PERBTTDAKAN DALAM AL.QUR'AN (Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir Tematik) Abdul Latif Abstrak Al-Qur'an telah menginformasikan perihal perbudakan yang termaktub dalam beberapa term yaitu 'abad, 'amah, raqabah dan mamluk. Masing - masing term secara umum mengandung artian yang berbeda sesuai dengan substansinya, namun visi dan misinya adalah adanya sikap kepatuhan, keta'atan dan ketundukan pada aturan aluran perorangan, kelompok ataupun institusi tertentu tanpa dapat berbuat banyak (pasrah). Sikap pasrah inilah yang dikenal dengan perbudakan. Artikel ini hendak memberikan pemahaman baru terhadap ayat - ayat Al-Qur'an tentang perbudakan yang dianggap qathiyah yang tidak perlu ditafsirkan lagi. Di mana pemahaman baru dari artian perbudakan itu dapat dipahami dalam konteks oftmg - omng yang menjual jas4 seperti : pembantu, buruh kasar, TKW dan lain sebagainya. Karena, ketika hak - haknya tidak terpenuhi, kemudian dianiaya, dizalimi dan dikebiri, maka dapat dikategorikan kepada artian perbudakan. Kata Kunci : Perbudakan, Pendekatan Tafsir Tematik A, PengertianPerbudakan 1. ,Abd. 'Abd adalah bentuk ism al-masdar dari kada ke4a 'abada dan Ta'abbada, yang secara literal berarti : menyembah, mengabdi dan memperhambakan diri.l Sehingga kata 'abd itu serflilir berarti hamba.2 Kemudian aktifitas pengabdian diri kepada Allah SWT, disebut lbadah. Dan 'ibadah adalah suatu yang amat mulia dalam kehidupan manusi4 karena untuk itulah ia dijadikan Allah SWT. Dan Allah r Ahmad Warson,,(azus - Indonesia 'Al-Munowwir, (Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku Buku Ilmiah Keagamaan Pondon Pesantren "Al-Munawwir", 1984), h, 951. Lihal Prof H. Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesiq, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Pantafsirar Al-Qur'an, 1972), h. 252. LiJllat pvlz:.Ibn Manzur al-Ansyari, Llsan al-Arab, tilid ly. (Mesir : Dar al-Ma'anf,t.t\, h. 2774. 2 Lihat Tim Penutis lAlN Syarif Hidayatullah, EnsiHopedi Islam ln.lonesia, (Jakarta : Jambatan. 1992), h.5. SWT menyebut Rasulullah SAW dengan panggilan 'abd dalam Q.S. alBaqar#2:23, karena pada diri Rasulullah SAW, terdapat puncak pengabdian kepadaNya. Dari pengaMian tersebut seorang hamba sahaya disebtt 'Abd. Menurut al-Wahidi, 'Abd adalah keta'atan dan kerendahan dm kepada aturan atau perintah dan pengakuan kerendahan diri dihadapan yang memberi perintah.3 Ibnu Abbas menyatakan lebih jauh bahwa manusia diciptakan agar mengakui ke Tuhanan Allah SWT, baik secara suka rela maupun terpaksa.a Ibn Faris dalam Al-magaggis, seperti yang dikutip oieh Ja'far Subhani,5 menjelaskan bahwa 'Abd mempunya dua pengertian yang bertolak belakang yang pertama mengandung arti kelemah - lembutan dan kerendahan, dan yang kedua mengandung arti kekuatan dan kekokohan. Kedua pengertian yang dikemukakan di atas tercermin antara lain dalam arti 'Abd yang oleh Al-Fairuzabadi diartikan antara lain : Sesuatu yang dimiliki (hamba sahaya), tumbuhan yang memiliki aroma yang harum, dan anak panah yang lebar dan p endek.6 Arti pertama : menggaatbarkan kerendahan, dan arti yang kedua kelemah - lembutan dan yang ketiga kekuatan daa kekokoha:r. Kata 'Abd ternyata terulang dalam Al-Qur'an sebanyak 275 kali, dengan rincian kata adalah dalam bentuk 80 f il madi sebmyak 4 kali, Ji'il mudari' sebanyak kali,f il amar 37 kali dan selebihnya berbentuk isim sebanyak 154 kali. Dari beberapa derivasi tersebut yang menjadi potensi kajian adalah bentuk isim yaitl 'Abd- Jani kata 'Abd, termasuk di dalamnya 'Ibad atau Tbrd sendiri diulang dalam Al-Qur'an sebanyak 131 kali secara konsteksiual, semuanya merujuk kepada hamba atau budak. Kata 'Abd, yang dalam berbagai buku terjemahan Al-Qur"an diartikan sebagai hamba, temyata disebut paling banyak. Lebih dair itu, kata'Abd sudah disebut dalam Al-Qur'an surat al-'Alaq (segumpal darah) yaitu 3 Dar Muhammad Ismail Ibrahim, Mu'jam al-fahraz wa al'ilm al-Qur'aniyaft, al-Fik al-'Araby. 1969). n : jilid II, (Kairo : h. 46. Abu Ja'far bin Muhammad bin lartr al-Tabari, Jami al-Bq,an al-Ta'wil Ayat Al-Qur'aa jilid XXVII, (Kairo : Dar al-Fikr al-'Araby, t.0, h. 12. ' Ja'far Subhani, Al-Tauhid wo at-Syirk fi, at-fur'anq al-Kqrim, (Kairo : Muassasah Fikr al-Islamy, 1985), h. 50. 6 AFFairuzabadi. I l-Kamis al-Muhit, Jilid I, (Mesir : Al-H alaby, 1952), h. 322. Al- ,siir.u";:i -S*\iu; ul'al S,';"iir;3 oi bLa e:r{UJ<... -1 - "lArtinya: *... Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia itu . 4 tr]U;"..,na benar - benar telah melampaui batas, karena ia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kamu kembali. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika ia sedang salat ...". (Q.S.96:6-10). Dalam ayat di atas, yang dimaksud secara konkrit sebagai hamba adalah Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah SAW, berkedudukan sebagai hamba Allah biasa,T sebagai seomng yang ketika itu sedang salat. Kemudian, kata 'Abd tertuang dalam surah al-Fajr/89:28-30, surah Qaf/50:8, surah al-Qamar/54:9, dan surah Sad/38:17. 2. 'Amah 'Amah adalah istilah bagi budah perempuan.8 Dan be.rtuk .iama'nya adalah 'Ima'. Kata 'amah berbeda dengan maula, dimana 'amah adalah budah perempuan yang dapat dimiliki dan dikawini. Sedangkan budah maula, yaitu budak yang belakangan dibebaskan, kemudian ia menjalin hubungan wala' (klien) dengan bekas tuaffrya sesuai dengan ajaran Islam.e Dan zaman Rasulullah SAW. Lima perenam budak, Disamping ini banyak terdapat di dai maula yang dikenal itu ada lagi maula bebas (maula adalah maula mra,valat), adalah warga masyarakat yang ditaklukkan dan menjalin hubungan dengan tuarurya seorang Arab. Maula wala di Romawi diseblt Libertines, sedangkan budak yang dibebaskan tanpa diikat dengan hubungan klien disebut sarbat 7 I0 Lihat Q.S. Al-Isra'/I7: l. Ayat ini menceriakan perjalanan hamba-Nya Muhammad SAW dari Masj id Hamm ke Masjid al-Agsa. " Ahmad Warson, Kamus ..., h.47. Lihat juga Jurj i Zatdan, Tarikh al-Tamaddun al-hlam, Juz t, (Kairo : Dar al-Hilal, 1958), h. 28. e Daniel Pipes, Tentara Budak dan Islam, terj. Soni Seregar (Jakarta : Pustaka Firdaus, - 1986), h. 186 187. 'o Ja4i Zaida4 Tarikh ..., h.28. Seperti halnya tetm 'abad, ternyata term 'amah yang terdapat dalam Al- Qur'an juga hanya 1 kali dengan bentuk isim. Meskipun demikian, dalam pelaksanaanny4 'amah pahng banyak dibicamkan. Pada dasmya, 'amah mengact kepada jenis perbudakan perempuan. Ayat Al-Qur'an yang membicarakan tentang 'amah adalah al-Baqarah ayat 221 yaltu ""62,;;f fu y4l, ; ""rs+;i!; gtt * c.,;;, : # 9{ili ,r,si $3 iy* !esS"\;:h b'6,;,",Jf1rL9J *5 \"t"L1:.L"ui Eb -*tt;i;;:i--*;rttiiis$i jlVA${'fii jlAi*aA)i , ,'>: , - f, -< crr)& -@ rfw, Artinya : ,a,, "Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musynk, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya v/anita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-omng musl,rik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mulanin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke nerak4 sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya (perintah perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran". (Q.S.2:221). - Adapun sebab nuzul ayat tersebut adalah sebagai petunjuk atas permohonan Ibnu Abi Mursid al-Ghanawi yang meminta izin kepada Nabi SAW untuk menikah dengan seorang wanita musryik yang cantik dan terpandang.ll Dalam riwayat lain dikemukakan oleh As-Saidi bahwa Abdullah bin Rawahan mempunyai seorang hamba sahaya wanita ('amah) yang hitam. Pada suatu waktu ia marah kepadanya sampai menampamya. Kemudian ia menyesali kejadian tersebut, lalu menghadap kepada Nabi SAW untuk menceritakan hal itu : "saya " ' " Jui"lrddi, al-Siyuti, tubao al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul, te}. K.H. Qomaruddin Saleh dkk, (Bandung : Diponegoro, 1985), h. 73. Lihat : Wahbab al-Zuhaili, Tqfsir al-Munir, Juz l, (Suriah : Dar al-Fila. l99l). h. 290. akan merdekakan dia dan mengawininya". Lalu lasanakan. Orang - orang waktu itu mencela dan mengejek atas segala perbuatannya itu.12 Menurut Ahmad Al-Qurtubi, pe*ataan $ilr&ti1rfl'r1Y; mengadung arti bahwa hamba wanita yang beriman itu adalah lebih baik daripada para wanita musyrik yang merdeka, meskpun mereka mmeiliki harta dan keturunan.l3 Oleh karena itu, atribut 'amah yang diberikan kepada wanita - wanita Islam telah menjadi budak atau hamba adalah untuk menunjukkaa kemuliaan di sisi Allah SWT, dari pada wanita musyrik meskipun mereka merdeka. Sebab dalam Al-Qur'an telah dikemukakan bahwa orang yang mulia di sisi Allah adalah orang - omng yang bertaqwa (Q.S. al-Hujurat/49:13), bukan dalam status sosial atau kelas masyarakatnya. 3. Raqabah Dari segi bahasa, Raqabah berasal dari akar kata *tirj y*g berarti leher terbelunggu.la Karena diikat dengan seutas tali atau rantai besi, sehingga yang bersangkutan tak bebas untuk bergerak. Abdullah bin Khalid al-Taimir5 adalah seorang saudagar budak yang masyhur di masa Jahiliyah dan awal masa Islam. Bila ia membeli budak, maka ia ikat lehemya dengan tali untuk digiring ke rumah bagaikan menggiring hewan temak.l6 Sebagaimana frman Allah SWT. ...qGli +,+'lrlsU-ifi *j ttt,. r2 Jalaluddin al-Sa),uti, Lubab ..., h. 74. Lihat Muhammad Ali al-Sabuni, Tafsir Rawo'i alBayan, Jilid l, {Zwia: Mahabah al-Gazali, 1980), h. 284. Lihat juga : Abi Abdilah Muhammad ibn Ahmad al-Ansari aFQurtubi, Tafsir al-Jami' li Ahkam Al-Qur'on, Jilid lll, (Cairo : Dar alKutub al-'Arabiyah, 1967), h. 70. Lihat pula : Wahbab al-Zluharli, Tafsir ..., h.291. "ra Abi 'Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tqfsir ..., h.291. Ahmad Warson, r(arrzs ..., h. 557. Lihat pula Quraisy Sihab, "Perbudakan", dalam Majalah UMMAT, No.23,(lakarta:. Mahkota Media Utama, 1997), h. 58. 15 Nama Lengkapnya adalah Abdullah bin Khalid bin Sa'id bin Abi Maryam al-Qurasyi alTaimi, Abu Syakir al-Madani Maula Ibn Jud'an. Di antara gurunya adalah Bapaknya" dan muridnya adalah anaknya yaitu lsmail bin Abdullah bin Khalid dan Muhammad bin Yahya bin Abdul Hamid al-Kinari serta Yahya bin Muhammad al-Jari Abu Daud menilainya seorang pembawa berita yang dr.tsta (tidqk siqq&). Lihat Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yluslof al-Mizzi, Tahzib al-KqnolJi '6 kno hrji al-Rijal, lt;zX.(Beirut: Dar zai Jun, Tarikh..., JuzlY,h-27- al-Fikr, 1994),h. l0l. : Artinya "Apabila kamu bertemu dengan orang - orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka ...". (Q.S.47:4). Kemudian menurut Al-Raghib Al-Asfihani, kata .Ttil berarti orang - omng yang dimiliki.lT Tetm raqahah, berikut kata jadiannya terulang sebanyak 24 kali dalam Al- Q*'*,'t di mana ada 8 bentuk dalam f il mudari', dan 14 dalam bentuk isim. Pada umumnya merujuk kepada pembebasan dari bentuk perbudakan. (Q.S. al- Nisa'/4:92; al-Maidah/5:89; al-Mujadalah/58:3; dan al-Balad/90:13). Di samping, kata ini juga dinisbatrkan kepada orang - omng yang berhak untuk menerima zakat (Q.S. al-Baqarahl2:177; a1-Tarbah/9:60. raqib (orang - Di ayat ini, ia golongkan kepada orang yang mengawasi). Misalny4 ketika Nabi SAW, mengajak kaunya untuk beriman kepada Allah SWT. yaitu : "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhamu", dan adalah Aku mengiai saksi terhadap merek4 selama aku berada di antara mereka. Maka setelah engkau wafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka (Q.S. al-Maidah/5: I 17; al-Nisa'/4: 1 ; a1-Azhabl33:52). Orang - orang yang mendapat atribut raqabah adalah orang - orang yang selalu ditugasi untuk memelihara (Q.S. Thaha/20:94; al-Taub#9:8; dan 1, alQasas/28:18; dan 21). Terhadap orang - orang yang selalu menunggu sesuatU yaitu firman Allah. +(b *]i,r, 3# o;'W jl "H* ;-p \M ;r*:, *:"$; j)t#i,US;J-ry.r L Artinya : "Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuaniu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui' siapa yang akan ditimpa azab yamg menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu". (Q.S.1 l:93).te 17 Al-Raghib Al-Asfihani, Mu'jam ...,h.206. 18 Muhammad Fuad '4+bd al-Baqi, Al-Mu'jam ..., h- 323. Lihat Q.S. al-Duthan / 44 : l0 dan 59, Hud / I I : 93, al-Q2lmar / 54 : 27.). le Dari contoh - contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa atribut raqabah adalah budah atau hamba yang dapat dilihat dari kepasipan berbuat, selalu diawasi dan selalu menunggu atas segala tindaknya. di mana Di samping, memang sudah merupakan keadaan mereka demikian, karena keterkungkungan atau terbelenggu dirinya sehingga tidak dapat berbuat banyak. Jadi, kata raqabah terobsesi dari sikap dan prilakunya. 4. Mamluk Kata mamluk secara universal lebih berarti tentara budak atau budak militer.20 Walaupun beberapa kata jugan mengandung arti budak militer /ara'. Ghulam). Istilah ini populer di kalangan orientaiis. Menurut (khususnya Daniel Pipes, makna mamluk berarti juga a). Budak yang mana saja, b). Budak kulit putih saja, c). Para penguasa di Mesir dari tahun 1250 - 1517 M, atau d). Kaum elite yang berkuasa di Mesi antara tahun 1250 M dan pertengahan abad ke 1g M.21 Term ini sering digunakan untuk menunjukkan perbuatan seseorang atas orang lain yang dimilikinya. Menurut al-Raqib, mamluk mengandung arti menguasai sesuatu yang berada di bawa kekuasaannya.22 Misalnya firman ,d : Adnya Allah Lb 3;;--* 4i;1(r*'tefifio. : i "Allah membuat perumpama.,In dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun ...". (Q.S. 16:75). Menurut riwayat ayat ini turun sebagai perumpamaan perbedaan antara seorang Quraisy (yang kaya yang dapat berbuat sekehendaknya dengan harta bendanya) dibandingkan dengan budaknya yang tidak dapat berbuat upa-apa." Dan ayat ini sebagai bantahan terhadap penyamaan Allah SWT, dengan berhala. Bahkan kata Jamaluddin al-Qasimi, bahwa ayat 20 Daniel Pipes, Tentqra ....h.30. " thid ?2 Al-Raqhib Al-Asfihani, Mu jan ..., b. 493. tt Jalalluddin al-6ay\ti, Lubab ..., h.289. ini menunjukkan perbedaan antara Allah Yang Maha Kuasa berbuat menurut Iradat-Nya dengan berhala yang justru menjadi beban penyebah - penyembahnya-24 Dalam kasus di atas, tujuan ayng hendak dicapai sebenamya baik, di mana Allah SWT ingin manampilkan kekuasan-Nya dan menolak ketidak berdayaannya berbuat. Sehingga mereka itu ditamsilkan seperti seorang budak yang itdak dapat berbuat banyak. Demikian pula, berhala - berhala yang menjadi sesembahan bagi mereka itu juga tdak dapat berubat apa - apa, kecuali setragai beban bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain, bahwa Allah memiliki seluruh apa yang dimiliki yang tidak dapat orang lain memilikinya. Dan orang yang dimiliki itu dalam bahasa al-Qur'an disebut dengan mamluk Term mamluk berikut kata jaidannya terulang sebanyak 45 kali dalam Al- Q*'*." Satu kali dalam bentuk isim dan selbeihnya dalam bentt*f it, baak/i'il madi, manpunJi'il mudari, secara kontekstual merujuk kepada oftmg - orang yang berada di bawa kekuas.ran seseorang. Misalnya, dalam Q.S. al-Nisa' ayat 3 yaitu y.3:.z*i ili ,4i G €accl;s.'v;Ai iri;$i Artinya : : 5;i,tu;:t"-€J,;f aira+:$i"fi+ os && G1ii3.,?iri*$i *> ot; Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempurm yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : du4 tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka ftawinilah) seorang saj4 atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya". (Q.S.4:3).26 Secara umum, budak yang dimaksud ayat di atas mencakup semua budak yang dimiliki meskipun tidak dinikahi secara sah. Inilah pendapat umum ulama. Akan tetapi, bila dikaitkan dengan Q.S. al-Nisa'/4:24 a - 25, ternyata budak yang Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tofsir al-Qur'an alQasimi, Juz X, (Kairo : Isa alBabi al-Halabi, 1959), h. 3834. Lihat. Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabai, Ja'ni al-Bayan al-Ta'wil Fi al-Qur'an, Jilid XIV, (Kairo : Dar al-Fikr al-Arabi, 1954), h. 148. Lihat pula Muhammad al-Qumbi, al-Jami' ..., Juz X, h. 146. E Muhammad Fu'ad AM al-F,aqi, al-Mu'jan ..., h.673 - 67426 Ayat * ayat serupa terdapat dalam Q.S..al-Nisa' I 4 : 24, 25,36 ; al-Nahl t 16 : 71, alMu'minun / 23 :6, aFNur / 24: 31,33,58, al-Rum / 30:28,al-Ahzab 133:50,52,a!-Ma'arif / 70 :30. bisa digauli adalah yang sudah dinikahi secara sah. Pendapat seperti ini diperpegangi oleh antara lain M. Asad. Menurutnya, tidak sama budak yang dimiliki dapat digauli seperti yang dipahami oleh sebahagian B. Sebab 1. F - Sebab Terjadinya Perbudakan aktor a. besar ulama.27 - Faktor Intcrnal Kepicikan dan Kebodohan Yang dimaksud kepicikan dan kebodohan sebagai penyebab timbulnya perbudakan adalah bukanlah kebodohan yang menyangkut intelegensi dan kecerdasan. Ia berkaitan dengan sifat yang tertutup, dan percoalan serta tidak mau menghayati realitas - picik terhadap suatu realitas di alam sekitamya sebagai produk dan zat Yang Maha Kuasa. Orang - orang Arab di zamah jahiliyah, bukan bodoh. Mereka dinamakan jahiliyah karena tidak mau berlapang dada, maka mereka berbuat seperti orang bodo[ seperti berbuat sombong, membangga-banggakan diri, suka menghin4 lekas marah, suka bermusuhan.28 Di samping itu, orang - orang Jahiliyah2e mempunyai adat kebiaasan yang sangat buruk, merusak tata kehidupan mereka sendiri, seperti : suka bermusuhan, mengobarkan peperanan antar suku, melakukan perbudakan antar orang Arab sendiri dan - laki secara berlebih - lebihan. Tradisi kebudayaan Arab Jahiliyah mempunyai ciri terwujud sebagai nilai - berikut,3o yaitu - ciri mencolok yang nilai budaya yang khusus, yang terbentuk dari alam lingkungan hidupnya. Dari nilai - oriulg menganggap wanita sangat rendah derajatnya, dan mengutamakan kedudukan laki lestarilah pranata - - nilai budaya yang demikian muncul dan pranata sosial dengan adat kebiasaan - kebiasaan sebagai : 27 Lihat, M.Asa4 The Message ofThe Qu/'an, (Gibraltir : Dar al-Andalus, 1980), h. 106. Ahmad Amin, .Fa,/ al-Islam, (Kairo :Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah al-Namr), h. 59Umar Farrukh, mengatakan bahwa 'Jahil" bukan lawan dari *Ilrnu", tetapi lawan daxi kata "alHilm", "al-Hilm" artinya sikap bljaksana tidak terhanyut oleh luapan emosi. Lihat. Umar FarruklL Tarikh al-Jahiliyah, (Bairut : Dar al-llmi al-Malayin, 1983), h. 53. 2e Lihat dalam Al-Qur'an swah al-Imran /.3 : 154, al-Maidah / 5:50,a!-Ahab /33 :.33, '?8 al-Fat / 48 30 :26. Daniel Pipes, Tentara...,h,47- 1. Perang, orang - orang Arab Jahiliyah memandang perang sebagai jalan hidup dan sumb€r yang memberi bekal untuk hidup. 2. Perbudakan, sistem perbudakan memainkan peranan yang sangat besar dalam kehidupan dan perekonomian Arab Jahiliyah. J. Suka berlaku kejam dan zalim. n Laki - laki sebagai kepala rumah tangga : laki - laki sebagai kepala rumah tangga merupakan tumpuan hidup keluarganya, hidup sangat tergantung kepada laki 5. Mengubur hidup - - - mati anak istrinya laki yang menjadi kepala rumah tangga itu. hidup bagi perempuan ; adat mengubur hidqp - hidup bayi perempuan itu tercatat dalam Al-Qur'an surah al-Takwir/81:8; al-Isra'/7:31 ; dan al-An'a:d6:151. 6. Syirik. Oleh karena itu, J.J. Rosseau menanggapi bahwa adanya tradisi Jahiliyah termasuk perdagangan budak adalah sebuah tindakan bodoh, dengan alasan perbudakaq di samping bertentangan dengan tata nilai dan etik serta agama, juga merupakan pelanggaran batas otoritas orang tua, yaag hanya sampai baligh saja, selama penjualan itu tidak dapat ditarik atau dibatalkan dengan syarat apapun.3t Di samping kebodohan merek4 hal ini juga menjadi salah satu penyebab sempitnya pandangan orang - orang barat terutama orang - orang Amerika tentang budak yang harus hidup dalam kepahitan.32 Adat perbudakan yang sering terjadi karena kepicikan dan kebodohan mereka ketika itu, mendapat peringatan keras dari Allah SWT melalui Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi SW, yaitu Surat al Baqarah : 177: Menurut riwayat Qa'tadah yang menerangkan bahwa ada seseorang yang menanyakan kepada Nabi SAW, tentang apakah perbuatan yang baik itu ? Maka turun ayat 177 surah al-Baqarah tersebut di atas.33 Lalu Nabi SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan salat fardu. 3r Kontrol Sosid/, terj. Sumardjo, (Jakarta : Erlanggq 1986), h. 10. Daniel Pipes, Tentara .-.,h.47 t' Jalaluddin Al-SalTti, Lubab ..., h. 53, Abu Ja'far Muhammad ibn trjtr al-Tabari, Jami ..., \tzll,h.94, ibn Kathir, Tafsir..., jlidl,h.365. 32 Jean Jacqnrs Rousseaq Dari peringatan Tuhan melalui Al-Qur'an agar supaya dapat mengetahui bahwa perbudakan yang selama ini menjadi trend dalam kehidupan masyarakatnya dan dihapuskan. Maka ketika Islam hadir telah banyak sekali budak yang dimerdekakan oleh Naib SAW atau oleh para sahabat. b. Kondisi Ekonomi Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa akibat peperangan menimbulkan perbudakan. Dan perbudakan telah menjadi faktor yang merupakan salah satu faktor se Jahiliyah saat itu. Di a merupakan salah satu urat nadi perekonomian Arab masa Romawi, kaum pedagang menjadikan pep€rangan sebagai musim terbaik untuk kegiatan perbudakan. Mereka ikut serta dalam pasukan guna membeli para tawanan dengan harga serendah - rendahnya. Penjualan ini merupakan keagungan dalam sejarah imperialisme Romawi.3a Dan ini suatu isyarat bahwa perbudakan sudah dijadikan ajang bisnis. Di Cina, merajalelanya perbudakan diantaranya disebabkan penjualan diri sendiri atau keluarganya demi menghindari kelaparan dan kesengsaraan yang sangat luas tersebar.35 Bahkan dalam sistem feodalisme Eropa, para penggarap tanah ini dipe.jral belikan bersama tanah garapamya karena mereka merupakan alat bagi tanah yang dikuasainya,36 yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Pe4jualan berupa pertaruhan spekulatif terhadap diri atau keluarga, yaitu perjudian, juga menjadi sumber lain perbudakan pada masyarakat Arab Jahiliyah. Tak heran kalau ekses negatif dari perjudian itu adalah hutang piutang yang dapat mengorbankan keluarga bahkan diri sendiri. Adapun yang kalah, akan menjadi budak bagi pemenang atau si pemberi hutang ketika hutang sulit untuk dilunasi. Budak sebagai komoditi perekonomian juga lahir dari penculikan bajak bajak laut terhadap bangsa 3a - - bangsa lain di pesisir yang kemudian dijual di pasar Ahmad Syalabi, Islan dan Timbangan, terj. Abu Laila dan M. Thahir, (Bandung : al- Ma'arif. 1982). h.300. "36 Ibid., h. zg}. Di masa Arab Jahiliyah budakjensi ini disebrt al-Qun, ibid, h.304. - pasar Athena atau kota - kota lain. Tak heran bila di Athena, jumlah budak melimpah ruah melebihi perbandingan dengan orang merdeka, 100.000 : 2O.OOO.31 Tidak terkecuali dalma masyarakat Arab, baik yang hidup dipedalaman maupun di daerah padang pasir gersang di jazirah Arab. Sering juga ditemukan perdagangan budak, bahkan lebih tragis lagi melakukan pembunuhan bagi dengan motif ekonomi.38 Adat perbudakan karena kondisi ekonomi dari mereka ketika itu mendapat peringatan keras dari Tuhan dalam Al-Qur'an, yaitu b)= ?(* "43; --,*l j e : :+( i-itt.".ts Artinya: "... dan janganlah kamu membunuh anak - anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepada kamu dan kepada mereka...". (Q.S.6: 1 5 1 ). Ibnu Kathir menukil hadith yang dihimpun oleh Ibnu Abi Hatim bahwa Qais ibn 'Asim mengaku kepada Nabi SAW bahwa dia telah menanam hidup - hidup 12 (dua belas) anak perempuannya selama zaman Jahiliyah.3e Hal ini dilakukan takut miskin dan malu. Dalam artian bahwa untuk hal - hal yang bersifat tradisi dan kondiri perekonomian, mereka sanggup saja membunuh anak dan istrinya sendiri, apalagi untuk diperlakukan sebagai budak atau hamba. Begitulah perbudakan mempunyai implikasi ekonomis, karena kehidupan masyarakat yang materialistis yang sangat luar biasa, sehingga tak seorang pun di zaman itu yang menganggapnya sebagai sesuatu yang tidka inginkan. Tidak terkecuali ketika Islam datarg, didapatinya perbudakan telah menjadi bagian dari kegiaan ekonomi yang sedang berkembang sehingga menjadi tonggak penting dalam sistem kehidupan yang harus diakui. Hal ini sekaligus memperkuat adanya warisan perbudakan. " Ali 'Abd al-Wali dWafi, al-Hurriyyahfi al-hlam, (Kairo : Dar al-Ma'arit 1968), h. 298. Dalam berbagai sumber disebutkan, Khalifah Umar pemah menguburkan hidup - hidup anak perempuannya, tefapi dapat diragukan keabsahan berita tersebut, karena Umar tergolong suku Quraisy yang rnemiliki kebudqyaan yang maju disbanding dengan kabilah , kabilah di pedalaman jazirah Arab. Kelornpok masyarakat yang dikenal sering membunuh bayi - bayi perempuan adalah masyarakat yang ada di pt&iarnan, yang kehidupannya hanya mengandalkan sumber daya alam yang terbatas. Sementara Umar hidup dan besar'di KoIa Mekkah dan Madinatr, dua kota yang sudah maju ketika itu. " Abi al-Fida Islamil bin Kathir., T4fir'r... Jilid VIII, h. 255. 38 c. Sifat Kewarisan Menurut Marcel A. Boisarda0 bahwa salah satu sebab mrmculnya perbudakan karena faktor dari seorang hamba- Hal ini seolah - olah telah menjadi suatu keharusan. Memang bahwa perbudakan sebagai fenomena sosiologis sangat sulit untuk diusut keberadaanny4 karena ia telah menyusup ke dalam aturan waris dan aturan hubungan kemasyarakatan. Hal ini terliha tdari perilaku orang - oftmg dahulu yang masih sangat sederhana. Eksploitasi dan penekanan antara sesama merupakan budaya mereka. Sementara yang diperbudak tidak menyadarinya sehingga mereka enggan untuk melepaskan diri dari kungkungan sistem tersebut. Andaipun timbul kesadaran mereka, lalu menunhlt halq maka mereka akan segera berhadapan dengan bahaya yang senantiasa menganciun Ancaman diri mereka.al itu barangkali karena hilangnya perlindungan para pengekplotir. Ini dapat menyebabkan penculikan, penganiayaan baru, bahkan pembunuhan terhadap dirinya. Terlebih, dalam masyarakat yang mengabsahkan sistem perbudakan, a2 seperti pada masyarakat Ymani. Salah satu dasar penghalalan bagi penculikan itu adalah doktrin dikotomis kemanusiaan dan manusia, seperti dkotrin para filosof Yunani, bahwa penyebaran manusia - manusia ke pesisir boleh saja, untuk kelak diperjual-belikan atau dijadikan budak guna mengabdi kepada orang - nantinya berlaku juga orang Arab sebelum Islam.a Sinyalemen ini di kalangan orang - orang Yunani.a3 Praktek ini menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh budaya Yunani terhadap bangsa Amb,45 kalau tidak demikian, berarti bahwa praktek di atas sudah menjadi tradisi yang merasa secara universal. e Marcell A. boisard, Humanisme Dalam ft/an, terj. M. Rasyidi, (Jakarta : Bulan Bintang 1980), h. 129. ar Muhammad Qltub, Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang Keliru tentang Al1slaz, terj. Alwi AS, (Bandung : Diponegoro, l98l), h. 97. a2 Aristoteles mengakui bagusnya sistem masyarakat budak. Lihat tlarok4 Sejarah Umo( lslan, (lakrlz: Bulan Bintang. ,986). h. 267. o' Ahmad Syalabi. tslan ..., h.299. * tbid.h.3os. a5 Masuknya pongaruh budaya bangsa - bangsa disekeliling jazirah Arabia ke daerah ini melalui tiga jalur, yaitu perdagangaa, perwalian dan masuknya agama Yahudi dan Kristen. Lihat Ahmad Amin, Fc,li..., h. 39. Ketika Islam datang, perbudakan sedang merajalela sebagai fenomena sosial yang tidak bisa dipungkiri. Ia telah berurat berakal di dalam tradisi masyarakat mauprm individu. Tak ada yang menentang apalagi berpkir untuk menghapuskanny a.a6 ladt, tidak pernah ada dalam sejarah Islam bahwa Nabi SAW memperbudak tawanan perang, apalagi membunuhnya anya kalena kekalahannya. Karena semenjak usai Peran Badar, Nabi SAW dilarang untuk memiliki tawanan perang. Firman Allah SWT C-p 3rL"l",-r')q : c!.ri-b a;i;^3&oi;t 3,(c 3$VNsGfi : Artinya *-tiisrS'ui "Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan ,"iru- ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana". (Q.S.8:67). Menurut suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi SAW bermusyawarah dengan para sahabatnya memperbincangkan hal tawanan perang Badar. Nabi SAW bersabda : "Bagaimana pendapat kalian tentang tawanan ini ?" lalu turun ayat 67 surah Al-Anlhl.47 Jadi, pada kasus perang ini, telah menjadi hukum sosial bahwa tawanan perang dan musuh yang kalah secara otomatis dipandang sebagai budak. Paham ini telah menhdisi dalam kehidupan masyarakatnya, dan sangat sulit untuk dihilangkan. Sebab, telah menjadi warisan yang mesti dita'ati. Suatu paham yang tidak berbeda jauh dengan yang berlalu di kalangan bangsa Yunani dengan dekrit "Budak Warisan" atau 'Budak Alamiah". Dengan demikian, dari pengamatan yang telah dilakukan oleh para ilmuan dan uraian di atas menunjukkan, bahwa pola prilaku kejiwaan akan dipengaruhi pula oleh faktor keturunan yang biasanya lebih dipengaruhi secara warisan. Dan ini sangat besar pengaruhnya bagi tradisi bangsa Arab ketika itu. Dan Islam itu dengna sistem mencoba menghilangkan tradiri kewarisan perbudakan 16 nt Muharnmad Qutub, Jawaban ..., h.70. Jalaluddin al-sayutit Lubab ..,, h.235. emansipasi progresif. Kondisi seperti inilah yang coba didekati oleh Al-Qur'an, unhrk segera diselesaikan atau paling tidak ada suatu solusi tertentu yang harus diketahui. 2. Faktor - Faktor Eksternal Faktor ekstemal yang dimaksud adalah sebagai penyebab munculnya perbudakan. Umumnya dapat dikategorikan sebagai Khususnya lingkungan politik. Di man4 konflik politik faktor lingkungan. yang menimbulkan peperangan dan peperangan itu melahirkan tawanan dan perbudakan. Peperangan sejak dahulu kala merupakan ajang sarana lahimya otoritas suatu kelompok atau kelompok lainny4 lalu lahirlah perbudakan.as Persaingaa antara kelompok yang sangat banyak, telah membuka peluang munculnya peperangan demi peperangan. Maka tidak salah bila peperangao merupakan sumber utama perbudakan,ae karena dari peperanganlah lahir budak - budak, baik peperangan terhadap bangsa sendiri maupun bangsa lainnya, seperti yang pemah terjadi di Cina. Berdasarkan data pra-sejarah arkeologis, bahwa masyarakat primitif berada dalam kedamaian. Tidak ada peperangan antar suku. Dan ini menunjukkan bahwa perbudakan belum mereka kenal. Akan tetapi ketika perang menjadi hal yang penting dari hubungan antar kelompok hak dan kekebalan - kekebalan - kelompok manusi4 maka hak - yang mencengah perbudakan persukuan menjadi tidak terlaksana, dalam bentuk penawanan kelompok - kelompok yang bermusuhan. Di mana para tawanan itu dapat disiksa dibunuh, diadobsi, dijual, ditukar, diperbudak atau dibebaskan. Ini merupakan potensi ancaman praktis juga yang dijadikan pelayanan atau antara suku - milik.raja raja, baik yang wanita ataupun yang laki - suku.50 Para tawanan itu ada * laki. o Cagtan pada sejarah kuno Timur Tengah mengungkapkan bahwa para budak awal itu adahh tangkaparl peiang yang terjadi pada orang - orang Sumeri4 Babilonia dan Mesir Kuno. -Lihd Betnand Lewis, Race and Slave in Middle Eost : An Historical Enquairy (New York:. QxforC Universiry Press, 1990), h. 56. n' Seia.ah Lama mencatat adanya ketentuan hak bagi pemenang peperangan ini, yaitu hak untuk membunuh atau memperbrtdak. Lih at : Wafi, Al-Hurrist ..., h. 25. r0 James Hastlirgq (eq, Sraire4, in Encylopedia Religion and Ethics, vol, XI, (New York : Charles Cribner's Sdnt, t.t), h. 5O5. . Bagi bangsa Romawi, motif utama perbudakan adalah peperangan. Dan peperangan itu lmtuk memeras suatu kelompok demi kemaslahatan Romawi.sl Undang - undang bangsa ini memberikan hak penuh kepada tuan untuk menyiksa, memeras dan membunuh budaknya.52 Karenany4 ekses peperangan terjadinya pasar budak bagi orang - orang Yunani di negeri - munculnya Islam, adalah a. adalah negeri Asia Kecil. Secara umum Harun Nasution menemukakan bahwa menyebabkan seseorang bisa ini hal dimiliki atau diperbudak orang lain yang sebelum : Menjual dirinya sendiri atau anak isterinya" sehingga ia meqiadi budak dari si pembelinya. Penjualan diri bisa terjadi disebabkan karena di dasar kemiskinan, atau disebabkan tidak mampu menutupi hutang yang menumpuk. b. Menculik orang - orang merdeka dan merampas segala hartanya. Sedangkan orangnya dijadikan hamba sahaya. Hal ini bisa terjadi pada orang - orang yang tidak mempunyai kabilah ftelompok) yang mampu mempertahankan haknya. c. Melakukan suatu tindakan pidana, seperti berziaa, mencuri dan membunuh sanksi hukumny4 seseorang yang melakukan tindakan - tindakan tersebut, bisa dijadikan hamba sahaya oleh pihak yang diragukan. d. Ditawan dalam suatu p€perangan antara suku atau anlara bangs4 baik peperangan yang bertujuan untuk menaklukkan suatu kabilah atau satu bangsa lai4 maupun suatu serangan balas dendam.53 Bahkan kata Harun Nasution lebih tanjut, bahwa sebab perbudakan tersebut di - sebab atas tidak satupun yang dipraktekkan dalam Islam,sa karena memang Islam tidak mengenal institusi perbudakan. Bahkan sebaliknya, Islam memerintahkan supaya memerdekakan budak atau membebaskan budak. namun, jika kondisi memungkinkan diperbolehkannya perbudakan dapat muncul sekarang dan seseorang bisa menjadi budak dibawah kondisi sr - kondisi itu, maka Fuad Mohcl. facfinrddin, lslam Berbicara Soal Perbudakan, (Jakarta : Mutiara, lgEl), h.25. " Abdullah Nasih Ulwan, Jawa ban Tuntas Masalah Perbudakanm, terj. Aunurrafiq Saleh (Jakarta : Al-Islami Press, 1988) h. 9. 53 Harun Nasution, dkh Ensiklopedi Islam lndonesiq (lakaxta: lambatai, 1992\,h. 5. t^ tbid syari'at harus melindungi 'hak - hak" turm maupun budak, dengan cara yang sama pada abad ketiga belas yang lalu. Al-Qur'an membolehkan perbudakan untuk membatasi penyalahgunaan lembaga tersebut serta mendorong untuk hilangnya sama sekali dengan keyakinan Di samping itu, ahli - ahli moral Islam sepakat mengatakan bahwa A1- Qur'an dan Muhammad SAW, menentang perbudakan dan bertujuan untuk menghilangkannya dengan ketentuan ketenluan ywridis dan moral. " Aiaran ajaran hukum Islam ditujukan mula masyarakat paffier - mula, pada waktu diwahl,ukan, kepada hal yang terbelakang. Dan Al-Qur'an tidak menghapuskan lembaga tersebut sekaligus karena sebab - dapat sebab psikologis dan ekonomis. Perbedaan itu telah ada dalam segala bangsa pada suatu masa dalam perkembangannya dan hilang dengan perbaikan kondisi produksi ekonomi, kemajan pikiran manusia dan tumbuhnya rasa keadilan antara manusia. Oleh karena itu, sebab yang objektif dan reaktif bahwa Islam tidak dapat menghapuskan perbudakan dengan kekerasan, sebagai gantinya Islam memberikan ketentuan - ketentuan hukum untuk menghapuskannya secara bertahap, dan pada waktu yang sama pula, Islam berusaha meringankan keketatannya. Dalam artian Islam berusaha mempersempit sebab - sebab terjadinya perbudakan dan memperluas kemungkinan kebebasan. C. Upaya 1. - Upaya Penghapusan Perbudakan. Dalam Bentuk Mengharapkan Rida Allah SWT. Ayat - riyat yang relevan dengan masalah ini antara lain terdapat dalam surah al-Baqarah/2:177, swah al-Naml/27:19, surah al-Fajr/89:28, surah alBalad/90:8-1 3, dan surah al-Latll92.21.s6 a. Dalam surah a1-Baqarah/2:177 dikatakaa: 55 56 ini ayat - Marcel A. Boisard, Ilumflafiisme --.,h, 1,27. Kelima ayat tersebut sebahagiar sudah dimuat pada Bab-bab sebelumnya jadi pada bab ayat dimaksudkan hanya dimulai sebagai analisis dari masalah tersebut. ,I ilel') ,-)tJ)l u'd{:tit Wi ,jti';r5;:t6 ;Hi, t- 'r;6 A Artinya : * i j' ;t[.^6li 6r;'ri ;tai triifii la j;\i I ; r.iv +i" ns a i,Wt'o say.ti, 1 r JJ4,s. s1 e 'Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikara akan tetapi sesungguhnya kebajikau itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, NabiNabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anakanak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan dan orang-omng yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahay4 mendirikan shalal dan menunaikan z,*at, dart oftmg-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan omng-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam pepemngan. mereka Itulah orang-omng yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S.2:177). pertolongan) a. Dalam surah al-Balad/90:8-13 6'r'ziii iti $ . i't",ti ;-:;s,.-#friitt: rj*,4 U? ii ,*:U.irti;et'.,;i Artinya : "Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dus buah bibir, Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidaklah sebaiknya (dengan hartanya itu) dia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahrkah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?, (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan". (Q.S.90:8t3). Dari ayat - ayat di atas maka di sini penulis mengkhususkan kepada dua ayat yaitu surah al-Baqarah/2:177 dan surah al-Balad/90:8- 13, karena dianggap representatif dan mempunyai hubturgan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dari surah al-Baqarah/2:17 7 tersebut diperoleh informasi berkenaan dengan makna kebaikan. Secara eksplisit, Allah SWT menjelaskan bahwa kebaikan itu merupakan wujud dari orang nilai - - orang yang taqwa. Di mana dengan nilai taqwa, dapat terlihat ketjaikan yang dilakukannya, baik yang berhubungan dengan manusia (hablum minarums) maupun yang berhubungan Allah (hablum minallah). dengan Salah satu nilat kebaikan yang behrubungan dnegan manusia adalah memerdekakan budak atau hamba. Adapun substansi dari kebaiknn yar,g dilakukan terhadap budak atau hamba, para mufassir berbeda pendapat. Menurut Al-Zamakhsyari (53811142), bahwa makna wa ayat di fi al-riqab pada atas adalah menolong budak atau hamba untuk merdeka dengan memberikan bantuan harta, baik berupa zakat maupun sadaqah.sT Sebab, untuk mengetahui kualitas iman seseor,mg dilihat dari aspek ibadahnya dan amal salehnya. Dengan memberikaa bantuan, baik berupa zakat ataupun sadaqah adalah merupakan amal shaleh yang mempunyai rulai kebaikan, karcna telah mampu memberikaa se$ultu yang dicintainya kepada orang membutuhkannya. (Q.S. Ali lmanl3 - orang yang :92). Menurut Muhammad Rasyid Rida (1355/1935), salah seorang penulis tafsir di awal abad ke-20 ini menambahkan bahwa makna wa fi al-riqab adalah mengandung kemerdekaan dan kebebasan dengan bentuk menjualnya atau memerdekakannya serta menolong menyelesaikan problem kehidupannya melalui perlindungan hak - haknya.s8 Iili berarti, orang - orang yang mempunyai kewajiban terhadap hamba harus dapat melindungi hak - haknya. Sekaligus melaksanakan kewajibannya dengaa memberikan kemerdekaan dan kebebasan kepada hambanya. Menurut Hasbi Al-Siddiqi. bahwa makrm wq fi memberikan bantuan kepada tawanan perang untuk menebus al-riqab adalah diri dengan cara mmembeli budak telah ditetapkan oleh tuannya.5e Dengan pemberian ini, merupakan satu keharusan bagi setiap orang Islam untuk memperhatikan nasib budak agar termasuk golongan sebaik - baiknya umat (Q.S. Ali lmran/3:l 10). 57 Abi qasim'Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zamakhsyari, Tafsir at-KasyaJ, tuzl, (Beirut : Dar al-Kutub al-llmiyah, 1995), h. 218. 58 Muhammad Rasyid Rida. Tafsir al-Manar, Jilid II, (Beirut : Dar al-Fikr, t.t), h. 116. Llhat pula Ahmad Mustafa al-Maragih, Tofsir al-Maraghi, Jilid I, (Beirut: Dar al-Fils, 1978), h. 5't . 5e Hasbi Al-Siddiqi, Tafsir al-Nur, Jilid I, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, lggs),h.279. Menurut Hamka bahwa makan dalam ayat ini adalah anjuran mempertinggi atua meningkatkan perbuatan kebaikan dengan menyediakan harta untuk memerdekakan budak.60 Menurut Tafsir Depag RI, bahwa maksud ayat tersebut secara umum adalah kebaikan itu dilihat dari dua sisi, pertama, betbuat kepada Allah melalui ibadah, kedua, berbaat baik kepada manusia melalui amal itu adlaah hamba sahaya, sehingga ia dapat untuk perbuatan nyata.6r Dalam artian, wujud dati. kebaikan memberikan harta untuk memerdekakan memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang. Dari pendapat - pendapat tersebut di atas, terdapat dua hal kebaikan yang dilakukan terhadap harnba, perlama, dengan memerdekakannya secara langsung. Kedua, membanit menyelesaikan problem kehidupannya dengan cara menebus budak tersebut untuk dimerdekakan. Hal itu sesuai dengan pendapat Muhamamd Qutub bahwa Islam berusaha secara praktis membebaskan mausia dari perbudakan melalui dua jalur, Pertama : jalur 'Ilqu (pembebasan secara sukarela) dan Kedua : jalw Mukataba& (penebusan diri).62 2. a. Dalam Bentuk Kaffarat Kaffarah pembrmuhan tidak sengaja Yang dimaksud dengan pembunuhan tidak sengaja (kesalahan) adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain penganiayaan.63 tidk disertai niat Hal ini dilakukannya karena lalai, sepe(i membidik seekor hewan buruan atau membidik sasaran tertentu, kemudian temyata mengenai manausia yang terlindungi diarahnya sampai ia mati. Dalam surat a1-Nisa'/4:92, dikatakan : *1)"4 6"t Gr{ * ;'t"6+ fiycy:3: J,r;,ti *H 3( G; .. - 4t-. i-c uo "' 2n. Harnka Tafsir al-Azhar, Juz II, (Jqkarta : Pustaka Panjimas, lgSz\,h.73. Depzg RJ, Al-Qur'on d.on Tafiirtrya, Jilid I, (Yogyakarta : Dana Bakti Wadaf, l99l), h- 62 Muhammad Qunrb, Jo$,aban Terhadap Alam Fikirsn Barat yang keliru tentang Islam, ted. Alw_i AS (Bandung : Diponegoro. 1993). h. 75. "' A. Djazuli, Fiqh Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (lakarta: Raja Grafindo Persad4l991\,h. l2l. , Artinya : "Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang budak yang beriman ...". (Q.S.a:92). Mengenai sebab turunnya ditemukan ditemukan dua riwayat yaitu yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Ikrimah. Jalaluddin al-Sayuti, mengatakan bahwa ayat Bani 'Aff ini diturunkan berkenaan al-Harith bin Yazid dari suku bin Lu'ay beserta Abu Jahl pemah menyiksa 'Iyasy bin Abi Rabi'Al- Qur'an Hadits. Pada suatu hari al-Harith hijrah (berkunjung) kepada Nabi SAW dan bertemu 'Iyasy di kampung al-Harrah. 'Iyasy seketeka saja mencabut pedangnya dan langsung membunuh al-Harith yang dikiri masih bermusuhan juga (belum masuk Islam). Kemudian 'Iyasy menceritakarurya kepada Nabi SAW.6a Maka aya tini (Q4:92) sebagai ketentuan bagi pembunuh yang keliru terhadap seorang mu'min. Kemudian ada riwayat lain lagi dari Ibnu Zaid, bahwa dalam suatu peperangan sahabat Nabi SAW. Abu Darda terlanjur pula membunuh salah seorang penduduk, dan temyata orang itu telah mengucapkaa dengan keras : "La ilaha lllallah", namun dibunuhnya juga. Perbuatarurya itu disalahkan Nabi.65 Sehingga turun ayat tersebut sebagai penjelasannya. Kelihatannya riwayat Ibnu Jarir dari Ikramah inilah yang merupakan sebab turun utaman, karena sebagian atau seluruhnya hampir selalu dikutip oleh buku - buku tafsir masa belakangan. Dan ulama sepakat bahwa ayat di atas dimaksudkan terhadap membunuh orang - orang merdeka bukan budak,6 dalam artian, tidak dijelaskan ketentuan hukumnya jika membunuh budak. Adapun untuk menganalisa kandungan ayat di atas, maka penulis mencoba mengemukakan pendapat dengan tersalah, yaitu - pendapat para mufassir tentang hukuman membunuh : Jalaluddin al-Sayuti, Lubab al-Nuql Asbab al-Ntzul, terj. K.H.Q. Saleh dkk, (Bandung: Diponegoro, 1994), h. 148. Uhat Muhammad'Ali al-Sabuni, Rawa'i al-Bayan ayat al-Ahkan min AlQur'aa rilid I, (Damsik : Maktabah al-Gazali, 1980), h. 494. lihat Abi Abdilah Muhammad bin Alrmad al-'Ans ari al-Qurtubi, al-Jani'-.., h- 3I3. u' Hamk4 Tafsir ..., lDzY,h.2O4. uu tbtd.. h.314. Menurut al-Qurhrbi, bahwa makna ayat di atas adalah mengandung kewajiban untuk melakukan kaffarat terhadap orang yang membunuh orang lain dengan tersalah. Dan kaffaratnya yaitu membebaskan budak.67 kewajiban itu diberikan sebagai ganti dari hak Allah yang telah dibunuh. Karena setiap orang mempunyai hak untuk hidup dan beribadah kepada Allah SWT, maka dengan terbunuhnya seseorang itu berarti telah menghilangkan hak Allah dan hak manusia , dan logis kalau hal itu diganti dengan memerdekakan budak. Sayyid Qutub, memberikan pengertian lebih luas lagi bahwa pembunuhan tersalah itu mengandung 3 (tiga) kategori a. :68 Jika pembunuhan itu terjadi terhadap orang mu'min, dan ahli warisnya adalah mu'min serta berada di daerah Islam, maka wajib memerdekakan budak mu'min dan diat yang diserahkan kepada keluarganya. b. Jika pembunuhan itu terjadi atas orang warisnya adalah orang - - orang mu'min, sementara ahli orang yang memerangi Islam, maka memerdekakan budal. sebagai imbalan menghilangkan mu'min yang dibunuh in-r, akan tetapi jiwa orang - waj ib orang tidak boleh melaksanakan diat kepada ahli warisnya ya g memerangi Islam. c. Jika pembunuhan itu terjadi atas orang kelompoknya adalah orang - - orang mu'min, sementara orang pendamai dan pemelihara terhadap kafir - kafir zimmin, maka kaffaratnya adalah memerdekakan hamba dan membayar diat kepada keluarganya. Karena perhatian dan pengamanannya terhadap omng - orang mu'min, telah menjadikan darahnya seumpama orang - itu sebagai pelindung orang Islam. Dalam artian, jika orang yang dibunuh karena tersalah itu seorang mukmin, maka kaffaratnya memerdekakan budak dan membayar diyat. Kemudian pembunuhan tersalah itu adalah seorang mu'min, tetapi ia termasuk warga kaum yang memusrhi kamu, tidak diwajibkan membayar diyat, hanya kaffaratnya adalah memerdekakan budak yang mu'min saja. Akan tetapi jika di antara kamu dan brfin.:/ang terbunuh itu ada perjanjian damai, maka hendaklah u' * kepada Ibid.,h.3ts. 6ayyid Qutub, Tafsir fi Zilat Al-Qafs4 Juz IV, (Beirut : Dar al-'Arabiah, t.r),h. 174. keluarga si terbunuh diberikan diyat ganti rudi, di samping memerdekakan seorang budak yang beriman. Muhamamd Ali Al-Sabuni mengambil jalan tengah dengan 2 mengkategorikan pembunuhan tidak sengaja (tersalah) itu kategori. Pertama, seseorang bermaksud membunuh oftmg - orang musyrik atau burung, tetapi terkena orang Islam. Kedua, benar - kepada (dua) benar lalai, tidak ada maksud berbuat untuk membrmuh.6e Ini berarti bahwa kaflarat terhadap pembunuhan tidak sengaja diberikan saknsi atau ganjaran pelajaran hati - atau'ittibar turtuk berbuat lebih hati lagi. Sementara Ibnu Kathir lebih memofokuskan kepada pokok masalah itu sendiri, yaitu status hukumnya di mana ada 2 kewajiban terhadap pembunuhan karena tersalah yaitu membayar kaffarat, yakni sebagai penebus dosa dan membayar diyat yaitu ganti rugi. Adapun kaffarat yang harus dilakukan adalah memerdekakan budak yang beriman untuk penebus dosanya karena telah membunuh diat - jiwa seorang mu'min, sedangkan kewajiban kedua ialah membayar ganti rugi yang harus diserahkan kepada keluarga yang terbunuh.To Dari uraian di atas, terlihat adanya perbedaan antara Al-Qutubi, Sayyid Qutub dan Al-Sabuni dalam cara memahami maksud dari kaffarat tersebut. AlQurtubi tidak memberikan artian yang rinci tentang pembunuhan tersalah, tetapi al-Qurtubi langsung pada persoalan pokok yaitu ka{farat pembunuhan tidak sengajar (tersalah) adalah pembebasan budak yang beriman. Dan pembayaran kaffarat itu diwajibkan. Sementam jSalyid Qutub dan Muhammad Ali al-sabuni mencoba mengklasifikasikan bentuk pembunuhan tidak sengaja (tersalah) itu. Kemudian substansi dari hukuman terhadap pelanggarannya, mereka berbeda pendapat pula. Sayyid Qubut kelihatannya lebih luas memahami maksud ayat tersebut, sedangkan Muhammad Ali al-Sabuni hanya melihat dari dua sisi, yaitu tersalah karena perbuatan dan tersalah karena niat (tujuan). Dan Ibnu Kathir lebih melihat kepada aspek hukum dari pembunuhan tersalah itu sendiri. Dan mereka sepakat bahwa budak yang dimerdekakan @ itu adalah budak yang beriman, bukan Muharnmad 'Ali al-Sabuni, Rawa'i ..., Jilid I, h. 499. 'o lbn Kathir, Tafsir lbn Kathir, Jilid I, terj. H. Salim Balnesy, H. Said Bahresy, (Surabaya : Bina Ilmu, 1978), h. 505. - budak budak.kafir. Sedangkan bahwa hukuman itu sebagai penebus dan pembersihan dosa. b. Kaffarah Sumpah Wahhab zuhaili membagi bentuk sumpah itu kepada 3 kategori, yaitu 1) Sumpah karena lupa 2) 3) Sumpah karena sengaja : Sumpah karena palsu.7r Dalam hal ini, penulis hanya membicarakan sumpah karena sengaja. Adapun yang dimaksud dengan sumpah sengaja yaitu seseorang yang bersumpah terhadap sesuatu perkara yang dikerjakan dan tidak dikerjakan, kemudian dilanggamya sumpahnya tersebut.T2 Maka sumpah sengaja inilah yang mewajibkan kaflarat ketika berdusta sebagaimana yang dikehendaki dalam ayat 89 al-Maidah. Dalam surah al-Mai<1ah/5:89 dikatakan jn : pt ii {,+6l "+Udr ;{{;{r li *?gii"g,;ri o;.+ b;:ri e'# fe i e;:rt q ,#s ",k;i A "i;L st7<*i *g u;t"rli r* iu* €-: ),t-16*-: tr3:,3 "ird 4+.tt;'E Artinya : ii jo )4 K""g;;i aU' --:- , ": t-f *: i*;f s *Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, IVlaka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada rnereka atau memerdelrakan budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian,:Maka kaffarptnya puasa selama tiga hari. yang demikian iar adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalat sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya|'. (Q.s.s:8e)- 'l " Wahbab Zuhaili. Tqfsir al-Mxnir, Jilid VII, (Beirut : Dar al-Fikr al-Ma'asn,1,9g1),h.22. Muhammad Fiqh, Juzlll,h.356 Ali Al-Sabuni, Rawa'i ..., Jilid I, h. 563. Lihat pula Wahbah Zuhnili, ci- Adapun dalil hadffi Nabi73 : sesuatu tiba tiba engkau dapati suatu yang lebih daripadanya, maka hendaklah kamu lakukan apa yang lebih baik itu dan bayarkanlah kaffarat bagi sumpah kamu". Artinya: "Apabila kamu telah bersumpah dengan Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abbas, bahwa manakalah turun ayat " Wahai segala mereka yang telah beriman janganlah kamu mengharamkan segala yang baik, yang telah dihalalkan Allah kepada kamu", di mana mereka yang telah bersumpah tak makan daging dan menyentuh wanita bertanya : "Ya, Rasulullah SAW bagaimana sikap kami terhadap sumpah yang telah kami ikrarkan itu ?74 Berkenaan dengan hal ini, maka Allah SWT menurunkan ayat ini. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak akan menimpakan suatu hukuman kepada seseorang yang melanggar sumpah yang telah ducapkannya tidak dengan sengaja untuk bersumpah. Baginya tidak ada hukum duniawi, dan tidak hukum ukhrawi. Akan tetapi, bila kemudian ia melanggar sumpah tersebut, maka ia dikenakan kaffarat (denda), yaitu salah satu - hal berikut ini, Pertama : memberi makan sepuluh orang miskin, masing - masing satu kali makan. Dan makanan itu haruslah sama mutunya dengan makanaa yang dimakan sehari - hari oleh pembayar kaffarat dan dari hal keluarganya. Kedua, membei pakaian kepada sepuluh orang miskin, yang sama mutunya dengan pakaian yang dipakainya sehari - hai. Ketiga, memerdekakan hamba sahaya yang diperoleh dengan jalan membeli atau menawan dalam - turqt. Dari keempal altsrnatif itu" boleh memilih mana yang peperangan. Keempat, berpu4sa selama tida bari berturut dilaksatdcmrya athef aw, di xswnieWn kqnaqpu,annya. ffd n6i dapat dipahai dari hurut mzna lafaz aw ynerrygdruog ptlihffi.l5 Demiklan pula dikemukakan 73 Imam al-Mabarik bin Muhamrrad i.bn al-'Athir al-tazin, Jami'al-llsut fiaszl, Jilid Xll, (Beirut : Dax al-Fik, I983), h. 300. 'o Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurnrbi, al-jami' ..., Lihat pada Hasbi Al-Qiddiqi, Tafsir ..., fi!i.,d II. h. I 107. ?5 t99t),h. Syamsuddin al-Sarakhsi, Al-Mabsul, Jilid t2'1. mau fi Ahadith al- Jvy,h- 264- VIII, (Beirut : Dar al-Kutub al'Ilmilyah, oleh al-Qurtubi, bahwa Allah SWT menyebutkan bentuk - benhrk pembayaran kaffarat itu adalah untuk memiliki salah satunya sesuai dengan situasi dan kondisi serta kemampuan orang tersebut.T6 Misalnya, ketiak diawali pembayaran kaffarat sumpah ini dengan pemberian makan pada fakir miskin, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Hijaz ketika itu yang sangat memerlukan bantuan makanan dari pada kebutuhan pakaian dan memerdekakan bukan. Kemudian bagi yang tidak mampu melaksanakan salah satu dari tiga hal di atas, maka wajib berpuasa selama 3 hari bertumt - turut.77 Dalam hal ini fuqaha sepakat terhadap tebusan tersebut, c. Kaffarat Zihar Zihar secara umum diartikan seseorang yang menyerupakan isterinya dengan punggung ibunya.78 Seperti, seseorang berkata kepada isterinya : "Engkau tanpa olehku seperti punggung ibuku". Apabila seorang suami mengatakan demikian kepada isterian tanpa diteruskan dengan talaq, maka ia wajib membayar kaffarat dan haram menggaui isterinya sebelum kaffarat itu dibayar. Menurut Hasbi Al-Siddiqi, salah satu cara talak di masa Jahiliyah ialah dengat zihar.le Dengan demikian isterinya menjadi haram untuknya. Dalam artian, zihar pada masyarakat Arab identik dengan talaq. Tetapi, oleh Islam diberikan jalan penebusarmya untuk dapat melanjutkan hubungan dengan isterinya yang telah dizihar temebut, yaitu melalui kaffarat. Dasar hukum zifr ar adalah ftrman Allah SWT l. : Q.S. al-MujadalahlSS:2 ,*et :2t C,,*,*,y & A:JN-U-fi :p3;: fi --y'(r:,t:fi GfH "iel'6)t"4ni ;If11,11*.#1"r1 Artinya : "Orang-orang yang mendrihar isterirrya di antra kamt, (menganggap isterinya sebagai ibuny4 padahal) Tiadalah isteri mereka tidak lain 75 ebi abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-eurtub i, qlJami'..., t]uzy,h. 27 5. 'Vahbah Zuhaili. o/-Fr'q, .... Jilid l. h. 499. '" M. Abdul Muj ieb, Kazns ..., h. 442- Menurut Abaad Isa. Asyur bahwa zihar adalah meqyapakan anggota tubuh isteri dengan salah. seorang keluargany4 yang.haram dinikahi. Lihat Ahmad tsaXsyur. Fiqh..., h. 218. 'umbi el-Siddiqi, rafrr .--,.jilid Y.L39ssr hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun". (Q.S.58:2). 2. tsl .F Q.S. al-Mujadalah/58:3 r-e i l,l ,,r - ! ,, <'z --i. t ,J: t-t3"-i rrle tar. OJ)J+ , , -- *|rEo 4 Artinya: r,9,y bolia b-fit -, 3F i "5t': a:A L .-n ,dlto , t ,. "Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S.8:3). Menurut riwayat 'Aisyah bahwa ia pemah mendengar pembicaraan wanita yang mengadukan haknya kepada Rasul walaupun sebagian percakapannya tidak terdengar olehku. Namun, dia berada di dalam kamarku menyampaikan halnya kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah, sejak mudaku hingga tuaku, Aku telah mengkhidmati suamiku dengna sebaik - baiknya, lalu ia menjatuhkan zihar atas diriku ? wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan halku ini. Ketika itu, Jibril turun membawa wahyu kepada Rasulullah SAW,80 sebagai sebab turunnya ayat di atas. Dari ayat 2 surah al-Mujadalah di atas diterangkah secara umum tentang konsep zihar. Di mana zihar it:u menyamakan isterinya dengan ibunya sendiri. Dan perbuatan itu dilarang oleh syara', karena bertentangan dengan nilai moral dan agama. Kemudian, ayat 3 surah al-Mujadalah di - nilai atas adalah menjelaskan hukuman dari zihar itu sendiri yaitu membayar kaffarat. Para ulama sepakat bahwasanya kaffarat zihar adalah memerdekakan budak.81 akan tetapi, mereka berbeda pendapat dalam memahami makaa fatahrir ruqabah. Menurut mazhab Maliki dan Syaf to bahwa budak itu harus Muhammad Ali Al-Sabuni, Rawa'l ..., Juz II, h. 517. Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari Al-Qurtubi, al-J(tmi'..., Juz t' Abi 280. i yang XVII, h. beriman terbebas dari cacat serta 'Aib,82 seperti membebaskan budak yang beriman pada ka{farat membunuh. (Q.S. al-Nisa'/a:92). Sementara mazhab Hanafi memboleh budak kafir,t3 seperti budak mukntabah. Abu Bakar, kata al-Jassas memahami secara zahir ayat bahwa fatahrir raqabah itu menunut kebolehannya hamba kafir.ta Alasanny4 bahwa tidak boleh diqiyaskan kaffarat zihar ini kepada kaffarat membunuh dengan tersalah, karena berbedanya nash masing * masingnya. Kemudian, jika tidak mampu unnrk memerdekakan budak, maka diperintah untuk berpuasa selama dua bulan berturut -*t-6oi,F* - turut. Firman Allah SWT )1 Artinya: i,at;L;:# iW : +i p *Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur". (Q.s.8:4). Maksud tidak mampu dalam ayat ini adalah tidak mampu untuk membebaskan budak bagi melaksanakan kaffarat, seperti orang yang tidak mempunyai budak, atau memiliki budak tetapi sangat memerlukan bantuan dan pertolongan budak, akibatnya lemahnya dia.8s Menurut mazhab Syaf i harus mengganti dengan puasa 2 bulan berurut turut.86 Imam - Malik mengungkapkan bahwa jika dia mempunyai budak maka harus membebaskannya, tetapi jia ia lemah untuk membebaskannya maka harus dia berpuasa.8T Akan tetapi, Abu Hanifah mengatakan tidak boleh dia berpuas4 kalau dia mempunyai budak,88 meskipun dia ingin menggantinya dengan berpuasa. e Abu Bakar Ahmad al-Razi al-Jassas, ,4 hkan ..., tilidllJ,h- 635. Ibid Ali Zakaria Mahyuddin bin Syarif al-Nawawi, al-Mqjnu 'Syah al-Muhazzab, Juz XVU, (Beirut : Dar al-Fik, 1985), h. 368. "t ?i lbid, tuzlt,h.l4t. E6 lmam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Yusuf.Kunci ..., h- 256- Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al{urtubi, al-Jami' ..., Juz XVII, h, 283. "' u lbid Dalam artian, kaffarat puasa baru bisa ditempuh manakala tidak mempunyai budak. dari kewajiban puasa 2 bulan bertuturt - turut itu berlaku sebelum keduanya bercampur, baik dalam artian hakiki ataupun majazi. Karena dalam aya tini Allah SWT Yatamqssa. Jadi, puasa ini dilaksanakan secara terpisa - bi 'oyni min Qubli an telah muqayyad, sehingga tidak sah sekiranya menyatakan haxus mutala pisah (puasa berselang - selang) dan begitu pula tidak sah sekiranya dilaksanakan sesudah bercampur, walaupun berhlrut d. "rs 3g eis |q,'#"{P. i,a'e "* *s "# 16 "Aii oa 3"3i z turut.Ee Kaffarat bersetubuh di siang hari bulan Ramadan Dalam surah al-Baqar#2:L87 dikatakan " - L : J) ei'li +Wi'"^fi p. ta ,rt -"J-i cjd *.Hi ifr l; S:';:r; ;? ilfiriits"'€i {i{,,i-+.lz '€) a-2 t1i;.l1t, ',*r* a.' !i #r Jl iQt tr;4t ;: 4t e r];)r -t^;! crr J;jyt ar,K't;;:i # {i lr;- it4r 4ii et)r;* Air=,;i* - -.. ___/r 5-r r{{ }$r,9*fu- -n;*r,'ii :fr" Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur derlgan istefi-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, daa kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. Kemudian sempumakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa". (Q.S.2:187). 8e h. 45. Al-Yasa Abubakar, khul Fiqh II, (Banda Aceh : Fakulh Syari'Al-Qur'an Hadits, 1994), Menurut riwayat Ahmad, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, ada anggapan bahwa pada bulan Ramadan bagi yang berpuasa haram makan, minum dan menggauli isterinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan harinya. Pada saat Umar bin Khattab pulang dari rumah Nabi SAW, setelah larut malam, ia menginginkan menggauli isterinya, tetapi isterinya berkata sudah tidur". Umat berkata : : "Saya "Kau tidak tidur, dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka'ab berbuat seperti itu. Keesokan harinya "umar menceritakan kepada Nabi SAW.m Maka turunlah ayat di atas. Dalam ayat ini, diterangkan bahwa puasanya umat Islam berbeda dengan puasa unat - umat sebelumnya. di mana ada ruksah pada beberapa keadaan, yaitu dibolehkan makan dan minum serta mubasyaraft pada malam hari, sampai tampak siang dan terbit fajar sadiq. Dan pada aya tini, pula diterangkan halangan halangan yang membolehkan untuk meninggalkan puasa, se(a hukum - - hukum yang bertalian dengan puasa. Misalnya, seomng suami dibolehkan bersetubuh dengan isterinya pada malam hari bulan ramadan sampai waktu terbit fajar. Tetapi, pad asaat I'tikaf di masjid, hal itu tidak dibolehkan. Karena, orang yang melakukan I'tikaf itu alah yang sedang berpuasa. ini para ulama berbeda pendapat, Abu Hanifah dan Malik berpendapat bahwa tidaklah sah I'tikaf kecuali dengan berpuasa-el Dengan Dalam hal berpegang kepada hadith Nabi SAW Artinya : : "(Dengan jalur sanad) Malik bin Anas <=> Yahya <:> Kosim bin berkata : Muhammad <:> Nafi Maula Abdillah bin "Bahwasanya Nabi SAW bersabda "Tidaklah dikatakan i'tikaf kecuali dengan puasa".e2 : Umar s Jalaluddin al-Say$i, Lubab..., h. 5?. Lihat pula Muhammad Rasyid Rida, Tafsir ..., tilid lt,h. 174. er e2 Muhammad Ali Al-Sabuni, Rawa'i ..., jilid I, h. 215. Maltkbin Anas, al-Muwatta i Jilid I, (Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1990), h. 315. Menurut Syaf antum 'Akifuna fi i dan Ahmad, bahwa mal<sud wala tubasyiruhunna wa at-Masajid adalah I'tikaf yang diiringin dengan puasa.e3 Karena tidaklah dikatakan I'tikaf tanpa diiringi ptrasa. Dan Allah SWT melang orang - orang yang beri'tikaf itu menyenhrh perempuannya (isterinya). Hal ini dipahami dari zahir ayat di atas. Artinya, dilarang menjima' isteri di bulan Ramadan dalam keadaan sengaja. Dan mereka dikenakan hukuman kaffarat. Demikian kata Thabari bahwa Ibnu Ja'far memahami bahwa makna wala tuba syiru hunna jangan kalian menjima' isteri - yutu isteri kamu.ea Bukan menyentuh biasa, tetapi jima'. 3. Dalam Bentuk Mukatabah (Perjanjian) Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa mukatabah merupakan bagian dari benhrk dan ummul walad. Di - bentuk perbudakan, selain dari bentsk mudabbar mana mulcatabah adalah memberikan kemerdekaan bagi budak bila ia menuntut kemerdekaan bagi dirinya dengan imbalan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dan akan dibayar oleh pihak budak secara berangsur - angsru. Bila ia telah menunaikannya, maka merdeka. Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur'an, yaitu r-* e i+ b) i*{u "#i ia menjadi : iKL L :;<li ;r;1 e;tt; at-4.--L, 6Jj'; &ilr 4t )C s,2 ger;: Artinya : "... dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu...". (Q.s.2a:33). Sebab turun ayat ini berkenaan dengan Shubaih yang meminta agar dimerdekakan dengan cara mukatabah, akan tetapi permintaannya ditolak oleh Huwaithib bin Abdul Uzza. Namun, setelah ayat e3 q Muhammad AIi AFSabuni, Rawa '/. . . ini tunrn baru Huwaithib , Jitid I, h. 2 I 6. Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al'Tabari Tafsir al-Tabari, Jilid II, (Beirut : dar al- Kutub al-Ilmiyah, 1992) h. 185. bersedia memerdekakannya. Memrut 'Ulwan bahwa Huwaithib meminta perjanjian kemerdekaan itu dengan 100 dinar yang dipotong 20 dinar sebagai hadiah dari Huwaithib kepada Shubaih. Selebihnya Shubaih akan melunasinya sebagai wujud dari kebebasannya.e5 Menurut Muhammad Ali Al-Sabuni, kata faka' tubuhum in 'Alimtum fihim khoiran mengandung arti bahwa ada kewajiban menulis surat perjanjian dengan budak, sekalipun sudah mengenalnya, baik karena kejujuran maupun kepintarannya.e6 Demikian pula pendapat al-Tabari.eT Akan tetapi, Ahamd Sawi Al-Maliki berpendapat bahwa peimtah itu mengandung trnroft bukan wajib. Dalam artian, jika kita tidak tahu dan tidak kenal benar peribadinya mukatabah itu, maka menulis pemajian tersebut adalah sunnat. Imam Al-Saukani menambahkan bahwa wajib tuan melakukan mufullabah dengan budaknya, jika budak itu meminta dan jika mengetahui ada kemaslahatan baginya, baik karena agam4 kejujurarinya maupun karena masa depan budak itu sendiri.ee Dalam artian, wewenang tuan untuk melepaskan budaknya dari perbudakan sangat berpeftm besar. adalah wajib. Kewajiban Ini mencerminkan bahwa hukum mukatabah ini sebagai antisipasi Islam terhadap budak yang telah siap secara fisik dan mental untuk hidup merdeka di tengan - tengah masyarakat. D. Kesimpulan Dari uraian - uraian yang telah penulis kemukakan diambil suaru kesimpulan sebagai berikut. yaitu di atas dapatlah : Perlama, bahwa perbudakan adalah suatu sikap pemasungan hak - hak asasi manusia dari sistem sosial masyarakat berupa sanksi sosial dalam bentuk kepatuhan, ketundukan dan keta'atan yang terpaksa terhadap individu atau " Abdullah Nasih lJlwan, Jowaban Tantas Masalah Perbudakan, te4. Aunur Rafiq Saleh, (Jakarta : al-lslahy Press, 1988, h. 51. 'u Muhammad Ali Al-Sabuni, Safwa al-Tafasir, Jilid II, (Beirut: Dar al-Qur'an al-Karim, 1981), h.337. e7 es Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Tafsir ..., Jilid lX, h. 313. Ahmad al-Sawi a!-Maliki, Khasiah ol-'Allaiah at-Jqlatoin, Kasyiah al'Alomqh ql-Sany, (Beint : Par al-Fikr. 1980), h. 128. ee Muhammad bin Ali bin Muhammad al-syaukani, Fath al-Qadir, Juz IV, (Kairo : Dar alHadis, 1993), h. 42 kelompok tertentu. Sehingga perbudakan dipandang sebagai suatu kematian, karena hilangnya kebebasan dan kemerdekaannya. Al-Qur'an dalma hal ini, mencoba menyikapi makna perbudakan dalam term sebagai 'AM, 'Amah, * term yang dimaksud Raqabah, Mamluk. Kedua, secara fitrah bahwa manusia lahir ke dunia ini membawa potensi turtuk dapat hidup dengan baik, tanpa melanggar aturan - aturan Allah SWT dan manusia. Dengan demikian, secara ideal mestinya dibumi pelanggaran hak - hak Allah dan hak - ini tidak ada lagi hak manusia. Tepatnya, tidak ada lagi bentuk perbudakan ataupun semacarmya juga merupakan pelanggaran terhadap hak - hak asasi manusia. Akan tetapi, dalam kenyataannya justru sebaliknya, di mana masih terdapat bentuk pula memberikan atuan - - benhrk perbudakan. Pada hal Al-Qur'an telah aturan tersebut. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya perbudakan. Di antaranya faktor - faktor yang menonjol adalha kepicikan dan kebodohan, kondisi ekonomi, dan adanya faktor turunan (warisan) perbudakan dari nenek moyang mereka. Selain itu, faktor peperangan juga sangat mempengaruhi munculnya perbudakan. Karen4 dari perbudakan mengakibatkan adanya tawanan perang. Dan dari tawanan perang inilah merupakan andil yang besar adanya perbudakan. Sebab yaag kalah akan menjadi budak atau hamba bagi yang menang. (kuat). Di samping faktor - faktor di atas, tidak kalah pentingnya adalah faktor politik dan kultur budaya suatu masyarakat. Ketiga, pada dasarnya keberadaan perbudakan itu sangat dikecam oleh Al- Qur'an. Dan Al-Qur'an berusaha untuk mempersempit peluang terjadinya perbudakan serta memperluas munculnya kemerdekaan. Namun faktanya bahwa perbudakan masih konsisten dalam kehidupan umat manusia. Hal ini dapat lihat pada masa Jahiliyah dan Islam. Pada masa jahiliyah, bahwa perbudakan merupakan suatu tradisi yang melembaga dalam kehidupan masyarakat ketika itu, sekaligus merupakan wadah untuk memperoleh kuntungan dari hasil perdagangan budak. sehingga kondisi perbudakan pada masa sekaligu menyakitkan, di maoa itu sangatlah menyedihkan pdudakan identik dengan benda atau barang yang dapat diperjual-lelikan. Sedangkan pada masa Islarn bahwa perbudakan mengalarni perlakuan yang baik dan terkesan mzrmpu mengembalikan hak - hak budak atau hamba yang hilang sebelumnya pada proporsi yang sebenamya. Walaupun diakui bahwa perbudakan tidak dapat dihapuskan secara totalitas, karena kondisi politik dan kultur budaya masyarakat Arab Jahiliyah yang masih melekat dalam kehidupan umat Islam pada periode awal yakni masa Nabi dan Khulafah al-Rasyidin. Keempat, bahwa obsesi Al-Qur'an adalah mempersempit perbudakan dar mempeluar pembebasan. Dan upaya - upaya pembebasan perbudakan dilakukan Al-Qur'an adalah untuk mengantisipasi munculnya perbudakan itu sendiri, baik yang pemah terjadi pada masa jahiliyah dan Islam, maupun pada abad modem. Adapun upaya 1. - upaya itu terdiri dari empat bentuk, yaitu : Dalam benhrk mengharap rida Allah SWT. artinya, pembebasan budak atau hamba yang dilakukan oleh individu atau kelompok hendaklah berorientasi kepada nilai - nilai ibadah dan mengharap rida Allah SWT semata, bukan untuk kepentingan komersial dan semacamnya. 2. Dalarn bentuk kaflarat. Kaffarat adalah salah satu saknsi untuk melepaskan seseorang dari hukuman syara', karena telah melanggar terhadap aturan aturan syara' itu sendiri. Dan salah - satu kaffaratnya adalah membebaskan budak atau hamba. Adapun pembebasannya mencakup berbagai bentuk dari kaffarat, yakni kaffarat pembunuhan tidak sengaj4 kaffarat sumpah yang disengaj4 kaffarat zihar, kaffarat bersetubuh di siang hari bulaa ramadan, dan kaffarat pembunuhan secara aniaya. 3. Dalam bentuk mukatabah (perjanjian), yakni adanya perjanjian di antara tuan dan budak tmtuk dimerdekakan, jika budak atau hamba itu telah dapat memberikan imbalan sejumlah uang tebusan. Dalam artian, pembebasan budak atau hamba akan dilakukan jika dapat menebus de4:a*sqiumlah r.rang yang telah disepakati. DATTARPUSTAKA A. Djazuli, Fiqh Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997) Abdullah Nasih Ulwan, Janaban Tuntas Masalah Perbudakan, te4. Aunur Rafiq Saleh, (Jakarta : al-Islahy Press, 1988 Abdullah Nasih Ulwan, Jawaban Tuntas Masalah Perbudakanm, te4. Aunurrafiq Saleh (Jakarta : Al-Islami Press, 1988) Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari a]-Qutubi, al-jatni' ..., Juz Y, h. 264. Lihat pada Hasbi Al-Qiddiqi" Tafsir ..., Jilid II, h. I 107. Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari Al-Qurtubi, al-Jami' ..., XVII, Abi AMillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, alJami' Juz XVII, Juz ..., Abi Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Tafsir al-Tabarr, Jilid II, (Beirut al-Ilmiyah, 1992) Abi Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad al-Zamakhsyari, Tafsir alKasyaf, Juzl, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyatu 1995) Abu Ja'far bin Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami al-Bayan al-Ta'wil Ayat Al-Qur'an,jilid XXVIL (Kairo : Dar al-Fik al-'Araby, t.t) Ahmad al-Sawi al-Maliki, Khasiah al-'Allamah al-Jalalain, Kasyiah al'Alamah al-Sary, (Beinrt : Dar al-Fikr, 1980) Ahmad Amiru Fajr al-Islam, (Kairo : Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah al-Namr) irut : Dar al-Ilmi al-Malayin, 1983) Ahmad Syalabi, Islam dmt Timbangan, terj. Abu Laila dan M' Thahir, (Bandung : al-Ma'arif, 1982) Ahmad Warson, Kamus - Indonesia 'Al-Munawwir, (Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku - Buku Ilmiah Keagamaan Pondon Pesantren "Al-Munawwit'', : dar al-Kutub 1984) Prof. H. Mahmud Ywrus, r(azzs Arab - Indonesia, (lakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Pantafsiran Al-Qur'an, 1972) Ibn Manzur al-Ansyari, Llsan al-Arab, Jilid w. (Mesir : Dar alMa'arift.t). Ahmad Warson, Kamus ..., h. 47. Lihat juga hxli Zudan, Tarikh alTamaddun al-Islam, Juz I, (Kairo : Dar al-Hilal, 1958), h. 28. Ahmad Warson , Kamus -.-, h. 557. Lihat pula Quraisy Sihab, '?erbudakan", dalam Majalah UMMAT, No. 23, (Jakarta : Mahkota Media Utama, 1997), h. 58. Al-Fairuzabadi. Al-Kamis al-Muhit, Jilid I, (Mesir : Al-HalabS 1952),h. 322. Ali 'Abd al-Walid Wafi, al-Hurriyyah fi al-Islam, (Kairo : Dar al-Ma'arif, 1968), h.298. Ni Zakaia Mahluddin bin Syarif al-Nawawi, al-Majmu 'Syah alMuhazzab, Juz XVII, (Beirut : Dar al-Fikr, 1985), h. 368- Al-Yasa Abubakar, Ishul Fiqh II, (Banda Aceh : Fakultas Syari'Al-Qur'an Hadirs, 1994), h.45. Aristoteles mengakui bagusnya sistem masyarakat budak. Lihat Hamka, Sejarah Umar Islam, (Jakafta: Bulan Bintang, 1986),h.267. Ayat - ayat serupa terdapat dalam Q.S. al-Nisa' / 4 :24,25,36 ; al-Nahl / 16 : 71, al-Mu'minun / 23 : 6, al-Nur I 24 : fl, 33, 58, al-Rum / 30 : 28, al-Ahzab / 33 : 50,52, a[-Ma'arif I 70 : 30. Daniel Pipes, Tentara Budak dan Islam, terj. Soni Seregar (Jakarta : Pustaka Pirdaus,1986),h. 186 - 187. Depag RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jilid I, (Yogyakarta : Dana Bakti Wadaf,l99l),h.292. Fuad Mohd. Fachruddin, Islam Berbicara Soal Perbudalan, (Jakarta Mutiara, 1981), h. 25. :