BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal. Selain itu, penelitian ini juga menguji variabel pemoderasi locus of control pada pengaruh pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing internal. Penelitian ini merupakan gabungan dari 2 (dua) model penelitian terdahulu, yaitu model penelitian Chiu (2003) dan model penelitian Park dan Blenkinsopp (2009). Berdasarkan hal tersebut, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut: 1. Pertimbangan etis berpengaruh signifikan pada niat whistleblowing internal namun memiliki hubungan yang berlawanan. Individu yang memiliki pertimbangan etis tinggi cenderung akan bertindak etis sehingga akan bertindak whistleblowing. Dalam penelitian ini diketahui bahwa hanya 49,2% responden memiliki pertimbangan etis yang tinggi, sedangkan sisanya memiliki pertimbangan etis yang rendah. Pertimbangan etis yang rendah disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai etika. Akibat kurangnya pemahaman etika dan proses pembelajaran etika yang kurang efektif, maka ketika dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut etika para pegawai PPATK cenderung tidak etis. 2. Sikap berpengaruh positif dan signifikan pada niat whistleblowing internal. Individu yang memiliki sikap positif cenderung melakukan whistleblowing. Sikap positif mengarah pada menghentikan aktivitas ilegal, melindungi masyarakat dan memperbaiki iklim etika, sedangkan sikap negatif mengarah pada ancaman pembalasan. 102 3. Norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan pada niat whistleblowing internal. Norma subyektif atau norma sosial dipahami sebagai tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Jika melaporkan suatu kejahatan semakin disukai dan diterima orang lain, maka seseorang akan semakin mungkin untuk menyelesaikan suatu laporan kejahatan. 4. Persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan pada niat whistleblowing internal namun memiliki hubungan yang berlawanan. Persepsi kontrol perilaku memuat keyakinan yang berkaitan dengan rasa mampu atau rasa tidak mampu dalam mengelola perilaku. Beberapa individu merasakan bahwa akan terasa sulit untuk melaporkan masalah, sehingga mengarah kepada niat whistleblowing. Persepsi kontrol perilaku mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsikan tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. 5. Locus of control memoderasi pengaruh norma subyektif pada niat whistleblowing internal, namun tidak memoderasi pengaruh pertimbangan etis, sikap dan persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal. Individu dengan locus of control internal cenderung melakukan whistleblowing dibandingkan individu dengan locus of control eksternal. Dalam penelitian ini, mayoritas responden memiliki locus of control eksternal sehingga responden cenderung tidak whistleblowing. 5.2. Implikasi Penelitian Dengan penelitian ini, diharapkan akan memberikan kontribusi yang berarti untuk semua pihak, diantaranya: 1. Secara teoritis, penelitian ini mengkonfirmasi pengaruh langsung pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing 103 internal. Selain itu, secara teoritis penelitian ini juga mengkonfirmasi variabel locus of control sebagai faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing internal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat whistleblowing internal, namun pertimbangan etis dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh negatif dan signifikan terhadap niat whistleblowing internal. Selain itu, locus of control memoderasi pengaruh sikap dan norma subyektif pada niat whistleblowing internal, namun locus of control tidak memoderasi pengaruh pertimbangan etis dan persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal. 2. Dapat memberikan masukan dan pengembangan terhadap literatur-literatur maupun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pegawai di lembaga Intelijen keuangan khususnya perilaku etis yang ada di Indonesia. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan pada semua pimpinan, manajemen dan pegawai yang bekerja di PPATK dalam mengidentifikasi faktor-faktor individu seperti pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku yang dapat mempengaruhi niat whistleblowing internal. Selanjutnya pertimbangan tersebut dapat digunakan oleh pihak manajemen PPATK untuk membuat kebijakan dan peraturan baru dalam hal perekrutan, sistem pemberian penghargaan dan sanksi, serta peraturan terkait dengan pemeliharaan karyawan. 5.3. Keterbatasan Penelitian dan Saran Bagi Penelitian Mendatang Penelitian ini tidak berhasil membuktikan semua hipotesis yang diajukan dan penelitian ini masih memerlukan studi yang lebih luas agar hasilnya lebih akurat. Penelitian 104 ini masih memiliki keterbatasan, yang dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya, diantaranya yaitu: 1. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (non-random sampling) sehingga generalisasi hasil penelitian harus dilakukan secara hati-hati. Selain itu, sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada pegawai yang bekerja di PPATK saja. Oleh karena itu pada penelitian mendatang sebaiknya menggunakan teknik random sampling sehingga tingkat generalisasi hasil penelitian lebih tinggi, dan dapat menggunakan sampel dari lembaga Intelijen lainnya yang ada di Indonesia. 2. Penelitian ini menggunakan kasus orang ketiga, sehingga responden tidak mengalami kejadian yang sesungguhnya dalam dunia nyata. 3. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional survey sehingga hanya bisa menunjukkan kejadian pada saat dilakukan penelitian saja. Bisa saja ketika dilakukannya penelitian ini responden belum mengalami atau mengetahui ada atau tidaknya tindakan tidak etis yang terjadi di tempat kerja. Untuk itu dapat dinyatakan kelemahan dari penelitian ini adalah belum dapat menangkap secara jelas fenomena yang ingin diteliti. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan metode mix method dengan tujuan memperkuat hasil penelitian. 4. Dalam penelitian ini belum membedakan perbedaan niat whistleblowing internal antara pegawai laki-laki dan perempuan di PPATK, sehingga dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian secara berbeda antara pegawai laki-laki dan perempuan. 5. Penelitian ini hanya terbatas menguji niat whistleblowing internal saja. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya juga whistleblowing eksternal. 105 dilakukan pengujian terhadap niat