BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia
setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
2016 mencapai angka 257.912.349 (bps, 2016). Dari total penduduk, sebesar 28
persen atau 64 juta jiwa adalah remaja. Hal ini menunjukkan kemungkinan
terjadinya peledakan penduduk akibat angka kesuburan yang stagnan (Kemenkes,
2016).
Pertumbuhan ekonomi setinggi apapun jika laju pertumbuhan penduduk tidak
dikendalikan implikasinya sangat luas terhadap berbagai sektor pembangunan
mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
perumahan bagi masyarakat (BKKBN Banten, 2009). Kebijakan dan usaha
pemerintah
dalam
menanggulangi
kepadatan
penduduk
dengan
cara
mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional,
dengan cara memperkenalkan tujuan-tujuan program KB melalui jalur pendidikan,
mengenalkan alat-alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, dan menepis
anggapan yang salah tentang anak.
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Handayani, 2010).
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan sehingga kehamilan
terjadi dalam waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperpanjang, dan
kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki, untuk membina kesehatan seluruh anggota dengan
sebaik-baiknya, menuju norma Keluarga
Kecil
Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)(Waloejono, 2000).
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan
yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999).Salah satunya
melalui pemakaian alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur.
Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel
yang secara langsung berpengaruh terhadap angka kelahiran (Freedman, 1975 ;
Davis and Blake 1956). Adapun cara kontrasepsi yang termasuk di dalamnya
adalah IUD, pil hormon, suntikan hormon, kondom, sterilisasi, dan norplant
(Singarimbun, 1987; Hatcher, et.al, 1997). Dari berbagai studi yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi terbukti mampu
menurunkan angka kelahiran (Ananta, et.al, 1993; Bongaarts, 1978; Hull, 1976;
Becker, 1960; Easterlin, 1958). Sebagai contoh di Nepal, penggunaan alat
kontrasepsi berhasil menurunkan angka kelahiran menjadi 4,2, sementara di India
angka ini mencapai 3,5 dan Bangladesh sebesar 2 (Mishra, Jayaraman dan Arnold,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
2009). Sementara itu penelitian Boongaarts, 2003; Blacher, et al, 2005
menyebutkan pemakaian alat kontrasepsi pada perempuan berpendidikan lebih
tinggi dibandingkan yang tidak berpendidikan.
Studi yang lain menemukan tingkat pendidikan akan meningkatkan kontrol
terhadap alat kontrasepsi dan pengendalian fertilitas (UN, 1993). Pendidikan
memfasilitasi perolehan informasi tentang keluarga berencana, meningkatkan
komunikasi suami-istri, dan akan meningkatkan pendapatan yang memudahkan
pasangan untuk menjangkau alat kontrasepsi. Faktor lain yang berasosiasi dengan
pemakaian alat kontrasepsi adalah kondisi sosial ekonomi. Kondisi perekonomian
rumah tangga yang kurang baik ditandai oleh rendahnya daya beli masyarakat
termasuk kemampuan mereka untuk membeli alat kontrasepsi. (Bongaarts, 2001;
USAID, 2007)
Pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh pelayanan keluarga berencana
rumah sakit (PKBRS) dengan media konfirmasi, informasi, dan edukasi (KIE),
tetapi tidak menyampaikan cara dan alat yang digunakan untuk pengambilan
keputusan IUD postpartum atau MKJP. Pemberian KIE dilakukan pada saat calon
akseptor hendak menggunakan alat kontrasepsi IUD postpartum periode
melahirkan. Penerapkan model pengambilan keputusan diharapkan dapat
membantu pasien memilih alat kontrasepsi MKJP sesuai dengan kebutuhan.
Dengan demikian, total fertility rate dapat berkurang dan diharapkan dapat
mencapai tujuan MDGs pada tahun 2015, antara lain menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Tabel 1.1
Peserta Baru KB Menurut Metode Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2013
METODE
JUMLAH
PERSEN
Intra Uterine Device (IUD)
658.632
7,75
Metode Operasi Wanita (MOW)
128.793
1,52
Metode Operasi Pria (MOP)
21.374
0,25
Kondom
517.638
6,09
Implan
784.215
9,23
Suntikan
4.128.115
48,56
Pil
2.261.480
26,60
TOTAL
8.500.274
100
(%)
Sumber : Bkkbn (2014)
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa sebagaian besar masyrakat
indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih yang metode non
kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka memilih alat kontrasepsi
yang memiliki reaksi jangka pendek. Total pengguna alat kontrasepsi jangka
pendek mencapai 90,48%, sementara pengguna alat kontrasepsi jangka panjang
hanya sebesar 9,52%. Metode kontrasepsi yang mayoritas dipilih oleh masyarakat
yaitu metode Suntikan dengan persentase 48,56%, sementara metode yang paling
tidak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah metode MOP dengan persentase
hanya 0,25%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Dari data ini dapat kita ambil suatu asumsi bahwa masyarakat Indonesia
sebagian besar masih menginginkan mempunyai anak lagi setelah menggunakan
alat kontrasepsi, makanya mereka memilih alat kontrasepsi yang jangka pendek
agar ketika mereka memiliki hasrat/keinginan untuk memiliki anak lagi, efek dari
alat kontrasepsi tersebut dapat segera dihilangkan dan mereka dapat segera
melakukan proses reproduksi untuk mendapatkan keturunan yang mereka
inginkan.
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam
rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan
bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal
oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim
oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan
ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini
dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
Untuk memperkuat fenomena tersebut maka peneliti melakukan pra survei
yang disebarkan kepada wanita yang telah menikah dan berusia diatas 23 tahun
dengan sampel 30 orang dan diambil secara acak melalui penyebaran yang
dibantu oleh pihak puskesmas . Berikut adalah tabel data hasil pra survei yang
dilakukan
peneliti
untuk
memperkuat
fenomena
AKDR/IUD.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
terjadi pada
6
Tabel 1.2
Data Hasil Pra Survei
No.
Pernyataan
Jumlah sampel
Hasil
1.
Saya tahu tentang AKDR
30
10
2.
Saya pernah mendengar tentang AKDR
30
14
3.
Saya pernah mendapatkan pengetahuan
tentang AKDR
30
10
4
Saya mendapatkan rekomendasi
tentang AKDR dari rumah sakit, kerabat
atau konselor
30
12
5.
Saya berminat mengikuti program AKDR
30
4
Sumber: Data Pra Survei
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang mengetahui tentang
AKDR hanya 10 orang, dan yang pernah mendengar tentang AKDR 14 orang,
yang mendapatkan pengetahuan AKDR 10 orang, sedangkan yang pernah
mendapatkan rekomendasi dari pihak kesehatan hanya 12 orang, hanya 4 orang
yang berminat memakai AKDR.
Menurunnya penggunaan kontrasepsi IUD antara lain disebabkan oleh
fasilitasi terhadap provider yang kurang optimal, belum meratanya promosi dan
konseling, informasi, dan edukasi yang menjangkau ke seluruh masyarakat,
berkurangnya/terbatasnya tenaga konseling, informasi, dan edukasi di lini
lapangan belum optimalnya advokasi kepada SKPD-KB dalam pengelolaan
ketersediaan IUD di Fasyankes, jenis IUD yang beredar di masyarakat masih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
terbatas, dan meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi hormonal (pil dan
Suntik) oleh swasta (produk Andalan), sehingga melemahkan promosi IUD.
Pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh pelayanan keluarga berencana
rumah sakit (PKBRS) dengan media konfirmasi, informasi, dan edukasi (KIE),
tetapi tidak menyampaikan cara dan alat yang digunakan untuk pengambilan
keputusan IUD postpartum atau MKJP. Pemberian KIE dilakukan pada saat calon
akseptor hendak menggunakan alat kontrasepsi IUD postpartum periode
melahirkan. Penerapkan model pengambilan keputusan diharapkan dapat
membantu pasien memilih alat kontrasepsi MKJP sesuai dengan kebutuhan.
Dengan demikian, total fertility rate dapat berkurang dan diharapkan dapat
mencapai tujuan MDGs pada tahun 2015, antara lain menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Lebih dari 95% pasien pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya
paling sedikit dua tahun lagi atau tidak ingin menambah anak lagi.Metode yang
dapat digunakan ibu pascapersalinan meliputi metode amenore laktasi (MAL),
AKDR,
metode
operasi
wanita
(MOW),
dan
metode
KB
hormonal
(implant/susuk) yang tidak mengganggu ASI, suntik (hanya mengandung
progestin), minipil (hanya mengandung progestin).Kontrasepsi pilihan ibu
pascapersalinan adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang sesuai prioritas
meliputi MOW, AKDR, IUD, dan AKBK.Metode tersebut dapat digunakan
jangka panjang sehingga menunda masa kehamilan dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan. Namun, saat ini, proporsi masyarakat yang menggunakan
kontrasepsi jangka panjang memperlihatkan kecenderungan yang menurun, antara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
lain disebabkan oleh KIE belum mampu menyampaikan informasi kontrasepsi
jangka panjang dan konseling yang belum sesuai dengan prosedur.
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap
pemakaian kontrasepsi IUD. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi
program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan
kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang
selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan,
suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada
komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan (Evereet, 2008).
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan
proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD
juga terbatas (Erfandi, 2008).
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang: Pengaruh Konseling, Informasi, dan Edukasi
terhadap kesadaran masyarakat tentang pengetahuan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR/IUD).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu
perumusan masalah yang akan diteliti penulis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1) Apakah
berpengaruh
konseling
terhadap
pengetahuan
alat
pengetahuan
alat
pengetahuan
alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)?
2) Apakah
informasi
berpengaruh
terhadap
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)?
3) Apakah
edukasi
berpengaruh
terhadap
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang penulis
susun diatas maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD).
2) Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD).
3) Untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD).
2. Kontribusi Penelitian
Penelitian yang penulis susun sebagai metedologi penelitian
ini, mungkin dapat memberikan kontribusi penting berupa :
1. Kontribusi Praktis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Untuk
praktis
memberikan
informasi
pada
masyarakat
mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD). Dan
sebagai bahan masukkan pada petugas kesehatan untuk
memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang
penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD).
2. Kontribusi Akademik
Untuk akademis penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi
sebagai pendalaman pengetahuan dan bahan kajian untuk
membandingkan antara teori dan praktek mengenai Pengaruh
Konseling,
Informasi, dan Edukasi terhadap kesadaran
masyarakat tentang pengetahuan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR/IUD).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download