11 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan ( signaling theory ) Teori pensinyalan dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memilikiinformasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.Jadi teori pensinyalan menjelaskan bahwa laporan keuanganyang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Teori pensinyalan (signaling theory) menurut Sunardi (2010) adalah sebagai berikut : Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka pasar akan bereaksi baik dengan pihak lain. Dengan adanya teoripensinyalan maka akan menimbulkan pengaruh terhadap perubahan volume perdagangan saham. Para pelaku pasar akan menginterpresentasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. 12 Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para stakeholder, dan kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholder, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik (principal) dan penanam (principal) modal perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan. Pada umumnya, para pemakai laporan keuangan tersebut mempunyai akses sangat terbatas atas operasional dari perusahaan, sehingga sangat berpotensi terjadinya asimetri informasi. Mengenai signaling theory Agustini (2011) berpendapat bahwa : Teori pensinyalan menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal – sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada pemilik (principal). Dalam hubungan keagenan, manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor, sehingga manajer menimbulkan asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Studi atas kandungan informasi laporan keuanganmerupakan suatu analisis dengan menggunakan angka-angka akuntansi historis suatu perusahaan untuk memprediksi kejadian ekonomi masa depan, seperti 13 prospek pertumbuhan, rekasi pasar atau outcome dari kejadian ekonomi lainnya. Seperti pada peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya resiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon oleh pasar. Teori pensinyalan juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (principal) dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas laporan keuangan. B. Analisis Laporan Keuangan dan Analisis Ratio Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis didefinisikan “penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan” (Dwi dkk, 2008 : 5). Menurut pengertian di atas maka analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur – unsurnya, menelaah masing – masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur – unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analisis laporan keuangan dituntut 14 mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur – unsur yang membentuk laporan keuangan. Menurut Munawir (2007 : 10) laporan keuangan adalah sebagai berikut : Laporan keuangan adalah pencerminan dari hal – hal yang telah lampau, sedangkan para investor berorientasi pada masa mendatang dalam mengambil keputusan ekonomi.Jadi jelasnya laporan keuangan itu hanya sekedar menjadi petunjuk arah mengenai turun naiknya harga saham. 2. Komponen Laporan Keuangan Secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun menurut Dwi dkk (2012 : 62) adalah sebagai berikut : a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Sering kali disebut sebagai potret perusahaan, merupakan laporan akuntansi yang menunjukan posisi aset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir suatu periode. b) Laporan Laba Rugi Komprehensif Terdiri dari dua bagian besar, yaitu laba rugi bersih (yang secara tradisional merupakan laporan laba rugi) dan pendapatan komprehensif lain. Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan akuntansi yang menunjukan kinerja operasional perusahaan selama satu periode, yaitu laba (rugi) neto saat pendapatan (beban) melebihi beban (pendapatan). c) Laporan Perubahan Ekuitas 15 Menunjukan detail perubahan yang terjadi, seperti setoran modal atau perolehan laba neto. Ekuitas yang dilaporkan disesuaikan dengan bentuk entitas. d) Laporan Arus Kas Memperlihatkan sumber arus kas masuk dan penggunaan penggunaan arus kas keluar perusahaan, yang terpusat pada tiga aktivitas utama perusahaan, yaitu operasional, investasi, dan pendanaan. e) Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan pengungkapan (disclosure), baik yang bersifat keuangan maupun nonkeuangan, dari akun – akun yang dilaporkan atau peristiwa yang dihadapi oleh peristiwa yang dapat mempengaruhi pasisi dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga sering kali ditekankan bahwa catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan. 3. Pengertian Analisis Ratio Keuangan Menurut Toto (2008 : 10) analisis rasio keuangan yaitu : Analisis rasio digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Keputusan tersebut dilakukan antara lain dengan membandingkan antara rasio perusahaan dengan industri. Keputusan penyaluran kredit modal kerja dan keputusan penyaluran kredit investasi akan memerlukan data dan rasio pendukung yang berbeda. Jenis rasio yang digunakan tergantung dari jenis keputusan yang akan digunakan. 16 “klasifikasi rasio antara lain, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasioreturn on investment, rasio solvency, rasio arus kas, dan terakhir rasio market measure” (Toto, 2008:11). “Rasio return on investment terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu return on assets (ROA), return on total capital (ROTC), dan return on equity (ROE)” (Toto, 2008 : 67) Menurut Kasmir (2012) yang menyatakan : Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Ada beberapa Rasio Keuangan yang bisa digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan yaitu antara lain rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. 4. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk membayar utang tersebut terutama yang sudah jatuh tempo. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari: 17 a) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. b) Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan memerlukan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan aktiva lancar lainnya. c) Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank (dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). d) Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. e) Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakanuntuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan aktiva lancar dengan utang lancar. 18 5. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain: a) Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. b) Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. c) Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. d) Times Interest Earned, merupakan rasio untuk kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga. mengetahui 19 e) Fixed Change Coverage, merupakan rasio yang menyerupai rasio Times Interest Earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). C. Return on Asset (ROA) Pengertian Return on Assets menurut Kasmir (2004:284) : ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA maka akan menunjukan semakin efisiensi operasional dari suatu perusahaan, begitupun sebaliknya rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lainlain. Beberapa teori mengenai ROA menyebutkan bahwa ”ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba”(Prastowo dkk, 2008 : 91).”ROA merupakan rasio keuangan yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang di pergunakan” (Hartono dkk, 2008). Teori lain yaitu menyatakan ”Return on Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu” (Mamduh dkk, 2009:159). Dan ”ROA, laba atas aset mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut” Toto (2008:68). 20 ROA bisa dilihat sebagai gabungan dari profitabilitas dan aktivitas. Menghitung ROA sebagai komposisi antara aktivitas dan profitabilitas dapat menginspirasi penyebab perubahan ROA dari waktu ke waktu. Perhitungan return on assets (ROA) menurut Toto (2008 : 68) dapat diartikan dengan dua cara atau dua versi, yaitu : Versi pertama ROA menggunakan basis setelah pajak, yaitu : ROA= Net Income + Tax Interest Expense x 100 % Average Total Assets ROA versi pertama mengukur seluruh hasil. Hasil disini diartikan sebagai : 1) Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah investor. 2) Bunga setelah pajak (after tax interest expense). Versi lain dari ROA adalah perhitungan yang berbasis pada EBIT (earning before interest and tax). Perhitungan ini berbasis sebelum pajak. EBIT ROA= x 100 % Average Total Assets 21 D. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER), merupakan kelompok rasio solvabilitas yang menjadi salah satu variable independen dalam penelitian ini. Menurut Lukman (2007 : 54) Debt to Equity Ratio adalah : DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya.DER menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.Hal ini biasanya digunakan untuk mengukur financial leverage dari suatu perusahaan. “Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan” (Angrawit, 2010). Semakin tinggi DER menunjukkan semakin rentan terhadap fluktuasi kondisi perekonomian. Pada kondisi ekonomi yang tidak normal, perusahaan mungkin akan mengalami penurunan penjualan sementara biaya-biaya mengalami kenaikan sehingga tingkat pengembalian atas aktiva menurun. Kerugian akan memberikan tekanan pada pergerakan harga saham dan pada akhirnya terjadi penurunan harga saham. Pengertian debt to equity ratio (DER) adalah “Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya” (Agnes, 2003:13) 22 Menurut Toto (2008 : 94) perhitungan debt to equity (DER) adalah : Cara menghitung solvency adalah membandingkan hutang dengan equity saja. Rasio total debt to equity (total hutang terhadap modal) dibaca dengan cara kelipatan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvency-nya. Total Debt x 100% Total Equity DER= “Semakin tinggi DER menunjukan semakin besar total utang terhadap total ekuitas” (Ang, 1997). Hal ini menunjukan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. “semakin tinggi resiko dari penggunaan lebih banyak hutang akan cenderung menurunkan harga saham” (bringham dkk, 2006 : 17). “Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman.Jika modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut” (Samsul, 2006:204). Tujuan yang harus dicapai oleh manajer keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau melalui memaksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh dimasa datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham 23 itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah laba per lembar saham atau earning per share yaitu dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi deviden saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan. ”Apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan harga saham akan turun karena resiko usahanya semakin besar”(Fabozzi, 2000:861). Dengan demikiantotal kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham dikalikan dengan harga pasar per lembar saham. E. CurrentRatio (CR) Current ratio merupakan salah satu alat ukur suatu perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar dan hutang lancar. Aktiva lancar seperti kas, investasi jangka pendek, persediaan dan piutang. Sedangkan hutang lancar seperti hutang yang berasal dari akuisisi barang dan jasa dan penagihan yang diterima dimuka sebelum barang dikirimkan atau jasa seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan. Jika kewajiban lancar naik lebih cepat daripada aset lancar, rasio lancar akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah. Pengertian current ratio menurut Toto (2008 :21) adalah : Rasio lancar (cureent ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset lancar (aktiva lancar) perusahaan mampu 24 untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Aset lancar mempunyai potensi penggunaan setahun kedepan dari tanggal neraca. Utang lancar akan memerlukan pembayaran maksimum setahun ke depan dari tanggal neraca juga. Current Assets CR= x 100% Current Liabilities Kasmir (2012) menyatakan bahwa: Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2009) : Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.Aktiva di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka panjang meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank. F. Harga Saham “Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan 25 kertas (saham) tersebut” (widyastuti, 2010).“Saham dapat didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan maupun institusi dalam suatu perusahaan” (Pandji, 2011; 58). Jadi dapat disimputkan bahwasanya saham adalah sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak mentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan dan turut menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Pada dasarnya ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu dividend dan capital gain.(Pandji, 2011; 60). 1) Dividend Dividend yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividend yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividend saham diberikan kepada setiap pemegang saham sehingga jumlah saham yang dimiliki pemodal akan bertambah. 2) Capital gain Capital gain merupakan selisih lebiih antara harga beli dengan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan 26 saham di pasar sekunder. Umumnya permodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham “Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yaitu : Penawaran dan Permintaan, Perilaku Investor, Kodisi Pasar Modal, Keadaan Perekonomian dan Politik”. (Widyastuti, 2010: 23) Menurut Brigham (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu : 1) Laba per saham Semakin tinggi laba perlembar saham yang diberikan perusahaan maka para investor semakin percaya bahwa perusahaan memberi pengembalian cukup baik.Akibatnya terjadi investasi lebih besar dan meningkatkan harga saham. 2) Tingkat suku bunga a) Tingkat bunga memberikan pengaruh terhadap persaingan antara saham dan obligasi dipasar modal, dimana bila tingkat suku bunga naik para investor akan menerima hasil yang lebih besar dari obligasi daripada saham, yang akan menyebabkan harga saham turun dan sebaliknya. b) Tingkat suku bunga mempengaruhi laba perusahaan, karena: 1. Bunga adalah biaya, semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah laba perusahaan. 27 2. Suku bunga mempengaruhi kegiatan ekonomi maka akan mempengaruhi laba perusahaan. 3) Dividen tunai yang dibagikan Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham maka pembagian dividen yang meningkat dan besar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah dividen tunai yang semakin besar dapat menarik investor sehingga harga saham meningkat. 4) Jumlah laba yang diperoleh perusahaan Investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan, hal utama yang menjadi bahan pertimbangan adalah profit yang dihasilkan.Sehingga hal ini dapat mempengaruhi harga saham. H. Return Saham Investor yang melakukan investasi memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan (return), selain memiliki tujuan yang sama, investor juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Return saham menurut Jogiyanto (2009) adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.Tandelilin (2010) menyatakan, return merupakan salah 28 satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1) dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Return saham dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2009): Pt - (Pt-1) Rit = (Pt-1) Dimana : Rit : Return bulanan perusahaan ipada bulan ke-t Pt : Indeks harga saham individual perusahan i pada waktu t Pt-1 : Indeks harga saham individual perusahan i pada waktu t-1 I. Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Menurut Samsul (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi returnsaham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro. 1) Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu: a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional. 29 b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup. 2) Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam lingkungan perusahaan itu sendiri : a. Laba bersih per saham b. Nilai buku per saham c. Rasio utang terhadap ekuitas d. Dan rasio keuangan lainnya. J. Pengaruh ROA terhadap Return Saham Semakin besar ROA perusahaan, semakin besar pula posisi perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Sesuai dengan teori yang digunakan, yang menyatakan manajer akan terancam reputasinya, apabila tidak bisa mengelola aset dalam menghasilkan earning perusahaan. Apabila ROA meningkat investor dapat lebih tertarik untuk menanamkan dananya melalui saham dan perusahaan akan mendapatkan modal dari saham tersebut. Berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian Widyani, dkk (2011) dan didukung dengan hasil penelitian Rio (2011) yang menunjukkan hasil bahwa ROA mampu memprediksi return saham yang berarti semakin baik karena tingkat return saham yang diharapkan akan semakin besar atau bernilai positif. ROA yang tinggi menunjukan profitabilitas atau return yang dinikmati oleh pemegang saham. Jika minat investor untuk membeli saham 30 perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan juga meningkat yang akan diikuti oleh tingkat kembalian (return) saham yang besar. Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. K. Pengaruh DER terhadap Return Saham Seorang investor pada umumnya akan memilih perusahaan yang dapat memaksimumkan nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang tinggi sehingga return saham yang didapat akan tinggi pula dengan melalukan analisisreturn saham. DER menunjukan presentasi penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman, semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham. Dari beberapa penjelasan sebelumnya di atas mengenai DER yang menunjukan komposisi jika total utang semakin besar dibanding dengan total modal sehingga meningkatkan tingkat resiko yang diterima investor. Hal ini akan berdampak pada menurunnya harga saham yang nantinya akan berpengaruh parsial terhadap return saham. 31 Penelitian-penelitian sebelumnya, yang antara lain dilakukan oleh Yulris (2012), yang menunjukan bahwa DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun berbanding terbalik dengan hasil yang disimpulkan dari penelitian Rio (2011) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, dan penelitian lain yang sependapat dengan Malintan adalah Widyani, dkk (2011) yang secara parsial DER tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari bukti empiris yang telah dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H2 : DER berpengaruh signifikan terhadap returnsaham. L. Pengaruh CR terhadap Return Saham CR yang tinggi dapat disebabkan antara lain piutang tak tertagih atau persediaan yang belum terjual, yang mengakibatkan tidak dapat digunakan secara tepat untuk memenuhi kewajibannya. Sedangkan CR yang rendah akan menyebabkan terjadinya penurunan hargapasar dari harga saham yang bersangkutan. Disisi lain perusahaan yang mempunyai aktiva lancer yang tinggi akan lebih cenderung memiliki aset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual efek). Penelitian – penelitian sebelumnya antara lain Rio (2011) yang menyatakan bahwa CR berpengaruh terhadap return saham, pernyataan ini pun didukung oleh penelitian oleh Yulris (2012) yang berpendapat sama bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap return saham. 32 Namun berbeda dalam peneliatian Widyani, dkk (2011) yang menyatakan bawha CR tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari bukti empiris yang telah dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H3 : CR berpengaruh signifikan terhadap return saham. TABEL 2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU NO 1. Peneliti Judul Variable Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Rio Pengaruh CR, CR , DER, ROA berpengaruh Malintan DER, PER dan PER, ROA dan positif terhadap (2012) ROA Terhadap Return Saham return saham dan Return Saham DER berpengaruh parsial terhadap return saham 2. Yulris Analisis CR dan CR, DER dan CR dan DER Thamrin DER terhadap Return Saham (2012) Return Saham berpengaruh signifikan terhadap return saham baik secara simultan ataupun parsial 3. Widyani Pengaruh ROA, EPS, ROA, EPS dan Anik dan ROA,EPS, CR, CR, DER, Inflasi berpengaruh Dian DER dan Inflasi Inflasi dan terhadap return Indriana terhadap Return Saham saham, sedangkan (2011) ReturnSaham CR dan DER tidak berpengaruh. 33 4. Hidayat Pengaruh Proksi CR, DER, CR, DER dan TATO (2010) Rasio Keuangan TATO dan Secara simultan terhadap Return Return Saham berpengaruh Saham terhadap Return Saham 5. Ghasempo The Relationship Financial Ratio The ratio of ur (2013) between Profitability / accruals, operating Operational Liquidity leverage and stock Financial Ratios issuance indicating and Firm’s the independence of Abnormal Stock abnormal stock Returns returns. Sumber : Data sekunder yang diolah 2014 M. Model Konseptual Dari uraian sebelumnya yang telah menjelaskan pengaruh Return on Assets (ROA),Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) terhadap Return Saham. Dimana ROA, DER dan CR masing – masing berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Return on Asset (ROA)(X1) ReturnSaham Debt to Equity Ratio (DER)(X2) (Y1) Current Ratio (CR)(X3) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Sumber : Dikembangkan untuk penelitian 34