BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian Teori
Dalam Teori Akuntansi Keuangan “Agency Theory” adanya asimetri
informasi ini menyebabkan kemungkinan munculnya konflik antara pihak principal
dan agent. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia, yaitu
(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Asimetri
informasi ini juga pada akhirnya dapat memberikan kesempatan bagi para manajer
untuk melakukan manajemen laba sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
pribadinya.
Konsep packing order theory menurut konsep yang pertama kali diuraikan
oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961 dengan penelitian yang berjudul Corporate
Debt Capacity: A Study of Corporate Debt Policy and Determination of Corporate
Debt Capacity. Pada konsep awalnya, dikemukakan bahwa perusahaan cenderung
mengutamakan (mendahulukan) pendanaan dari sumber internal guna membayar
deviden dan mendanai investasi, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan
dana dari sumber eksternal sebagai tambahannya. Pendanaan internal diperoleh dari
sisa laba atau laba ditahan dan arus kas dari penyusutan (depresiasi). Sedangkan
8
9
pendanaan eksternal dilakukan terutama dengan menerbitkan obligasi ketimbang
dengan penerbitan saham baru.
Pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984)
menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target debt to equity ratio
tertentu dan tentang hirarki sumber dana yang paling disukai perusahaan. Esensi teori
ini adalah adanya dua jenis modal, yaitu external financing dan internal financing.
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan
hutang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan
mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan external
financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (1) dana internal tidak
mencukupi, dan (2) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Alhasil
teori pecking order ini membuat hirarki sumber dana, yaitu dari internal dan
eksternal.
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana
yang cukup besar. Dana tersebut dapat diperoleh melalui pemilik perusahaan,
pemegang saham, maupun dari pinjaman atau hutang. Keputusan dalam hal
pendanaan perlu untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan agar penggunaan dana
tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan. “Berdasarkan sumbernya,
dana berasal dari sumber internal (internal financing) dan sumber eksternal
(external financing).” (Martono dan Agus Harjito, 2008:17).
10
Aktivitas bisnis menurut Hendra S. Raharja Putra (2009 : 212) adalah sebagai
berikut:
Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang tepat
merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan
keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal
yang minimal dengan hasil maksimal, khususnya dalam menciptakan nilai
perusahaan.
1. Pendanaan Eksternal
Sumber dana eksternal (external financing resources) menurut Rudianto
(2008 : 292) adalah :
merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya, danadana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan
diperoleh dari pihak-pihak lain diluar perusahaan. Dana dari eksternal dapat
berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. “Hutang adalah
kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang dimasa
mendatang kepada pihak lain, akibat traksaksi yang dilakukan dimasa lalu.
Contoh kasus hutang jangka pendek:
Perusahaan ABC membeli barang dagangan dengan harga Rp. 500.000,dengan syarat 2/10, n/30. Pencatatan transaksi diatas, bila didasarkan atas nilai bruto
dengan menggunakan metode fisik adalah sebagai berikut:
Keterangan
Pembelian
Hutang Usaha
(pembelian barang dagangan
kredit, syarat 2/10, n/30)
Debet
Rp. 500.000,-
Kredit
Rp. 500.000,-
secara
Bila pelunasan dilakukan dalam jangka 10 hari atau kurang, jurnal untuk mencatat
transaksi pelunasan sebagai berikut:
Hutang Usaha
Kas
Pot. Pembelian
(pelunasan hutang dalam masa potongan)
Rp. 500.000,Rp. 490.000,Rp. 10.000,-
11
Contoh kasus hutang jangka panjang:
Tanggal 1 Agustus 2009, PT Avant membeli 300 lembar obligasi PT Grade dengan
nilai nominal Rp 200.000 per lembar, umur 5 tahun, kurs 99%, bunga obligasi 12%
per tahun. Bunga dibayar tiap 1 Februari dan 1 Agustus. Metode amortisasi
menggunakan garis lurus.
Perhitungan penjualan:
Harga kurs : 300 lbr @ Rp 200.000 x 99%
=
Rp 59.400.000,Provisi dan lain-lain
=
Rp 0,Hasil penjualan obligasi
=
Rp 59.400.000,Bunga yang sudah berjalan (12/2/09 sd 1/8/09)
Rp 60.000.000 x 6/12 x 12%
=
Rp 3.600.000,Jumlah yang diterima PT Grade
=
Rp 63.000.000,Disagio obligasi = Rp 60.000.000,- - Rp 59.400.000,=
Rp
600.000,Pencatatan transaksi tanggal 01/08/09 (mencatat obligasi terjual)
Jurnal PT Grade
Jurnal PT Avant
(metode pendekatan L/R)
Jurnal Penjualan
Kas
Rp 63.000.000
Disagio
Rp 600.000
-Hutang obligasi
Rp 60.000.000
-Biaya bunga obligasi Rp 3.600.000
Jurnal bunga berjalan
Biaya bunga obligasi Rp 3.600.000
-Hutang bunga obligasi Rp 3.600.000
Jurnal Pembelian
Penanaman modal
dalam obligasi
Rp 60.000.000
Pendapatan bunga
obligasi
Rp 3.600.000
-Kas
Rp 63.600.000
Jurnal penyesuaian tgl 31/12/09
Penerimaan bunga obligasi
1/08/09 sd 31/12/09 = 4 bulan
Rp 60.000.000 x 4/12 x 12% = Rp
2.400.000
Kas
Rp 2.400.000
-Pendapatan bunga
obligasi
Rp 2.400.000
Jurnal penyesuaian tgl 31/12/09
Jurnal penutup
Pembayaran bunga berjalan obligasi
Pendapatan bunga
1/08/09 sd 31/12/09 = 4 bulan
obligasi
Rp 2.400.000
Rp 60.000.000 x 4/12 x 12% = Rp
-Iktisar L/R
Rp 2.400.000
2.400.000
Biaya bunga obligasi Rp 2.400.000
-Hutang bunga obligasi Rp 2.400.000
12
Amortisasi Disagio
Jurnal penerimaan bunga obligasi
Disagio = Rp 60.000.000 – Rp 59.400.000 Kas
Rp 1.200.000
= Rp 600.000 (harga penjualan < harga
-Pendapatan bunga
nominal)
obligasi
Rp 1.200.000
Umur amortisas 5th (5x12 bulan=60 bulan)
Amortisasi Disagio perbulan = Rp
600.000/60 bulan = Rp 10.000
Amortisasi Disagio (1/08/09 – 31/12/09 = 4
bulan) 4 bulan@Rp 10.000 = Rp 40.000
Biaya bunga obligasi Rp 40.000
-Hutang bunga obligasi Rp 40.000
Jurnal penutup tgl 31/12/09
Iktisar L/R
Rp 2.440.000
-Biaya bunga obligasi Rp 2.440.000
Jurnal pembalik tgl 01/01/10
Hutang bunga obligasi Rp 2.440.000
-Biaya bunga obligasi Rp 2.440.000
Jurnal jatuh tempo bunga obligasi dan
amortisasi disagio per tgl 01/02/10
Pembayaran bunga jatuh tempo Rp
60.000.000 x 2/12 x 12% = Rp 1.200.000
Biaya bunga obligasi
-Kas
Rp 1.200.000
Rp 1.200.000
Amortisasi disagio (2bulan @ Rp 10.000 =
Rp 20.000)
Biaya bunga obligasi Rp 20.000
-Disagio obligasi
Rp 20.000
Pengelompokan Hutang
Menurut Rudianto (2012:275) hutang dapat dikelompokkan kedalam beberapa
jenis hutang berdasarkan kategori yang diciptakan, seperti:
a. Berdasarkan jenis aktivitas transaksi yang dilakukan dan menjadi penyebab
munculnya hutang, maka hutang dapat dikelompokkan menjadi:
13
1) Hutang Usaha, yaitu hutang yang berasal dari transaksi pembelian
barang dan jasa dalam rangka memperoleh pendapatan usaha
perusahaan. Sebagai contoh, pembelian barang dangan yang dilakukan
secara kredit akan menghasilkan hutang usaha bagi perusahaan.
Pencatatan hutang usaha biasanya hanya didasarkan pada nota,
kwitansi, atau faktur.
2) Hutang Bank, yaitu hutang yang timbul dari transaksi pemberian
pinjaman bank kepada perusahaan. Hutang bank biasanya mencakup
persyaratan pembayaran, jangka waktu pinjaman, dan bunga pinjaman
yang dibebankan.
3) Wesel Bayar, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis kepada
pihak krediturnya untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang
dalam jumlah yang telah disepakati beserta bunga yang telah
ditentukan.
4) Obligasi, yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang berisi kesediaan untuk membayar sejumlah uang dimasa
mendatang beserta sejumlah bunga sesuai dengan yang dijanjikan.
5) Hutang Dividen, yaitu kewajiban perusahaan kepada para pemegang
sahammya untuk membayar dimasa mendatang dalam berbagai
bentuknya, baik kas, surat berharga, maupun saham.
6) Hutang Pajak, yaitu kewajiban yang timbul akibat perusahaan belum
membayar pajak yang dikenakan sesuai dengan perundangan yang
berlaku, seperti pajak pertambahan nilaim pajak penghasilan, dan
sebagainya.
b. Berdasarkan jangka waktu jatuh temponya, hutang dapat dikelompokkan
kedalam kelompok:
1) Hutang Jangka Pendek, yaitu hutang yang harus dilunasi dalam tempo
satu tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah hutang usaha, hutang
dividen, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan lainnya.
2) Hutang Jangka Panjang, yaitu hutang yang jatuh temponya lebih dari
satu tahun atau satu periode akuntansi. Jatuh temponya dapat terjadi
dalam 1,5 tahun atau 2 tahun atau 5 tahun atau lebih dari itu. Sebagai
contoh, wesel bayar, obligasi, dan lain sebagainya. Hutang jangka
panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk
membeli tambahan aset tetap, menaikkan jumlah modal kerja
permanen, membeli perusahaan lain, atau mungkin juga untuk
melunasi hutang-hutang lain.
14
2. Pendanaan Internal
Sumber dana internal (internal financing sources) merupakan sumber dana
yang berasal dari dalam perusahaan (modal). Modal adalah hak kepemilikan atas
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari penanaman (investasi) yang dilakukan
oleh para pemilik. Dilihat dari sumber penerimaannya, modal terdiri dari modal
pinjaman dan modal sendiri (ekuitas).
“Modal adalah setoran pemilik perusahaan (capital) dan laba (profit)
bertambah akibat setoran pemilik dan laba berkurang akibat pembambilalihan
pemilik (withdrawals) atau pembagian dividen” Mursyidi (2010:40)
1. Modal sendiri suatu perusahaan terdiri dari :
a. Modal Saham
Modal saham menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003) adalah
sebagai berikut :
modal yang disetor para investor dalam bentuk pembelian lembar
saham perusahaan, ekuitas pemegang saham dalam satu
perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit atau lembar
saham. Modal saham itu sendiri terdiri dari saham biasa dan saham
preferen.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan
sebagai deviden. Tiap-tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah saldo
minimum modal untuk menjamin kelangsungan hidupnya maupun untuk
mengembangkan usahanya.
c. Laba (Rugi) Masa Berjalan
Setiap masa berjalan, perusahaan memperoleh keuntungan (menderita
rugi). Keuntungan itu merupakan selisih antara hasil penjualan yang
diperoleh selama waktu tertentu, misalnya satu tahun, dengan seluruh
biaya dan pengeluaran selama masa yang sama. Sebelum dibagikan
kepada para pemegang saham, keuntungan sesudah pajak masih tertahan
diperusahaan dana dapat dipergunakan sebagai sumber dana. Sisa laba
tahun berjalan yang tidak dijadikan deviden ditambahkan pada saldo
15
komulatif laba yang ditahan. Apabila perusaaan mendapat keuntungan,
jumlah modal sendiri perusahaan akan lebih besar dari tahun sebelumnya.
Jurnal yang di buat oleh Jung Lieh Hsio and Ching Yu Hsu (2009)
menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai beberapa sumber pendanaan untuk
membiayai asetnya. Perusahaan dari semua negara menyeimbangkan pengaruh
mereka dengan penerbitan saham, sasaran struktur modal perusahaan ditentukan oleh
manfaat marjinal hutang dan biaya yang terkait dengan hutang. Yang berarti bahwa
perusahaan selalu menyesuaikan struktur modal mereka dalam menanggapi
guncangan ekonomi.
Contoh kasus
pendanaan internal:
1 Desember 2012, Ali pemilik toko Jelita menginvestasikan uang tunai sebagai modal
usaha sebesar Rp. 2.000.000,-. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
1 Desember Penyetoran modal
2012
Modal Ali
Debet
Rp. 2.000.000,-
Kredit
Rp. 2.000.000,-
3. Pengertian Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan “rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan” (Kasmir, 2010:196).
Rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, dimana semakin besar tingkat
keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola
perusahaan. (Sutrisno, 2009:222)
16
a. Tujuan dan Manfaat dari rasio profitabilitas, menurut Kasmir, 2010: 197
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak
luar perusahaan antara lain:
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri
f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
g. Dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
f. Manfaat lainnya.
b. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu untuk beberapa periode. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas
menurut Kasmir (2008:198) adalah sebagai berikut:
17
a. Profit Margin (Profit margin on sales)
Profit margin on sales atau rasio profit margin atau margin laba atas
penjualan , merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit
margin.
1) Margin laba kotor
Menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan, rasio ini
merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Rumusnya
adalah :
Profit margin =
Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan
(profit margin on sales)
Sales
2) Margin laba bersih
Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
Rumusnya adalah :
Net Profit Margin
= Earning After Interest and Tax (EAIT)
(profit margin on sales)
Sales
b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment / ROI)
ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin
rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari rasio ini adalah:
Return On Investment = Earning After Interest and Tax (EAIT)
(ROI)
Total Assets
c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity / ROE)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari rasio ini adalah:
Return On Equity
(ROE)
=
Earning After Interest and Tax (EAIT)
Equity
d. Hasil Pengembalian Assets (Return On Assets / ROA)
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas yang
digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya, apabila ROA yang negative menunjukkan bahwa
dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian.
18
Return On Assets =
(ROA)
Earnings Before Interest and Tax (EBIT)
Total Assets
e. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning PER Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau rasio nilai buku merupakan rasio untuk
mengukur keberhasilan menajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil
untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Rumus untuk mencari rasio ini
adalah:
Laba Per Lembar Saham =
Laba Saham Biasa
Saham Biasa yang beredar
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh struktur pendanaan
eksternal dan internal perusahaan terhadap profitabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
Nama Peneliti
Tien Sutrisnowati
(2009)
Judul Buku/
Penelitian
Pengaruh
Perputaran Piutang
Terhadap
Profitabilitas Pada
Perusahaan
Property dan Real
Estate
Yang
Terdaftar di BEI
Hasil Penelitian
Variabel
Variabel
bebas/ X
Perputaran
Piutang
:
Variabel
terikat/
Y:
Profitabilitas
(1) Statistik
desktriptif:
mengungkapkan bahwa
Perputaran
Piutang
memiliki
mean
tertinggi,
ROA
memiliki
mean
terendah
(2) Uji normalitas: Uji
normalitas KS data
dinyatakan
berdistribusi
secara
normal.
(3) Regresi
sederhana:
Perputaran
piutang
berpengaruh terhadap
ROA,
sedangkan
Perputaran
piutang
tidak terdapat pengaruh
terhadap ROE dan
NPM.
19
2
Muhammad Hilmi
(2009)
Analisis
Penggunaan Hutang
Terhadap
Profitabilitas Pada
Perusahaan
Telekomunikasi
yang Go Public di
BEI Periode 20042009
Variabel
(1) Gross Profit Margin
independen
secara
simultan
(X):
hutang
variabel
X
jangka pendek
berpengaruh
dan
hutang
signifikan
terhadap
jangka
Gross Profit Margin,
panjang,
tetapi secara secara
Variabel
parsial hanya hutang
dependen (Y):
jangka panjang yang
berpengaruh
Gross Profit
signifikan.
Margin,
(2) Pada item Operating
Operating
Profit Margin, secara
Profit Margin,
simultan variabel X
Net
Profit
berpengaruh
Margin,
signifikan,
tetapi
Return
on
secara parsial variabel
Investment,
X tidak berpengaruh
Return
on
signifikan
terhadap
Equity,
Operating
Profit
Earning Per
Margin.
Share
(3) Pada item Net Profit
Margin
secara
simultan variabel X
berpengaruh
signifikan,
tetapi
secara parsial tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
terhadap
Net Profit Margin.
(4) Pada item Return on
Investment,
secara
simultan
maupun
parsial variabel X
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROI.
(5) Pada item Return on
Equity secara simultan
variabel
X
berpengaruh
signifikan, sementara
secara parsial tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROE.
(6) Pada item Earning Per
Share, secara simultan
Variabel
X
berpengaruh
signifikan,
tetapi
20
secara parsial hanya
hutang jangka pendek
yang
berpengaruh
signifikan sementara
hutang jangka panjang
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
EPS
3
Dita
(2011)
Oktavina
Pengaruh
hutang
jangka pendek dan
perputaran piutang
terhadap
profitabilitas pada
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di BEI
tahun 2008-2010
Variabel
independen
(X): Hutang
jangka pendek
dan
Perputaran
piutang.
Variabel
dependen (Y):
Profitabilitas
Bahwa:
(1) Pengaruh
hutang
jangka pendek dan
perutaran
piutang
menunjukkan bahwa
berdasarkan
hasil
pengujian
secara
parsial yang pertama
dapat diketahui bahwa
hasil analisa regresi
variabel hutang jangka
pendek
terhadap
profitabilitas
menunjukkan
nilai
profitabilitas
0,702>0,05
yang
berarti secara parsial
tidak
berpengaruh
signifikan
antara
hutang jangka pendek
terhadap profitabilitas
pada taraf signifikansi
95%.
Hal
ini
dibuktikan
dengan
tingkat
signifikan
lebih
besar
dari
a=0,05 yaitu 0,702.
(2) Hasil analisa regresi
variabel
perputaran
piutang
terhadap
profitabilitas
menunjukkan
nilai
probabilitas 0,000 <
0,05
yang berarti
secara
parsial
berpengaruh
signifikan
antara
perputaran
piutang
terhadap profitabilitas
pada taraf signifikansi
95%.
Hal
ini
dibuktikan
dengan
21
tingkat
signifikansi
lebih kecil dari a=0,05
yaitu
0,000.
(3)
Menunjukkan bahwa
persamaan
regresi
yang didapat secara
statistic
terbukti
bahwa hutang jangka
pendek dan perputaran
piutang mempunyai
pengaruh
yang
sifnifikan
terhadap
profitabilitas. Hal ini
dibuktikan dari
uji Anova atau F test
didapat
angka
probabilitasnya
sebesar 0,000 (r <
0,05). Nilai Fhitung
sebesar
228,880
dengan
probabilitas
sebesar 0,000 pada
taraf signifikasi 95%.
4
Ajimas
Yulianto
(2012)
Agung
Pengaruh Struktur
modal
terhadap
tingkat
profitabilitas pada
perusahaan farmasi
di BEI
Variabel
independen
(X): DER dan
LDER
Variabel
dependen (Y):
ROE
dan
Profitabilitas
Bahwa:
(1) Secara serempak,
variabel total hutang
terhadap total modal
(DER)
dan
total
hutang jangka panjang
terhadap total modal
(LDER)
memiliki
pengaruh signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian modal
perusahaan (ROE).
(2) Rasio total hutang
terhadap todal modal
(DER) mempunyai
pengaruh
negative
dan tidak signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian modal
perusahaan (ROE).
(3) Rasio total hutang
jangka
panjang
terhadap total modal
(LDER)
empunyai
pengaruh
negative
dan tidak signifikan
22
terhadap
tingkat
pengembalian modal
perusahaan (ROE).
(4)
Berdasarkan
uji
determinasi
(R2)
menunjukkan
nilai
sebesar
0,249.
Artinya
75,1%
dipengaruhi
oleh
factor-faktor
lain
yang
tidak
dimasukkan kedalam
model regresi.
5
Aryas Adrianti
(2011)
Analisis pengaruh
struktur
modal
terhadap
perusahaan
manufaktur
go
publik di BEI
Variabel
independen
(X): Struktur
modal
Variabel
dependen
(Y):
Profitabilitas
6
7
SchÃfer,
Dorothea;Werwatz,
Axel;Zimmermann,
Volker
Industry
and
Innovation, German
(2004)
Jung Lieh Hsio and
Ching Yu Hsu;
National
Taipei
University, Taiwan
(2009)
Bahwa;
(1)Pengujian secara parsial
t-test menunjukkan
bahwa
variabel
struktur modal tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
profitabilitas (ROI).
(2)
Berdasarkan
uji
determinasi pengaruh
struktur
modal
terhadap profitabilitas
sebesar
2,3%
sedangkan
sisanya
dipengaruhi
oleh
factor-faktor lain.
misalnya tingkat bunga,
tingkat
penjualan,
ukuran perusahaan dan
sebagainya.
The Determinants Investasi dengan resiko tinggi lebih memilih
of
Debt
and pendanaan
modal
daripada
hutang.
(Private)
Equity Sementara investasi dengan resiko rendah
Financing:
lebih memilih pendanaan dari hutang
daripada modal sendiri.
An Empirical Study
on Capital Structure
and
Financing
Decision-Evidences
From East Asian
Tigers
Dalam keuangan, struktur modal mengacu
pada cara sebuah perusahaan membiayai
asetnya
melalui
beberapa
sumber.
Berdasarkan jenis keputusan pembiayaan,
perusahaan dapat membentuk struktur modal
berbeda. Perusahaan dari semua Negara
menyeimbangkan pengaruh mereka dengan
penerbitan saham. Perusahaan memiliki
sasaran struktur modal, ditentukan oleh
23
8
Susan M. Albring;
The Journal of the
American Taxation
Association, Spring
(2006)
9
Sattar A. Mansi
Texas
Tech
University (2002)
The Effects of the
Cost of Foreign
Internal Funds on
the Probability That
a
Firm
Isses
Domestic Debt
Corporate
International
Activity and Debt
Financing
manfaat marjinal hutang dan biaya yang
terkait dengan hutang. Dengan demikian ini
berarti bahwa perusahaan menyesuaikan
struktur modal mereka dalam menanggapi
guncangan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan 268 sampel
perusahaan
dan
menemukan
bahwa
perusahaan lebih memilih menggunakan
hutang dalam negeri untuk investasi mereka.
Perusahaan dengan tingkat rata diversifikasi
internasional memiliki biaya sekitar 52 basis
poin lebih rendah dari pembiayaan hutang
dan menggunakan sekitar 30% lebih banyak
hutang dalam struktur modalnya.
Download