ISBN : 978-602-73060-1-1 UJI AKTIVITAS NEFROPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN MELATI ( Jasminum sambac (L) Aiton.) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) Tita Nofianti1, Nunung Nurjanah1, Sandi Surya Permana1 1 Program Studi Farmasi, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Jl. Cilolohan no 36, Tasikmalaya Corresponding author email: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas nefroprotektif ekstrak etanol daun melati (Jasminum sambac (L) Aiton) dan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap kadar kreatinin darah dan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) tikus putih jantan galur sprague Dawley yang diinduksi karbon tetraklorida dosis 0,4 mL/kg bb secara oral. Hewan uji dibagi dalam delapan kelompok yaitu kelompok I merupakan kelompok normal dan kelompok II merupakan kelompok kontrol, kelompok III, IV dan V merupakan kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun melati masing-masing 0,043g/200g bb tikus; 0,087g/200g bb tikus dan 0,174g /200g bb tikus. Kelompok VI, VII, VIII merupakan kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun sirih merah masing-masing 0,003 g/200g bb tikus; 0,006 g/200g bb tikus; 0,012 g/200g bb tikus. Hasil penelitian diperoleh persen penurunan kadar kreatinin untuk kelompok III, IV, V masing-masing sebesar 18,66%; 20%; 21,33% dan persen penurunan kadar kreatinin kelompok VI, VII, VIII masing-masing sebesar 5,33% ; 9,33% ; 14,67%. Sedangkan persen penurunan kadar BUN kelompok III, IV, V masing-masing sebesar 37,09%; 38,85%; 40,11% dan persen penurunan BUN kelompok VI, VII, VIII masing-masing sebesar 8,6%; 33,35%; 37,96%. Kata kunci : nefroprotektif, daun melati, daun sirih merah ABSTRACT Nefroprotective activity research of ethanol extract of jasmine (Jasminum sambac (L) Aiton) and red betel leaves against blood creatinin level and blood Urea Nitrogen (BUN) level of male Sprague Dawley rats inducted by 0.04 mL/kg bw CCl4 orally has been condicted. Animal test divided into eight groups, those are group I normal control and group II is control. Group III, IV, and V are test group with ethanol extract of leaves of jasmine respectively 0.043g / 200g rat bw; 0.087g / 200g rat bw and 0.174g / 200g rat bw. Group VI, VII and VIII are test group with the ethanol extract of red betel leaves each 0.003 g / 200g rat bw; 0.006 g / 200g rat bw; 0.012 g / 200g rat bw. The results showed that the percent reduction of creatinine levels for groups III, IV, V respectively by 18.66%, 20%, 21.33% and at group VI, VII, VIII respectively by 5.33%; 9.33; 14.67%. The percent reduction in the levels of BUN groups III, IV, V respectively by 37.09%; 38.85%; 40.11% and in group VI, VII, VIII respectively of 8.6%; 33.35%; 37.96%. Keywords : nefroprotective, jasmine leaves, red betel leaves Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 86 ISBN : 978-602-73060-1-1 PENDAHULUAN Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kumalasari, 2006). Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh. WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus meningkat sekitar 10% setiap tahunnya (Tandi dkk, 2014). Tanaman yang dipakai masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional diantaranya melati ( Jasminum sambac (L) Aiton.) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Khasiat dari tanaman melati diantaranya bunga dan daun sebagai anti radang (antiinflamasi), merangsang pengeluaran keringat (diaforetik), peluru kencing (diuretik), melancarkan pernapasan. Akar berkhasiat sebagai pemati rasa (anastetik), menghilangkan sakit (analgesik) (Hembing, 2000). Sedangkan tanaman sirih merah berkhasiat sebagai antioksidan, antidiabetik, anti kanker, antiseptik dan antiinflamasi. Kandungan zat lain berupa senyawa alkaloid mempunyai sifat antineoplastik yang ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Sudewo, 2010). Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes melitus, hepatitis, penyakit ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit. Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum hati CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3*) 1,2.Triklorometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membran endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoxi menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Jeon TI dkk,2003; Lin CC dkk, 1998; Shanmugasundaram P & Venkataraman S, 2006; dalam Panjaitan RGP, 2007) Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek nefroprotektif ekstrak etanol daun melati dan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada tikus putih jantan yang diinduksi karbon tetraklorida ditinjau dari kadar Blood Urea Nitrogen dan kreatinin serum. METODE Pengumpulan Tanaman Pengumpulan tanaman melati (Jasminum sambac (L) Aiton.) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) yang diperoleh dari perkebunan manoko Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun melati ( Jasminum sambac (L) Aiton.) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Determinasi Daun melati (Jasminum Sambac (L) Aiton) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) dideterminasi di Herbarium Jatinangor Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi Universitas Padjajaran (UNPAD). Determinasi dilakukan untuk memastikan identitas dari daun melati dan daun sirih merah yang digunakan sebagai sampel. Pembuatan Simplisia Daun melati dan daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 87 ISBN : 978-602-73060-1-1 dilakukan sortasi basah dari kotoran, kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir sampai tidak tersisa kotoran yang menempel. Kemudian dirajang sampai terbentuk potongan-potongan kecil untuk mempermudah dalam proses pengeringan. Daun melati dan daun sirih merah yang sudah dirajang kemudian dikeringkan dengan cara menjemur tanpa terkena langsung oleh sinar matahari, kemudian disortasi kering dari bahan-bahan asing yang menempel dan dilakukan penghalusan serbuk dengan menggunakan blender. Pembuatan Ekstrak Daun Melati dan Daun Sirih Merah Daun melati dan daun sirih merah kering masing-masing sebanyak 200 gram yang telah menjadi serbuk diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi, dengan menggunakan pelarut etanol 70 % dimaserasi sampai semua zat aktif tertarik oleh pelarut. Ekstrak cair yang dihasilkan dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Penapisan Fitokimia Pemeriksaan fitokimia dilakukan terhadap simplisia serta ekstrak etanol daun melati dan ekstrak etanol daun sirih merah dengan prosedur sebagai berikut : 1. Alkaloid Bahan atau serbuk simplisia dalam mortir dibasakan dengan ammonia 10%. Larutan yang dibasakan tersebut kemudian di ekstraksi dengan kloroform. Ekstrak kloroform dikumpulkan, kemudian diasamkan dengan HCL 1N. Campuran dikocok sampai terjadi dua fasa. Fasa asam diambil, diuji dengan pereaksi Mayer dan pereaksi Dragendorff. Endapan putih dan kuning jingga menandakan positif terdapat alkaloid. Untuk menghindari kesalahan adanya reaksi positif palsu, maka diteteskan etanol. Endapan senyawa-senyawa alkaloid akan larut dan endapan non alkaloid tidak larut. 2. Flavonoid Bahan atau serbuk simplisia dalam mortir digerus dengan sedikit air, kemudian masukkan dalam tabung reaksi yang berisi logam Mg dan 1 ml HCL 2N. Campuran dipanaskan selama 5-10 menit. Kemudian saring dan filtrat dibiarkan dingin. Filtrat kemudian ditambahkan amil alkohol, kemudian kocok. Warna merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. 3. Tanin dan Polifenol Bahan atau serbuk simplisia dalam mortir digerus dengan sedikit air, kemudian dipanaskan selama 5 menit. Kemudian saring dan filtratnya dibagi menjadi dua. Filtrat yang pertama tambahkan larutan gelatin 1% dan endapan putih menunjukan adanya tanin. Filtrat kedua ditambahkan larutan FeCl 1% dan warna biru-hitam menunjukkan adanya polifenol. 4. Saponin Bahan atau serbuk simplisia dalam mortir digerus dengan sedikit air, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan. Kemudian setelah agak dingin, kocok selama 1-2 menit. Jika terjadi busa dengan ketinggian 1 cm selama 5 menit, maka dikatakan positif adanya saponin. 5. Steroid dan Terpenoid Bahan atau serbuk simplisia dalam mortir digerus dengan eter. Fase eter diambil kemudian diuapkan hingga kering, pada residu, teteskan preaksi Liebermann-Buchard. Terbentuk warna ungu berarti mengandung senyawa triterpenoid, dan apabila terbentuk warna hijau-biru berarti mengandung steroid. 6. Kuinon Bahan digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian saring. Filtrat ditetesi larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning hingga merah menunjukkan adanya senyawa kelompok kuinon. 7. Monoterpen dan Seskuiterpen Bahan disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga kering. Pada residu diteteskan preaksi anisaldehid-H2SO4 atau vanillin-H2SO4. Terbentuknya warna-warna menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan seskuiterpen (Fransworth,1996). Penyiapan Hewan Percobaan Hewam percobaan yang digunakan adalah tikus jantan galur Spargue Dawley yang berumur 2-3 bulan dengan bobot badan sekitar 200-250 gram sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari peternakan Institut Pertanian Bogor. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus yang sehat yaitu selama proses Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 88 ISBN : 978-602-73060-1-1 pemeliharaan bobotnya tetap atau tidak berubah lebih dari 10% dan secara visual keadaannya normal dengan ciri-ciri bulu berwarna putih matanya tetap merah, tidak terlihat sakit, tidak cacat bawaan dan tidak menunjukkan adanya kelainan tingkah laku serta tidak ada penyimpangan lainnya. Karbon Tetraklorida Dosis karbon tetraklorida yang digunakan ialah 0,4 mL/kg bb tikus. Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan cara pengenceran menggunakan minyak kelapa untuk meningkatkan absorpsi. Sebanyak 4,24 g karbon tetraklorida dilarutkan dalam minyak kelapa dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL (Cahyaningsih dkk, 2011). 200 ππ 1000 ππ x 0,4 ml = 0,08 ml / 200 g bb tikus Pengelompokan Hewan Percobaan Tikus Sebanyak 30 ekor diaklimatiasi selama 14 hari dalam kandang. Pada waktu tersebut, dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum seperti kondisi mata yang jernih dan bulu yang tidak berdiri. Selain itu dilakukan penimbangan berat badan setiap 3 hari sekali. Kemudian setelah 14 hari dilakukan pemilihan 25 ekor tikus yang sehat untuk selanjutnya dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok. Tabel 1 Pembagian Kelompok Hewan Percobaan No. I Kelompok Kontrol normal II Kontrol Negatif III Dosis 1 EEDM IV Dosis 2 EEDM V Dosis 3 EEDM Perlakuan Diberi CMC 0,5% selama 7 hari tanpa pemberian sediaan uji secara oral dan larutan karbon tetraklorida secara oral. Diberi CMC 0,5% tanpa sediaan uji dan pada hari ke-7, 2 jam setelah pemberian CMC 0,5% diberikan larutan karbon tetraklorida secara oral Diberi sediaan uji dosis 0,0439 g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 1 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. Diberi sediaan uji dosis 0,087 g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 1 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. Diberi sediaan uji dosis 0,174g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 1 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. III Dosis 1 EEDSM IV Dosis 2 EEDSM V Dosis 3 EEDSM Diberi sediaan uji dosis 0,003 g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 1 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. Diberi sediaan uji dosis 0,0061 g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 2 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. Diberi sediaan uji dosis 0,012 g/200g bb tikus secara oral selama 7 hari dan 2 jam setelah pemberian dosis 3 diberi larutan karbon tetraklorida secara oral. Keterangan : 1. EEDM (Ekstrak etanol daun melati) 2. EEDSM (Ekstrak etanol daun sirih merah) Setelah 24 jam pemberian larutan karbon tetraklorida dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar Blood Urea Nitrogen dan kreatinin serum (Cahyaningsih, 2011). Pemeriksaan Kadar Kreatinin Pemeriksaan dilakukan dengan metode jaffe reaction, Fixed Time. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan cara memotong ekor tikus atau mengambil dibagian vena jungularia dan darahnya ditampung dalam tabung setrifugasi, kemudian disentrifuga selama 20 menit dengan kecepatan 2000 rpm dengan tujuan untuk memisahkan serum yang akan digunakan untuk pemeriksaan (Gandasoebrata, 1995). Kemudian serum dimasukkan kedalam eppendorf dan direaksikan dengan reagen uji sesuai Tabel 2. Tabel 2 Prosedur Pemeriksaan Kreatinin Serum Reagen Blanko Standard Test Reagen 1 + 500 µl 500 µl 500 µl reagen 2 Pencampuran R1 dan R2 (1:1) , dilakukan 30 menit sebelum digunakan Standard Sampel - 75 µl - 75 µl Campur sampai homogen, kemudian inkubasi 30 detik pada suhu 370C, kemudian baca absorbansi (A1) pada panjang gelombang 500 nm dan tepat 1 menit pada suhu 370C Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 89 ISBN : 978-602-73060-1-1 setelah pembacaan pertama baca absorbansi (A2). Perhitungan π΄π΄π΄π΄π΄π΄ ππππππππ π΄π΄π΄π΄π΄π΄ π π π π π π π π π π π π π π π π creatinine hasil : π₯π₯ πΎπΎπΎπΎπΎπΎπΎπΎ. ππππππππππππππ C (2mg/dl) = = Pemeriksaan Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) Pemeriksaan dilakukan dengan metode enzimatik, Fixed Time. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan cara memotong ekor tikus atau mengambil dibagian vena jungularia dan darahnya ditampung dalam tabung setrifugasi, kemudian disentrifuga selama 20 menit dengan kecepatan 2000 rpm dengan tujuan untuk memisahkan serum yang akan digunakan untuk pemeriksaan (Gandasoebrata, 1995). Kemudian serum dimasukkan kedalam eppendorf dan direaksikan dengan reagen uji sesuai Tabel 3. Blanko 500 µl Standard 500 µl - 5 µl - Ekstrak Etanol Daun Melati dan Daun Sirih Merah Hasil ekstrak etanol 200 gram serbuk kering daun melati diperoleh ekstrak kental 64,45 gram dengan nilai DER (Drug Extrach Ratio) 3,102 gram. Sedangkan hasil ekstrak etanol 200 gram serbuk kering sirih merah diperoleh ekstrak kental 47,6809 gram dengan dengan nilai DER 4,194 gram. Skrining Fitokimia Tabel 3 Prosedur Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen Reagen Reagen 1 + Reagen 2 (5:1) Standard Sampel Berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Jatinangor Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departeman Biologi FMIPA UNPAD. Menunjukkan bahwa sempel yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar tanaman melati (Jasminum sambac (L.) Aiton) dan tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav). Test 500 µl 5 µl Campur dan inkubasi selama 60 detik pada suhu 370C, baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm (A1) dan baca absorbansi pada selang waktu 120 detik (A2). Perhitungan : C = π΄π΄π΄π΄π΄π΄ ππππππππ π₯π₯ πΎπΎπΎπΎπΎπΎπΎπΎ. ππππππππππππππ (80 mg/dl) = π΄π΄π΄π΄π΄π΄ π π π π π π π π π π π π π π π π UREA BUN (Blood Urea Nitrogen) = 0,467 x UREA Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis hasil percobaan yaitu analisis data menggunakan SPSS 20 dengan metode statistik ANOVA diantaranya uji normalitas, uji homogenitas, dan uji LSD. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tumbuhan Tabel 4 Hasil Skrining Fitokimia simplisia, ekstrak daun melati dan daun sirih merah Golongan Senyawa Simplisia Melati Ekstrak Sirih Merah - Melati - Sirih Merah - Alkaloid - Flavonoid Polifenol + + + + + + + + Tanin - - - - Saponin Kuinon Monoterpen dan Sesquiterpen Steroid Triterpenoid + + + - + + + - + - - + - - Keterangan : (+) terdeteksi (-) tidak terdeteksi Dari hasil skrining fitokimia diperkirakan senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai nefroprotektif yaitu flavonoid. Aktivitas nefroprotektif dari flavonoid yaitu sebagai antioksidan. Dimana antioksidan yang dimiliki flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya, juga melalui daya Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 90 ISBN : 978-602-73060-1-1 tangkap terhadap radikal bebas (Maharani, 2012). Kadar Kreatinin Serum (mg/dL) 1.6 Kadar Kreatinin (mg/dL) 1.4 1.2 1 0.8 EEDSM 0.6 EEDM 0.4 0.2 0 Normal Kontrol Dosis 1 Negatif Dosis 2 Dosis 3 Pemeriksaan kreatinin dilakukan dengan menggunakan metode Jaffe, metode ini merupakan metode fixed time yang dilakukan dengan dua kali pembacaan pada panjang gelombang 480-520 nm. Metode ini berdasarkan reaksi pembentukan kompleks berwarna kuning-orange antara larutan alkali dengan asam pikrat. Absorbansi dari kompleks ini sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Kreatinin adalah protein yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari (Corwin, 2009). Berdasarkan hasil pemeriksaan aktivitas nefroprotektif dari ekstrak etanol daun melati menunjukkan bahwa kadar kreatinin pada kelompok normal adalah 0,67 mg/dL, pada kelompok kontrol negatif diperoleh kadar yang lebih tinggi dari kelompok normal yaitu sebesar 0,75 mg/dL. Pada kelompok III, IV dan V diperoleh kadar yang lebih rendah dari kelompok normal dan kontrol negatif yaitu masing-masing sebesar 0,61 mg/dL, 0,60 mg/dL, 0,59 mg/dL. Sedangkan pada kelompok VI,VII,VIII diperoleh kadar kreatinin masing-masing sebesar 0,71 mg/dL, 0,68 mg/dL, 0,64 mg/dL. Rata-rata kadar kreatinin serum pada kelompok III dan VI sudah memberikan efek penurunan kadar kreatinin serum, hal tersebut dilihat dari rata-rata kadar kreatinin serum kelompok III yang lebih kecil dari kelompok normal. Rata-rata kadar kreatinin serum kelompok IV, V, VII dan VIII juga menunjukkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata kadar kreatinin serum kelompok normal. Dengan demikian dari keenam kelompok uji yaitu kelompok III, VI,V,VI,VII dan VIII, dapat memberikan efek penurunan kadar kreatinin yaitu masingmasing sebesar 18,66% ; 20% ; 21,33% ; 5,33% ;9,33% dan 14,67%. Hasil pengolahan data statistik uji normalitas bahwa signifikansi dari semua kelompok uji > 0,05 yaitu 0,685 > 0,05, sehingga Ho diterima artinya ke delapan kelompok uji diambil dari populasi yang terdistribusi normal. Berdasarkan uji Homogenitas bahwa signifikansi > 0,05 (0,183 > 0,05) sehingga Ho diterima artinya kedelapan kelompok uji semua varian homogen. Karena data kedelapan kelompok uji tersebut terdistribusi normal dan semua varian datanya homogen maka, dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil ANOVA diperoleh bahwa signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok uji dengan tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui apakah kadar kreatinin dari ketujuh kelompok mempunyai perbedaan bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, maka dilakukan uji lanjutan LSD (Least Significance Difference). Berdasarkan uji lanjutan LSD (Least Significance Difference) ke tujuh data kelompok perlakuan, dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif didapat hasil sebagai berikut untuk kelompok normal, III, IV,V,VI,VII, dan VIII diperoleh hasil signifikasi masing-masing sebesar 0,078 ; 0,140 ; 0,150 ; 0,160 ; 0,038 ; 0,074 ; 0,108. Dari ketujuh kelompok terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kadar kreatinin serum darah tikus jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Kadar Serum BUN (mg/dL) Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 91 ISBN : 978-602-73060-1-1 Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN) dilakukan dengan menggunakan metode Urease-GLDH, metode ini merupakan metode fixed time yang dilakukan dengan dua kali pembacaan pada panjang gelombang 340 nm. Metode ini berdasarkan reaksi enzimatik. Dimana urea dengan bantuan urease akan menghasilkan amoniak dan CO2, kemudian amoniak bersama dengan 2-oxoglutarate dan NADH yang dikatalis enzim GD akan menghasilkan L-glutamat, NAD+, dan air. Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya ureum yang dianalisis secara fotometri. Pengukuran Blood Urea Nitrogen (BUN) dapat memberikan gambaran mengenai keadaan fungsi ginjal, tetapi Blood Urea Nitrogen (BUN) juga dapat dipengaruhi oleh suatu keadaan yang tidak berkaitan dengan ginjal, salah satunya adalah karena peningkatan atau pernurunan asupan protein dalam makanan (Corwin, 2009). Hal tersebut terjadi karena hati mengubah amonia menjadi urea, sehingga semakin banyak protein yang termetabolisme maka semakin banyak pula urea yang terbentuk. Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar BUN serum tikus setiap kelompok memiliki perbedaan, yaitu kelompok normal sebesar 10,09 mg/dL, kelompok negatif sebesar 15,88 mg/dL, kelompok III sebesar 9,99 mg/dL, kelompok IV sebesar 9,71 mg/dL, dan kelompok V sebesar 9,53 mg/dL, kelompok VI sebesar 14,8 mg/dL, kelompok VII sebesar 10,8 mg/dL, kelompok VIII sebesar 10,0 mg/dL. Dengan penurunan kadar BUN yaitu kelompok normal sebesar 57.38 %, kelompok III sebesar 37,09%, kelompok IV sebesar 38,85 %, kelompok V sebesar 40,11 %, kelompok VI sebesar 6,80%, kelompok VII sebesar 31,99%, kelompok VIII sebesar 37.02%. Hasil pengolahan data statistik uji normalitas bahwa signifikansi dari semua kelompok uji > 0,05 yaitu 0,492 > 0,05, sehingga Ho diterima artinya ke delapan kelompok uji diambil dari populasi yang terdistribusi normal. Berdasarkan uji Homogenitas bahwa signifikansi > 0,05 (0,306 > 0,05) sehingga Ho diterima artinya kedelapan kelompok uji semua varian homogen. Karena data kedelapan kelompok uji tersebut terdistribusi normal dan semua varian datanya homogen maka, dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil ANOVA diperoleh bahwa signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok uji dengan tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui apakah kadar BUN dari ketujuh kelompok mempunyai perbedaan bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, maka dilakukan uji lanjutan LSD (Least Significance Difference). Berdasarkan uji lanjutan LSD (Least Significance Difference) ke tujuh data kelompok perlakuan, dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif didapat hasil sebagai berikut untuk kelompok normal, III, IV,V,VI,VII, dan VIII diperoleh hasil signifikasi masing-masing sebesar 5,790; 5,884 ; 6,164 ; 6,351; 1,030 ; 5,0420 ; 5,790. Dari ketujuh kelompok terdapat perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif terhadap kadar BUN serum darah tikus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian uji nefroprotektif ekstrak etanol daun melati dan daun sirih merah dapat disimpulkan : 1. Pemberian ekstrak etanol daun melati dapat menurunkan kadar kreatinin serum tikus putih jantan galur sprague dawley dengan dosis 0,043 g/200 g BB sebesar 18,66%, dosis 0,087 g/200 g BB sebesar 20% dan dosis 0,174 g/200 g BB 21,33%. Sedangkan ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 0,003 g/200 g BB sebesar 5,33%, dosis 0,006 g/200 g BB sebesar 9,33 %, dan dosis 0,012 g/200 g BB sebesar 14, 67%. 2. Ekstrak etanol daun melati dapat menurunkan kadar BUN serum tikus putih jantan galur sprague dawley dengan 0,043 g/200 g BB sebesar 37,09%, dosis 0,087 g/200 g BB sebesar 38,85% dan dosis 0,174 g/200 g BB sebesar 40,11%. Sedangkan Ekstrak etanol daun sirih merah dengan dosis 0,003 g/200 g BB sebesar 6,8 %, dosis 0,006 g/200 g BB Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 92 ISBN : 978-602-73060-1-1 sebesar 31,99%, dan dosis 0,012 g/200 g BB sebesar 37,02%. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya yang telah memfasilitasi penelitian serta publikasi. DAFTAR PUSTAKA Cahyaningsih RA, Azizahwati, D Kusmana. 2011. Efek Nefroprotektif Infus Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Majalah Ilmu Farmasi Vol.8; hal:59-71 Corwin Elizabeth J. 2009. Handbook of pathophysiology, 3th Edition. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. hal:725-730 Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional; hal:1-12 Fransworth, N. R. 1996. Biological and Phytochemical screening of plant. Journal of Pharmaceutical Science. Vol. 5; p:245257 Gandasoebrata R. 1995. Penuntun Labolatorium Klinik Jakarta: Dian Rakyat. hal;85-86 Hariana, H. Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya; hal:114 Hembing. 2000. Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia; hal:121-125 Jeon TI, Hwang SG, Park NG, Shin SI, Choi SD, Park DK. 2003. Toxicology 187 : hal 67-73. Kumalasari, L.O.R. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No.1. Lin CC, Yen MH, Lo TS, Lin JM.1998 J. Ethnopharmacol. 60 : hal 9-17. Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Senyawa Dimer Dari Isoeugenol Terhadap Histplogi Ginjal Mencit (mus musculus ) Jantan Galur DDY. Depok: FMIFA UI; hal:12-13 Panjaitan RGP, Ekowati Handharyani Chairul, Masriani, Zulfa Zakiah, Wasmen Manalu. 2007. Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. Makara Kesehatan Vol. 11, NO. 1, Juni 2007: hal 11-16 Sudewo, B. 2010. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Shanmugasundaram P, Venkataraman S. 2006. J. Ethnopharmacol. 104 : hal 124-128 Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 93