BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

advertisement
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Pensinyalan ( signaling theory )
Teori pensinyalan dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan
keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam
(insiders) perusahaan pada umumnya memilikiinformasi yang lebih baik
dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan
dibandingkan dengan investor luar.Jadi teori pensinyalan menjelaskan
bahwa laporan keuanganyang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa
perusahaan juga telah beroperasi dengan baik.
Teori pensinyalan (signaling theory) menurut Sunardi (2010)
adalah sebagai berikut :
Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam mengambil keputusan
investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka pasar akan bereaksi baik dengan pihak lain.
Dengan adanya teoripensinyalan
maka akan menimbulkan
pengaruh terhadap perubahan volume perdagangan saham. Para pelaku
pasar akan menginterpresentasikan dan menganalisis informasi tersebut
sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
12
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu
berdampak pada para stakeholder, dan kegiatan tersebut menjadi perhatian
dan minat dari para stakeholder, terutama para investor dan calon investor
sebagai pemilik (principal) dan penanam (principal) modal perusahaan.
Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan
sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib
diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan
keuangan.
Pada umumnya, para pemakai laporan keuangan tersebut
mempunyai akses sangat terbatas atas operasional dari perusahaan,
sehingga sangat berpotensi terjadinya asimetri informasi.
Mengenai signaling theory Agustini (2011) berpendapat bahwa :
Teori pensinyalan menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal –
sinyal
keberhasilan
atau
kegagalan
manajemen
(agent)
disampaikan kepada pemilik (principal).
Dalam hubungan keagenan, manajemen mempunyai informasi
yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor,
sehingga manajer menimbulkan asimetri informasi terhadap pihak
eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor.
Studi atas kandungan informasi laporan keuanganmerupakan suatu
analisis dengan menggunakan angka-angka akuntansi historis suatu
perusahaan untuk memprediksi kejadian ekonomi masa depan, seperti
13
prospek pertumbuhan, rekasi pasar atau outcome dari kejadian ekonomi
lainnya.
Seperti pada peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan
datang atau adanya resiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon
oleh pasar. Teori pensinyalan juga dapat membantu pihak perusahaan
(agent), pemilik (principal) dan pihak luar perusahaan mengurangi
asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas laporan
keuangan.
B. Analisis Laporan Keuangan dan Analisis Ratio Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis didefinisikan “penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk
memperoleh
pengertian
yang tepat
dan
pemahaman
arti
keseluruhan” (Dwi dkk, 2008 : 5).
Menurut pengertian di atas maka analisis laporan keuangan tidak
lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam
unsur – unsurnya, menelaah masing – masing unsur tersebut, dan
menelaah hubungan diantara unsur – unsur tersebut, dengan tujuan untuk
memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri. Ini berarti para analisis laporan keuangan dituntut
14
mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur – unsur yang
membentuk laporan keuangan.
Menurut Munawir (2007 : 10) laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
Laporan keuangan adalah pencerminan dari hal – hal yang telah
lampau, sedangkan para investor berorientasi pada masa mendatang
dalam mengambil keputusan ekonomi.Jadi jelasnya laporan
keuangan itu hanya sekedar menjadi petunjuk arah mengenai turun
naiknya harga saham.
2. Komponen Laporan Keuangan
Secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa
disusun menurut Dwi dkk (2012 : 62) adalah sebagai berikut :
a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Sering kali disebut sebagai potret perusahaan, merupakan
laporan akuntansi yang menunjukan posisi aset, liabilitas, dan ekuitas
pada akhir suatu periode.
b) Laporan Laba Rugi Komprehensif
Terdiri dari dua bagian besar, yaitu laba rugi bersih (yang
secara tradisional merupakan laporan laba rugi) dan pendapatan
komprehensif lain. Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan
akuntansi yang menunjukan kinerja operasional perusahaan selama
satu periode, yaitu laba (rugi) neto saat pendapatan (beban) melebihi
beban (pendapatan).
c) Laporan Perubahan Ekuitas
15
Menunjukan detail perubahan yang terjadi, seperti setoran
modal atau perolehan laba neto. Ekuitas yang dilaporkan disesuaikan
dengan bentuk entitas.
d) Laporan Arus Kas
Memperlihatkan sumber arus kas masuk dan penggunaan
penggunaan arus kas keluar perusahaan, yang terpusat pada tiga
aktivitas utama perusahaan,
yaitu operasional, investasi, dan
pendanaan.
e) Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan pengungkapan (disclosure), baik yang bersifat
keuangan maupun nonkeuangan, dari akun – akun yang dilaporkan
atau peristiwa yang dihadapi oleh peristiwa yang dapat mempengaruhi
pasisi dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga sering kali
ditekankan bahwa catatan atas laporan keuangan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
3. Pengertian Analisis Ratio Keuangan
Menurut Toto (2008 : 10) analisis rasio keuangan yaitu :
Analisis rasio digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor
dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Keputusan
tersebut dilakukan antara lain dengan membandingkan antara rasio
perusahaan dengan industri. Keputusan penyaluran kredit modal
kerja dan keputusan penyaluran kredit investasi akan memerlukan
data dan rasio pendukung yang berbeda. Jenis rasio yang digunakan
tergantung dari jenis keputusan yang akan digunakan.
16
“klasifikasi rasio antara lain, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasioreturn on investment, rasio solvency, rasio arus kas, dan
terakhir rasio market measure” (Toto, 2008:11).
“Rasio return on investment terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
return on assets (ROA), return on total capital (ROTC), dan return on
equity (ROE)” (Toto, 2008 : 67)
Menurut Kasmir (2012) yang menyatakan :
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan
atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan,
kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka dalam
satu periode maupun beberapa periode.
Ada beberapa Rasio Keuangan yang bisa digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan yaitu antara lain rasio likuiditas dan
rasio solvabilitas.
4. Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk membayar
utang tersebut terutama yang sudah jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari:
17
a) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
b) Rasio
Sangat
Lancar
(Quick
Ratio) merupakan rasio
yang
menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar
kewajiban dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan dengan
cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena
persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk
diuangkan, apabila perusahaan memerlukan dana cepat untuk
membayar kewajibannya dibandingkan aktiva lancar lainnya.
c) Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana
kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan
yang ada di bank (dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM).
d) Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan.
e) Inventory
to
Net
Working
Capital
merupakan
rasio
yang
digunakanuntuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja
tersebut terdiri dari pengurangan aktiva lancar dengan utang lancar.
18
5. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Artinya
berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan aktivanya.
Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain:
a) Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
b) Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah
dana
yang
disediakan
peminjam
(kreditor)
dengan
pemilik
perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
c) Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh
perusahaan.
d) Times
Interest
Earned,
merupakan
rasio
untuk
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga.
mengetahui
19
e) Fixed Change Coverage, merupakan rasio yang menyerupai rasio
Times Interest Earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan
apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
C. Return on Asset (ROA)
Pengertian Return on Assets menurut Kasmir (2004:284) :
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang
digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan laba.
Semakin tinggi ROA maka akan menunjukan semakin efisiensi
operasional dari suatu perusahaan, begitupun sebaliknya rendahnya
ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang
menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak,
kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lainlain.
Beberapa teori mengenai ROA menyebutkan bahwa ”ROA mengukur
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh
laba”(Prastowo dkk, 2008 : 91).”ROA merupakan rasio keuangan yang
menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang di
pergunakan” (Hartono dkk, 2008). Teori lain yaitu menyatakan ”Return on
Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset yang tertentu” (Mamduh dkk, 2009:159). Dan
”ROA, laba atas aset mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan
dalam menghasilkan laba tersebut” Toto (2008:68).
20
ROA bisa dilihat sebagai gabungan dari profitabilitas dan aktivitas.
Menghitung ROA sebagai komposisi antara aktivitas dan profitabilitas dapat
menginspirasi penyebab perubahan ROA dari waktu ke waktu.
Perhitungan return on assets (ROA) menurut Toto (2008 : 68) dapat
diartikan dengan dua cara atau dua versi, yaitu :
Versi pertama ROA menggunakan basis setelah pajak, yaitu :
ROA=
Net Income + Tax Interest
Expense
x 100 %
Average Total Assets
ROA versi pertama mengukur seluruh hasil. Hasil disini diartikan
sebagai :
1) Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah investor.
2) Bunga setelah pajak (after tax interest expense).
Versi lain dari ROA adalah perhitungan yang berbasis pada EBIT
(earning before interest and tax). Perhitungan ini berbasis sebelum pajak.
EBIT
ROA=
x 100 %
Average Total Assets
21
D. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER), merupakan kelompok rasio solvabilitas
yang menjadi salah satu variable independen dalam penelitian ini.
Menurut Lukman (2007 : 54) Debt to Equity Ratio adalah :
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya.DER menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.Hal ini biasanya
digunakan untuk mengukur financial leverage dari suatu perusahaan.
“Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’
equity yang dimiliki perusahaan” (Angrawit, 2010).
Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan terhadap fluktuasi
kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang tidak normal, perusahaan
mungkin akan mengalami penurunan penjualan sementara biaya-biaya
mengalami kenaikan sehingga tingkat pengembalian atas aktiva menurun.
Kerugian akan memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada
akhirnya terjadi penurunan harga saham.
Pengertian debt to equity ratio (DER) adalah “Rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk
memenuhi seluruh kewajibannya” (Agnes, 2003:13)
22
Menurut Toto (2008 : 94) perhitungan debt to equity (DER) adalah :
Cara menghitung solvency adalah membandingkan hutang dengan
equity saja. Rasio total debt to equity (total hutang terhadap modal)
dibaca dengan cara kelipatan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
buruk kondisi solvency-nya.
Total Debt
x 100%
Total Equity
DER=
“Semakin tinggi DER menunjukan semakin besar total utang terhadap
total
ekuitas”
(Ang,
1997).
Hal
ini
menunjukan
semakin
besar
ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat
resiko perusahaan semakin besar. “semakin tinggi resiko dari penggunaan
lebih banyak hutang akan cenderung menurunkan harga saham” (bringham
dkk, 2006 : 17). “Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan
melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman.Jika modal
sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah
bangkrut” (Samsul, 2006:204).
Tujuan yang harus dicapai oleh manajer keuangan adalah bukan
memaksimumkan profit melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham
atau
melalui
memaksimalisasi
nilai
perusahaan.
Tujuan
memaksimumkan nilai perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan
nilai sekarang semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan
diperoleh dimasa datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat
apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham
23
itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah laba per lembar saham atau earning per share yaitu dengan
membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak
dikurangi deviden saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah
lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan. ”Apabila
perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan
harga saham akan turun karena resiko usahanya semakin besar”(Fabozzi,
2000:861). Dengan demikiantotal kemakmuran pemegang saham dapat
diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham
dikalikan
dengan harga pasar per lembar saham.
E. CurrentRatio (CR)
Current ratio merupakan salah satu alat ukur suatu perusahaan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar dan hutang lancar. Aktiva
lancar seperti kas, investasi jangka pendek, persediaan dan piutang.
Sedangkan hutang lancar seperti hutang yang berasal dari akuisisi barang dan
jasa dan penagihan yang diterima dimuka sebelum barang dikirimkan atau jasa
seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan. Jika kewajiban lancar naik
lebih cepat daripada aset lancar, rasio lancar akan turun, dan ini merupakan
pertanda adanya masalah.
Pengertian current ratio menurut Toto (2008 :21) adalah :
Rasio lancar (cureent ratio) adalah rasio untuk mengukur
sampai seberapa jauh aset lancar (aktiva lancar) perusahaan mampu
24
untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Aset lancar mempunyai
potensi penggunaan setahun kedepan dari tanggal neraca. Utang lancar
akan memerlukan pembayaran maksimum setahun ke depan dari
tanggal neraca juga.
Current Assets
CR=
x 100%
Current Liabilities
Kasmir (2012) menyatakan bahwa:
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula
dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
(margin of safety) suatu perusahaan.
Menurut Sutrisno (2009) :
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva
yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.Aktiva
di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan
aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka panjang
meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank.
F. Harga Saham
“Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya
(berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan
25
kertas (saham) tersebut” (widyastuti, 2010).“Saham dapat didefenisikan
sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan maupun
institusi dalam suatu perusahaan” (Pandji, 2011; 58).
Jadi dapat disimputkan bahwasanya saham adalah sebagai tanda
penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan
atau
perseroan
terbatas.
Saham
memberikan
indikasi
kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak
mentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Para pemegang saham berhak memperoleh dividen yang
dibagikan oleh perusahaan dan turut menanggung resiko sebesar saham
yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Pada dasarnya ada 2
(dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham, yaitu dividend dan capital gain.(Pandji, 2011; 60).
1) Dividend
Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividend yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan
dividen saham. Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham
sehingga jumlah saham yang dimiliki pemodal akan bertambah.
2) Capital gain
Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan
harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
26
saham di pasar sekunder. Umumnya permodal dengan orientasi jangka
pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
“Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif yaitu : Penawaran dan Permintaan,
Perilaku Investor, Kodisi Pasar Modal, Keadaan Perekonomian dan Politik”.
(Widyastuti, 2010: 23)
Menurut Brigham (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
harga saham, yaitu :
1) Laba per saham
Semakin tinggi laba perlembar saham yang diberikan perusahaan
maka para investor semakin percaya bahwa perusahaan memberi
pengembalian cukup baik.Akibatnya terjadi investasi lebih besar dan
meningkatkan harga saham.
2) Tingkat suku bunga
a) Tingkat bunga memberikan pengaruh terhadap persaingan antara
saham dan obligasi dipasar modal, dimana bila tingkat suku bunga
naik para investor akan menerima hasil yang lebih besar dari obligasi
daripada saham, yang akan menyebabkan harga saham turun dan
sebaliknya.
b) Tingkat suku bunga mempengaruhi laba perusahaan, karena:
1. Bunga adalah biaya, semakin tinggi tingkat suku bunga semakin
rendah laba perusahaan.
27
2. Suku bunga mempengaruhi kegiatan ekonomi maka akan
mempengaruhi laba perusahaan.
3) Dividen tunai yang dibagikan
Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham maka
pembagian dividen yang meningkat dan besar merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah
dividen tunai yang semakin besar dapat menarik investor sehingga harga
saham meningkat.
4) Jumlah laba yang diperoleh perusahaan
Investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan, hal
utama
yang
menjadi
bahan
pertimbangan
adalah
profit
yang
dihasilkan.Sehingga hal ini dapat mempengaruhi harga saham.
H. Return Saham
Investor yang melakukan investasi memiliki tujuan yang sama yaitu
mendapatkan keuntungan (return), selain memiliki tujuan yang sama, investor
juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan
keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang
disebut return baik langsung maupun tidak langsung.
Return saham menurut Jogiyanto (2009) adalah hasil yang diperoleh
dari kegiatan investasi.Tandelilin (2010) menyatakan, return merupakan salah
28
satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang
dilakukannya.
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham yang
merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham
periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1)
dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Return saham
dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2009):
Pt - (Pt-1)
Rit =
(Pt-1)
Dimana :
Rit
: Return bulanan perusahaan ipada bulan ke-t
Pt
: Indeks
harga saham individual perusahan i pada waktu t
Pt-1
: Indeks
harga saham individual perusahan i pada waktu t-1
I. Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut
Samsul
(2006),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
returnsaham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro.
1) Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik,
tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.
29
b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri,
peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan
kasus lingkungan hidup.
2) Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam lingkungan perusahaan
itu sendiri :
a. Laba bersih per saham
b. Nilai buku per saham
c. Rasio utang terhadap ekuitas
d. Dan rasio keuangan lainnya.
J. Pengaruh ROA terhadap Return Saham
Semakin besar ROA perusahaan, semakin besar pula posisi perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. Sesuai dengan teori yang digunakan, yang menyatakan
manajer akan terancam reputasinya, apabila tidak bisa mengelola aset dalam
menghasilkan earning perusahaan. Apabila ROA meningkat investor dapat
lebih tertarik untuk menanamkan dananya melalui saham dan perusahaan akan
mendapatkan modal dari saham tersebut.
Berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian Widyani, dkk
(2011) dan didukung dengan hasil penelitian Rio (2011) yang menunjukkan
hasil bahwa ROA mampu memprediksi return saham yang berarti semakin
baik karena tingkat return saham yang diharapkan akan semakin besar atau
bernilai positif. ROA yang tinggi menunjukan profitabilitas atau return yang
dinikmati oleh pemegang saham. Jika minat investor untuk membeli saham
30
perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan juga meningkat yang
akan diikuti oleh tingkat kembalian (return) saham yang besar.
Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham.
K. Pengaruh DER terhadap Return Saham
Seorang investor pada umumnya akan memilih perusahaan yang dapat
memaksimumkan nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang tinggi
sehingga return saham yang didapat akan tinggi pula dengan melalukan
analisisreturn saham.
DER menunjukan presentasi penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman, semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukan
semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan
menurunkan return saham.
Dari beberapa penjelasan sebelumnya di atas mengenai DER yang
menunjukan komposisi jika total utang semakin besar dibanding dengan total
modal sehingga meningkatkan tingkat resiko yang diterima investor. Hal ini
akan berdampak pada menurunnya harga saham yang nantinya akan
berpengaruh parsial terhadap return saham.
31
Penelitian-penelitian sebelumnya, yang antara lain dilakukan oleh
Yulris (2012), yang menunjukan bahwa DER secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Namun berbanding terbalik dengan hasil
yang disimpulkan dari penelitian Rio (2011) yang menyatakan bahwa DER
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, dan penelitian lain yang
sependapat dengan Malintan adalah Widyani, dkk (2011) yang secara parsial
DER tidak berpengaruh terhadap return saham.
Dari bukti empiris yang telah dijelaskan di atas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
H2 : DER berpengaruh signifikan terhadap returnsaham.
L. Pengaruh CR terhadap Return Saham
CR yang tinggi dapat disebabkan antara lain piutang tak tertagih atau
persediaan yang belum terjual, yang mengakibatkan tidak dapat digunakan
secara tepat untuk memenuhi kewajibannya. Sedangkan CR yang rendah akan
menyebabkan terjadinya penurunan hargapasar dari harga saham yang
bersangkutan. Disisi lain perusahaan yang mempunyai aktiva lancer yang
tinggi akan lebih cenderung memiliki aset lainnya yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual efek).
Penelitian – penelitian sebelumnya antara lain Rio (2011) yang
menyatakan bahwa CR berpengaruh terhadap return saham, pernyataan ini
pun didukung oleh penelitian oleh Yulris (2012) yang berpendapat sama
bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap return saham.
32
Namun berbeda dalam peneliatian Widyani, dkk (2011) yang
menyatakan bawha CR tidak berpengaruh terhadap return saham.
Dari bukti empiris yang telah dijelaskan di atas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
H3 : CR berpengaruh signifikan terhadap return saham.
TABEL 2.1
HASIL PENELITIAN TERDAHULU
NO
1.
Peneliti
Judul
Variable
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Rio
Pengaruh CR,
CR , DER,
ROA berpengaruh
Malintan
DER, PER dan
PER, ROA dan
positif terhadap
(2012)
ROA Terhadap
Return Saham
return saham dan
Return Saham
DER berpengaruh
parsial terhadap
return saham
2.
Yulris
Analisis CR dan
CR, DER dan CR dan DER
Thamrin
DER terhadap
Return Saham
(2012)
Return Saham
berpengaruh
signifikan terhadap
return saham baik
secara simultan
ataupun parsial
3.
Widyani
Pengaruh
ROA, EPS,
ROA, EPS dan
Anik dan
ROA,EPS, CR,
CR, DER,
Inflasi berpengaruh
Dian
DER dan Inflasi
Inflasi dan
terhadap return
Indriana
terhadap
Return Saham
saham, sedangkan
(2011)
ReturnSaham
CR dan DER tidak
berpengaruh.
33
4.
Hidayat
Pengaruh Proksi
CR, DER,
CR, DER dan TATO
(2010)
Rasio Keuangan
TATO dan
Secara simultan
terhadap Return
Return Saham
berpengaruh
Saham
terhadap Return
Saham
5.
Ghasempo
The Relationship
Financial Ratio
The ratio of
ur (2013)
between
Profitability /
accruals, operating
Operational
Liquidity
leverage and stock
Financial Ratios
issuance indicating
and Firm’s
the independence of
Abnormal Stock
abnormal stock
Returns
returns.
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
M. Model Konseptual
Dari uraian sebelumnya yang telah menjelaskan pengaruh Return on
Assets (ROA),Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) terhadap
Return Saham. Dimana ROA, DER dan CR masing – masing berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Return on Asset (ROA)(X1)
ReturnSaham
Debt to Equity Ratio (DER)(X2)
(Y1)
Current Ratio (CR)(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian
34
Download