5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Lanskap adalah bentang alam, total keseluruhan tapak ataupun pemandangan baik yang alami maupun buatan. Menurut Simonds (1983), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap alami adalah lanskap yang dibentuk oleh elemen-elemen atau komponen secara alami sesuai dengan kaitannya dengan alam. Sedangkan lanskap buatan adalah lanskap yang dibentuk oleh elemen-elemen dengan bantuan manusia untuk keinginan dan kepuasannya. Taman adalah setiap wilayah publik atau tanah pribadi yang disisihkan untuk estetika, pendidikan, rekreasi, atau penggunaan kegiatan budaya (Gold, 1980). Perumahan dan Permukiman Permukiman dalam skala kecil disebut perumahan, sedangkan dalam skala besar disebut sebagai permukiman. Dalam Undang- undang No.4 tahun 1992 pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kembali dijelaskan dalam pasal 1 ayat 5 dan 6, yang dimaksud dengan prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi sosial dan budaya. Eckbo (1964) mengungkapkan bahwa lingkungan perumahan adalah suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengungkapkan bahwa perumahan merupakan suatu tempat dan lingkungan hunian yang dapat memberikan pada setiap warganya suatu lingkungan kehidupan yang baik dalam arti memuaskan, 6 menyamankan, dan menyenangkan. Lingkungan seperti ini akan menunjang tiap individu yang bemukim di dalamnya untuk mengkreasikan seluruh aktivitas kehidupannya secara maksimum, baik aktivitas jasmani maupun rohani. Perancangan Lanskap Perancangan merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang hasil dari pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986), desain atau perancangan merupakan perluasan dari perencanaan tapak. Desain menyangkut dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan, dan kombinasinya sebagai pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu di dalam rencana tapak. Selain itu, aspek visualitas tapak menjadi perhatian utama dalam perancangan lanskap. Simonds (1983) melanjutkan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ditekankan pada penggunaan volume atau ruang. Dimana setiap volume memiliki bentuk, tekstur, warna, ukuran, bahan, dan kualitas lainnya yang secara keseluruhan dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Menurut Simonds (1983), proses perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction dan Operation. Commision merupakan tahap dimana klien mengemukakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Analysis adalah suatu kegiatan analisis terhadap tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan kendala serta membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan 7 pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian, dan perbaikan serta observasi penampakan. Proses perancangan lanskap menurut Simond (1983) dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Proses Perancangan Lanskap Menurut Simond (1983) 8 Adapun proses perancangan lanskap menurut Booth (1983), yaitu: 1. Penerimaan proyek 2. Riset dan analisis (termasuk mengunjungi tapak) a. Persiapan rencana dasar b. Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi) c. Wawancara dengan pemilik (client) d. Pembentukan program 3. Desain a. Diagram fungsi ideal b. Diagram fungsi keterhubungan tapak c. Rencana konsep (concept plan) d. Studi tentang komposisi bentuk e. Desain awal f. Desain skematik g. Rencana Induk (master plan) h. Pembuatan desain 4. Gambar-gambar konstruksi a. Rencana pelaksanaan (layout plan) b. Rencana bertahap (grading plan) c. Rencana penanaman (planting plan) d. Detil konstruksi 5. Pelaksanaan 6. Evaluasi setelah konstruksi Penerimaan proyek Tahap pertama dalam proses desain adalah disetujuinya usulan proyek antara klien dan arsitek lanskap. Dalam pertemuan pertama antara kedua belah pihak, klien mengemukakan kebutuhan dan keinginannya dan arsitek lanskap memberikan tawaran tipe pelayanannya. 9 Riset dan analisis Dari suatu kesepakatan yang telah dibuat antara klien dan arsitek lanskap, selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan peta dasar tapak termasuk inventarisasi dan analisisnya. Desain Diagram fungsi ideal merupakan tahap pertama dalam desain, dimulai dengan mempelajari desain yang memungkinkan di atas kertas dalam bentuk grafis. Beberapa desainer memulai tahap ini dengan diagram ideal yang bentuknya lebih abstrak dan umum dari diagram fungsi ideal. Tujuan dari diagram fungsi ideal adalah untuk mengidentifikasi pendekatan terbaik yang harus ada antara fungsi mayor yang diusulkan dengan ruang yang ada dalam desain. Gambar-gambar konstruksi Gambar-gambar ini diperlukan untuk pekerjaan yang lebih mendetil. Gambar tersebut biasanya dibutuhkan dalam tahap pelaksanaan. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap dimana diterapkannya suatu desain di tapak. Dilakukan suatu tahap perancangan melalui kegiatan konstruksi. Evaluasi setelah konstruksi Hal ini diperlukan untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dari suatu perancangan yang telah dibuat dan mencari solusi penyelesaiannya dan memperbaikinya selama dalam masa kontrak. Pemeliharaan Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah pemeliharaan untuk menjaga keberlangsungan desain tapak yang telah dibuat, agar desain tapak tetap seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut Hill (1995), proses perancangan terdiri dari sepuluh tahap, yaitu: 1. Masa Perjanjian (Term of Engagement) 2. Batas Kewenangan (Limit of Authority) 3. Laporan Singkat (The Brief) 4. Survei 5. Usulan (Proposal) 10 6. Rencana Sketsa (Sketch Scheme) 7. Rencana Akhir (Final Scheme) 8. Rincian (Details) 9. Kontrak (Contract) 10. Pelelangan Terbuka (Tenders) Term of Engagement Dalam menerima surat yang berisikan konfirmasi keinginan agar suatu proyek disepakati, perancang dapat mengajukan syarat agar kontraknya segera dibuat dan ditandatangani. Ketika pelayanan penuh memerlukan seorang desainer, yang diperkerjakan secara spesifik untuk memberikan nasihat, menyiapkan rencana dan mengawasi pelaksanaan, dokumen yang kuat mungkin diperlukan. Selain perjanjian antara konsultan dengan klien, kontraktor lanskap juga dilibatkan dalam perjanjian tersebut. Batas Kewenangan (Limit of Authority) Pada permulaan sangat penting untuk menetapkan hierarki kewenangan. Klien biasanya tidak dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan kerja, namun terkadang klien memiliki keinginan untuk memerintah kontraktor atau bahkan memerintah pekerja di tapak, mengubah proses pekerjaan. Hal ini dapat menciptakan masalah yang tak berujung, sehingga desainer dari awal harus membuat rantai perintah yang jelas. Laporan Singkat (The Brief) Dalam beberapa keadaan klien memiliki gagasan penting, tapi belum menentukan tapaknya. Contohnya, otoritas lokal mungkin memiliki keinginan untuk menambahkan fasilitas rekreasi di dalam dan di sekitar kota, tapi tidak dapat memutuskan dimana lokasi yang tepat. Hal ini bisa menjadi masalah bagi perencana kota. Jika laporan singkat bertujuan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat, maka lokasi amat penting artinya. Gagasan baik bila ditempatkan di lokasi yang tidak dapat diterima secara fisik dan sosial, dapat dengan mudah diabaikan dan cepat terdegradasi. Kajian ekstensif mengenai beberapa faktor seperti lalu lintas, transportasi, struktur sosial, budaya dan perdagangan mungkin diperlukan sebelum sampai pada suatu kesimpulan. Laporan singkat harus 11 mencakup pernyataan yang jelas tentang limitasi anggaran, yang mencakup faktor pemeliharaan. Hal ini penting, dalam pendekatannya perancang harus menyesuaikan dengan kapasitas klien untuk melanjutkan setiap rencana. Survei Hal berikutnya yang harus diperiksa adalah tapak. Jika tapak berjarak jauh dari kantor perancang, survei secara seksama sangat diperlukan pada tahap ini. Laporan singkat klien dilihat ulang untuk menilai apakah berdasarkan informasi yang diperoleh dari tapak, proposalnya realistis. Pada tahap ini mungkin perancang memerlukan nasihat dari pelayanan dari konsultasi lain, dan atau bahkan memperkerjakan spesialis kontraktor dan pemasok spesialis. Perancang tampak sering mengecek ulang pada klien. Pengecekan demikian dianjurkan dalam banyak kasus untuk menghindari waktu dan uang yang terbuang jika klien memutuskan mengubah pandangannya atau menarik diri dari usaha mengingat informasi yang datang dari survei dan analisis. Usulan (Proposal) Pada rencana yang sangat kecil, rencana sketsa mungkin disiapkan tanpa melalui tahapan konseptual, karena konsep akan menjadi bukti gambaran rencana itu sendiri. Namun, karena banyak pekerjaan dicurahkan untuk persiapan presentasi rencana, adalah bijaksana untuk sepakat tentang konsep terdahulu untuk rencana yang lebih besar. Solusi ideal dapat muncul dengan sendirinya, tetapi dalam banyak hal situasi dimana pihak yang setuju dan tidak setuju dari dua atau tiga konsep tampak berimbang dan seleksi akhir menjadi masalah preferensi personal. Jika mempresentasikan pekerjaan dihadapan suatu komisi, banyak alternatif dapat menambah kesulitan perancang. Rencana Sketsa (Sketch Scheme) Setelah konsep disetujui, maka rencana sketsa disiapkan, hal tersebut mencirikan secara tepat kerja fisik di tapak, bangunan, jalan, jalan kaki, dinding, bentuk tanah, tanaman, dan sebagainya. Disarankan untuk memperoleh jasa dari seorang QS (Quantities Surveyor) atau insinyur pada titik ini, tergantung pada sifat dari laporan singkat dan skala operasi yang diharapkan. 12 Rencana Akhir (Final Scheme) Jika klien, perancang, masyarakat puas dengan rencana dan dengan persetujuan awal dari otoritas lokal jika diperlukan, perancang dapat melanjutkan dengan gambar rancangan akhir. Hal tersebut harus menunjukkan bentuk lahan, struktur dan material, jadwal penanaman yang komprehensif, dan dimana diaplikasikan pertahapan, harus disiapkan analisis biaya terinci. Pekerjaan ini merupakan persetujuan akhir dari semua yang telah disebutkan di atas, tetapi juga membawa pekerjaan ke tahapan vertikal. Dalam persiapan suatu rencana, seringkali klien menjadi terinspirasi untuk membuat perubahan, penambahan atau pengurangan saat rencana muncul, perancang harus mampu mengakomodasi keinginan tersebut, tetapi setiap perubahan yang terjadi harus sesuai dengan penyusunan anggaran biaya. Secara ideal ketika gambar perancangan akhir telah disetujui, dan dimana persetujuan tersebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut harus “dibekukan”. Rincian (Details) Dari rencana yang telah dibekukan, perancang mempersiapkan pengerjaan gambar secara rinci dan tepat bagaimana tiap pekerjaan konstruksi akan dirakit, dan material apa yang digunakan serta penyiapan spesifikasi dan rekening jumlah jika diperlukan. Kontrak (Contract) Kontraktor dapat ditunjuk langsung atau dipilih sebagai hasil submisi tender. Penunjukkan kontraktor merupakan langkah kritis dalam proses keseluruhan. Klien berharap untuk memperoleh pekerjaan yang sebaik mungkin untuk harga yang serendah mungkin, dan keduanya seringkali kontradiktif. Pelelangan Terbuka (Tenders) Jika tender akan dibuka, perancang kemungkinan membutuhkan bantuan dari QS atau insinyur dan klien yang akan menyiapkan daftar kontraktor prospektif. Bilamana pilihan jatuh pada perusahaan yang mungkin tidak terkenal, cukup beralasan untuk menanyakan perspektif tender untuk menyebutkan contoh pekerjaan terdahulu, yang kemudian dapat diperiksa perusahaan yang prospektif dan dikontrak dengan surat atau bahkan ditetapkan untuk mengetahui apakah 13 berminat atau tidak untuk melakukan tender. Hal ini untuk menghindari pengeluaran dan kesulitan dalam mengirim berbagai copy gambar dan dokumen lain kepada kontraktor yang tidak berminat untuk melakukan tender. Ketika mengundang tender, surat yang menyertai gambar dan dokumen harus jelas menyatakan tanggal bila tender harus sudah diterima. Kontraktor dapat diundang untuk menyatakan tanggal penyelesaiannya maupun harga tendernya, kontraktor juga mungkin meminta agar kondisi terakhir dipenuhi sebelum memulai, misalnya bahwa pengaturan terlebih dahulu dibuat untuk memudahkan penghubung untuk mendapatkan akses ke lokasi. Menurut Booth (1983), kegunaan-kegunaan dari proses desain antara lain seperti: 1. Memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain, 2. Menolong untuk memastikan bahwa solusi yang muncul cocok untuk masalah desainnya (tapak, kebutuhan klien, anggaran, dan sebagainya), 3. Pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan 4. Menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankan solusi desain bagi klien. Setiap proyek memiliki masalahnya masing-masing sehingga membutuhkan metode yang berbeda-beda untuk melalui proses desain. Dalam banyak kasus, keterbatasan biaya menentukan lama waktu yang dipergunakan untuk setiap tahap dari proses desain. Teknik Presentasi Grafis Arsitektur Lanskap Untuk menyampaikan ide-ide atau konsep suatu perancangan kepada klien atau kelompok penggunanya dibutuhkan suatu teknik presentasi grafis atau gambar penyajian akhir. Walaupun gambar-gambar awal biasanya sangat kasar dan sangat sederhana, gambar-gambar tersebut perlu menunjukkan bentuk-bentuk, material dan ruang-ruang spesifik untuk dievaluasi oleh perancangnya. Gambar-gambar penyajian akhir harus cukup realistis dan meyakinkan, sebab biasanya gambar-gambar tersebut akan dipelajari oleh klien. Dalam hal ini, 14 yang paling efektif adalah kombinasi gambar denah, potongan, dan perspektif berwarna. Gambar-gambar tersebut harus dapat menjelaskan dirinya sendiri, dengan tulisan yang hanya berbentuk label-label pendek. Berikut beberapa istilah dari bentuk penyajian gambar yang biasa digunakan dalam perancangan dan penyampian idea atau konsep menurut Reid (1996): Denah Tata Letak Merupakan gambar yang menunjukkan lokasi, ukuran, bentuk, dimensi dan metrial elemen-elemen struktur. Contoh gambar denah tata letak dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Contoh Gambar Denah Tata Letak Rencana Irigasi Menunjukkan jenis, ukuran, dan lokasi dari pipa, beda ketinggian, katup, pelindung pipa, dan unsur-unsur lain dari sistem irigasi. Contoh gambar rencana irigasi ditunjukkan pada Gambar 4. 15 Gambar 4. Contoh Gambar Rencana Irigasi Rencana Penanaman (Planting Plan) Merupakan gambar yang digunakan untuk penanaman tumbuhan. Gambar tersebut menunjukkan kokasi yang tepat dan jenis tanaman secara jelas. Biasanya menggunakan simbol-simbol huruf yang mempuyai arti sebagai nama tanamannya. Contoh gambar rencana penanaman dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Contoh Gambar Rencana Penanaman 16 Gambar Detil Konstruksi Merupakan pembesaran dari gambar denah dan tampak, gambar kerja semacam ini menunjukkan komponen-komponen stuktur secara mendetil, termasuk elemen-elemen internal, dan bagaimana hal-hal tersebut bekerja bersama-sama. Contoh gambar detil konstruksi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Contoh Gambar Detil Konstruksi Potongan-Tampak Gambar yang mampu menunjukkan detail elemen vertikal dan bagaimana elemen tersebut berkaitan dengan bentuk horisontalnya. Menunjukkan permukaan atau garis profil potongan ditambah elemen yang benar berdasarkan skala pada suatu jarak pilihan di belakang garis profil. Rangkaian elemen pada garis profil ini yang disebut dengan potongan, sedangkan elemen di belakangnya disebut tampak (Gambar 7). Beberapa tujuan dan nilai utama dalam penggambaran potongan-tampak lanskap: 1. Untuk menekankan pentingnya elemen vertikal dalam kaitannya dengan kegiatan dan penggunaannya. 2. Untuk mengkomunikasikan elemen tersembunyi dalam pandangan denah. 3. Untuk menganalisa penghalang dan pandangan dari titik-tik pandang tertentu. 4. Untuk mengkaji bentuk tanah. 5. Untuk menggambarkan proses lanskap. 6. Untuk memperagakan pentingnya iklim dan iklim mikro. 17 Gambar 7. Contoh Gambar Potongan-Tampak 7. Untuk digunakan dalam pengkajian pencahayaan. 8. Untuk menunjukkan hubungan ekologis. 9. Untuk menunjukkan struktur dalam elemen yang di bangun. Manajemen Proyek Tata laksana kerja sangat berhubungan erat dengan sistem manajemen perusahaan. Kraus dan Curtis (1982) mengemukakan manajemen merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan dimana seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan melaksanakan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerjasama. Selain itu mereka juga mendeskripsikan manajemen sebagai ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu adalah manajemen berdasarkan teori dan ilmu pengetahuan dimana dalam pembuatan keputusan dan kebijakan harus berdasarkan data empiris dan prinsip-prinsip yang tepat, sedangkan manajemen sebagai seni harus dapat mempercayakan kemampuan, sensitifitas, intuisi, dan aspirasi seseorang, dalam berhubungan satu sama lain haruslah bersifat fleksibel dan responsif terhadap sifat dan kemampuan seseorang. Penerapan dari suatu ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan merupakan seni. Menurut Stoner dan Freeman (1994), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota 18 organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi yang bermacammacam untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen pada hakikatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia, bahan-bahan, uang, metode, sistem, dan pasar, guna mencapai tujuan yang telah diterapkan dengan penerapan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif dan efisien. Kraus dan Curtis (1982) menjelaskan kembali, proses manajemen mencakup empat fungsi utama, yaitu; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling). a. Perencanaan (planning) Planning merupakan konsep dari suatu manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan dan tata cara pelaksanaan dibuat, perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka panjang dirumuskan. b. Pengorganisasian (organizing) Organizing merupakan tahapan manajemen dimana struktur organisasi dan tangggung jawab masing-masing bagian dibentuk. Garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan. Pada tahap ini, sumberdaya dialokasikan sehingga dapat dicapai tujuan organisasi. c. Pengarahan (directing) Directing merupakan proses koordinasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan berkaitan erat dengan upaya untuk memotivasi para pekerja. d. Pengawasan (controlling) Controlling mencakup pengukuran terhadap kinerja yang sedang berjalan dibandingkan dengan standar kerja, pengawasan pekerjaan apakah sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan, serta pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan dan pengambilan tindakan perbaikan atau antisipasi program jika diperlukan. Cleland dan Ireland (2002) mengungkapkan bahwa proyek merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment. Manajemen proyek terdiri atas tahap-tahap seperti konsep, perencanaan, desain, pengadaan (procurement), persiapan eksekusi dan diakhiri dengan accomplishment yang 19 biasanya ditandai dengan antara lain deliverable (capaian yang dijanjikan). Manajemen proyek merupakan seni dan ilmu mengatur sumberdaya manusia, peralatan, bahan, uang, dan waktu untuk menyelesaikan suatu pelaksanaan dengan waktu dan biaya yang optimal. Manajemen proyek mencakup multidisiplin yang terfokus mengkoordinasi semua kebutuhan dalam pelaksanaan. Prinsip utama manajemen proyek adalah mengorganisir pelaksanaan pekerjaan agar selesai dengan sempurna (Oberlender 1993). Konsultan Lanskap Konsultan dalam bahasa Latin ‘consultare’ yang berarti „untuk membahas‟ atau yang sering dikenal dengan nama „konsul‟ atau „konsel‟ (nasihat), adalah seorang profesional yang memberikan nasihat profesional atau ahli dibidang tertentu seperti keahlian manajemen, akuntansi, lingkungan, hiburan, teknologi, hukum (hukum pajak khususnya), sumber daya manusia, pemasaran, manajemen darurat, produksi makanan, obat, keuangan, manajemen hidup, ekonomi, urusan publik, komunikasi, teknik, desain sound system, desain grafis, atau manajemen sampah. Seorang konsultan biasanya adalah seorang ahli atau profesional di bidang tertentu dan memiliki pengetahuan yang luas tentang materi dibidangnya. Konsultan biasanya bekerja untuk sebuah perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, dan terlibat dengan banyak klien yang berbeda-beda. Dengan demikian klien memiliki akses ke level yang lebih dalam mendapatkan konsultasi yang layak bagi mereka dan memungkinkan untuk tetap berada di rumah dan melakukan pembayaran atas pelayanan yang diterima dari konsultan. Beberapa konsultan adalah individu yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pekerjaan mereka atas dasar kontrak. Mereka bukan karyawan perusahaan yang dipekerjakan untuk melakukan pekerjaan tertentu, namun mereka diharapkan dapat melakukan pekerjaan secara etis dan bertanggung jawab dengan pengawasan minimum (Wikipedia 2010).