BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kajian Pustaka
3.1.1. Investasi Saham
Analisa dalam investasi saham dilakukan dengan analisa teknikal dan analisa
fundamental. Menurut Tendelilin (2010) analisa teknikal dipergunakan untuk
memperkirakan fluktuasi pergerakan harga saham dalam rentang waktu tertentu
berdasarkan pola (pattern), kecenderungan (trend), rata-rata pergerakan, volume
perdagangan dan momentum harga. Analisa teknikal melihat perilaku pasar dengan
mengacu pada grafik pergerakan harga saham dengan tujuan untuk memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang. Harga saham yang terdapat pada grafik adalah
harga kesepakatan antara permintaan dan penawaran.
Analisa fundamental dilakukan untuk mendapatkan nilai saham yang tepat sesuai
dengan prospek dan resiko perusahaan kedepan.
Analisa fundamental dilakukan
dengan menganalisa perusahaan secara internal melalui kinerja keuangan sebelumnya
berdasarkan laporan keuangan, kinerja industri dimana perusahaan berada dan faktorfaktor ekonomi makro, Bodie et. al (2013). Faktor-faktor makroekonomi berupa
pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja, inflasi, tingkat suku bunga dan neraca
perdagangan. Asumsi dalam analisis fundamental bahwa harga saham yang tepat dapat
ditentukan melalui suatu analisis atau perhitungan yang sangat hati-hati dan teliti
terhadap kondisi harga saham saat ini dan prospeknya untuk masa yang akan datang.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.1.2. Indeks Harga Saham Sektoral
Kinerja pasar saham biasanya diringkas dalam suatu nilai yg disebut indeks harga
saham yang merupakan cerminan dari kinerja saham-saham yang ada di bursa efek
(Husnan, 2009). Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten yang
tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri
yang telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial
Classification).
Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 02 Januari 1996 dengan nilai awal
indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28
Desember 1995. Seperti di mayoritas bursa-bursa dunia, indeks yang ada di BEI
dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah
saham tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index.
Formula dasar penghitungan indeks adalah:
‫=ݏ݇݁݀݊ܫ‬
݈ܰ݅ܽ݅ܲܽ‫ݎܽݏ‬
× 100
݈ܰ݅ܽ݅‫ݎܽݏܽܦ‬
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham tercatat (yang digunakan untuk perhitungan
indeks) dikali dengan harga pasar. Nilai Pasar biasa disebut juga Kapitalisasi Pasar.
Formula untuk menghitung Nilai Pasar adalah:
Dimana:
݈ܰ݅ܽ݅ܲܽ‫݌ = ݎܽݏ‬ଵ‫ݍ‬ଵ + ‫݌‬ଶ‫ݍ‬ଶ + ⋯ + ‫݌‬௜‫ݍ‬௜ + ‫݌‬௡ ‫ݍ‬௡
p = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.
q = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks (jumlah saham yang
tercatat) untuk emiten ke-i.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
n = Jumlah emiten yang tercatat di BEI (jumlah emiten yang digunakan untuk
perhitungan indeks)
Nilai Dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan harga pada
hari dasar. Contoh hari dasar untuk IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia (2010)
3.1.3. Arbitrage Pricing Theory
Teori Arbitrage Pricing Theory (Ross, 1976) menyatakan
indikator makro
ekonomi berpengaruh terhadap return saham. Teori ini memprediksi hubungan tingkat
pengembalian sebuah prorfolio dan pengembalian dari aset tunggal melalui kombinasi
linear dari banyak variabel makro ekonomi. Menurut Anantayoga et. al (2014) APT
dinilai lebih fleksibel dibandingkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) karena dalam
membuat model dapat menggunakan berbagai faktor makroekonomi yang beragam
dalam menghitung premi risiko suatu aset, atau dalam membentuk suatu model
penilaian aset. Faktor makroekonomi dari sebuah model yang dibentuk dapat berubah
seiring berjalannya waktu, begitu pula dengan premi risiko yang terkandung di
dalamnya.
3.1.4. Eficient Market Hypothesis
Dalam hipotesis pasar efisien, Fama (1970) mendefinisikan bahwa pada pasar yang
efisien adalah pasar dimana semua informasi yang relevan termasuk perubahan faktor
atau kondisi ekonomi sepenuhnya tercermin dalam harga saham sehingga investor tidak
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal return) atau dengan istilah
lain bahwa harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari semua informasi
yang ada.
Ada tiga bentuk efisiensi pasar berdasarkan penyerapan informasinya yaitu weak
form, semistrong form dan strong form. Bentuk efisiensi pasar lemah (weak form)
menyatakan bahwa harga saham telah menggambarkan semua informasi mengenai data
dan analisis yang berhubungan dengan harga saham termasuk harga historikal. Bentuk
efisiensi pasar setengah kuat (semistrong form) menyatakan bahwa informasi historis
dan prospek kedepan dari perusahaan telah tergambarkan pada harga saham. Bentuk
efisiensi pasar kuat (strong form) menyatakan bahwa harga saham sudah merefleksikan
seluruh informasi yang relevan dengan perusahaan bahkan termasuk informasi yang
hanya tersedia untuk internal perusahaan, Bodie et. al (2013:238).
3.1.5. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga atas sebagian besar barang dan jasa secara terus
menerus. “When the prices of most goods and services are rising over time, the
economy is said to be experiencing inflation” ( Abel et. al, 2011:6). Sedangkan
menurut Boediono, (2005:155), Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan dari hargaharga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan tersebut
membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian besar barang-barang lain.
Berdasarkan penyebabnya inflasi dibedakan menjadi tiga yaitu Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation), Inflasi desakan biaya (cost push inflation) dan
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
inflasi diimpor (Sukirno, 2015:333). Demand pull inflation biasanya terjadi pada masa
perekonomian berkembang dengan pesat sehingga kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi menyediakan barang dan jasa.
Cost push inflation, juga umumnya terjadi pada saat perekonomian berkembang
dengan pesat dan pengangguran sangat rendah. Ketika perusahaan-perusahaan
menghadapi permintaan yang bertambah kemudian mereka berusaha meningkatkan
produksinya dengan memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada karyawannya.
Kemudian ketika perusahaan menambah jumlah pekerja juga dengan memberikan gaji
yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan naiknya biaya produksi yang pada akhirnya
menaikan harga barang dan jasa.
Inflasi diimpor, adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang hasil
impor. Inflasi ini dapat terjadi bila kenaikan harga barang impor mempengaruhi biaya
produksi perusahaan-perusahaan dan akhirnya perusahaan-perusahaan akan menaikan
harga barang dan jasanya. Contohnya adalah kenaikan harga minyak bumi dimana
Indonesia sebagai negara impor sangat bergantung pada harga pasar minyak dunia.
Ketika harga minyak dunia naik maka secara otomatis biaya energi perushaanperusahaan naik dan pada akhirnya menaikan harga barang dan jasa yang dihasilkan.
Inflasi juga bisa disebabkan karena faktor ekspektasi, yang cenderung bersipat
adaptif atau forward looking. Inflasi seperti ini terjadi dari pembentukan harga pada
tingkat produsen dan pedagang yang umumnya terjadi pada saat-saat tertentu seperti
menjelang hari raya keagamaan seperti lebaran, natal, tahun baru dan juga pada saat
penentuan upah minimum regional. Pada saat-saat tersebut meskipun ketersediaan
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
barang dan jasa mencukupi jumlah permintaan namun harga barang secara umum naik
signifikan.
Dari sisi keuangan inflasi menurunkan nilai atau kekuatan membeli dari uang dan
ini adalah problem khusus dari uang dan pasar modal karena itu akan merusak nilai
kontrak keuangan (seperti obligasi atau deposito). Kerugian keuangan karena inflasi
adalah pada saat dimana kenaikan inflasi tidak diantisipasi secara keseluruhan, dengan
kata lain masyarakat atau institusi yang telah membuat kontrak keuangan tidak dapat
menyesuaikan sepenuhnya terhadap besarnya tingkat inflasi yang terjadi, (Rose dan
Marquis, 2008:38).
Inflasi berpengaruh terhadap tingkat investasi, maka aktivitas perdagangan di bursa
saham akan terpengaruh. Aktifitas perdagangan saham akan mempengaruhi
kemungkinan perolehan keuntungan. Dengan demikian inflasi berpengaruh terhadap
aktifitas di pasar saham. Penelitian yang dilakukan Zohrevand dan Ibrahimi, 2015,
Mousa et. al 2012, Bai, 2014 dan Kibria et. al 2014 menunjukan bahwa inflasi
berpengaruh terhadap harga saham dan indeks saham.
3.1.6. Kurs Mata Uang Asing (USD)
Kurs mata uang adalah kurs dimana dua mata uang yang berbeda dapat
dipertukarkan (Abel et. al 2011:474), atau Kurs adalah harga dari mata uang asing
(Dornbusch et. al 2011:46). Dalam perdagangan internasional tidak semua mata uang
dapat langsung dipertukarkan walaupun hampir semua mata uang memiliki kurs.
Adalah US Dollar yang selama ini telah menjadi satuan mata uang yang dipergunakan
dalam perdagangan internasional.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sejarah USD menjadi mata uang internasional bermula pada pertemuan 44 negara
di Bretton Woods, New Hampshire pada tahun 1944, untuk mendesain sistem moneter
internasional dan system kurs internasional. Sistem yang diadopsi pada saat itu adalah
Kurs Tetap dimana negara-negara selain USA menetapkan kurs mata uang mereka
terhadap USD (Blanchard dan Johnson, 2013: 465).
Sejalan berkembangnya perekonomian kurs tetap tidak lagi dapat dipertahankan
oleh negara-negara yang menganutnya hal ini disebabkan oleh semakin terbukanya
hubungan perdagangan internasional antar negara sehingga hampir tidak ada sekat
dalam transaksi antar negara. Sehingga fluktuasi kurs mata uang antar negara menjadi
sangat tinggi dan terkadang mengejutkan banyak pihak. Menurunnya nilai mata uang
dalam negri terhadap nilai mata uang asing disebut depresiasi sedangkan peningkatan
nilai mata uang dalam negri terhadap mata uang asing disebut apresiasi. Fluktuasi nilai
tukar mata uang asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran
dalam bursa mata uang asing (hukum penawaran dan permintaan). Banyak sebab yang
melatarbelakangi perubahan ini, seperti: neraca ekspor impor, aliran modal, neraca
perdagangan dan lain-lain.
Fluktuasi kurs mata uang asing (USD) berpengaruh terhadap indeks harga saham
dapat dijelaskan bahwa depresiasi atau apresiasi kurs mata uang asing mempengaruhi
penjualan atau biaya perusahaan terutama bagi perusahaan yang berorientasi ekspor dan
impor. Dimana bagi perusahaan yang berorientasi ekspor akan meningkat penjualannya
ketika terjadi depresiasi terhadap rupiah sedangkan perusahaan yang biayanya
dipengaruhi oleh barang-barang atau peralatan dari import akan meningkat biaya
operasinya. Sebaliknya jika terjadi apresiasi terhadap rupiah akan menurunkan nilai
penjualan bagi eksportir dan meningkatkan biaya bagi perusahaan yang banyak
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dipengaruhi oleh import. Dengan demikian maka fluktuasi kurs mata uang asing (USD)
akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan dan saham emiten. Penelitian yang dilakukan Khaparde dan Bhute, 2014,
Ramanujam dan Leela, 2014, Sanningammanavara et. al 2014, Anantayoga et. al 2014
dan Rohmanda et. al 2014 menunjukkan bahwa kurs mata uang asing (USD)
berpengaruh terhadap harga saham dan indeks saham.
3.1.7. Harga Minyak
Minyak sebagai komoditas sumber energy bagi industri dan aktifitas masyarakat
menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian setiap negara. Apakah
negara penghasil minyak atau negara pengimpor minyak sangat memperhitungkan naik
turunnya harga minyak. Besarnya ketergantungan setiap negara terhadap minyak
menjadikan harga komoditas ini selain dipengaruhi oleh suplay dan demand juga
dipengaruhi oleh kepentingan politik suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh
Asteriou et. al (2013) bahwa harga minyak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham di Australia (negara maju). Penelitian Arouri et. al (2010) bahwa harga
minyak berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham di negara Oman.
Minyak mentah atau Crude Oil dihitung dalam satuan Barel atau setara dengan 159
liter. Brent (Brent Crude) merupakan nilai standarisasi minyak yang sumbernya berasal
dari laut utara (Eropa) sedang nama Brent berasal dari lahan tambang di laut utara,
yang dibuka pada tahun 1970. Harga minyak Brent menjadi dasar pembentukan harga
sejak tahun 1971 untuk hampir 40% nilai minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan
sampai sekarang ini.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus mengalami penurunan
maka sejak 2007 berkembang standarisasi harga baru yaitu WTI (West Texas
Intermediate). WTI adalah minyak bumi yang diproduksi di Texas (AS), dan dalam
aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri dan itulah sebabnya minyak
ini banyak diminati, terutama di AS dan Cina.
Harga minyak mentah Indonesia menggunakan Indonesia Crude Price (ICP).
Perhitungan ICP saat ini mengikuti formula tertentu yang merupakan harga rata rata
tertimbang dari sumber yang kompeten dalam perdagangan minyak internasional,
antara lain: Platts, RIM dan APPI.
Platts adalah penyedia jasa informasi energi terbesar di dunia, jasa informasi tidak
terbatas pada minyak, namun juga gas alam, kelistrikan, petrokimia, batubara dan
tenaga nuklir. RIM Intelligence Co, adalah badan independen yang berpusat di Tokyo
dan Singapore, mereka menyediakan data harga minyak untuk pasar asia pasific dan
timur tengah. APPI (Asian Petroleum Price Index), menggunakan sistem panel (panel
pricing) dimana penentuan harga minyak dilakukan oleh partisipan pelaku industri
(seperti: trader, refiner dan producer). APPI dikeluarkan oleh SeaPac Services di
Hongkong. APPI dianggap sebagai mekanisme penentuan harga yang standar untuk
wilayah Asia Timur.
Formula harga minyak ICP terus mengalami perubahan, sebelumnya formula ICP
adalah ICP = 40% Platts + 40% RIM + 20% APPI. Sejak Oktober 2006, Indonesia
mengubah bobot perhitungan ICP, dimana persentase APPI berkurang, formula
menjadi ICP = 47.5% Platts + 47.5% RIM + 5% APPI. Sejak Juli 2007 APPI di drop,
sehingga ICP menjadi 50:50 untuk Platts dan RIM, Kementrian ESDM (2015).
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.1.8. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk
mengamankan sumber pinjaman yang langka dari pemberi pinjaman pada waktu yang
telah disepakati (Rose dan Marquis, 2008:119). Atau tingkat pembayaran pada
pinjaman atau investasi melebihi atau diatas pembayaran nilai pinjaman, dalam bentuk
persentase setahun (Dornbusch et. al 2011:44).
Tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih
berinvestasi pada instrument lain atau meningkatkan konsumsi daripada menabung atau
cash investment. Sebaliknya meningkatnya suku bunga simpanan akan menyebabkan
masyarakat akan lebih senang menabung atau cash investment daripada melakukan
investasi pada instrument lain atau meningkatkan konsumsi.
Dalam perekonomian tingkat suku bunga dapat berfungsi sebagai:
1. Mempasilitasi aliran tabungan ke aliran investasi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat suku bunga mengalokasikan tersedianya kredit untuk investasi pada
proyek dengan return yang lebih tinggi.
3. Penyesuaian tingkat suku bunga dapat membawa keseimbangan pada
permintaan dan penawaran atas uang beredar.
4. Tingkat suku bunga menjadi alat yang penting bagi kebijakan pemerintah dalam
mempengaruhi besarnya simpanan dan investasi
Tingkat suku bunga mempengaruhi harga saham karena pengaruhnya terhadap
aliran dana untuk investasi dan modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ladan
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
et. al 2014, Khan, 2014, Hunjra et. al 2014, Artha et. al 2014 dan Lukisto dan
Anastasia, 2014 menunjukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga
saham dan indeks saham.
3.2. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu dari jurnal internasional atau jurnal nasional
didapat beragam hasil pada objek penelitian yang dilakukan. Ada 21 buah jurnal
internasional dan 4 jurnal nasional yang penulis jadikan rujukan pada penelitian ini.
Pada jurnal tersebut para peneliti menjadikan indikator-indikator makroekonomi
sebagai variabel bebas dan indeks saham atau nilai saham sebagai variabel terikatnya.
Ringkasan jurnal-jurnal tersebut adalah sebagai berikut:
3.2.1. Penelitian Terdahulu Dengan Variabel Inflasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kibria et. al (2014), bahwa inflasi, kurs
mata uang asing, uang beredar, PDB perkapita, PDB tabungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap KSE 100 Index. Menurut Ayaz Khan (2014) dalam penelitiannya
dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) bahwa dalam
jangka panjang setiap faktor makroekonomi (GDP, Money supply, Inflation, Exchange
rate and Firm size) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai saham sedangkan
dalam jangka pendek sebagian berpengaruh signifikan dan sebagian tidak signifikan
akan tetapi dengan error correction term menunjukkan signigikansi ke arah
equilibrium. Menurut Zohrevand dan Ebrahimi (2015) bahwa persediaan uang memiliki
hubungan langsung dengan harga saham, tingkat inflasi memiliki hubungan terbalik
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan harga saham, dan nilai tukar memiliki hubungan terbalik dengan harga saham.
Menurut Mousa et. al (2012) bahwa korelasi antara inflasi dan harga saham mungkin
negatif atau positif. Kemudian menurut Zhongqiang Bai (2014) bahwa inflasi memiliki
dampak kecil pada harga saham Cina saat ini. Menurut Omrana dan Pointonb (2001)
bahwa tingkat inflasi secara umum memiliki dampak pada kinerja pasar saham Mesir.
3.2.2. Penelitian Terdahulu Dengan Variabel Kurs Mata Uang Asing (USD)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohmanda (2014) bahwa kurs rupiah
berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing Indeks Sektoral
BEI. Menurut Chia dan Lim (2015) dalam penelitiannya dengan menggunakan model
Autoregressive Distributed Lag (ARDL) bahwa harga saham berkointegrasi dengan
variabel makroekonomi yang dipilih yaitu industrial production, consumer price index,
money supply, treasury bills dan exchange rates. Selain itu, dalam koefisien jangka
panjang menunjukkan bahwa harga saham Malaysia dipengaruhi positif oleh money
supply dan tingkat suku bunga dan negatif oleh inflasi. Di sisi lain, hasil dari
mekanisme error correction term menunjukkan bahwa terdapat Granger causality pada
return saham yang disebabkan oleh pertumbuhan uang riil dan pertumbuhan tingkat
bunga riil. Ketika exchange rates dimasukkan dalam estimasi, hasilnya menunjukkan
bahwa fluktuasi exchange rates juga dapat menyebabkan pergerakan harga saham.
Menurut Khaparde dan Buthe (2014) bahwa perubahan tingkat PDB dan nilai tukar
menunjukkan pengaruh yang signifikan pada kinerja pasar saham, sementara nilai
tukar telah berdampak negatif pada indeks saham, sedangkan PDB berdampak positif
pada indeks saham. Menurut Ramanujam dan Leela (2014) bahwa produk domestik
bruto dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sanningammanavara et. al (2014) bahwa penurunan nilai rupee terhadap dolar telah
menyebabkan penurunan harga saham, memiliki dampak negatif pada harga saham,
sedangkan kenaikan tingkat inflasi telah menyebabkan penurunan harga saham,
pengaruh perubahan tingkat inflasi pada BSE Sensex tidak signifikan. Menurut
Anantayoga et. al (2014) bahwa kurs dollar merupakan faktor yang paling tepat dalam
mengukur sensitivitas return kelompok saham sektoral.
3.2.3. Penelitian Terdahulu Dengan Variabel Harga Minyak
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asteriou et. al (2013) bahwa harga minyak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham di Australia (negara maju).
Penelitian Arouri et. al (2010) bahwa harga minyak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham di negara Oman. Menurut Joshi dan Giri (2015) dalam
penelitiannya dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL)
menunjukkan adanya hubungan negatif jangka panjang antara harga minyak mentah
dan inflasi dengan harga saham. Hasil pengaruh kedua variabel tersebut terhadap harga
saham juga konsisten dalam jangka pendek. Sedangkan hasil vector error correction
model (VECM) menunjukkan kausalitas dua arah antara inflasi dan CNX nifty index.
Menurut Broadstocka dan Filisb (2014) bahwa korelasi antara guncangan harga minyak
dan return saham secara jelas dan sistematis dengan waktu yang bervariasi, guncangan
perubahan harga minyak dari berbagai jenis menunjukkan variasi substansial dalam
dampaknya pada return pasar saham, pengaruh ini berbeda secara luas di seluruh sektor
industri. Menurut Caporalea (2014) bahwa volatilitas harga minyak mempengaruhi
return saham secara positif selama periode ditandai oleh perubahan di sisi permintaan
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam semua kasus kecuali pada sektor layanan konsumen, finansial, dan sektor
minyak dan gas bumi.
3.2.4. Penelitian Terdahulu Dengan Variabel Tingkat Suku Bunga
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khan (2014) bahwa tingkat suku bunga
berdampak negatif pada harga saham indeks KSE-100, kemudian nilai tukar, inflasi dan
PDB (produk domestik bruto) serta tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap
harga saham (KSE-100index). Menurut Ozlen dan Ergun (2012) dalam penelitiannya
dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) menunjukkan
bahwa exchange rate dan interest rate adalah determinan yang sangat signifikan dalam
mempengaruhi pergerakan return saham perusahaan dari semua sektor industri yang
ada di pasar saham Turki. Menurut Ladan et. al (2014) terdapat hasil menunjukkan
bahwa ada koefisien korelasi tinggi antara semua variabel indeks saham dan
makroekonomi. Menurut Hunjra et. al (2014) bahwa tidak ada hubungan antara
variabel terikat dengan variabel independen dalam jangka pendek akan tetapi terdapat
hubungan yang kuat dalam jangka panjang. Menurut Artha et. al (2014) bahwa Book
Value per Share (BVS), Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), tren
harga saham, BI rate, harga minyak dunia, dan kurs rupiah memberikan pengaruh
signifikan terhadap harga saham sektor pertanian. Menurut Lukisto dan Anastasia
(2014) bahwa suku bunga SBI dan kurs rupiah terhadap US Dollar berpengaruh secara
signifikan terhadap indeks harga saham, sedangkan inflasi serta pertumbuhan PDB
tidak berpengaruh signifikan.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3. Kerangka Pemikiran
Dari kajian teori diketahui bahwa indikator-indikator makroekonomi seperti inflasi,
kurs mata uang asing (USD), harga minyak dan tingkat suku bunga berpengaruh
terhadap nilai saham dan indeks harga saham. Inflasi yang berlebihan akan
menyebabkan perekonomian overheat sehingga menyebabkan kenaikan biaya-biaya
produksi dan menaikan harga produk atau menurunkan nilai uang yang ahirnya
melemahkan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat akan menurunkan
pendapatan perusahaan-perusahaan yang akibatnya mengurangi keuntungan dan nilai
saham perusahaan.
Besarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku industri dan
konsumsi menyebabkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama
USD sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian. Sehingga perubahan nilai tukar
mata uang asing (USD) mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan, hal ini
menyebabkan pendapatan dan keuntungan perusahaan secara otomatis terpengaruh dan
ahirnya mempengaruhi nilai saham perusahaan.
Harga minyak mempengaruhi biaya karena kebutuhan energi perusahaan baik
dalam bentuk energi listrik atau untuk transportasi sangat besar. Sebagian perusahaan
memiliki komposisi biaya energi yang sangat tinggi dan yang lainnya mungkin lebih
rendah akan tetapi kebutuhan akan transportasi juga meningkatkan kebutuhan akan
minyak. Sehingga perubahan naik atau turunnya harga minyak akan mempengaruhi
besaran biaya perusahaan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan dan
keuntungan perusahaan yang pada akhirnya juga mempengaruhi nilai saham
perusahaan.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tingkat suku bunga mempengaruhi baik dalam bentuk biaya bunga atau pilihan
investasi dari investor. Kenaikan tingkat suku bunga akan menaikan biaya bunga pada
perusahaan yang memiliki pinjaman. Selain itu tingginya tingkat suku bunga akan
mengalihkan dana investor dari pasar modal ke tabungan atau simpanan bank sehingga
mempengaruhi nilai saham perusahaan.
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sbb:
Inflasi
Kurs Mata Uang Asing (USD)
Indeks Harga Saham Sektor Pertanian
Harga Minyak
Tingkat Suku Bunga
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.4. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesa sebagai berikut:
H1
: Inflasi menurunkan nilai uang sehingga menurunkan daya beli masyarakat
dan akhirnya mengurangi kemampuan berinvestasi. Jika investasi di pasar
modal menurun, maka indeks harga saham secara umum juga akan menurun
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(termasuk Indeks Harga Saham Sektor Pertanian). Dengan demikian Inflasi
berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham sektor pertanian.
H2
: Indonesia merupakan small open economy sehingga sangat bergantung pada
transaksi ekspor dan impor. Transaksi ekspor dan impor sangat berhubungan
dengan kurs karena menggunakan mata uang asing dengan mata uang yang
paling banyak digunakan adalah USD. Volume impor Indonesia lebih besar
dibandingkan volume ekspornya, sehingga permintaan USD untuk membayar
impor semakin meningkat. Peningkatan permintaan USD menyebabkan nilai
tukar rupiah semakin lemah (kurs USD terhadap Rp semakin tinggi). Karena
bagian terbesar harga komoditas pertanian mengacu pada harga internasional
maka keuntungan di sektor pertanian akan meningkat, harga sahamnya naik,
sehingga indeks harga saham sektor pertanian juga naik. Dengan demikian
semakin tinggi kurs USD terhadap Rp semakin tinggi IHSSP. Kurs mata uang
asing (USD) berpengaruh positif terhadap indeks harga saham sektor pertanian
(IHSSP).
H3
: Minyak sebagai sumber energi utama menjadi acuan bagi perekonomian dunia
saat ini. Harga minyak sebagai komoditas utama mempengaruhi harga
komoditas lain terutama harga crude palm oil (CPO) sebagai komoditas yang
menjadi substitusi minyak karena digunakan sebagai bio fuel. Ekspor pertanian
Indonesia terbesar adalah CPO sehingga perubahan harga minyak berpengaruh
terhadap pendapatan perusahaan sektor pertanian. Peningkatan penghasilan
akan menigkatkan keuntungan perusahaan. Peningkatan keuntungan perusahaan
akan menigkatkan nilai saham, nilai saham naik maka indeks akan naik, dengan
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
demikian harga minyak berpengaruh positif terhadap Indeks harga saham sektor
pertanian.
H4
: Kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan biaya bunga perusahaan.
Bagi investor kenaikan suku bunga akan mengalihkan investasinya dari pasar
modal ke pasar keuangan sehingga kenaikan tingkat suku bunga akan
menurunkan nilai indeks harga saham pada umumnya termasuk indeks harga
saham sektor pertanian. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap
indeks harga saham sektor pertanian.
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download