SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit buah
jengkol menunjukkan adanya kandungan senyawa kimia alkaloid, flavonoid,
tanin, saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Tanin dan Flavonoid adalah
senyawa aktif antibakteri.
Ekstak etanol kulit buah jengkol dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil uji
aktivitas dari ekstrak etanol diperoleh konsentrasi terkecil pada bakteri
Streptococcus
mutans
sebesar
30
mg/ml,
konsentrasi
terkecil
bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 20 mg/ml dan konsentrasi terkecil pada bakteri
Escherichia coli sebesar 20 mg/ml. Ekstrak juga memberikan batas daerah hambat
yang efektif dengan diameter 15,66 mm pada konsentrasi 90 mg/ml untuk bakteri
Streptococcus mutans,dengan diameter 14,26 mm pada konsentrasi 90 mg/ml
untuk bakteri Staphylococcus aureus, diameter 14,67 mm pada konsentrasi 60
mg/ml untuk bakteri Escherichia coli.
Diameter hambat rata-rata tertinggi diperoleh pada pengujian terhadap
bakteri Escherichia coli, kemudian diikuti oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans.
5.2
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji aktivitas
antibakteri dari ekstrak kulit buah jengkol terhadap bakteri spesifik penyebab
diare dan disentri.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2009).
Atasi
jentik
DBD
dengan
http://cafepojok.com/forum/showthread.php?t=32123.
Anonim.
(2007).
Protein
www.Kabarinews.com//?32167
Jengkol
kulit
Kalahkan
jengkol..
Tempe.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Hal. 649, 748.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Depkes RI.
Hal. 7, 854.
Depkes RI. (2006). Kotranas. Jakarta : Depkes RI. Hal. 1, 8.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI. Hal. 10-11.
Difco Laboratories. (1977). Difco Manual of Dehydrated culture Media and
Raegent for Microbiology and clinical Laboratory Procedures. 9th
edition. Michigan Detroit: Difco Laboratories P.32-33, 93.
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Hal. 92-94.
Ditjen POM.(1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Depkes RI. Hal.
535.
Ditjen POM.(1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Depkes RI. Hal. 81
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (1994). Inventaris Tanaman
Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta. UI Press. Hal. 219.
Dwidjoseputro. (1982). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit. Djambatan.
Hal. 102, 118-134.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of pharmaceuticals Science. Vol.55 (3): 247-268.
Gunawan & Mulyani. (2004). Ilmu Obat alam (Farmakognosi) Jilid I.
Jakarta: Penebar Swadaya Hal 98-105
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Padmawinata, K., dan Iwang, S. Edisi II.
Bandung: ITB Press. Hal. 102-103, 147-148.
Universitas Sumatera Utara
Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiat. Jilid II. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal. 121,132,140.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Jakarta: Badan Litbang
Kehutanan. Hal. 865-866.
Jawetz.
(1982). Microbilologi untuk profesi kesehatan. Penerjemah:
dr.Gerarbonang. Edisi XIV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 256,
319, 423.
Lay, W. B. (1994). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta : Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada. Hal. 32-34, 71-73.
Lay. W. B. (1992). Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Press. Hal 32.
Markham.K.R.(1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Bandung: ITB Press.
Hal 1-8.
Melani, S. et al. (1988). Sintesis glukan oleh Gtase Streptococcus Mutans.
Mekanisme Pembentukan Plak Gigi. J FKG USAKTI. Hal. 9, 114-120.
Nugraha, A.W. (2008). Streptococcus mutans, Si Plak Dimana-mana. Fakultas
Farmasi USD. Yogyakarta.
Pelczar. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerjemah: Hadioetomo,R.S., Imas,
T., Tjitrosomoso, S., dan Lestari, S.Jakarta. Penerbit UI Press. Hal. 132,
138-140, 144.
Pintauli,S., Hamadah, T. (2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press. Hal. 1-18.
Pratiwi. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal 59-65
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah:
Padmawinata, K. Edisi VI. Bandung: ITB Press. Hal 71.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. (1994). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Binarupa Aksara. Hal. 18-21.
Tim Mikrobiologi FK Unibraw. (2003). Bakteriologi Medik. Bayu Media
Publishing. Malang. Hal. 31-33.
Tjitrosoepomo, G. (1994). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal:
4-20.
Tjitrosoepomo, G. (2000). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal. 192-206.
Universitas Sumatera Utara
Tyler. (1976). Pharmacognosy.7 th Edision. Philadelphia. Pages 104-105.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan II. Penerjemah:
Soedani Noerono S. Yogyakarta: UGM Press.
World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant
Materils. Journal of WHO. Switzerland: Geneva. Pages. 25-26.
Universitas Sumatera Utara
Download