DAFTAR PUSTAKA Ali, M. (1987). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru. .(1992). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bidulang, D. (2000). Studi Tentang Implementasi Kurikulum Pendidikan Kompetensi Pada Penelitian Pamong Belajar SKB di BPKP Sulawesi Utara. Tesis. Bandung:PPs UPI. Depdiknas. (2003). Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian 1 Landasan, Program, dan Pengembangan. Jakarta: Depdiknas. . (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMKN 8 Bandung Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Bandung: SMKN 8. . (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. . (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya Hidayat, D. (1997). Diktat Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran. Bandung: FPTK IKIP Bandung. Ibrahim, R dan Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito Bandung: Bumi Aksara. 134 135 Purwanto, N. (2000). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Slameto. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Buni Aksara. Sudjana, N. (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. . (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. ________. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Supriawan, D. (1990). Diktat Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPTK UPI. Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik Ilmiah. Bandung: Tarsito. Suherman, A. (2001). Hubungan Persepsi Tentang Pelaksanaan Program Microteaching Dengan Kesiapan Mengikuti Program Pengalaman Lapangan Mahasiswa JPTM FPTK UPI. Laporan Penelitian. Bandung : JPTM FPTK UPI. Syamsudin, A. (1984). Hasil Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Syamsudin, A. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Tilaar, H.A.R. (2000). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya. Trianto, U. (2006). Tinjauan Proses Pemelajaran Menggunakan Modul dalam Pencapaian Kompetensi Peserta diklat pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif OPKR 10-001 B. Laporan Penelitian. Bandung: JPTM FPTK UPI. Wahab, A. (1987). Implementasi Konsep Pendekatan Tujuan dan Cara Belajar Siswa Aktif. Disertasi. PPS IKIP Bandung. 136 Sudjana, N. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa. Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Maleong, L J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Taqwali, E. (2003). Relevansi Antara Implementasi Kurikulum SMK Edisi 1999 Program Keahlian Teknik Pendinginan dan Tata Udara dengan Tuntutan Dunia Kerja. Skripsi FPTK UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Nupuz, M.M (2003). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Struktur Alam Hidrogen Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelas dan Metode Belajar Kelompok tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD). Skripsi Pada FP MIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. A. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengacu kepada apa yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 33), yaitu : (1) Tahap orientasi; (2) Tahap eksplorasi; (3) Tahap member check 1. Tahap Orientasi Tahap orientasi ini merupakan suatu kegiatan pengenalan atau dapat dikatakan kegiatan adaptasi lingkungan sebagai proses mengenal lingkungan sekitar yang berkaitan dengan fokus penelitian tetapi masih dalam ruang lingkup 137 yang sangat luas dan umum. Orientasi di sini memiliki makna yang sangat luas dan umum, sehingga diperlukan komunikasi yang persuasif dalam pendekatan terhadap lingkungan sekitar dan menuntut inovasi-inovasi komunikasi yang matang, maksudnya peneliti hendaknya dapat menempatkan posisi terhadap kondisi dan situasi tertentu. Komunikasi yang baik harus dijalin secara harmonis antara peneliti dan responden penelitian. Peneliti seyogyanya mengadakan komunikasi secara terus menerus dengan pihak sekolah. Untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya, maka salah satu tahap yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan wawancara terhadap responden. Pendekatan emosional perlu dilakukan antara penulis dengan responden agar terjadi hubungan yang harmonis dengan cara menjelaskan posisi penulis kepada responden, informasi apa saja yang akan diminta atau diajukan oleh penulis, kemudian meyakinkan dan menjamin kerahasiaan responden terhadap informasi yang disampaikan kepada penulis, meyakinkan bahwa informasi yang disampaikan oleh responden tidak akan mempengaruhi keberadaan akademiknya di sekolah. 2. Tahap Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan bagian dari tahap pengumpulan data yang sudah tidak bersifat umum, artinya sudah mulai mengarah kepada fokus penelitian. Dalam tahap eksplorasi ini peneliti mencoba mengumpulkan data sebanyak mungkin baik itu dengan metode wawancara, angket atau dengan metode dokumentasi dan mulai disusun secara sistematis. Proses pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi akan banyak membantu dalam proses pencapaian pengumpulan data, baik secara formal maupun informal. 138 Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang relatif dinamis yang kapanpun dapat berubah dan bahkan akan terjadi perbedaan persepsi antara responden satu dengan yang lainnya. Angket bertujuan untuk mengumpulkan data yang sifatnya tetap dan dialami oleh responden selama kegiatan belajar mengajar di sekolah berlangsung. Dokumentasi merupakan salah satu metode yang akan banyak digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang sifatnya arsip, maksudnya adalah sejumlah data di lapangan yang sulit untuk dipaparkan dalam bentuk angka atau rangkaian kalimat deskriptif sehingga menuntut peneliti untuk melakukan dokumentasi dalam bentuk visualisasi. 3. Tahap Member Check Tahap pemeriksaan data atau member check dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang diberikan, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Nasution (1996: 112) mengemukakan bahwa “Data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi dan selanjutnya data tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lain. Pemeriksaan data ini dapat dilakukan dengan cara; pertama, mengkonfirmasikan kembali hasil (data) kepada semua sumber data; kedua, meminta hasil koreksi yang telah dicatat kepada sumber data tertentu dalam satu permasalahan; ketiga, melakukan triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan, artinya dalam tahap ini data yang terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi dengan sumber-sumber data yang relevan untuk mengecek kembali kebenarannya. 139 B. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Keabsahan data dapat diperiksa dengan mengkonfirmasikan seluruh informasi yang didapat terhadap pihak-pihak terkait yang dapat dipertanggung jawabkan, baik data yang didapat dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keaslian agar keputusan yang diambil dari hasil penelitian benarbenar meneliti permasalahan yang ada. Hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dalam penelitian kualitatif, harus memiliki nilai keabsahan yang tinggi. Untuk menentukan keabsahan tersebut, menurut Nasution (1996: 114) maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Kredibilitas (validitas internal), berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Pertama, peneliti mulai membedakan dan mengumpulkan hal-hal yang bermakna dan yang tidak bermakna untuk memahami gejala-gejala tertentu. Kedua, mengadakan triangulasi yaitu mencocokan kebenaran data dengan cara membandingkan data satu dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Ketiga, melakukan member check, hal ini setelah peneliti mengadakan observasi atau wawancara. Peneliti melakukan penilaian kembali mengenai kesesuaian dan kebenaran data yang diberikan oleh responden. Transferbilitas (validitas external), berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain. Kriteria ini merupakan suatu gambaran atau arahan dari kebijakan pihak kepala sekolah, ke mana SMKN 8 Bandung akan diarahkan, menurut Nasution (1998: 199) menyatakan bahwa “ Bagi peneliti naturalistik, transferbilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu “. Dependabilitas, berkaitan dengan nilai konsistensi hasil penelitian, apabila dilakukan penelitian ulang maka hasilnya harus tetap sama. Dengan kata lain depandabilitas merupakan 140 konsistensi dari suatu permasalahan. Pada dasarnya permasalahan memiliki sifat unik dan tidak stabil, sehingga akan relatif sulit untuk dikonstruksikan lagi seperti semula. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan untuk meyakinkan keabsahan hasil penelitian, maka peneliti harus memeriksa tentang objektifitas dari sesuatu yang diteliti. Konfirmabilitas, berkaitan dengan objektifitas atau kebenaran dari hasil penelitian. Mengingat peneliti memegang peranan utama dalam pengumpulan data, maka tingkat objektifitas sangat bergantung dari sikap objektif peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti harus menjungjung tinggi sikap objektifitas dalam upaya memperoleh data-data dan informasi yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. C. Triangulasi Data Definisi triangulasi menurut Moleong (2007: 330) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (Meleong, 2007: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memmanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. 1. Triangulasi sumber, hal ini bias dicapai dengan jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apayang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaandan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil pembandingan ini belum tentu terdapat kesamaan pandangan, 141 pendapat atau pemikiran. Yang penting dapat diketahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan tersebut. 2. Triangulasi metode, pada triangulasi ini menurut Patton (Meleong, 2007: 331), terdapat dua strategi,yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi penyidik,dengan menggunakan peneliti atau pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba (Meleong, 2007: 331), beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.sedangkan menurut Patton (Meleong, 2007: 331) menyatakan bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi metode dengan menggunakan sumber dan/atau instrumen yang berbeda.