BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Dalam Teori Akuntansi Keuangan “Agency Theory” adanya asimetri informasi ini menyebabkan kemungkinan munculnya konflik antara pihak principal dan agent. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia, yaitu (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Asimetri informasi ini juga pada akhirnya dapat memberikan kesempatan bagi para manajer untuk melakukan manajemen laba sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pribadinya. Konsep packing order theory menurut konsep yang pertama kali diuraikan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961 dengan penelitian yang berjudul Corporate Debt Capacity: A Study of Corporate Debt Policy and Determination of Corporate Debt Capacity. Pada konsep awalnya, dikemukakan bahwa perusahaan cenderung mengutamakan (mendahulukan) pendanaan dari sumber internal guna membayar deviden dan mendanai investasi, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana dari sumber eksternal sebagai tambahannya. Pendanaan internal diperoleh dari sisa laba atau laba ditahan dan arus kas dari penyusutan (depresiasi). Sedangkan 8 9 pendanaan eksternal dilakukan terutama dengan menerbitkan obligasi ketimbang dengan penerbitan saham baru. Pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target debt to equity ratio tertentu dan tentang hirarki sumber dana yang paling disukai perusahaan. Esensi teori ini adalah adanya dua jenis modal, yaitu external financing dan internal financing. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan hutang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (1) dana internal tidak mencukupi, dan (2) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Alhasil teori pecking order ini membuat hirarki sumber dana, yaitu dari internal dan eksternal. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut dapat diperoleh melalui pemilik perusahaan, pemegang saham, maupun dari pinjaman atau hutang. Keputusan dalam hal pendanaan perlu untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan agar penggunaan dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan. “Berdasarkan sumbernya, dana berasal dari sumber internal (internal financing) dan sumber eksternal (external financing).” (Martono dan Agus Harjito, 2008:17). 10 Aktivitas bisnis menurut Hendra S. Raharja Putra (2009 : 212) adalah sebagai berikut: Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal yang minimal dengan hasil maksimal, khususnya dalam menciptakan nilai perusahaan. 1. Pendanaan Eksternal Sumber dana eksternal (external financing resources) menurut Rudianto (2008 : 292) adalah : merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya, danadana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain diluar perusahaan. Dana dari eksternal dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. “Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang dimasa mendatang kepada pihak lain, akibat traksaksi yang dilakukan dimasa lalu. Contoh kasus hutang jangka pendek: Perusahaan ABC membeli barang dagangan dengan harga Rp. 500.000,dengan syarat 2/10, n/30. Pencatatan transaksi diatas, bila didasarkan atas nilai bruto dengan menggunakan metode fisik adalah sebagai berikut: Keterangan Pembelian Hutang Usaha (pembelian barang dagangan kredit, syarat 2/10, n/30) Debet Rp. 500.000,- Kredit Rp. 500.000,- secara Bila pelunasan dilakukan dalam jangka 10 hari atau kurang, jurnal untuk mencatat transaksi pelunasan sebagai berikut: Hutang Usaha Kas Pot. Pembelian (pelunasan hutang dalam masa potongan) Rp. 500.000,Rp. 490.000,Rp. 10.000,- 11 Contoh kasus hutang jangka panjang: Tanggal 1 Agustus 2009, PT Avant membeli 300 lembar obligasi PT Grade dengan nilai nominal Rp 200.000 per lembar, umur 5 tahun, kurs 99%, bunga obligasi 12% per tahun. Bunga dibayar tiap 1 Februari dan 1 Agustus. Metode amortisasi menggunakan garis lurus. Perhitungan penjualan: Harga kurs : 300 lbr @ Rp 200.000 x 99% = Rp 59.400.000,Provisi dan lain-lain = Rp 0,Hasil penjualan obligasi = Rp 59.400.000,Bunga yang sudah berjalan (12/2/09 sd 1/8/09) Rp 60.000.000 x 6/12 x 12% = Rp 3.600.000,Jumlah yang diterima PT Grade = Rp 63.000.000,Disagio obligasi = Rp 60.000.000,- - Rp 59.400.000,= Rp 600.000,Pencatatan transaksi tanggal 01/08/09 (mencatat obligasi terjual) Jurnal PT Grade Jurnal PT Avant (metode pendekatan L/R) Jurnal Penjualan Kas Rp 63.000.000 Disagio Rp 600.000 -Hutang obligasi Rp 60.000.000 -Biaya bunga obligasi Rp 3.600.000 Jurnal bunga berjalan Biaya bunga obligasi Rp 3.600.000 -Hutang bunga obligasi Rp 3.600.000 Jurnal Pembelian Penanaman modal dalam obligasi Rp 60.000.000 Pendapatan bunga obligasi Rp 3.600.000 -Kas Rp 63.600.000 Jurnal penyesuaian tgl 31/12/09 Penerimaan bunga obligasi 1/08/09 sd 31/12/09 = 4 bulan Rp 60.000.000 x 4/12 x 12% = Rp 2.400.000 Kas Rp 2.400.000 -Pendapatan bunga obligasi Rp 2.400.000 Jurnal penyesuaian tgl 31/12/09 Jurnal penutup Pembayaran bunga berjalan obligasi Pendapatan bunga 1/08/09 sd 31/12/09 = 4 bulan obligasi Rp 2.400.000 Rp 60.000.000 x 4/12 x 12% = Rp -Iktisar L/R Rp 2.400.000 2.400.000 Biaya bunga obligasi Rp 2.400.000 -Hutang bunga obligasi Rp 2.400.000 12 Amortisasi Disagio Jurnal penerimaan bunga obligasi Disagio = Rp 60.000.000 – Rp 59.400.000 Kas Rp 1.200.000 = Rp 600.000 (harga penjualan < harga -Pendapatan bunga nominal) obligasi Rp 1.200.000 Umur amortisas 5th (5x12 bulan=60 bulan) Amortisasi Disagio perbulan = Rp 600.000/60 bulan = Rp 10.000 Amortisasi Disagio (1/08/09 – 31/12/09 = 4 bulan) 4 bulan@Rp 10.000 = Rp 40.000 Biaya bunga obligasi Rp 40.000 -Hutang bunga obligasi Rp 40.000 Jurnal penutup tgl 31/12/09 Iktisar L/R Rp 2.440.000 -Biaya bunga obligasi Rp 2.440.000 Jurnal pembalik tgl 01/01/10 Hutang bunga obligasi Rp 2.440.000 -Biaya bunga obligasi Rp 2.440.000 Jurnal jatuh tempo bunga obligasi dan amortisasi disagio per tgl 01/02/10 Pembayaran bunga jatuh tempo Rp 60.000.000 x 2/12 x 12% = Rp 1.200.000 Biaya bunga obligasi -Kas Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Amortisasi disagio (2bulan @ Rp 10.000 = Rp 20.000) Biaya bunga obligasi Rp 20.000 -Disagio obligasi Rp 20.000 Pengelompokan Hutang Menurut Rudianto (2012:275) hutang dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis hutang berdasarkan kategori yang diciptakan, seperti: a. Berdasarkan jenis aktivitas transaksi yang dilakukan dan menjadi penyebab munculnya hutang, maka hutang dapat dikelompokkan menjadi: 13 1) Hutang Usaha, yaitu hutang yang berasal dari transaksi pembelian barang dan jasa dalam rangka memperoleh pendapatan usaha perusahaan. Sebagai contoh, pembelian barang dangan yang dilakukan secara kredit akan menghasilkan hutang usaha bagi perusahaan. Pencatatan hutang usaha biasanya hanya didasarkan pada nota, kwitansi, atau faktur. 2) Hutang Bank, yaitu hutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman bank kepada perusahaan. Hutang bank biasanya mencakup persyaratan pembayaran, jangka waktu pinjaman, dan bunga pinjaman yang dibebankan. 3) Wesel Bayar, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis kepada pihak krediturnya untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang dalam jumlah yang telah disepakati beserta bunga yang telah ditentukan. 4) Obligasi, yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang berisi kesediaan untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang beserta sejumlah bunga sesuai dengan yang dijanjikan. 5) Hutang Dividen, yaitu kewajiban perusahaan kepada para pemegang sahammya untuk membayar dimasa mendatang dalam berbagai bentuknya, baik kas, surat berharga, maupun saham. 6) Hutang Pajak, yaitu kewajiban yang timbul akibat perusahaan belum membayar pajak yang dikenakan sesuai dengan perundangan yang berlaku, seperti pajak pertambahan nilaim pajak penghasilan, dan sebagainya. b. Berdasarkan jangka waktu jatuh temponya, hutang dapat dikelompokkan kedalam kelompok: 1) Hutang Jangka Pendek, yaitu hutang yang harus dilunasi dalam tempo satu tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah hutang usaha, hutang dividen, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan lainnya. 2) Hutang Jangka Panjang, yaitu hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Jatuh temponya dapat terjadi dalam 1,5 tahun atau 2 tahun atau 5 tahun atau lebih dari itu. Sebagai contoh, wesel bayar, obligasi, dan lain sebagainya. Hutang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk membeli tambahan aset tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain, atau mungkin juga untuk melunasi hutang-hutang lain. 14 2. Pendanaan Internal Sumber dana internal (internal financing sources) merupakan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan (modal). Modal adalah hak kepemilikan atas perusahaan yang timbul sebagai akibat dari penanaman (investasi) yang dilakukan oleh para pemilik. Dilihat dari sumber penerimaannya, modal terdiri dari modal pinjaman dan modal sendiri (ekuitas). “Modal adalah setoran pemilik perusahaan (capital) dan laba (profit) bertambah akibat setoran pemilik dan laba berkurang akibat pembambilalihan pemilik (withdrawals) atau pembagian dividen” Mursyidi (2010:40) 1. Modal sendiri suatu perusahaan terdiri dari : a. Modal Saham Modal saham menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003) adalah sebagai berikut : modal yang disetor para investor dalam bentuk pembelian lembar saham perusahaan, ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah besar unit atau lembar saham. Modal saham itu sendiri terdiri dari saham biasa dan saham preferen. b. Laba Ditahan Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. Tiap-tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah saldo minimum modal untuk menjamin kelangsungan hidupnya maupun untuk mengembangkan usahanya. c. Laba (Rugi) Masa Berjalan Setiap masa berjalan, perusahaan memperoleh keuntungan (menderita rugi). Keuntungan itu merupakan selisih antara hasil penjualan yang diperoleh selama waktu tertentu, misalnya satu tahun, dengan seluruh biaya dan pengeluaran selama masa yang sama. Sebelum dibagikan kepada para pemegang saham, keuntungan sesudah pajak masih tertahan diperusahaan dana dapat dipergunakan sebagai sumber dana. Sisa laba tahun berjalan yang tidak dijadikan deviden ditambahkan pada saldo 15 komulatif laba yang ditahan. Apabila perusaaan mendapat keuntungan, jumlah modal sendiri perusahaan akan lebih besar dari tahun sebelumnya. Jurnal yang di buat oleh Jung Lieh Hsio and Ching Yu Hsu (2009) menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai beberapa sumber pendanaan untuk membiayai asetnya. Perusahaan dari semua negara menyeimbangkan pengaruh mereka dengan penerbitan saham, sasaran struktur modal perusahaan ditentukan oleh manfaat marjinal hutang dan biaya yang terkait dengan hutang. Yang berarti bahwa perusahaan selalu menyesuaikan struktur modal mereka dalam menanggapi guncangan ekonomi. Contoh kasus pendanaan internal: 1 Desember 2012, Ali pemilik toko Jelita menginvestasikan uang tunai sebagai modal usaha sebesar Rp. 2.000.000,-. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Tanggal Keterangan 1 Desember Penyetoran modal 2012 Modal Ali Debet Rp. 2.000.000,- Kredit Rp. 2.000.000,- 3. Pengertian Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan “rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan” (Kasmir, 2010:196). Rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, dimana semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. (Sutrisno, 2009:222) 16 a. Tujuan dan Manfaat dari rasio profitabilitas, menurut Kasmir, 2010: 197 Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan antara lain: a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. g. Dan tujuan lainnya Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk: a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. f. Manfaat lainnya. b. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu untuk beberapa periode. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008:198) adalah sebagai berikut: 17 a. Profit Margin (Profit margin on sales) Profit margin on sales atau rasio profit margin atau margin laba atas penjualan , merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. 1) Margin laba kotor Menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan, rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Rumusnya adalah : Profit margin = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan (profit margin on sales) Sales 2) Margin laba bersih Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Rumusnya adalah : Net Profit Margin = Earning After Interest and Tax (EAIT) (profit margin on sales) Sales b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment / ROI) ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin rendah rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh operasi perusahaan. Rumus untuk mencari rasio ini adalah: Return On Investment = Earning After Interest and Tax (EAIT) (ROI) Total Assets c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity / ROE) Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari rasio ini adalah: Return On Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax (EAIT) Equity d. Hasil Pengembalian Assets (Return On Assets / ROA) ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas yang digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila ROA yang negative menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. 18 Return On Assets = (ROA) Earnings Before Interest and Tax (EBIT) Total Assets e. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning PER Share of Common Stock) Rasio laba per lembar saham atau rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan menajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi kesejahteraan pemegang saham meningkat. Rumus untuk mencari rasio ini adalah: Laba Per Lembar Saham = Laba Saham Biasa Saham Biasa yang beredar B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh struktur pendanaan eksternal dan internal perusahaan terhadap profitabilitas adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Nama Peneliti Tien Sutrisnowati (2009) Judul Buku/ Penelitian Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Hasil Penelitian Variabel Variabel bebas/ X Perputaran Piutang : Variabel terikat/ Y: Profitabilitas (1) Statistik desktriptif: mengungkapkan bahwa Perputaran Piutang memiliki mean tertinggi, ROA memiliki mean terendah (2) Uji normalitas: Uji normalitas KS data dinyatakan berdistribusi secara normal. (3) Regresi sederhana: Perputaran piutang berpengaruh terhadap ROA, sedangkan Perputaran piutang tidak terdapat pengaruh terhadap ROE dan NPM. 19 2 Muhammad Hilmi (2009) Analisis Penggunaan Hutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI Periode 20042009 Variabel (1) Gross Profit Margin independen secara simultan (X): hutang variabel X jangka pendek berpengaruh dan hutang signifikan terhadap jangka Gross Profit Margin, panjang, tetapi secara secara Variabel parsial hanya hutang dependen (Y): jangka panjang yang berpengaruh Gross Profit signifikan. Margin, (2) Pada item Operating Operating Profit Margin, secara Profit Margin, simultan variabel X Net Profit berpengaruh Margin, signifikan, tetapi Return on secara parsial variabel Investment, X tidak berpengaruh Return on signifikan terhadap Equity, Operating Profit Earning Per Margin. Share (3) Pada item Net Profit Margin secara simultan variabel X berpengaruh signifikan, tetapi secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap Net Profit Margin. (4) Pada item Return on Investment, secara simultan maupun parsial variabel X tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. (5) Pada item Return on Equity secara simultan variabel X berpengaruh signifikan, sementara secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. (6) Pada item Earning Per Share, secara simultan Variabel X berpengaruh signifikan, tetapi 20 secara parsial hanya hutang jangka pendek yang berpengaruh signifikan sementara hutang jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap EPS 3 Dita (2011) Oktavina Pengaruh hutang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 Variabel independen (X): Hutang jangka pendek dan Perputaran piutang. Variabel dependen (Y): Profitabilitas Bahwa: (1) Pengaruh hutang jangka pendek dan perutaran piutang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang pertama dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel hutang jangka pendek terhadap profitabilitas menunjukkan nilai profitabilitas 0,702>0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara hutang jangka pendek terhadap profitabilitas pada taraf signifikansi 95%. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikan lebih besar dari a=0,05 yaitu 0,702. (2) Hasil analisa regresi variabel perputaran piutang terhadap profitabilitas menunjukkan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap profitabilitas pada taraf signifikansi 95%. Hal ini dibuktikan dengan 21 tingkat signifikansi lebih kecil dari a=0,05 yaitu 0,000. (3) Menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat secara statistic terbukti bahwa hutang jangka pendek dan perputaran piutang mempunyai pengaruh yang sifnifikan terhadap profitabilitas. Hal ini dibuktikan dari uji Anova atau F test didapat angka probabilitasnya sebesar 0,000 (r < 0,05). Nilai Fhitung sebesar 228,880 dengan probabilitas sebesar 0,000 pada taraf signifikasi 95%. 4 Ajimas Yulianto (2012) Agung Pengaruh Struktur modal terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan farmasi di BEI Variabel independen (X): DER dan LDER Variabel dependen (Y): ROE dan Profitabilitas Bahwa: (1) Secara serempak, variabel total hutang terhadap total modal (DER) dan total hutang jangka panjang terhadap total modal (LDER) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan (ROE). (2) Rasio total hutang terhadap todal modal (DER) mempunyai pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan (ROE). (3) Rasio total hutang jangka panjang terhadap total modal (LDER) empunyai pengaruh negative dan tidak signifikan 22 terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan (ROE). (4) Berdasarkan uji determinasi (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,249. Artinya 75,1% dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. 5 Aryas Adrianti (2011) Analisis pengaruh struktur modal terhadap perusahaan manufaktur go publik di BEI Variabel independen (X): Struktur modal Variabel dependen (Y): Profitabilitas 6 7 SchÃfer, Dorothea;Werwatz, Axel;Zimmermann, Volker Industry and Innovation, German (2004) Jung Lieh Hsio and Ching Yu Hsu; National Taipei University, Taiwan (2009) Bahwa; (1)Pengujian secara parsial t-test menunjukkan bahwa variabel struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI). (2) Berdasarkan uji determinasi pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas sebesar 2,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor-faktor lain. misalnya tingkat bunga, tingkat penjualan, ukuran perusahaan dan sebagainya. The Determinants Investasi dengan resiko tinggi lebih memilih of Debt and pendanaan modal daripada hutang. (Private) Equity Sementara investasi dengan resiko rendah Financing: lebih memilih pendanaan dari hutang daripada modal sendiri. An Empirical Study on Capital Structure and Financing Decision-Evidences From East Asian Tigers Dalam keuangan, struktur modal mengacu pada cara sebuah perusahaan membiayai asetnya melalui beberapa sumber. Berdasarkan jenis keputusan pembiayaan, perusahaan dapat membentuk struktur modal berbeda. Perusahaan dari semua Negara menyeimbangkan pengaruh mereka dengan penerbitan saham. Perusahaan memiliki sasaran struktur modal, ditentukan oleh 23 8 Susan M. Albring; The Journal of the American Taxation Association, Spring (2006) 9 Sattar A. Mansi Texas Tech University (2002) The Effects of the Cost of Foreign Internal Funds on the Probability That a Firm Isses Domestic Debt Corporate International Activity and Debt Financing manfaat marjinal hutang dan biaya yang terkait dengan hutang. Dengan demikian ini berarti bahwa perusahaan menyesuaikan struktur modal mereka dalam menanggapi guncangan ekonomi. Penelitian ini menggunakan 268 sampel perusahaan dan menemukan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan hutang dalam negeri untuk investasi mereka. Perusahaan dengan tingkat rata diversifikasi internasional memiliki biaya sekitar 52 basis poin lebih rendah dari pembiayaan hutang dan menggunakan sekitar 30% lebih banyak hutang dalam struktur modalnya.