11 hambatan yang paling kecil dan mengakibatkan impedansi yang dihasilkan sangat kecil dibandingkan dengan penambahan konsentrasi yang lain. Dengan perbedaan konsentrasi ini, dimungkinkan oleh adanya batasan maksimum perbandingan polisulfon dan konsentrasi TiO2. Nilai impedansi dapat diperlihatkan pada Gambar 16, bahwa membran tersebut bersifat konduktif atau resistif yaitu dengan menentukan impedansi real dan impedansi imajiner yang disebut impedansi kompleks. Nilai impedansi mutlak dapat diperoleh dengan menentukan besarnya sudut fase terhadap variasi frekuensinya. Semakin besar frekuensinya maka sudut fase yang dihasilkan semakin kecil dan menghasilkan impedansi real besar serta imajinernya semakin kecil. Perolehan hasil eksperimen dari Gambar 16, pada konsentrasi 7% memiliki nilai impedansi kompleks yang paling tinggi. Dari seluruh grafik yang dihasilkan, Pada rentang frekuensi dibawah 10 kHz, nilai kapasitansi, loss coefficient, impedansi menurun dengan tajam dan diatas rentang 10 kHz hasilnya cenderung stabil tidak ada perubahan yang signifikan. Saran Para peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan kondisi lapisan tembaga pada plat kapasitor sudah tergores atau tidak, karena berkaitan dengan data pengukuran. Penelitian ini dapat dilakukan lebih lanjut pada membran polisulfon dengan penambahan konsentrasi TiO2 5% hingga 7%. Dalam pembuatan membran diharapkan dilakukan minimal 3 kali perulangan agar data yang diperoleh lebih akurat. Pengujiannya dapat dengan melakukan uji XRD, SEM, atau FTIR, karena pada konsentrasi 5% memiliki sifat listrik yang spesifik. DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan satuan yang digunakan bahwa untuk kapasitansi dan konduktansi berorde nano, dan besarnya impedansi berorde kilo ohm. Hal ini membran cenderung bersifat resistif. Untuk karakterisasi arus - tegangan, ketika diberikan inputan variasi tegangan berorde volt, arus yang dihasilkan pada membran dapat dikatakan relatif kecil karena besarannya berorde mikro. Arus-tegangan membran polisulfon diperlihatkan oleh grafik cenderung bersifat ohmic. Pada penambahan konsentrasi 5% memiliki arus paling besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lain termasuk dengan membran kontrol. Hal ini sesuai dengan nilai konduktansi yang dihasilkan pada konsentrasi 5% dengan pengukuran menggunakan LCR meter. Pada nilai kapasitansi membran polisulfon dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi maka kapasitansinya semakin menurun. Kurva yang menunjukan penurunan kapasitansi yang paling besar pada konsentrasi 5% dan loss coefficient yang paling besar yaitu pada konsentrasi 5%. Selanjutnya yaitu pada konduktansi, kurva yang menunjukan niai konduktansi yang paling besar juga pada konsentrasi 5%, dan pada konsentrasi 7% menghasilkan nilai impedansi yang paling besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. 1. Rahayu YS. Pengaruh pelarut terhadap berbagai karakteristik membran polisulfon [tesis]. Institut Teknologi Bandung. 2009. 2. Prihasa Novan. Magic box sebagai pereduksi polutan udara. 2009. http://novanprihasa.files.wordpress.com/ 2009/03/magic-box-sebagai-pereduksipolutan-udara.pdf. [25 November 2010]. 3. Rohman Saepul. Membran polisulfon sintetik. 2005. file:///I:/LITERATUR%20MEMBRAN/ Membran%20Polisulfon%20Sintetik%2 0-%20Majari%20Magazine.htm. [10 Maret 2010]. 4. AI Pratomo Heru. Pembuatan dan karakterisasi membran komposit polisulfon selulosa asetat untuk proses ultrafiltrasi. J Pendidikan Matematika dan Sains 2003; Ed ke-3. 5. Nuwair. Kajian impedansi dan kapasitansi listrik pada membran telur ayam ras [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 2009. 6. Wijayanti DL. Sintesis dan kajian sifat listrik membran kitosan dengan variasi kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas 11