Model Mikro-Makroekonomi Indonesia : Analisis

advertisement
IV. KERANGKA TEORITIS
4.1. Keseimbangan Perekonomian Nasional Dalam Kerangka Makroekonomi
Dalam sistem perekonomian nasional, keseimbangan perekonomian diceminkan
oleh keseimbangan internal dan eksternal secara s!multan- Keseimbangan internal terjadi
apabila dalam pasar barang
dan pasar uang terjadi keseimbangan. Sedangkan
keseimbangan eksternal terjadi jika neraca perdagangan sama dengan neraca modal asing
(net cupitul$ow). Secara teoritis proses pembentukan berbagai keseimbangan tersebut
diuraikan sebagai berikut:
Pendapatan nasional yang dihitung dalam sisi pengeluaran (PNBRI) didefinisikan
sebagai penjumlahan dari konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor neto, sedangkan pendapatan siap belanja (disposuble income) adalah pendapatan
nasional setelah dikurangi pajak. Secara matematis ha1 ini dijelaskan sebagai berikut :
PNBRI = Y = C + I + G + ( X - M )
(RI
YD
(R2)
=Y-T
di mana :
PNBRI = pendapatan nasional diukur dengan pengeluaran
C
= konsurnsi
I
=
G
= pengeluaran
M
= impor
T
= pajak
X
= ekpor
YD
= pendapatan
masyarakat
investasi
masyarakat
siap belanja
Besarnya konsurnsi didefinisikan sebagai pendapatan siap belanja dikurangi tabungan (S)
C
= m - S
(R3)
Dengan cara mengakomodasikan persamaan (R3) ke dalam persamaan (Rl),
maka diperoleh:
Y=Y-T-S+I+G+(X-M)atau S + T + M = I + G + X
(R4)
Persamaan (R4) ini merupakan persamaan keseimbangan pasar barang dalam sisi
pengeluaran. Keseimbangan tersebut membentuk k u ~ eIS yang ditunjukkan dalam
Gambar 1ld. Pada Gambar I ld juga ada kurve LM yang menunjukkan keseimbangan
dalam pasar uang yang terbentuk dari keseimbangan
permintaan uang (MD) dan
penawaran uang (MS) (Gambar 1 lf), penurunannya
secara rinci disajikan dalam
Gambar 12a.
Keseimbangan internal terjadi apabila ada keseimbangan dalam pasar barang dan
pasar uang (IS=LM) yang akan menentukan tingkat pendapatan nasional yang diukur dari
sisi pengeluaran yang ditunjukkan oleh kuve permintaan agregat (ugregut demand) yang
dapat dilihat dalam Gambar I lg. Penurunan kurve permintaan agregat (AGD) secara
rinci disajikan pada Gambar 13a.
Perubahan-pembahan
dalam aktifitas konsumsi (tabungan), pajak, investasi,
pengeluaran pemerintah, maupun ekspor impor akan merubah kurve IS yang selanjutnya
akan merubah permintaan agregat. Begitu pula perubahan-perubahan dalam aktifitas
moneter baik dalam sisi permintaan maupun penawaran uang akan merubah kurve LM
yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. Keseimbangan dalam pasar barang
dan uang ini akan menentukan tingkat bunga. Kebijakan pemerintah dalam segi fiskal
@scul policy) diceminkan oleh pergerakan kurve IS, sedangkan kebijakan moneter
pemerintah (monetarypolicy) diceminkan pada pergerakan kurve LM.
Pendekatan pendapatan nasional tersebut diatas didasarkan pada sisi pengeluaran,
sehingga sulit digunakan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan dalam sisi produksi.
Oleh karenanya dalam kajian ini dicoba dikaitkan dengan sisi produksi, sehingga
keterkaitan antar produksi dengan konsumsi, neraca perdagangan akan dapat dievaluasi
dalam suatu kerangka pendekatan ekonomi secara nasional. Oleh karena itu jika
pendapatan nasional diukur dengan sisi produksi maka keseimbangan perekonomian
dicerminkan oleh keseimbangan dari pendapatan nasional yang diukur dari sisi produksi
dan pengeluaran, keseimbangan dalam pasar uang, neraca pembayaran, dan
keseimbangan pasar tenaga kerja.
Pendapatan nasional apabila diukur dari sisi produksi ditunjukkan dalam Gambar
I 1h. Dalarn jangka pendek fungsi produksi agregat ini dirumuskan sebagai:
PDBRI = Y = f(N)
035)
Dengan mengacu pada teori mikro ekonomi dan mengasumsikan penawaran tenaga kerja
tenaga kerja elastis tak berhingga (infinitely elustic) pada upah W dan harga produk
perusahaan adalah konstan pada P, maka keuntungan perusahaan dapat dsajikan sebagai
n:= P.Y - W.N
Maksimimisasi keuntungan terjadi jika turunan pertamanya adalah nol, sehingga :
dn: /dN = P.dY/dN - W = 0, dengan asumsi turunan kedua terpenuhi. Oleh karena dY/dN
=
MP, adalah produk marginal tenaga kerja :
W
=
P.MP,
Persamaan (R6) ini merupakan pennintaan tenaga kerja yang digambarkan
sebagai kurve permintaan tenaga kerja ND dalaln Gambar I 1I. Perubahan harga (P) akan
menyebabkan pergeseran pada kurve pennintaan ND. Jika diasumsikan bahwa kurve
penawaran tenaga kerja adalah rigid (kaku) terhadap perubahan harga dalam jangka
pendek sebagaimana asumsi Keynes, maka adanya perubahan harga (P) akan terjadi
perubahan dalam pasar tenaga kerja akibat perubahan permintaan tenaga kerja, sehingga
akan menyebabkan perubahan jumlah produksi. Begitu pula apabila terjadi perubahan
penawaran tenaga kerja seperti akibat naiknya angkatan kerja, juga akan menyebabkan
tejadinya perubahan tenaga kerja sehingga menimbulkan perubahan produksi. Kaitan
antara perubahan harga P dengan jumlah produksi tersebut selanjutnya dapat dibuat kurve
penawaran agregat (agregat supply), sebagaimana ditunjukkan dalam kurve AGS pada
Gambar 1lg.
Sedangkan penurunan kurve penawaran agregat (AGS) secara rinci
disajikan dalam Gambar 6b.
Keseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat akan
menentukan harga umum (P) (Gambar 1lg). Keseimbangan ini merupakan keseimbangan
internal, perubahan P yang ditimbulkan akan berdampak balik pada sektor moneter,
fiskal, maupun produksi.
Keseimbangan eksternal dicerminkan oleh kurve EB (external bulance), yang
dibentuk pada kondisi keseimbangan net ekspor (X-M) yang sama dengan net cup~tul
flow (K). Jadi dengan demikian pada keseimbangan eksternal terjadi jika K= X-M,
sebagaimana ditunjukkan dala~nkurve EB pada Gambar 14.
Melalui penempatan kurve keseimbangan ekstrenal EB pada Gambar 1l d dan
1lg, maka akan diperoleh keseimbangan internal dan eksternal. Keseimbangan internal
dan eksternal pada Gambar l l d adalah EB= IS=LM, dimana jika EB > (IS=LM)
menunjukkan perekonoinian dalam surplus, sebaliknya jika EB < (IS=LM) inenujukkan
-
perekonomian dalam keadaan defisit, yang urnurnnya dilakukan dalam evaluasi jangka
pendek.
Sedangkan dalam jangka panjang keseimbangan internal dan eksternal
ditunjukkan dalam Gambar 11g yakni AGS=AGD=EB, dimana j ika EB > (AGS=AGD)
menunjukkan perekonomian dalam surplus, sebaliknya jika EB < (AGS=AGD)
menunj ukkan perekonomian dalam keadaan defisit.
Berdasarkan uraian di atas, inaka keseimbangan perekonomian nasional dalam
suatu sistem yang saling berkaitan dapat ditunjukkan dalam bentuk keseimbangan yang
diuraikan sebagai berikut:
Keseimbangan internal pasar barang :PDBRI= PNBRI = Y = C+I+Gt(X-M)
Keseimbangan internal pasar uang : MS = MD
Keseimbangan eksternal: X-M = K
Keseimbangan pasar tenaga kerja : ND = NS
EB
AGS
Y
Gambar 1 1. Keseimbangan Perekonomian dalam Kerangka Makroekonomi
(a) Keseimbangan Pasar Barang
i
4
/
.................................................................
A
/
.............................................
Y
md=ms
.................................................... <....................-.-...............................
............................... .................. ^
i
,Y
(b) Keseimbangan Pasar Uang
Gambar 12. Keseimbangan Pasar Barang dan Uang
b
r
(a). Penurunan Permintaan Agregat
(b) Penurunan Penawaran Agregat
Gambar 13. Penurunan Permintaan dan Penawaran Agregat
Gambar 1 4. Penurunan Keseimbangan neraca Pembayaran
4.2. Kerangka Umum Keterkaitan Aspek Mikro dan Makroekonomi
Dalam rangka tetap menjaga keseimbangan perekonomian nasional, yaitu
keterkaitan antara aspek makroekonomi dengan aspek mikroekonomi, maka pendekatan
dalam perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan dua cara, yakni pendekatan
pengeluaran atau expenditure approaclz dan pendekatan nilai hasil produksi atau value of
product approach. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menangkap fenomena
makro ekonomi sedangkan pendekatan nilai hasil produksi digunakan untuk menangkap
fenomena mikroekonomi.
Untuk menyederhanakan permasalahan karena banyaknya komoditi yang
dihasilkan di Indonesia, maka model ini mengasumsikan ada dua komoditi yakni Q' dan
QM. Komoditi Q~ mencerminkan komoditi yang tidak mempunyai keunggulan
komparatif, sebaliknya komoditi Q'
mempunyai keunggulan komparatif di pasar
internasional. Masing-masing produksi tersebut diasumsikan dihasilkan oleh komponen
tenaga kerja L dan faktor modal K.
Produksi kedua komoditas tersebut ditunjukkan dalam kuadran I dan III. Dengan
mengasumsikan bahwa untuk menghasilkan komoditi tersebut menggunakan biaya
tertentu yang digunakan untuk membeli input tenaga kerja dan modal, maka kombinasi
besarnya jumlah output yang dihasilkan tersebut sangat ditentukan oleh efisiensi biaya
yang digunakan, yang akan terjadi jika (MRPT M x= dQM /dQX) = MC~/MC'), dimana
MRPT
Mx
adalah A lurg~ncrl Rule of Product Trunsformutron yang merupakan
kemiringan (slope) dari kurve kemungkinan produksi PPF sebagaimana digambarkan
dalam kuadran IV, sedangkan MC' dan M C nlurgrncll
~
cost untuk kedua komoditi
tersebut. Sedangkan efisiensi sumberdaya (input tenaga kerja dan modal) akan dicapai
apabila Marginal rate of technical substitution dari inputnya (MRTS) untuk kedua
produksi adalah sama dengan dengan ratio kedua input yang digunakan (MRTS
MRTS'
LK =
r,K =
dK/dL= WL/W,), dimana WL dan W, menunjukkan upah tenaga kerja dan
harga modal.
Kondisi ini ditunjukkan dengan garis NN pada kuadran 11. Dengan
demikian kurve kemungkinan produksi PPF pada kuadran IV adalah lokus titik efisen
penggunaan sumberdaya pada kondisi MRPTm
=
MC~IMC'.
Pada kuadran 1V ini
ditunjukkan pula kurve indiferen yang menunjukkan preferensi konsumsi pada kedua
komoditas tersebut.
Jika diandaikan harga komoditi Q' dan QM adalah PQ'
dan pQM (kondisi
perekonomian tertutup), maka alokasi produksi untuk kedua komoditi tersebut akan
dicapai jika
slop dari PPF tersebut (Marginul Rate of
Product Transformation
(MRI.'Tm= dQM/d~")sama dengan ratio kedua komoditi tersebut (MRPTM.X=
MC~IMC' = PQ~IPQ'). Sedangkan keseimbangan konsumsi akan dicapai apabila slop
kurve indeferen (MRS
Mx
)
saina dengan ratlo harganya
(MRSMX = PQ"/PQ').
Keseimbangan urnum yakni keesimbangan produksi dan konsumsi akan terjadi apabila :
MRPTm
= MC"/MC~= MRS M x =
pQMipQX.
Berdasarkan pendekatan ini maka dampak liberalisasi perdagangan terhadap
perubahan struktur produksi akan mudah dievaluasi. Pada kondisi perekonomian tertutup
dengan harga PQX dan P Q keseimbangan
~
produk dan konsurnsi tejadi pada titik A,
dimana pada kondisi ini produk untuk komoditi QMdan Q' tejadi pada
Sedangkan penggunaan tenaga kejanya adalah
N ~ O
dan NO
'
Q ~ Odan
QXo.
untuk kedua komolti
tersebut. Namun pada perekonomian terbuka dengan harga relatif PQ~I:!PQ~Ftanpa
restriksi produksi tejadi pada Q ~ clan
I Q' I . Pada kondisi ini akan tejadi impor untuk
Gambar 15. Pengaruh Liberalisasi Perdagangan dalam Perubahan Struktur Produksi
komoditi QM sebesar QM2-QM1,dan akan mengekspor komoditi QX sebesar Q'I-Q'~.
Apabila Indonesia melakukan proteksi pada komoditi QM agar produksi tetap terjadi
pada QMo dan diandaikan melalui tarif atau subsidi, maka konsurnsi akan terjadi pada
titik D (untuk subsidi) dan titik E untuk proteksi dengan tarif.
Jika terjadi liberalisasi perdagangan jela's konsumsi akan kembali pada titik C
dan produksi akan kembali pada titik B. Dimana produksi . QM akan turun, sebaliknya
produksi QX akan akan meningkat, yang membawa konsekwensi terjadinya realokasi
pada penggunaan tenaga kerja atau sumberdaya.
Berdasarkan kerangka teoritis ini maka jika tejadi liberalisasi perdagangan jelas
akan terjadi realokasi produksi, selanjutnya akan membawa pada penggunaan tenaga
kerja (berubah dari NQMo menjadi NQMl pada komoditi QM), sedangkan untuk QX
dari NQXo menjadi NQXI).
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka keterkaitan aspek mikro dan makro dapat
dibangun melalui pendekatan PDB dengan nilai tambah nilai produksi. Sehingga perilaku
ekspor,impor, konsumsi agregat dapat dibangun melalui pendekatan komoditi. Secara
rinci ha1 ini diuraikan sebagai berikut:
4.2.1. Pendapatan Nasional Berdasarkan Nilai Hasil Produksi
Secara garis besar perhitungan pendapatan nasional (PDBRI) melalui sisi nilai
hasil produksi dirumuskan sebagai penjumlahan pendapatan sektor tradable (YT)dan non
tradable YN1.
PDBRI = CY I + CYNT
Pendapatan sektor non rrucluhle dapat dipengaruhi langsung oleh sektor truduble
dikarenakan ada hubungan kuat antar kedua sektor tersebut (Pangestu, 1986; Devaragan,
1990; Bandara, 1991). Sedangkan pendapatan sektor tradable
diperoleh dari nilai
produksinya. Jika diasumsikan komoditi tradable terdiri dari dua komoditi yakni QXdan
Q". Komoditi QM mencerrninkan komoditi impor yang tidak mempunyai keunggulan
komparatif di negara tersebut, sebaliknya komoditi QX adalah komoditi ekspor yang
mempunyai keunggulan komparatif di pasar internasional. Sehingga dengan deinikian
pendapatan sektor truduble dan non truhble dirumuskan sebagai :
di mana PQ", adalah harga domestik komoditi QX, PQ",
untuk Q", , dan ZNTadalah
shifter YNT.
Masing-masing produksi QX, dan QMi dianggap respon terhadap perubahan
harganya, harga alternatifnya, harga input, investasi serta shifter lainnya, sehingga dapat
dituliskan sebagai :
QXI= f(pQXi,pQAi,pli ,IX,,zXi)
QMi= ~ ( P ,QP Q
~ ~~,,PI, , ~~i ,zMi)
di mana :
pada komoditi impor
= investasi pada komoditi ekspor
= harga komoditi alternatif
= harga komoditi ekspor
= harga domestik komoditi impor
PI;
= harga input
QM
= produksi komoditi impor
Q~
= produksi komoditi ekspor
zM
= sifter penawaran komodti impor
zx
= sifter penawaran komodti ekspor
subskrip i menujukkan komoditi jenis i
IM,
IXi
PQ
pQ"i
pQ"i
= investasi
Sebagaimana dikeahui
harga domestik yang terjadi dalam kenyataannya
terdistorsi karena adanya intervensi pemerintah berupa kebijakan-kebijakan perdagangan
tidak hanya berbentuk tarif inaupun subsidi, tetapi juga dapat berupa pemberlakuan pajak
ekspor, pembatasan eksporlimpor (quota), pemberjan subsidi eksporlimpor dan berbagai
bentuk distorsi non tarif (non /urlf harriers) lainnya. Bahkan distorsi perdagangan
tersebut dapat pula terjadi secara bersama-sama, oleh karena itu harga yang terjadi di
domestik untuk suatu koinoditi sangat ditentukan oleh distorsi yang ada,
sehingga
pendekatan segala restriksi perdagangan diukur dengan Nominal Hate Protection (NPR)
(Garcia, 1997). Oleh karena itu secara empiris besarnya harga domestik sangat
dipengaruhi oleh nilai tukar, harga internasional, kekuatan pasar domestik, serta restriksi
yang dilakukan oleh peinerintah. Secara fungsional ha1 ini dituliskan sebagai:
di mana
= permintaanlpenawaran domestik komoditi Q~~
= permintaan domestik komoditi
ERI
M ~ ,
NPR~~
NPR~~
PQ~F,
PQ'F~
QX
QM
M ~ ;
xxi
QMi
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
= total impor komoditi Q~~
= restriksi harga pada komdoditi QX
= restriksi harga pada komdoditi QMi
= harga dunia komoditi QX
= harga dunia komoditi QMi
= produksi komoditi ekspor
= produksi komoditi impor
= total komoditi Q
'
= total komoditi QXi
Mengingat tidak mungkin semua komoditi dimasukkan ke dalam model. maka
untuk dapat mengevaluasinya "secara keseluruhan" diperlukan adanya komoditi yang
dibatasi pada komoditi yang diperkirakan dapat menangkap gambaran umum dan datanya
tersedia. Sehingga dengan demikian apabila terdapat j sektor, maka pendapatan setiap
sektor (PDB) dapat diidentifikasi melalui nilai hasil produksi komoditi dominan.
Pendekatan melalui nilai produksi komoditi tidak dominan sengaja tidak dilakukan
melalui pendekatan sebagai residual, ha1 ini disebabkan karena akan menemui kesulitan
dalam proses simulasi peramalannya serta dengan pertimbangan residu tersebut
dimungkinkan menjadi sangat besar nilainya. Secara mamatematis maka persamaan (R8)
dan (R9), berubah menjadi :
Yq
=f
YNTj
f Z(pQXi.QXi)+ X ( P Q ~ ~ ))
.Q~~
= ~(YT],
ZNT~)
PDBRI = C YTj+ YNTj
di mana
PDBRI
paxi
pQMi
QXi
aMi
y~j
YNT~
z ~ j
= pendapatan nasional
dari sisi hasil roduksi
R,
= harga domestik komoditi ekspor Q
= harga
domestik komoditi impor QMi
komoditi ekspor dominan jenis i
= produksi komoditi impor dominan jenis i
= produksi agregat sektor tradable jenis j
= produksi agregat sektor non tradable jenis j
= sifter produksi agregat sektor non tradable jenis j
= produksi
4.2.2. Penurunan Perilaku Tenaga Kerja
Dalam
mengidentifikasi
perilaku
tenaga
kerja
adalah tidak
mungkin
mengidentifikasi setiap komoditi. Oleh karena itu kajian ini menggunakan pendekatan
tenaga kerja agregat setiap sektor. Pendekatan ini relatif umum Qlakukan dalam kajian
makroekonomi. Secara teoritis permintaan tenaga kerja dapat diturunkan melalui fungsi
produksi (derived demanq. Sedangkan penawaran tenaga kerja dalam ha1 ini tidak
diidentifikasi mengingat fenomena di Indonesia umurnnya menunjukkan penawaran
di inana:
BOT
BOP
CITAH
CISTA
M
MDOM
SELSlH
X
XDOM
neraca perdagangan dan jasa
pe~nbayaran
= net capital inflow bagi pemerintah
= net capital inflow bagi swasta
= nilai total iinpor barang dan jasa
= nilai iinpor komoditi dominan
= selisih perhitungan
= nilai total ekspor barang dan jasa
= nilai ekspor komoditi dominan
=
= neraca
4.2.4. Penurunan Sektor Moneter
Sektor moneter dalam kajian ini didekati berdasarkan perilaku permintaan dan
penawaran uang. Model ini mengasumsikan bahwa permintaan uang berasal dari jumlah
uang currency (MDC), uang giral (MDG) dan tabunganl deposit0 (MDT). Ketiga jenis
permintaan uang tersebut secara teoritis dipengaruhi oleh suku bunganya, inflasi, serta
pendapatan nasional. Sedangkan penawaran uang Qestimasi secara langsung melalui
peubah penjelasnya tanpa menggunakan pendekatan uang inti. Hal ini dilakukan karena
penelitian ini lebih menitik beratkan pada aspek intervensi pemerintah dalam pasar uang.
Jumlah penawaran uang sangat ditentukan oleh tingkat bunga pasar, inflasi , neraca
pembayaran (BOP), serta intervensi pemerintah yang berupa cadangan wajib bank
komersial (RRr) dan besarnya suku bunga sertifikat bank sentral (SBI).
matematis model sektor moneter dirumuskan sebagai:
MDC
= f(I,IFL,PNBRI)
MDG
= f(I,FL,PNBRI)
MDT
= f(I,IFL,PNBRT)
TMD
= MDC+ MDG
MS
= f(I,TFL,RRr,SBI, BOP
+
Secara
di mana:
tingkat suku bunga komersial
inflasi
= jumlah uang currency
= uang giral
= tabunganl deposit0
= penawaran uang
= pendapatan nasional
= cadangan wajib Bank koinersial terhadap Bank Sentral
= tingkat suku bunga sertfikat bank sentral
= total permintaan uang
1
IFL
MDC
MDG
MDT
MS
PNBRI
RRr
SBI
TMD
=
= tingkat
4.2.5. Penurunan Pendapatan Nasional dari Sisi Pengeluaran
Pendapatan nasional dari sisi pengeluaran telah didefinisikan sebagai mana
persamaan (Rl), namun dalam ha1 ini dituliskan kembali dengan notasi baru. Di samping
itu karena ekspor net0 sebagaimana dalam persamaan (R30) dalam satuan dollar, rnaka
persamaan (Rl) dapat dituliskan sebagai:
PNBRI
=C
+IS + GTOT + X"ER1-M"ER1
0 7 )
di mana
C
ERI
IS
GTOT
PNBRI
M
X
= total
konsumsi masyarakat
= nilai tukar
= nilai total investasi swasta
= pengeluaran pemerintah
= Pendapatan nasional dari sisi pengeluran
= nilai total impor barang dan jasa dalam satuan dollar
= nilai total ekspor barang dan jasa dalam satuan dollar
Penurunan masing-masing komponen pendapatan nasional dari sisi pengeluran
tersebut diuraikan sebagai berikut:
Konsumsi Agregat
Dalam rangka menjaga keterkaitan antara aspek makro, dan mikroekonomi, maka
konsurnsi agregat swasta dirumuskan dari persamaan (R2 1) dan (R22). Sehingga dengan
demikian konsumsi agregatnya adalah:
di mana :
C
= konsumsi agregat
= permintaan untuk komoditi impor ~~i
DM;
=
permintaan untuk komoditi ekspor Q";
DX,
= harga domestik untuk komoditi ekspor Q';
PQ'~
= harga domestik untuk komoditi impor QMi
PQ~;
Notasi i menunjukkan jenis komoditi
Dengan mempertimbangkan fenomena perekonomian Indonesia yang inasih
menggantungkan pada pangan, maka secara teoritis konsumsi agregat ditentukan-.oleh
konsumsi untuk pangan, sedangkan konsumsi non pangannya di anggap merupakan sisa(
residu) dari konsumsi total setelah dikurangi dengan konsumsi pangan. Dengan demikian
persamaan (R38), akan berubah menjadi.
CFOD
=C ( D ~ , . P Q
)+
~ ~c ( D ~ ., P
C
= f(CF0D)
CNFOD
= C-CFOD
Q ~),
di inana:
C
= konsumsi agregat
CFOD
= konsumsi pangan
CNFOD
= konsumsi non pangan
Notasi i adalah jenis komoditi yang dibatasi hanva pada koinoditi pangan
Komponen dari aspek fiskal ini terdiri dari penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, investasi dan pajak. Penerimaan pemerintah terdiri atas penerimaan domestik
dan asing. Peneriinaan domestik terdiri dari pajak dan minyak, penriinaan dari pajak
tergantung dari pendapatan nasional, sedangkan penerimaan minyak tergantung dari
ekspor lninyak mentah. Sedangkan penerimaan dari sumber asing tergantung pada
besarnya modal asing masuk ke sektor swasta. Secara matematis ha1 ini dijelaskan
dalam bentuk persamaan berikut:
+ GFR
GRTOT
= GDR
GDR
= TAX+
NXTAH
=
GOIL
= f(NXTAH)
TAX
= f(PDBR1)
GFR
= f(C1TAH)
GOIL
XTAH*PWTAH*ERI
di mana:
ERI
GDR
GFR
GOIL
GRTOT
NXTAH
PWTAH
TAX
= nilai
tukar
= penerimaan pemerintah asal doinestik
= penerimaan pemerintah asal asing
= penerimaan asal minyak
= total penerimaan pemerintah
= nilai ekspor minyak mentah
= harga ekspor minyak mentah
= penerimaan asal pajak
Sedangkan pengeluaran pemerintah terdiri atas pengeluaran rutin untuk belanja
pegawai, pengeluaran untuk cicilan hutang, dan pengeluaran untuk investasi. Pengeluaran
rutin untuk belanja pegawai dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan penerimaan
pemerintah, dan pengeluaran untuk cicilan hutang dipengaruhi oleh jumlah hutang, nilai
tukar, penerimaan pemerintah, serta arus modal asing masuk. Sedanykan dengan
mengasumsikan bahwa pengeluaran rutin untuk belanja pegawai dan cicilan hutang hams
dilakukan, maka
pengeluaran untuk investasi adalah merupakan selisih antara
tenaga kerja hanya ditentukan oleh peningkatan angkatan keja, di samping penelitian ini
lebih menekankan pada aspek penyerapan tenaga kerja.
Jika diandaikan sektor yang ada dianggap sebagai perusahaan yang bertujuan
memaksimurnkan keuntungan, maka dalam teori mikroekonomi jika keuntungan
perusahaan adalah: n
=
P.Y - W.N. Maksimimisasi keuntungan terjadi jika turunan
pertamanya adalah nol, sehingga : dddN
terpenuhi. Oleh karena
=
P.dY/dN - W
=
0, setelah turunan kedua
dY1dN adalah MP, yakni produk marginal tenaga kej a , maka
dapat dituliskan kembali sebagai: W
=
P.MP,, sehingga permintaan tenaga kerjanya
dapat dirumuskan sebagai
Namun dikarenakan di Indonesia umumnya perusahaan tidak akan mengambil
alokasi penggunaan tenaga kerja dalam jangka pendek sebagai akibat perubahan upah,
serta harga komoditi sudah melekat dalam pendapatan setiap sektor, sehlngga dalam
studi ini permintaan tenaga kerja masing-masing sektor diturunkan langsung dari
produksi sektornya. Secara matematis permintaan tenaga kerja masing-masing sektor
tradable dan non tradable dirumuskan sebagai berikut:
di mana:
= permintaan tenaga kej a pada sektor tradable
NT
=
permintaan tenaga kerja pada sektor nontradable
NNT
= produksi agregat sektor tradable
YT
= produksi agregat sektor non tradable
YNT
j menunjukkanjenis sektor.
4.2.3. Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Sebagaimana diketahui bahwa komoditi QX adalah komoditi ekspor, sehingga
produksinya diorientasikan untuk ekspor. Akibatnya kepentingan domestik menjadi
residu, sehingga permintaan domestik(=penawaran domestik) merupakan sisa dari
produksi setelah dikurangi ekspor. Fungsi ekspor disajikan sebagai berikut:
Jika terdapat j negara tujuan ekspor yang dominan serta diasurnsikan negara yang
tidak dominan diperlakukan sebagai residu XXOi, maka persamaan di atas akan berubah
menjadi:
xXi
= ~ ( E R I , P Q ~ QXi
F ~ ~) ,
xxi
=
qxX,)+ xx0,
sedangkan permintaadpenawaran domestiknya merupakan residu dari produksi setelah
dikurangi ekspor,
DXi
= QXi
- xXi
di mana:
xXi
PQ Fij
xx,
D~;
= ekspor komoditi
Q~jenis i pada negara tujuan j
ekspor komoditi QX jenis i pada negara tujuan j
= total komoditi Q~ jenis i
= permintaanlpenawaran domestik komoditi QXjenis i
= harga
Untuk komoditi impor Q ~ ,pennintaan
~~i
ditmnkan melalui pendekatan
standar Marshal, sedangkan fungsi impornya apabila terdapat beberapa (k) negara tujuan
impor utarna serta diasumsikan negara yang tidak dominan diperlakukan sebagai residu
MMO, maka persamaan impornya berdasarkan negara asal impor serta permintaannya
dituliskan sebagai:
D ~ ,
=
f(PQM,, PQA1,POP, PDBRI)
M ~ =, ~(ERI,
~
P Q ~ FD~ ~, ) ,
MMI
MMC)
1
+ iVlM0,
= xMhfIl\
= DM,
di mana
D ~ ;
ERI
MMik
M ~ ;
- QM1 - MM1
= permintaan
domestik komoditi QMi
nilai tukar rupiah terhadap dollar
= jumlah impor komoditi QMi dari negara k
= total impor komoditi QMi
MM"~
= total impor komoditi QMi dari negara lain
= harga domestik komoditi QMi
pQMi
= harga alternatif komoditi QMi
P Q ~i;
= jumlah penduduk
POP
= pendapatan nasional
PDBRI
P Q ~ F ~ = harga impor komoditi QMi dari negara k
=
Oleh karena dalam penelitian ini dibatasi pada komoditi dominan, maka total nilai
ekspor nasional diduga melalui nilai ekspor komoditi dominan. Begitu pula nilai impor
nasionalnya diduga melalui nilai impor komoditi dominan. Pendekatan melalui nilai
ekspor maupun nilai impor yang tidak dominan sengaja tidak dilakukan melalui
pendekatan sebagai residual, ha1 ini disebabkan karena akan menemui kesulitan dalam
preoses simulasi peramalan akan datang serta dengan pertimbangan residu tersebut
dimungkinkan sangat besar. Secara matematis ha1 ini dirumuskan sebagai berikut:
X
=
XDOM
= Z(xxij.
M
=
MDOM
=z
BOT
=X-X
BOP
= BOT
f(XD0M)
PQ~F,~
f(MD0M)
( M ~ ., P~ Q ~ F), ~
+ CITAH + CISTA + SELSIH
penerimaan dikurangi kedua pengeluaran tersebut. Secara matematis ha1 ini disajikan
sebagai berikut:
GTOT = GC + CHUT + IP
GC
= f(POP, GRTOT)
CHUT = f(ERI, GRTOT,JMLR, CITAH)
JP
= GRTOT
- GC - CHUT
di mana:
CHUT
CITAH
ERI
GC
GRTOT
GTOT
IP
JMLR
POP
= pengeluaran
untuk cicilan hutang
capital inflow bagi pemerintah
= nilai tukar
= pengeluaran rutin untuk belanja pegawai
= total penerimaan pemerintah
= pengeluaran total pemerintah
= pengeluaran untuk investasi pemerintah
= jumlah hutang pemerjntah
= j urnlah penduduk
= net
Dalam sisi investasi, total investasi terdiri atas investasi swasta dan investasi
pemerintah. Data mengenai investasi swasta setiap sektor tidak tersedia dan hanya ada
data mengenai baki kredit investasi (kredit yang disalurkan setetah dikurangi dengan
cicilan), sehingga dengan demikian dalam pendekatan untuk pendugaan, total investasi
swasta dipengaruhi oleh total baki kredit investasi setiap sektomya, serta pengaruh
inflasi dan pendapatan nasional.
Secara teoritis investasi sebagaimana input lainnya adalah permintaan turunan dari
permintaan &r
produksinya (derived demund), sehingga ditentukan oleh harga output
yang dihasilkan, harga input clan kapasitas produksinya. Kerangka ini juga digunakan
untuk melihat perilaku dari baki kredit investasi asal domestik dan asal asing pada setiap
sektor dengan memperhatikan fenomena yang ada, sedang kapasitas produksi dalam ha1
ini didekati dengan produk domestik bruto. Berdasarkan pendekatan ini maka kredit
investasi asal domestik setiap sektor dipengaruhi oleh harga ouput sektornya, tingkat
bunga dan nilai tukar dan kredit investasi asal dornestik, sedangkan untuk sektor
pertambangan dan industri oleh harganya output sektomya, tingkat bunga domestik dan
nilaj tukar. Secara matemati s model investasi ini disajikan sebagai berikut:
+ IP
IRI
= IS
IPER
= f(CIPERI1, PDBRI)
IIND
= f(CIINDl1, PDBRI)
ITAM
= f(CPITAM, I,
IGAN
=
f(PDBR1)
FPER
=
f(IPER, ERI )
PDBRI )
FTAM = f(CPITAM, ERI,I)
FIND
= f(CPIIND,
ER1,I)
ITOT
= IPER+IIND+ITAM+IGAN +ERI(FPER+FTAM+FIND)
IS
= f(ITOT,IFL, PDBRI)
di mana:
CIPER
CIrn
CPITAM
ERI
FPER
FTAM
FTND
IRI
IS
IP
PER
IIND
ITAM
IGAN
ITOT
I
PDBRI
= indeks harga
sektor pertanian
sektor industri
= indeks harga sektor pertambangan
= nilai tukar
= baki kredit investasi asal asing sektor pertanian
= baki kredit investasi asal asing sektor pertambangan
= baki kredit investasi asal asing sektor industri
= total investasi
= total investasi swasta
= total investasi peinerintah
= baki kredit investasi asal domestik sektor pertanian
= baki kredit investasi asal domestik sektor industri
= baki kredit investasi asal domestik sektor pertambangan
= baki kredit investasi asal domestik sektor perdagangan
= total baki kredit investasi
= tingkat suku bunga domestik
= produk domestik bruto
= indeks harga
4.2.6. Indikator Kinerja Perekonomian
Keterkaitan sektor produksi, fiskal, moneter, dan neraca perdaganganl
peinbayaran dalam sistem keseiinbangan internal dan eksternal yang simultan akan
menentukan tingkat kinerja perekonomian sepepi pendapatan nasional, tingkat harga
uinum, nilai tukar, tenaga kerja yang terserap, dan tingkat bunga, dll. Namun untuk
mendapatkan alternatif kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam
studi 1 ini kinerja pembanguan dicoba dikaitkan dengan tujuan pembangunan. Indikator
yang digunakan dalam ha1 ini adalah indikator makro: pendapatan nasional, pertumbuhan
ekonomi, stabilisasi ekonomi, neraca perdagangan dan pembayaran, kesempatan keqia,
dan pemerataan pendapatan.
Tingkat suku bunga secara teoritis sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan
dan penawaran uang, namun dalam ha1 ini sengaja dilakukan dengan persamaan perilaku
dan tidak didekati dengan murket cleuring karena pasar uang tidak pernah tuntas,
disamping itu penelitian ini ingin inengetahui kekuatan pennintaan dan penawaran uang
dan pengaruhnya terhadap poembentukan suku bunga. Secara matematis
ha1 ini
ditunjukkan dalain persamaan (R62)
Nilai tukar (kurs) secara teroritis dipengaruhi oleh kekuatan pasar valuta asing
yakni penawaran dan permintaan akan valuta asing, serta adanya intervensi pemerintah.
Dengan demikian nilai tukar dipengaruhi oleh neraca perdagangan, net cupitul inflow
bagi pemerintah dan swasta, penanainan modal asing langsung, serta kebijakan intervensi
pemerintah (persamaan R63).
Pemerataan pendapatan dalam ha1 ini diukur dengan Indeks Gini Rasio (GRI), di
mana semakin rendah nilai GRI maka akan semakin tinggi tingkat pemerataan. Faktor
yang mempengaruhi pemerataan diidentifikasi melalui pengaruh dari pendapatan setiap
sektor dan penyerapan tenaga kerja secara siinultan (persamaan R64).
Kinerja neraca perdagangan dan pembayaran telah dibahas sebagaimana dalaln
persamaan (R30) dan (R31), namun dalam ha1 ini disajikan kembali dalam persamaan
(R65) dan (R66) untuk menjaga konsistensi.
Kinej a inflasi diturunkan dari perubahan harga umum, dimana harga umum yang
digunakan adalah indeks-harga umum bagi konsumen. Secara teoritis perubahan harga
umum ini dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang diakibatkan
oleh sektor permintaan agregat disebut denzand pull inflation (inflasi karena tarikan
permintaan agregat) yang umumnya teradi karena adanya ekspansi moneter dan
pengeluaran pemerintah (fiskal), serta adanya sifat spekulasi masyarakat dan gejalan
konsumerisme yang berlebihan
.
Sedangkan inflasi yang disebabkan oleh aspek
penawaran agregat sering disebut sebagai cost push infition, yang sering diakibatkan
oleh adanya penurunan produksi agregat karena adanya
monopoli bisnis, monopoli
penawaran tenaga kej a (penetapan upah minimum) ataupun penurunan produksi karena
faktor musim. Di samping itu dikenal juga imported inflation (inflasi karena faktor luar).
Berdasarkan teori ini clan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka harga umum
(inflasi) dalam penelitian ini diidentifikasi melalui faktor yang mempengaruhi yakni
penawaran uang dan pengeluaran pemerintah (demand pull injlution), produk domestik
Bmto (cost puslz flut ti on), serta nilai tukar (imported inflation). Peubah penjelas tersebut
dimasukkan dalam persamaan harga umum dengan menggunakan tenggang waktu satu
tahun, karena imbas pengaruhnya memerlukan waktu. Secara matematis ha1 ini disajikan
dalam persamaan (R67).
Kinerja pendapatan nasional sebenarnya telah telah dibahas sebagaiinana dalain
persamaan (R37), namun untuk menjaga kesamaan antara pendapatan dari sisi nilai hasil
produksi dan sisi pengeluaran dilakukan faktor koreksi (net factor income) sebagaiinana
yang disajikan dalam persamaan (R70). Sedangkan pengukuran pertumbuhan ekonomi
dilakukan melalui perubahan pendapatan setiap'tahunnya, sebagaimana ditunjukkan
dalam persamaan (R7 1).
I
= f(TMD,MS)
ERI
= f(BOT,
GRI
= f(YPERlNPER,
BOT
=X-M
BOP
= BOT+CITAH+CISTA+
CPIRI
= f(MSL,PDBRIL,GTOTL,ERIL)
IFL
= (CPIRI-CPIRIL)/CPIRI* 100
CITAH, CISTA,FDI,D3)
YrND/NIND,YGAN/NGAN)
SELSIH
PNBRI = C+IS+GTOT+X*ERI-M*ERI-NFI
GROWTH = (PNBRI-PNBRIL)/PNBRI* 100
di mana:
perdagangan dan jasa
pembayaran
= konsumsi agregat
= net capital inflow bagi pemerintah
= net capital inflow bagi swasta
= indeks harga umum
= indeks harga umum tahun sebelumnya
= kebijakan pemerintah dalam penetapan nilai tukar
(D=l untuk penetapan nilai tukar tetap, D = 0 lainnya)
ERI
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
ERlL
= nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun sebelumnya
FDI
= penanaman modal asjng langsung
GRI
= Indeks Gini Rasio
GROWTH = pertumbuhan ekonoini
G'T'OTL = pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya
I
= tingkat suku bunga
I FL
= tingkat inflasi
M
= nilai total impor barang dan jasa dalam satuan dollar
BOT
BOP
C
CITAH
CISTA
CPlRI
CPIRIL
D3
= neraca
= neraca
NFI
MSL
NPER
NrND
NGAN
PDBRLL
PNBRI
SELSIH
TMD
YPER
YIND
YGAN
X
net fucfor Income
penawaran uang tahun sebelumnya
= penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian
= penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
= penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan
= produksi nasional tahun sebelumnya
pendapatan nasional
= selisih perhitungan perhitungan
= total perrnintaan uang
= PDB pada sektor pertanian
= PDB pada sektor industri
= PDB pada sektor perdagangan
= nilai total ekspor barang dan jasa dalain satuan dollar
=
= total
-
4.2.7 Ringkasan Model Umum Keterkaitan mikro dan makroekonomi
Untuk memudahkan penyajian, maka kerangka keterkaitan mikro dan makro
ekonomi sebagaimana tersebut di atas ringkas serta disusun kembali kembali sebagai
berikut:
Produk Dornestik Bruto
Produk Domestik Bruto PDBRI = CY.sj+ CYN-sj
(MI)
Sektor Tradale Y1,= T ( P Q ~ , . Q+~ C(PQ",.QMi)
,)
(M2)
Sektor non tradable YNT= f(YT,ZNT)
(M3)
(M4)
,zXi)
Produksi komoditi ekspor
QX, = f(pQX;,PQ"; ,P'; ,
Produksi komoditi impor
QMI= f(pQMi,pQAi, PIi ,I ~,zMi
, )
Permintaan domestik komoditi ekspor D';
= QX,-
xX,
Permintaan domestik komoditi ekspor DMi= f(PQMi,PQAi,POP, PDBRI)
Harga domestik komoditi ekspor PQ';
Harga domestik komoditi ekspor
= f(ER1,
=
!M7)
PQMi = f(ER1, P Q ~ F ; , Q ~ ~ , D ~ ~ , M )~ ; (M9)
,NPR~~
permintaan/penawaran domestik komoditi QXi
permintaanlpenawaran domestik komoditi Q~~
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
= investasi pada komoditi imporlsektor yang relevan
=
(M6)
PQ~F~,Q~~,D~~,X~~,NI'R~~) (M8)
di mana :
D",
DMl
ERI
I~~
(M5)
pada komoditi eksporlsektor yang relevan
= total impor komoditi Q"i
= restriksi harga pada komdoditi QXi
= restriksi harga pada komdoditi Q";
= pendapatan nasional dari sisi hasil produksi
= harga komoditi alternatif
= harga domestik komoditi impor
= harga input
= harga domestik komoditi ekspor QXi
= harga domestik komoditi impor ~~i
= harga dunia komoditi QXi
= harga dunia komoditi Q",
~~i
= produksi komoditi impor
QXi
= produksi komoditi ekspor
xxi
= total komoditi QX;
= produksi agegat sektor tradable jenis j
YT~
= produksi agregat sektor non tradable jenis j
YNT~
= sifter penawaran komodti impor
z",
= sifter produksi agregat sektor non tradable jenis j
ZNT
= sifter penawaran komodti ekspor
zxi
i menujukkan komoditi jenis i yang dominan
j menujukkan sektor jenis j
I ~ ,
M"~
NPR'~
NPR~~;
PDBRI
PQ"~
pQ"l
PI; i
pQxi
PQ"~
PQ~F,
PQ~F,
= investasi
Penyerapan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kej a pada sektor tradable
N-l-j
Perrnintaan tenaga kerja pada sektor non tradable NNTj
Dimana:
NT~
N~~~
Y~~
= f(YTj)
= f(YNTj)
= permintaan
tenaga kerja pada sektor tradable
= perrnjntaan tenaga kerja pada sektor nontradable
= produksi agregat sektor tradable
= produksi agregat sektor non tradable
yNT~
i menujukkan komoditi jenis I yang dominan
j menunjukkan jenis sektor.
Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Ekspor komoditi menurut negara tujuan
Total ekspor
x",
=
xXli
= ~(ERI,PQ~F
Q~~
~ ~),
z(xX,j)+ xXOi
Impor komoditi menurut negara asal impor
~ * , k = f(ER1, P Q ~ F ;D
~ ,~) ,
(M1.2)
(M13)
(M14)
Total impor
M ~ =
, C M ~+,M~~ O ,
MMol
Impor dari negara lain
Nilai ekspor
X
=
=D
~ -,Q", - MMI
f(XD0M)
Nilai ekspor komoditi dominan XDOM
Nilai impor M
=
f(MD0M)
MDOM= z(MMIk.pQMFy
Nilai impor komoditi dominan
Neraca peperdagangan BOT
Neraca pembayaran BOP
di mana:
BOP
BOT
CITAH
CISTA
ERI
= z(xXiJ.PQ'F,,
=X
-M
= BOT + CITAH + CISTA +
SELSM
= neraca pembayaran
= neraca
perdagangan
= net capital inflow bagi pemerintah
= net capital inflow bagi swasta
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
= permintaan domestik komoditi QMi
D ~ ,
= harga ekspor komoditi QX jenis i pada negara tujuan j
PQ'F~,
= nilai total impor
M
MDOM
= nilai impor komoditi dominan
= jumlah impor komoditi QMi dari negara k
M~~
= total impor komoditi QMi
M"i
MMO;
= total impor komoditi QMidari negara lain
= harga domestik komoditi impor QMi
pQ"i
= harga dunia komoditi QXi
PQ'F~
P Q ~ F ~ = harga dunia komoditi QMi
= harga alternatif komoditi QMi
pQAi
= harga impor komoditi QMi dari negara k
pQ"Fik
SELSIH
= selisih perhitungan
X
= nilai total ekspor
XDOM
= nilai ekspor komoditi dominan
= ekspor komoditi Q~ jenis i pada negara tujuan j
xxij
= total komoditi QX jenis i
xXi
i menunjukkan komoditi dominan
j menunjukkan negara tujuan ekspor
k menunjukkan negara asal impor
Moneter
Jumlah uang currency MDC
Jumlah uang giral MDG
= f(I,IFL,PNBRI
= f(I,IFL,PNBRI)
Jumlah tabungaddeposito MDT = f(I,IFL,PNBRI)
Total permintaan uang TMD
= MDC+
Total penawaran uang MS
= f(I,IFL,RRr,SBI, BOP)
di mana:
I
IFL
MDC
MDG
MDT
MS
PNBRI
RRr
SBI
TMD
MDG + MDT
= tingkat
suku bunga komersial
= tingkat inflasi
= jumlah uang currency
,
= uang giral
= tabunganl deposit0
= penawaran uang
= pendapatan nasional
= cadangan wajib Bank komersial terhadap Bank Sentral
= tingkat suku bunga sertfikat bank sentral
= total permintaan uang
Konsumsi
Konsurnsi pangan
CFOD = C (DXi.pQXi)
+ C (DMi.pQMi)
Konsumsi agregat
C
= f(CF0D)
Konsumsi non pangan CNFOD= C-CFOD
di mana
C
= konsumsi agregat
CFOD
= konsumsi pangan
CNFOD
= konsumsi non pangan
= permintaan domestik komoditi QXi
DX,
= permintaan domestik komoditi QMi
DM;
i adalah jenis komoditi yang dibatasi hanya pada komoditi pangan
Sektor Fiskal
GRTOT = GDR + GFR
Penerimaan pemerintah
Penerimaan asal domestik
GDR
Nilai ekspor minyak mentah
Penerimaan asal minyak
Penerimaan pajak
Penerimaan asal asing
Pengeluaran pemerintah
GOTL
NXTAH = XTAH*PWTAH*ERI
GOIL
TAX
= TAX+
= f(NXTAH)
= f(PDBRI)
GFR
= f(C1TAH)
GTOT = GC + CHUT + IP
Pengeluaran belanja pegawai
Cicilan hutang
GC
=
f(POP, GRTOT)
CHUT = f(ER1, GRTOT,JMLR, CITAH)
IP = GRTOT - GC - CHLJT
Investasi pemerintah
di mana:
CHUT
CITAH
ERI
GC
GDR
GFR
GOIL
GRTOT
GTOT
IP
JMLR
NXTAH
PWTAH
POP
TAX
= pengeluaran
untuk cicilan hutang
capital inflow bagi pemerintah
= nilai tukar
= pengeluaran rutin untuk belanja pegawai
= penerimaan pemerintah asal domestik
= penerimaan pemerintah asal asing
= penerimaan asal minyak
= total penerimaan peinerintah
= pengeluaran total pemerintah
= pengeluaran untuk investasi pemerintah
= jumlah hutang pemerintah
= nilai ekspor ininyak mentah
= harga ekspor minyak mentah
= jumlah penduduk
= penerimaan asal pajak
= net
Tnvestasi
Investasi total
IRI
= IS + IP
Baki kredit asal domestik sektor pertanian IPER = f(CIPERI1, PDBRI)
Baki kredit asal domestik sektor industri IIND = f(CIIND/I, PDBRI)
Baki kredit asal domestik sektor pertambangan TTAM = flCPITAM, I, PDBRI )
Baki kredit asal domestik sektor perdagangan IGAN = f(PDBR1)
Baki kredit asal asing sektor pertanian FPER = f(lPER, ERI )
Baki kredit asal asing sektor pertarnbangan FTAM = f(CPITAM, ER1,I)
Baki kredit asal asing sektor industri FIND = f(CPIIND, ERI,I)
Total balu kredit ITOT
Investasi swasta IS
di mana:
CPER
CIrND
=
IPER+IIND+ITAM+IGAN+
ERI(FPER+FTAM+FIND)
= f(ITOT,IFL,
= indeks
PDBRI)
harga sektor pertanian
= indeks harga sektor industri
CPITAM
ERI
FPER
FTAM
FIND
IRI
IS
IP
IPER
IrND
ITAM
IGAN
ITOT
I
PDBRI
= indeks harga
sektor pertambangan
= nilai
tukar
kredit investasi asal asing sektor pertanian
= baki kredit investasi asal asing sektor pertambangan
= baki kredit investasi asal asing sektor industri
= total investasi
= total in~~estasi
swasta
= total investasi pemerintah
= baki kredit investasi asal domestik sektor pertanian
= baki kredit investasi asal domestik sektor industri
= baki kredit investasi asal domestik sektor pertainbangan
= baki kredit investasi asal domestik sektor perdagangan
= total baki kredit investasi
= tingkat suku bunga domestik
= produk domestik bruto
= baki
Indikator Kinerja Perekonomian
Suku bunga pasar I
= f(TMD,MS)
Nilai tukar ERI = f(BOT, CITAH, CISTA,FDI,D3)
Indeks Gini rasio GRI = f(YPER/NPER, YJNDNND,YGAN/NGAN)
Neraca perdagangan dan jasa BOT = X-M
Neraca pembayaran BOP = BOT+CITAH+CISTA+ SELSIH
Harga Konsumen CPIRI = f(MSL,PDBRIL,GTOTL,ERIL)
Inflasi IFL = (CPN-CPIRIL)/CPIRI* 100
Pendapatan nasional PNBRI = C+IS+GTOT+X*ERI-M*ERI-NFI
Pertumbuhan ekonomi GROWTH = (PNBRI-PNBRIL)PNBRI* 100
di mana:
BOT
BOP
C
CITAH
CISTA
CPIRI
CPlRIL
D3
ERI
ERIL
= neraca perdagangan dan jasa
= neraca
pembayaran
= konsumsi agregat
= net capital inflow bagi pemerintah
= net capital inflow bagi swasta
= indeks harga konsurnen
= indeks harga konsumen tahun sebelumnya
= kebljakan pemerintah dalam penetapan nilai tukar
(D=l untuk penetapan nilai tukar tetap, D = 0 lainnya)
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
= nilai tukar rupiah terhadap dollar tahun sebelumnya
FDI
GRI
GROWTH
GTOTL
I
I FL
M
NFI
M SL
NPER
NrND
NGAN
PDBRIL
PNBRI
SELSJH
TMD
YPER
YIND
YGAN
X
penanaman modal asing langsung
Indeks Gini Rasio
= pertumbuhan ekonomi
= pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya
= tingkat suku bunga
= tingkat inflasi
= nilai total impor barang dan jasa dalaln satuan dollar
= net factor income
= total penawaran uang tahun sebeluinnya
= penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian
= penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
= penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan
= produksi nasional tahun sebelumnya
= pendapatan nasional
= selisih perhitungan perhitungan
= total permintaan uang
= PDB pada sektor pertanian
= PDB pada sektor industri
= PDB pada sektor perdagangan
= nilai total ekspor barang dan jasa dalam satuan dollar
=
=
4.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Pendapatan Nasional
Dampak liberalisasi perdagangan terhadap perekonomian suatu negara telah lama
menjadi perdebatan beberapa ahli semenjak teori Heckscher-Ohlin mengenai
perdagangan bebas
meyakini bahwa
diakui kebenarannya (Olsen, 1971). Aliran Weckscher-Ohlin
perdagangan bebas akan meningkatkan pendapatan dan lebih
menyamakan distribusi pendapatan
secara internasional. Namun sebaliknya
aliran
Myrdal menyimpulkan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan negara kaya akan
bertambah kaya dan negara miskin akan semakin miskin. Perbedaan pandangan ini
disebabkan karena perbedaan asurnsi dalam menilainya. Oleh karena itu dalam kajian ini
dicoba dikembangkan suatu kerangka teoritis yang dapat digunakan untuk mengavaluasi
dampak liberalisasi perdagangan terhadap perekonomian Indonesia.
4.3.1. Dampak Liberalisasi
Berdasarkan
Perdagangan
terhadap
Pendapatan
Nasional
Pendekatan Nilai Hasil Produksi
Untuk menyederhanakan pembahasan tanpa mengurangi esensi pennasalahan
andaikan produksi nasional dibentuk oleh dua komoditi
yakni kornoditi QX yang
merupakan komoditi ekspor dan QM komoditi impor, sehingga besarnya pendapatan
nasional adalah
Pendapatan nasional Y = (PQX.QX)+ (PQ".QM)
(N1)
Perubahan pendapatan nasional dari sisi nilai hasil produksi merupakan turunan
pertama dari persamaan (N I ), yakni:
6Y = 6(PQX.QX)+ 6(PQM.QM )
Untuk perubahan nilai produksi komoditi QX adalah:
6(PQX.QX) = 6PQX.QX+ 6 QX. PQx
~ ( P Q " Q")
.
6(pQX.QX)
=
GPQ'. Q' + 6 Q~ . P Q (~G P Q ~ / ~ - ' Q
Q~IQ")
~X
= ~PQ".QX(
1+ EPx)
Jika diandaikan harga komoditi Q" tersebut adalah :
PQX = PQ'F ( l+NPRX) atau
PQ"
= PQ"F
+ NPRX.PQ~F
maka perubahan harganya adalah:
6 PQX= 6 PQ'F + 6 NPRX.PQ~F+ 6 PQ~F.NPRX
Dengan asumsi tidak ada perubahan harga internasional, dan hanya ada restriksi
perdagangan di pasar domestik, maka 6 P Q ~ F
4, sehingga
6 PQ'
=
6 NPRX.PQ~F
Dengan cara yang sama untuk komoditi Q~
s ( P Q ~ . Q ~ ) = s P Q" ~ (. l + ~ ~ m )
6 Q" = 6 NPRM.P QMF
(N6)
(N7)
Dengan mensubstitusikan persamaan (N3),(N5),(N6),(N7) ke dalam persamaan (N2),
akan menghasilkan:
Berdasarkan
persamaan (N8), dapat disimpulkan bahwa dampak liberalisasi
perdagangan terhadap pendapatan nasional berdasarkan pendekatan nilai hasil produksi
sulit ditentukan karena sangat tergantung pada:
1. Nilai hasil produksi sebelumnya
2. Respon produksi terhadap perubahan harganya (elast~stasharga)
3. Besarnya perubahan restriksi perdagangan
4.3.2. Liberalisasi Perdagangan terhadap Pendapatan Nasional Berdasarkan
Pendekatan Sisi Pengeluaran
Dalam rangka menjelaskan keadaan ini, maka secara matematis pennasalahan
tersebut dapat diuraikan melalui model sederhana sebagai berikut:
Jika pendapatan nasional didefinjsikan sebagai :
sedangkan
C
=Co+mpcY
di mana
Y
= pengeluaran
C
=
G
= Investasi
X
= Ekpor
M
= Impor
mpc
= marginal
PQ'
= harga
nasional
Konsumsi masyarakat
propensiti to consume
ekspor
xXX= volume ekspor
pQM = harga impor
M~
= volume
impor
o menunjtikkan otonomus (eksogenus)
Perubahan pendapatan nasional dapat dihitung sebagai berikut:
6Y=SCo+rnpc*6Y+610+6Go+6(X-M)
6 Y = 6 co + mpc* 6 Y + 6 10 + 6 GO + 6 (pQX*XX-PQ~*M")
sedangkan perubahan s(X-M) dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
pQX16 PQ')
Oleh karena (6 xX*/XX)*
6x =S P Q ~ * X
[I ~+Ex]
= Ex
(elastisitas ekspor) , maka
Sedangkan untuk perubahan impor dinunuskan sebagai :
(N12)
Oleh karena PQM*6 M ~8/PQM*MM= Em (elastisitas impor), dan PQM*6 MM/6 Y = m
(marginal propensity to import), maka
6M
=6P
Q *MM
~ + [Em (6PQM*M") + m*d6 Y)]
(N13)
Dengan cara mensubstitusikan per (N12) dan (N13) ke persamaan (Nl 1 ) akan
diperoleh:
6 ~ = 6 ~ o + m ~ c * 6 ~ + 6 1 o + 6 ~ o + 6 ~ ~ ~ * ~ ~ [ l + ~ x ] 6 PQM*Mh4+ [Em (6 pQM*MM)+ m* 6 Y)]
6 Y(1-mpc-m) = 6 Co+ 6 Io+ 6 Go + 6 PQ"*X~(I+EX)-6 PQM*MM(l+~rn)
Demgan memasukkan perubahan harga ekspor dan impor sebagaimana dalam
persamaan (N5) dan (N7) tersebut pada persamaan (N 14) akan dipetoleh
Jika diandaikan tidak ada perubahan konsumsi domestik, investasi dan perubahan
pengeluaran pemerintah (6Co = 610 = 6Go =O),
sehingga persamaan (N15) menjadi :
Berdasarkan persamaan (N16) ini, jika diasumsikan liberalisasi perdagangan
semua restriksi perdagangan dihapuskan (NPR
=
0), maka pendapatan nasional sulit
ditentukan apakah semakin meningkat atau menurun karena sangat ditentukan oleh :
1. Besarnya nilai ekspor (PQ'F*~')
dan nilai irnpor ( P Q ~ F * M sebelurnnya.
~)
2. Besarnya restriksi perdagangan yang dilakukan baik untuk ekspor (NPRX) maupun
impor (NPRM).
3. Elastisitas ekspor (Ex) dan impor (Em).
4. Murginulpropensity to consume (mpc).
5. Marginalpropemzsity to imnport (m).
Download