BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Istilah proyek pembangunan bukanlah hal yang baru lagi bagi masyarakat luas. Hanya saja perubahan peradaban manusia yang semakin tinggi menjadikan proyek tersebut semakin banyak keragamannya dan semakin meningkat pula kompleksitasnya permasalahan yang akan muncul. Pada awalnya pengertian proyek hanya sebatas persoalan investasi yang memerlukan sejumlah uang yang relatif cukup besar. Namun, sekarang ini pengertian proyek lebih luas dan mencakup segala proyek di segala bidang dan segala ukuran, menyangkut bidang ekonomi teknik, manufaktur, pendidikan, administrasi dan lain sebagainya (Hari Purnomo, 2004, p.323). Satu hal yang mendasar bahwa kegiatan proyek mempunyai karakter yang berbeda dengan kegiatan operasional (seperti pekerjaan administrasi kantor, kegiatan perakitan mobil, kegiatan perbengkelan dan lain sebagainya), bahwa kegiatan proyek mempunyai tujuan untuk mewujudkan sistem yang belum ada, 6 7 sedangkan kegiatan operasi mempunyai kegaitan mendayagunakan sistem yang telah ada. Sebagai contoh, suatu kegiatan pembangunan jalan bebas hambatan, mulai dari tahap perancangan, pelaksanaan sampai sistem jalan bebas hambatan terwujud merupakan kegiatan proyek. Barulah ketika sistem jalan bebas hambatan tersebut dimulai dioperasikan merupakan awal dari kegiatan operasional. 2.2. Sistem Produksi Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujauan menstransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan output yang dihasilkann berikut sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya (Hari Purnomo, 2004, p.85). Sub sistem-sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dan konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang akan dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya). Definisi sistem produksi adalah suatu aktifitas untuk mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada dalam proses penciptaan barang-barang atau jasa dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat efektifitas dan efisiensi dari proses produksi (Hari Purnomo, 2004, p.25). 7 8 2.3. Pengertian Manajemen Proyek 2.3.1. Pengertian Manajemen Manajemen adalah suatu ilmu tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perancangan, perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Nurhayati, 2010). Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi yang solid pada organisasi tersebut. Seluruh aktivitasnya haruslah berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide serta pemikiran dari individu-individu yang memikul tanggung jawab manajemen. Jadi, dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang saling berhubungan erat. 2.3.2. Pengertian Proyek Beberapa pengertian proyek dapat dikemukakan. Proyek adalah setiap usaha yang direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lainyang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanaan dalam waktu tertentu. Pendapat lain menyebutkan bahwa proyek adalah gabungan dari sumbersumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal atau biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. 8 9 Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan suatu proyek merupakan kegiatan yang relatif kompleks dan sulit untuk dilakukan karena kita dituntut untuk memperhatikan berbagai aspek seperti waktu, biaya, sumber daya, perkembangan pencapaian tujuan dan masih banyak yang lainnya. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara cepat, tepat dan efektif penjadwalan dan pengendalian proyek harus dilakukan dengan teliti dan seoptimal mungkin. 2.3.3. Manajemen Proyek Pengolahan kegiatan dengan konsep manajemen proyek merupakan langkah yang relatif baru, meskipun proyek itu sendiri bukan hal yang baru. Latar belakang munculnya konsep manajemen proyek adalah semakin kompleksnya kegiatan proyek sehingga perlu dicari dan digunakan cara-cara pengolahan, metode serta teknik yang paling baik sehingga penggunaan sumber daya dalam kegiatan proyek benar-benar efektif dan efesien (Imam Suharto, 1999) Manajemen proyek dapat dikatakan sebagai usaha perencanaan (planinning), organisasi (organizing), dan koordinasi (coordinating) pelaksanaan (actuating) serta pengendalian (controling) kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu serta anggaran yang telah ditetapkan (Hari Purnomo, 2004, p.327). Jika seluruh usaha kegiatan diilustrasikan sebagai bentuk input, process dan output, maka: Sumber daya yang tersedia merupakan input. Fungsi-fungsi manajemen merupakan process. Sedangkan tujuan merupakan output. 9 10 Sumber Daya Proyek Kegiatan Proyek Hasil Akhir Kegiatan Input Process Output Gambar 2.1. Proses IPO (Input, Process, Output) pada Manajemen Proyek a. Perencanaan (Planning) Dapat diartikan sebagai kegiatan identifikasi dan penentuan langkahlangkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pada tahap perencanaan ini terlebih dahulu ditetapkan sasaran yang akan dicapai. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah: Menetapkan tujuan dan sasaran proyek. Menganalisis kendala dan resiko yang mungkin terjadi untuk seluruh proyek. Menetapkan penggunaan sumber daya. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek. Menentukan metode dan aspek-aspek teknik yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek. b. Organisasi (Organizing) Dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk mengatur dan mengalokasikan kegiatan dan sumber daya agar dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Fungsi pengorganisasian melakukan penyusunan struktur organisasi 10 11 dengan disertai pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan bagi anggota organisasi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah: Menetapkan daftar penugasan. Menyusun ruang lingkup kegiatan. Menyusun struktur kegiatan. Menyusun daftar personil organisasi beserta dengan ruang lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan (Actuating) Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja smaa dengan pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain: Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi. d. Pengendalian (Controlling) Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan dan penganalisaan serta pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diliar batas toleransi). Tindakan tersebut antara lain: Mengukur kualitas hasil. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi. Memberikan saran-saran perbaikan. Menyusun laporan kegiatan. 11 12 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Proyek adalah penerapapn ilmu pengetahuan, kehahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Hari Purnomo, 2004, p.328). 2.4. Karakteristik dan Perancanaan Manajemen Proyek Dari pengertian diatas terlihat bahwa manajemen proyek mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Karakteristik proyek yang dimaksud dalam pengertian di atas, antara lain sebagai berikut: Kegiatan proyek berlangsung sementara, artinya mempunyai batas waktu yang jelas, yaitu adanya titik awal (starting point), dan titik akhir (ending point). Kegiatan proyek harus diselesaikan berdasarkan anggaran yang telah ditentukan. Begitu pula jadwal dan mutu dalam proses penyelesaian proyek sudah harus ditentukan terlebih dahulu. Kegiatan proyek mempunyai satu tujuan khusus dalam penyelesaian proyek, meskipun terdiri dari berbagai macam kegiatan proyek. 2.5. Jenis-Jenis Proyek Seiring dengan pesatnya pembangunan, semakin beragam pula jenis-jenis proyek yang ada, baik ukuran kecil, sedang maupun ukuran besar. Dari bermacam-macam proyek yang ada, dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa jenis proyek. Dilihat dari komponen kegiatan utama maka macam proyek dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut : 12 13 a. Proyek Engineering-Konstruksi. Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. Contohnya : pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri dan lain-lain (Ervianto, Wilfram I, 2002). b. Proyek Engineering-Manufaktur. Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Contohnya: pembuatan kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, generator, dan lain sebagainya. c. Proyek Penelitian pengembangan dan (research Pengembangan. and Proyek development) penelitian bertujuan dan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini sering kali menempuh proses yang berubah-ubah, demikian pula dengan ruang lingkup kerjanya. d. Proyek Pelayanan Manajemen. Banyak perusahaan memerlukan proyek seperti ini, diataranya sebagai berikut : Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak maupun perangkat keras. Merancang program efisiensi dan penghematan. Diversifikasi, penggabungan, dan pengambilalihan. e. Proyek Kapital. Berbagai badan usaha atau pemerintah memiliki kriteria tertentu untuk proyek kapital. Proyek kapital umumnya meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material, dan peralartan (pabrikasi), dan konstruksi pembangunan fasilitas produksi (Hari Purnomo, 2004, p.25). 13 14 Tabel 2.1 Skala Proyek Ukuran ($.Juta) Man-Hour Pusat (000) Man-Hour Lapangan (000) Biaya Sis. Penjadwalan Keterangan Small Project (1-10) 4-40 24-240 PC CPM/PERT Unindo Medium Project (11-75) 40-200 240-1200 PC CPM/PERT Unindo Big Project (80-200) 200-500 1200-3000 Main Frame CPM Computeraize Unindo Super Project (250-600) 500-900 3000-6000 Main Frame CPM Main Frame Unindo Mega Project (1000-3000) 1600-4000 10.000-24.000 Main Frame CPM Sub Kontrak Unindo 2.6. Tolak Ukur Sukses Pengolahan Proyek Dalam “Segitiga Abadi” manajemen proyek selalu diungkapkan bahwa suatu proyek dalam pelaksanaanya harus memenuhi 3 (tiga) kreiteria, yaitu: Biaya Anggran Proyek, tidak melebihi batas yang telah direncanakan atau yang telah disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kontrak pelaksanaannya suatu pekerjaan. Kualitas Kinerja, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses atau cara pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan kesepakatan, perencanaan ataupun dokumen kontrak pekerjaan. Jadwal Waktu Penyelesaian Pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pekerjaan yang telah disepakati. 14 15 Dalam kenyataan, 3 (tiga) kriteria yang menjadi sifat proyek itu merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh manajer proyek. Berikut adalah gabaran tentang kriteria “Segitiga Abadi” manajemen proyek (Mahendra Siltan Syah, 2004, p.17). Gambar 2.2. “Segitiga Abadi” Manajemn Proyek Karena peranan manajer proyek sangat dominan dan sangant menentukan upaya pencapaian sasaran proyek tersebut, makamanajer proyek harusmempunyai otoritas dan kemampuan fungsi manajemen dan administrasi dalam menjalankan tanggung jawabnya. Dengan perkembangan standar-standar kehidupan social-ekonomi masyarakat atau suatu Negara, maka tuntutan atas nilai keberhasilan suatu pekerjaan atau proyek juga meningkat. Lebih-lebih tuntutan atas mutu hasil pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan dan waktu penyelesaian kegiatan proyek.karena itu, hasil suatu rancang-bangun yang bermutu dari produk beberapa waktu lalu mungkin sudah merupakan hasil pruduk yang tidak memenuhui kriteria mutu pada saat ini atau diwaktu mendatang. Demikian pula proses dan cara pelaksanaan suatu pekerjaan atau produkyang bermutu saat ini belum tentu akan 15 16 menjadi suatu metode pelaksanaan yang bermutu dan direkomendasikan pemakaianya pada waktu mendatang. Untuk itulah, setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal selalu melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan sumber daya tenaga dan manajernya, agar selau menjadi terdahulu dan terdepan dalam setiap era perkembangan teknologi, aplikasi teknologi dan kebutuhan atau tren di masa depan. 2.7. Perencanaan Jaringan Kerja Network planning atau perencanaan jaringan kerja diperkenalkan sekitar pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Dupont and Rand Corporation untuk mengembangkan sistem pengendalian manajemen. Metode ini dikembangakan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperhatikan kegiatan kritis. Dari informasi network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni dengan memperbarui jadwal. Jaringan adalah kerangka daroi sistem informasi proyek yang akan digunakan oleh manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu, biaya dan performasi. Jaringan kerja dapat digambarkan kedalam beberapa hal sebagai berikut : Kegiatan-kegiatan proyek yang harus dilakukan. Urutan kegiatan yang logis. 16 17 Ketergantungan antar kegiatan. Waktu kegiatan memlalui lintasan kritis. Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif, yaitu: 1. Secara teknis jadwal tersebut harus bias dipertanggung jawabkan (technically feasible). 2. Disusun berdasarkan perkiraan atau ramalan yang akurat (reliable estimate) dimana perkiraan waktu, sumber daya serta biaya berdasarkan kegiatan pada proyek sebelumnya. 3. Sesuai dengan sumber daya yang tesedia. 4. Fleksible terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada spesifikasi proyek. 5. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis. 2.8. Critcal Path Method (CPM) Critical Path Methode atau metode lintasan kritis, dimana pendekatan yang dilakukan oleh metode ini dilakukan secara deterministic hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float sama dengan nol. CPM atau jadwal metode lintasan kritis merupakan salah satu jenis jadwal jaringan rencana kerja atau biasa disebut Network Planning. Dalam metode CPM dikenal adanya jalur lintasan kritis, yaitu jalur yang memiliki komponen- 17 18 komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, di mulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan (Hari Purnomo, 2004, p.324). 2.8.1. Tahapan Penyusunan CPM Tahapan penyusunan CPM adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kegiatan-kegiatgan berdasarkan item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi. 2. Memperkirakan duraasi setiap kegiatgan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja serta produktivitas pekerja. 3. Melakukan perhitungan analisis waktuserta alokasi sumber daya dan dapat dilakukan setelah langkah-langkah sebelumnya telah dilakukan dengan akurat dan teliti. 2.8.2. Manfaat Penerapan CPM Ada beberapa manfaat CPM dalam penerapan di dunia kerja pada saat ini, diantaranya adalah sebagai berikut : Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membvuat perancanaan proyek menjadi lebih terperinci dan mendetail. 18 19 Mengoptimumkan efesiensi pelaksanaan proyek yang bersangkutan. Dicapainya penurunan terbesar dalam waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek yang bersangkutan sambil tetap mempertahankan kelayakan ekonomi dari pengguna sumber daya yang tersedia Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek. Menunjukan alur kegiatan mana saja yang penting di pertimbangkan dalam menjaga jadwal penyeleasian proyek. Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya langsungf (direct cost) serta penggunaan sumber daya. Terdiri atas metode activity on arrow. 2.8.3 Membuat Jaringan Kerja CPM Untuk membuat jaringan kerja kita harus mengetahui semua kegiatan yang terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan antar kegiatan (kegiatan pendahulu / predecessors dan kegiatan pengikut / successors). Urutan-urutan logis seluruh proyek harus diketahui dengan baik. Setiap kegiatan harus diketahui kegiatan pendahulu serta kegiatan pengikutnya. Dengan demikian, jaringan kerja dapat terbentuk sejak awal proyek samppai dengan akhir proyek. Untuk dapat menjadwal dengan menggunakan metode tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu elemen-elemen CPM. 1. Tanda (Simbol) a. Anak panah (arrow), kegiatan (activity), job 19 20 anak panah menunjukan hubungan antara kegiatan, demikian juga dicantumkan durasi Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan Awal busur panah dinyatakansebagai permulaan kegiatan dan dan mata panah sebagai akhir kegiatan. b. Lingkaran kecil (Node), kejadian / peristiwa, event Node Lingkaran kecil ini merupakan awal atau ujung dari pertemuan satu atau lebih kegiatan-kegiatan (anak panah). Node dapat diberi nomer urut. c. Anak panah terputus-putus; kegiatan semu (dummy) perbedaannya dengan kegiatan biasa, dummy tidak menggunakan durasi (nol) dan tidak menggunakan sumber daya. Dummy hanya berungsi sebagai penghubung antar kegiatan. 2. Contoh-contoh rangkaian CPM Contoh 1: Rangkaian seri atau beurutan, A dan B terhubung secara seri. A B Contoh 2: Rangkaian Pararel antara aktivitas A dan B, aktiviyas A dan B selesai secara bersamaan pelaksanaannya sama. A B 20 tetapi belum tentu waktu 21 Contoh 3: Kegiatan A, B dan C selesai sampai dengan kejadian atau peristiwa atau event yang sama. A B C Contoh 4: Kegiatan A dan B selesai pada kejadian atau peristiwa atau event yang sama, lalu mengerjakan pekerjaan berikutnya secara bersamaan yaitu kegiatan C dan D. A C B D Contoh 5: Kegiatan Dummy, apabila ada kegiatan dari 1 peristiwa ke peristiwa 2, maka hal tersebut harus dilakukan dengan memindahkan suatu kegiatan ke peristiwa 3 dan kemudian mendummy-kannya ke peristiwa 2 seperti contoh berikut. B 1 A (a). Rangkaina yang salah 21 2 22 1 3 1 2 2 3 (b) rangkaian yang benar. CPM tidak jauh berbeda dengan PERT, akan tetapi CPM lebih baik karena CPM dapat mengontrol keterlambatan kegiatan yang mempengaruhi selsainya suatu pekerjaan. CPM memiliki kelemahan pada cara pembacaan bagi level manajemen tingkat bawah. Masih banyak penjadwalan yang menggunakan dummy yang sering membingungkan pembacaan. Selain itu, metode CPM masih menggunakan aturan ketergantungan kegiatan selesai mulai, artinya suatu kegiatan harus selesai terlebih dahulu baru dapat dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya. Pertimbangan suatu pekerjaan dilakukan pengurutan dikarenakan berbagai kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan, dan mungkin ada kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan atau tidak saling bergantung. 2.8.3. Konsep Waktu Dalam identifikasi jalur kritis dikenal beberapa konsep waktu dalam jaringan kerja dan dapat didefinisikan sebagai berikut : 22 23 1. TE = E Waktu paling awal peristiwa dapat terjadi, yang berarti waktu yang paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dikerjakan apabila kegiatan yang sebelumnya telah selesai. 2. TL = L Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi, yang berarti waktu yantg paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu perstiwa atau kegiatan (Mahendra Siltan Syah, 2004, p.98). 3. ES atau Erliest Start yaitu waktu paling awal suatu kegiatan dimulai, dengan memperhatikan kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan 4. LS atau Latest Start yaitu waktu paling lambat untuk dapat memenuhi suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. 5. EF atau Erliest Finish adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan. 6. LF atau Latest Finish adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan dan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. 23 24 7. D D adalah durasi atau kurun waktu suatu kegiatan. Pada umumnya satuan yang sering digunakan adalah jam, minggu, dan bulan (Hari Purnomo, 2004, p.332). a = Ruanagn untuk nomor event. b = EF (Erlieast Finish) c = LF (Latest Finish). 2.8.4. Perhitungan Maju dan Perhitungan Mundur Suatu kegiatan yang harus selesai tepat pada waktunya. Jika terlambat, maka kegiatan beriutnya juga akan mengalami keterlambatan, bahkan dapat mengakibatkan tanggal atau jadwal proyek dapat berubah. Ada dua jenis perhitungan yang dilakukan oleh CPM sebelum menentukan jalur lintasan kritis : 1. Perhitungan Maju Perhitungan kedepan dilakukan untuk mendapatkan waktu akhir dari rangkaian kegiatan selesai. Perhitungan kedepan dilakukan dari awal dengan mengambil harga awal 0 dan selanjutnya diurutkan sampai akhir. Waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang bersangkutan. EF=ES+D. Jika ada dua atau lebih waktu kejadian, maka waktu yang akan diambil adalah nilai yang terbesar (Hari Purnomo, 2004, p.334). 24 25 2. Perhitungan Mundur Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan waktu awal dari rangkaian kegiatan dimulai. Perhitungan mundur dilakukan dari akhir sautu jaringan kerja dengan mengambil waktu atau durasi selesai dan selanjutnya diurutkan sampai awal. Jika ada dua atau lebih waktu kejadian, maka waktu yang diambil adalah nilai yang terkecil (Hari Purnomo, 2004, p.336). 2.8.5. Jalur Kritis dan Float Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jakur kritis mempunyai arti penting dalam suatu proyek, karena kegiatan-kegiatan yang melewati jalur kritis diusahakan tidak mengalami keterlambatan penyelesaian. Apabila pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalan jualur kritis mengalami keterlambatan, maka akan mengakibatkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Total Float adalah besarnya tenggang waktu yang masih dimungkinkan pada suatu kegiatan atau pekerjaan untuk terjadi keterlambatan selesainya pekerjaan tersebut tanpa mempengaruhi waktu penyelesaiam keseluruhan proyek tersebut. Total float ini dimiliki bersama oleh semua kegiatan yang ada pada jalur yang bersangkutan. 2.9. Percepatan Proyek (Project Crashing) Project crashing atau percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti memperpendek umur pelaksanaan proyek. Besarnya atau jumlah umur proyek 25 26 sama dengan besarnya atau jumlah waktu yang ada pada suatu lintasan kritis. Dengan demikian, percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya untuk memperpendek lintasan kritis pada jaringan rencana kerja proyek yang bersangkutan. Ada beberapa alasan mengapa dilakukannnya project crasing, yaitu : 1. Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai sebab sudah merupakan keputusan dan disetujui manajen atau pem,ilik proyek degngan suatu alas an tertentu. 2. Karena sudah terjadi keterlambatan pelaksanaan proye yang sudah melebihi batas toleransi tertentu dan dinilai oleh manajemen atau pemilik proyek akan sangat mempengaruhi kelacaran dan batas waktu penyesalan proyek tersebut secara keseluruhan. Cara terbaik untuk mempercepat selesainya suatu kegiatan adalah dengan menambah sumber daya sehingga produktivitas per harinya meningkat. Akan tetapi keterbatasan sumber daya sering kali menjadi hambatan yang sangat serius. Ada beberapa alngkah yang diambil untuk dapat mempercepat proyek tanpa menambah sumber daya yang telah ada. Untuk dapat menyelesaikan kegiatan lebih cepat, biasanya biaya tambahan yang dibutuhkan lebih besar dari harga standar. Akan tetapi ada beberapa cara atau kiat untuk mempercepat jadwal proyek tanpa menambah biaya, yaitu mengatur kembali jadwal yang terlambat. Pendefinisian hubungan kegiatan secara lebih realistis dapat menjadi cara yang paling ekonomis untuk memperpendek penyelesaian proyek. Cara tersebut 26 27 tidak perlu menambah tenaga kerja pada kegiatan ataupun meningkatkan jam kerja yang berakibat terhadap penambahan biaya. Dengan menggunakan jaringan kerja CPM kita akan melakukan perhitungan biaya jika dilakukan percepatan. Sedangkan untuk memperbaiki jadwal network planning (Ali, T.H. 1992) pada lintasan kritis dapat digunakan cost slope terkecil dengan rumusan sebagai berikut: 27