IV. KERANGKA TEORITIS 4.1. Keseimbangan Perekonomian Nasional Dalam Kerangka Makroekonomi Dalam sistem perekonomian nasional, keseimbangan perekonomian diceminkan oleh keseimbangan internal dan eksternal secara s!multan- Keseimbangan internal terjadi apabila dalam pasar barang dan pasar uang terjadi keseimbangan. Sedangkan keseimbangan eksternal terjadi jika neraca perdagangan sama dengan neraca modal asing (net cupitul$ow). Secara teoritis proses pembentukan berbagai keseimbangan tersebut diuraikan sebagai berikut: Pendapatan nasional yang dihitung dalam sisi pengeluaran (PNBRI) didefinisikan sebagai penjumlahan dari konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto, sedangkan pendapatan siap belanja (disposuble income) adalah pendapatan nasional setelah dikurangi pajak. Secara matematis ha1 ini dijelaskan sebagai berikut : PNBRI = Y = C + I + G + ( X - M ) (RI YD (R2) =Y-T di mana : PNBRI = pendapatan nasional diukur dengan pengeluaran C = konsurnsi I = G = pengeluaran M = impor T = pajak X = ekpor YD = pendapatan masyarakat investasi masyarakat siap belanja Besarnya konsurnsi didefinisikan sebagai pendapatan siap belanja dikurangi tabungan (S) C = m - S (R3) Dengan cara mengakomodasikan persamaan (R3) ke dalam persamaan (Rl), maka diperoleh: Y=Y-T-S+I+G+(X-M)atau S + T + M = I + G + X (R4) Persamaan (R4) ini merupakan persamaan keseimbangan pasar barang dalam sisi pengeluaran. Keseimbangan tersebut membentuk k u ~ eIS yang ditunjukkan dalam Gambar 1ld. Pada Gambar I ld juga ada kurve LM yang menunjukkan keseimbangan dalam pasar uang yang terbentuk dari keseimbangan permintaan uang (MD) dan penawaran uang (MS) (Gambar 1 lf), penurunannya secara rinci disajikan dalam Gambar 12a. Keseimbangan internal terjadi apabila ada keseimbangan dalam pasar barang dan pasar uang (IS=LM) yang akan menentukan tingkat pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yang ditunjukkan oleh kuve permintaan agregat (ugregut demand) yang dapat dilihat dalam Gambar I lg. Penurunan kurve permintaan agregat (AGD) secara rinci disajikan pada Gambar 13a. Perubahan-pembahan dalam aktifitas konsumsi (tabungan), pajak, investasi, pengeluaran pemerintah, maupun ekspor impor akan merubah kurve IS yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. Begitu pula perubahan-perubahan dalam aktifitas moneter baik dalam sisi permintaan maupun penawaran uang akan merubah kurve LM yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. Keseimbangan dalam pasar barang dan uang ini akan menentukan tingkat bunga. Kebijakan pemerintah dalam segi fiskal @scul policy) diceminkan oleh pergerakan kurve IS, sedangkan kebijakan moneter pemerintah (monetarypolicy) diceminkan pada pergerakan kurve LM. Pendekatan pendapatan nasional tersebut diatas didasarkan pada sisi pengeluaran, sehingga sulit digunakan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan dalam sisi produksi. Oleh karenanya dalam kajian ini dicoba dikaitkan dengan sisi produksi, sehingga keterkaitan antar produksi dengan konsumsi, neraca perdagangan akan dapat dievaluasi dalam suatu kerangka pendekatan ekonomi secara nasional. Oleh karena itu jika pendapatan nasional diukur dengan sisi produksi maka keseimbangan perekonomian dicerminkan oleh keseimbangan dari pendapatan nasional yang diukur dari sisi produksi dan pengeluaran, keseimbangan dalam pasar uang, neraca pembayaran, dan keseimbangan pasar tenaga kerja. Pendapatan nasional apabila diukur dari sisi produksi ditunjukkan dalam Gambar I 1h. Dalarn jangka pendek fungsi produksi agregat ini dirumuskan sebagai: PDBRI = Y = f(N) 035) Dengan mengacu pada teori mikro ekonomi dan mengasumsikan penawaran tenaga kerja tenaga kerja elastis tak berhingga (infinitely elustic) pada upah W dan harga produk perusahaan adalah konstan pada P, maka keuntungan perusahaan dapat dsajikan sebagai n:= P.Y - W.N Maksimimisasi keuntungan terjadi jika turunan pertamanya adalah nol, sehingga : dn: /dN = P.dY/dN - W = 0, dengan asumsi turunan kedua terpenuhi. Oleh karena dY/dN = MP, adalah produk marginal tenaga kerja : W = P.MP, Persamaan (R6) ini merupakan pennintaan tenaga kerja yang digambarkan sebagai kurve permintaan tenaga kerja ND dalaln Gambar I 1I. Perubahan harga (P) akan menyebabkan pergeseran pada kurve pennintaan ND. Jika diasumsikan bahwa kurve penawaran tenaga kerja adalah rigid (kaku) terhadap perubahan harga dalam jangka pendek sebagaimana asumsi Keynes, maka adanya perubahan harga (P) akan terjadi perubahan dalam pasar tenaga kerja akibat perubahan permintaan tenaga kerja, sehingga akan menyebabkan perubahan jumlah produksi. Begitu pula apabila terjadi perubahan penawaran tenaga kerja seperti akibat naiknya angkatan kerja, juga akan menyebabkan tejadinya perubahan tenaga kerja sehingga menimbulkan perubahan produksi. Kaitan antara perubahan harga P dengan jumlah produksi tersebut selanjutnya dapat dibuat kurve penawaran agregat (agregat supply), sebagaimana ditunjukkan dalam kurve AGS pada Gambar 1lg. Sedangkan penurunan kurve penawaran agregat (AGS) secara rinci disajikan dalam Gambar 6b. Keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat akan menentukan harga umum (P) (Gambar 1lg). Keseimbangan ini merupakan keseimbangan internal, perubahan P yang ditimbulkan akan berdampak balik pada sektor moneter, fiskal, maupun produksi. Keseimbangan eksternal dicerminkan oleh kurve EB (external bulance), yang dibentuk pada kondisi keseimbangan net ekspor (X-M) yang sama dengan net cup~tul flow (K). Jadi dengan demikian pada keseimbangan eksternal terjadi jika K= X-M, sebagaimana ditunjukkan dala~nkurve EB pada Gambar 14. Melalui penempatan kurve keseimbangan ekstrenal EB pada Gambar 1l d dan 1lg, maka akan diperoleh keseimbangan internal dan eksternal. Keseimbangan internal dan eksternal pada Gambar l l d adalah EB= IS=LM, dimana jika EB > (IS=LM) menunjukkan perekonoinian dalam surplus, sebaliknya jika EB < (IS=LM) inenujukkan - perekonomian dalam keadaan defisit, yang urnurnnya dilakukan dalam evaluasi jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang keseimbangan internal dan eksternal ditunjukkan dalam Gambar 11g yakni AGS=AGD=EB, dimana j ika EB > (AGS=AGD) menunjukkan perekonomian dalam surplus, sebaliknya jika EB < (AGS=AGD) menunj ukkan perekonomian dalam keadaan defisit. Berdasarkan uraian di atas, inaka keseimbangan perekonomian nasional dalam suatu sistem yang saling berkaitan dapat ditunjukkan dalam bentuk keseimbangan yang diuraikan sebagai berikut: Keseimbangan internal pasar barang :PDBRI= PNBRI = Y = C+I+Gt(X-M) Keseimbangan internal pasar uang : MS = MD Keseimbangan eksternal: X-M = K Keseimbangan pasar tenaga kerja : ND = NS EB AGS Y Gambar 1 1. Keseimbangan Perekonomian dalam Kerangka Makroekonomi (a) Keseimbangan Pasar Barang i 4 / ................................................................. A / ............................................. Y md=ms .................................................... <....................-.-............................... ............................... .................. ^ i ,Y (b) Keseimbangan Pasar Uang Gambar 12. Keseimbangan Pasar Barang dan Uang b r (a). Penurunan Permintaan Agregat (b) Penurunan Penawaran Agregat Gambar 13. Penurunan Permintaan dan Penawaran Agregat Gambar 1 4. Penurunan Keseimbangan neraca Pembayaran 4.2. Kerangka Umum Keterkaitan Aspek Mikro dan Makroekonomi Dalam rangka tetap menjaga keseimbangan perekonomian nasional, yaitu keterkaitan antara aspek makroekonomi dengan aspek mikroekonomi, maka pendekatan dalam perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan dua cara, yakni pendekatan pengeluaran atau expenditure approaclz dan pendekatan nilai hasil produksi atau value of product approach. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menangkap fenomena makro ekonomi sedangkan pendekatan nilai hasil produksi digunakan untuk menangkap fenomena mikroekonomi. Untuk menyederhanakan permasalahan karena banyaknya komoditi yang dihasilkan di Indonesia, maka model ini mengasumsikan ada dua komoditi yakni Q' dan QM. Komoditi Q~ mencerminkan komoditi yang tidak mempunyai keunggulan komparatif, sebaliknya komoditi Q' mempunyai keunggulan komparatif di pasar internasional. Masing-masing produksi tersebut diasumsikan dihasilkan oleh komponen tenaga kerja L dan faktor modal K. Produksi kedua komoditas tersebut ditunjukkan dalam kuadran I dan III. Dengan mengasumsikan bahwa untuk menghasilkan komoditi tersebut menggunakan biaya tertentu yang digunakan untuk membeli input tenaga kerja dan modal, maka kombinasi besarnya jumlah output yang dihasilkan tersebut sangat ditentukan oleh efisiensi biaya yang digunakan, yang akan terjadi jika (MRPT M x= dQM /dQX) = MC~/MC'), dimana MRPT Mx adalah A lurg~ncrl Rule of Product Trunsformutron yang merupakan kemiringan (slope) dari kurve kemungkinan produksi PPF sebagaimana digambarkan dalam kuadran IV, sedangkan MC' dan M C nlurgrncll ~ cost untuk kedua komoditi tersebut. Sedangkan efisiensi sumberdaya (input tenaga kerja dan modal) akan dicapai apabila Marginal rate of technical substitution dari inputnya (MRTS) untuk kedua produksi adalah sama dengan dengan ratio kedua input yang digunakan (MRTS MRTS' LK = r,K = dK/dL= WL/W,), dimana WL dan W, menunjukkan upah tenaga kerja dan harga modal. Kondisi ini ditunjukkan dengan garis NN pada kuadran 11. Dengan demikian kurve kemungkinan produksi PPF pada kuadran IV adalah lokus titik efisen penggunaan sumberdaya pada kondisi MRPTm = MC~IMC'. Pada kuadran 1V ini ditunjukkan pula kurve indiferen yang menunjukkan preferensi konsumsi pada kedua komoditas tersebut. Jika diandaikan harga komoditi Q' dan QM adalah PQ' dan pQM (kondisi perekonomian tertutup), maka alokasi produksi untuk kedua komoditi tersebut akan dicapai jika slop dari PPF tersebut (Marginul Rate of Product Transformation (MRI.'Tm= dQM/d~")sama dengan ratio kedua komoditi tersebut (MRPTM.X= MC~IMC' = PQ~IPQ'). Sedangkan keseimbangan konsumsi akan dicapai apabila slop kurve indeferen (MRS Mx ) saina dengan ratlo harganya (MRSMX = PQ"/PQ'). Keseimbangan urnum yakni keesimbangan produksi dan konsumsi akan terjadi apabila : MRPTm = MC"/MC~= MRS M x = pQMipQX. Berdasarkan pendekatan ini maka dampak liberalisasi perdagangan terhadap perubahan struktur produksi akan mudah dievaluasi. Pada kondisi perekonomian tertutup dengan harga PQX dan P Q keseimbangan ~ produk dan konsurnsi tejadi pada titik A, dimana pada kondisi ini produk untuk komoditi QMdan Q' tejadi pada Sedangkan penggunaan tenaga kejanya adalah N ~ O dan NO ' Q ~ Odan QXo. untuk kedua komolti tersebut. Namun pada perekonomian terbuka dengan harga relatif PQ~I:!PQ~Ftanpa restriksi produksi tejadi pada Q ~ clan I Q' I . Pada kondisi ini akan tejadi impor untuk Gambar 15. Pengaruh Liberalisasi Perdagangan dalam Perubahan Struktur Produksi komoditi QM sebesar QM2-QM1,dan akan mengekspor komoditi QX sebesar Q'I-Q'~. Apabila Indonesia melakukan proteksi pada komoditi QM agar produksi tetap terjadi pada QMo dan diandaikan melalui tarif atau subsidi, maka konsurnsi akan terjadi pada titik D (untuk subsidi) dan titik E untuk proteksi dengan tarif. Jika terjadi liberalisasi perdagangan jela's konsumsi akan kembali pada titik C dan produksi akan kembali pada titik B. Dimana produksi . QM akan turun, sebaliknya produksi QX akan akan meningkat, yang membawa konsekwensi terjadinya realokasi pada penggunaan tenaga kerja atau sumberdaya. Berdasarkan kerangka teoritis ini maka jika tejadi liberalisasi perdagangan jelas akan terjadi realokasi produksi, selanjutnya akan membawa pada penggunaan tenaga kerja (berubah dari NQMo menjadi NQMl pada komoditi QM), sedangkan untuk QX dari NQXo menjadi NQXI). Berdasarkan pendekatan tersebut, maka keterkaitan aspek mikro dan makro dapat dibangun melalui pendekatan PDB dengan nilai tambah nilai produksi. Sehingga perilaku ekspor,impor, konsumsi agregat dapat dibangun melalui pendekatan komoditi. Secara rinci ha1 ini diuraikan sebagai berikut: 4.2.1. Pendapatan Nasional Berdasarkan Nilai Hasil Produksi Secara garis besar perhitungan pendapatan nasional (PDBRI) melalui sisi nilai hasil produksi dirumuskan sebagai penjumlahan pendapatan sektor tradable (YT)dan non tradable YN1. PDBRI = CY I + CYNT Pendapatan sektor non rrucluhle dapat dipengaruhi langsung oleh sektor truduble dikarenakan ada hubungan kuat antar kedua sektor tersebut (Pangestu, 1986; Devaragan, 1990; Bandara, 1991). Sedangkan pendapatan sektor tradable diperoleh dari nilai produksinya. Jika diasumsikan komoditi tradable terdiri dari dua komoditi yakni QXdan Q". Komoditi QM mencerrninkan komoditi impor yang tidak mempunyai keunggulan komparatif di negara tersebut, sebaliknya komoditi QX adalah komoditi ekspor yang mempunyai keunggulan komparatif di pasar internasional. Sehingga dengan deinikian pendapatan sektor truduble dan non truhble dirumuskan sebagai : di mana PQ", adalah harga domestik komoditi QX, PQ", untuk Q", , dan ZNTadalah shifter YNT. Masing-masing produksi QX, dan QMi dianggap respon terhadap perubahan harganya, harga alternatifnya, harga input, investasi serta shifter lainnya, sehingga dapat dituliskan sebagai : QXI= f(pQXi,pQAi,pli ,IX,,zXi) QMi= ~ ( P ,QP Q ~ ~~,,PI, , ~~i ,zMi) di mana : pada komoditi impor = investasi pada komoditi ekspor = harga komoditi alternatif = harga komoditi ekspor = harga domestik komoditi impor PI; = harga input QM = produksi komoditi impor Q~ = produksi komoditi ekspor zM = sifter penawaran komodti impor zx = sifter penawaran komodti ekspor subskrip i menujukkan komoditi jenis i IM, IXi PQ pQ"i pQ"i = investasi Sebagaimana dikeahui harga domestik yang terjadi dalam kenyataannya terdistorsi karena adanya intervensi pemerintah berupa kebijakan-kebijakan perdagangan tidak hanya berbentuk tarif inaupun subsidi, tetapi juga dapat berupa pemberlakuan pajak ekspor, pembatasan eksporlimpor (quota), pemberjan subsidi eksporlimpor dan berbagai bentuk distorsi non tarif (non /urlf harriers) lainnya. Bahkan distorsi perdagangan tersebut dapat pula terjadi secara bersama-sama, oleh karena itu harga yang terjadi di domestik untuk suatu koinoditi sangat ditentukan oleh distorsi yang ada, sehingga pendekatan segala restriksi perdagangan diukur dengan Nominal Hate Protection (NPR) (Garcia, 1997). Oleh karena itu secara empiris besarnya harga domestik sangat dipengaruhi oleh nilai tukar, harga internasional, kekuatan pasar domestik, serta restriksi yang dilakukan oleh peinerintah. Secara fungsional ha1 ini dituliskan sebagai: di mana = permintaanlpenawaran domestik komoditi Q~~ = permintaan domestik komoditi ERI M ~ , NPR~~ NPR~~ PQ~F, PQ'F~ QX QM M ~ ; xxi QMi = nilai tukar rupiah terhadap dollar = total impor komoditi Q~~ = restriksi harga pada komdoditi QX = restriksi harga pada komdoditi QMi = harga dunia komoditi QX = harga dunia komoditi QMi = produksi komoditi ekspor = produksi komoditi impor = total komoditi Q ' = total komoditi QXi Mengingat tidak mungkin semua komoditi dimasukkan ke dalam model. maka untuk dapat mengevaluasinya "secara keseluruhan" diperlukan adanya komoditi yang dibatasi pada komoditi yang diperkirakan dapat menangkap gambaran umum dan datanya tersedia. Sehingga dengan demikian apabila terdapat j sektor, maka pendapatan setiap sektor (PDB) dapat diidentifikasi melalui nilai hasil produksi komoditi dominan. Pendekatan melalui nilai produksi komoditi tidak dominan sengaja tidak dilakukan melalui pendekatan sebagai residual, ha1 ini disebabkan karena akan menemui kesulitan dalam proses simulasi peramalannya serta dengan pertimbangan residu tersebut dimungkinkan menjadi sangat besar nilainya. Secara mamatematis maka persamaan (R8) dan (R9), berubah menjadi : Yq =f YNTj f Z(pQXi.QXi)+ X ( P Q ~ ~ )) .Q~~ = ~(YT], ZNT~) PDBRI = C YTj+ YNTj di mana PDBRI paxi pQMi QXi aMi y~j YNT~ z ~ j = pendapatan nasional dari sisi hasil roduksi R, = harga domestik komoditi ekspor Q = harga domestik komoditi impor QMi komoditi ekspor dominan jenis i = produksi komoditi impor dominan jenis i = produksi agregat sektor tradable jenis j = produksi agregat sektor non tradable jenis j = sifter produksi agregat sektor non tradable jenis j = produksi 4.2.2. Penurunan Perilaku Tenaga Kerja Dalam mengidentifikasi perilaku tenaga kerja adalah tidak mungkin mengidentifikasi setiap komoditi. Oleh karena itu kajian ini menggunakan pendekatan tenaga kerja agregat setiap sektor. Pendekatan ini relatif umum Qlakukan dalam kajian makroekonomi. Secara teoritis permintaan tenaga kerja dapat diturunkan melalui fungsi produksi (derived demanq. Sedangkan penawaran tenaga kerja dalam ha1 ini tidak diidentifikasi mengingat fenomena di Indonesia umurnnya menunjukkan penawaran di inana: BOT BOP CITAH CISTA M MDOM SELSlH X XDOM neraca perdagangan dan jasa pe~nbayaran = net capital inflow bagi pemerintah = net capital inflow bagi swasta = nilai total iinpor barang dan jasa = nilai iinpor komoditi dominan = selisih perhitungan = nilai total ekspor barang dan jasa = nilai ekspor komoditi dominan = = neraca 4.2.4. Penurunan Sektor Moneter Sektor moneter dalam kajian ini didekati berdasarkan perilaku permintaan dan penawaran uang. Model ini mengasumsikan bahwa permintaan uang berasal dari jumlah uang currency (MDC), uang giral (MDG) dan tabunganl deposit0 (MDT). Ketiga jenis permintaan uang tersebut secara teoritis dipengaruhi oleh suku bunganya, inflasi, serta pendapatan nasional. Sedangkan penawaran uang Qestimasi secara langsung melalui peubah penjelasnya tanpa menggunakan pendekatan uang inti. Hal ini dilakukan karena penelitian ini lebih menitik beratkan pada aspek intervensi pemerintah dalam pasar uang. Jumlah penawaran uang sangat ditentukan oleh tingkat bunga pasar, inflasi , neraca pembayaran (BOP), serta intervensi pemerintah yang berupa cadangan wajib bank komersial (RRr) dan besarnya suku bunga sertifikat bank sentral (SBI). matematis model sektor moneter dirumuskan sebagai: MDC = f(I,IFL,PNBRI) MDG = f(I,FL,PNBRI) MDT = f(I,IFL,PNBRT) TMD = MDC+ MDG MS = f(I,TFL,RRr,SBI, BOP + Secara di mana: tingkat suku bunga komersial inflasi = jumlah uang currency = uang giral = tabunganl deposit0 = penawaran uang = pendapatan nasional = cadangan wajib Bank koinersial terhadap Bank Sentral = tingkat suku bunga sertfikat bank sentral = total permintaan uang 1 IFL MDC MDG MDT MS PNBRI RRr SBI TMD = = tingkat 4.2.5. Penurunan Pendapatan Nasional dari Sisi Pengeluaran Pendapatan nasional dari sisi pengeluaran telah didefinisikan sebagai mana persamaan (Rl), namun dalam ha1 ini dituliskan kembali dengan notasi baru. Di samping itu karena ekspor net0 sebagaimana dalam persamaan (R30) dalam satuan dollar, rnaka persamaan (Rl) dapat dituliskan sebagai: PNBRI =C +IS + GTOT + X"ER1-M"ER1 0 7 ) di mana C ERI IS GTOT PNBRI M X = total konsumsi masyarakat = nilai tukar = nilai total investasi swasta = pengeluaran pemerintah = Pendapatan nasional dari sisi pengeluran = nilai total impor barang dan jasa dalam satuan dollar = nilai total ekspor barang dan jasa dalam satuan dollar Penurunan masing-masing komponen pendapatan nasional dari sisi pengeluran tersebut diuraikan sebagai berikut: Konsumsi Agregat Dalam rangka menjaga keterkaitan antara aspek makro, dan mikroekonomi, maka konsurnsi agregat swasta dirumuskan dari persamaan (R2 1) dan (R22). Sehingga dengan demikian konsumsi agregatnya adalah: di mana : C = konsumsi agregat = permintaan untuk komoditi impor ~~i DM; = permintaan untuk komoditi ekspor Q"; DX, = harga domestik untuk komoditi ekspor Q'; PQ'~ = harga domestik untuk komoditi impor QMi PQ~; Notasi i menunjukkan jenis komoditi Dengan mempertimbangkan fenomena perekonomian Indonesia yang inasih menggantungkan pada pangan, maka secara teoritis konsumsi agregat ditentukan-.oleh konsumsi untuk pangan, sedangkan konsumsi non pangannya di anggap merupakan sisa( residu) dari konsumsi total setelah dikurangi dengan konsumsi pangan. Dengan demikian persamaan (R38), akan berubah menjadi. CFOD =C ( D ~ , . P Q )+ ~ ~c ( D ~ ., P C = f(CF0D) CNFOD = C-CFOD Q ~), di inana: C = konsumsi agregat CFOD = konsumsi pangan CNFOD = konsumsi non pangan Notasi i adalah jenis komoditi yang dibatasi hanva pada koinoditi pangan Komponen dari aspek fiskal ini terdiri dari penerimaan dan pengeluaran pemerintah, investasi dan pajak. Penerimaan pemerintah terdiri atas penerimaan domestik dan asing. Peneriinaan domestik terdiri dari pajak dan minyak, penriinaan dari pajak tergantung dari pendapatan nasional, sedangkan penerimaan minyak tergantung dari ekspor lninyak mentah. Sedangkan penerimaan dari sumber asing tergantung pada besarnya modal asing masuk ke sektor swasta. Secara matematis ha1 ini dijelaskan dalam bentuk persamaan berikut: + GFR GRTOT = GDR GDR = TAX+ NXTAH = GOIL = f(NXTAH) TAX = f(PDBR1) GFR = f(C1TAH) GOIL XTAH*PWTAH*ERI di mana: ERI GDR GFR GOIL GRTOT NXTAH PWTAH TAX = nilai tukar = penerimaan pemerintah asal doinestik = penerimaan pemerintah asal asing = penerimaan asal minyak = total penerimaan pemerintah = nilai ekspor minyak mentah = harga ekspor minyak mentah = penerimaan asal pajak Sedangkan pengeluaran pemerintah terdiri atas pengeluaran rutin untuk belanja pegawai, pengeluaran untuk cicilan hutang, dan pengeluaran untuk investasi. Pengeluaran rutin untuk belanja pegawai dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan penerimaan pemerintah, dan pengeluaran untuk cicilan hutang dipengaruhi oleh jumlah hutang, nilai tukar, penerimaan pemerintah, serta arus modal asing masuk. Sedanykan dengan mengasumsikan bahwa pengeluaran rutin untuk belanja pegawai dan cicilan hutang hams dilakukan, maka pengeluaran untuk investasi adalah merupakan selisih antara tenaga kerja hanya ditentukan oleh peningkatan angkatan keja, di samping penelitian ini lebih menekankan pada aspek penyerapan tenaga kerja. Jika diandaikan sektor yang ada dianggap sebagai perusahaan yang bertujuan memaksimurnkan keuntungan, maka dalam teori mikroekonomi jika keuntungan perusahaan adalah: n = P.Y - W.N. Maksimimisasi keuntungan terjadi jika turunan pertamanya adalah nol, sehingga : dddN terpenuhi. Oleh karena = P.dY/dN - W = 0, setelah turunan kedua dY1dN adalah MP, yakni produk marginal tenaga kej a , maka dapat dituliskan kembali sebagai: W = P.MP,, sehingga permintaan tenaga kerjanya dapat dirumuskan sebagai Namun dikarenakan di Indonesia umumnya perusahaan tidak akan mengambil alokasi penggunaan tenaga kerja dalam jangka pendek sebagai akibat perubahan upah, serta harga komoditi sudah melekat dalam pendapatan setiap sektor, sehlngga dalam studi ini permintaan tenaga kerja masing-masing sektor diturunkan langsung dari produksi sektornya. Secara matematis permintaan tenaga kerja masing-masing sektor tradable dan non tradable dirumuskan sebagai berikut: di mana: = permintaan tenaga kej a pada sektor tradable NT = permintaan tenaga kerja pada sektor nontradable NNT = produksi agregat sektor tradable YT = produksi agregat sektor non tradable YNT j menunjukkanjenis sektor. 4.2.3. Neraca Perdagangan dan Pembayaran Sebagaimana diketahui bahwa komoditi QX adalah komoditi ekspor, sehingga produksinya diorientasikan untuk ekspor. Akibatnya kepentingan domestik menjadi residu, sehingga permintaan domestik(=penawaran domestik) merupakan sisa dari produksi setelah dikurangi ekspor. Fungsi ekspor disajikan sebagai berikut: Jika terdapat j negara tujuan ekspor yang dominan serta diasurnsikan negara yang tidak dominan diperlakukan sebagai residu XXOi, maka persamaan di atas akan berubah menjadi: xXi = ~ ( E R I , P Q ~ QXi F ~ ~) , xxi = qxX,)+ xx0, sedangkan permintaadpenawaran domestiknya merupakan residu dari produksi setelah dikurangi ekspor, DXi = QXi - xXi di mana: xXi PQ Fij xx, D~; = ekspor komoditi Q~jenis i pada negara tujuan j ekspor komoditi QX jenis i pada negara tujuan j = total komoditi Q~ jenis i = permintaanlpenawaran domestik komoditi QXjenis i = harga Untuk komoditi impor Q ~ ,pennintaan ~~i ditmnkan melalui pendekatan standar Marshal, sedangkan fungsi impornya apabila terdapat beberapa (k) negara tujuan impor utarna serta diasumsikan negara yang tidak dominan diperlakukan sebagai residu MMO, maka persamaan impornya berdasarkan negara asal impor serta permintaannya dituliskan sebagai: D ~ , = f(PQM,, PQA1,POP, PDBRI) M ~ =, ~(ERI, ~ P Q ~ FD~ ~, ) , MMI MMC) 1 + iVlM0, = xMhfIl\ = DM, di mana D ~ ; ERI MMik M ~ ; - QM1 - MM1 = permintaan domestik komoditi QMi nilai tukar rupiah terhadap dollar = jumlah impor komoditi QMi dari negara k = total impor komoditi QMi MM"~ = total impor komoditi QMi dari negara lain = harga domestik komoditi QMi pQMi = harga alternatif komoditi QMi P Q ~i; = jumlah penduduk POP = pendapatan nasional PDBRI P Q ~ F ~ = harga impor komoditi QMi dari negara k = Oleh karena dalam penelitian ini dibatasi pada komoditi dominan, maka total nilai ekspor nasional diduga melalui nilai ekspor komoditi dominan. Begitu pula nilai impor nasionalnya diduga melalui nilai impor komoditi dominan. Pendekatan melalui nilai ekspor maupun nilai impor yang tidak dominan sengaja tidak dilakukan melalui pendekatan sebagai residual, ha1 ini disebabkan karena akan menemui kesulitan dalam preoses simulasi peramalan akan datang serta dengan pertimbangan residu tersebut dimungkinkan sangat besar. Secara matematis ha1 ini dirumuskan sebagai berikut: X = XDOM = Z(xxij. M = MDOM =z BOT =X-X BOP = BOT f(XD0M) PQ~F,~ f(MD0M) ( M ~ ., P~ Q ~ F), ~ + CITAH + CISTA + SELSIH penerimaan dikurangi kedua pengeluaran tersebut. Secara matematis ha1 ini disajikan sebagai berikut: GTOT = GC + CHUT + IP GC = f(POP, GRTOT) CHUT = f(ERI, GRTOT,JMLR, CITAH) JP = GRTOT - GC - CHUT di mana: CHUT CITAH ERI GC GRTOT GTOT IP JMLR POP = pengeluaran untuk cicilan hutang capital inflow bagi pemerintah = nilai tukar = pengeluaran rutin untuk belanja pegawai = total penerimaan pemerintah = pengeluaran total pemerintah = pengeluaran untuk investasi pemerintah = jumlah hutang pemerjntah = j urnlah penduduk = net Dalam sisi investasi, total investasi terdiri atas investasi swasta dan investasi pemerintah. Data mengenai investasi swasta setiap sektor tidak tersedia dan hanya ada data mengenai baki kredit investasi (kredit yang disalurkan setetah dikurangi dengan cicilan), sehingga dengan demikian dalam pendekatan untuk pendugaan, total investasi swasta dipengaruhi oleh total baki kredit investasi setiap sektomya, serta pengaruh inflasi dan pendapatan nasional. Secara teoritis investasi sebagaimana input lainnya adalah permintaan turunan dari permintaan &r produksinya (derived demund), sehingga ditentukan oleh harga output yang dihasilkan, harga input clan kapasitas produksinya. Kerangka ini juga digunakan untuk melihat perilaku dari baki kredit investasi asal domestik dan asal asing pada setiap sektor dengan memperhatikan fenomena yang ada, sedang kapasitas produksi dalam ha1 ini didekati dengan produk domestik bruto. Berdasarkan pendekatan ini maka kredit investasi asal domestik setiap sektor dipengaruhi oleh harga ouput sektornya, tingkat bunga dan nilai tukar dan kredit investasi asal dornestik, sedangkan untuk sektor pertambangan dan industri oleh harganya output sektomya, tingkat bunga domestik dan nilaj tukar. Secara matemati s model investasi ini disajikan sebagai berikut: + IP IRI = IS IPER = f(CIPERI1, PDBRI) IIND = f(CIINDl1, PDBRI) ITAM = f(CPITAM, I, IGAN = f(PDBR1) FPER = f(IPER, ERI ) PDBRI ) FTAM = f(CPITAM, ERI,I) FIND = f(CPIIND, ER1,I) ITOT = IPER+IIND+ITAM+IGAN +ERI(FPER+FTAM+FIND) IS = f(ITOT,IFL, PDBRI) di mana: CIPER CIrn CPITAM ERI FPER FTAM FTND IRI IS IP PER IIND ITAM IGAN ITOT I PDBRI = indeks harga sektor pertanian sektor industri = indeks harga sektor pertambangan = nilai tukar = baki kredit investasi asal asing sektor pertanian = baki kredit investasi asal asing sektor pertambangan = baki kredit investasi asal asing sektor industri = total investasi = total investasi swasta = total investasi peinerintah = baki kredit investasi asal domestik sektor pertanian = baki kredit investasi asal domestik sektor industri = baki kredit investasi asal domestik sektor pertambangan = baki kredit investasi asal domestik sektor perdagangan = total baki kredit investasi = tingkat suku bunga domestik = produk domestik bruto = indeks harga 4.2.6. Indikator Kinerja Perekonomian Keterkaitan sektor produksi, fiskal, moneter, dan neraca perdaganganl peinbayaran dalam sistem keseiinbangan internal dan eksternal yang simultan akan menentukan tingkat kinerja perekonomian sepepi pendapatan nasional, tingkat harga uinum, nilai tukar, tenaga kerja yang terserap, dan tingkat bunga, dll. Namun untuk mendapatkan alternatif kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam studi 1 ini kinerja pembanguan dicoba dikaitkan dengan tujuan pembangunan. Indikator yang digunakan dalam ha1 ini adalah indikator makro: pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, stabilisasi ekonomi, neraca perdagangan dan pembayaran, kesempatan keqia, dan pemerataan pendapatan. Tingkat suku bunga secara teoritis sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran uang, namun dalam ha1 ini sengaja dilakukan dengan persamaan perilaku dan tidak didekati dengan murket cleuring karena pasar uang tidak pernah tuntas, disamping itu penelitian ini ingin inengetahui kekuatan pennintaan dan penawaran uang dan pengaruhnya terhadap poembentukan suku bunga. Secara matematis ha1 ini ditunjukkan dalain persamaan (R62) Nilai tukar (kurs) secara teroritis dipengaruhi oleh kekuatan pasar valuta asing yakni penawaran dan permintaan akan valuta asing, serta adanya intervensi pemerintah. Dengan demikian nilai tukar dipengaruhi oleh neraca perdagangan, net cupitul inflow bagi pemerintah dan swasta, penanainan modal asing langsung, serta kebijakan intervensi pemerintah (persamaan R63). Pemerataan pendapatan dalam ha1 ini diukur dengan Indeks Gini Rasio (GRI), di mana semakin rendah nilai GRI maka akan semakin tinggi tingkat pemerataan. Faktor yang mempengaruhi pemerataan diidentifikasi melalui pengaruh dari pendapatan setiap sektor dan penyerapan tenaga kerja secara siinultan (persamaan R64). Kinerja neraca perdagangan dan pembayaran telah dibahas sebagaimana dalaln persamaan (R30) dan (R31), namun dalam ha1 ini disajikan kembali dalam persamaan (R65) dan (R66) untuk menjaga konsistensi. Kinej a inflasi diturunkan dari perubahan harga umum, dimana harga umum yang digunakan adalah indeks-harga umum bagi konsumen. Secara teoritis perubahan harga umum ini dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang diakibatkan oleh sektor permintaan agregat disebut denzand pull inflation (inflasi karena tarikan permintaan agregat) yang umumnya teradi karena adanya ekspansi moneter dan pengeluaran pemerintah (fiskal), serta adanya sifat spekulasi masyarakat dan gejalan konsumerisme yang berlebihan . Sedangkan inflasi yang disebabkan oleh aspek penawaran agregat sering disebut sebagai cost push infition, yang sering diakibatkan oleh adanya penurunan produksi agregat karena adanya monopoli bisnis, monopoli penawaran tenaga kej a (penetapan upah minimum) ataupun penurunan produksi karena faktor musim. Di samping itu dikenal juga imported inflation (inflasi karena faktor luar). Berdasarkan teori ini clan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka harga umum (inflasi) dalam penelitian ini diidentifikasi melalui faktor yang mempengaruhi yakni penawaran uang dan pengeluaran pemerintah (demand pull injlution), produk domestik Bmto (cost puslz flut ti on), serta nilai tukar (imported inflation). Peubah penjelas tersebut dimasukkan dalam persamaan harga umum dengan menggunakan tenggang waktu satu tahun, karena imbas pengaruhnya memerlukan waktu. Secara matematis ha1 ini disajikan dalam persamaan (R67). Kinerja pendapatan nasional sebenarnya telah telah dibahas sebagaiinana dalain persamaan (R37), namun untuk menjaga kesamaan antara pendapatan dari sisi nilai hasil produksi dan sisi pengeluaran dilakukan faktor koreksi (net factor income) sebagaiinana yang disajikan dalam persamaan (R70). Sedangkan pengukuran pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui perubahan pendapatan setiap'tahunnya, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan (R7 1). I = f(TMD,MS) ERI = f(BOT, GRI = f(YPERlNPER, BOT =X-M BOP = BOT+CITAH+CISTA+ CPIRI = f(MSL,PDBRIL,GTOTL,ERIL) IFL = (CPIRI-CPIRIL)/CPIRI* 100 CITAH, CISTA,FDI,D3) YrND/NIND,YGAN/NGAN) SELSIH PNBRI = C+IS+GTOT+X*ERI-M*ERI-NFI GROWTH = (PNBRI-PNBRIL)/PNBRI* 100 di mana: perdagangan dan jasa pembayaran = konsumsi agregat = net capital inflow bagi pemerintah = net capital inflow bagi swasta = indeks harga umum = indeks harga umum tahun sebelumnya = kebijakan pemerintah dalam penetapan nilai tukar (D=l untuk penetapan nilai tukar tetap, D = 0 lainnya) ERI = nilai tukar rupiah terhadap dollar ERlL = nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun sebelumnya FDI = penanaman modal asjng langsung GRI = Indeks Gini Rasio GROWTH = pertumbuhan ekonoini G'T'OTL = pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya I = tingkat suku bunga I FL = tingkat inflasi M = nilai total impor barang dan jasa dalam satuan dollar BOT BOP C CITAH CISTA CPlRI CPIRIL D3 = neraca = neraca NFI MSL NPER NrND NGAN PDBRLL PNBRI SELSIH TMD YPER YIND YGAN X net fucfor Income penawaran uang tahun sebelumnya = penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian = penyerapan tenaga kerja pada sektor industri = penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan = produksi nasional tahun sebelumnya pendapatan nasional = selisih perhitungan perhitungan = total perrnintaan uang = PDB pada sektor pertanian = PDB pada sektor industri = PDB pada sektor perdagangan = nilai total ekspor barang dan jasa dalain satuan dollar = = total - 4.2.7 Ringkasan Model Umum Keterkaitan mikro dan makroekonomi Untuk memudahkan penyajian, maka kerangka keterkaitan mikro dan makro ekonomi sebagaimana tersebut di atas ringkas serta disusun kembali kembali sebagai berikut: Produk Dornestik Bruto Produk Domestik Bruto PDBRI = CY.sj+ CYN-sj (MI) Sektor Tradale Y1,= T ( P Q ~ , . Q+~ C(PQ",.QMi) ,) (M2) Sektor non tradable YNT= f(YT,ZNT) (M3) (M4) ,zXi) Produksi komoditi ekspor QX, = f(pQX;,PQ"; ,P'; , Produksi komoditi impor QMI= f(pQMi,pQAi, PIi ,I ~,zMi , ) Permintaan domestik komoditi ekspor D'; = QX,- xX, Permintaan domestik komoditi ekspor DMi= f(PQMi,PQAi,POP, PDBRI) Harga domestik komoditi ekspor PQ'; Harga domestik komoditi ekspor = f(ER1, = !M7) PQMi = f(ER1, P Q ~ F ; , Q ~ ~ , D ~ ~ , M )~ ; (M9) ,NPR~~ permintaan/penawaran domestik komoditi QXi permintaanlpenawaran domestik komoditi Q~~ = nilai tukar rupiah terhadap dollar = investasi pada komoditi imporlsektor yang relevan = (M6) PQ~F~,Q~~,D~~,X~~,NI'R~~) (M8) di mana : D", DMl ERI I~~ (M5) pada komoditi eksporlsektor yang relevan = total impor komoditi Q"i = restriksi harga pada komdoditi QXi = restriksi harga pada komdoditi Q"; = pendapatan nasional dari sisi hasil produksi = harga komoditi alternatif = harga domestik komoditi impor = harga input = harga domestik komoditi ekspor QXi = harga domestik komoditi impor ~~i = harga dunia komoditi QXi = harga dunia komoditi Q", ~~i = produksi komoditi impor QXi = produksi komoditi ekspor xxi = total komoditi QX; = produksi agegat sektor tradable jenis j YT~ = produksi agregat sektor non tradable jenis j YNT~ = sifter penawaran komodti impor z", = sifter produksi agregat sektor non tradable jenis j ZNT = sifter penawaran komodti ekspor zxi i menujukkan komoditi jenis i yang dominan j menujukkan sektor jenis j I ~ , M"~ NPR'~ NPR~~; PDBRI PQ"~ pQ"l PI; i pQxi PQ"~ PQ~F, PQ~F, = investasi Penyerapan Tenaga Kerja Permintaan tenaga kej a pada sektor tradable N-l-j Perrnintaan tenaga kerja pada sektor non tradable NNTj Dimana: NT~ N~~~ Y~~ = f(YTj) = f(YNTj) = permintaan tenaga kerja pada sektor tradable = perrnjntaan tenaga kerja pada sektor nontradable = produksi agregat sektor tradable = produksi agregat sektor non tradable yNT~ i menujukkan komoditi jenis I yang dominan j menunjukkan jenis sektor. Neraca Perdagangan dan Pembayaran Ekspor komoditi menurut negara tujuan Total ekspor x", = xXli = ~(ERI,PQ~F Q~~ ~ ~), z(xX,j)+ xXOi Impor komoditi menurut negara asal impor ~ * , k = f(ER1, P Q ~ F ;D ~ ,~) , (M1.2) (M13) (M14) Total impor M ~ = , C M ~+,M~~ O , MMol Impor dari negara lain Nilai ekspor X = =D ~ -,Q", - MMI f(XD0M) Nilai ekspor komoditi dominan XDOM Nilai impor M = f(MD0M) MDOM= z(MMIk.pQMFy Nilai impor komoditi dominan Neraca peperdagangan BOT Neraca pembayaran BOP di mana: BOP BOT CITAH CISTA ERI = z(xXiJ.PQ'F,, =X -M = BOT + CITAH + CISTA + SELSM = neraca pembayaran = neraca perdagangan = net capital inflow bagi pemerintah = net capital inflow bagi swasta = nilai tukar rupiah terhadap dollar = permintaan domestik komoditi QMi D ~ , = harga ekspor komoditi QX jenis i pada negara tujuan j PQ'F~, = nilai total impor M MDOM = nilai impor komoditi dominan = jumlah impor komoditi QMi dari negara k M~~ = total impor komoditi QMi M"i MMO; = total impor komoditi QMidari negara lain = harga domestik komoditi impor QMi pQ"i = harga dunia komoditi QXi PQ'F~ P Q ~ F ~ = harga dunia komoditi QMi = harga alternatif komoditi QMi pQAi = harga impor komoditi QMi dari negara k pQ"Fik SELSIH = selisih perhitungan X = nilai total ekspor XDOM = nilai ekspor komoditi dominan = ekspor komoditi Q~ jenis i pada negara tujuan j xxij = total komoditi QX jenis i xXi i menunjukkan komoditi dominan j menunjukkan negara tujuan ekspor k menunjukkan negara asal impor Moneter Jumlah uang currency MDC Jumlah uang giral MDG = f(I,IFL,PNBRI = f(I,IFL,PNBRI) Jumlah tabungaddeposito MDT = f(I,IFL,PNBRI) Total permintaan uang TMD = MDC+ Total penawaran uang MS = f(I,IFL,RRr,SBI, BOP) di mana: I IFL MDC MDG MDT MS PNBRI RRr SBI TMD MDG + MDT = tingkat suku bunga komersial = tingkat inflasi = jumlah uang currency , = uang giral = tabunganl deposit0 = penawaran uang = pendapatan nasional = cadangan wajib Bank komersial terhadap Bank Sentral = tingkat suku bunga sertfikat bank sentral = total permintaan uang Konsumsi Konsurnsi pangan CFOD = C (DXi.pQXi) + C (DMi.pQMi) Konsumsi agregat C = f(CF0D) Konsumsi non pangan CNFOD= C-CFOD di mana C = konsumsi agregat CFOD = konsumsi pangan CNFOD = konsumsi non pangan = permintaan domestik komoditi QXi DX, = permintaan domestik komoditi QMi DM; i adalah jenis komoditi yang dibatasi hanya pada komoditi pangan Sektor Fiskal GRTOT = GDR + GFR Penerimaan pemerintah Penerimaan asal domestik GDR Nilai ekspor minyak mentah Penerimaan asal minyak Penerimaan pajak Penerimaan asal asing Pengeluaran pemerintah GOTL NXTAH = XTAH*PWTAH*ERI GOIL TAX = TAX+ = f(NXTAH) = f(PDBRI) GFR = f(C1TAH) GTOT = GC + CHUT + IP Pengeluaran belanja pegawai Cicilan hutang GC = f(POP, GRTOT) CHUT = f(ER1, GRTOT,JMLR, CITAH) IP = GRTOT - GC - CHLJT Investasi pemerintah di mana: CHUT CITAH ERI GC GDR GFR GOIL GRTOT GTOT IP JMLR NXTAH PWTAH POP TAX = pengeluaran untuk cicilan hutang capital inflow bagi pemerintah = nilai tukar = pengeluaran rutin untuk belanja pegawai = penerimaan pemerintah asal domestik = penerimaan pemerintah asal asing = penerimaan asal minyak = total penerimaan peinerintah = pengeluaran total pemerintah = pengeluaran untuk investasi pemerintah = jumlah hutang pemerintah = nilai ekspor ininyak mentah = harga ekspor minyak mentah = jumlah penduduk = penerimaan asal pajak = net Tnvestasi Investasi total IRI = IS + IP Baki kredit asal domestik sektor pertanian IPER = f(CIPERI1, PDBRI) Baki kredit asal domestik sektor industri IIND = f(CIIND/I, PDBRI) Baki kredit asal domestik sektor pertambangan TTAM = flCPITAM, I, PDBRI ) Baki kredit asal domestik sektor perdagangan IGAN = f(PDBR1) Baki kredit asal asing sektor pertanian FPER = f(lPER, ERI ) Baki kredit asal asing sektor pertarnbangan FTAM = f(CPITAM, ER1,I) Baki kredit asal asing sektor industri FIND = f(CPIIND, ERI,I) Total balu kredit ITOT Investasi swasta IS di mana: CPER CIrND = IPER+IIND+ITAM+IGAN+ ERI(FPER+FTAM+FIND) = f(ITOT,IFL, = indeks PDBRI) harga sektor pertanian = indeks harga sektor industri CPITAM ERI FPER FTAM FIND IRI IS IP IPER IrND ITAM IGAN ITOT I PDBRI = indeks harga sektor pertambangan = nilai tukar kredit investasi asal asing sektor pertanian = baki kredit investasi asal asing sektor pertambangan = baki kredit investasi asal asing sektor industri = total investasi = total in~~estasi swasta = total investasi pemerintah = baki kredit investasi asal domestik sektor pertanian = baki kredit investasi asal domestik sektor industri = baki kredit investasi asal domestik sektor pertainbangan = baki kredit investasi asal domestik sektor perdagangan = total baki kredit investasi = tingkat suku bunga domestik = produk domestik bruto = baki Indikator Kinerja Perekonomian Suku bunga pasar I = f(TMD,MS) Nilai tukar ERI = f(BOT, CITAH, CISTA,FDI,D3) Indeks Gini rasio GRI = f(YPER/NPER, YJNDNND,YGAN/NGAN) Neraca perdagangan dan jasa BOT = X-M Neraca pembayaran BOP = BOT+CITAH+CISTA+ SELSIH Harga Konsumen CPIRI = f(MSL,PDBRIL,GTOTL,ERIL) Inflasi IFL = (CPN-CPIRIL)/CPIRI* 100 Pendapatan nasional PNBRI = C+IS+GTOT+X*ERI-M*ERI-NFI Pertumbuhan ekonomi GROWTH = (PNBRI-PNBRIL)PNBRI* 100 di mana: BOT BOP C CITAH CISTA CPIRI CPlRIL D3 ERI ERIL = neraca perdagangan dan jasa = neraca pembayaran = konsumsi agregat = net capital inflow bagi pemerintah = net capital inflow bagi swasta = indeks harga konsurnen = indeks harga konsumen tahun sebelumnya = kebljakan pemerintah dalam penetapan nilai tukar (D=l untuk penetapan nilai tukar tetap, D = 0 lainnya) = nilai tukar rupiah terhadap dollar = nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun sebelumnya FDI GRI GROWTH GTOTL I I FL M NFI M SL NPER NrND NGAN PDBRIL PNBRI SELSJH TMD YPER YIND YGAN X penanaman modal asing langsung Indeks Gini Rasio = pertumbuhan ekonomi = pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya = tingkat suku bunga = tingkat inflasi = nilai total impor barang dan jasa dalaln satuan dollar = net factor income = total penawaran uang tahun sebeluinnya = penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian = penyerapan tenaga kerja pada sektor industri = penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan = produksi nasional tahun sebelumnya = pendapatan nasional = selisih perhitungan perhitungan = total permintaan uang = PDB pada sektor pertanian = PDB pada sektor industri = PDB pada sektor perdagangan = nilai total ekspor barang dan jasa dalam satuan dollar = = 4.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Pendapatan Nasional Dampak liberalisasi perdagangan terhadap perekonomian suatu negara telah lama menjadi perdebatan beberapa ahli semenjak teori Heckscher-Ohlin mengenai perdagangan bebas meyakini bahwa diakui kebenarannya (Olsen, 1971). Aliran Weckscher-Ohlin perdagangan bebas akan meningkatkan pendapatan dan lebih menyamakan distribusi pendapatan secara internasional. Namun sebaliknya aliran Myrdal menyimpulkan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan negara kaya akan bertambah kaya dan negara miskin akan semakin miskin. Perbedaan pandangan ini disebabkan karena perbedaan asurnsi dalam menilainya. Oleh karena itu dalam kajian ini dicoba dikembangkan suatu kerangka teoritis yang dapat digunakan untuk mengavaluasi dampak liberalisasi perdagangan terhadap perekonomian Indonesia. 4.3.1. Dampak Liberalisasi Berdasarkan Perdagangan terhadap Pendapatan Nasional Pendekatan Nilai Hasil Produksi Untuk menyederhanakan pembahasan tanpa mengurangi esensi pennasalahan andaikan produksi nasional dibentuk oleh dua komoditi yakni kornoditi QX yang merupakan komoditi ekspor dan QM komoditi impor, sehingga besarnya pendapatan nasional adalah Pendapatan nasional Y = (PQX.QX)+ (PQ".QM) (N1) Perubahan pendapatan nasional dari sisi nilai hasil produksi merupakan turunan pertama dari persamaan (N I ), yakni: 6Y = 6(PQX.QX)+ 6(PQM.QM ) Untuk perubahan nilai produksi komoditi QX adalah: 6(PQX.QX) = 6PQX.QX+ 6 QX. PQx ~ ( P Q " Q") . 6(pQX.QX) = GPQ'. Q' + 6 Q~ . P Q (~G P Q ~ / ~ - ' Q Q~IQ") ~X = ~PQ".QX( 1+ EPx) Jika diandaikan harga komoditi Q" tersebut adalah : PQX = PQ'F ( l+NPRX) atau PQ" = PQ"F + NPRX.PQ~F maka perubahan harganya adalah: 6 PQX= 6 PQ'F + 6 NPRX.PQ~F+ 6 PQ~F.NPRX Dengan asumsi tidak ada perubahan harga internasional, dan hanya ada restriksi perdagangan di pasar domestik, maka 6 P Q ~ F 4, sehingga 6 PQ' = 6 NPRX.PQ~F Dengan cara yang sama untuk komoditi Q~ s ( P Q ~ . Q ~ ) = s P Q" ~ (. l + ~ ~ m ) 6 Q" = 6 NPRM.P QMF (N6) (N7) Dengan mensubstitusikan persamaan (N3),(N5),(N6),(N7) ke dalam persamaan (N2), akan menghasilkan: Berdasarkan persamaan (N8), dapat disimpulkan bahwa dampak liberalisasi perdagangan terhadap pendapatan nasional berdasarkan pendekatan nilai hasil produksi sulit ditentukan karena sangat tergantung pada: 1. Nilai hasil produksi sebelumnya 2. Respon produksi terhadap perubahan harganya (elast~stasharga) 3. Besarnya perubahan restriksi perdagangan 4.3.2. Liberalisasi Perdagangan terhadap Pendapatan Nasional Berdasarkan Pendekatan Sisi Pengeluaran Dalam rangka menjelaskan keadaan ini, maka secara matematis pennasalahan tersebut dapat diuraikan melalui model sederhana sebagai berikut: Jika pendapatan nasional didefinjsikan sebagai : sedangkan C =Co+mpcY di mana Y = pengeluaran C = G = Investasi X = Ekpor M = Impor mpc = marginal PQ' = harga nasional Konsumsi masyarakat propensiti to consume ekspor xXX= volume ekspor pQM = harga impor M~ = volume impor o menunjtikkan otonomus (eksogenus) Perubahan pendapatan nasional dapat dihitung sebagai berikut: 6Y=SCo+rnpc*6Y+610+6Go+6(X-M) 6 Y = 6 co + mpc* 6 Y + 6 10 + 6 GO + 6 (pQX*XX-PQ~*M") sedangkan perubahan s(X-M) dapat dicari dengan cara sebagai berikut: pQX16 PQ') Oleh karena (6 xX*/XX)* 6x =S P Q ~ * X [I ~+Ex] = Ex (elastisitas ekspor) , maka Sedangkan untuk perubahan impor dinunuskan sebagai : (N12) Oleh karena PQM*6 M ~8/PQM*MM= Em (elastisitas impor), dan PQM*6 MM/6 Y = m (marginal propensity to import), maka 6M =6P Q *MM ~ + [Em (6PQM*M") + m*d6 Y)] (N13) Dengan cara mensubstitusikan per (N12) dan (N13) ke persamaan (Nl 1 ) akan diperoleh: 6 ~ = 6 ~ o + m ~ c * 6 ~ + 6 1 o + 6 ~ o + 6 ~ ~ ~ * ~ ~ [ l + ~ x ] 6 PQM*Mh4+ [Em (6 pQM*MM)+ m* 6 Y)] 6 Y(1-mpc-m) = 6 Co+ 6 Io+ 6 Go + 6 PQ"*X~(I+EX)-6 PQM*MM(l+~rn) Demgan memasukkan perubahan harga ekspor dan impor sebagaimana dalam persamaan (N5) dan (N7) tersebut pada persamaan (N 14) akan dipetoleh Jika diandaikan tidak ada perubahan konsumsi domestik, investasi dan perubahan pengeluaran pemerintah (6Co = 610 = 6Go =O), sehingga persamaan (N15) menjadi : Berdasarkan persamaan (N16) ini, jika diasumsikan liberalisasi perdagangan semua restriksi perdagangan dihapuskan (NPR = 0), maka pendapatan nasional sulit ditentukan apakah semakin meningkat atau menurun karena sangat ditentukan oleh : 1. Besarnya nilai ekspor (PQ'F*~') dan nilai irnpor ( P Q ~ F * M sebelurnnya. ~) 2. Besarnya restriksi perdagangan yang dilakukan baik untuk ekspor (NPRX) maupun impor (NPRM). 3. Elastisitas ekspor (Ex) dan impor (Em). 4. Murginulpropensity to consume (mpc). 5. Marginalpropemzsity to imnport (m).