BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art) Pada sub bab ini, akan dipaparkan hasil kajian pustaka yang berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan branding. Jurnal tersebut mengacu pada jurnal internasional dan jurnal nasional. No. Judul Jurnal 1 Place branding research: A cross-disciplinary agenda and the views of practitioners Nama Penulis / Tahun Hankinson, G. / 2010 &Keterangan Place Branding and Public Diplomacy, Vol. 6 No.4, pp. 300-315 Jurnal Penelitian ini mengungkapkan bahwa, perkembangan kegiatan pemasaran suatu perusahaan adalah dengan cara menempatkan merek dengan tiga cara yaitu : 1) Melibatkan interaksi dengan berbagai komunitas yang berkepentingan, oleh karena itu komunikasi harus menggunakan media agar informasi dapat tersebar luas. Hasil 2) Merek memainkan peran yang kuat untuk menambah nilai di berbagai kegiatan bisnis melalui proses pengesahan merek. 3) Peran tingkat tertinggi dalam organisasi juga berpengaruh dalam memanajemen merek. Metodologi Penelitian Kualitatif Hasil penelitian diatas menggunakan media, memainkan peran merek dan Perbedaan dengan Penelitian peran tingkat tertinggi dalam organisasi untuk menempatkan merek. Sedangkan, penelitian dalam skripsi ini membahas media komunikasi yang digunakan sebagai sarana untuk memperluas suatu merek dalam penyampaian informasi suatu merek agar lebih dikenal oleh masyarakat dan mendapatkan positioning dalam benak masyarakat. 7 8 No. Judul Jurnal 2 Branding as a Communications Strategy: A Framework for Desired Brand Identity Nama Penulis / Tahun Robichaud, F., A. Richelieu and Rc.A. Kozak / 2012 &Keterangan Journal of Brand Management 19(8): 712-734 Jurnal Jurnal ini terdapat kesimpulan bahwa usaha suatu perusahaan dalam memanajemen brand adalah untuk mendapatkan nilai dari brand tersebut dan positioning dalam masyarakat sehingga menimbulkan citra merek dan Hasil kesadaran merek. Holt berpendapat bahwa merek harus mencerminkan nilai-nilai otentik suatu organisasi. Sedangkan Lewi menegaskan bahwa identitas merek yang berasal dari dalam organisasi harus bertindak sebagai tuas dalam menghasilkan nilai. Nilai merek dapat berasal dari identitas merek, posisi, dan tindakan pemasaran. Metodologi Penelitian Kualitatif Penelitian sebelumnya membahas usaha perusahaan dalam memanajemen merek adalah untuk mendapatkan nilai dan positioning. Sedangkan, Perbedaan dengan Penelitian penelitian dalam skripsi ini membahas usaha yang dilakukan oleh Mall Teraskota dalam menciptakan citra entertainment center dengan tagline “Your Cozymunity Place” untuk mendapatkan nilai dan positioning dari brand dalam benak konsumen serta mendapatkan citra merek dan kesadaran akan merek, yaitu dengan melakukan kegiatan public relations sebagai tindakan pemasaran perusahaan. No. Judul Jurnal 3 Perpustakaan Nasional RI Melakukan Branding Melalui Naskah Kuno dan Koleksi Langka Nama Penulis / Tahun Irhamni Ali / 2012 &Keterangan Jurnal Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Vol 9 No. 1 pl-4 Jurnal Hasil Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa evolusi pemasaran telah mengubah semua teori dan metode dalam pemasaran, termasuk di perpustakaan dalam 9 memasarkan produk dan institusi mereka. Satu pemasaran yang berkembang saat ini adalah branding. Branding adalah kumpulan teori dan praktek yang bertujuan untuk mengukur, membangun dan mengelola reputasi lembaga. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki koleksi 10.912 manuskrip dan lebih dari 100.000 eksemplar buku langka, merek adalah kekuatan besar bagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk membuat mereka sebagai Brand Ambasador mereka dalam memasarkan Perpustakaan Nasional ini. Hasil dari upaya ini adalah UNESCO menyatakan Tiga naskah kuno Nasional Perpustakaan Republik Indonesia berjudul Negara Kertagama sebagai Memory Of The Word 2008 dan La Galigo juga Babad Diponegoro sebagai Memory Of The Word 2011. Berbagai upaya dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk menetapkan merek dengan naskah kuno dan buku langka. Kesimpulan dari jurnal ini adalah branding merupakan strategi pemasaran yang memanfaatkan keunikan dari suatu organisasi atau lembaga. Untuk itu Perpustakaan Nasional RI akan terus menggali keunikan-keunikan yang ada dalam dirinya agar bisa menjadi icon pendamping naskah kuno dan koleksi langka dalam mempromosikan Perpustakaan Nasional RI sebagai terdepan dalam informasi pustaka menuju Indonesia gemar membaca. Metodologi Penelitian Kualitatif Penelitian sebelumnya membahas strategi branding yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan memanfaatkan keunikan Perbedaan dari perpustakaan Nasional RI dalam mempromosikan sebagai terdepan dengan dalam informasi pustaka menuju Indonesia gemar membaca.Sedangkan, Penelitian penelitian dalam skripsi ini membahas strategi komunikasi yang digunakan oleh Teraskota untuk membangun awareness Teraskota sebagai entertainment center dengan memanfaatkan keunikan yang ada. 10 No. 4 Judul Jurnal Marketing Communication dan Brand Awareness Nama Penulis / Tahun Tulasi, Dominikus / 2012 &Keterangan Jurnal Humaniora, 3 (1). pp. 215-222. ISSN 2087-1236 Jurnal Jurnal ini menjelaskan bahwa tujuan utama dari komunikasi pemasaran adalah untuk meningkatkan ekuitas merek sebagai cara perpindahan pelanggan untuk mengambil tindakan yang menguntungkan terhadap merek, yaitu mencoba, mengulangi pembelian dan, idealnya, setia terhadap merek tersebut. Sebenarnya, meningkatkan ekuitas dan memengaruhi perilaku pelanggan tergantung pada penggunaan yang efektif dari semua elemen bauran pemasaran. Sementara, kesadaran merek berkaitan dengan apakah nama merek itu terlintas dalam pikiran ketika konsumen berpikir tentang kategori produk tertentu, dan kemudahan dari merek tersebut. Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dari ekuitas merek. Dari perspektif seorang konsumen, suatu merek tidak memiliki ekuitas, kecuali Hasil konsumen ini setidaknya menyadari merek ini. Mencapai kesadaran merek adalah tantangan awal untuk merek-merek baru, sementara mempertahankan kesadaran merek tingkat tinggi adalah tugas yang berkelanjutan untuk semua merek mapan. Faktanya, komunikasi pemasaran dapat memengaruhi kesadaran merek ketika semua alat bauran pemasaran dilakukan secara optimal dalam penerapannya. Komunikasi pemasaran memengaruhi kesadaran merek apabila semua elemen yang terlibat didalamnya berperan dan berfungsi optimal. Kesadaran merek merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengertian merek secara integral. Semua deskripsi tersebut memberi makna bahwa kesadaran merek hanya akan berfungsi dengan baik apabila semua elemen bauran pemasaran bergerak secara simultan dan terintegrasi, serta dijalankan oleh sumberdaya manusia yang handal. Metodologi Penelitian Kualitatif Perbedaan Penelitian sebelumnya membahas komunikasi pemasaran dapat dengan memengaruhi kesadaran merek ketika semua alat bauran pemasaran Penelitian dilakukan secara optimal dalam penerapannya. Sedangkan, penelitian 11 dalam skripsi ini membahas elemen dari komunikasi pemasaran yang digunakan untuk mempertahankan brand awareness Teraskota. No. Judul Jurnal 5 Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap Brand Equity pada Sebuah Bank Pemerintah di Jakarta Nama Penulis / Tahun Danibrata, Aulia / 2011 &Keterangan Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1, Hlm. 21-38 Jurnal Penelitian ini dilakukan di salah satu Bank BNI di wilayah Jakarta. Jurnal ini menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran sangat terkait erat dengan citra perusahaan, dimana citra perusahaan adalah citra yang diberikan oleh perusahaan dengan berdasarkan kepada seberapa baik posisi perusahaan yang dibangun. Dengan melakukan survei awal (pra survey), diketahui banyak nasabah tabungan Bank BNI menjadi nasabah dikarenakan brand yang dianggap kuat dari bank sebagai bank pemerintah, walaupun ada beberapa bad news tentang perbankan pemerintah. Selain hal tersebut, nasabah percaya akan perceived quality. Berdasarkan data sekunder (wawancara Infobank dengan Achmad Baiquni, Direktur Bank BNI), diketahui bahwa perbankan telah dan akan terus melakukan marketing communication program yang Hasil konsisten tentang produk tabungan. Melihat bahwa betapa pentingnya brand equity dan untuk menancapkan brand equity yang kuat dibenak konsumen, maka dibutuhkan marketing communication program yang tepat dan terarah. Berdasarkan hasil penelitian, didapat kesimpulan penelitian sebagai berikut (1) Dimensi yang dapat digunakan sebagai pembentuk variabel marketing communications adalah terdiri dari advertising, personal communication, sales promotions, public relations, instructional materials, dan corporate design. Dimensi personal communications merupakan dimensi yang berpengaruh paling besar; (2) Dimensi brand awareness, brand loyalty, perceived quality, dan brand associations dapat digunakan untuk membentuk variabel brand equity. Diantara keempat dimensi tersebut dimensi brand loyalty merupakan dimensi yang mempunyai pengaruh paling besar, yaitu 0,72; (3) 12 Terdapat pengaruh marketing communications terhadap brand equity pada Bank Pemerintah. Metodologi Penelitian Kuantitatif Penelitian sebelumnya membahas pentingnya brand equity dan untuk Perbedaan menancapkan brand equity yang kuat dibenak konsumen, maka dibutuhkan dengan marketing communication program yang tepat dan terarah.Sedangkan, Penelitian penelitian dalam skripsi ini membahas peran dari elemen marketing communication untuk mempertahankan brand awareness Teraskota. 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi juga mencakup komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan menggunakan media. Dalam komunikasi ada lima perspektif kunci yaitu sosial, proses, simbol, makna, dan lingkungan. Kelima perspektif ini tidak dapat dipisahkan dari definisi komunikasi (West & Turner, 2009: 5-6). Pengertian komunikasi menurut Carl I. Hovland dalam Wiryanto, yakni sebagai berikut: The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individual (Wiryanto, 2004: 6) Bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator) mentransmisikan stimuli (biasanya simbol verbal) untuk memodifikasi perilaku individu lain. Komunikasi juga berarti proses timbal balik pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya (Cutlip, Center, dan Broom, 2007: 226). 13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses timbal balik pertukaran sinyal dengan mentransmisikan stimuli untuk memberi informasi dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka dengan tujuan untuk memodifikasi perilaku individu lain. Proses pemberian informasi melibatkan empat langkah (Cutlip, Center, dan Broom, 2007: 226) : 1) Menarik perhatian terhadap komunikasi 2) Mendapatkan penerimaan pesan 3) Mengusahakan agar pesan ditafsirkan sebagaimana diharapkan 4) Menyimpan pesan untuk penggunaan selanjutnya Elemen-elemen dalam model komunikasi menurut Carl I. Hovland, yang dikutip Scott M. Cutlip, Allen. H Center, dan Glen. M Broom yakni (Cutlip, Center, dan Broom, 2007: 227-233) : 1) Pengirim Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak. 2) Medium atau saluran Medium dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran/suara. Medium/saluran lain juga termasuk media yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi kepada komunikan seperti televisi, radio, spanduk, brosur, dan lainlain. 3) Penerima Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. 4) Umpan balik Tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikan. 14 5) Konteks hubungan Komunikasi terjadi dalam konteks hubungan para pengirim. Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubungan formal, hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam berbagai setting. Maksudnya adalah hubungan itu sendiri mempengaruhi proses komunikasi. 6) Lingkungan sosial Komunikasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Jadi, komunikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur di dalam sistem yang terdiri dari komponen dan aktivitas yang saling berhubungan dengan sistem sosial mencakup keluarga, organisasi, dan semua jenis kelompok pada saat yang bersamaan bertindak sebagai produsen sekaligus produk dari komunikasi. 2.2.1.1 Fungsi Komunikasi Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2007:5) Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (Mulyana, 2007:5) menyebutkan dua fungsi umum komunikasi. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan serta untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain. 15 2.2.2 Perencanaan Strategi Komunikasi Perencanaan akan memungkinkan strategi dapat dilakukan sehingga sasaran dapat dicapai dengan tepat waktu, efisien, dan efektif. Oleh karena itu, perencanaan komunikasi harus memiliki kerangka yang jelas agar komponen promosi yang berbeda dapat dipahami dan disinergikan dalam pengimplementasian rencana komunikasi pemasaran secara efektif. Berikut adalah elemen-elemen dari pengembangan komunikasi pemasaran, yakni sebagai berikut (Kartajaya, 2010: 174-179) : a. Content Analysis (CA) Tujuan dari content analysis adalah untuk menentukan dan memahami kondisi pasar serta perunaham-perubahan yang terjadi disekitar pelanggan. Dengan memahami ini, perusahaan akan bisa menyusun pesan dan media komunikasi yang lebih sesuai dengan konteks. b. Promotional Objectives Tujuan promosi terdiri dari tiga elemen utama, yaitu : 1. Corporate Objectives Tujuan-tujuan perusahaan diperoleh dari rencana bisnis atau pemasaran. Tujuan perusahaan mengacu ke misi dan area bisnis di mana perusahaan seharusnya berada. 2. Marketing Objectives Tujuan-tujuan perusahaan yang diperoleh dari rencana pemasaran dan berorientasi pada hasil. 3. Marketing Communication Objectives Tujuan-tujuan komunikasi pemasaran diperoleh dari sebuah pemahaman dari konteks saat ini di mana merek berada dan konteks yang akan datang di mana merek diharapkan ada di masa yang akan datang. Tujuan disajikan pengertian sebagai atau komunikasi awareness pemasaran level, pengetahuan, akan persepsi, sikap, keseluruhan tingkat preferensi untuk merek. dan 16 c. Communication Strategy Strategi komunikasi seharusnya berorientasi pada pasar, bukan metode atau media. Strategi komunikasi tergantung pada target audiens yang akan dituju. Setelah menetapkan audiens, maka strategi komunikasinya dapat diidentifikasi sebagai berikut (Kartajaya, 2010: 178) : 1. Pull strategy bertujuan untuk mempengaruhi pelanggan agar mereka “menarik” produk, dengan cara menciptakan permintaan ke saluran (channel network). 2. Push communication strategy melibatkan penyebaran informasi untuk mempengaruhi organisasi distribusi lainnya. 3. Profile strategy bertujuan untuk membangun image dan reputasi produk atau perusahaan. d. Promotional Mix Bauran promosi (Promotion Mix) juga disebut bauran komunikasi pemasaran yang merupakan paduan spesifik iklan, hubungan masyarakat, penjualan personal, promosi penjualan, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan (Kotler & Amstrong, 2010: 426). Menurut Kotler & Amstrong, tools dari promotion mix dapat berupa (Kotler & Amstrong, 2010: 426) : 1. Advertising Setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. 2. Sales promotion Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. 17 3. Personal selling Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. 4. Public relations Membangun hubungan baik dengan publik perusahaan terkait untuk memperoleh dukungan, membangun citra baik perusahaan dan menangani atau menyingkirkan isu, cerita, dan peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. 5. Direct marketing Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons langsung dan membangun hubungan dengan pelanggan yang langgeng dengan menggunakan surat langsung, televisi, e-mail, internet dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu. e. Resources (Human dan Financial) Sumber daya sangat penting untuk mendukung dan menjalankan rencana yang telah ditetapkan. Sumber daya tidak hanya mengacu pada isu keuangan saja, tetapi juga kualitas orang dalam bidang pemasaran (Kartajaya, 2010: 179). f. Evaluation and Control Ada beragam metode untuk mengevaluasi kinerja individual dan media yang digunakan. Namun, tujuan promosi merupakan pengukuran yang sangat penting dan harus dilakukan sebelum mengevaluasi sektor yang lain. Kesuksesan suatu strategi dan rencana promosi dilihat dari tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Kartajaya, 2010: 179). 2.2.2.1 Advertising Menurut Philip Kotler & Gary Amstrong, “advertising is any paid form of nonpersonal presentation and promotion of ideas, goods, 18 or services by an identified sponsor”. Yang berarti iklan adalah periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi (Kotler & Amstrong, 2010: 426). Definisi lain periklanan menurut Institut Praktisi Periklanan Inggris (Jefkins, 2009: 5), periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas suatu produk barang atau jasa. Yang terpenting, semua kegiatan periklanan itu tetap efektif dan ekonomis, yaitu dapat mencapai sasaran dan tetap menjamin keuntungan perusahaan. Sebuah kampanye periklanan baru bisa dikatakan baik jika semuanya terencana dan terselenggara sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil-hasil yang diharapkan dengan anggaran dana yang tersedia (Jefkins, 2009: 6). Suatu iklan harus menyajikan pesan penjualan yang paling persuasif dan kuat. Dalam hal ini kerja tim sangatlah diperlukan untuk menunjang tercapainya tujuan serta fungsi dari iklan itu sendiri yaitu untuk menginformasikan, membujuk (persuasif) dan mengingatkan. Dalam merencanakan periklanan, terdapat formula yang sering digunakan untuk membantu perencanaan suatu iklan secara menyeluruh. Formula ini disebut formula AIDCA. Kelima unsur formula AIDCA ini adalah sebagai berikut (Jefkins, 2009: 242-243) : 1) Perhatian (Attention) Upaya menarik perhatian pembaca tanpa melupakan subjek iklan itu sendiri; iklan diletakan pada posisi yang tepat. 19 2) Ketertarikan (Interest) Rasa tertarik dapat dimunculkan dengan penawaran, gambar, copy iklan yang menarik dan tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini. 3) Keinginan (Desire) Pembaca harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan. 4) Keyakinan (Conviction) Iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang konsumen layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan. 5) Tindakan (Action) Bagaimana iklan mampu menimbulkan respon dan membuat pembaca melakukan tindakan. Misalnya dengan mencantumkan kupon, undangan untuk mencoba sampel, dorongan untuk mengunjungi ‘dealer’ atau ‘showroom’. Formula di atas juga dapat diterapkan pada pemilihan media, ukuran ruang iklan, dan posisi iklan itu dalam suatu media publikasi. Periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai agar berprilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Pada intinya, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli (Jefkins, 2009: 15). 2.2.2.2 Sales Promotion Promosi penjualan (sales promotion) adalah insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa (Kotler & Amstrong, 2010: 426). Walaupun alat promosi penjualan seperti kupon, kontes, harga premi, dan sejenisnya sangat 20 beragam, namun semuanya memberikan manfaat yang berbeda seperti (Kotler & Amstrong, 2010: 426) : a. Komunikasi Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya memberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk bersangkutan. b. Insentif Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen. c. Ajakan Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi pembelian sekarang. Perusahaan menggunakan alat-alat promosi penjualan itu untuk menciptakan tanggapan yang lebih kuat dan lebih cepat. Cara ini merupakan cara yang hanya berlangsung dalam jangka pendek, karena mendorong orang-orang unruk melakukan pembelian. 2.2.2.3 Personal Selling Personal selling (penjualan personal) adalah presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan (Kotler & Amstrong, 2010: 426). Penjualan personal juga bisa diartikan sebagai komunikasi interpersonal dimana penjual mengungkap dan memenuhi kebutuhan pelanggannya untuk saling menguntungkan keduanya (Duncan 2005: 13). Personal selling melibatkan interaksi secara langsung antara penjual dan pembeli yang potensial. Penjualan yang dilakukan secara perorangan yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk membangun hubungan dengan pelanggan. Personal selling adalah alat yang palng efektif biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Penjualan personal memiliki tiga ciri khusus, yaitu (Kotler & Amstrong, 2010: 441) : 21 a. Konfrontasi personal Penjualan personal mencangkup hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat. b. Mempererat Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui minat pelanggan yang terbaik. c. Tanggapan Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga. 2.2.2.4 Public Relations Public relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun yang nonkomersial. PR juga terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontrak dengannya. Artinya, PR senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul perubahan yang berdampak (Jefkins, 2004: 2,9). 1) Definisi Public Relations menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) : “Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya” (Jefkins, 2004:9). 2) Menurut Scoot M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen Broom : “Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut” (Cutlip, Center dan Broom, 2007: 6). 22 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Public Relations memiliki tujuan yakni memelihara dan mempertahankan hubungan baik dengan organisasi dengan publiknya serta sebagai fungsi manajemen pada organisasi yang terencana dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat memengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan suatu organisasi. 2.2.2.4.1 Publik dari Public Relations Public dari PR ada empat tahap yakni (Seitel, 2005: 8): 1) Internal dan external. Internal publics are inside the organization: supervisors, clerks, manager, stockholders, and the board of directors. External publics are those not directly connected with the organization: the press, government, educators, customers, suppliers, and the community. 2) Primary, secondary and marginal. Primary publics can most help or hinder the organization efforts. Secondary publics are less important, and marginal publics are the least important of all. 3) Traditional and future. Employees and current customer are traditional publics; students and potential customer are future ones. 4) Proponents, opponents, and the uncommitted. An institutioon must deal differently with those who support it and those who oppose it. For supporters, communications that reinforce beliefs may be in order. But changing the opinions of skeptics calls for strong, pesuasive communications. Often, particulary in politics, the uncommited publics is crucial. Publik dari PR yang digunakan yaitu tahap pertama yang mencangkup publik internal dan eksternal Teraskota. Publik internal Teraskota yaitu staff manajemen dan tenanttenant yang berada di Teraskota, sedangkan publik eksternalnya yaitu pengunjung, media, komunitas-komunitas dan pemerintah setempat. 2.2.2.4.2 Fungsi Public Relations Bagian dari fungsi Public Relations yakni sebagai berikut (Cutlip, Center, dan Broom, 2007: 11-27) : 23 1) Hubungan internal Hubungan ini merupakan bagian dari tugas Public Relations yang dapat membangun dan mempertahankan suatu hubungan yang terdapat di dalam suatu perusahaan. 2) Publisitas Publisitas merupakan bagian terpenting untuk suatu perusahaan. Karena publisitas ini didapat dari sumber luar, seperti suatu media yang membuat informasi yang bernilai berita, dan tanpa adanya suatu bayaran khusus. Publisitas ini memiliki suatu nilai berita yang faktor kepercayaannya sangat tinggi. 3) Advertising PR juga berfungsi sebagai suatu media atau alat dalam mengiklankan suatu organisasi ataupun produk dan juga jasa. 4) Press Agency Merupakan suatu penciptaan berita yang memiliki nilai untuk dapat menarik perhatian dari media massa dan publik. 5) Public affairs Ini adalah bagian dari PR dalam menjaga hubungan dengan pemerintah dan juga komunitas lokal sekitarnya. 6) Lobbying PR juga berfungsi menjalin dan memlihara hubungan dengan pemerintah yang memiliki tujuan untuk dapat mempengaruhi penyusunan undang-undang. 7) Manajemen isu Seorang PR juga berfungsi dalam menangani semua isu-isu yang memberikan dampak terhadap perusahaannya maupun hubungan dengan publiknya. 8) Hubungan investor Selain itu, PR juga berfungsi dalam membangun dan menjaga hubungan dengan para shareholder dan pihak lain yang berhubungan dalam memaksimalkan nilai pasar dari suatu perusahaan. 24 9) Pengembangan PR juga bertugas untuk membangun dan memelihara hubungan dengan para anggota pendonor dengan tujuan mendapatkan suatu dana juga suatu dukungan sukarela. 2.2.2.5 Direct Marketing Pemasaran langsung (direct marketing) adalah hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons langsung dan membangun hubungan dengan pelanggan yang langgeng dengan menggunakan surat langsung, televisi, e-mail, internet dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu (Kotler & Amstrong, 2010: 426). Meski terdapat berbagai bentuk pemasaran langsung-surat langsung, pemasaran jarak jauh, pemasaran elektronik, dan sebagainya, semuanya itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Kotler & Amstrong, 2010: 442) : a. Pemasaran langsung bersifat nonpublik: pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu. b. Pemasaran langsung bersifat disesuaikan: pesan dapat disiapkan untuk menarik orang yang dituju. c. Pemasaran langsung bersifat terbaru: pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat. d. Pemasaran langsung bersifat interaktif: pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan orang tersebut. Cara ini dilakukan dengan langsung tertuju pada target yang diinginkan dan dilakukan suatu hubungan. Misalnya dengan menggunakan telephone, fax, email atau media sosial perusahaan. 2.2.3 Brand Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen individual atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. 25 Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut (Kotler, 2009: 259). Definisi merek menurut American Marketing Association yakni sebagai berikut : “Brand is a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods and services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competition” (Keller, 2007: 2). Bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa menjadi fungsional, rasional atau nyata - berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini juga bisa lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata - berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek (Kotler, 2009: 258). Menurut Wheeler, merek adalah “A brand is the nucleus of sales and markerting activities, generating increased awareness and loyalty, when managed cally” (Wheeler, 2006: 5). Yang berarti sebuah merek adalah inti dari penjualan dan kegiatan marketing, menghasilkan peningkatan kesadaran dan kesetiaan, bila dikelola secara strategis. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang digunakan untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang pada akhirnya dapat menghasilkan peningkatan kesadaran dan kesetiaan terhadap merek tersebut. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu kepada konsumennya. Akan teteapi, merek lebih dari sekedar simbol. Merek memiliki enam level pengertian, yakni (Kotler, 2002: 460) : 26 1) Atribut Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik,dirancang dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi. 2) Manfaat Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional, “Saya tidak perlu membeli mobil baru setiap beberapa tahun”. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional, “Mobil ini membuat saya merasa penting dan dihargai”. 3) Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. 4) Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman: terorganisasi, efisien, bermutu tinggi. 5) Kepribadian Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek). 6) Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Kita akan terkejut melihat seorang sekretaris berumur 20 tahun mengendarai Mercedes. Yang kita harapkan adalah seorang manajer puncak berumur 55 tahun di belakang kemudi. Elemen-elemen pengertian di atas akan membentuk persepsi mengenai sesuatu yang diwakili oleh empat perspektif utama dari identitas merek, sebagai berikut : 1. Brand as product, merupakan representasi dari atribut produk yang dilekatkan pada identitas mereknya, antara lain pada atribut kelas produk, kualitas atau nilai tambah, asosiasi dengan pengguna, dan negara asal. 27 2. Brand as organization, merupakan ciri identitas yang dikaitkan dengan perusahaan dalam hal inovasi, kepedulian lingkungan, budaya kerja, nilai-nilai perusahaan, dan strategi-strategi perusahaan. 3. Brand as person, merupakan ciri identitas yang mencerminkan kepribadian dari sebuah merek, antara lain maskulin, feminin, kuat, mewah, aktif, lucu, kasual, dan sebagainya. 4. Brand as symbol, merupakan representasi identitas merek yang paling kuat,dimana melibatkan imajinasi visual yang secara kohesif berhubungan dengan identitas ketiga brand di atas. Dapat mempermudah produk untuk dikenal dan diingat. Umumnya, suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sebagai nama dan perusahaan tersebut tidak melihat tujuan dari merek yang sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu kumpulan makna yang mendalam untuk merek tersebut. Pemasar harus menentukan pada level mana akan menanamkan identitas merek (Kotler, 2002: 461). 2.2.4 Membangun Merek yang Kuat Brand equity yang kuat akan lebih mudah dalam mendongkrak produk atau unit bisnis lain dari perusahaan. Ekuitas merek dapat dikelompokkan dalam lima atribut yang meliputi (Kartajaya, 2010: 64-77) : 1. Atribut Brand Awareness Aaker dalam Kartajaya mendefinisikan brand awareness sebagai kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu mereka termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Brand awareness memberikan banyak value, antara lain : a) Memberikan tempat bagi asosiasi terhadap merek b) Memperkenalkan merek c) Merupakan sinyal bagi keberadaan, komitmen, dan substansi merek. d) Membantu memilih sekelompok dipertimbangkan dengan serius. merek untuk 28 Kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat merek suatu produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi pelanggan terhadap merek yang ditawarkan (Kartajaya, 2010: 64). Oleh sebab itu, kesadaran akan merek harus ditingkatkan untuk mendapatkan positioning yang diharapkan oleh perusahaan. Untuk meningkatkan brand awareness pelanggan terhadap merek maka perusahaan dapat melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut: a) Membuat pesan yang singkat agar pelanggan cepat ingat tetapi sulit melupakannya. b) Gunakan tagline yang pendek untuk mendukung jingle yang menarik. c) Mengembangkan simbol yang memiliki keterkaitan erat dengan merek. d) Menggunakan publisitas sebagai pelengkap iklan. Hal ini bukan saja sebagai media promosi, teteapi juga untuk mengkomunikasikan pesan dan proses penciptaan citra. e) Memanfaatkan kesempatan untuk menjadi sponsor suatu acara, dengan cara melakukan barter dalam melakukan sponsorship. f) Mempertimbangkan untuk menempatkan merek pada produk lain (brand extension), namun sebaiknya jangan terlalu banyak karena akan sulit untuk mengelolanya. g) Menggunakan icon untuk membantu pelanggan sadar akan merek. 2. Atribut Brand Association Aaker dalam Kartajaya (2010: 66) mendefinisikan brand association sebagai segala sesuatu yang terhubung di memori pelanggan terhadap suatu merek. Brand association memberikan banyak value, antara lain : a) Memudahkan pelanggan untuk mendapatkan informasi tentang merek. b) Mempengaruhi interpretasi pelanggan atas fakta mengenai merek. 29 c) Membedakan merek dari merek pesaing. d) Memperkuat posisi merek dipasar. e) Alasan pelanggan untuk menggunakan merek. f) Dasar untuk melakukan perluasan merek. 3. Atribut Brand Loyalty Aaker dalam Kartajaya mendefinisikan bahwa brand loyalty adalah sebuah ukuran ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek. Tingkat ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek dapat terbagi ke dalam empat tingkatan, yaitu : 1. Switchers / price sensitive Pada tingkat ini, pelanggan tidak loyal kepada merek (belum memiliki brand equity yang kuat). Setiap merek dipersepsikan memberikan kepuasan yang hampir sama. 2. Satisfied / habitual buyer Pada tingkat ini, pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap produk perusahaan. 3. Satisfied buyer with switching cost Pada tingkat ini, pelanggan merasa puas terhadap produk. Mereka harus mengeluarkan biaya tertentu apabila ingin berpindah merek. Pada tingkat ini, pelanggan sensitif dengan benefit yang dapat melampaui biaya untuk beralih ke merek lain (switching cost). 4. Atribut Perceived Quality Aaker dalam Kartajaya mendefinisikan perceived quality sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya. Jika persepsi pelanggan terhadap kualitas keseluruhan jelek, sebesar apapun usaha perusahaan untuk menciptakan loyalitas terhadap produk cenderung tidak akan berhasil. Perceived quality memberikan banyak value, antara lain : 30 a) Memberi alasan bagi pelanggan untuk menggunakan produk barang atau jasa. Semakin baik persepsi pelanggan maka semakin tinggi potensi pelanggan untuk menggunakan produk. b) Membedakan produk barang atau jasa dengan produk pesaing. c) Memberi celah untuk menetapkan harga premium atas produk barang atau jasa. Semakin baik persepsi pelanggan, maka perusahaan dapat menetapkan harga tinggi. d) Menciptakan ketertarikan atas saluran distribusi untuk menyalurkan produk barang atau jasa, karena produk dipersepsikan dengan baik sehingga akan lebih mudah mendistribusikan ke banyak pasar, termasuk untuk melakukan brand extensions. 5. Atribut Other Assets Other asset memiliki bagian-bagian sebagai berikut : a) Keunggulan bersaing dapat menjadi aset atas suatu merek. Semakin kuat keunggulan bersaing suatu merek, maka brand equity dapat meningkat karena pasar akan mengapresiasi positif terhadap keunggulan tersebut. b) Paten dari suatu merek dapat dijadikan aset perusahaan karena dapat menunjukkan kualitas dan kredibilitas produk sehingga brand equity akan tinggi. c) Merek dagang dapat menunjukkan bahwa merek suatu produk memiliki nilai jual yang tinggi sehingga brand equity produk bisa tinggi. d) Hubungan dengan channel akan membantu peningkatan suatu merek karena channel secara tidak langsung akan melakukan branding terhadap produk. Semakin baik hubungan perusahaan dengan channel, maka semakin tinggi pula usaha channel melakukan branding terhadap produk. 2.2.4.1 The Name, Symbol, Slogan a. Name 31 David Aaker dalam buku Managing Brand Equity yang dikutip oleh Kartajaya mendefinisikan nama merek sebagai indikator utama dari merek serta dasar bagi awareness pelanggan terhadap merek dan usaha komunikasi yang dilakukan perusahaan terhadap merek. Nama merek termasuk elemen yang lebih permanen dibanding elemen program pemasaran lain. Nama merek berbeda halnya dengan produk, harga atau iklan, yang biasanya dapat dengan mudah ditantang atau diikuti oleh pesaing dibanding nama merek (Kartajaya, 2010: 77-78). Pemberian nama merek juga harus melalui proses yang sistematis mulai dari menentukan tujuan sampai dengan pemilihan nama yang tepat untuk memaksimalkan merek perusahaan. Kevin Keller dalam buku Strategic Brand Management menjabarkan enam prosedur pembuatan nama merek yang dapat dilakukan perusahaan, yakni sebagai berikut (Kartajaya, 2010: 78-80) : 1. Define branding objectives Tujuan merek harus memenuhi kriteria seperti : a. Apakah namanya mudah dipelajari? b. Apakah nama mencerminkan product class? c. Apakah nama mendukung simbol atau slogan? d. Apakah namanya mendukung asosiasi merek yang diinginkan? e. Adakah asosiasi yang tidak diinginkan? f. Apakah namanya unik? g. Apakah secara hukum nama tersebut kuat? 2. Generating as many names and concept Mengumpulkan sebanyak mungkin pilihan nama serta konsep pemberian nama dari sumber potensial, seperti manajemen perusahaan, karyawan, pelanggan saat ini, agensi iklan, konsultan merek profesional, dan sebagainya. 32 3. Name screening based on the branding and marketing objectives Menyeleksi nama-nama yang sudah dikumpulkan kemudian dievaluasi kembali untuk mendapatkan pilihan nama yang lebih sedikit. 4. Collecting more extensive information of screened names Yang dilakukan dalam proses ini adalah mengumpulkan lebih banyak informasi mengenai nama-nama yang telah diseleksi ditahap ketiga. 5. Consumer research Riset pasar dilakukan untuk mengkonfirmasi ekspektasi manajemen yang menginginkan nama yang mudah diingat. 6. Name choosing that maximized the firm’s branding Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dan setelah dilakukan riset pasar maka tim harus memilih nama yang tepat yang sesuai dengan tujuan pemasaran dan meningkatkan corporate branding. b. Symbol David Aaker dalam buku Managing Brand Equity yang dikutip oleh Kartajaya mendefinisikan simbol sebagai elemen utama dari ekuitas merek, serta kunci yang membedakan karakteristik merek jika produk atau jasa sulit untuk dibedakan (Kartajaya, 2010: 81). Selain sebagai pembeda, simbol juga dapat menciptakan awareness, asosiasi, dan kesukaan perasaan yang pada akhirnya berdampak pada loyalitas konsumen, serta persepsi mereka akan kualitas yang diterima. Dari sisi lain, gambar visual (simbol) lebih mudah dipelajari dibandingkan kata-kata (nama). Berdasarkan bentuk, simbol dapat dibedakan menjadi tujuh tipe antara lain: bentuk geometris, benda-benda, 33 kemasan, logo, orang, pemandangan, dan tokoh kartun (Kartajaya, 2010: 81). c. Slogan David Aaker dalam bukunya Managing Brand Equity menyatakan bahwa slogan dapat dibuat untuk strategi positioning dan dapat ditambahkan ke nama merek dan simbol. Tidak hanya terkait dengan positioning, slogan juga dapat menambah asosiasi merek, menghilangkan ambiguitas dari nama dan simbol, serta memperkuat nama atau simbol (Kartajaya, 2010: 81). Beberapa slogan yang dimiliki perusahaan bermanfaat dalam membantu membangun ekuitas merek seperti (Kartajaya, 2010: 82) : 1. Membangun awareness dengan menggunakan nama merek. 2. Memperkuat positioning merek dan poin diferensiasi dari merek. 3. Bagi pemimpin pasar, slogan sering digunakan untuk ‘melebih-lebihkan’ dengan opini yang subyektif, superlatif, dan dibesar-besarkan. 2.2.4.2 Corporate Image Keller mengemukakan dimensi dari citra perusahaan (corporate image) yang secara efektif dapat mempengaruhi brand equity yaitu (Keller, 2007: 453-459) : 1. Common Product, Attributes, Benefists or Attitudes Sebuah merek perusahaan, dapat membangkitkan hubungan konsumen yang kuat dengan atribut produk, jenis pengguna, situasi penggunaan atau penilaian secara keseluruhan. Terkait kualitas dan inovasi suatu produk. 2. People and Relationship 34 Citra perusahaan dapat terlihat dari karakteristik karyawannya seperti pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. 3. Value and Programs Citra perusahaan dapat dilihat dari nilai-nilai dan program-program dari perusahaan yang didesain untuk tidak harus berhubungan dengan produk yang dijual, tetapi didesain untuk bentuk kepedulian terhadap masalah lingkungan dan mengkomunikasikan tanggung jawab sosial. 4. Corporate Credibility Citra perusahaan dapat berupa pendapat, atau pernyataan mengenai perusahaan, juga sikap percaya terhadap perusahaan yang kompeten dalam menjual produk dan menyampaikan jasanya, serta besarnya tingkat kesukaan dan ketertarikan bagi pelanggan kepada perusahaan. Citra perusahaan akan tergantung pada sejumlah faktor seperti produk-produk yang dibuat perusahaan, tindakan yang diperlukan, dan bagaimana cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggannya. Berkomunikasi dapat berfokus pada merek perusahaan atau produk yang berbeda yang membentuk garis merek (Keller, 2007: 482). 2.2.5 Branding Langkah pertama dalam membangun upaya branding yang sukses adalah memahami bagaimana menyeimbangkan dan mengelola merek perusahaan, divisi dan merek produk serta ekuitas merek di seluruh organisasi. Bagi sebagian besar organisasi, tantangan terbesar adalah mengintegrasikan kegiatan branding yang berkelanjutan dan memastikan bahwa semua bagian bekerja sama untuk meningkatkan ekuitas merek (Hasanali, Leavitt & Rachele Williams, 2005:5). Merek telah ada selama berabad-abad sebagai sarana untuk membedakan barang dari satu produsen dengan orang-orang lain. Tanda- 35 tanda awal branding di Eropa adalah persyaratan serikat abad pertengahan yaitu pengrajin menempatkan merek dagang pada produk mereka untuk melindungi diri mereka sendiri dan pelanggan mereka terhadap kualitas rendah. Dalam seni rupa, branding dimulai dengan artis menandatangani karya-karya mereka. Hari-hari ini, merek memainkan sejumlah peran penting yang meningkatkan kehidupan konsumen dan meningkatkan nilai keuangan perusahaan (Kotler & Keller, 2009: 276). Penetapan merek (branding) adalah aktivitas pemberian kekuatan merek kepada produk dan jasa. Branding menciptakan perbedaan antar produk dengan kekuatan merek. Branding juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan teori dan penerapannya yang bertujuan untuk mengukur, membangun dan mengatur reputasi dari suatu lembaga (Kotler & Keller, 2009: 278). Definisi lain, branding adalah suatu proses penciptaan brand image yang mengajak konsumen untuk menggunakan hati dan pikiran mereka, membedakan produk yang sejenis satu dengan yang lainnya (Duncan, 2005: 71). Jadi, dapat disimpulkan bahwa branding adalah suatu kegiatan pemberian kekuatan merek dan penerapannya yang bertujuan untuk mengukur, membangun dan mengatur reputasi dari suatu lembaga. Sehingga aktivitas branding sangatlah dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Maka pemasar harus dapat meyakinkan konsumen bahwa terdapat perbedaan berarti di antara merek dalam kategori produk ataupun jasa. 2.2.5.1 Ruang Lingkup Branding Meskipun perusahaan memberikan dorongan untuk penciptaan merek melalui strategi pemasaran dan kegiatan lainnya, akhirnya merek berada di benak konsumen.Itu adalah identitas persepsi yang berakar pada realitas, tetapi mencerminkan persepsi dan kekhasan konsumen itu sendiri. Itu semua tentang bagaimana menciptakan perbedaan antar produk. Pemasar dapat menetapkan merek pada seluruh jenis produk, baik berupa barang fisik, jasa, orang, tempat, ide, ataupun organisasi. Pemasar harus mengajarkan tentang “siapa” produk itu kepada konsumen dengan memberikan namanya dan elemen merek lain untuk 36 mengidentifikasi produk begitu pula dengan apa yang dilakukan produk dan mengapa konsumen harus memperhatikan penetapan merek (branding) yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan. Pemasar juga menciptakan struktur mental yang dapat membantu konsumen untuk mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan dalam prosesnya memberikan nilai bagi perusahaan (Kotler & Keller, 2009: 260). 2.2.6 Brand Awareness Aaker dalam Kartajaya mendefinisikan brand awareness sebagai kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu mereka termasuk ke dalam kategori produk tertentu (Kartajaya, 2010: 64). Kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat merek suatu produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi pelanggan terhadap merek produk yang ditawarkan. Berikut adalah tingkatan brand awareness (Kartajaya, 2010: 64) : 1. Unaware of brand Pada tahapan ini, pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah mengenal merek yang disebutkan atau belum. Tingkatan ini yang harus dihindari oleh perusahaan. 2. Brand recognition Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengidentifikasi merek yang disebutkan. 3. Brand recall Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat merek tanpa diberikan stimulus. 4. Top of mind Pada tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali muncul dipikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu. 37 Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu berusaha memperoleh identitas merek dan berusaha mengkaitkannya dengan kelas produk tertentu. 2.2.7 Event Event merupakan kegiatan khusus yang direncanakan dan dirancang khusus untuk melibatkan pelanggan dan calon pelanggan secara aktif yang dapat menghasilkan publisitas. Event yang secara langsung dapat melibatkan pelanggan secara aktif memungkinkan kegiatan ini bisa mendapatkan respon dan partisipasi langsung sehingga dapat memberikan pengalaman kepada audiens (Duncan, 2005: 14). Menurut Shone & Parry dalam bukunya Successful Event Management pengertian event adalah sebagai berikut (Shone & Parry 2004: 10) : “Special events are that phenomenon arising from those non-routine occasions which have leisure, cultural, personal or organizational objectives set apart from the normal activity of daily life, whose purpose is to enlighten, celebrate, entertain, or challenge the experience of a group of people.” Shone & Parry berpendapat bahwa special event merupakan suatu fenomena yang timbul karena adanya kesempatan untuk memperoleh waktu luang, pengalaman budaya, tujuan pribadi maupun organisasi yang berbeda yang tujuannya adalah untuk merayakan, menghibur, atau memberikan tantangan pengalaman kepada audiens. Jadi, dapat disimpulkan bahwa event adalah kegiatan khusus yang dirancang dan direncanakan untuk melibatkan pelanggan dan calon pelanggan secara aktif dengan tujuan untuk merayakan, menghibur atau memberikan pengalaman kepada audiens. Menurut Shone & Parry (2004: 13) karakteristik event terbagi menjadi delapan, yaitu : 1. Uniqueness Setiap event yang diselenggarakan pasti memiliki perbedaannya masing-masing. Hal ini bukan karena suatu event tidak dapat diulang kembali, tetapi karena audiens yang hadir pasti berbeda, lingkungan dan suasananya pun berbeda. 38 2. Perishability Persihability berarti termakan oleh waktu atau tidak akan terulang. Setiap event yang unik pasti memiliki perishability. Walaupun suatu event diselenggarakan oleh penyelenggara yang sama, namun event tersebut tidak akan menghasilkam sesuatu yang sama pula, karena setiap event memiliki perbedaannya masing-masing. 3. Intangible Merupakan tantangan bagi penyelenggara untuk membuat event yang selalu diingat oleh audiens (berupa pengalaman). 4. Ritual and Ceremony Ritual dan ceremony dapat membentuk karakter tersendiri dalam event tersebut. Dalam sebuah event terdapat ritual yang berbeda. 5. Ambience and Service Kedua hal ini adalah bagian yang penting dalam sebuah event. Event dengan suasana yang tepat akan menghasilkan event yang sukses dan begitupun sebaliknya. Selain itu, pelayanan dalam sebuah event juga harus memberikan kepuasan kepada audiens yang hadir. 6. Personal Interaction Event yang membangun interaksi sosial dengan audiensnya merupakan event yang sukses. Karena dengan interaksi yang baik dapat membuat para audiens tersebut merasa dilibatkan dan menjadi bagian dari acara tersebut. 7. Labour-Intensive Semakin kompleks dan unik suatu event, maka akan semakin besar pula tenaga kerja yang terlibat didalam sebuah event. Pembagian tugas berdasarkan pengalaman dan kemampuan masing-masing tenaga kerja. 8. Fixed Timescale Dalam merancang suatu event, pihak penyelenggara harus menetapkan jangka waktu pelaksanaannya. Mulai dari perencanaan hingga implementasi event harus ditetapkan skala waktunya agar event dapat berjalan dengan baik. 39 Setiap event yang dirancang harus berjalan dengan baik mulai dari perencanaan hingga implementasi event itu sendiri. Bagaimana menarik audiens untuk terlibat secara langsung ke event tersebut, memberikan pengalaman kepada audiens dan dapat menciptakan event yang unik dan akhirnya dapat mensukseskan event tersebut. 40 2.3 Kerangka Pemikiran ANALISA STRATEGI KOMUNIKASI MALL TERASKOTA UNTUK MEMPERTAHANKAN BRAND AWARENESS (PERIODE MARET 2014 – MEI 2014) DEPARTEMEN EVENT & PROMOTION TERASKOTA STRATEGI KOMUNIKASI PERENCANAAN STRATEGI KOMUNIKASI MEMPERTAHANKAN BRAND AWARENESS Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran