BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia
akan terasa hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak ada yang
namanya komunikasi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila
masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan
manusia (baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi) dalam ilmu
komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.
Adapun para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang
mereka masing-masing yaitu diantaranya:
Menurut
Deddy
Mulyana,
komunikasi
organisasi/organizational
communication terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga
informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok.1
Gode Alexander menjelaskan dalam bukunya mengenai pengertian
komunikasi sebagai berikut: “It is a process that makes common to or several
what the monopoly of one or same” (komunikasi adalah suatu proses yang
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal.65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula dimonopoli oleh satu
atau beberapa orang).2
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi,
Teori dan Praktek, mengemukakan bahwa istilah “Komunikasi atau dalam
bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah sama makna.3
Definisi yang dikemukakan Berger dan Chaflee cukup memadai untuk
menerangkan
berbagai
konteks
komunikasi,
bahkan
termasuk
untuk
menerangkan produksi, pemrosesan, efek atau sistem signal didalam
komunikasi
antar pribadi,
komunikasi
organisasi,
komunikasi
massa,
komunikasi kelompok, komunikasi politik, komunikasi pendidikan.4
Menurut Onong Uchjana Effendy istilah komunikasi juga dipergunakan
untuk menunjukan tiga bidang studi yang berbeda yaitu “proses komunikasi,
pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Proses
komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang”.
Jadi, kalau dua orang dalam komunikasi maka percakapan mereka
dikatakan komunikatif bila keduanya saling mengerti bahasa yang digunakan,
2
Gode Alexander, What is Communication, Journal of communication (Jakarta, 1969) hal.5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal: 9
4
Charles R Berger and Steven H Chaflee, Human Behaviour an Inventary of Scientific Finding (New
York, 1983) hal: 17
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Selain itu komunikasi
juga bersifat persuasive. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam
percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna, hal ini berarti,
mengerti bahasa saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa
itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif
apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti
makna dari bahasa yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya
dasariah, dalam arti kata komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan
komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dua tahu,
tetapi juga persuasive, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham
atau keyakinan melakukan suatu perbuatan, atau kegiatan dan lain-lain.
Definisi lainnya juga diungkapkan oleh Lasswell yang mengatakan bahwa
cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi lebih menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?. Paradigma tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meilputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu komunikator,
pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi berdasarkan paradigma Lasswell
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu5.
Komunikator
Pesan
Media
Komunikan
Efek
/Feedback
Gambar 2.1 Model Komunikasi Lasswell
Sumber : (Muhammad, 2011:6)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, komunikan
tadi dapat bertukar fungsi karena adanya timbal balik (feedback). Dengan kata
lain, komunikasi bersifat dua arah (two way communication), dimana
komunikasi memerlukan pemahaman yang sama antara perilaku komunikasi.
2. 1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh
melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang
dilakukan secara rasional dan sistematik. Sementara kebenarannya dapat diuji
dan digeralisasikan.
Schramm membedakan tujuan komunikasi menjadi tujuan informasional,
tujuan instruksional, tujuan persuasi dan menghibur. Menurut schramm proses
komunikasi informasional memerlukan enam langkah yang harus dilalui, yakni:
1. Menarik perhatian
5
Arni Muhammad, Komuinikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2. Menjadikan pesan dapat diterima
3. Menjadikan pesan diintepretasikan seperti yang diinginkan komunikator
4. Informasi dapat disimpan untuk kemudian dipakai
5. Harus adanya aktivitas belajar sekitar penerimaan informasi (pada
komunikasi instruksional)
6. Hasil yang berupa pandangan yang dianjurkan oleh pembujuk (pada
komunikasi persuasi).
2.1.3 Komponen-Komponen Komunikasi
Dalam upaya mencapai komunikasi yang efektif dan berhasil mencapai
tujuan,
maka
komponen-komponen
dalam
proses
komunikasi
perlu
diperhatikan. Menurut Kotler, komunikasi terdiri dari komponen-komponen
berikut:
1. Pengirim (sender), yaitu pihak yang mengirim pesan
2. Pesan (message), merupakan gagasan atau ide yang disampaikan pengirim
kepada penerima untuk tujuan tertentu.
3. Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan
4. Media (media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan
kepada sasaran yang dituju.
5. Pengkodean (encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam
symbol. Symbol dapat berupa kata lisan maupun lisan, isyarat dan lainnya
ke dalam mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
6. Penerjemah (decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan
unutk menerjemahkan arti symbol yang dikirim sender.
7. Tanggapan (response), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan\
8. Umpan balik (feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan
kembali kepada pengirim pesan.
9. Gangguan (noises), yaitu gangguan yang tak terduga selama proses
komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan
yang berbeda dari yang dikirimkan.
2.2
Hubungan Masyarakat/Public Relations
2.2.1 Pengertian Public Relations
Dr. Rex Harlow dalam bukunya yang berjudul: A Model for PR
Education for Professional Practises yang dikeluarkan oleh Internasional
Public Relations Association (IPRA), setelah mengkaji lebih kurang dari 472
definisi Humas tersebut, maka definisi PR adalah fungsi manajemen yang khas
dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi
dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan
dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam persoalan/permasalahan, mampu
menanggapi opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan
memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan
dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Definisi PR yang diambil dari The British Institute of PR berbunyi:
a) “PR activity is management of communication between an organizations
and its publics”. (Aktifitas PR adalah mengelola komunikasi antara
organisasi dengan publiknya).
b) “PR practice is deliberate, planned and sustain effort to establish and
maintain mutual understanding between an organization and its publics”.
(Praktik PR adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk
membantu dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya).
Kegiatan PR adalah kegiatan komunikasi. Tetapi berbeda dengan jenis
kegiatan komunikasi lainnya, kegiatan komunikasi dalam PR mempunyai cirriciri tertentu, disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga dimana PR
berada dan berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang
menjadi sasaran, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya
yang bersifat khas, ciri yang hakiki dari komunikasi PR bersifat timbal baik.
Dalam pengertian teoritis, PR merupakan bidang salah satu bidang ilmu
komunikasi praktis, yaitu penerapan ilmu komunikasi pada suatu organisasi
usaha atau perusahaan yang dalam melaksanakan fungsi manajemen untuk
mencapai tujuan tertentu.
Para ahli terkenal juga telah mengambil definisi yang telah dianggap
terbaik dari definisi-definisi PR:
Definisi J.C. Seidel PR Director, Division of Housing, State of New York
berbunyi:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
“PR is the continuing process by which management endeabors to obtion
goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at
large, inwardly through self analysis and correction, outwardly through all
mens of espression”.6
Yang mengandung arti PR adalah proses continue dari usaha-usaha
manajemen, pegawainya dan publik umumnya, kedalam dengan mengadakan
analisis dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan
mengadakan pernyataan-pernyataan).
Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa PR yaitu
suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill,
kepercayaan, penghargaan dari publik terhadap perusahaan khususnya dan
masyarakat umum, sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan
bagi kelangsungan hidup badan lembaga tersebut.
“Pengertian PR yang lain adalah semua bentuk komunikasi terencana,
baik kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
pada saling pengertian utama”. PR yang baik justru memusatkan usahanya
untuk memberi saran-saran kepada manajemen puncak supaya menerapkan
berbagai program yang positif dan mengurangi praktik-praktik buruk, sehingga
publikasi negatif dapat dicegah.
6
A. Waris Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2001)
hal.24-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.2.2 Fungsi PR
Menurut Sulaksana Uyung, ada lima (5) fungsi utama PR adalah:
1) Hubungan dengan pers : yang dimaksud adalah PR harus bisa menyajikan
berita dan informasi tentang perusahaan dengan cara positif.
2) Publisitas
produk:
mensponsori
berbagai
program
yang
dapat
mempublikasikan produk tertentu.
3) Komunikasi korporat: meningkatkan kesepahaman organisasi melalui
komunikasi internal (komunikasi terhadap pihak manajemen dan karyawan)
dan komunikasi eksternal (komunikasi dengan publiknya.
4) Lobi: yang dimaksudkan disini adalah PR harus mampu menjalin hubungan
erat dengan para peneliti kebijakan dan kalangan legislative untuk
mendukung atau justru menggagalkan peraturan dan undang-undang
tertentu.
5) Konseling : memberi saran manajemen tentang isu-isu publik dan bagaimana
seharusnya menyikapi serta tentang citra perusahaan.
Meskipun mempunyai fungsi-fungsi seperti diatas, tujuan utamanya
adalah menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya. Hubungan
baik tersebut bukan semata-mata demi kepentingan perusahaan saja melakukan
untuk keuntungan kedua belah pihak, peerusahaan menikmati keuntungan dan
manfaat dari hubungan yang baik itu publik pun menikmati keuntungan dan
manfaat dari hubungan baik tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.2.3 Pendekatan/Strategi PR
Salah satu fungsi PR adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif
dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat Humas
atau PR Officer dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan
tujuan bersama. Fungsi tersebut daapt diwujudkan melalui beberapa aspekaspek pendekatan atau strageti PR (Ruslan Rosady, 2002, hal 142): 7
1) Strategi operasional
Melalui
pelaksanaan
program
Humas/PR
yang
dilakukan
dengan
pendekatan kemasyarakatan (sociology approach), melalui mekanisme
sosial cultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik
atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca
dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa. Artinya pejabat
Humas/PR mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar
(listening), dan bukan sekedar mendengar mengenai aspirasi yang ada
dalam masyarakat, baik mengenai etika, moral, maupun nilai-nilai
kemasyarakatan yang dimuat.
2) Pendekatan persuasive dan edukatif
Fungsi Humas/PR adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik)
dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya
yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan maupun dengan
7
Ruslan Rosady, Kiat & Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), hal.142
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
melakukan pendekatan persuasive agar tercipta saling pengertian,
menghargai pemahaman toleransi dan lain sebagainya.
3) Pendekatan tanggung jawab sosial Humas/PR
Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai bukan ditujukan untuk mengambil keputusan sepihak dari
publik sasarannya (masyarakat) namun untuk memperoleh keuntungan
bersama.
4) Pendekatan kerjasama
Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan
berbagai kalangan baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun
hubungan ke luar (external relations) untuk meningkatkan kerjasama.
Humas/PR berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya
agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakan (publik sasaran).
5) Pendekatan koordinatif dan integrative
Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi PR dalam arti
sempit hanya mewakili lembaga dan instansi yang di naunginya. Oleh sebab
itu setiap perencanaan program PR harus di koordinasikan oleh pihak
managerial organisasi atau instansi yang di naunginya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.3 Komunikasi Organisasi
2.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu
organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran
komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi disebut komunikasi
organisasi. Komunikasi organisasi ini tentu akan berhubungan dengan suasana
dan hubungan kerja di dalam organisasi tersebut.
Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan
Komunikasi Organisasi, Schein (1982) dikutip dalam buku Komunikasi
Organisasi, Arni Muhammad, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu
koordinasi rasional kegiatan sejumlah untuk mencapai beberapa tujuan umum
melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung
jawab.8
Selanjutnya Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh Deddy Mulyana,
mengatakan bahwa “Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu”. Suatu organisasi terdiri dari
8
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal.24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarki antara yang satu dengan yang
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang
menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu
pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara anggota-anggota
suatu organisasi. Analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas
banyak transaksi yang terjadi secara simultan.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi dan pemindahan meaning atau arti di dalam suatu
organisasi. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung
satu sama lain secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan9.
2.3.2 Penggolongan Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam organisasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal merupakan komunikasi
yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, yakni antara pimpinan dengan
karyawan, ataupun antara karyawan dengan karyawan lainnya. Sedangkan
komunikasi eksternal lebih kepada komunikasi antara organisasi dengan
9
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi: (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal.66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
lingkungan luar organisasi. Berikut akan dijelaskan lebih dimensi-dimensi
komunikasi dalam organisasi10.
1) Komunikasi internal
Lawrence mendefinisikan komunikasi internal sebagai:
“Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam
suatu perusahaan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan tersebut
lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara
horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan
berlangsung”.
Organisasi sebagai kerangka kekaryaan menunjukkan adanya pembagian
tugas antar orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklarifikasikan
sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Komunikasi internal
meliputi berbagai cara yang dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
b. Komunikasi Personal
Komunikasi personal adalah komunikasi antara dua orang dapat
berlangsung secara tatap muka dan juga bermedia. Komunikasi personal
tatap muka berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga
terjadi kontak pribadi, yang biasa disebut komunikasi antar personal
(interpersonal communication). Sedangkan komunikasi personal bermedia
adalah
komunikasi
dengan
menggunakan
alat
seperti
memorandum, dan lain-lain.
10
Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: Remadja Karya.2001) hal.50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
telepon,
23
Komunikasi antar personal (interpersonal communication) karena
situasinya tatap muka, oleh para ahli komunikasi dianggap sebagai jenis
komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku
seseorang.
c. Komunikasi Kelompok (group communication)
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi kelompok ini
dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok
besar. Pembagian kelompok ini lebih didasarkan pada ciri dan sifat
komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi.
Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara seorang manajer
dengan
sekelompok
karyawan
yang
memungkinkan
terdapatnya
kemampuan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara
verbal. Jadi, dalam komunikasi kelompok kecil si pemimpin tadi dapat
melakukan komunikasi antar personal dengan salah seorang peserta
kelompok. Sedangkan komunikasi kelompok besar adalah kelompok
komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi
komunikasi, hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, dalam komunikasi kelompok
besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog
dengan komunikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur
secara timbal balik, yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan
dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
pada umumnya bersifat informative, yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga khalayak merasa ada keterlibatan. Sedangkan komunikasi khalayak
kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.11
2.3.3 Arah Aliran Informasi dalam Komunikasi Internal Organisasi
Komunikasi organisasi akan dapat berjalan efektif apabila arus dalam
penyampaian pesannya juga diperhatikan. Dalam sub bab ini penulis akan
mencoba menguraikan arus penyampaian pesan dalam komunikasi organisasi.
Dalam komunikasi organisasi, terdapat tiga tipe komunikasi yaitu komunikasi
vertical, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Komunikasi vertical
terdiri atas komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. Informasi yang
berpindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada
orang lain yang otoritasnya lebih tinggi disebut komunikasi ke atas.
Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang informasinya bergerak
di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya,
11
Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: Remadja Karya.2001) hal.50-51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
sedangkan komunikasi diagonal, informasinya bergerak di antara orang-orang
dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya, sedangkan komunikasi
diagonal, informasinya bergerak di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang
tidak menjadi atasan atau bawahan yang satu dengan yang lainnya dan mereka
menempati bagian fungsional yang berbeda. Gambar 2.3 di bawah
menunjukkan keempat arah aliran informasi dalam organisasi. 12
Presiden
Direktur
Komunikasi
ke bawah
Komunikasi
ke atas
Wakil Presiden
Direktur
Manajer
Departemen
Kepala
Seksi
Manajer
Departemen
Kepala
Seksi
Kepala
Seksi
Kepala
Seksi
Manajer
Departemen
Kepala
Seksi
Kepala
Seksi
Gambar 2.2 Empat Arah Komunikasi Organisasi
Sumber : Pace & Faules (2002:184)
12
Pace, Wayne and Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002) hal.183-184
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ini terjadi dalam aliran pesan hierarki struktur organisasi berasal
dari atas ke bawah. Ciri dari komunikasi ini terletak pada besarnya pengaruh
wewenang dan kekuasaan komunikator dalam kerangka membatasi dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan komunikasi. Oleh karena itu,
komunikasi ke bawah memiliki fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi,
inspirasi, dan evaluasi. Menurut Muhammad. Komunikasi ke bawah dapat
diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu:13
a. Instruksi tugas
Pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan
dilakukan dan bagaimana melakukannya.
b. Rasional
Pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan
aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif
organisasi. Kuantitas dan kualitas pesan rasional ini ditentukan oleh
asumsi
atasan
mengenai
bawahannya.
Jika
atasan
menganggap
bawahannya pemalas, maka atasan memberikan pesan yang bersifat
rasional ini sedikit. Akan tetapi, jika atasan menganggap bawahannya,
ialah orang yang rajin dan dapat memotivasi diri sendiri, maka biasanya
atasan memberikan pesan yang bersifat nasional ini banyak.
13
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal.108-109
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
c. Ideologi
Pesan yang merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional,
penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif
organisasi. Sedangkan pada pesan ideology, lebih ke mencai sokongan
dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral
dan motivasi.
d. Informasi
Pesan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktik-praktik, organisasi, peraturan-peraturan organisasi, kebiasaan dan
data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi maupun rasional.
e. Balikan
Pesan berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan
pekerjaannya. Pesan balikan dalam hal dapat berupa teguran dari atasan
kepada bawahan. Karena dianggap kinerja bawahan kurang memuaskan.
2.
Komunikasi ke atas
Aliran komunikasi ke atas mengalir dari hirarki wewenang yang lebih
rendah ke yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah
memberikan balikan, saran dan mengajukan pertanyaan. Menurut Pace &
Faules, komunikasi ke atas berfungsi sebagai berikut:14
14
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal. 117
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
a. Supervisor dapat mengetahui kapan bawahan siap untuk diberi
informasi
b. Memberikan informasi yang berharga bagi pembuat keputusan
c. Memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi
dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan,
mengajukan ide-ide dan saran-saran mengenai keberlangsungan
organisasi.
d. Mendorong
desas-desus
mencul
dan
membiarkan
supervisor
mengetahuinya.
e. Supervisor dapat mengetahui apakah bawahan menangkap dan
memahami pesan yang disampaikan dari arus informasi ke bawah.
f. Membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan dan
memperkuat keterlibatan karyawan dalam tugas-tugas organisasinya.
Komunikasi ke bawah dan ke atas seperti yang telah dijelaskan di
atas termasuk dalam komunikasi vertikal. Komunikasi dua arah secara
timbal balik, yakni dari pimpinan ke bawahan dan juga sebaliknya, sangat
penting dalam organisasi, karena roda organisasi tidak akan berjalan
dengan baik jika hanya satu arah saja yang berjalan, yakni hanya dari
pimpinan ke bawahan. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau
saran dari para bawahan. Untuk memperoleh kejelasan mengenai hubungan
komunikatif yang bagaimana yang sebaiknya antara pimpinan dengan
bawahan, dapat digunakan konsep yang dikembangkan oleh Profesor Harry
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Ingham, yang biasa dikenal sebagai Johari Window. Berdasarkan konsep
tersebut, sikap manusia dapat digambarkan secara skematis, seperti terlihat
pada tabel 2.1 berikut:15
TABEL 2.1
MODEL PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI JOHARI
WINDOW
I
II
AREA OF FREE ACTIVITES
Known by ourselves and known by
other
III
BLIND AREA
Known by others but not known
by ourselves
IV
Known by ourselves but not known
Not known by ourselves and not
by others
known by others
Sumber : Effendy (1984:157)
Area I, yakni area of free activities atau bidang kegiatan bebas.
Bebas disini maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain. hal ini
menunjukkan adanya keterbukaan atau tidak ada yang disembunyikan
antara individu dengan individu lainnya. Area II, yakni blind area atau
bidang buta. Bidang ini menggambarkan bahwa perbuatan seseorang
diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang
dilakukan. Area III, yaitu hidden area atau bidang tersembunyi. Area III
ini merupakan kebalikan dari area II, yakni bahwa yang dilakukan
seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, tetapi orang lain
15
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remadja Karya. 1984) hal.156-158
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
tidak dapat mengetahuinya. Hal ini berarti orang tersebut bersikap
tertutup, dan merasa apa yang ia kerjakan tidak perlu diketahui oleh orang
lain. area IV ialan unknown area atau bidang tak dikenal. Area ini
menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya
sendiri maupun oleh orang lain.
Seorang pimpinan yang baik akan berusaha memperluas area I,
karena semakin luas bidang ini akan semakin terjalin hubungan
komunikasi yang sehat, terbuka, dan timbal balik. Dalam hal ini,
pemimpin bersedia menerima saran bahkan kiritk dari bawahan.
Komunikasi vertikal dari komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas.
3.
Komunikasi Horizontal
Tipe
komunikasi
komunikasi
berikutnya
ialan
komunikasi
horizontal mengalir melintasi
horizontal.
berbagai
fungsi
Aliran
dalam
organisasi. Bentuk komunikasi ini diperlukan untuk mengkoordinasi dan
mengintegrasikan berbagai fungsi dalam organisasi. Komunikasi horizontal
terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam
unit kerja yang sama.
4.
Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal yang dapat disebut sebagai komunikasi lintas saluran
merupakan arus komunikasi yang mengalir melintasi fungsi dan tingkatan
dalam organisasi, serta penting dalam situasi di mana anggota tidak dapat
berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, ataupun horizontal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Komunikasi ini terjadi sebagaimana adanya struktur organisasi terdapat
berbagai fungsi, divisi ataupun departemen menjalankan tugas dan
kewajibannya perlu berkomunikasi dengan pihak-pihak yang ada di luar
divisi atau departemennya. Hal tersebut dikarenakan organisasi merupakan
kumpulan dari berbagai sub sistem yang saling ketergantungan satu sama
lainnya, sehingga tidak dapat bekerja secara sendiri-sendiri melainkan
perlu adanya kerjasama dari tiap-tiap sub sistem agar tujuan dari organisasi
dapat tercapai.
2.3.4 Efektifitas Komunikasi Organisasi
Komaruddin mengungkapkan bahwa efektifitas adalah suatu keadaan
yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegaiatan manajemen dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi, jika seseorang melakukan
perbuatan dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila
sasaran atau tujuan dapat tercapai efektif apabila proses kegiatan itu waktunya
singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target.16
Menurut Suranto Aw, komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu
proses komunikasi itu pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat
diterima dan dimengerti oleh komunikan persis seperti yang dikehendaki oleh
komunikator, dengan demikian dalam komunikasi itu komunikator berhasil
16
Komarudin. Ensiklopedia Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara. 1994) hal.294
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
menyampaikan pesan yang dimaksudkannya sedang komunikan berhasil
menerima dan memahaminya.17
Aktivitas organisasi sangat bergantung pada keefektifan komunikasi di
dalam suatu organisasi. Efektifitas komunikasi ini dapat diukur dengan
menggunakan variabel profil komunikasi organisasi. Profil komunikasi
organisasi menjabarkan informasi dalam delapan variabel komunikasi. Profil
komunikasi organisasi menyediakan cara bagi anggota organisasi untuk
melaporkan seberapa jauh kepuasan para anggota organisasi terhadap
organisasi, jenis iklim komunikasi organisasi apakah yang terdapat dalam
organisasi, dan gambaran budaya organisasi. Dalam suatu organisasi terdapat
arus informasi tersebut dapat dilihat dari bagaimana kemudahan dalam
aksesbilitas komunikasi, kualitas media dalam penyampaian informasi tersebut,
beban informasi yang disampaikan, ketelitian dalam penyampaian informasi
dan ketepatan dalam proses penyebaran informasi.
Dari
kualitas
arus
informasi tersebut, dapat terlihat bagaimana iklim komunikasi yang tersedia
dalam organisasi, dan iklim komunikasi organisasi tersebut pada akhirnya akan
mencerminkan budaya dari organisasi tersebut. Gambar 2.4 melukiskan
variabel-variabel komunikasi serta hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.
17
Suranto, AW. Komunikasi Perkantoran: prinsip komunikasi untuk meningkatkan kinerja perkantoran.
(Yogyakarta: Media Wacara, 2005) hal.80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
GAMBAR 2.3
MODEL VARIABEL PROFIL KOMUNIKASI ORGANISASI
Budaya
Organisasi
Informasi
Iklim
Kepuasan
terhadap
organisasi
Aksesibilitas
Komunikasi
Beban
Kualitas
Media
Ketepatan
Penyebaran
Ketelitian
Makna
Variabel yang diukur oleh profil komunikasi organisasi didefinisikan sebagai
berikut:18
1. Kepuasan Organisasi
Persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan
pekerjaan yang diberikan, kepenyeliaan, upah dan keuntungan, promosi
dan rekan sejawat. Menurut Goldhaber dalam bukunya mengungkapkan
bahwa hubungan antara iklim komunikasi dan kepuasan kerja bersifat
18
Pace, Wayne and Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002) hal.497-499
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
positif, artinya semakin baik iklim komunikasinya, semakin besar pada
tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Hasil penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan antara iklim, komunikasi dengan
kepuasan kerja, bahwa bila perusahaan mengingingkan karyawan
menghasilkan pekerjaan demi kemajuan perusahaan, karyawan harus
memiliki sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam mendukung
pekerjaan.
Kepuasan organisasi dapat diukur dengan melihat:
a. Kepuasan kerja, yakni persepsi tentang seberapa jauh anggota
organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan
kondisi lingkungan perusahaan.
b. Kepuasan penyeliaan atau supervisi, yakni persepsi tentang seberapa
jauh anggota organisasi merasa puas dengan sistem kepengawasan dan
kepenyeliaan.
c. Kepuasan upah dan keuntungan, yakni persepsi tentang seberapa jauh
anggota organisasi merasa puas dengan gaji, tunjangan , dan fasilitas
yang diterima.
d. Kepuasan penilaian prestasi, promosi, dan peluang kerja, yakni
persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan
sistem penilaian promosi, dan kesempatan dalam memperoleh peluang
dalam bekerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
e. Kepuasan pada rekan sejawat, yakni persepsi mengenai seberapa jauh
anggota organisasi merasa puas dengan hubungannya dengan sesama
rekan kerja (Kriyantono, 2006:312).
2. Iklim Komunikasi
Persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa
organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka, menaruh perhatian, dan
secara aktif meminta pendapat karyawan, serta memberi penghargaan atas
standar kinerja yang baik.
3. Kualitas Media
Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh penerbitan petunjuk
tertulis, laporan dan media lainnya dinilai menarik, tepat, efisien, dapat
dipercaya.
4. Aksesibilitias Informasi
Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh informasi tersedia
dari berbagai sumber dalam organisasi. Organisasi yang baik akan
menyediakan akses informasi yang cukup dan memenuhi kebutuhan
karyawan, serta karyawan diberikan kemudahan dalam mengakses
informasi yang dibutuhkan. Katz dan Kahn (dalam Mitchell dan Larson
1987:296) menyebutkan ada lima jenis informasi yang dapat diakses dari
atasan oleh para bawahannya, yaitu:
a. Job Instruction. Directives stating what should be done and/or how to
do it.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
b. Job rationale. Information designed to procedure an understanding of
the task and its relationship to other organizational task.
c. Procedures and practices. Information about regulations, policies, and
benefits.
d. Performance feed back. Information about how well an individual
group, or organizational unit is performing.
e. Indoctrinations of goals. Information of an ideological nature design
to inculcate a sense of mission.
5. Penyebaran Informasi
Persepsi anggota organisasi mengenai seberapa jauh pesan disebarkan
melalui sebuah organisasi. Penyebaran informasi merupakan salah satu
hal penting dalam proses komunikasi organisasi. Jika penyebaran
informasi berjalan dengan baik, berarti informasi yang dibutuhkan dalam
mendukung pekerjaan terpenuhi, sehingga proses kerja dalam organisasi
dapat berjalan dengan baik.
6. Beban Informasi
Persepsi anggota organisasi sehubungan dengan seberapa jauh anggota
organisasi merasa sudah menerima informasi yang lebih banyak atau
lebih sedikit daripada yang ditangani atau yang diperlukan agar berfungsi
secara efektif. Bebas informasi berkaitan dengan kecukupan informasi.
Kelebihan informasi, kekurangan informasi, dan kelewatan informasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
7. Ketepatan Pesan
Persepsi anggota organisasi mengenai informasi yang anggota organisasi
ketahui tentang suatu pesan tertentu dibandingkan dengan jumlah
informasi sesungguhnya di dalam pesan tersebut. ketepatan dalam
komunikasi berkenaan dengan kecermatan pesan.
8. Budaya Organisasi
Persepsi anggota organisasi mengenai nilai kunci dan konsep bersama
yang membentuk citra anggota organisasi terhadap organisasi.
Semua variabel profil komunikasi organisasi dapat mengidentifikasikan
apakah komunikasi organisasi berjalan efektif atau tidak. Dalam menciptakan
motivasi karyawan yang berkaitan dengan komunikasi organisasi, maka harus
disampaikan bagaimana seharusnya informasi disampaikan kepada karyawan.
2.4
Iklim Komunikasi Organisasi
2.4.1 Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai definisi komunikasi
organisasi yaitu sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarki
antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Salah satu tantangan terbesar komunikasi organisasi adalah proses yang
berkaitan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan
berpengaruh pada aliran informasi.
Setiap organisasi atau perusahaan memiliki cara tersendiri dalam
menyajikan usahanya. Oleh karena itu, suatu organisasi mempunyai iklim
berbeda dengan organisasi lainnya. Iklim dapat bersifat menekan, netral atau
dapat pula bersifat mendukung, tergantung bagian mengaturnya, karena itu
setiap organisasi selalu mempunyai iklim kerja yang unik.
Payne dan Pugh (dalam Muhammad, 2007:82) mendefinisikan iklim
organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilainilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu
sistem sosial. Kemudian Hillriefer dan Slocum (Jablin, 1987) mengemukakan
definisi iklim organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam
organisasi. Mereka mengatakan ikim organisasi adalah suatu set atribut
organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi,
yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subisistem, terhadap
anggota dan lingkungannya.19
Iklim Komunikasi menurut Arni (2007:85) ada hubungan yang sirkuler
antara iklim organisasi dengan iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi
mengarahkan pada perkembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim
organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi
bertingkah
19
laku
dan
berkomunikasi.
Iklim
komunikasi
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal.82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
penuh
39
persaudaraan mendorong para anggota yang lain. Sedangkan iklim yang
negative menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan
penuh rasa persaudaraan. 20
Menurut Rodding yang dikutip oleh Pace dan Faules, iklim komunikasi
organisasi sebagai fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk
menunjukkan
kepada
anggota
organisasi
bahwa
organisasi
tersebut
mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko,
mendorong mereka dan memberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugastugas mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang
organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi
yang dapat dan terus terang dari anggota organisasi serta aktif memberi
penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat
bahwa keterlibatan mereka penting bagi kepuasan-kepuasan organisasi dan
menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan.
Guzley dalam Pace dan Faules menyatakan keputusan-keputusan yang
diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara
efektif untuk meningkatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur
dalam bekerja,untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat,
tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasasn inovatif bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya, semuanya ini dipengaruhi oleh
iklim komunikasi, iklim yang negatif dapat benar-benar merusak keputusan
20
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal.85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
yang dilihat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan
berpartisipasi untuk organisasi.
Dilihat dari definisi yang ada, maka jelas terlihat bahwa iklim komunikasi
organisasi merupakan hal yang harus dipikirkan dan tidak boleh dianggap
remeh. Dan seperti yang dikatakan Pace dan Faules bahwa iklim komunikasi
memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk
mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam berorganisasi. Sehingga
mereka dapat menyimpulkan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi
mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja pegawai
dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan
mendukung komitmen pada organisasi.
2.4.2 Dimensi Iklim Komunikasi Organisasi
Untuk menganalisasi iklim komunikasi di suatu organisasi, Pace dan
Faules mengemukakan ada enam faktor besar yang bisa digunakan untuk
menganalisis masalah tersebut, yaitu:21
1.
Kepercayaan
Para anggota di setiap tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan
dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan
dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.
21
Pace, Wayne dan Faules, Don. Komunikasi Organisasi. (Bandung: PT Remaya Rosdakarya, 2002)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
2.
Pembuatan keputusan bersama
Para pegawai
di
semua tingkat
dalam
organisasi
harus diajak
berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua
wilayah kebijaksanaan organisasi, yang relevan dengan kebutuhan mereka
dan
diberi
kesempatan
berkomunikasi
dan
berkonsultasi
dengan
manajemen di atas mereka dengan tujuan agar mereka berperan serta dalam
proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
3.
Kejujuran
Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, agar para pegawai
mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa
mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan
atau atasan.
4.
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus
relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan
tugas
mereka,
yang
mempengaruhi
kemampuan
mereka
untuk
mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang atau bagian lain dari
dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin
dan rencana-rencananya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
5.
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saransaran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota di setiap
tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan
pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting
untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6.
Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu
komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi,
kualitas tinggi, biaya rendah dan menunjukkan perhatian besar kepada
anggota organisasi lainnya.
Iklim komunikasi organisasi yang lebih diminati adalah iklim komunikasi
yang mendukung dengan karakteristik sebagai berikut:
1.
Deskripsi : bahwa para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan
mereka pada persitiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi
referensi mengenai reaksi-reaksi emosional. Didalam deskripsi terdapat
dukungan dan kesediaan menerima tanggung jawab.
2.
Orientasi masalah : merupakan suatu penangkal strategi control dalam
suatu organisasi. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah dan tidak bersifat
mendikte pemecahan, namun mengajak orang lain untuk bersama-sama
menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
3.
Spontanitas : bertindak terus terang dan membuka rahasia kepada anggota
organisasi dimana orang-orang yang spontan berupaya mencegah perasaan
bertahan dengan berupaya berkata jujur terhadap orang lain.
4.
Empati suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami situasi dari
sudut pandang orang lain dengan cara turut merasakan perasaan orang lain.
oleh karena itu adanya pengenalan terhadap nilai, tingkah laku dan opini
orang lain akan memperkuat dan mendorong mereka untuk menyadari
bahwa mereka tidak sendirian.
5.
Kesamaan : menyatakan bahwa terdapat suatu ukuran rasa hormat tak
bersyarat terhadap orang lain dalam suatu organisasi. Terdapat upaya untuk
mengurangi perbedaan-perbedaan dalam kekuatan, kecakapan intelektual
dan sebagainya.
6.
Profesionalisme : merupakan cara pandang orang terhadap seperti terhadap
informasi yang serealistis-realistisnya dan berusaha untuk mengubah
pemikirannya juga situasi mengharuskannya.
Faktor yang mempengaruhi iklim organisasi Rasimin (2000) menyatakan
bahwa dalam usaha menciptakan suatu iklim organisasi yang sehat dalam
organisasi terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi yaitu:
a.
Struktur organisasi yang merupakan suatu ukuran besar kecilnya
organisasi juga memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat
kualitas iklim organisasi. Organisasi yang kecil biasanya lebih terbuka,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
hubungan antar anggota lebih dekat dan tergantung, sedangkan pada
organisasi yang lebih besar adalah sebaliknya.
b.
Teknologi yang digunakan dalam organisasi yang merupakan teknologi
kerja dinamis biasanya akan menimbulkan suatu bentuk komunikasi yang
terbuka dengan disertai oleh kreativitas yang baik.
c.
Kebijakan dan praktek manajemen yaitu dimana para manajer yang
banyak memberikan umpan balik, ekonomi serta identitas tugas pada
karyawan ternyata sangat membantu untuk terciptanya suatu iklim
organisasi yang baik dan bertanggung jawab pada sasaran organisasi.
2.5 Kinerja Karyawan
2.5.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan performance atau unjuk kerja. Karyawan yang
memiliki level kinerja yang tinggi merupakan karyawan yang produktivitas
kerjanya tinggi, begitupun sebaliknya, karyawan yang memiliki level kinerja
tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka karyawan tersebut
merupakan karyawan yang tidak produktif. Penilaian kinerja merupakan salah
satu tugas penting bagi perusahaan untuk mengetahui lebel kinerja karyawan
yang dimilikinya.
Menurut
Suwarto
(2014:3)
kinerja
adalah
suatu
proses
yang
berkesinambungan dari pengidentifikasian, pengukuran dan pengembangan
kinerja perorangan, kelompok dan organisasi, serta pelurusan kinerja sesuai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
dengan tujuan strategis organisasi. Merujuk definisi tersebut, terdapat dua
komponen yaitu proses yang berkesinambungan dan pelusuran kinerja sesuai
dengan tujuan strategis organisasi.22
a. Proses berkesinambungan. Kinerja berjalan berkelanjutan, mencakup proses
pencanangan maksud dan tujuan yang tidak pernah berakhir, proses
pengamatan kinerja, proses untuk member dan menerima umpan balik.
b. Pelusuran kinerja sesuai dengan tujuan strategis organisasi. Manajemen
kinerja meminta agar para manajer memastikan bahwa output dan aktivitas
para karyawannya searah dengan tujuan strategi organisasi, sehingga akan
dapat membantu organisasi untuk mendapatkan keuntungan
yang
kompetitif. Oleh sebab itu, manajemen kinerja merupakan mata rantai
langsung antara kinerja karyawan dan tujuan organisasi, dan keberadaannya
dapat menumbuhkan sumbangsih karyawan kepada organisasi secara nyata.
Wilson Bangun (2012:231) mendefinisikan kinerja (performance) adalah
hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan
pekerjaan (job requirement). Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu
untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai
standar pekerjaan (job standard)23. Sedangkan menurut Mathis & Jackson
(2010:78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan karyawan, yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
22
M.S Suwarto, F.X. Perilaku Keorganisasian. (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2014) hal.3.
23
Wilson Bangun. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Erlangga. 2012) hal.231.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
member kontribusi kepada organisasi yang antara lain: kuantitas output,
kualitas output, jangka waktu output, dan kehadiran di tempat kerja24.
Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung
utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia
yang berkualitas akan turut menunjukan organisasi sebagai suatu wadah
peningkatan produktivitas kerja. Kedudukan strategis untuk meningkatkan
produktivitas organisasi adalah karyawan, yaitu individu-individu yang bekerja
pada suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Sedarmayanti (2013:260) mengungkapkan bahwa:
“Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja
seorang pekerja sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya
secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan).”25
Menurut Gomes (2003:142), kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari
suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu atau pada saat ini.
Berdasarkan
uraian-uraian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kinerja
merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan
standar yang telah ditentukan. Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen
24
Mathis, L. Robert, Jhon, H. Jackson. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat, 2010)
hal.78.
25
Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia. (Bandung:Mandar Maju. 2013) hal.260
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
kinerja yang baik agar para karyawan merasa adil dan nyaman dalam
melaksanakan pekerjaannya.26
2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut mangkunegara (2000), kinerja adalah hasil kerja baik secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Gibson et al. (1995). Menyatakan
kinerja adalah catatan terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas
tertentu dalam periode waktu tertentu. Beberapa faktor yang berperan dalam
kinerja antara lain adanya efektivitas keseimbangan antara pekerja dan
lingkungan yang berada di dekatnya yang meliputi individu, sumber daya,
kejelasan kerja dan umpan balik.
Anggakara (2010) menyatakan bahwa kinerja mencakup variabel-variabel
yang berkaitan dengan input, perilaku (proses), output dan outcome (nilai
tambah/dampak). Demikian pula Amstrong dan Baron (1998) menyatakan
bahwa kinerja merupakan hasil dari proses kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dalam upaya mencapai tujuan ada 2 faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain:27
1. Faktor individu
26
Gomes, FC. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Andi. 2003) hal.142
27
Amstrong, Mitchel & Baron, A. Performance Management: The New Realities. Institute of Personnel and
Development, New York. 1998
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
a. Faktor kepribadian yaitu kepercayaan diri, dimana semakin tinggi
kepercayaan diri karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, maka
semakin tinggi kinerja karyawan tersebut.
b. Faktor motivasi, ketika seorang pemimpin mendorong karyawannya
untuk suatu tujuan tertentu seperti pemberian insentif (Fred Luthans,
2006).
c. Faktor kemampuan (skill) yaitu kemampuan atau keahlian karyawan
dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan standar kerja di perusahaan.
d. Faktor kepuasan kerja yaitu perasaan atau sikap karyawan terhadap
pekerjaannya (Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008).
2. Faktor Organisasi
a. Faktor gaya kepemimpinan yaitu faktor yang mendorong karyawan
untuk berkomitmen pada organisasinya agar mempunyai kemauan yang
kuat untuk menjadi anggota organisasi tersebut dan membuang
keinginan untuk berpindah (Cuk Budihardjo, 2008).
b. Faktor tim kerja yaitu kualitas yang diberikan oleh rekan kerja.
c. Faktor komunikasi organisasi yaitu suatu proses penyampaian dan
penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain (Mifta
Thoha, 2005).
d. Faktor teknologi dan fasilitas yaitu dimana perusahaan menggunakan
teknologi sesuai kebutuhan kerja karyawan dan memfasilitasi kebutuhan
kerja karyawan (Fred Luthans, 2006).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
e. Faktor konteks organisasi yaitu dimana organisasi memberikan
penghargaan kepada karyawan untuk mencoba memotivasi kinerja
mereka dan mendorong loyalitas dan retensi (Fred Luthans, 2006).
Agar mampu menunjukan kinerja yang produktif maka seorang karyawan
harus memiliki ciri individu yang produktif, kinerja yang produktif harus
ditumbuhkan dalam diri karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun
ciri-ciri tersebut antara lain:
1) Tindakan yang konstruktif
2) Kepercayaan diri
3) Rasa tanggung jawab
4) Pandangan ke depan
5) Mampu menyelesaikan persoalan
6) Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah
7) Memberi kontribusi yang positif terhadap lingkungan
8) Kekuatan untuk menunjukan potensi diri
2.5.3 Langkah-langkah dalam Peningkatan Kinerja
Dalam upaya peningkatan kinerja suatu organisasi, dibutuhkan upayaupaya konkrit yang harus dilakukan pihak manajemen. Langkah-langkah dalam
peningkatan kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:22) sebagai
berikut:28
28
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005) hal.22.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. Dapat dilakukan melalui tiga
cara yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan
terus menerus melalui fungsi-fungsi bisnis.
b. Mengidentifikasi masalah melalui pegawai
c. Memperhatikan masalah yang ada
2. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan, untuk memperbaiki keadaan
tersebut, diperlukan beberapa informasi antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah setepat mungkin
b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan:
- Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan
- Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan
yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kerja.
- Mengidentifikasikan
hal-hal
yang
mungkin
terjadi
penyebab
kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang
berhubungan dengan karyawan itu sendiri.
- Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab
kekurangan tersebut.
2.5.4 Dimensi Kinerja Karyawan
Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kinerja karyawan secara individual maupun secara
kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan maka mengharapkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
kinerja organisasi akan semakin baik. Karakteristik atau kriteria kinerja
karyawan menurut orang dapat berbeda-beda. Kriteria kinerja karyawan dapat
ditentukan tergantung kondisi waktu, tempat atau pun visi dari masing-masing
pemimpinnya. Kinerja seseorang dapat diukur berdasarkan karakteristik kinerja
yang dihasilkan dari pekerjaannya. Menurut Gomes (2003:142) karakteristik
kinerja meliputi:29
1) Quantity of Work
Jumlah kerja yang dilakukan dalam satu periode yang ditentukan.
2) Quality of Work
Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapannya.
3) Job Knowledge
Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.
4) Creativeness
Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5) Cooperation
Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota
organisasi.
6) Dependability
29
Gomes, FC. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi. (Yogyakarta. 2003) hal. 142
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian
kerja.
7) Initiative
Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar
tanggung jawabnya.
8) Personal Qualities
Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas
pribadi.
2.6
Keterkaitan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan
Blumenstock (1970) dalam buku Wayne, Pace dan Faules, menerangkan
bahwa: “Iklim fisik mempengaruhi cara hidup kita: pakaian yang kita kenakan,
makanan yang kita perlukan, rumah yang kita bangun, alat angkutan yang kita
pergunakan, jenis tumbuhan dan hewan di kawasan tersebut. begitu juga dengan
iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita, kepada siapa
kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan
kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai dan bagaimana
cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi”.
Kemudian Face dan Faules (2005) mengatakan bahwa:
“Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsure-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini
didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan
pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu-individu dan
mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi komunikasi
mempengaruhi cara kerja dan produktivitas anggota organisasi atau karyawan pada
suatu organisasi atau perusahaan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Frantz (1988)
dalam buku Wayne, Pace dan Faules bahwa “iklim komunikasi dapat menjadi salah
satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim
mempengaruhi usaha anggota organisasi”.
Jika kita mengambil cara pandang dari sisi kinerja, Robert L, Mathis dan John
H. Jakson (2001) “menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu
tenaga kerja, di mana salah satu faktornya adalah hubungan mereka dengan
organsiasi atau hubungan karyawan dengan perusahaan, yang menunjukkan bahwa
bentuk hubungan tersebut merupakan iklim komunikasi organisasi”.
Dan berdasarkan buku-buku diatas yang tealh disebutkan dan digunakan oleh
penulis dalam membuat penelitian ini, maka diasumsikan bahwa Iklim Komunikasi
Organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahan. Asumsi tersebut juga didukung
oleh penelitian-penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Iklim Komunikasi
Organisasi Terhadap Kinerja yang mengatakan bahwa antara Iklim Komunikasi
Organsiasi Terhadap Kinerja memang berpengaruh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Penelitian-penelitian mengenai hubungan ataupun pengaruh antara iklim
organisasi dengan kinerja karyawan telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya:
1. Pincus D. (1986) meneliti 327 perawat rumah sakit, dengan Sembilan faktor
komunikasi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi: informasi, relasional, dan
informasi-relasional. Hasil penelitan menunjukan persepsi karyawan
mengenai kepuasan dalam komunikasi organisasi berkorelasi signifikan
terhadap kepuasan kerja dan kinerja, meskipun korelasi antara kepuasan
dalam komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja lebih kuat dibanding
korelasi antara kepuasan dalam komunikasi organisasi dengan kinerja.
Kontributor utama kedua korelasi tersebut adalah pengawas komunikasi
(humas), iklim komunikasi, umpan balik personal dan komunikasi pada top
manajemen.
2. Nur Fitri Kusumaningtias (2010) penelitian yang berjudul Hubungan Iklim
Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan Rumah Sakti Roemani
Muhammadiyah Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, dimana unsur-unsur iklim
organsiasi yang berhubungan dengan kinerja karyawan yaitu kepercayaan,
pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan terhadap komunikasi
ke bawah, dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
3. Lili Wahyuni (2009) melakukan penelitian pada karyawan bagian akuntansi
di perusahaan BUMN Provinsi Sumatera Barat yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan
bagian akuntansi dengan komitmen organisasi dan tekanan pekerjaan
sebagai variabel intervening. Beliau menjelaskan bahwa komunikasi
organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja, dan komunikasi
organisasi berpengaruh negative terhadap tekanan kinerja.
2.7
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil penilaian kinerja karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul
Muis yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa
kinerja karyawan di PT Bank DKI Cabang Abdul Muis telah mengalami penurunan.
Untuk meningkatkan kinerja karyawan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
pada salah satu variabel yang mempengaruhi yaitu iklim komunikasi organisasi
terhadap kinerja karyawan tersebut. Dengan adanya identifikasi masalah ini, maka
peneliti membuat perumusan masalahnya yaitu seberapa besar pengaruh iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan di PT Bank DKI Cabang Abdul
Muis.
Dalam hal ini, iklim komunikasi organisasi merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam suatu organisasi. Seperti yang dikatakan Pace dan Faules bahwa
iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi
untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam berorganisasi. Sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
mereka dapat menyimpulkan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai
konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim
komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada
organisasi. Ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yaitu
kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada
tujuan berkinerja tinggi.
Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen program secara
keseluruhan, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja
tersebut. Menurut Gomes terdapat 8 (delapan) karakteristik kinerja yaitu: kualitas,
kuantitas, pengetahuan kerja, kreatifitas, dependability, inisiatif dan sikap.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merumuskan permasalahan ini dalam
kerangkapemikiran yang digambarkan lebih lanjut pada Gambar 2.5 sebagai berikut:
GAMBAR 2.5
KERANGKA PEMIKIRAN PENELITI
Iklim Komunikasi
Organisasi
Kinerja
(X2)
(Y)
 Kepercayaan
 Pembuatan Keputusan
Bersama
 Kejujuran
 Keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah
 Mendengarkan dalam
komunikasi ke atas
 Perhatian pada tujuan
berkinerja tinggi
Pace & Faules
http://digilib.mercubuana.ac.id/








Kualitas
Kuantitas
Pengetahuan Kerja
Kreatifitas
Kerjasama
Depandability
Inisiatif
Sikap
Gomes
57
2.8
Perumusan Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang didasarkan atas teori yang relevan. Sedangkan Kerlinger
yang didasarkan dalam Lijan Poltak Sinambelamenyebutkan bahwa hipotesis
merupakan jawaban sementara dari masalah yang dirumuskan yang akan diuji
kebenarannya melalui data empiric yang diperoleh. Bentuk rumusan hipotesis sama
dengan bentuk rumusan masalah penelitian, yang terdiri dari deskriptif (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan).
Berikut penjabaran rumusan hipotesis yang dikemukakan oleh Sinambela:
b.
Hitpotesis deskriptif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri.
c.
Hipotesis komparatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif dimana variabel sama namun populasi atau sampelnya berbeda.
d.
Hipotesis asosiatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
Berdasarkan pembagian rumusan hipotesis diatas, hipotesis penelitian kali ini
menggunakan hipotesis asosiatif yang menyakan Pengaruh Iklim Komunikasi
Organisasi (variabel X) terhadap Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul
Muis (variabel Y).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
2.8.1 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara “Iklim Komunikasi Organisasi” dengan “Kinerja
Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis”.
2.8.2 Hipotesis Statistik
Penelitian “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis” dengan menggunakan
metode survei yang dilakukan terhadap seluruh karyawan PT Bank DKI
Cabang Abdul Muis memiliki dua variabel. Variabel tersebut adalah
pengaruh “Iklim Komunikasi Organisasi” sebagai variabel independen
(X) dan “Kinerja Karyawan” sebagai variabel dependen (Y).
 Ho : Tidak terdapat pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis.

Ha : Terdapat pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan PT Bank DKI Cabang Abdul Muis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download