BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pendahuluan
Istilah proyek pembangunan bukanlah hal yang baru lagi bagi masyarakat
luas. Hanya saja perubahan peradaban manusia yang semakin tinggi menjadikan
proyek tersebut semakin banyak keragamannya dan semakin meningkat pula
kompleksitasnya permasalahan yang akan muncul. Pada awalnya pengertian
proyek hanya sebatas persoalan investasi yang memerlukan sejumlah uang yang
relatif cukup besar. Namun, sekarang ini pengertian proyek lebih luas dan
mencakup segala proyek di segala bidang dan segala ukuran, menyangkut bidang
ekonomi teknik, manufaktur, pendidikan, administrasi dan lain sebagainya (Hari
Purnomo, 2004, p.323).
Satu hal yang mendasar bahwa kegiatan proyek mempunyai karakter yang
berbeda dengan kegiatan operasional (seperti pekerjaan administrasi kantor,
kegiatan perakitan mobil, kegiatan perbengkelan dan lain sebagainya), bahwa
kegiatan proyek mempunyai tujuan untuk mewujudkan sistem yang belum ada,
6
7
sedangkan kegiatan operasi mempunyai kegaitan mendayagunakan sistem yang
telah ada. Sebagai contoh, suatu kegiatan pembangunan jalan bebas hambatan,
mulai dari tahap perancangan, pelaksanaan sampai sistem jalan bebas hambatan
terwujud merupakan kegiatan proyek. Barulah ketika sistem jalan bebas hambatan
tersebut dimulai dioperasikan merupakan awal dari kegiatan operasional.
2.2.
Sistem Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan
operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi
merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujauan
menstransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini
dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan
output produksi merupakan output yang dihasilkann berikut sampingannya seperti
limbah, informasi dan sebagainya (Hari Purnomo, 2004, p.85).
Sub sistem-sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk
konfigurasi sistem produksi. Keandalan dan konfigurasi sistem produksi ini akan
tergantung dari produk yang akan dibuat serta bagaimana cara membuatnya
(proses produksinya).
Definisi sistem produksi adalah suatu aktifitas untuk mengolah atau
mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada dalam proses penciptaan
barang-barang atau jasa dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat efektifitas dan
efisiensi dari proses produksi (Hari Purnomo, 2004, p.25).
7
8
2.3.
Pengertian Manajemen Proyek
2.3.1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu ilmu tentang seni memimpin organisasi yang
terdiri atas kegiatan perancangan, perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan
sasaran yang efektif dan efisien (Nurhayati, 2010).
Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur
organisasi yang solid pada organisasi tersebut. Seluruh aktivitasnya haruslah
berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai
wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide serta pemikiran dari individu-individu
yang memikul tanggung jawab manajemen. Jadi, dapat dikatakan bahwa
manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang saling berhubungan
erat.
2.3.2. Pengertian Proyek
Beberapa pengertian proyek dapat dikemukakan. Proyek adalah setiap
usaha yang direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan
serta penggunaan masukan lainyang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanaan dalam waktu tertentu.
Pendapat lain menyebutkan bahwa proyek adalah gabungan dari sumbersumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal atau biaya yang
dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan
tujuan.
8
9
Merencanakan,
melaksanakan
dan
mengendalikan
suatu
proyek
merupakan kegiatan yang relatif kompleks dan sulit untuk dilakukan karena kita
dituntut untuk memperhatikan berbagai aspek seperti waktu, biaya, sumber daya,
perkembangan pencapaian tujuan dan masih banyak yang lainnya. Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan secara cepat, tepat dan efektif penjadwalan
dan pengendalian proyek harus dilakukan dengan teliti dan seoptimal mungkin.
2.3.3. Manajemen Proyek
Pengolahan kegiatan dengan konsep manajemen proyek merupakan
langkah yang relatif baru, meskipun proyek itu sendiri bukan hal yang baru. Latar
belakang munculnya konsep manajemen proyek adalah semakin kompleksnya
kegiatan proyek sehingga perlu dicari dan digunakan cara-cara pengolahan,
metode serta teknik yang paling baik sehingga penggunaan sumber daya dalam
kegiatan proyek benar-benar efektif dan efesien (Imam Suharto, 1999)
Manajemen
proyek
dapat
dikatakan
sebagai
usaha
perencanaan
(planinning), organisasi (organizing), dan koordinasi (coordinating) pelaksanaan
(actuating) serta pengendalian (controling) kegiatan dalam proyek sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu serta anggaran yang telah ditetapkan
(Hari Purnomo, 2004, p.327).
Jika seluruh usaha kegiatan diilustrasikan sebagai bentuk input, process
dan output, maka:
 Sumber daya yang tersedia merupakan input.
 Fungsi-fungsi manajemen merupakan process.
 Sedangkan tujuan merupakan output.
9
10
Sumber Daya
Proyek
Kegiatan Proyek
Hasil Akhir
Kegiatan
Input
Process
Output
Gambar 2.1. Proses IPO (Input, Process, Output) pada Manajemen Proyek
a. Perencanaan (Planning)
Dapat diartikan sebagai kegiatan identifikasi dan penentuan langkahlangkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Pada tahap perencanaan ini terlebih dahulu ditetapkan
sasaran yang akan dicapai. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah:
 Menetapkan tujuan dan sasaran proyek.
 Menganalisis kendala dan resiko yang mungkin terjadi untuk seluruh
proyek.
 Menetapkan penggunaan sumber daya.
 Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
 Menentukan metode dan aspek-aspek teknik yang diperlukan dalam
pelaksanaan proyek.
b. Organisasi (Organizing)
Dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk mengatur dan mengalokasikan
kegiatan dan sumber daya agar dapat mencapai sasaran secara efektif dan
efisien. Fungsi pengorganisasian melakukan penyusunan struktur organisasi
10
11
dengan disertai pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan bagi
anggota organisasi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah:
 Menetapkan daftar penugasan.
 Menyusun ruang lingkup kegiatan.
 Menyusun struktur kegiatan.
 Menyusun daftar personil organisasi beserta dengan ruang lingkup
tugasnya.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam
kegiatan pelaksanaan, agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja smaa
dengan pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain:
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
 Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
 Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi.
d. Pengendalian (Controlling)
Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan dan penganalisaan serta
pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang
harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diliar batas toleransi).
Tindakan tersebut antara lain:
 Mengukur kualitas hasil.
 Membandingkan hasil terhadap standar kualitas.
 Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi.
 Memberikan saran-saran perbaikan.
 Menyusun laporan kegiatan.
11
12
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Proyek adalah
penerapapn ilmu pengetahuan, kehahlian dan keterampilan, cara teknis yang
terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja
biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Hari Purnomo, 2004, p.328).
2.4.
Karakteristik dan Perancanaan Manajemen Proyek
Dari pengertian diatas terlihat bahwa manajemen proyek mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Karakteristik
proyek yang dimaksud dalam pengertian di atas, antara lain sebagai berikut:
 Kegiatan proyek berlangsung sementara, artinya mempunyai batas waktu
yang jelas, yaitu adanya titik awal (starting point), dan titik akhir (ending
point).
 Kegiatan proyek harus diselesaikan berdasarkan anggaran yang telah
ditentukan. Begitu pula jadwal dan mutu dalam proses penyelesaian
proyek sudah harus ditentukan terlebih dahulu.
 Kegiatan proyek mempunyai satu tujuan khusus dalam penyelesaian
proyek, meskipun terdiri dari berbagai macam kegiatan proyek.
2.5.
Jenis-Jenis Proyek
Seiring dengan pesatnya pembangunan, semakin beragam pula jenis-jenis
proyek yang ada, baik ukuran kecil, sedang maupun ukuran besar. Dari
bermacam-macam proyek yang ada, dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa
jenis proyek. Dilihat dari komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat
dikelompokan menjadi sebagai berikut :
12
13
a.
Proyek Engineering-Konstruksi. Komponen kegiatan utama jenis proyek
ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan
konstruksi. Contohnya : pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan
raya, fasilitas industri dan lain-lain (Ervianto, Wilfram I, 2002).
b.
Proyek
Engineering-Manufaktur.
Proyek
ini
dimaksudkan
untuk
menghasilkan produk baru. Contohnya: pembuatan kendaraan bermotor,
mesin-mesin pabrik, generator, dan lain sebagainya.
c.
Proyek
Penelitian
pengembangan
dan
(research
Pengembangan.
and
Proyek
development)
penelitian
bertujuan
dan
melakukan
penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk
tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini sering kali menempuh
proses yang berubah-ubah, demikian pula dengan ruang lingkup kerjanya.
d.
Proyek Pelayanan Manajemen. Banyak perusahaan memerlukan proyek
seperti ini, diataranya sebagai berikut :
 Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak
maupun perangkat keras.
 Merancang program efisiensi dan penghematan.
 Diversifikasi, penggabungan, dan pengambilalihan.
e.
Proyek Kapital. Berbagai badan usaha atau pemerintah memiliki kriteria
tertentu untuk proyek kapital. Proyek kapital umumnya meliputi
pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material, dan peralartan
(pabrikasi), dan konstruksi pembangunan fasilitas produksi (Hari
Purnomo, 2004, p.25).
13
14
Tabel 2.1 Skala Proyek
Ukuran
($.Juta)
Man-Hour
Pusat (000)
Man-Hour
Lapangan
(000)
Biaya
Sis. Penjadwalan
Keterangan
Small Project
(1-10)
4-40
24-240
PC
CPM/PERT
Unindo
Medium
Project
(11-75)
40-200
240-1200
PC
CPM/PERT
Unindo
Big Project
(80-200)
200-500
1200-3000
Main
Frame
CPM
Computeraize
Unindo
Super Project
(250-600)
500-900
3000-6000
Main
Frame
CPM Main Frame
Unindo
Mega Project
(1000-3000)
1600-4000
10.000-24.000
Main
Frame
CPM Sub Kontrak
Unindo
2.6.
Tolak Ukur Sukses Pengolahan Proyek
Dalam “Segitiga Abadi” manajemen proyek selalu diungkapkan bahwa
suatu proyek dalam pelaksanaanya harus memenuhi 3 (tiga) kreiteria, yaitu:
 Biaya Anggran Proyek, tidak melebihi batas yang telah direncanakan
atau yang telah disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kontrak
pelaksanaannya suatu pekerjaan.
 Kualitas Kinerja, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses atau cara
pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan
kesepakatan, perencanaan ataupun dokumen kontrak pekerjaan.
 Jadwal Waktu Penyelesaian Pekerjaan, harus memenuhi batas waktu
yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pekerjaan yang telah
disepakati.
14
15
Dalam kenyataan, 3 (tiga) kriteria yang menjadi sifat proyek itu
merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh manajer proyek. Berikut
adalah gabaran tentang kriteria “Segitiga Abadi” manajemen proyek (Mahendra
Siltan Syah, 2004, p.17).
Gambar 2.2. “Segitiga Abadi” Manajemn Proyek
Karena peranan manajer proyek sangat dominan dan sangant menentukan
upaya pencapaian sasaran proyek tersebut, makamanajer proyek harusmempunyai
otoritas dan kemampuan fungsi manajemen dan administrasi dalam menjalankan
tanggung jawabnya.
Dengan
perkembangan
standar-standar
kehidupan
social-ekonomi
masyarakat atau suatu Negara, maka tuntutan atas nilai keberhasilan suatu
pekerjaan atau proyek juga meningkat. Lebih-lebih tuntutan atas mutu hasil
pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan dan waktu penyelesaian kegiatan
proyek.karena itu, hasil suatu rancang-bangun yang bermutu dari produk beberapa
waktu lalu mungkin sudah merupakan hasil pruduk yang tidak memenuhui kriteria
mutu pada saat ini atau diwaktu mendatang. Demikian pula proses dan cara
pelaksanaan suatu pekerjaan atau produkyang bermutu saat ini belum tentu akan
15
16
menjadi suatu metode pelaksanaan yang bermutu dan direkomendasikan
pemakaianya pada waktu mendatang.
Untuk itulah, setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal
selalu melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan
sumber daya tenaga dan manajernya, agar selau menjadi terdahulu dan terdepan
dalam setiap era perkembangan teknologi, aplikasi teknologi dan kebutuhan atau
tren di masa depan.
2.7.
Perencanaan Jaringan Kerja
Network planning atau perencanaan jaringan kerja diperkenalkan sekitar
pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Dupont and Rand Corporation untuk
mengembangkan sistem pengendalian manajemen. Metode ini dikembangakan
untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan
yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan
dapat memperhatikan kegiatan kritis. Dari informasi network planning-lah
monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni dengan
memperbarui jadwal.
Jaringan adalah kerangka daroi sistem informasi proyek yang akan
digunakan oleh manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan
memperhatikan waktu, biaya dan performasi.
Jaringan kerja dapat digambarkan kedalam beberapa hal sebagai berikut :
 Kegiatan-kegiatan proyek yang harus dilakukan.
 Urutan kegiatan yang logis.
16
17
 Ketergantungan antar kegiatan.
 Waktu kegiatan memlalui lintasan kritis.
Mengingat
perubahan-perubahan
yang
selalu
terjadi
pada
saat
pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal
proyek yang cukup efektif, yaitu:
1. Secara teknis jadwal tersebut harus bias dipertanggung jawabkan
(technically feasible).
2. Disusun berdasarkan perkiraan atau ramalan yang akurat (reliable
estimate) dimana perkiraan waktu, sumber daya serta biaya berdasarkan
kegiatan pada proyek sebelumnya.
3. Sesuai dengan sumber daya yang tesedia.
4. Fleksible terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada
spesifikasi proyek.
5. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.
2.8.
Critcal Path Method (CPM)
Critical Path Methode atau metode lintasan kritis, dimana pendekatan
yang dilakukan oleh metode ini dilakukan secara deterministic hanya
menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan
dengan kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat
diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float sama dengan nol.
CPM atau jadwal metode lintasan kritis merupakan salah satu jenis jadwal
jaringan rencana kerja atau biasa disebut Network Planning. Dalam metode CPM
dikenal adanya jalur lintasan kritis, yaitu jalur yang memiliki komponen-
17
18
komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun
waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari rangkaian
kegiatan kritis, di mulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir
proyek.
Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini
terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan
keterlambatan proyek secara keseluruhan (Hari Purnomo, 2004, p.324).
2.8.1. Tahapan Penyusunan CPM
Tahapan penyusunan CPM adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui kegiatan-kegiatgan berdasarkan item pekerjaan, lalu diberi kode
kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
2.
Memperkirakan duraasi setiap kegiatgan dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja serta
produktivitas pekerja.
3.
Melakukan perhitungan analisis waktuserta alokasi sumber daya dan dapat
dilakukan setelah langkah-langkah sebelumnya telah dilakukan dengan akurat
dan teliti.
2.8.2. Manfaat Penerapan CPM
Ada beberapa manfaat CPM dalam penerapan di dunia kerja pada saat ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :

Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membvuat perancanaan
proyek menjadi lebih terperinci dan mendetail.
18
19

Mengoptimumkan efesiensi pelaksanaan proyek yang bersangkutan.

Dicapainya penurunan terbesar dalam waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek yang bersangkutan sambil tetap mempertahankan
kelayakan ekonomi dari pengguna sumber daya yang tersedia

Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek.

Menunjukan alur kegiatan mana saja yang penting di pertimbangkan dalam
menjaga jadwal penyeleasian proyek.

Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek.

Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya
langsungf (direct cost) serta penggunaan sumber daya.

Terdiri atas metode activity on arrow.
2.8.3
Membuat Jaringan Kerja CPM
Untuk membuat jaringan kerja kita harus mengetahui semua kegiatan yang
terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan
antar kegiatan (kegiatan pendahulu / predecessors dan kegiatan pengikut /
successors). Urutan-urutan logis seluruh proyek harus diketahui dengan baik.
Setiap kegiatan harus diketahui kegiatan pendahulu serta kegiatan pengikutnya.
Dengan demikian, jaringan kerja dapat terbentuk sejak awal proyek samppai
dengan akhir proyek.
Untuk dapat menjadwal dengan menggunakan metode tersebut, ada
beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu elemen-elemen CPM.
1.
Tanda (Simbol)
a. Anak panah (arrow), kegiatan (activity), job
19
20
 anak panah menunjukan hubungan antara kegiatan,
demikian juga dicantumkan durasi
 Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan
 Awal
busur
panah
dinyatakansebagai
permulaan
kegiatan dan dan mata panah sebagai akhir kegiatan.
b. Lingkaran kecil (Node), kejadian / peristiwa, event
Node
Lingkaran kecil ini merupakan awal atau ujung dari
pertemuan satu atau lebih kegiatan-kegiatan (anak
panah). Node dapat diberi nomer urut.
c. Anak panah terputus-putus; kegiatan semu (dummy)
perbedaannya dengan kegiatan biasa, dummy tidak
menggunakan durasi (nol) dan tidak menggunakan
sumber
daya.
Dummy
hanya
berungsi
sebagai
penghubung antar kegiatan.
2.
Contoh-contoh rangkaian CPM
Contoh 1: Rangkaian seri atau beurutan, A dan B terhubung secara seri.
A
B
Contoh 2: Rangkaian Pararel antara aktivitas A dan B, aktiviyas A dan B
selesai
secara
bersamaan
pelaksanaannya sama.
A
B
20
tetapi
belum
tentu
waktu
21
Contoh 3: Kegiatan A, B dan C selesai sampai dengan kejadian atau
peristiwa atau event yang sama.
A
B
C
Contoh 4: Kegiatan A dan B selesai pada kejadian atau peristiwa atau event
yang sama, lalu mengerjakan pekerjaan berikutnya secara
bersamaan yaitu kegiatan C dan D.
A
C
B
D
Contoh 5: Kegiatan Dummy, apabila ada kegiatan dari 1 peristiwa ke
peristiwa 2, maka hal tersebut harus dilakukan dengan
memindahkan suatu kegiatan ke peristiwa 3 dan kemudian mendummy-kannya ke peristiwa 2 seperti contoh berikut.
B
1
A
(a). Rangkaina yang salah
21
2
22
1
3
1
2
2
3
(b) rangkaian yang benar.
CPM tidak jauh berbeda dengan PERT, akan tetapi CPM lebih baik karena
CPM dapat mengontrol keterlambatan kegiatan yang mempengaruhi selsainya
suatu pekerjaan.
CPM memiliki kelemahan pada cara pembacaan bagi level manajemen
tingkat bawah. Masih banyak penjadwalan yang menggunakan dummy yang
sering membingungkan pembacaan. Selain itu, metode CPM masih menggunakan
aturan ketergantungan kegiatan selesai mulai, artinya suatu kegiatan harus selesai
terlebih dahulu baru dapat dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.
Pertimbangan suatu pekerjaan dilakukan pengurutan dikarenakan berbagai
kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan, dan
mungkin ada kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan atau
tidak saling bergantung.
2.8.3. Konsep Waktu
Dalam identifikasi jalur kritis dikenal beberapa konsep waktu dalam
jaringan kerja dan dapat didefinisikan sebagai berikut :
22
23
1.
TE = E
Waktu paling awal peristiwa dapat terjadi, yang berarti waktu yang paling
awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai, karena
menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dikerjakan
apabila kegiatan yang sebelumnya telah selesai.
2.
TL = L
Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi, yang berarti waktu yantg paling
lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu perstiwa atau kegiatan
(Mahendra Siltan Syah, 2004, p.98).
3.
ES atau Erliest Start
yaitu waktu paling awal suatu kegiatan dimulai, dengan memperhatikan
kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan
4.
LS atau Latest Start
yaitu waktu paling lambat untuk dapat memenuhi suatu kegiatan tanpa
penundaan keseluruhan proyek.
5.
EF atau Erliest Finish
adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan, atau sama
dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan.
6.
LF atau Latest Finish
adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa
penundaan dan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan
LS + waktu kegiatan yang diharapkan.
23
24
7.
D
D adalah durasi atau kurun waktu suatu kegiatan. Pada umumnya satuan yang
sering digunakan adalah jam, minggu, dan bulan (Hari Purnomo, 2004,
p.332).
a = Ruanagn untuk nomor event.
b = EF (Erlieast Finish)
c = LF (Latest Finish).
2.8.4. Perhitungan Maju dan Perhitungan Mundur
Suatu kegiatan yang harus selesai tepat pada waktunya. Jika terlambat,
maka kegiatan beriutnya juga akan mengalami keterlambatan, bahkan dapat
mengakibatkan tanggal atau jadwal proyek dapat berubah.
Ada dua jenis perhitungan yang dilakukan oleh CPM sebelum menentukan
jalur lintasan kritis :
1.
Perhitungan Maju
Perhitungan kedepan dilakukan untuk mendapatkan waktu akhir dari
rangkaian kegiatan selesai. Perhitungan kedepan dilakukan dari awal dengan
mengambil harga awal 0 dan selanjutnya diurutkan sampai akhir. Waktu
selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling
awal ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang bersangkutan. EF=ES+D.
Jika ada dua atau lebih waktu kejadian, maka waktu yang akan diambil
adalah nilai yang terbesar (Hari Purnomo, 2004, p.334).
24
25
2.
Perhitungan Mundur
Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan waktu awal dari
rangkaian kegiatan dimulai. Perhitungan mundur dilakukan dari akhir sautu
jaringan kerja dengan mengambil waktu atau durasi selesai dan selanjutnya
diurutkan sampai awal. Jika ada dua atau lebih waktu kejadian, maka waktu
yang diambil adalah nilai yang terkecil (Hari Purnomo, 2004, p.336).
2.8.5. Jalur Kritis dan Float
Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian
komponen-komponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan menunjukan
kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jakur kritis mempunyai arti
penting dalam suatu proyek, karena kegiatan-kegiatan yang melewati jalur kritis
diusahakan tidak mengalami keterlambatan penyelesaian.
Apabila pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalan jualur kritis mengalami
keterlambatan,
maka
akan
mengakibatkan
keterlambatan
proyek
secara
keseluruhan.
Total Float adalah besarnya tenggang waktu yang masih dimungkinkan
pada suatu kegiatan atau pekerjaan untuk terjadi keterlambatan selesainya
pekerjaan tersebut tanpa mempengaruhi waktu penyelesaiam keseluruhan proyek
tersebut. Total float ini dimiliki bersama oleh semua kegiatan yang ada pada jalur
yang bersangkutan.
2.9.
Percepatan Proyek (Project Crashing)
Project
crashing
atau
percepatan
pelaksanaan
pekerjaan
berarti
memperpendek umur pelaksanaan proyek. Besarnya atau jumlah umur proyek
25
26
sama dengan besarnya atau jumlah waktu yang ada pada suatu lintasan kritis.
Dengan demikian, percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya untuk
memperpendek lintasan kritis pada jaringan rencana kerja proyek yang
bersangkutan.
Ada beberapa alasan mengapa dilakukannnya project crasing, yaitu :
1.
Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai sebab sudah
merupakan keputusan dan disetujui manajen atau pem,ilik proyek degngan
suatu alas an tertentu.
2.
Karena sudah terjadi keterlambatan pelaksanaan proye yang sudah
melebihi batas toleransi tertentu dan dinilai oleh manajemen atau pemilik
proyek akan sangat mempengaruhi kelacaran dan batas waktu penyesalan
proyek tersebut secara keseluruhan.
Cara terbaik untuk mempercepat selesainya suatu kegiatan adalah dengan
menambah sumber daya sehingga produktivitas per harinya meningkat. Akan
tetapi keterbatasan sumber daya sering kali menjadi hambatan yang sangat serius.
Ada beberapa alngkah yang diambil untuk dapat mempercepat proyek tanpa
menambah sumber daya yang telah ada.
Untuk dapat menyelesaikan kegiatan lebih cepat, biasanya biaya tambahan
yang dibutuhkan lebih besar dari harga standar. Akan tetapi ada beberapa cara
atau kiat untuk mempercepat jadwal proyek tanpa menambah biaya, yaitu
mengatur kembali jadwal yang terlambat.
Pendefinisian hubungan kegiatan secara lebih realistis dapat menjadi cara
yang paling ekonomis untuk memperpendek penyelesaian proyek. Cara tersebut
26
27
tidak perlu menambah tenaga kerja pada kegiatan ataupun meningkatkan jam
kerja yang berakibat terhadap penambahan biaya.
Dengan menggunakan jaringan kerja CPM kita akan melakukan
perhitungan biaya jika dilakukan percepatan. Sedangkan untuk memperbaiki
jadwal network planning (Ali, T.H. 1992) pada lintasan kritis dapat digunakan
cost slope terkecil dengan rumusan sebagai berikut:
27
Download