BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Mengajar Dosen Menurut Turney (dalam Sardiman 2011) ada 8 keterampilan mengajar dosen yang terdiri dari keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memberi penguatan, membimbing diskusi kelompok, mengajar kelompok kecil dan perorangan, mengelola kelas dan mengadakan variasi. Dimana keterampilan dasar mengajar tersebut merupakan hal yang memengaruhi motivasi belajar. Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan sebanyak 40% keterampilan mengajar dosen dengan kategori baik, keterampilan mengajar dosen dengan kategori cukup 56%, dan keterampilan mengajar dosen dengan kategori kurang sebesar 4%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar keterampilan mengajar dosen dikategorikan cukup. Keterampilan dosen mengajar dikategorikan cukup, ini karena hanya pengelolaan kelas dan pemberian penguatan yang dilakukan secara optimal. Pengelolaan kelas dan pemberian penguatan memengaruhi motivasi belajar peserta didik sehingga dapat menciptkanan kondisi belajar yang optimal (Sardiman, 2011). Dalam pengelolaan kelas seorang dosen menunjukkan perhatian serta sikap bersahabat, terbuka, dan penuh pengertian kepada peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dengan pengajar. Selain itu, dalam pengelolaan kelas, dosen juga selalu memicu dan memelihara keterlibatan kelas, melakukan komunikasi efektif, mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi, menghargai keragaman peserta didik, membantu peserta didik dalam menyadari kelebihan dan kekurangannya serta membantu menumbuhkan kepercayaan diri sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses belajar mengajar karena adanya interaksi antara peserta didik dan peserta didik. Pengelolaan kelas dapat diusahakan secara maksimal dengan adanya faktor disiplin kelas dengan teknik “Cooperative control” yang merupakan bentuk kerjasama anatara dosen dan mahasiswa dalam memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri, berfikir sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain sehingga mahasiswa termotivasi dalam setiap proses pembelajaran (Widya, 2010), dengan cara menciptkana kondisi belajar yang optimal dengan menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberi petunjuk yang jelas, menegur maupun memberikan penguatan dan juga pembalikan kondisi belajar yang optimal dengan melakukan modifikasi prilaku, melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok, adanya kerja sama sehingga motivasi belajar mahasiswa meningkat (Sardiman, 2011). Pemberian penguatan adalah suatu keterampilan yang dimiliki seorang dosen dalam merespon tingkah laku peserta didik yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik (Uzer, 2010). Pemberian penguatan mempunyai tujuan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar para peserta didik, dan meningkatkan kegiatan belajar yang produktif (Mulyasa, 2011). Pemberian penguatan dapat dilakukan baik dengan penguatan secara verbal maupun nonverbal. Pemberian penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, sedangkan pemberian penguatan nonverbal lebih ditekankan pada penguatan dengan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact) dan kegiatan belajar yang menyenangkan sehingga peserta didik lebih termotivasi dengan giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran ( Uzer, 2010). B. Motivasi Belajar Motivasi belajar dapat timbul diakibatkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang timbul dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain,melainkan atau berdasarkan kemauan diri sendiri sedangkan faktor ekstrinsik adalah dorongan yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, suruhan atau bahkan paksaan dari orang lain, sehingga dalam kondisi demikian seseorang mau melakukan tindakan (Rizkhi, 2013). Faktor ekstrinsik dalam proses belajar misalnya seseorang belajar karena akan ada ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, dan faktor instrisnsik seseorang yang mempunyai harapan dan cita-cita yang ngin dicapai sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, 2011). Motivasi belajar mahasiswa bervariasi seperti pada tabel 4.2 yang menunjukkan sebanyak 48% motivasi belajar mahasiswa tinggi , 44% sedang dan hanya 8% memiliki motivasi belajar yang rendah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar mahasiswa dikatakan tinggi. Karakteristik motivasi belajar yang dimiliki responden berkaitan erat dengan adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongn dan kebutuhan dalam belajar, cita-cita yang ingi dicapai, ulet menghadapi kesulitan belajar dan menunjukkkan minat yang besar dalam belajar. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa responden memang sudah memiliki motivasi belajar dari dalam diri sendiri yang tinggi (Uno, 2011). Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita (Rizkhi, 2013). Dorongan yang dimiliki mahasiswa untuk belajar dapat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam belajar adalah motivasi belajar. Karena motivasi merupakan penggerak seluruh kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di dalam dirinya untuk berjuang mendapatkan apa yang di inginkannya. Mendapatkan nilai yang baik, tercapainya cita-cita yang diimpikan merupakan harapan (expectasy) yang menjadi seseorang untuk termotivasi dalam belajar (Hamzah, 2014). Harapan (expectasy) yang ingin dicapai dapat memengaruhi motivasi belajar yang tinggi untuk mencapai tujuannya yang ditunjukaan dengan hasil prestasi belajar yang baik dan meningkat, sehingg apabila motivasi belajarnya yang tinggi akan memengaruhi peningkatan prestasi belajar sebaliknya apabila motivasi belajar rendah maka akan mengalami penurunan prestasi belajar (Rizkhi, 2013). C. Pengaruh Keterampilan Mengajar Dosen Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Tingkat II pada Mata Kuliah Kesehatan Reproduks dan KB DIII Kebidanan Fk UNS Tabel 4.3 menunjukkan bahwa keterampilan mengajar dosen dengan kategori baik dengan motivasi tinggi sebesar 32%, keterampilan mengajar dosen dengan kategori baik dengan motivasi sedang sebesar 6% dan keterampilan mengajar dosen dengan kategori baik dengan motivasi rendah sebesar 2%. Pada keterampilan mengajar dosen dengan kategori cukup dengan motivasi tinggi sebesar 16%, keterampilan mengajar dosen dengan kategori cukup dengan motivasi sedang 38%, dan keterampilan mengajar dosen dengan kategori cukup dengan motivasi rendah sebesar 2%. Untuk keterampilan mengajar dosen dengan kategori kurang dengan motivasi tinggi adalah 0%, keterampilan mengajar dosen dengan kategori kurang dengan motivasi sedang juga 0% dan keterampilan mengajar dosen dengan kategori kurang dengan motivasi rendah sebesar 4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar dosen yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil uji Somers’d pada tabel 4.4 diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 (p<0,005). Hal tersebut menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna antara keterampilan mengajar dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa. Keterampilan mengajar dosen yang diobservasi dalam penelitian ini antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memberi penguatan, membimbing diskusi kelompok kecil,mengajar kelompok dan perseorangan, mengelola kelas dan mengadakan variasi merupakan suatu hal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa baik dari segi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Sardiman, 2011). Dengan memiliki keterampilan mengajar, dosen dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar. Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu bagian dari keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang dosen untuk meninkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini disebabkan karena tugas dosen didalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan mahasiswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. (Uno, 2006). Dari tebel 4.3 didapat data bahwa responden yang menilai keterampilan mengajar baik motivasi tinggi 32%, keterampilan mengajar baik motivasi sedang 6% dan keterampilan mengajar baik motivasi rendah hanya 2%. Sedangkan untuk keterampilan mengajar cukup motivasi tinggi 165, keterampilan cukup motivasi sedang 38% dan keterampilan cukup motivasi rendah hanya 2%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa keterampilan mengajar dosen dengan kategori cukup dan motivasi tinggi sebesar 16%. Hal ini dikarenakan bukan hanya keterampilan mengajar dosen saja, tetapi ada faktor lain yang ikut memengaruhi motivasi belajar. Menurut Hamalik (2003), ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik yaitu t ingkat kesadaran siswa akan kebutuhan atas tujuan belajar, sikap dosen didalam kelas, dosen yang bersikap bijak dan selalu merangsang peserta didik untuk berbuat kearah suatu tujuan yang jelas dan bermakna didalam kelas, pengaruh kelompok mahasiswa yang lebih cenderung ke sifat ekstrinsik, suasana kelas atau lingkungan tempat belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Keterampilan mengelola kelas dapat menimbulkan motivasi terlihat dari pemberian penguatan dan petunjuk yang jelas. Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar mahasiswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku mahasiswa yang produktif. Mengelola kelas juga memberikan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran. Mengola kelas bukan semata-mata bagaimana cara mengatur ruang kelas tapi lebih pada keterampilan menciptakan maupun pengembalian kondisi belajar yang optimal. (Hamalik,2004). Peranan motivasi intrinstik maupun ekstrinsik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar. Motivasi bagi peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar juga didapat dari adanya dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Motivasi instrinsik yang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Mahasiswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dibidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah dengan belajar (Hamzah, 2014). Dengan adanya faktor kebutuhan , harapan serta minat seseorang akan menimbulkan memotivasi dari dalam dirinya sendiri untuk mendapatkan tujuan teretnu. Motivasi ekstrinsik yang didapat dari luar atau adanya rangsangan dari luar yang berupa dorongan , lingkungan maupun imbalan yang didapat seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Lingkungan dapat memengaruhi sesorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Lingkungan yang baik tentu akan dapat memberikan pengaruh yang positif. Menciptakan relasi yang baik antar sesama mahasiswa, antar dosen dan mahasiswa sangat diperlukan agar tercipta lingkungan belajar yang baik sehingga motivasi belajar meningkat. (Slameto,2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliana (2013) yang berjudul Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Katolik Talino. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh keterampilan guru mengajar terhadap motivasi belajar siswa, artinya ada hubungan antara keterampilan mengajar terhadap motivasi belajar, semakin tinggi penggunaan keterampilan mengajar guru maka semakin meningkat motivasi belajar siswa. Penelitian oleh Ilma (2015) yang berjudul Pengaruh Keterampilan Mengajar Dosen dan Lingkungan Kampus Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Negri Semarang Angkatan 2013. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruh keterampilan mengajar dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa pendidikan akuntansi Universitas Negeri Semarang menunjukkan bahwa variabel keterampilan mengajar dosen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar akan baik apabila keterampilan mengajar dosen baik pula, sebaliknya motivasi belajar buruk apabila keterampilan mengajar dosen buruk. Sasmita (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa, yang berarti bahwa dengan adanya keterampilan mengajar guru dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.