PERBTTDAKAN DALAM AL.QUR`AN Abdul Latif

advertisement
PERBTTDAKAN DALAM AL.QUR'AN
(Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir Tematik)
Abdul Latif
Abstrak
Al-Qur'an telah menginformasikan perihal perbudakan yang
termaktub dalam beberapa term yaitu 'abad, 'amah, raqabah dan
mamluk. Masing - masing term secara umum mengandung artian yang
berbeda sesuai dengan substansinya, namun visi dan misinya adalah
adanya sikap kepatuhan, keta'atan dan ketundukan pada aturan aluran perorangan, kelompok ataupun institusi tertentu tanpa dapat
berbuat banyak (pasrah). Sikap pasrah inilah yang dikenal dengan
perbudakan. Artikel ini hendak memberikan pemahaman baru terhadap
ayat - ayat Al-Qur'an tentang perbudakan yang dianggap qathiyah
yang tidak perlu ditafsirkan lagi. Di mana pemahaman baru dari artian
perbudakan itu dapat dipahami dalam konteks oftmg - omng yang
menjual jas4 seperti : pembantu, buruh kasar, TKW dan lain
sebagainya. Karena, ketika hak - haknya tidak terpenuhi, kemudian
dianiaya, dizalimi dan dikebiri, maka dapat dikategorikan kepada
artian perbudakan.
Kata Kunci : Perbudakan, Pendekatan Tafsir Tematik
A, PengertianPerbudakan
1.
,Abd.
'Abd adalah bentuk ism al-masdar dari kada ke4a 'abada dan Ta'abbada,
yang secara literal berarti : menyembah, mengabdi dan memperhambakan diri.l
Sehingga kata 'abd
itu serflilir berarti hamba.2 Kemudian aktifitas pengabdian diri
kepada Allah SWT, disebut lbadah. Dan 'ibadah adalah suatu yang amat mulia
dalam kehidupan manusi4 karena untuk itulah ia dijadikan Allah SWT. Dan Allah
r
Ahmad Warson,,(azus - Indonesia 'Al-Munowwir, (Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku
Buku
Ilmiah
Keagamaan Pondon Pesantren "Al-Munawwir", 1984), h, 951. Lihal Prof H.
Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesiq, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan
Pantafsirar Al-Qur'an, 1972), h. 252. LiJllat pvlz:.Ibn Manzur al-Ansyari, Llsan al-Arab, tilid ly.
(Mesir : Dar al-Ma'anf,t.t\, h. 2774.
2
Lihat Tim Penutis lAlN Syarif Hidayatullah, EnsiHopedi Islam ln.lonesia, (Jakarta :
Jambatan. 1992), h.5.
SWT menyebut Rasulullah SAW dengan panggilan 'abd dalam Q.S. alBaqar#2:23, karena pada diri Rasulullah SAW, terdapat puncak pengabdian
kepadaNya. Dari pengaMian tersebut seorang hamba sahaya disebtt 'Abd.
Menurut al-Wahidi, 'Abd adalah keta'atan dan kerendahan dm kepada
aturan atau perintah dan pengakuan kerendahan
diri dihadapan yang memberi
perintah.3 Ibnu Abbas menyatakan lebih jauh bahwa manusia diciptakan agar
mengakui ke Tuhanan Allah SWT, baik secara suka rela maupun terpaksa.a
Ibn Faris dalam Al-magaggis, seperti yang dikutip oieh Ja'far Subhani,5
menjelaskan bahwa 'Abd mempunya dua pengertian yang bertolak belakang yang
pertama mengandung arti kelemah
-
lembutan dan kerendahan, dan yang kedua
mengandung arti kekuatan dan kekokohan.
Kedua pengertian yang dikemukakan di atas tercermin antara lain dalam
arti 'Abd yang oleh Al-Fairuzabadi diartikan antara lain :
Sesuatu yang
dimiliki
(hamba sahaya), tumbuhan yang memiliki aroma yang harum, dan anak panah
yang lebar dan p endek.6 Arti pertama : menggaatbarkan kerendahan, dan arti yang
kedua kelemah
-
lembutan dan yang ketiga kekuatan daa kekokoha:r.
Kata 'Abd ternyata terulang dalam Al-Qur'an sebanyak 275 kali, dengan
rincian kata adalah dalam bentuk
80
f
il madi sebmyak 4 kali, Ji'il mudari' sebanyak
kali,f il amar 37 kali dan selebihnya
berbentuk isim sebanyak 154 kali. Dari
beberapa derivasi tersebut yang menjadi potensi kajian adalah bentuk isim
yaitl
'Abd- Jani kata 'Abd, termasuk di dalamnya 'Ibad atau Tbrd sendiri diulang
dalam Al-Qur'an sebanyak 131
kali
secara konsteksiual, semuanya merujuk
kepada hamba atau budak.
Kata 'Abd, yang dalam berbagai buku terjemahan Al-Qur"an diartikan
sebagai hamba, temyata disebut paling banyak. Lebih dair
itu, kata'Abd sudah
disebut dalam Al-Qur'an surat al-'Alaq (segumpal darah) yaitu
3
Dar
Muhammad Ismail Ibrahim, Mu'jam al-fahraz wa al'ilm al-Qur'aniyaft,
al-Fik al-'Araby. 1969).
n
:
jilid II, (Kairo
:
h. 46.
Abu Ja'far bin Muhammad bin lartr al-Tabari, Jami al-Bq,an al-Ta'wil Ayat Al-Qur'aa
jilid XXVII, (Kairo : Dar al-Fikr al-'Araby, t.0, h. 12.
' Ja'far Subhani, Al-Tauhid wo at-Syirk fi, at-fur'anq al-Kqrim, (Kairo :
Muassasah
Fikr al-Islamy, 1985), h. 50.
6
AFFairuzabadi. I l-Kamis al-Muhit, Jilid I, (Mesir : Al-H alaby, 1952), h. 322.
Al-
,siir.u";:i -S*\iu; ul'al S,';"iir;3 oi bLa e:r{UJ<...
-1 -
"lArtinya: *... Ketahuilah
!
Sesungguhnya manusia
itu
.
4
tr]U;"..,na
benar
-
benar telah
melampaui batas, karena ia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kamu kembali. Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika ia
sedang salat ...". (Q.S.96:6-10).
Dalam ayat di atas, yang dimaksud secara konkrit sebagai hamba adalah
Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah SAW, berkedudukan sebagai hamba Allah
biasa,T sebagai seomng yang ketika
itu
sedang salat. Kemudian, kata 'Abd
tertuang dalam surah al-Fajr/89:28-30, surah Qaf/50:8, surah al-Qamar/54:9, dan
surah Sad/38:17.
2.
'Amah
'Amah adalah istilah bagi budah perempuan.8 Dan be.rtuk .iama'nya adalah
'Ima'. Kata 'amah
berbeda dengan maula, dimana 'amah adalah budah
perempuan yang dapat dimiliki dan dikawini. Sedangkan budah maula, yaitu
budak yang belakangan dibebaskan, kemudian ia menjalin hubungan wala' (klien)
dengan bekas tuaffrya sesuai dengan ajaran Islam.e Dan
zaman Rasulullah SAW. Lima perenam
budak, Disamping
ini banyak terdapat di
dai maula yang dikenal
itu ada lagi maula bebas (maula
adalah maula
mra,valat), adalah warga
masyarakat yang ditaklukkan dan menjalin hubungan dengan tuarurya seorang
Arab. Maula wala
di
Romawi diseblt Libertines, sedangkan budak yang
dibebaskan tanpa diikat dengan hubungan klien disebut sarbat
7
I0
Lihat Q.S. Al-Isra'/I7: l. Ayat ini menceriakan perjalanan hamba-Nya Muhammad SAW
dari Masj id Hamm ke Masjid al-Agsa.
" Ahmad Warson, Kamus ..., h.47. Lihat juga Jurj i Zatdan, Tarikh al-Tamaddun al-hlam,
Juz t, (Kairo : Dar al-Hilal, 1958), h. 28.
e
Daniel Pipes, Tentara Budak dan Islam, terj. Soni Seregar (Jakarta : Pustaka Firdaus,
-
1986), h. 186 187.
'o Ja4i Zaida4 Tarikh ...,
h.28.
Seperti halnya tetm 'abad, ternyata term 'amah yang terdapat dalam
Al-
Qur'an juga hanya 1 kali dengan bentuk isim. Meskipun demikian, dalam
pelaksanaanny4 'amah pahng banyak dibicamkan. Pada dasmya, 'amah mengact
kepada jenis perbudakan perempuan. Ayat Al-Qur'an yang membicarakan tentang
'amah adalah al-Baqarah ayat 221 yaltu
""62,;;f
fu y4l, ;
""rs+;i!; gtt
*
c.,;;,
:
# 9{ili
,r,si
$3
iy* !esS"\;:h b'6,;,",Jf1rL9J
*5
\"t"L1:.L"ui
Eb
-*tt;i;;:i--*;rttiiis$i jlVA${'fii jlAi*aA)i
,
,'>: , -
f,
-<
crr)& -@ rfw,
Artinya
:
,a,,
"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musynk, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya v/anita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu
menikahkan orang-omng musl,rik (dengan wanita-wanita mu'min)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mulanin lebih
baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka
mengajak ke nerak4 sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya (perintah perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran". (Q.S.2:221).
-
Adapun sebab nuzul ayat tersebut adalah sebagai petunjuk
atas
permohonan Ibnu Abi Mursid al-Ghanawi yang meminta izin kepada Nabi SAW
untuk menikah dengan seorang wanita musryik yang cantik dan terpandang.ll
Dalam riwayat lain dikemukakan oleh As-Saidi bahwa Abdullah bin Rawahan
mempunyai seorang hamba sahaya wanita ('amah) yang hitam. Pada suatu waktu
ia marah kepadanya sampai menampamya. Kemudian ia menyesali kejadian
tersebut, lalu menghadap kepada Nabi SAW untuk menceritakan hal itu : "saya
" ' " Jui"lrddi,
al-Siyuti, tubao al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul, te}. K.H. Qomaruddin Saleh
dkk, (Bandung : Diponegoro, 1985), h. 73. Lihat : Wahbab al-Zuhaili, Tqfsir al-Munir, Juz l,
(Suriah : Dar al-Fila. l99l). h. 290.
akan merdekakan dia dan mengawininya". Lalu lasanakan. Orang
- orang waktu
itu mencela dan mengejek atas segala perbuatannya itu.12
Menurut Ahmad Al-Qurtubi, pe*ataan
$ilr&ti1rfl'r1Y;
mengadung arti
bahwa hamba wanita yang beriman itu adalah lebih baik daripada para wanita
musyrik yang merdeka, meskpun mereka mmeiliki harta dan keturunan.l3
Oleh karena itu, atribut 'amah yang diberikan kepada wanita
-
wanita
Islam telah menjadi budak atau hamba adalah untuk menunjukkaa kemuliaan di
sisi Allah SWT, dari pada wanita musyrik meskipun mereka merdeka.
Sebab
dalam Al-Qur'an telah dikemukakan bahwa orang yang mulia di sisi Allah adalah
orang
- omng yang bertaqwa
(Q.S. al-Hujurat/49:13), bukan dalam status sosial
atau kelas masyarakatnya.
3.
Raqabah
Dari segi bahasa, Raqabah berasal dari akar kata *tirj
y*g
berarti leher
terbelunggu.la Karena diikat dengan seutas tali atau rantai besi, sehingga yang
bersangkutan tak bebas untuk bergerak. Abdullah bin Khalid al-Taimir5 adalah
seorang saudagar budak yang masyhur di masa Jahiliyah dan awal masa Islam.
Bila ia membeli budak, maka ia ikat lehemya dengan tali untuk digiring ke rumah
bagaikan menggiring hewan temak.l6 Sebagaimana frman Allah SWT.
...qGli +,+'lrlsU-ifi
*j
ttt,.
r2
Jalaluddin al-Sa),uti, Lubab ..., h. 74. Lihat Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsir Rawo'i alBayan, Jilid l, {Zwia: Mahabah al-Gazali, 1980), h. 284. Lihat juga : Abi Abdilah Muhammad
ibn Ahmad al-Ansari aFQurtubi, Tafsir al-Jami' li Ahkam Al-Qur'on, Jilid lll, (Cairo : Dar alKutub al-'Arabiyah, 1967), h. 70. Lihat pula : Wahbab al-Zluharli, Tafsir ..., h.291.
"ra Abi 'Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tqfsir ..., h.291.
Ahmad Warson, r(arrzs ..., h. 557. Lihat pula Quraisy Sihab, "Perbudakan", dalam
Majalah UMMAT, No.23,(lakarta:. Mahkota Media Utama, 1997), h. 58.
15
Nama Lengkapnya adalah Abdullah bin Khalid bin Sa'id bin Abi Maryam al-Qurasyi alTaimi, Abu Syakir al-Madani Maula Ibn Jud'an. Di antara gurunya adalah Bapaknya" dan
muridnya adalah anaknya yaitu lsmail bin Abdullah bin Khalid dan Muhammad bin Yahya bin
Abdul Hamid al-Kinari serta Yahya bin Muhammad al-Jari Abu Daud menilainya seorang
pembawa berita yang dr.tsta (tidqk siqq&). Lihat Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yluslof al-Mizzi, Tahzib
al-KqnolJi
'6
kno
hrji
al-Rijal, lt;zX.(Beirut:
Dar
zai Jun, Tarikh..., JuzlY,h-27-
al-Fikr, 1994),h.
l0l.
:
Artinya
"Apabila kamu bertemu dengan orang - orang kafir (di medan perang)
maka pancunglah batang leher mereka ...". (Q.S.47:4).
Kemudian menurut Al-Raghib Al-Asfihani, kata .Ttil berarti orang
-
omng
yang dimiliki.lT
Tetm raqahah, berikut kata jadiannya terulang sebanyak 24 kali dalam Al-
Q*'*,'t
di mana ada 8 bentuk
dalam
f il mudari', dan 14 dalam bentuk isim.
Pada umumnya merujuk kepada pembebasan dari bentuk perbudakan. (Q.S. al-
Nisa'/4:92; al-Maidah/5:89; al-Mujadalah/58:3; dan al-Balad/90:13). Di samping,
kata ini juga dinisbatrkan kepada orang
-
omng yang berhak untuk menerima
zakat (Q.S. al-Baqarahl2:177; a1-Tarbah/9:60.
raqib (orang
-
Di ayat ini, ia golongkan
kepada
orang yang mengawasi). Misalny4 ketika Nabi SAW, mengajak
kaunya untuk beriman kepada Allah SWT. yaitu : "Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhamu", dan adalah Aku mengiai saksi terhadap merek4 selama aku berada
di antara mereka. Maka setelah engkau wafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi
mereka (Q.S. al-Maidah/5: I 17; al-Nisa'/4: 1 ; a1-Azhabl33:52).
Orang
- orang yang mendapat atribut raqabah adalah orang - orang yang
selalu ditugasi untuk memelihara (Q.S. Thaha/20:94; al-Taub#9:8; dan 1, alQasas/28:18; dan 21). Terhadap orang
-
orang yang selalu menunggu sesuatU
yaitu firman Allah.
+(b *]i,r,
3# o;'W jl "H* ;-p \M ;r*:,
*:"$; j)t#i,US;J-ry.r
L
Artinya
:
"Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuaniu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui'
siapa yang akan ditimpa azab yamg menghinakannya dan siapa yang
berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun
menunggu bersama kamu". (Q.S.1 l:93).te
17
Al-Raghib Al-Asfihani, Mu'jam ...,h.206.
18
Muhammad Fuad '4+bd al-Baqi, Al-Mu'jam ..., h- 323.
Lihat Q.S. al-Duthan / 44 : l0 dan 59, Hud / I I : 93, al-Q2lmar / 54 : 27.).
le
Dari contoh
-
contoh
di
atas, dapat disimpulkan bahwa atribut raqabah
adalah budah atau hamba yang dapat dilihat dari kepasipan berbuat,
selalu diawasi dan selalu menunggu atas segala tindaknya.
di
mana
Di samping, memang
sudah merupakan keadaan mereka demikian, karena keterkungkungan atau
terbelenggu dirinya sehingga tidak dapat berbuat banyak. Jadi, kata raqabah
terobsesi dari sikap dan prilakunya.
4.
Mamluk
Kata mamluk secara universal lebih berarti tentara budak atau budak
militer.20 Walaupun beberapa kata jugan mengandung
arti budak militer
/ara'. Ghulam). Istilah ini populer di kalangan orientaiis. Menurut
(khususnya
Daniel Pipes, makna mamluk berarti juga a). Budak yang mana saja, b). Budak
kulit putih saja, c). Para penguasa di Mesir dari tahun 1250 - 1517 M, atau
d).
Kaum elite yang berkuasa di Mesi antara tahun 1250 M dan pertengahan abad ke 1g M.21
Term ini sering digunakan untuk menunjukkan perbuatan seseorang atas
orang lain yang dimilikinya. Menurut al-Raqib, mamluk mengandung arti
menguasai sesuatu yang berada di bawa kekuasaannya.22 Misalnya firman
,d
:
Adnya
Allah
Lb 3;;--* 4i;1(r*'tefifio.
:
i
"Allah membuat perumpama.,In dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun ...". (Q.S.
16:75).
Menurut riwayat ayat ini turun sebagai perumpamaan perbedaan antara
seorang Quraisy (yang kaya yang dapat berbuat sekehendaknya dengan harta
bendanya) dibandingkan dengan budaknya yang tidak dapat berbuat upa-apa."
Dan ayat ini sebagai bantahan terhadap penyamaan Allah SWT, dengan berhala.
Bahkan kata Jamaluddin al-Qasimi, bahwa ayat
20
Daniel Pipes, Tentqra
....h.30.
" thid
?2
Al-Raqhib Al-Asfihani, Mu jan ..., b. 493.
tt Jalalluddin al-6ay\ti, Lubab ..., h.289.
ini
menunjukkan perbedaan
antara Allah Yang Maha Kuasa berbuat menurut Iradat-Nya dengan berhala yang
justru menjadi beban penyebah
-
penyembahnya-24
Dalam kasus di atas, tujuan ayng hendak dicapai sebenamya baik, di mana
Allah SWT ingin manampilkan kekuasan-Nya dan menolak ketidak berdayaannya
berbuat. Sehingga mereka itu ditamsilkan seperti seorang budak yang itdak dapat
berbuat banyak. Demikian pula, berhala
-
berhala yang menjadi sesembahan bagi
mereka itu juga tdak dapat berubat apa
-
apa, kecuali setragai beban bagi
kehidupan mereka. Dengan kata lain, bahwa Allah memiliki seluruh apa yang
dimiliki yang tidak dapat orang lain memilikinya. Dan orang yang dimiliki itu
dalam bahasa al-Qur'an disebut dengan mamluk
Term mamluk berikut kata jaidannya terulang sebanyak 45 kali dalam Al-
Q*'*."
Satu kali dalam bentuk isim dan selbeihnya dalam
bentt*f it, baak/i'il
madi, manpunJi'il mudari, secara kontekstual merujuk kepada oftmg
-
orang yang
berada di bawa kekuas.ran seseorang. Misalnya, dalam Q.S. al-Nisa' ayat 3 yaitu
y.3:.z*i
ili ,4i G €accl;s.'v;Ai
iri;$i
Artinya
:
:
5;i,tu;:t"-€J,;f
aira+:$i"fi+ os
&& G1ii3.,?iri*$i *> ot;
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempurm yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : du4 tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
ftawinilah) seorang saj4 atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".
(Q.S.4:3).26
Secara umum, budak yang dimaksud ayat
di
atas mencakup semua budak
yang dimiliki meskipun tidak dinikahi secara sah. Inilah pendapat umum ulama.
Akan tetapi, bila dikaitkan dengan Q.S. al-Nisa'/4:24
a
- 25, ternyata budak yang
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tofsir al-Qur'an alQasimi, Juz X, (Kairo : Isa alBabi al-Halabi, 1959), h. 3834. Lihat. Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabai, Ja'ni al-Bayan
al-Ta'wil Fi al-Qur'an, Jilid XIV, (Kairo : Dar al-Fikr al-Arabi, 1954), h. 148. Lihat pula
Muhammad al-Qumbi, al-Jami' ..., Juz X, h. 146.
E
Muhammad Fu'ad AM al-F,aqi, al-Mu'jan ..., h.673 - 67426
Ayat * ayat serupa terdapat dalam Q.S..al-Nisa' I 4 : 24, 25,36 ; al-Nahl t 16 : 71, alMu'minun / 23 :6, aFNur / 24: 31,33,58, al-Rum / 30:28,al-Ahzab 133:50,52,a!-Ma'arif / 70
:30.
bisa digauli adalah yang sudah dinikahi secara sah. Pendapat seperti ini
diperpegangi oleh antara lain
M. Asad.
Menurutnya, tidak sama budak yang
dimiliki dapat digauli seperti yang dipahami oleh sebahagian
B.
Sebab
1.
F
-
Sebab Terjadinya Perbudakan
aktor
a.
besar ulama.27
-
Faktor Intcrnal
Kepicikan dan Kebodohan
Yang dimaksud kepicikan dan kebodohan sebagai penyebab timbulnya
perbudakan adalah bukanlah kebodohan yang menyangkut intelegensi dan
kecerdasan. Ia berkaitan dengan sifat yang tertutup, dan
percoalan serta tidak mau menghayati realitas
-
picik terhadap
suatu
realitas di alam sekitamya sebagai
produk dan zat Yang Maha Kuasa.
Orang
- orang Arab di zamah jahiliyah, bukan bodoh. Mereka dinamakan
jahiliyah karena tidak mau berlapang dada, maka mereka berbuat seperti orang
bodo[ seperti berbuat sombong,
membangga-banggakan
diri, suka menghin4
lekas marah, suka bermusuhan.28
Di samping itu, orang - orang Jahiliyah2e mempunyai adat kebiaasan yang
sangat buruk, merusak tata kehidupan mereka sendiri, seperti : suka bermusuhan,
mengobarkan peperanan antar suku, melakukan perbudakan antar orang
Arab sendiri dan
-
laki secara berlebih
-
lebihan.
Tradisi kebudayaan Arab Jahiliyah mempunyai ciri
terwujud sebagai nilai
-
berikut,3o yaitu
- ciri mencolok yang
nilai budaya yang khusus, yang terbentuk dari alam
lingkungan hidupnya. Dari nilai
-
oriulg
menganggap wanita sangat rendah derajatnya, dan
mengutamakan kedudukan laki
lestarilah pranata
-
-
nilai budaya yang demikian muncul dan
pranata sosial dengan adat kebiasaan
-
kebiasaan sebagai
:
27
Lihat, M.Asa4 The Message ofThe Qu/'an, (Gibraltir : Dar al-Andalus, 1980), h. 106.
Ahmad Amin, .Fa,/ al-Islam, (Kairo :Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah al-Namr), h. 59Umar Farrukh, mengatakan bahwa 'Jahil" bukan lawan dari *Ilrnu", tetapi lawan daxi kata "alHilm", "al-Hilm" artinya sikap bljaksana tidak terhanyut oleh luapan emosi. Lihat. Umar FarruklL
Tarikh al-Jahiliyah, (Bairut : Dar al-llmi al-Malayin, 1983), h. 53.
2e
Lihat dalam Al-Qur'an swah al-Imran /.3 : 154, al-Maidah / 5:50,a!-Ahab /33 :.33,
'?8
al-Fat / 48
30
:26.
Daniel Pipes, Tentara...,h,47-
1.
Perang, orang
-
orang Arab Jahiliyah memandang perang sebagai jalan hidup
dan sumb€r yang memberi bekal untuk hidup.
2. Perbudakan, sistem perbudakan memainkan peranan yang sangat besar dalam
kehidupan dan perekonomian Arab Jahiliyah.
J.
Suka berlaku kejam dan zalim.
n
Laki
-
laki sebagai kepala rumah tangga : laki
-
laki sebagai kepala rumah
tangga merupakan tumpuan hidup keluarganya, hidup
sangat tergantung kepada laki
5.
Mengubur hidup
-
-
-
mati anak istrinya
laki yang menjadi kepala rumah tangga itu.
hidup bagi perempuan ; adat mengubur hidqp
-
hidup bayi
perempuan itu tercatat dalam Al-Qur'an surah al-Takwir/81:8; al-Isra'/7:31
;
dan al-An'a:d6:151.
6.
Syirik.
Oleh karena itu, J.J. Rosseau menanggapi bahwa adanya tradisi Jahiliyah
termasuk perdagangan budak adalah sebuah tindakan bodoh, dengan alasan
perbudakaq di samping bertentangan dengan tata nilai dan etik serta agama, juga
merupakan pelanggaran batas otoritas orang tua, yaag hanya sampai baligh saja,
selama penjualan itu tidak dapat ditarik atau dibatalkan dengan syarat apapun.3t
Di samping kebodohan merek4 hal ini juga menjadi salah satu penyebab
sempitnya pandangan orang
-
orang barat terutama orang
-
orang Amerika
tentang budak yang harus hidup dalam kepahitan.32
Adat perbudakan yang sering terjadi karena kepicikan dan kebodohan
mereka ketika itu, mendapat peringatan keras dari Allah SWT melalui Al-Qur'an
yang diturunkan kepada Nabi SW, yaitu Surat al Baqarah : 177:
Menurut riwayat Qa'tadah yang menerangkan bahwa ada seseorang yang
menanyakan kepada Nabi SAW, tentang apakah perbuatan yang baik itu ? Maka
turun ayat 177 surah al-Baqarah tersebut di atas.33 Lalu Nabi SAW memanggil
kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu
terjadi sebelum diwajibkan salat fardu.
3r
Kontrol Sosid/, terj. Sumardjo, (Jakarta : Erlanggq 1986), h. 10.
Daniel Pipes, Tentara .-.,h.47 t' Jalaluddin Al-SalTti, Lubab ..., h. 53, Abu Ja'far Muhammad ibn trjtr al-Tabari, Jami
..., \tzll,h.94, ibn Kathir, Tafsir..., jlidl,h.365.
32
Jean Jacqnrs Rousseaq
Dari peringatan Tuhan melalui Al-Qur'an agar supaya dapat mengetahui
bahwa perbudakan yang selama
ini
menjadi trend dalam kehidupan
masyarakatnya dan dihapuskan. Maka ketika Islam hadir telah banyak sekali
budak yang dimerdekakan oleh Naib SAW atau oleh para sahabat.
b.
Kondisi Ekonomi
Sebagaimana dikemukakan
di
atas, bahwa akibat
peperangan
menimbulkan perbudakan. Dan perbudakan telah menjadi faktor yang merupakan
salah satu faktor se
Jahiliyah saat itu.
Di
a
merupakan salah satu urat nadi perekonomian Arab
masa Romawi, kaum pedagang menjadikan pep€rangan
sebagai musim terbaik untuk kegiatan perbudakan. Mereka
ikut serta dalam
pasukan guna membeli para tawanan dengan harga serendah
-
rendahnya.
Penjualan ini merupakan keagungan dalam sejarah imperialisme Romawi.3a Dan
ini suatu isyarat bahwa perbudakan sudah dijadikan ajang bisnis.
Di Cina, merajalelanya perbudakan diantaranya disebabkan penjualan diri
sendiri atau keluarganya demi menghindari kelaparan dan kesengsaraan yang
sangat luas tersebar.35 Bahkan dalam sistem feodalisme Eropa, para penggarap
tanah ini dipe.jral belikan bersama tanah garapamya karena mereka merupakan
alat bagi tanah yang dikuasainya,36 yang merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan.
Pe4jualan berupa pertaruhan spekulatif terhadap diri atau keluarga, yaitu
perjudian, juga menjadi sumber lain perbudakan pada masyarakat Arab Jahiliyah.
Tak heran kalau ekses negatif dari perjudian itu adalah hutang piutang yang dapat
mengorbankan keluarga bahkan
diri sendiri. Adapun yang kalah, akan menjadi
budak bagi pemenang atau si pemberi hutang ketika hutang sulit untuk dilunasi.
Budak sebagai komoditi perekonomian juga lahir dari penculikan bajak
bajak laut terhadap bangsa
3a
-
-
bangsa lain di pesisir yang kemudian dijual di pasar
Ahmad Syalabi, Islan dan Timbangan, terj. Abu Laila dan M. Thahir, (Bandung : al-
Ma'arif. 1982). h.300.
"36 Ibid., h. zg}.
Di masa Arab Jahiliyah budakjensi ini disebrt al-Qun, ibid, h.304.
-
pasar Athena atau kota
-
kota lain. Tak heran bila di Athena, jumlah budak
melimpah ruah melebihi perbandingan dengan orang merdeka, 100.000 :
2O.OOO.31
Tidak terkecuali dalma masyarakat Arab, baik yang hidup dipedalaman
maupun di daerah padang pasir gersang di jazirah Arab. Sering juga ditemukan
perdagangan budak, bahkan lebih tragis lagi melakukan pembunuhan bagi dengan
motif ekonomi.38 Adat perbudakan karena kondisi ekonomi dari mereka ketika itu
mendapat peringatan keras dari Tuhan dalam Al-Qur'an, yaitu
b)=
?(* "43;
--,*l j e
:
:+(
i-itt.".ts
Artinya: "... dan janganlah
kamu membunuh anak - anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepada kamu dan kepada
mereka...". (Q.S.6:
1
5
1
).
Ibnu Kathir menukil hadith yang dihimpun oleh Ibnu Abi Hatim bahwa
Qais ibn 'Asim mengaku kepada Nabi SAW bahwa dia telah menanam hidup
-
hidup 12 (dua belas) anak perempuannya selama zaman Jahiliyah.3e Hal ini
dilakukan takut miskin dan malu. Dalam artian bahwa untuk hal
-
hal yang
bersifat tradisi dan kondiri perekonomian, mereka sanggup saja membunuh anak
dan istrinya sendiri, apalagi untuk diperlakukan sebagai budak atau hamba.
Begitulah perbudakan mempunyai implikasi ekonomis, karena kehidupan
masyarakat yang materialistis yang sangat luar biasa, sehingga tak seorang pun di
zaman itu yang menganggapnya sebagai sesuatu yang tidka inginkan. Tidak
terkecuali ketika Islam datarg, didapatinya perbudakan telah menjadi bagian dari
kegiaan ekonomi yang sedang berkembang sehingga menjadi tonggak penting
dalam sistem kehidupan yang harus diakui. Hal ini sekaligus memperkuat adanya
warisan perbudakan.
" Ali
'Abd al-Wali dWafi, al-Hurriyyahfi al-hlam, (Kairo : Dar al-Ma'arit 1968), h. 298.
Dalam berbagai sumber disebutkan, Khalifah Umar pemah menguburkan hidup - hidup
anak perempuannya, tefapi dapat diragukan keabsahan berita tersebut, karena Umar tergolong suku
Quraisy yang rnemiliki kebudqyaan yang maju disbanding dengan kabilah , kabilah di pedalaman
jazirah Arab. Kelornpok masyarakat yang dikenal sering membunuh bayi - bayi perempuan adalah
masyarakat yang ada di pt&iarnan, yang kehidupannya hanya mengandalkan sumber daya alam
yang terbatas. Sementara Umar hidup dan besar'di KoIa Mekkah dan Madinatr, dua kota yang
sudah maju ketika itu.
" Abi al-Fida Islamil bin Kathir., T4fir'r... Jilid VIII, h. 255.
38
c.
Sifat Kewarisan
Menurut Marcel
A.
Boisarda0 bahwa salah satu sebab mrmculnya
perbudakan karena faktor dari seorang hamba- Hal ini seolah
-
olah telah menjadi
suatu keharusan. Memang bahwa perbudakan sebagai fenomena sosiologis sangat
sulit untuk diusut keberadaanny4 karena ia telah menyusup ke dalam aturan waris
dan aturan hubungan kemasyarakatan. Hal ini terliha tdari perilaku orang
-
oftmg
dahulu yang masih sangat sederhana. Eksploitasi dan penekanan antara sesama
merupakan budaya mereka. Sementara yang diperbudak tidak menyadarinya
sehingga mereka enggan untuk melepaskan
diri dari kungkungan sistem tersebut.
Andaipun timbul kesadaran mereka, lalu menunhlt halq maka mereka akan
segera berhadapan dengan bahaya yang senantiasa menganciun
Ancaman
diri
mereka.al
itu barangkali karena hilangnya perlindungan para pengekplotir. Ini
dapat menyebabkan penculikan, penganiayaan baru, bahkan pembunuhan
terhadap dirinya. Terlebih, dalam masyarakat yang mengabsahkan sistem
perbudakan,
a2
seperti pada masyarakat
Ymani.
Salah satu dasar penghalalan bagi penculikan itu adalah doktrin dikotomis
kemanusiaan dan manusia, seperti dkotrin para filosof Yunani, bahwa penyebaran
manusia
-
manusia ke pesisir boleh saja, untuk kelak diperjual-belikan atau
dijadikan budak guna mengabdi kepada orang
-
nantinya berlaku juga
orang Arab sebelum Islam.a
Sinyalemen
ini
di
kalangan orang
-
orang Yunani.a3 Praktek ini
menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh budaya Yunani
terhadap bangsa Amb,45 kalau tidak demikian, berarti bahwa praktek di atas sudah
menjadi tradisi yang merasa secara universal.
e Marcell A. boisard, Humanisme Dalam
ft/an, terj. M. Rasyidi, (Jakarta : Bulan Bintang
1980), h. 129.
ar
Muhammad Qltub, Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang Keliru tentang Al1slaz, terj. Alwi AS, (Bandung : Diponegoro, l98l), h. 97.
a2
Aristoteles mengakui bagusnya sistem masyarakat budak. Lihat tlarok4 Sejarah Umo(
lslan, (lakrlz: Bulan Bintang. ,986). h. 267.
o'
Ahmad Syalabi. tslan ..., h.299.
* tbid.h.3os.
a5
Masuknya pongaruh budaya bangsa - bangsa disekeliling jazirah Arabia ke daerah ini
melalui tiga jalur, yaitu perdagangaa, perwalian dan masuknya agama Yahudi dan Kristen. Lihat
Ahmad Amin, Fc,li..., h. 39.
Ketika Islam datang, perbudakan sedang merajalela sebagai fenomena
sosial yang tidak bisa dipungkiri. Ia telah berurat berakal
di
dalam tradisi
masyarakat mauprm individu. Tak ada yang menentang apalagi berpkir untuk
menghapuskanny a.a6
ladt, tidak pernah ada dalam sejarah Islam bahwa Nabi
SAW memperbudak tawanan perang, apalagi membunuhnya anya
kalena
kekalahannya. Karena semenjak usai Peran Badar, Nabi SAW dilarang untuk
memiliki tawanan perang. Firman Allah SWT
C-p 3rL"l",-r')q
:
c!.ri-b a;i;^3&oi;t 3,(c
3$VNsGfi
:
Artinya
*-tiisrS'ui
"Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan ,"iru- ia dapat
melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta
benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu). dan Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana". (Q.S.8:67).
Menurut suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi SAW bermusyawarah
dengan para sahabatnya memperbincangkan hal tawanan perang Badar. Nabi
SAW bersabda : "Bagaimana pendapat kalian tentang tawanan ini ?" lalu turun
ayat 67 surah Al-Anlhl.47
Jadi, pada kasus perang ini, telah menjadi hukum sosial bahwa tawanan
perang dan musuh yang kalah secara otomatis dipandang sebagai budak. Paham
ini
telah menhdisi dalam kehidupan masyarakatnya, dan sangat sulit untuk
dihilangkan. Sebab, telah menjadi warisan yang mesti dita'ati. Suatu paham yang
tidak berbeda jauh dengan yang berlalu di kalangan bangsa Yunani dengan dekrit
"Budak Warisan" atau 'Budak Alamiah".
Dengan demikian, dari pengamatan yang telah dilakukan oleh para ilmuan
dan uraian di atas menunjukkan, bahwa pola prilaku kejiwaan akan dipengaruhi
pula oleh faktor keturunan yang biasanya lebih dipengaruhi secara warisan. Dan
ini
sangat besar pengaruhnya bagi tradisi bangsa Arab ketika
itu. Dan Islam
itu
dengna sistem
mencoba menghilangkan tradiri kewarisan perbudakan
16
nt
Muharnmad Qutub, Jawaban ..., h.70.
Jalaluddin al-sayutit Lubab ..,, h.235.
emansipasi progresif. Kondisi seperti inilah yang coba didekati oleh Al-Qur'an,
unhrk segera diselesaikan atau paling tidak ada suatu solusi tertentu yang harus
diketahui.
2.
Faktor
-
Faktor Eksternal
Faktor ekstemal yang dimaksud adalah sebagai penyebab munculnya
perbudakan. Umumnya dapat dikategorikan sebagai
Khususnya lingkungan politik.
Di man4 konflik politik
faktor
lingkungan.
yang menimbulkan
peperangan dan peperangan itu melahirkan tawanan dan perbudakan.
Peperangan sejak dahulu kala merupakan ajang sarana lahimya otoritas
suatu kelompok atau kelompok lainny4 lalu lahirlah perbudakan.as Persaingaa
antara kelompok yang sangat banyak, telah membuka peluang munculnya
peperangan demi peperangan. Maka tidak salah
bila peperangao merupakan
sumber utama perbudakan,ae karena dari peperanganlah lahir budak
-
budak, baik
peperangan terhadap bangsa sendiri maupun bangsa lainnya, seperti yang pemah
terjadi di Cina.
Berdasarkan data pra-sejarah arkeologis, bahwa masyarakat primitif
berada dalam kedamaian. Tidak ada peperangan antar suku. Dan
ini menunjukkan
bahwa perbudakan belum mereka kenal. Akan tetapi ketika perang menjadi hal
yang penting dari hubungan antar kelompok
hak dan kekebalan
- kekebalan
-
kelompok manusi4 maka hak
-
yang mencengah perbudakan persukuan menjadi
tidak terlaksana, dalam bentuk penawanan kelompok - kelompok
yang
bermusuhan. Di mana para tawanan itu dapat disiksa dibunuh, diadobsi, dijual,
ditukar, diperbudak atau dibebaskan. Ini merupakan potensi ancaman praktis
juga yang dijadikan pelayanan atau
antara suku
-
milik.raja
raja, baik yang wanita ataupun yang laki
-
suku.50 Para tawanan
itu
ada
* laki.
o Cagtan
pada sejarah kuno Timur Tengah mengungkapkan bahwa para budak awal itu
adahh tangkaparl peiang yang terjadi pada orang - orang Sumeri4 Babilonia dan Mesir Kuno.
-Lihd Betnand Lewis, Race and Slave in Middle Eost : An Historical Enquairy (New York:.
QxforC Universiry Press, 1990), h. 56.
n'
Seia.ah Lama mencatat adanya ketentuan hak bagi pemenang peperangan ini, yaitu hak
untuk membunuh atau memperbrtdak. Lih at : Wafi, Al-Hurrist ..., h. 25.
r0
James Hastlirgq (eq, Sraire4, in Encylopedia Religion and Ethics, vol, XI, (New York :
Charles Cribner's Sdnt, t.t), h. 5O5.
.
Bagi bangsa Romawi, motif utama perbudakan adalah peperangan. Dan
peperangan itu lmtuk memeras suatu kelompok demi kemaslahatan Romawi.sl
Undang
-
undang bangsa ini memberikan hak penuh kepada tuan untuk menyiksa,
memeras dan membunuh budaknya.52 Karenany4 ekses peperangan
terjadinya pasar budak bagi orang
-
orang Yunani di negeri
-
munculnya Islam, adalah
a.
adalah
negeri Asia Kecil.
Secara umum Harun Nasution menemukakan bahwa
menyebabkan seseorang bisa
ini
hal
dimiliki atau diperbudak orang lain
yang
sebelum
:
Menjual dirinya sendiri atau anak isterinya" sehingga ia meqiadi budak dari si
pembelinya. Penjualan diri bisa terjadi disebabkan karena di dasar kemiskinan,
atau disebabkan tidak mampu menutupi hutang yang menumpuk.
b.
Menculik orang
-
orang merdeka dan merampas segala hartanya. Sedangkan
orangnya dijadikan hamba sahaya. Hal
ini bisa terjadi pada orang -
orang
yang tidak mempunyai kabilah ftelompok) yang mampu mempertahankan
haknya.
c.
Melakukan suatu tindakan pidana, seperti berziaa, mencuri dan membunuh
sanksi hukumny4 seseorang yang melakukan tindakan
-
tindakan tersebut,
bisa dijadikan hamba sahaya oleh pihak yang diragukan.
d.
Ditawan dalam suatu p€perangan antara suku atau anlara bangs4 baik
peperangan yang bertujuan untuk menaklukkan suatu kabilah atau satu bangsa
lai4 maupun
suatu serangan balas dendam.53
Bahkan kata Harun Nasution lebih tanjut, bahwa sebab
perbudakan tersebut
di
-
sebab
atas tidak satupun yang dipraktekkan dalam Islam,sa
karena memang Islam tidak mengenal institusi perbudakan. Bahkan sebaliknya,
Islam memerintahkan supaya memerdekakan budak atau membebaskan budak.
namun, jika kondisi memungkinkan diperbolehkannya perbudakan dapat muncul
sekarang dan seseorang bisa menjadi budak dibawah kondisi
sr
-
kondisi itu, maka
Fuad Mohcl. facfinrddin, lslam Berbicara Soal Perbudakan, (Jakarta : Mutiara, lgEl),
h.25.
"
Abdullah Nasih Ulwan, Jawa ban Tuntas Masalah Perbudakanm, terj. Aunurrafiq Saleh
(Jakarta : Al-Islami Press, 1988) h. 9.
53
Harun Nasution, dkh Ensiklopedi Islam lndonesiq (lakaxta: lambatai, 1992\,h. 5.
t^
tbid
syari'at harus melindungi 'hak
-
hak" turm maupun budak, dengan cara yang
sama pada abad ketiga belas yang lalu.
Al-Qur'an membolehkan perbudakan untuk membatasi penyalahgunaan
lembaga tersebut serta mendorong untuk hilangnya sama sekali dengan keyakinan
Di samping itu, ahli
-
ahli moral Islam sepakat mengatakan bahwa A1-
Qur'an dan Muhammad SAW, menentang perbudakan dan bertujuan untuk
menghilangkannya dengan ketentuan ketenluan ywridis dan moral. " Aiaran ajaran hukum Islam ditujukan mula
masyarakat paffier
-
mula, pada waktu diwahl,ukan, kepada
hal yang terbelakang. Dan Al-Qur'an tidak
menghapuskan lembaga tersebut sekaligus karena sebab
-
dapat
sebab psikologis dan
ekonomis. Perbedaan itu telah ada dalam segala bangsa pada suatu masa dalam
perkembangannya dan hilang dengan perbaikan kondisi produksi ekonomi,
kemajan pikiran manusia dan tumbuhnya rasa keadilan antara manusia.
Oleh karena itu, sebab yang objektif dan reaktif bahwa Islam tidak dapat
menghapuskan perbudakan dengan kekerasan, sebagai gantinya Islam
memberikan ketentuan
-
ketentuan hukum untuk menghapuskannya secara
bertahap, dan pada waktu yang sama pula, Islam berusaha meringankan
keketatannya. Dalam artian Islam berusaha mempersempit sebab
-
sebab
terjadinya perbudakan dan memperluas kemungkinan kebebasan.
C.
Upaya
1.
-
Upaya Penghapusan Perbudakan.
Dalam Bentuk Mengharapkan Rida Allah SWT.
Ayat
-
riyat yang relevan dengan masalah
ini
antara lain terdapat dalam
surah al-Baqarah/2:177, swah al-Naml/27:19, surah al-Fajr/89:28, surah alBalad/90:8-1 3, dan surah al-Latll92.21.s6
a.
Dalam surah a1-Baqarah/2:177 dikatakaa:
55
56
ini ayat
-
Marcel A. Boisard, Ilumflafiisme --.,h, 1,27.
Kelima ayat tersebut sebahagiar sudah dimuat pada Bab-bab sebelumnya jadi pada bab
ayat dimaksudkan hanya dimulai sebagai analisis dari masalah tersebut.
,I
ilel') ,-)tJ)l
u'd{:tit Wi ,jti';r5;:t6 ;Hi,
t-
'r;6
A
Artinya
:
* i j' ;t[.^6li 6r;'ri ;tai
triifii la j;\i I ; r.iv +i" ns a i,Wt'o
say.ti,
1
r JJ4,s. s1
e
'Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikara akan tetapi sesungguhnya kebajikau itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, NabiNabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anakanak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
dan
orang-omng yang meminta-minta, dan
(memerdekakan) hamba sahay4 mendirikan shalal dan menunaikan
z,*at, dart oftmg-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
omng-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
pepemngan. mereka Itulah orang-omng yang benar (imannya); dan
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S.2:177).
pertolongan)
a. Dalam surah al-Balad/90:8-13
6'r'ziii
iti
$ . i't",ti
;-:;s,.-#friitt: rj*,4 U? ii
,*:U.irti;et'.,;i
Artinya : "Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan
dus buah bibir, Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
Maka tidaklah sebaiknya (dengan hartanya itu) dia menempuh jalan
yang mendaki lagi sukar, tahrkah kamu apakah jalan yang mendaki
lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan". (Q.S.90:8t3).
Dari ayat
- ayat di atas maka di sini penulis mengkhususkan
kepada dua
ayat yaitu surah al-Baqarah/2:177 dan surah al-Balad/90:8- 13, karena dianggap
representatif dan mempunyai hubturgan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dari surah al-Baqarah/2:17 7 tersebut diperoleh informasi berkenaan
dengan makna kebaikan. Secara eksplisit, Allah SWT menjelaskan bahwa
kebaikan itu merupakan wujud dari orang
nilai
-
-
orang yang taqwa. Di mana dengan
nilai taqwa, dapat terlihat ketjaikan yang dilakukannya, baik
yang
berhubungan dengan manusia (hablum minarums) maupun yang berhubungan
Allah (hablum minallah).
dengan
Salah satu nilat kebaikan yang behrubungan dnegan manusia adalah
memerdekakan budak atau hamba. Adapun substansi
dari kebaiknn yar,g
dilakukan terhadap budak atau hamba, para mufassir berbeda pendapat.
Menurut Al-Zamakhsyari (53811142), bahwa makna wa
ayat
di
fi
al-riqab pada
atas adalah menolong budak atau hamba untuk merdeka dengan
memberikan bantuan harta, baik berupa zakat maupun sadaqah.sT Sebab, untuk
mengetahui kualitas iman seseor,mg dilihat dari aspek ibadahnya dan amal
salehnya. Dengan memberikaa bantuan, baik berupa zakat ataupun sadaqah adalah
merupakan amal shaleh yang mempunyai rulai kebaikan, karcna telah mampu
memberikaa se$ultu yang dicintainya kepada orang
membutuhkannya. (Q.S.
Ali lmanl3
-
orang
yang
:92).
Menurut Muhammad Rasyid Rida (1355/1935), salah seorang penulis
tafsir di awal abad ke-20 ini menambahkan bahwa makna wa fi al-riqab adalah
mengandung kemerdekaan dan kebebasan dengan bentuk menjualnya atau
memerdekakannya serta menolong menyelesaikan problem kehidupannya melalui
perlindungan hak
-
haknya.s8
Iili berarti, orang -
orang yang mempunyai
kewajiban terhadap hamba harus dapat melindungi hak
-
haknya. Sekaligus
melaksanakan kewajibannya dengaa memberikan kemerdekaan dan kebebasan
kepada hambanya.
Menurut Hasbi Al-Siddiqi. bahwa makrm wq
fi
memberikan bantuan kepada tawanan perang untuk menebus
al-riqab adalah
diri dengan cara
mmembeli budak telah ditetapkan oleh tuannya.5e Dengan pemberian ini,
merupakan satu keharusan bagi setiap orang Islam untuk memperhatikan nasib
budak agar termasuk golongan sebaik
-
baiknya umat (Q.S. Ali lmran/3:l 10).
57
Abi qasim'Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zamakhsyari, Tafsir at-KasyaJ, tuzl,
(Beirut : Dar al-Kutub al-llmiyah, 1995), h. 218.
58
Muhammad Rasyid Rida. Tafsir al-Manar, Jilid II, (Beirut : Dar al-Fikr, t.t), h. 116.
Llhat pula Ahmad Mustafa al-Maragih, Tofsir al-Maraghi, Jilid I, (Beirut: Dar al-Fils, 1978), h.
5't .
5e
Hasbi Al-Siddiqi, Tafsir al-Nur, Jilid I, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, lggs),h.279.
Menurut Hamka bahwa makan dalam ayat
ini
adalah anjuran
mempertinggi atua meningkatkan perbuatan kebaikan dengan menyediakan harta
untuk memerdekakan budak.60 Menurut Tafsir Depag RI, bahwa maksud ayat
tersebut secara umum adalah kebaikan itu dilihat dari dua sisi, pertama, betbuat
kepada Allah melalui ibadah, kedua, berbaat baik kepada manusia melalui amal
itu adlaah
hamba sahaya, sehingga ia dapat
untuk perbuatan nyata.6r Dalam artian, wujud dati. kebaikan
memberikan harta untuk memerdekakan
memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.
Dari pendapat - pendapat tersebut di atas, terdapat dua hal kebaikan yang
dilakukan terhadap harnba, perlama, dengan memerdekakannya secara langsung.
Kedua, membanit menyelesaikan problem kehidupannya dengan cara menebus
budak tersebut untuk dimerdekakan. Hal itu sesuai dengan pendapat Muhamamd
Qutub bahwa Islam berusaha secara praktis membebaskan mausia dari
perbudakan melalui dua jalur, Pertama : jalur 'Ilqu (pembebasan secara sukarela)
dan
Kedua : jalw Mukataba& (penebusan diri).62
2.
a.
Dalam Bentuk Kaffarat
Kaffarah pembrmuhan tidak sengaja
Yang dimaksud dengan pembunuhan tidak sengaja (kesalahan) adalah
suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain
penganiayaan.63
tidk disertai niat
Hal ini dilakukannya karena lalai, sepe(i membidik
seekor
hewan buruan atau membidik sasaran tertentu, kemudian temyata mengenai
manausia yang terlindungi diarahnya sampai ia mati. Dalam surat a1-Nisa'/4:92,
dikatakan
:
*1)"4 6"t Gr{ * ;'t"6+ fiycy:3: J,r;,ti *H 3(
G;
.. - 4t-. i-c
uo
"'
2n.
Harnka Tafsir al-Azhar, Juz II, (Jqkarta : Pustaka Panjimas, lgSz\,h.73.
Depzg RJ, Al-Qur'on d.on Tafiirtrya, Jilid I, (Yogyakarta : Dana Bakti Wadaf, l99l), h-
62
Muhammad Qunrb, Jo$,aban Terhadap Alam Fikirsn Barat yang keliru tentang Islam,
ted. Alw_i AS (Bandung : Diponegoro. 1993). h. 75.
"' A. Djazuli, Fiqh Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (lakarta:
Raja Grafindo Persad4l991\,h.
l2l.
,
Artinya
:
"Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang budak yang beriman ...". (Q.S.a:92).
Mengenai sebab turunnya ditemukan ditemukan dua riwayat yaitu yang
dikemukakan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Ikrimah. Jalaluddin al-Sayuti,
mengatakan bahwa ayat
Bani
'Aff
ini diturunkan berkenaan al-Harith bin Yazid dari suku
bin Lu'ay beserta Abu Jahl pemah menyiksa 'Iyasy bin Abi Rabi'Al-
Qur'an Hadits. Pada suatu hari al-Harith hijrah (berkunjung) kepada Nabi SAW
dan bertemu 'Iyasy
di
kampung al-Harrah. 'Iyasy seketeka saja mencabut
pedangnya dan langsung membunuh al-Harith yang dikiri masih bermusuhan juga
(belum masuk Islam). Kemudian 'Iyasy menceritakarurya kepada Nabi SAW.6a
Maka aya tini (Q4:92) sebagai ketentuan bagi pembunuh yang keliru terhadap
seorang mu'min. Kemudian ada riwayat lain lagi dari Ibnu Zaid, bahwa dalam
suatu peperangan sahabat Nabi SAW. Abu Darda terlanjur pula membunuh salah
seorang penduduk, dan temyata orang
itu telah
mengucapkaa dengan keras
:
"La ilaha lllallah", namun dibunuhnya juga. Perbuatarurya itu disalahkan Nabi.65
Sehingga turun ayat tersebut sebagai penjelasannya.
Kelihatannya riwayat Ibnu Jarir dari Ikramah inilah yang merupakan sebab
turun utaman, karena sebagian atau seluruhnya hampir selalu dikutip oleh buku
-
buku tafsir masa belakangan. Dan ulama sepakat bahwa ayat di atas dimaksudkan
terhadap membunuh orang
-
orang merdeka bukan budak,6 dalam artian, tidak
dijelaskan ketentuan hukumnya jika membunuh budak.
Adapun untuk menganalisa kandungan ayat di atas, maka penulis mencoba
mengemukakan pendapat
dengan tersalah, yaitu
-
pendapat para mufassir tentang hukuman membunuh
:
Jalaluddin al-Sayuti, Lubab al-Nuql Asbab al-Ntzul, terj. K.H.Q. Saleh dkk, (Bandung:
Diponegoro, 1994), h. 148. Uhat Muhammad'Ali al-Sabuni, Rawa'i al-Bayan ayat al-Ahkan min
AlQur'aa rilid I, (Damsik : Maktabah al-Gazali, 1980), h. 494. lihat Abi Abdilah Muhammad
bin Alrmad al-'Ans ari al-Qurtubi, al-Jani'-.., h- 3I3.
u'
Hamk4 Tafsir ..., lDzY,h.2O4.
uu
tbtd.. h.314.
Menurut al-Qurhrbi, bahwa makna ayat
di
atas adalah mengandung
kewajiban untuk melakukan kaffarat terhadap orang yang membunuh orang lain
dengan tersalah. Dan kaffaratnya yaitu membebaskan budak.67 kewajiban itu
diberikan sebagai ganti dari hak Allah yang telah dibunuh. Karena setiap orang
mempunyai hak untuk hidup dan beribadah kepada Allah SWT, maka dengan
terbunuhnya seseorang
itu
berarti telah menghilangkan hak Allah dan hak
manusia , dan logis kalau hal itu diganti dengan memerdekakan budak.
Sayyid Qutub, memberikan pengertian lebih luas lagi bahwa pembunuhan
tersalah itu mengandung 3 (tiga) kategori
a.
:68
Jika pembunuhan itu terjadi terhadap orang mu'min, dan ahli warisnya adalah
mu'min serta berada
di
daerah Islam, maka wajib memerdekakan budak
mu'min dan diat yang diserahkan kepada keluarganya.
b.
Jika pembunuhan itu terjadi atas orang
warisnya adalah orang
-
-
orang mu'min, sementara ahli
orang yang memerangi Islam, maka
memerdekakan budal. sebagai imbalan menghilangkan
mu'min yang dibunuh
in-r, akan tetapi
jiwa orang
-
waj
ib
orang
tidak boleh melaksanakan diat kepada
ahli warisnya ya g memerangi Islam.
c. Jika pembunuhan itu
terjadi atas orang
kelompoknya adalah orang
-
-
orang mu'min,
sementara
orang pendamai dan pemelihara terhadap kafir
-
kafir zimmin, maka kaffaratnya adalah memerdekakan hamba dan membayar
diat kepada keluarganya. Karena perhatian dan pengamanannya terhadap
omng
-
orang mu'min, telah menjadikan darahnya
seumpama orang
-
itu
sebagai pelindung
orang Islam.
Dalam artian, jika orang yang dibunuh karena tersalah
itu
seorang
mukmin, maka kaffaratnya memerdekakan budak dan membayar diyat. Kemudian
pembunuhan tersalah itu adalah seorang mu'min, tetapi ia termasuk warga kaum
yang memusrhi kamu, tidak diwajibkan membayar diyat, hanya kaffaratnya
adalah memerdekakan budak yang mu'min saja. Akan tetapi jika di antara kamu
dan
brfin.:/ang terbunuh itu ada perjanjian damai, maka hendaklah
u'
*
kepada
Ibid.,h.3ts.
6ayyid Qutub, Tafsir
fi
Zilat Al-Qafs4 Juz IV, (Beirut : Dar al-'Arabiah, t.r),h. 174.
keluarga
si
terbunuh diberikan diyat ganti rudi,
di
samping memerdekakan
seorang budak yang beriman.
Muhamamd
Ali
Al-Sabuni mengambil jalan tengah
dengan
2
mengkategorikan pembunuhan tidak sengaja (tersalah)
itu
kategori. Pertama, seseorang bermaksud membunuh oftmg
- orang musyrik atau
burung, tetapi terkena orang Islam. Kedua, benar
-
kepada
(dua)
benar lalai, tidak ada maksud
berbuat untuk membrmuh.6e Ini berarti bahwa kaflarat terhadap pembunuhan tidak
sengaja diberikan saknsi atau ganjaran pelajaran
hati
-
atau'ittibar turtuk berbuat lebih
hati lagi.
Sementara Ibnu Kathir lebih memofokuskan kepada pokok masalah itu
sendiri, yaitu status hukumnya di mana ada 2 kewajiban terhadap pembunuhan
karena tersalah yaitu membayar kaffarat, yakni sebagai penebus dosa dan
membayar diyat yaitu ganti rugi. Adapun kaffarat yang harus dilakukan adalah
memerdekakan budak yang beriman untuk penebus dosanya karena telah
membunuh
diat
-
jiwa
seorang mu'min, sedangkan kewajiban kedua ialah membayar
ganti rugi yang harus diserahkan kepada keluarga yang terbunuh.To
Dari uraian di atas, terlihat adanya perbedaan antara Al-Qutubi, Sayyid
Qutub dan Al-Sabuni dalam cara memahami maksud dari kaffarat tersebut. AlQurtubi tidak memberikan artian yang rinci tentang pembunuhan tersalah, tetapi
al-Qurtubi langsung pada persoalan pokok yaitu ka{farat pembunuhan tidak
sengajar (tersalah) adalah pembebasan budak yang beriman. Dan pembayaran
kaffarat itu diwajibkan. Sementam jSalyid Qutub dan Muhammad
Ali al-sabuni
mencoba mengklasifikasikan bentuk pembunuhan tidak sengaja (tersalah) itu.
Kemudian substansi dari hukuman terhadap pelanggarannya, mereka berbeda
pendapat pula. Sayyid Qubut kelihatannya lebih luas memahami maksud ayat
tersebut, sedangkan Muhammad
Ali al-Sabuni hanya melihat dari dua sisi, yaitu
tersalah karena perbuatan dan tersalah karena niat (tujuan). Dan Ibnu Kathir lebih
melihat kepada aspek hukum dari pembunuhan tersalah itu sendiri. Dan mereka
sepakat bahwa budak yang dimerdekakan
@
itu adalah budak yang beriman, bukan
Muharnmad 'Ali al-Sabuni, Rawa'i ..., Jilid I, h. 499.
'o lbn Kathir, Tafsir lbn Kathir, Jilid I, terj. H. Salim Balnesy, H. Said Bahresy, (Surabaya
: Bina Ilmu, 1978), h. 505.
-
budak
budak.kafir. Sedangkan bahwa hukuman itu sebagai penebus dan
pembersihan dosa.
b.
Kaffarah Sumpah
Wahhab zuhaili membagi bentuk sumpah itu kepada 3 kategori, yaitu
1)
Sumpah karena lupa
2)
3)
Sumpah karena sengaja
:
Sumpah karena palsu.7r
Dalam hal ini, penulis hanya membicarakan sumpah karena sengaja.
Adapun yang dimaksud dengan sumpah sengaja yaitu seseorang yang bersumpah
terhadap sesuatu perkara yang dikerjakan dan tidak dikerjakan, kemudian
dilanggamya sumpahnya tersebut.T2 Maka sumpah sengaja
inilah
yang
mewajibkan kaflarat ketika berdusta sebagaimana yang dikehendaki dalam ayat
89 al-Maidah. Dalam surah al-Mai<1ah/5:89 dikatakan
jn
:
pt ii {,+6l
"+Udr
;{{;{r
li *?gii"g,;ri o;.+ b;:ri e'# fe i
e;:rt
q
,#s ",k;i
A
"i;L st7<*i *g u;t"rli r* iu* €-: ),t-16*-:
tr3:,3 "ird 4+.tt;'E
Artinya
:
ii jo
)4
K""g;;i
aU'
--:- , ":
t-f
*:
i*;f s
*Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, IVlaka kaffarat
(melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan yang biasa kamu
berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada rnereka atau
memerdelrakan budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang
demikian,:Maka kaffarptnya puasa selama tiga hari. yang demikian iar
adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). dan jagalat sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan
kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya|'.
(Q.s.s:8e)-
'l
"
Wahbab Zuhaili. Tqfsir al-Mxnir, Jilid VII, (Beirut : Dar al-Fikr al-Ma'asn,1,9g1),h.22.
Muhammad
Fiqh, Juzlll,h.356
Ali Al-Sabuni, Rawa'i ..., Jilid I, h. 563. Lihat pula
Wahbah Zuhnili, ci-
Adapun dalil hadffi Nabi73 :
sesuatu tiba tiba engkau
dapati suatu yang lebih daripadanya, maka hendaklah kamu lakukan
apa yang lebih baik itu dan bayarkanlah kaffarat bagi sumpah kamu".
Artinya: "Apabila kamu telah bersumpah dengan
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abbas, bahwa manakalah turun ayat
"
Wahai segala mereka yang telah beriman janganlah kamu mengharamkan
segala yang baik, yang telah dihalalkan Allah kepada kamu", di mana mereka
yang telah bersumpah tak makan daging dan menyentuh wanita bertanya : "Ya,
Rasulullah SAW bagaimana sikap kami terhadap sumpah yang telah kami
ikrarkan itu
?74
Berkenaan dengan hal ini, maka Allah SWT menurunkan ayat ini.
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak
akan
menimpakan suatu hukuman kepada seseorang yang melanggar sumpah yang
telah ducapkannya tidak dengan sengaja untuk bersumpah. Baginya tidak ada
hukum duniawi, dan tidak hukum ukhrawi. Akan tetapi, bila kemudian ia
melanggar sumpah tersebut, maka ia dikenakan kaffarat (denda), yaitu salah satu
- hal berikut ini, Pertama : memberi makan sepuluh orang miskin,
masing - masing satu kali makan. Dan makanan itu haruslah sama mutunya
dengan makanaa yang dimakan sehari - hari oleh pembayar kaffarat dan
dari hal
keluarganya. Kedua, membei pakaian kepada sepuluh orang miskin, yang sama
mutunya dengan pakaian yang dipakainya sehari
-
hai. Ketiga, memerdekakan
hamba sahaya yang diperoleh dengan jalan membeli atau menawan dalam
- turqt.
Dari keempal altsrnatif itu" boleh memilih mana yang
peperangan. Keempat, berpu4sa selama tida bari berturut
dilaksatdcmrya
athef aw,
di
xswnieWn
kqnaqpu,annya.
ffd
n6i dapat dipahai dari hurut
mzna lafaz aw ynerrygdruog ptlihffi.l5 Demiklan pula dikemukakan
73
Imam al-Mabarik bin Muhamrrad i.bn al-'Athir al-tazin, Jami'al-llsut
fiaszl, Jilid Xll, (Beirut : Dax al-Fik, I983), h. 300.
'o Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurnrbi, al-jami' ...,
Lihat pada Hasbi Al-Qiddiqi, Tafsir ..., fi!i.,d II. h. I 107.
?5
t99t),h.
Syamsuddin al-Sarakhsi, Al-Mabsul, Jilid
t2'1.
mau
fi
Ahadith al-
Jvy,h-
264-
VIII, (Beirut : Dar al-Kutub al'Ilmilyah,
oleh al-Qurtubi, bahwa Allah SWT menyebutkan bentuk
-
benhrk pembayaran
kaffarat itu adalah untuk memiliki salah satunya sesuai dengan situasi dan kondisi
serta kemampuan orang tersebut.T6 Misalnya, ketiak diawali pembayaran kaffarat
sumpah
ini
dengan pemberian makan pada fakir miskin, hal
ini
disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat Hijaz ketika itu yang sangat memerlukan bantuan
makanan dari pada kebutuhan pakaian dan memerdekakan bukan. Kemudian bagi
yang tidak mampu melaksanakan salah satu dari tiga hal di atas, maka wajib
berpuasa selama 3 hari bertumt
- turut.77 Dalam hal ini fuqaha sepakat terhadap
tebusan tersebut,
c.
Kaffarat Zihar
Zihar
secara umum diartikan seseorang yang menyerupakan isterinya
dengan punggung ibunya.78 Seperti, seseorang berkata kepada isterinya : "Engkau
tanpa olehku seperti punggung ibuku". Apabila seorang suami mengatakan
demikian kepada isterian tanpa diteruskan dengan talaq, maka ia wajib membayar
kaffarat dan haram menggaui isterinya sebelum kaffarat itu dibayar.
Menurut Hasbi Al-Siddiqi, salah satu cara talak di masa Jahiliyah ialah
dengat zihar.le Dengan demikian isterinya menjadi haram untuknya. Dalam
artian, zihar pada masyarakat Arab identik dengan talaq. Tetapi, oleh Islam
diberikan jalan penebusarmya untuk dapat melanjutkan hubungan dengan isterinya
yang telah dizihar temebut, yaitu melalui kaffarat.
Dasar hukum zifr ar adalah ftrman Allah SWT
l.
:
Q.S. al-MujadalahlSS:2
,*et :2t C,,*,*,y & A:JN-U-fi
:p3;: fi --y'(r:,t:fi GfH
"iel'6)t"4ni
;If11,11*.#1"r1
Artinya
:
"Orang-orang yang mendrihar isterirrya di antra kamt, (menganggap
isterinya sebagai ibuny4 padahal) Tiadalah isteri mereka tidak lain
75
ebi abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-eurtub i, qlJami'..., t]uzy,h. 27 5.
'Vahbah Zuhaili. o/-Fr'q, .... Jilid l. h. 499.
'" M. Abdul Muj ieb, Kazns ..., h. 442- Menurut Abaad Isa. Asyur bahwa zihar adalah
meqyapakan anggota tubuh isteri dengan salah. seorang keluargany4 yang.haram dinikahi. Lihat
Ahmad tsaXsyur. Fiqh..., h. 218.
'umbi
el-Siddiqi,
rafrr
.--,.jilid
Y.L39ssr
hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan Sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta.
Dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun".
(Q.S.58:2).
2.
tsl
.F
Q.S. al-Mujadalah/58:3
r-e
i l,l ,,r - ! ,, <'z
--i. t
,J: t-t3"-i rrle tar. OJ)J+ ,
,
--
*|rEo 4
Artinya:
r,9,y bolia b-fit
-, 3F i "5t': a:A
L
.-n
,dlto
,
t
,.
"Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S.8:3).
Menurut riwayat 'Aisyah bahwa ia pemah mendengar pembicaraan wanita
yang mengadukan haknya kepada Rasul walaupun sebagian percakapannya tidak
terdengar olehku. Namun, dia berada di dalam kamarku menyampaikan halnya
kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah, sejak mudaku hingga tuaku, Aku telah
mengkhidmati suamiku dengna sebaik
- baiknya, lalu ia menjatuhkan
zihar atas
diriku ? wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan halku ini. Ketika itu, Jibril
turun membawa wahyu kepada Rasulullah SAW,80 sebagai sebab turunnya ayat di
atas.
Dari ayat 2 surah al-Mujadalah di atas diterangkah secara umum tentang
konsep zihar.
Di
mana zihar it:u menyamakan isterinya dengan ibunya sendiri.
Dan perbuatan itu dilarang oleh syara', karena bertentangan dengan nilai
moral dan agama. Kemudian, ayat
3
surah al-Mujadalah
di
- nilai
atas adalah
menjelaskan hukuman dari zihar itu sendiri yaitu membayar kaffarat.
Para ulama sepakat bahwasanya kaffarat zihar adalah memerdekakan
budak.81 akan tetapi, mereka berbeda pendapat dalam memahami makaa fatahrir
ruqabah. Menurut mazhab Maliki dan Syaf
to
bahwa budak
itu harus
Muhammad Ali Al-Sabuni, Rawa'l ..., Juz II, h. 517.
Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari Al-Qurtubi, al-J(tmi'..., Juz
t' Abi
280.
i
yang
XVII,
h.
beriman terbebas dari cacat serta 'Aib,82 seperti membebaskan budak yang
beriman pada ka{farat membunuh. (Q.S. al-Nisa'/a:92). Sementara mazhab Hanafi
memboleh budak kafir,t3 seperti budak mukntabah. Abu Bakar, kata al-Jassas
memahami secara zahir ayat bahwa fatahrir raqabah itu menunut kebolehannya
hamba kafir.ta Alasanny4 bahwa tidak boleh diqiyaskan kaffarat zihar ini kepada
kaffarat membunuh dengan tersalah, karena berbedanya nash masing
*
masingnya.
Kemudian,
jika tidak mampu unnrk
memerdekakan budak, maka
diperintah untuk berpuasa selama dua bulan berturut
-*t-6oi,F*
-
turut. Firman Allah SWT
)1
Artinya:
i,at;L;:# iW
:
+i p
*Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur".
(Q.s.8:4).
Maksud tidak mampu dalam ayat
ini
adalah tidak mampu untuk
membebaskan budak bagi melaksanakan kaffarat, seperti orang yang tidak
mempunyai budak, atau memiliki budak tetapi sangat memerlukan bantuan dan
pertolongan budak, akibatnya lemahnya dia.8s
Menurut mazhab Syaf i harus mengganti dengan puasa 2 bulan berurut
turut.86 Imam
-
Malik mengungkapkan bahwa jika dia mempunyai budak maka
harus membebaskannya, tetapi
jia ia lemah untuk membebaskannya
maka harus
dia berpuasa.8T Akan tetapi, Abu Hanifah mengatakan tidak boleh dia berpuas4
kalau dia mempunyai budak,88 meskipun dia ingin menggantinya
dengan
berpuasa.
e Abu Bakar Ahmad al-Razi
al-Jassas, ,4 hkan ..., tilidllJ,h- 635.
Ibid
Ali Zakaria Mahyuddin bin Syarif al-Nawawi, al-Mqjnu 'Syah al-Muhazzab, Juz XVU,
(Beirut : Dar al-Fik, 1985), h. 368.
"t
?i
lbid, tuzlt,h.l4t.
E6
lmam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Yusuf.Kunci ..., h- 256-
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al{urtubi, al-Jami' ..., Juz XVII, h, 283.
"'
u lbid
Dalam artian, kaffarat puasa baru bisa ditempuh manakala tidak
mempunyai budak. dari kewajiban puasa 2 bulan bertuturt
-
turut itu berlaku
sebelum keduanya bercampur, baik dalam artian hakiki ataupun majazi. Karena
dalam aya
tini Allah SWT
Yatamqssa. Jadi, puasa
ini
dilaksanakan secara terpisa
-
bi
'oyni min Qubli an
telah muqayyad, sehingga tidak sah sekiranya
menyatakan haxus mutala
pisah (puasa berselang
-
selang) dan begitu pula
tidak sah sekiranya dilaksanakan sesudah bercampur, walaupun berhlrut
d.
"rs
3g eis |q,'#"{P.
i,a'e "* *s "# 16 "Aii
oa
3"3i
z
turut.Ee
Kaffarat bersetubuh di siang hari bulan Ramadan
Dalam surah al-Baqar#2:L87 dikatakan
"
-
L
:
J) ei'li +Wi'"^fi
p.
ta
,rt
-"J-i
cjd *.Hi ifr l;
S:';:r; ;? ilfiriits"'€i {i{,,i-+.lz
'€)
a-2
t1i;.l1t,
',*r*
a.'
!i #r Jl iQt tr;4t ;: 4t e r];)r -t^;! crr J;jyt
ar,K't;;:i # {i lr;- it4r 4ii et)r;* Air=,;i*
- -..
___/r
5-r
r{{
}$r,9*fu- -n;*r,'ii :fr"
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu
pada malam hari bulan puasa bercampur
derlgan istefi-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, daa
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar. Kemudian sempumakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang
kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa". (Q.S.2:187).
8e
h. 45.
Al-Yasa Abubakar, khul Fiqh II, (Banda Aceh : Fakulh Syari'Al-Qur'an Hadits, 1994),
Menurut riwayat Ahmad, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, ada anggapan
bahwa pada bulan Ramadan bagi yang berpuasa haram makan, minum dan
menggauli isterinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan
harinya. Pada saat Umar bin Khattab pulang dari rumah Nabi SAW, setelah larut
malam, ia menginginkan menggauli isterinya, tetapi isterinya berkata
sudah tidur". Umat berkata
:
:
"Saya
"Kau tidak tidur, dan ia pun menggaulinya.
Demikian juga Ka'ab berbuat seperti itu. Keesokan harinya "umar menceritakan
kepada Nabi SAW.m Maka turunlah ayat di atas.
Dalam ayat ini, diterangkan bahwa puasanya umat Islam berbeda dengan
puasa unat
-
umat sebelumnya. di mana ada ruksah pada beberapa keadaan, yaitu
dibolehkan makan dan minum serta mubasyaraft pada malam hari, sampai tampak
siang dan terbit fajar sadiq. Dan pada aya tini, pula diterangkan halangan
halangan yang membolehkan untuk meninggalkan puasa, se(a hukum
-
-
hukum
yang bertalian dengan puasa. Misalnya, seomng suami dibolehkan bersetubuh
dengan isterinya pada malam hari bulan ramadan sampai waktu terbit fajar.
Tetapi, pad asaat I'tikaf di masjid, hal itu tidak dibolehkan. Karena, orang yang
melakukan I'tikaf itu alah yang sedang berpuasa.
ini para ulama
berbeda pendapat, Abu Hanifah dan Malik
berpendapat bahwa tidaklah sah
I'tikaf kecuali dengan berpuasa-el Dengan
Dalam hal
berpegang kepada hadith Nabi SAW
Artinya
:
:
"(Dengan jalur sanad) Malik bin Anas <=> Yahya <:> Kosim bin
berkata :
Muhammad <:> Nafi Maula Abdillah bin
"Bahwasanya Nabi SAW bersabda "Tidaklah dikatakan i'tikaf
kecuali dengan puasa".e2
:
Umar
s Jalaluddin al-Say$i, Lubab..., h. 5?. Lihat pula Muhammad Rasyid Rida, Tafsir ..., tilid
lt,h.
174.
er
e2
Muhammad Ali Al-Sabuni, Rawa'i ..., jilid I, h. 215.
Maltkbin Anas, al-Muwatta i Jilid I, (Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1990), h. 315.
Menurut Syaf
antum 'Akifuna
fi
i
dan Ahmad, bahwa mal<sud wala tubasyiruhunna wa
at-Masajid adalah I'tikaf yang diiringin dengan
puasa.e3 Karena
tidaklah dikatakan I'tikaf tanpa diiringi ptrasa. Dan Allah SWT melang orang
-
orang yang beri'tikaf itu menyenhrh perempuannya (isterinya). Hal ini dipahami
dari zahir ayat di atas. Artinya, dilarang menjima' isteri di bulan Ramadan dalam
keadaan sengaja. Dan mereka dikenakan hukuman kaffarat. Demikian kata
Thabari bahwa Ibnu Ja'far memahami bahwa makna wala tuba syiru hunna
jangan kalian menjima' isteri
-
yutu
isteri kamu.ea Bukan menyentuh biasa, tetapi
jima'.
3.
Dalam Bentuk Mukatabah (Perjanjian)
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa mukatabah
merupakan bagian dari benhrk
dan ummul walad.
Di
-
bentuk perbudakan, selain dari bentsk mudabbar
mana mulcatabah adalah memberikan kemerdekaan bagi
budak bila ia menuntut kemerdekaan bagi dirinya dengan imbalan sejumlah uang
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dan akan dibayar oleh pihak budak
secara berangsur
-
angsru.
Bila ia telah
menunaikannya, maka
merdeka. Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur'an, yaitu
r-*
e i+ b) i*{u "#i
ia
menjadi
:
iKL L :;<li ;r;1 e;tt;
at-4.--L,
6Jj'; &ilr 4t )C s,2 ger;:
Artinya
: "...
dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan
perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu...".
(Q.s.2a:33).
Sebab turun ayat
ini
berkenaan dengan Shubaih yang meminta agar
dimerdekakan dengan cara mukatabah, akan tetapi permintaannya ditolak oleh
Huwaithib bin Abdul Uzza. Namun, setelah ayat
e3
q Muhammad AIi
AFSabuni, Rawa
'/.
. .
ini tunrn baru
Huwaithib
, Jitid I, h. 2 I 6.
Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al'Tabari Tafsir al-Tabari, Jilid II, (Beirut : dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1992) h. 185.
bersedia memerdekakannya. Memrut 'Ulwan bahwa Huwaithib meminta
perjanjian kemerdekaan itu dengan 100 dinar yang dipotong 20 dinar sebagai
hadiah dari Huwaithib kepada Shubaih. Selebihnya Shubaih akan melunasinya
sebagai wujud dari kebebasannya.e5
Menurut Muhammad Ali Al-Sabuni, kata faka' tubuhum in 'Alimtum fihim
khoiran mengandung arti bahwa ada kewajiban menulis surat perjanjian dengan
budak, sekalipun sudah mengenalnya, baik karena kejujuran
maupun
kepintarannya.e6 Demikian pula pendapat al-Tabari.eT Akan tetapi, Ahamd Sawi
Al-Maliki berpendapat bahwa peimtah itu mengandung trnroft bukan wajib.
Dalam artian, jika kita tidak tahu dan tidak kenal benar peribadinya mukatabah
itu, maka menulis pemajian tersebut adalah sunnat.
Imam Al-Saukani menambahkan bahwa wajib tuan melakukan mufullabah
dengan budaknya,
jika budak itu meminta
dan
jika mengetahui
ada kemaslahatan
baginya, baik karena agam4 kejujurarinya maupun karena masa depan budak itu
sendiri.ee Dalam artian, wewenang tuan untuk melepaskan budaknya dari
perbudakan sangat berpeftm besar.
adalah wajib. Kewajiban
Ini mencerminkan bahwa hukum mukatabah
ini sebagai antisipasi Islam terhadap budak yang telah
siap secara fisik dan mental untuk hidup merdeka di tengan
-
tengah masyarakat.
D. Kesimpulan
Dari uraian
-
uraian yang telah penulis kemukakan
diambil suaru kesimpulan sebagai berikut. yaitu
di
atas dapatlah
:
Perlama, bahwa perbudakan adalah suatu sikap pemasungan hak
-
hak
asasi manusia dari sistem sosial masyarakat berupa sanksi sosial dalam bentuk
kepatuhan, ketundukan dan keta'atan yang terpaksa terhadap individu atau
"
Abdullah Nasih lJlwan, Jowaban Tantas Masalah Perbudakan, te4. Aunur Rafiq Saleh,
(Jakarta : al-lslahy Press, 1988, h. 51.
'u Muhammad
Ali Al-Sabuni, Safwa al-Tafasir, Jilid II, (Beirut: Dar al-Qur'an al-Karim,
1981), h.337.
e7
es
Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Tafsir ..., Jilid lX,
h. 313.
Ahmad al-Sawi a!-Maliki, Khasiah ol-'Allaiah at-Jqlatoin, Kasyiah al'Alomqh ql-Sany,
(Beint : Par al-Fikr. 1980), h. 128.
ee
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-syaukani, Fath al-Qadir, Juz IV, (Kairo : Dar alHadis, 1993), h. 42
kelompok tertentu. Sehingga perbudakan dipandang sebagai suatu kematian,
karena hilangnya kebebasan dan kemerdekaannya. Al-Qur'an dalma hal ini,
mencoba menyikapi makna perbudakan dalam term
sebagai
'AM, 'Amah,
*
term yang dimaksud
Raqabah, Mamluk.
Kedua, secara fitrah bahwa manusia lahir ke dunia ini membawa potensi
turtuk dapat hidup dengan baik, tanpa melanggar aturan
- aturan Allah SWT dan
manusia. Dengan demikian, secara ideal mestinya dibumi
pelanggaran hak
-
hak Allah dan hak
-
ini tidak
ada lagi
hak manusia. Tepatnya, tidak ada lagi
bentuk perbudakan ataupun semacarmya juga merupakan pelanggaran terhadap
hak
-
hak asasi manusia. Akan tetapi, dalam kenyataannya justru sebaliknya,
di mana masih terdapat bentuk
pula memberikan atuan
-
-
benhrk perbudakan. Pada hal Al-Qur'an telah
aturan tersebut. Banyak faktor yang dapat menjadi
penyebab terjadinya perbudakan.
Di
antaranya faktor
-
faktor yang menonjol
adalha kepicikan dan kebodohan, kondisi ekonomi, dan adanya faktor turunan
(warisan) perbudakan dari nenek moyang mereka. Selain itu, faktor peperangan
juga sangat mempengaruhi munculnya perbudakan. Karen4 dari perbudakan
mengakibatkan adanya tawanan perang. Dan
dari tawanan perang inilah
merupakan andil yang besar adanya perbudakan. Sebab yaag kalah akan menjadi
budak atau hamba bagi yang menang. (kuat). Di samping faktor
- faktor di atas,
tidak kalah pentingnya adalah faktor politik dan kultur budaya suatu masyarakat.
Ketiga, pada dasarnya keberadaan perbudakan itu sangat dikecam oleh Al-
Qur'an. Dan Al-Qur'an berusaha untuk mempersempit peluang terjadinya
perbudakan serta memperluas munculnya kemerdekaan. Namun faktanya bahwa
perbudakan masih konsisten dalam kehidupan umat manusia. Hal ini dapat lihat
pada masa Jahiliyah dan Islam. Pada masa jahiliyah, bahwa perbudakan
merupakan suatu tradisi yang melembaga dalam kehidupan masyarakat ketika itu,
sekaligus merupakan wadah untuk memperoleh kuntungan dari hasil perdagangan
budak. sehingga kondisi perbudakan pada masa
sekaligu menyakitkan,
di
maoa
itu
sangatlah menyedihkan
pdudakan identik dengan benda atau barang
yang dapat diperjual-lelikan. Sedangkan pada masa Islarn bahwa perbudakan
mengalarni perlakuan yang baik dan terkesan mzrmpu mengembalikan hak
- hak
budak atau hamba yang hilang sebelumnya pada proporsi yang sebenamya.
Walaupun diakui bahwa perbudakan tidak dapat dihapuskan secara totalitas,
karena kondisi politik dan kultur budaya masyarakat Arab Jahiliyah yang masih
melekat dalam kehidupan umat Islam pada periode awal yakni masa Nabi dan
Khulafah al-Rasyidin.
Keempat, bahwa obsesi Al-Qur'an adalah mempersempit perbudakan dar
mempeluar pembebasan. Dan upaya
-
upaya pembebasan perbudakan dilakukan
Al-Qur'an adalah untuk mengantisipasi munculnya perbudakan itu sendiri, baik
yang pemah terjadi pada masa jahiliyah dan Islam, maupun pada abad modem.
Adapun upaya
1.
-
upaya itu terdiri dari empat bentuk, yaitu
:
Dalam benhrk mengharap rida Allah SWT. artinya, pembebasan budak atau
hamba yang dilakukan oleh individu atau kelompok hendaklah berorientasi
kepada nilai
-
nilai ibadah dan mengharap rida Allah SWT semata, bukan
untuk kepentingan komersial dan semacamnya.
2.
Dalarn bentuk kaflarat. Kaffarat adalah salah satu saknsi untuk melepaskan
seseorang dari hukuman syara', karena telah melanggar terhadap aturan
aturan syara'
itu sendiri. Dan salah
-
satu kaffaratnya adalah membebaskan
budak atau hamba. Adapun pembebasannya mencakup berbagai bentuk dari
kaffarat, yakni kaffarat pembunuhan tidak sengaj4 kaffarat sumpah yang
disengaj4 kaffarat zihar, kaffarat bersetubuh di siang hari bulaa ramadan, dan
kaffarat pembunuhan secara aniaya.
3.
Dalam bentuk mukatabah (perjanjian), yakni adanya perjanjian di antara tuan
dan budak tmtuk dimerdekakan,
jika budak
atau hamba
itu telah dapat
memberikan imbalan sejumlah uang tebusan. Dalam artian, pembebasan
budak atau hamba akan dilakukan jika dapat menebus de4:a*sqiumlah r.rang
yang telah disepakati.
DATTARPUSTAKA
A. Djazuli, Fiqh Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997)
Abdullah Nasih Ulwan, Janaban Tuntas Masalah Perbudakan, te4.
Aunur Rafiq Saleh, (Jakarta : al-Islahy Press, 1988
Abdullah Nasih Ulwan, Jawaban Tuntas Masalah Perbudakanm, te4.
Aunurrafiq Saleh (Jakarta : Al-Islami Press, 1988)
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari a]-Qutubi, al-jatni' ..., Juz
Y, h. 264. Lihat pada Hasbi Al-Qiddiqi" Tafsir ..., Jilid II, h. I 107.
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari Al-Qurtubi, al-Jami' ...,
XVII,
Abi AMillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, alJami'
Juz XVII,
Juz
...,
Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Tafsir al-Tabarr, Jilid II, (Beirut
al-Ilmiyah, 1992)
Abi Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zamakhsyari, Tafsir alKasyaf, Juzl, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyatu 1995)
Abu Ja'far bin Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami al-Bayan al-Ta'wil
Ayat Al-Qur'an,jilid XXVIL (Kairo : Dar al-Fik al-'Araby, t.t)
Ahmad al-Sawi al-Maliki, Khasiah al-'Allamah al-Jalalain, Kasyiah
al'Alamah al-Sary, (Beinrt : Dar al-Fikr, 1980)
Ahmad Amiru Fajr al-Islam, (Kairo : Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah
al-Namr)
irut : Dar al-Ilmi al-Malayin, 1983)
Ahmad Syalabi, Islam dmt Timbangan, terj. Abu Laila dan M' Thahir,
(Bandung : al-Ma'arif, 1982)
Ahmad Warson, Kamus - Indonesia 'Al-Munawwir, (Yogyakarta : Unit
Pengadaan Buku - Buku Ilmiah Keagamaan Pondon Pesantren "Al-Munawwit'',
: dar al-Kutub
1984)
Prof. H. Mahmud Ywrus, r(azzs Arab - Indonesia, (lakarta : Yayasan
Penyelenggara Penterjemahan Pantafsiran Al-Qur'an, 1972)
Ibn Manzur al-Ansyari, Llsan al-Arab, Jilid w. (Mesir : Dar alMa'arift.t).
Ahmad Warson, Kamus ..., h. 47. Lihat juga hxli Zudan, Tarikh alTamaddun al-Islam, Juz I, (Kairo : Dar al-Hilal, 1958), h. 28.
Ahmad Warson , Kamus -.-, h. 557. Lihat pula Quraisy Sihab,
'?erbudakan", dalam Majalah UMMAT, No. 23, (Jakarta : Mahkota Media
Utama, 1997), h. 58.
Al-Fairuzabadi. Al-Kamis al-Muhit, Jilid I, (Mesir : Al-HalabS 1952),h.
322.
Ali 'Abd al-Walid Wafi, al-Hurriyyah fi al-Islam, (Kairo : Dar al-Ma'arif,
1968), h.298.
Ni
Zakaia Mahluddin bin Syarif al-Nawawi, al-Majmu 'Syah alMuhazzab, Juz XVII, (Beirut : Dar al-Fikr, 1985), h. 368-
Al-Yasa Abubakar, Ishul Fiqh II, (Banda Aceh : Fakultas Syari'Al-Qur'an
Hadirs, 1994), h.45.
Aristoteles mengakui bagusnya sistem masyarakat budak. Lihat Hamka,
Sejarah Umar Islam, (Jakafta: Bulan Bintang, 1986),h.267.
Ayat - ayat serupa terdapat dalam Q.S. al-Nisa' / 4 :24,25,36 ; al-Nahl /
16 : 71, al-Mu'minun / 23 : 6, al-Nur I 24 : fl, 33, 58, al-Rum / 30 : 28, al-Ahzab
/ 33 : 50,52, a[-Ma'arif I 70 : 30.
Daniel Pipes, Tentara Budak dan Islam, terj. Soni Seregar (Jakarta :
Pustaka Pirdaus,1986),h. 186 - 187.
Depag RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jilid I, (Yogyakarta : Dana Bakti
Wadaf,l99l),h.292.
Fuad Mohd. Fachruddin, Islam Berbicara Soal Perbudalan, (Jakarta
Mutiara, 1981), h. 25.
:
Download