rekan sejawat, yakni persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan hubungannya dengan sesama rekan kerja (Kriyantono, 2006:312). 2. Iklim Komunikasi Persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka, menaruh perhatian, dan secara aktif meminta pendapat karyawan, serta memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik. 3. Kualitas Media Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh penerbitan petunjuk tertulis, laporan dan media lainnya dinilai menarik, tepat, efisien, dapat dipercaya. 4. Aksesibilitias Informasi Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh informasi tersedia dari berbagai sumber dalam organisasi. Organisasi yang baik akan menyediakan akses informasi yang cukup dan memenuhi kebutuhan karyawan, serta karyawan diberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. Katz dan Kahn (dalam Mitchell dan Larson 1987:296) menyebutkan ada lima jenis informasi yang dapat diakses dari atasan oleh para bawahannya, yaitu: a. Job Instruction. Directives stating what should be done and/or how to do it. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 b. Job rationale. Information designed to procedure an understanding of the task and its relationship to other organizational task. c. Procedures and practices. Information about regulations, policies, and benefits. d. Performance feed back. Information about how well an individual group, or organizational unit is performing. e. Indoctrinations of goals. Information of an ideological nature design to inculcate a sense of mission. 5. Penyebaran Informasi Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh pesan disebarkan melalui sebuah organisasi. Penyebaran informasi merupakan salah satu hal penting dalam proses komunikasi organisasi. Jika penyebaran informasi berjalan dengan baik, berarti informasi yang dibutuhkan dalam mendukung pekerjaan terpenuhi, sehingga proses kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. 6. Beban Informasi Persepsi anggota organisasi sehubungan dengan seberapa jauh anggota organisasi merasa sudah menerima informasi yang lebih banyak atau lebih sedikit daripada yang ditangani atau yang diperlukan agar berfungsi secara efektif. Bebas informasi berkaitan dengan kecukupan informasi. Kelebihan informasi, kekurangan informasi, dan kelewatan informasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 7. Ketepatan Pesan Persepsi anggota organisasi mengenai informasi yang anggota organisasi ketahui tentang suatu pesan tertentu dibandingkan dengan jumlah informasi sesungguhnya di dalam pesan tersebut. ketepatan dalam komunikasi berkenaan dengan kecermatan pesan. 8. Budaya Organisasi Persepsi anggota organisasi mengenai nilai kunci dan konsep bersama yang membentuk citra anggota organisasi terhadap organisasi. Semua variabel profil komunikasi organisasi dapat mengidentifikasikan apakah komunikasi organisasi berjalan efektif atau tidak. Dalam menciptakan motivasi karyawan yang berkaitan dengan komunikasi organisasi, maka harus disampaikan bagaimana seharusnya informasi disampaikan kepada karyawan. 2.4 Iklim Komunikasi Organisasi 2.4.1 Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai definisi komunikasi organisasi yaitu sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarki antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Salah satu tantangan terbesar komunikasi organisasi adalah proses yang berkaitan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki cara tersendiri dalam menyajikan usahanya. Oleh karena itu, suatu organisasi mempunyai iklim berbeda dengan organisasi lainnya. Iklim dapat bersifat menekan, netral atau dapat pula bersifat mendukung, tergantung bagian mengaturnya, karena itu setiap organisasi selalu mempunyai iklim kerja yang unik. Payne dan Pugh (dalam Muhammad, 2007:82) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilainilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Kemudian Hillriefer dan Slocum (Jablin, 1987) mengemukakan definisi iklim organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan ikim organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subisistem, terhadap anggota dan lingkungannya.19 Iklim Komunikasi menurut Arni (2007:85) ada hubungan yang sirkuler antara iklim organisasi dengan iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah 19 laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal.82 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang penuh 39 persaudaraan mendorong para anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negative menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan. 20 Menurut Rodding yang dikutip oleh Pace dan Faules, iklim komunikasi organisasi sebagai fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugastugas mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dan terus terang dari anggota organisasi serta aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi kepuasan-kepuasan organisasi dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan. Guzley dalam Pace dan Faules menyatakan keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif untuk meningkatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja,untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasasn inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya, semuanya ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi, iklim yang negatif dapat benar-benar merusak keputusan 20 Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal.85 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 yang dilihat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Dilihat dari definisi yang ada, maka jelas terlihat bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan hal yang harus dipikirkan dan tidak boleh dianggap remeh. Dan seperti yang dikatakan Pace dan Faules bahwa iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam berorganisasi. Sehingga mereka dapat menyimpulkan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. 2.4.2 Dimensi Iklim Komunikasi Organisasi Untuk menganalisasi iklim komunikasi di suatu organisasi, Pace dan Faules mengemukakan ada enam faktor besar yang bisa digunakan untuk menganalisis masalah tersebut, yaitu:21 1. Kepercayaan Para anggota di setiap tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. 21 Pace, Wayne dan Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaya Rosdakarya, 2002) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 2. Pembuatan keputusan bersama Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijaksanaan organisasi, yang relevan dengan kebutuhan mereka dan diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka dengan tujuan agar mereka berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. 3. Kejujuran Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, agar para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan. 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang atau bagian lain dari dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana-rencananya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saransaran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah dan menunjukkan perhatian besar kepada anggota organisasi lainnya. Iklim komunikasi organisasi yang lebih diminati adalah iklim komunikasi yang mendukung dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Deskripsi : bahwa para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka pada persitiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi referensi mengenai reaksi-reaksi emosional. Didalam deskripsi terdapat dukungan dan kesediaan menerima tanggung jawab. 2. Orientasi masalah : merupakan suatu penangkal strategi control dalam suatu organisasi. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah dan tidak bersifat mendikte pemecahan, namun mengajak orang lain untuk bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 3. Spontanitas : bertindak terus terang dan membuka rahasia kepada anggota organisasi dimana orang-orang yang spontan berupaya mencegah perasaan bertahan dengan berupaya berkata jujur terhadap orang lain. 4. Empati suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami situasi dari sudut pandang orang lain dengan cara turut merasakan perasaan orang lain. oleh karena itu adanya pengenalan terhadap nilai, tingkah laku dan opini orang lain akan memperkuat dan mendorong mereka untuk menyadari bahwa mereka tidak sendirian. 5. Kesamaan : menyatakan bahwa terdapat suatu ukuran rasa hormat tak bersyarat terhadap orang lain dalam suatu organisasi. Terdapat upaya untuk mengurangi perbedaan-perbedaan dalam kekuatan, kecakapan intelektual dan sebagainya. 6. Profesionalisme : merupakan cara pandang orang terhadap seperti terhadap informasi yang serealistis-realistisnya dan berusaha untuk mengubah pemikirannya juga situasi mengharuskannya. Faktor yang mempengaruhi iklim organisasi Rasimin (2000) menyatakan bahwa dalam usaha menciptakan suatu iklim organisasi yang sehat dalam organisasi terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi yaitu: a. Struktur organisasi yang merupakan suatu ukuran besar kecilnya organisasi juga memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat kualitas iklim organisasi. Organisasi yang kecil biasanya lebih terbuka, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 hubungan antar anggota lebih dekat dan tergantung, sedangkan pada organisasi yang lebih besar adalah sebaliknya. b. Teknologi yang digunakan dalam organisasi yang merupakan teknologi kerja dinamis biasanya akan menimbulkan suatu bentuk komunikasi yang terbuka dengan disertai oleh kreativitas yang baik. c. Kebijakan dan praktek manajemen yaitu dimana para manajer yang banyak memberikan umpan balik, ekonomi serta identitas tugas pada karyawan ternyata sangat membantu untuk terciptanya suatu iklim organisasi yang baik dan bertanggung jawab pada sasaran organisasi. 2.5 Kinerja Karyawan 2.5.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan performance atau unjuk kerja. Karyawan yang memiliki level kinerja yang tinggi merupakan karyawan yang produktivitas kerjanya tinggi, begitupun sebaliknya, karyawan yang memiliki level kinerja tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka karyawan tersebut merupakan karyawan yang tidak produktif. Penilaian kinerja merupakan salah satu tugas penting bagi perusahaan untuk mengetahui lebel kinerja karyawan yang dimilikinya. Menurut Suwarto (2014:3) kinerja adalah suatu proses yang berkesinambungan dari pengidentifikasian, pengukuran dan pengembangan kinerja perorangan, kelompok dan organisasi, serta pelurusan kinerja sesuai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 dengan tujuan strategis organisasi. Merujuk definisi tersebut, terdapat dua komponen yaitu proses yang berkesinambungan dan pelusuran kinerja sesuai dengan tujuan strategis organisasi.22 a. Proses berkesinambungan. Kinerja berjalan berkelanjutan, mencakup proses pencanangan maksud dan tujuan yang tidak pernah berakhir, proses pengamatan kinerja, proses untuk member dan menerima umpan balik. b. Pelusuran kinerja sesuai dengan tujuan strategis organisasi. Manajemen kinerja meminta agar para manajer memastikan bahwa output dan aktivitas para karyawannya searah dengan tujuan strategi organisasi, sehingga akan dapat membantu organisasi untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif. Oleh sebab itu, manajemen kinerja merupakan mata rantai langsung antara kinerja karyawan dan tujuan organisasi, dan keberadaannya dapat menumbuhkan sumbangsih karyawan kepada organisasi secara nyata. Wilson Bangun (2012:231) mendefinisikan kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan (job standard)23. Sedangkan menurut Mathis & Jackson (2010:78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan, yang mempengaruhi seberapa banyak mereka 22 M.S Suwarto, F.X. Perilaku Keorganisasian. (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2014) hal.3. 23 Wilson Bangun. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga. 2012) hal.231. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 member kontribusi kepada organisasi yang antara lain: kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, dan kehadiran di tempat kerja24. Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan turut menunjukan organisasi sebagai suatu wadah peningkatan produktivitas kerja. Kedudukan strategis untuk meningkatkan produktivitas organisasi adalah karyawan, yaitu individu-individu yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2013:260) mengungkapkan bahwa: “Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).”25 Menurut Gomes (2003:142), kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu atau pada saat ini. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen 24 Mathis, L. Robert, Jhon, H. Jackson. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat, 2010) hal.78. 25 Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia. (Bandung:Mandar Maju. 2013) hal.260 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 kinerja yang baik agar para karyawan merasa adil dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya.26 2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut mangkunegara (2000), kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Gibson et al. (1995). Menyatakan kinerja adalah catatan terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu. Beberapa faktor yang berperan dalam kinerja antara lain adanya efektivitas keseimbangan antara pekerja dan lingkungan yang berada di dekatnya yang meliputi individu, sumber daya, kejelasan kerja dan umpan balik. Anggakara (2010) menyatakan bahwa kinerja mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan input, perilaku (proses), output dan outcome (nilai tambah/dampak). Demikian pula Amstrong dan Baron (1998) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil dari proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam upaya mencapai tujuan ada 2 faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:27 1. Faktor individu 26 Gomes, FC. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Andi. 2003) hal.142 27 Amstrong, Mitchel & Baron, A. Performance Management: The New Realities. Institute of Personnel and Development, New York. 1998 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 a. Faktor kepribadian yaitu kepercayaan diri, dimana semakin tinggi kepercayaan diri karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, maka semakin tinggi kinerja karyawan tersebut. b. Faktor motivasi, ketika seorang pemimpin mendorong karyawannya untuk suatu tujuan tertentu seperti pemberian insentif (Fred Luthans, 2006). c. Faktor kemampuan (skill) yaitu kemampuan atau keahlian karyawan dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan standar kerja di perusahaan. d. Faktor kepuasan kerja yaitu perasaan atau sikap karyawan terhadap pekerjaannya (Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008). 2. Faktor Organisasi a. Faktor gaya kepemimpinan yaitu faktor yang mendorong karyawan untuk berkomitmen pada organisasinya agar mempunyai kemauan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi tersebut dan membuang keinginan untuk berpindah (Cuk Budihardjo, 2008). b. Faktor tim kerja yaitu kualitas yang diberikan oleh rekan kerja. c. Faktor komunikasi organisasi yaitu suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain (Mifta Thoha, 2005). d. Faktor teknologi dan fasilitas yaitu dimana perusahaan menggunakan teknologi sesuai kebutuhan kerja karyawan dan memfasilitasi kebutuhan kerja karyawan (Fred Luthans, 2006). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 e. Faktor konteks organisasi yaitu dimana organisasi memberikan penghargaan kepada karyawan untuk mencoba memotivasi kinerja mereka dan mendorong loyalitas dan retensi (Fred Luthans, 2006). Agar mampu menunjukan kinerja yang produktif maka seorang karyawan harus memiliki ciri individu yang produktif, kinerja yang produktif harus ditumbuhkan dalam diri karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain: 1) Tindakan yang konstruktif 2) Kepercayaan diri 3) Rasa tanggung jawab 4) Pandangan ke depan 5) Mampu menyelesaikan persoalan 6) Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah 7) Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan 8) Kekuatan untuk menunjukan potensi diri 2.5.3 Langkah-langkah dalam Peningkatan Kinerja Dalam upaya peningkatan kinerja suatu organisasi, dibutuhkan upayaupaya konkrit yang harus dilakukan pihak manajemen. Langkah-langkah dalam peningkatan kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:22) sebagai berikut:28 28 Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005) hal.22. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan terus menerus melalui fungsi-fungsi bisnis. b. Mengidentifikasi masalah melalui pegawai c. Memperhatikan masalah yang ada 2. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan, untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa informasi antara lain: a. Mengidentifikasi masalah setepat mungkin b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan: - Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan - Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kerja. - Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin terjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri. - Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut. 2.5.4 Dimensi Kinerja Karyawan Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja karyawan secara individual maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan maka mengharapkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 kinerja organisasi akan semakin baik. Karakteristik atau kriteria kinerja karyawan menurut orang dapat berbeda-beda. Kriteria kinerja karyawan dapat ditentukan tergantung kondisi waktu, tempat atau pun visi dari masing-masing pemimpinnya. Kinerja seseorang dapat diukur berdasarkan karakteristik kinerja yang dihasilkan dari pekerjaannya. Menurut Gomes (2003:142) karakteristik kinerja meliputi:29 1) Quantity of Work Jumlah kerja yang dilakukan dalam satu periode yang ditentukan. 2) Quality of Work Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. 3) Job Knowledge Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan. 4) Creativeness Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. 5) Cooperation Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi. 6) Dependability 29 Gomes, FC. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi. (Yogyakarta. 2003) hal. 142 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 Kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. 7) Initiative Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. 8) Personal Qualities Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi. 2.6 Keterkaitan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan Blumenstock (1970) dalam buku Wayne, Pace dan Faules, menerangkan bahwa: “Iklim fisik mempengaruhi cara hidup kita: pakaian yang kita kenakan, makanan yang kita perlukan, rumah yang kita bangun, alat angkutan yang kita pergunakan, jenis tumbuhan dan hewan di kawasan tersebut. begitu juga dengan iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita, kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi”. Kemudian Face dan Faules (2005) mengatakan bahwa: “Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsure-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu-individu dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi komunikasi mempengaruhi cara kerja dan produktivitas anggota organisasi atau karyawan pada suatu organisasi atau perusahaan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Frantz (1988) dalam buku Wayne, Pace dan Faules bahwa “iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi”. Jika kita mengambil cara pandang dari sisi kinerja, Robert L, Mathis dan John H. Jakson (2001) “menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, di mana salah satu faktornya adalah hubungan mereka dengan organsiasi atau hubungan karyawan dengan perusahaan, yang menunjukkan bahwa bentuk hubungan tersebut merupakan iklim komunikasi organisasi”. Dan berdasarkan buku-buku diatas yang tealh disebutkan dan digunakan oleh penulis dalam membuat penelitian ini, maka diasumsikan bahwa Iklim Komunikasi Organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahan. Asumsi tersebut juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja yang mengatakan bahwa antara Iklim Komunikasi Organsiasi Terhadap Kinerja memang berpengaruh. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Penelitian-penelitian mengenai hubungan ataupun pengaruh antara iklim organisasi dengan kinerja karyawan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya: 1. Pincus D. (1986) meneliti 327 perawat rumah sakit, dengan Sembilan faktor komunikasi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi: informasi, relasional, dan informasi-relasional. Hasil penelitan menunjukan persepsi karyawan mengenai kepuasan dalam komunikasi organisasi berkorelasi signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja, meskipun korelasi antara kepuasan dalam komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja lebih kuat dibanding korelasi antara kepuasan dalam komunikasi organisasi dengan kinerja. Kontributor utama kedua korelasi tersebut adalah pengawas komunikasi (humas), iklim komunikasi, umpan balik personal dan komunikasi pada top manajemen. 2. Nur Fitri Kusumaningtias (2010) penelitian yang berjudul Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan Rumah Sakti Roemani Muhammadiyah Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, dimana unsur-unsur iklim organsiasi yang berhubungan dengan kinerja karyawan yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah, dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 3. Lili Wahyuni (2009) melakukan penelitian pada karyawan bagian akuntansi di perusahaan BUMN Provinsi Sumatera Barat yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan bagian akuntansi dengan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan sebagai variabel intervening. Beliau menjelaskan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja, dan komunikasi organisasi berpengaruh negative terhadap tekanan kinerja. 2.7 Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil penilaian kinerja karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa kinerja karyawan di PT Bank DKI Cabang Abdul Muis telah mengalami penurunan. Untuk meningkatkan kinerja karyawan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pada salah satu variabel yang mempengaruhi yaitu iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan tersebut. Dengan adanya identifikasi masalah ini, maka peneliti membuat perumusan masalahnya yaitu seberapa besar pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan di PT Bank DKI Cabang Abdul Muis. Dalam hal ini, iklim komunikasi organisasi merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu organisasi. Seperti yang dikatakan Pace dan Faules bahwa iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam berorganisasi. Sehingga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 mereka dapat menyimpulkan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. Ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen program secara keseluruhan, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja tersebut. Menurut Gomes terdapat 8 (delapan) karakteristik kinerja yaitu: kualitas, kuantitas, pengetahuan kerja, kreatifitas, dependability, inisiatif dan sikap. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merumuskan permasalahan ini dalam kerangkapemikiran yang digambarkan lebih lanjut pada Gambar 2.5 sebagai berikut: GAMBAR 2.5 KERANGKA PEMIKIRAN PENELITI Iklim Komunikasi Organisasi Kinerja (X2) (Y) Kepercayaan Pembuatan Keputusan Bersama Kejujuran Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi Pace & Faules http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kualitas Kuantitas Pengetahuan Kerja Kreatifitas Kerjasama Depandability Inisiatif Sikap Gomes 57 2.8 Perumusan Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang didasarkan atas teori yang relevan. Sedangkan Kerlinger yang didasarkan dalam Lijan Poltak Sinambelamenyebutkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang dirumuskan yang akan diuji kebenarannya melalui data empiric yang diperoleh. Bentuk rumusan hipotesis sama dengan bentuk rumusan masalah penelitian, yang terdiri dari deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Berikut penjabaran rumusan hipotesis yang dikemukakan oleh Sinambela: b. Hitpotesis deskriptif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri. c. Hipotesis komparatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif dimana variabel sama namun populasi atau sampelnya berbeda. d. Hipotesis asosiatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Berdasarkan pembagian rumusan hipotesis diatas, hipotesis penelitian kali ini menggunakan hipotesis asosiatif yang menyakan Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi (variabel X) terhadap Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis (variabel Y). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 2.8.1 Hipotesis Penelitian Ada pengaruh antara “Iklim Komunikasi Organisasi” dengan “Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis”. 2.8.2 Hipotesis Statistik Penelitian “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis” dengan menggunakan metode survei yang dilakukan terhadap seluruh karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis memiliki dua variabel. Variabel tersebut adalah pengaruh “Iklim Komunikasi Organisasi” sebagai variabel independen (X) dan “Kinerja Karyawan” sebagai variabel dependen (Y). Ho : Tidak terdapat pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis. Ha : Terdapat pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis http://digilib.mercubuana.ac.id/