BAB IV KESIMPULAN Dalam penelitian ini, puisi yang dibahas berjudul “Hawāmisyu ‘alā Daftari al-Hazῑmati 1991” dalam antologi puisi al-A‘mālu al-Kāmilatu karya Nizār Qabbāniy. Berdasarkan pembacaan semiotik yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa puisi “Hawāmisyu ‘alā Daftari al-Hazῑmati 1991” karya Nizār Qabbāniy adalah karya yang menggambarkan kekalahan bangsa Arab terutama Irak dalam Perang Teluk Persia yang terjadi pada akhir tahun 1990 sampai awal tahun 1991. Perang yang terjadi pada saat itu bermula dari sebuah konflik antar sesama bangsa Arab, yaitu Irak dan Kuwait. Akan tetapi, konflik ini diubah menjadi sebuah peperangan yang telah diatur atau telah direncanakan dengan baik oleh suatu pihak. Banyak negara yang turut ikut campur ke dalam konflik ini. Peperangan yang terjadi berulang kali di kawasan negara Arab belakangan ini tidak hanya dilatari oleh konflik antar sesama bangsa Arab saja, tetapi bisa juga telah direncanakan oleh suatu pihak dari luar bangsa Arab sehingga membuat perpecahan antar sesama bangsa Arab. Pihak dari luar Arab ini datang seraya menyatakan bahwa mereka adalah penyelamat yang akan menegakkan keadilan dan menyuarakan kedamaian di seluruh dunia. Dengan pengaruhnya yang kuat, mereka bisa memprovokasi beberapa negara melalui media untuk berada di pihak mereka. Seorang pemuda yang pemberani yang menjanjikan kemakmuran dan kedamaian kepada bangsa Arab, tetapi dengan tiba-tiba dia menangkap para pemimpin- pemimpin bangsa Arab agar bisa menguasai wilayah tersebut. Juga seseorang yang pandai merayu, selalu menyampaikan hal-hal indah, dan membuat bangsa Arab terpesona sehingga mulut mereka terbungkam karena kata-kata dan janji-janji manis yang keluar dari mulutnya. Peperangan ini menimbulkan ketakutan bagi bangsa Arab, sehingga membuat bangsa Arab merasa kalah, putusasa, dan tidak berdaya menghadapi perang tersebut. Bahkan, secara hiperbola pengarang menunjukkan ketakutan yang mereka rasakan pada saat itu merupakan ketakutan yang telah mereka rasakan dari sejak mereka masih di dalam kandungan. Perang ini memunculkan banyaknya pandangan yang bermacam-macam dari berbagai pihak berdasarkan kepentingan dari masing-masing pihak. Selama beberapa minggu, Perang Teluk sempat menjadi topik pembicaraan di seluruh dunia. Perang yang berlangsung cukup singkat ini menyebabkan pemerintahan tidak punya lagi kekuatan, perekonomian yang hancur, dan masyarakat juga banyak yang terbunuh dengan sia-sia dan seperti tak ada harganya akibat perang tersebut. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh provokasi media yang menyampaikan opini mereka atau menyampaikan berita yang lebih menguntungkan mereka. Kemudian diungkapkan pula tentang keresahan pengarang atas para sastrawan atau para penyair Arab atas ketidakberdayaan mereka terhadap perang yang terjadi pada saat itu. Mereka tidak punya kekuatan karena adanya tekanan dari pihak penguasa. Perasaan ketakutan, kesedihan, keputusasaan, dan rasa keprihatinan pengarang bercampuraduk menjadi satu dengan apa yang terjadi pada bangsanya saat itu. Perang tersebut menimbulkan luka yang mendalam. Luka tersebut bukan saja dialami oleh Irak dan Kuwait, tetapi seluruh bangsa Arab merasakan luka yang sama.