15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1.
Teori Signalling
Teori signalling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan
oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena
prinsip ini mecegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba
dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan
aktiva yang tidak overstate. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan
kebijakan akunantansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi
akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak
mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada
masa yang akan datang (Fala, dalam Nugroho 2012).
Kusuma dalam Nugroho (2012) menyatakan bahwa tujuan teori
signalling kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai
laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang
dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh,
karena manajer sangat erat kaitannya dengan keputusan yang berhubungan
dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomastis para
manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan
15
Universitas Sumatera Utara
masa datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba
masa datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan
keuangan lainnya.
Watts dalam Nugroho (2012) menyatakan bahwa understatement
aktiva bersih yang sistematik atau relatif permanen merupakan salah satu
ciri dari konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa
konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan
laba dan aktiva yang tidak overstate.
2.1.2.
Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki
insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori
ini didasarkan pada bagian bahwa manajer, pemegang saham adalah rasional
dan mereka berusaha untuk memaksimumkan utilitas mereka, yang secara
langsung terkait dengan kemakmuran mereka.
Teori akuntansi positif memprediksi bahwa manajer mempunyai
kecenderugan menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja buruk.
Kecenderungan manajer untuk menaikkan laba dapat didorong oleh adanya
empat masalah pengontrakan yaitu informasi asimetrik, masa kerja terbatas
manajer, kewajiban terbatas manajer, dan asimetri pembayaran (asymmetric
payoff) (Watts dalam Nugroho, 2012). Pemegang saham dan kreditur
berusaha menghindari kelebihan pembayaran kepada manajer dengan
meminta penyelenggaraan akuntansi yang konservatif. Oleh karena itu dapat
16
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa manajer cenderung menyelenggarakan akuntansi liberal,
tetapi kreditur (dalam kontrak utang) dan pemegang saham (dalam kontrak
kompensasi) cenderung meminta manajer menyelenggarakan akuntansi
konservatif.
Teori akuntansi positif dalam Chariri dan Ghozali (2007)
menyetakan bahwa ada tiga hubungan keuangan:
1. Antara manajemen dengan pemilik (pemegang saham)
Apabila manajemen memeiliki jumlah saham yang lebih sedikit
dibanding dengan investor lain, maka manajer akan cenderung
melaporkan laba lebih tinggi atau kurang konservatif. Hal ini
dikarenakan prinsipal (pemegang saham) menginginkan deviden
maupun capital gain dari saham yang dimilikinya. Sedangkan karena
agen (manajer) ingin dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus,
maka manajer melaporkan laba yang lebih tinggi. Namun jika
kepemilikan manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manjer
lebih berkeinginan untuk memperbesar perusahaan. Dengan metode
konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang cukup
besar untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Aset diakui
dengan nilai terendah, ini berarti nilai pasar lebih besar daripada nilai
buku.
2. Antara manajemen dengan kreditur
Manajemen cenderung melaporkan labanya lebih tinggi karena pada
umumnya kreditur beranggapan bahwa perusahaan dengan laba yang
17
Universitas Sumatera Utara
tinggi akan melunasi utang dan bunganya pada tanggal jatuh tempo.
Dengan kata lain kreditur beranggapan akan mengurangi tingkat resiko
utang tidak dibayar. Kreditur dengan melihat laba yang tinggi
cenderung akan mudah dalam memberikan pinjaman.
3. Antara manajemen dengan pemerintah
Manajer cenderung melaporkan labanya secara konservatif. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari pengawasan yang lebih ketat dari
pemerintah, para analis sekuritas dan pihak yang berkepentingan
lainnya. Pada umumnya perusahaan yang besar dibebani oleh beberapa
konsekuensi. Misalnya harus menyediakan pelayanan publik yang lebih
baik dan harus membayar pajak yang lebih tinggi.
2.1.3.
Metode Akuntansi
Metode akuntansi merupakan dasar-dasar perhitungan yang
digunakan perusahaan dalam mengolah aktivanya. Metode akuntansi yang
digunakan perusahaan akan berpengaruh terhadap laporan keuangan
perusahaan, khususnya terhadap laba perusahaan dan neraca perusahaan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan
kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan.
Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk
mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak stabil maka perusahaan
harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya. Tindakan kehatihatian yang dilakukan oleh perusahaan biasanya dilakukan dengan cara
mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan laba lebih
18
Universitas Sumatera Utara
lama, menilai aktiva dengan nilai terendah, dan kewajiban dengan nilai yang
tertinggi.
Suwardjono dalam Nugroho (2012) menyatakan bahwa tindakan
kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang
memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau
laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar, hal ini
sejalan dengan yang dinyatakn oleh Taqwa, dkk (2003) yang menyatakan
bahwa dalam beberapa item laporan keuangan, terdapat beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk menyusun laporan, pengukuran dan teknik
pengungkapan.
2.1.4.
Leverage
Leverage (pengungkit) dapat didefenisikan sebagai penggunaan
aset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan
harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Beban tetap ini dapat berupa
bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembelanjaan dari
luar (modal asing), sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesinmesin, maka harus menggunakan beban tetap yang berupa biaya penyusutan
mesin-mesin (depresiasi). “Jika perusahaan menyewa suatu aktiva tetap
kepada pihak lain, maka konsekuensinya harus membayar biaya tetap
berupa biaya sewa” (Warsono, 2003:204).
Financial Leverage berarti penggunaaan dana dari aset perusahaan
dengan surat-surat berharga dengan tingkat pengembalian yang tetap
(terbatas) yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan bagi pemegang
19
Universitas Sumatera Utara
saham. Menurut Agus (2001:263) “Financial Leverage adalah penggunaan
dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga
akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham”.
Lukman (2004:113) “menjelaskan bahwa financial leverage dapat
didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan
kewajiban-kewajiban financial yang bersifat tetap untuk memperbesar
pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa”.
Menurut Keown (2001:402), “financial leverage merupakan
penggunaan aset perusahaan yang didanai dengan surat-surat berharga (surat
hutang dengan tingkat bunga tetap atau saham preferen dengan tingkat
deviden konstan) dengan tingkat pengembalian yang tetap (terbatas) yang
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham”.
Dengan kata lain bahwa financial leverage akan timbul pada saat
perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan biaya atau beban
tetap, dengan harapan agar pengahsilan atau penegmbalian serta nilai saham
perusahaan dapat ditingkatkan. Menurut Brigham (2006:213) “leverage
keuangan (financial leverage) meruapakan penggunaan utang untuk
meningkatkan laba perusahaan”. Penggunaan utang dalam investasi sebagai
tambahan
untuk
mendanai
aktiva
perusahaan
diharapkan
dapat
meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena
aktiva perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional
perusahaan yang tujuannya untuk meperoleh laba. Selain itu, ada dua alasan
20
Universitas Sumatera Utara
yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan mengapa penggunaan
utang ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni (1) bunga
merupakan pengurang pajak sementara deviden untuk pemegang saham
ekuitas, serta (2) karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang
tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar.
Menurut Brigham (2006:486) menyatakan bahwa hubungan
financial leverage terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use
of debt will cause changes in earning per share (EPS) as well as changes in
risk both of which will affect the company’s stock price”. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan utang tersebut, dan financial leverage
dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil daripada beban
tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Jadi dalam
penggunaan financial leverage faktor yang paling menetukan adalah
kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu
sendiri.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
financial leverage berarti penggunaan dana yang memiliki beban tetap
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan
beban tetap adalah untuk menigkatkan pendapatan yang tersedia bagi
pemegang saham. Financial leverage menguntungkan apabila pendapatan
dari penggunaan dana lebih besar daripada beban tetapnya., tetapi
21
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan lain financial leverage dapat merugikan apabila pendapatan
dari penggunaan dana lebih kecil daripada beban tetapnya.
Masalah financial leverage merupakan penggunaan sumber dana
yang menimbulkan beban tetap bagi perusahaan, dimana penggunaan
financial leverage ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih
dalam meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Dalam
upaya
memenuhi
kebutuhan
dananya,
perusahaan
dapat
menggunakan modalnya sendiri atau modal yang berasal dari pemilik, dan
dapat juga berasal dari pinjaman atau hutang. Jika perusahaan menggunakan
dana dari pinjaman, maka perusahaan secara rutin akan membayar bunga
yang merupakan beban tetap bagi perusahaan. Dengan demikian dapat pula
dikatakan bahwa perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban
tetap mempunyai financial leverage.
Dasar penentuan struktur modal berkaitan dengan sumber dana,
baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan
pada dua kerangka teori yaitu balance theory atau pecking order theory.
Berdasarkan balance theory, perusahaan mendasarkan kebijakan pendanaan
pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk
dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan Pajak atas penggunaan
utang terhadap biaya kebangkrutan (Myers, 1984).
Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang
salah satunya daoat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio
mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan
22
Universitas Sumatera Utara
total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total
liabilities (baik utang jangka pendek maupun janga panjang), sedangkan
total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham
yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut
Robert Ang (1997) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang
terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total
hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihal luar (kreditur).
Rumus dari DER adalah sebagai berikut:
Debt To Equity Ratio =
Total Hutang
Total Ekuitas
Proporsi anatar modal sendiri (internal) dengan modal pinjaman
(eksternal) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan
terhadap para pemilik modal tersebut. Dalam manajemen keuangan proporsi
anatara jumlah dana dari luar lazim disebut sebagai struktur pendanaan atau
struktur modal (capital structure). Brigham (2006) menyatakan bahwa
dalam mengembangkan target capital structure perlu dilakukan analisis dari
banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan.
Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau hutang (baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang), sedangkan sumber
dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak
dibagi (retained earning). Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal
23
Universitas Sumatera Utara
(hutang) terhadap sumber dana pihak internal (ekuitas) lazim disebut
sebagai debt to equity ratio (Brigham, 2006).
Dari sudut pandang manajemn keuangan, rasio leverage keuangan
merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan
(leveraged) profitabilitas perusahaan. Terdapat pengaruh negatif pada
leverage keuangan yakni bahwa profitabilitas perusahaan berkurang sebagai
akibat dari penggunaan hutang pereusahaan yang besar, sehingga dapat
menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung lebih besar dari operating
income yang dihasilkan hutang tersebut, (Martono, 2002). Perusahaan
dengan laba bertumbuh akan memperkuat hubungan DER dengan
profitabilitas yaitu dimana profitabilitas meningkat seiring dengan DER
yang rendah.
Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha
menarik dana dari luar, untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan
sebagian besar labanya. Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba
rendah akan semakin memperkuat hubungan antara DER yang berpengaruh
negatif
dengan
profitabilitas
dimana
peningkatan
utang
akan
memepengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar seluruh kewajibannya, karena semin besar penggunaan uatang
akan semakin besar kewajibannya. Bagi perusahaan sebaiknya hutang tidak
boleh melebihi modal sendiri agar beban hutang tetapnya tidak terlalu tinggi
24
Universitas Sumatera Utara
dimana DER yang tinggi menunjukkan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang terhadap ekuitas. Perusahaan dengan laba
bertumbuh memepunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai
investasinya secara internal sehingga perusahaan menghindar untuk menarik
dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah
yang terkait dengan hutangnya. Selain itu dengan profitabilitas yang
meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi
minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan rasio DER menurun
(Surbekti, 2001:146).
Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat pencapaian ROE
yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman
(cost of debt) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity), maka
sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif
dalam menghasilkan laba (meningkatkan return on equity), demikian
sebaliknya (Brigham, 2006).
2.1.5.
Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
adalah
suatu
skala
dimana
dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain
dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya
ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan
besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran
perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan (Machfoedz dalam
Saripudin, 2010).
25
Universitas Sumatera Utara
Bagi perusahaan besar lebih cenderung menggunakan metode
akuntansi yang dapat menghemat pajak.Hal tersebut dilakukan perusahaan
besar agar tidak menjadi sorotan pemerintah atau pembuat regulasi yang
nantinya akan mengakibatkan intervensi pemerintah dan perusahaan akan
mengeluarkan pajak yang besar sehingga perusahaan-perusahaan besar lebih
menyukai metode akuntansi yang dapat menunda pelaporan pendapatan atau
menurunkan nilai pendapatan. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan
besar, perusahaan kecil akan menggunakan metode akuntansi yang dapat
mebghasilkan tingkat laba yang lebih besar, karena dengan demikian
perusahaan akan mendapat perhatian dari para investor yang akan
memberikan bantuan dana kepada perusahaan.
Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang menggambarkan
total sumber daya yang dimiliki perusahaan dari aktivitas operasi dan
investasi. Semakin besar total aset, maka semakin besar pula ukuran
perusahan tersebut.
2.1.6.
Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani
maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan
produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah
dilakukan secara manusiawi, artinya perusahaaan pada saat memanfaatkan
tenaga kerja dalam proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan
mereka ada batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga
26
Universitas Sumatera Utara
perusahaan harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam
menetapkan besaran gaji tenaga kerja (Kardiman, 2003:73).
Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan
dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi. Tenaga kerja
adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat
menghasilkan barang dan jasa. Dari pernyataan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat
menghasilkan barang dan jasa, bila ada permintaan terhadap barang dan
jasa.
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan
oleh batasan umur. Di Indonesia dipilih batas umur 14 tahun tanpa batas
umur maksimun. Dengan demikian di Indonesia penduduk di bawah umur
14 tahun dapat digolongkan bukan tenaga kerja. Pemilihan 14 tahun sebagai
batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa pada
umur tersebut sudah banyak penduduk usia muda terutama yang tinggal di
pedesaan yang sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan serta adanya
wajib belajar untuk sekolah dasar.
Kondisi perekonomian pertama kali menyangkut pendapatan dan
distribusinya, yang tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi
penduduk. Dari pemintaan ini yang merupakan permintaan dalam negeri,
ditambah dengan permintaan akan barang dan jasa dalam negeri akan
mempengaruhi permintaan akan pekerja. Oleh sebab itu peningkatan
pendapatam nasional maupun pendapatan negara lain akan meningkatkan
27
Universitas Sumatera Utara
permintaan atas barang dan jasa dari luar negeri terhadap barang dan jasa
dalam negeri yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan akan
pekerja.
Konflik yang terjadi antara manajemen dengan buruh dapat
menjadi sumber political cost. Kekuatan buruh didefenisikan sebagai
kemampuan buruh untuk menekan perusahaan sehingga kesejahteraan buruh
menjadi lebih baik dengan cara transfer kekayaan sari perusahaan ke para
buruh (Missonier-Pierra, 2004). Tekanan buruh diukur berdasarkan
banyaknya karyawan yang dimiliki oleh perusahaan pada tahun t. Sebagian
besar peneliti terdahulu menggunakan ada tidaknya serikat pekerja di
perusahaan sebagai proksi dari kekuatan buruh. Proksi ini tidak bisa
dilakukan di Indonesia karena seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI
sudah memiliki serikat pekerja. Penelitian ini menggunakan banyaknya
karyawan sebagai ukuran kekuatan buruh karena jumlah karyawan yang
banyak menunjukkan kekuatan buruh yang sebenarnya yang setiap
permasalahan cenderung diselesaikan dengan demonstrasi. Banyaknya
karyawan yang dimiliki perusahaan dapat dilihat di laporan keuangan
tahunan pada bagian gambaran umum perusahaan.
Kekuatan buruh, karyawan dan/atau serikat (yaitu angkatan kerja
perusahaan) dapat mempengaruhi manajer untuk menghindari potensial
biaya politik. Sebagai contoh pemogokan karyawan Tanzania Railway
Limited (TRL) dan National Microfinance Bank (NBM) di tahun 2008 atasa
tuntutan untuk upah lebih tinggi dan gaji (dengan karyawan mengklaim
28
Universitas Sumatera Utara
bahwa perusahaan menghasilkan banyak pendapatan namun pendapatan
mereka tetap rendah). Tujuan memaksimalkan kekayaan karyawan
umumnya mengambil bentuk tuntutan upah yang terkait dengan sewa
ekonomi perusahaan. Mengingat bahwa ekonomi umumnya berkorelasi
dengan keuntungan perusahaan, karyawan cenderung berfokus pada laba
yang dilaporkan (Elias, 1990).
Untuk mengukur variabel tenaga kerja ini akan digunakan rumus
sebagai berikut (Naweru, et al, 2011):
Tenaga Kerja =
2.1.7.
Biaya Tenaga Kerja
Total Penjualan
Struktur Kepemilikan Campuran
Struktur kepemilikan campuran merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham (Faisal, 2004).
Karena dengan adanya struktur kepemilikan yang terstruktur, dipercaya
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang
nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada
kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi
niali perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol mereka
miliki.
Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari dua tipe, yaitu struktur
kepemilikan yang tersebar (dispersed ownership) kepada pemegang saham
29
Universitas Sumatera Utara
publik (outside investors), dan struktur kepemilikan yang terkonsentrasi
pada segelintir pemegang saham saja (concentrated ownership). Struktur
kepemilikan terdiri dari struktur kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial. Secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi
kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan,
dan individual domestik (Xu, 1997).
1. Struktur Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun. Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik
keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
Institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar,
memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin
besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan
juga akan meningkat, dengan demikian laba juga akan tumbuh dengan
maksimal.
2. Struktur Kepemilikan Manajerial
30
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat
dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan
kepentingan pemilik perusahaan. Meningkatkan kepemilikan manajerial
dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah keagenan.
Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan
antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan
secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil san ikut pula
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah.
3. Kepemilikan Saham Publik
Untuk mencapai tujuan utama suatu perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaannya, diperlukan pendanaan yang dapat
diperoleh bai melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal.
Masalah pendanaan berpengaruh pada tingkat kapitalisasi modal.
Tingkat kapitalisasi modal yang rendah merupakan salah satu alasan
kegagalan perusahaan (Gladstone & Gladstone, dalam Nur’aeni, 2010).
Sumber pendanaan eksternal yang dimaksud di atas dapat diperoleh
antara
lain
melalui
saham
dari
masyarakat
(public).
Untuk
menggerakkan ekonomi secara riil tidak bisa hanya dari kosumsi, secara
fundamental diperlukan investasi. Salah satunya adalah pasar modal,
31
Universitas Sumatera Utara
terutama untuk memulihkan kepercayaan investor. Oleh karena itu
diperlukan upaya yang besar dan waktu yang panjang untuk
memulihkan kepercayaan, jika strategi yang diambil mengundang
investasi langsung di sektor riil (Purba dalam Nur’aeni, 2010).
2.1.8.
Pembiayaan Internal
Perusahaan membutuhkan pendanaan untuk kegiatan investasi yang
direncanakan. Pendanaan yang bersumber dari internal perusahaan
seringkali tidak mencukupi. Sumber pendanaan internal misalnya berasal
dari laba ditahan. Untuk menambah kekurangan tersebut perusahaan
menggunakan pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal midalnya
dengan utang, obligasi, dan penerbitan saham. Perusahaan dapat
menentukan pendanaan dari sumber internal saja atau gabungan sumber
internal dan eksternal perusahaan. Masing-masing sumber pendanaan
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pendanaan yang berasal dari internal perusahaan memiliki manfaat
bebas resiko. Perusahaan tidak bertanggung jawab untuk mengembalikan
dana yang digunakan. Kelemahan sumber pendanaan internal ini dana yang
tersedia terbatas. Keterbatasan tersebut karena laba ditahan perusahaan tidak
selamanya cukup untuk pendanaan yang dilakukan. Manfaat pendanaan dari
sumber eksternal yaitu perusahaan mendapatkan dana sesuai kebutuhan dan
dapat mengurangi pajak. Apabila perusahaan tidak mampu untuk
mengembalikan utang maka perusahaan mengalami likuidasi.
32
Universitas Sumatera Utara
Komposisi antara sumber dana eksternal perusahaan dan dana
internal perusahaaan dinamakan struktur modal. Komponen struktur modal
berupa utang saham preferen, dan ekuitas yang dimiliki perusahaan
(Brigham dan Houston, 2006). Tujuan perusahaan memperoleh dana terebut
untuk digunakan pada operasional dan investasi yang sudah direncanakan.
Keputusan menentukan proporsi struktur modal tergantung dari kondisi
perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Moosa dan Li (2012) menemukan hubungan
antara likuiditas, profitabilitas, rasio pembayaran deviden, aset tetap, dan
variasi pendapatan terhadap struktur modal. Wald (1999) menyatakan
struktur modal dipengaruhi oleh profitabilitas, divisi penelitian dan
pengembangan perusahaan, tingkat resiko, pertumbuhan penjualan, ukuran
perusahaan, dan tingkat persediaan.
Struktur keuangan menggambarkan bagaimana cara perusahaan
mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri atau modal pemegang
saham, sehingga seluruh sisi kanan neraca memperlihatkan struktur
keuangan. Demikian sedikit penjelasan mengenai struktur keuangan
selanjutnya pembahansan difokuskan mengenai pengertian struktur modal
yang sebenarnya dan bagaimana penjelasan yang dikemukakan setiap
penulis mengenai struktur modal.
Sawir (2005:10) menyatakan bahwa struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang saham
33
Universitas Sumatera Utara
preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang
saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal atau
akumulasi laba ditahan. Margaretha (2007:219) dalam manajemen keuangan
bagi industri jasa menejelaskan “Struktur modal / capital structure adalah
yakni menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri dari
hutang jangka panjang dan modal sendiri”.
Dari uraian di atas dapat diketahui pembiayaan permanen atau
pembiayaan yang bersifat tetap berasal dari hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Terdapat pengertian lain mengenai struktur modal yang
menunjukkan perimbangan antara modal jangka panjang dengan modal
sendiri.
Kalau pada cara pendanaan konservatif
perusahaan lebih
mementingkan faktor keamanan maka cara pendanaan agresif perusahaan
berani menanggung resiko. Trade off yang diharapkan adalah memperoleh
profitabilitas yang lebih tinggi. Strategi ini berarti mendanai sebagian
kebutuhan jangka panjang dengan pendanaan jangka pendek. Apabila suku
bunga jangka pendek memang lebih rendah dari jangka panjang, maka
strategi ini akan dikompensir dengan profitabilitas yang lebih tinggi.
2.1.9.
Proporsi Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan mekanisme yang penting dalam
pengawasan perilaku manajemen, baik dalam akuntabilitas perseroan
maupun disclosure. Komisaris independen merupakan orang independen
dalam jajaran dewan komisaris yang dapat mewakili kepentingan pemegang
34
Universitas Sumatera Utara
saham,
sehingga
komisaris
independen
dapat
menambah
kualitas
monitoring dalam perusahaan. Fama dan Jensen dalam Safitri (2013)
menunjukkan
bahwa
Komisaris
Independen
memiliki
kemampuan
monitoring yang lebih besar atas manajemen.
Di Indonesia proporsi Komisaris Independen dalam jajaran Dewan
Komisaris telah diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No.:
Kep-305/BEJ/07-2004 yang menyebutkan tentang jumlah Komisaris
Independen secara proporsional harus sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh yang bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan
jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris. Jumlah tersebut dianggap
dapat mewakili kepentingan pemegang saham.
2.2. Penelitian Terdahulu
Sehubungan dengan penelitian ini, sebelmnya telah dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya dapat dilihat
seperti pada tael berikut ini:
Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
Peneliti /
Tahun
Nelson M.
Naweru,
Ponsian Prot
Ntui, Musa
Mangena
(2011)
Judul
Variabel
Determinants
of Different
Accounting
Methods
Choice in
Tanzania
Dependen:
Accounting
Methods
Choice
Independen:
Metode
Analisis
Regresi
Linear
Hasil
Penelitian
Hasil
penelitian ini
menunjukka
bahwa
Company
Size, Labour
35
Universitas Sumatera Utara
Leverage,
Company
Size, Labour
Force,
Ownership
Dilution,
Internal
Financing,
Poportion of
NonExecutive
Director
Salma Taqwa, Faktor-faktor
FX
yang
Sugiyanto,
Mempengaruhi
Daljono
Pemihan
(2003)
Metode
Akuntansi
Persediaan
pada
Perusahaan
Manufaktur di
BEJ
Kukuh Budi
Setiyanto,
Hery Laksito
(2015)
Analisis
Faktor-faktor
yang
Berpengaruh
Dependen:
Metode
Persediaan
Regresi
Logistik
Independen:
Struktur
Organisasi,
Ukuran
Perusahaan,
Financial
Leverage,
Variabilitas
Persediaan,
Rasio Lancar
Dependen:
Metode
Akuntansi
Persediaan
Regresi
Logistik
Force, Internal
Financing dan
Proportion of
NonExecutive
Director
berpengaruh
signifikan
terhadap
Accounting
Methods
Choice
sedangkan
Leverage dan
Ownership
Dilution
berpengaruh
tidak
signifikan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan
dan
variabilitas
persediaan
mempengaruhi
pemilihan
metode
akuntansi
secara
signifikan,
tetapi struktur
kepemilikan,
financial
leverage, rasio
lancar tidak
mempengaruhi
pemilihan
metode
persediaan ini.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
36
Universitas Sumatera Utara
terhadap
Pemilihan
Metode
Akuntansi
Persediaan
(Studi Kasus
pada
Perusahaan
Dagang dan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI 20082010)
Independen:
Varaibilitas
Persediaan,
Besaran
Perusahaan,
Leverage,
Margin Laba
Kotor, Rasio
Lancar,
Intensitas
Persediaan,
Variabilitas
Harga Pokok
Penjualan
variabilitas
persediaan,
besaran
perusahaan,
intensitas
persediaan,
variabilitas
HPP
berpengaruh
terhadap
metode
akuntansi
persediaan,
sedangkan
sisanya tidak
berpengaruh.
Sumber: Dari berbagai sumber, 2015
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1.
Kerangka Konseptual
Metode akuntansi yang digunakan dapat mempengaruhi laba yang
akan diperoleh. Karena penggunaan metode persediaan dapat menghasilkan
laba yang berbeda, maka manjer perusahaan perlu mengidentifikasi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi.
Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset. Perusahaan yang menggunakan sumber dana
dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan
sumber pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan
penerapan dari kebijakan leverage (Naweru, 2011). Bowen dan Shores
(1995) menjelaskan bahwa manajer berusaha untuk mengurangi biaya utang
dengan cara mengadopsi satu set metode akuntansi, yang memungkinkan
37
Universitas Sumatera Utara
mereka untuk melaporkan laporan keuangan yang menguntungkan dalam
hal kredit. Hal ini menjelaskan bahwa secara teori leverge merupakan
variabel yang mempengaruhi manajemen dalam memilih metode akuntansi
yang digunakannya.
Visibiltass perusahaan besar, terutama dalam hal kekayaan yang
tersedia, cenderung lebih mudah untuk menarik perhatian banyak pihak,
termasuk karyawan, pelanggan, dan pesaing (Missioner, 2004). Akibatnya,
manajer perusahaan besar mungkin cenderung memilih metode akuntansi
yang menunda pelaporan pendapatan untuk mengurangi biaya-biaya polotik.
Selanjutnya manajer perusahaan juga akan menggunakan metode
akuntansi tertentu untuk mengatur dan menahan laba ketika berkaitan
dengan tenaga kerja. Sebab berkaitan dengan tenaga kerja berarti berkaitan
dengan upah. Upah meningkat dapat menyebabkan kekayaan pemegang
saham jadi berkurang (Naweru, 2011). Hal ini menjelaskan bahwa pada
dasarnya intensitas tenga kerja berpengaruh terhadap kebijakan manajemen
dalam memilih kebijakan metode akuntansi.
Penelitian Astami dan Tower (2006) menemukan bahwa tingkat
kepemilikan saham yang lebih rendah dari konsentrasi kepemilikan secara
keseluruhan berepengaruh signifikan terhadap tingkat kebijakan pemilihan
metode akuntansi untuk meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi.
Manajer perusahaan dengan kepemilikan saham yang tinggi mungkin
mengalami lebih banyak kekuatan kebijaksanaan, terutama dalam
mempublikasikan informasi mengenai kinerjanya (Hall, 1993).
38
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Beasley (1996), Khanchel (2007), dan Che Haat et al
(2008) berpendapat bahwa proporsi yang lebih tinggi dari komisaris
independen meningkatkan efektivitas dewan komisaris sebagai monitor
manajemen. Menurut Saphiro (2006), proporsi yang lebih tinggi dari
komisaris independen di dewan komisaris dapat meningkatkan kontrol atas
manajer mengingat bahwa peran dewan komisaris adalah untuk melindungi
kepentingan pemegang saham.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka dapat disusun yang
menjadi kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1
Leverage (X1)
H2
Ukuran Perusahaan (X2)
Intensitas Tenaga Kerja (X3)
H3
H4
Kepemilikan Campuran (X4)
Metode
Akuntansi (Y)
H5
Pembiayaan Internal (X5)
H6
Proporsi Komisaris Independen (X6)
H7
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
39
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis
2.3.2.
Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306) menyatakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara,
maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.
Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti
menemukan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1
:
Leverage berpengaruh terhadap Pemilihan Metode Akuntansi
H2
: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Pemilihan Metode
Akuntansi
H3
:
Intensitas Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Pemilihan Metode
Akuntansi
H4
:
Kepemilikan Campuran berpengaruh terhadap Pemilihan Metode
Akuntansi
H5
:
Pembiayaan Internal berpengaruh terhadap Pemilihan Metode
Akuntansi
H6
:
Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap Pemilihan
Metode Akuntansi
H7
:
Leverage,
Ukuran
Perusahaan,
Intensitas
Tenaga
Kerja,
Kepemilikan Campuran, Pembiayaan Internal, dan Proporsi
Komisaris Independen berpengaruh terhadap Pemilihan Metode
Akuntansi
40
Universitas Sumatera Utara
Download