134 DAFTAR PUSTAKA Ali, M.

advertisement
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (1987). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru.
.(1992). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bidulang, D. (2000). Studi Tentang Implementasi Kurikulum Pendidikan
Kompetensi Pada Penelitian Pamong Belajar SKB di BPKP Sulawesi Utara.
Tesis. Bandung:PPs UPI.
Depdiknas. (2003). Kurikulum SMK Edisi 2004 Bagian 1 Landasan, Program,
dan Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMKN 8
Bandung Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Bandung: SMKN 8.
. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Hidayat, D. (1997). Diktat Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran. Bandung:
FPTK IKIP Bandung.
Ibrahim, R dan Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
(2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito
Bandung: Bumi Aksara.
134
135
Purwanto, N. (2000). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Slameto. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Buni Aksara.
Sudjana, N. (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
________. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Supriawan, D. (1990). Diktat Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
FPTK UPI.
Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik
Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Suherman, A. (2001). Hubungan Persepsi Tentang Pelaksanaan Program Microteaching Dengan Kesiapan Mengikuti Program Pengalaman Lapangan
Mahasiswa JPTM FPTK UPI. Laporan Penelitian. Bandung : JPTM FPTK
UPI.
Syamsudin, A. (1984). Hasil Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta.
Syamsudin, A. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tilaar, H.A.R. (2000). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Trianto, U. (2006). Tinjauan Proses Pemelajaran Menggunakan Modul dalam
Pencapaian Kompetensi Peserta diklat pada Program Keahlian Teknik
Mekanik Otomotif OPKR 10-001 B. Laporan Penelitian. Bandung: JPTM
FPTK UPI.
Wahab, A. (1987). Implementasi Konsep Pendekatan Tujuan dan Cara Belajar
Siswa Aktif. Disertasi. PPS IKIP Bandung.
136
Sudjana, N. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Maleong, L J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Taqwali, E. (2003). Relevansi Antara Implementasi Kurikulum SMK Edisi 1999
Program Keahlian Teknik Pendinginan dan Tata Udara dengan Tuntutan
Dunia Kerja. Skripsi FPTK UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Nupuz, M.M (2003). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Struktur Alam Hidrogen
Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelas dan Metode Belajar Kelompok tipe Student
Teams Achievment Divisions (STAD). Skripsi Pada FP MIPA UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
A. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengacu kepada apa
yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 33), yaitu : (1) Tahap orientasi; (2)
Tahap eksplorasi; (3) Tahap member check
1.
Tahap Orientasi
Tahap orientasi ini merupakan suatu kegiatan pengenalan atau dapat
dikatakan kegiatan adaptasi lingkungan sebagai proses mengenal lingkungan
sekitar yang berkaitan dengan fokus penelitian tetapi masih dalam ruang lingkup
137
yang sangat luas dan umum. Orientasi di sini memiliki makna yang sangat luas
dan umum, sehingga diperlukan komunikasi yang persuasif dalam pendekatan
terhadap lingkungan sekitar dan menuntut inovasi-inovasi komunikasi yang
matang, maksudnya peneliti hendaknya dapat menempatkan posisi terhadap
kondisi dan situasi tertentu. Komunikasi yang baik harus dijalin secara harmonis
antara peneliti dan responden penelitian. Peneliti seyogyanya mengadakan
komunikasi secara terus menerus dengan pihak sekolah. Untuk memperoleh
informasi yang sebanyak-banyaknya, maka salah satu tahap yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan wawancara terhadap responden. Pendekatan emosional
perlu dilakukan antara penulis dengan responden agar terjadi hubungan yang
harmonis dengan cara menjelaskan posisi penulis kepada responden, informasi
apa saja yang akan diminta atau diajukan oleh penulis, kemudian meyakinkan dan
menjamin kerahasiaan responden terhadap informasi yang disampaikan kepada
penulis, meyakinkan bahwa informasi yang disampaikan oleh responden tidak
akan mempengaruhi keberadaan akademiknya di sekolah.
2.
Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan bagian dari tahap pengumpulan data yang
sudah tidak bersifat umum, artinya sudah mulai mengarah kepada fokus
penelitian. Dalam tahap eksplorasi ini peneliti mencoba mengumpulkan data
sebanyak mungkin baik itu dengan metode wawancara, angket atau dengan
metode dokumentasi dan mulai disusun secara sistematis. Proses pengumpulan
data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi akan banyak membantu
dalam proses pencapaian pengumpulan data, baik secara formal maupun informal.
138
Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang relatif dinamis yang
kapanpun dapat berubah dan bahkan akan terjadi perbedaan persepsi antara
responden satu dengan yang lainnya. Angket bertujuan untuk mengumpulkan data
yang sifatnya tetap dan dialami oleh responden selama kegiatan belajar mengajar
di sekolah berlangsung. Dokumentasi merupakan salah satu metode yang akan
banyak digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang sifatnya
arsip, maksudnya adalah sejumlah data di lapangan yang sulit untuk dipaparkan
dalam bentuk angka atau rangkaian kalimat deskriptif sehingga menuntut peneliti
untuk melakukan dokumentasi dalam bentuk visualisasi.
3.
Tahap Member Check
Tahap pemeriksaan data atau member check dilakukan untuk mengecek
kebenaran data yang diberikan, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya
kebenarannya. Nasution (1996: 112) mengemukakan bahwa “Data itu harus
diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi dan selanjutnya data
tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lain. Pemeriksaan data
ini dapat dilakukan dengan cara; pertama, mengkonfirmasikan kembali hasil
(data) kepada semua sumber data; kedua, meminta hasil koreksi yang telah dicatat
kepada sumber data tertentu dalam satu permasalahan; ketiga, melakukan
triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan, artinya dalam tahap ini data yang
terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi dengan sumber-sumber data yang
relevan untuk mengecek kembali kebenarannya.
139
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian
Keabsahan data dapat diperiksa dengan mengkonfirmasikan seluruh
informasi yang didapat terhadap pihak-pihak terkait yang dapat dipertanggung
jawabkan, baik data yang didapat dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi
dan sebagainya. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan keaslian agar keputusan yang diambil dari hasil penelitian benarbenar meneliti permasalahan yang ada.
Hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dalam penelitian
kualitatif, harus memiliki nilai keabsahan yang tinggi. Untuk menentukan
keabsahan tersebut, menurut Nasution (1996: 114) maka harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
Kredibilitas (validitas internal), berkaitan
dengan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian dapat dipercaya. Pertama, peneliti mulai membedakan dan mengumpulkan hal-hal yang
bermakna dan yang tidak bermakna untuk memahami gejala-gejala tertentu. Kedua, mengadakan
triangulasi yaitu mencocokan kebenaran data dengan cara membandingkan data satu dengan data
yang diperoleh dari sumber lain. Ketiga, melakukan member check, hal ini setelah peneliti
mengadakan observasi atau wawancara. Peneliti melakukan penilaian kembali mengenai
kesesuaian dan kebenaran data yang diberikan oleh responden.
Transferbilitas (validitas external), berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam situasi lain. Kriteria ini merupakan suatu gambaran atau arahan dari kebijakan
pihak kepala sekolah, ke mana SMKN 8 Bandung akan diarahkan, menurut Nasution (1998: 199)
menyatakan bahwa “ Bagi peneliti naturalistik, transferbilitas bergantung pada si pemakai, yakni
hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu “.
Dependabilitas, berkaitan dengan nilai konsistensi hasil penelitian, apabila dilakukan
penelitian ulang maka hasilnya harus tetap sama. Dengan kata lain depandabilitas merupakan
140
konsistensi dari suatu permasalahan. Pada dasarnya permasalahan memiliki sifat unik dan tidak
stabil, sehingga akan relatif sulit untuk dikonstruksikan lagi seperti semula. Untuk mengantisipasi
hal tersebut dan untuk meyakinkan keabsahan hasil penelitian, maka peneliti harus memeriksa
tentang objektifitas dari sesuatu yang diteliti.
Konfirmabilitas, berkaitan dengan objektifitas atau kebenaran dari hasil penelitian.
Mengingat peneliti memegang peranan utama dalam pengumpulan data, maka tingkat objektifitas
sangat bergantung dari sikap objektif peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti harus menjungjung
tinggi sikap objektifitas dalam upaya memperoleh data-data dan informasi yang sesuai dengan
keadaan sesungguhnya di lapangan.
C. Triangulasi Data
Definisi triangulasi menurut Moleong (2007: 330) adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (Meleong, 2007: 330) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memmanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
1. Triangulasi sumber, hal ini bias dicapai dengan jalan (1) membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apayang dikatakannya secara pribadi;
(3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan
keadaandan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. Hasil pembandingan ini belum tentu terdapat kesamaan pandangan,
141
pendapat atau pemikiran. Yang penting dapat diketahui adanya alasan-alasan
terjadinya perbedaan tersebut.
2. Triangulasi metode, pada triangulasi ini menurut Patton (Meleong, 2007: 331),
terdapat dua strategi,yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data; (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi penyidik,dengan menggunakan peneliti atau pengamat lain untuk
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
4. Triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba (Meleong, 2007: 331),
beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan
satu atau lebih teori.sedangkan menurut Patton (Meleong, 2007: 331)
menyatakan bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya
penjelasan banding (rival explanation).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi metode dengan
menggunakan sumber dan/atau instrumen yang berbeda.
Download