BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang dirancang oleh manajemen
mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk para pembuat
keputusan, khususnya bagi pihak-pihak diluar perusahaan seperti para pembaca
laporan keuangan atau para investor (Sumarsono, 2004). Laporan keuangan
bermanfaat untuk mengungkapkan suatu informasi mengenai pertanggungjawaban
dari manajemen atas pengelolaan sumber daya yang digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan. Bagi perusahaan go public atau khususnya perusahaan yang
sahamnya terdaftar dalam indeks LQ45, suatu laporan keuangan menjadi kebutuhan
utama untuk perusahaan dalam menarik para investor.
Berkembangnya
dunia
akuntansi
dan
perekonomian
di
Indonesia
menyebabkan kebutuhan akan transparansi terhadap laporan keuangan semakin
diperlukan dan diutamakan. Transparansi pada laporan keuangan merupakan
tersedianya informasi bagi investor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk
dapat mengetahui dan menggali keadaan ekonomi yang sebenarnya yang terjadi
dalam
perusahaan tersebut. Laporan keuangan
menjadi indikator analisis
fundamental dan alat bantu membuat keputusan ekonomi, seperti dalam menentukan
waktu yang tepat kapan membeli, kapan menahan, atau kapan menjual (Habib,
2008).
Laporan keuangan suatu perusahaan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
yang tertulis dalam PSAK No.1 revisi (2009:7) adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dan proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba9
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti, misalnya laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan atas
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.”
Sementara itu, Kieso et.al (2011:4) memberikan definisi laporan keuangan
sebagai berikut: “Financial statement are the principal means through which a
company communicates its financial information to those outside it. These statement
provide a company’s history quantified in money terms”. Berdasarkan beberapa
penjelasan mengenai definisi laporan keuangan, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan rincian dari seluruh aktivitas transaksi perusahaan yang
disajikan kedalam satu bentuk laporan yang dapat memberikan informasi secara
keseluruhan bagi pembaca laporan keuangan.
2.1.1 Laporan Laba Rugi Komperehensif
Dalam laporan keuangan, terdapat laporan laba rugi komperehensif
yang berisi pendapatan dan beban-beban perusahaan selama satu periode atau
satu tahun. Bagi masyarakat atau orang awam, laporan laba rugi
komperehensif merupakan laporan yang paling diperhatikan oleh masyarakat
terkait dengan semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka
semakin baik kinerja perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi komperehensif
menyajikan penjelasan mengenai untung atau rugi yang dialami oleh
perusahaan berasal dari rincian kegiatan operasional perusahaan. Laporan
laba rugi komperehensif juga dapat membantu para investor dalam membuat
atau mengambil keputusan (Kieso et.al, 2011).
10
2.1.2 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas berisi perubahan ekuitas dalam suatu
perusahaan yang dihitung dalam suatu periode tertentu. Laporan ini berasal
dari perhitungan laporan laba rugi dan dividen, laba bersih menambah modal
awal suatu perusahaan, dan pembayaran dividen mengurangi modal awal
perusahaan. Laporan ini bersifat merangkum perubahan-perubahan yang
terjadi dalam ekuitas pemilik atau modal perusahaan pada periode tertentu
(Weygandt et.al, 2011).
2.1.3 Laporan Posisi Keuangan
Selain laporan laba rugi komperehensif, dalam laporan keuangan
terdapat laporan posisi keuangan suatu perusahaan yang disajikan dalam
laporan posisi keuangan. Suatu laporan posisi keuangan menggambarkan
keadaan keuangan perusahaan pada saat tutup buku. Dalam laporan posisi
keuangan terdiri dari tiga bagian utama yaitu aset (aset lancar dan aset tetap),
liabilitas (hutang), dan modal. Melalui laporan ini pembaca laporan keuangan
dapat mengetahui jumlah investasi perusahaan, kewajiban perusahaan
terhadap kreditor, dan ekuitas kepemilikan dalam perusahaan; selain itu
tingkat pengembalian, struktur modal, dan likuiditas aset keuangan dapat
dianalisa melalui laporan posisi keuangan konsolidasian perusahaan (Kieso
et.al, 2011).
2.1.4 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas suatu perusahaan dapat mencerminkan secara garis
besar aktivitas perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari kegiatan operasional
11
perusahaan,
investasi
perusahaan,
dan
pembiayaan
yang
dilakukan
perusahaan menggunakan aset yang berupa kas; yang disajikan menggunakan
cash basis. Tujuan dari laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi
yang relevan pada pengeluaran kas dan penerimaan kas dari aktivitas
operasional, investasi, dan pembiayaan perusahaan (Kieso et.al, 2011).
2.1.5 Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan pendukung yang berupa
penjelasan mengenai berbagai item yang diungkapkan dalam laporan
keuangan perusahaan seperti dalam laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, neraca, laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga
merupakan bagian dari laporan keuangan perusahaan. Para pembaca laporan
keuangan dapat lebih mudah memahami angka-angka yang diungkapkan
dalam laporan keuangan melalui penjelasan rinci yang disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan (Kieso et.al, 2011).
2.2
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan berdasarkan keinginan tercapainya tujuan spesifik tertentu
dan keinginan memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Pemahaman atas manajemen
laba dibagi menjadi dua yaitu; Pertama Opportunistic Earnings Management,
manajemen laba dilihat sebagai perilaku oportunis manajer dalam memaksimalkan
kepentingannya menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang, dan political cost;
Kedua Efficient Earnings Management, dimana manajemen laba memberi manajer
12
suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dari perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga (Scott, 2006).
Dalam pemilihan kebijakan akuntansi, manajemen laba dapat mengendalikan
transaksi akrual yaitu transaksi yang tidak berpengaruh terhadap aliran kas masuk
ataupun kas keluar. Dalam transaksi akrual terdapat dua karakteristik yang berbeda,
yaitu short term dan long term accruals. Short term accruals merupakan tindakan
manajemen laba yang terkait dengan aset dan hutang lancar, sedangkan long term
accruals terkait dengan aset dan hutang jangka panjang (Kusuma, 2006). Manajemen
perusahaan akan lebih mudah melakukan praktik manajemen laba dengan
memanipulasi data akuntansi yang terkait dengan long term discretionary accruals,
karena tindakan tersebut tidak dapat dideteksi untuk beberapa periode akuntansi
selanjutnya (Whelan dan McNamara, 2004).
Praktik manajemen laba dalam laporan keuangan perusahaan merupakan
pengakuan agresif dalam akuntansi, dengan memanipulasi angka melalui item-item
dalam laporan keuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Giroux, 2004).
2.3
Manipulasi Laba (Earnings Magic)
Tindakan manipulasi dalam akuntansi, kecurangan, dan tindakan ilegal
merupakan bagian dari lingkungan bisnis perusahaan. Dan laporan keuangan suatu
perusahaan yang baik harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan
diungkapkan secara transparan. Karakteristik laporan keuangan yang baik adalah
dengan adanya hal-hal penting seperti (1) strategi bisnis yang dapat disusun dengan
baik, (2) struktur tata kelola perusahaan, (3) pelaporan yang lengkap dan tepat waktu,
dan (4) transparansi. Dalam manajemen laba, praktik-praktik yang dapat dilakukan
oleh manajemen laba adalah dengan melakukan manipulasi laba dalam pengakuan
13
laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak
tersedia atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan (Giroux, 2006).
Para eksekutif keuangan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap
pencapaian target laba dalam suatu periode dengan menggunakan analisa peramalanperamalan, dan juga mereka bersedia melakukan tindakan manipulasi terhadap
kegiatan yang nyata untuk dapat memenuhi target laba tersebut. Tindakan manipulasi
yang dilakukan dapat mengurangi nilai perusahaan itu sendiri, karena tindakan yang
dilakukan pada saat ini pasti akan memiliki efek negatif pada masa yang akan datang
(Graham, Campbell, dan Rajgopal, 2004). Contohnya, pemberian diskon dalam
upaya untuk meningkatkan penjualan dapat mengakibatkan para pelanggan
mengharapkan atau menunggu diskon pada saat akan melakukan pembelian.
Dalam buku Giroux, 2006 berjudul Earnings Magic and The Unbalance
Sheet, mengungkapkan cara mendeteksi manipulasi laba dengan menggunakan istilah
Big 8 (opsi saham, dana pensiun, pendapatan, beban, item khusus, saham treasuri,
special purpose entity, dan akuisisi) dan Dirty 30 (analisa keuangan, isu akuntansi,
tata kelola perusahaan, dan audit). Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas laba
yang diungkapkan oleh perusahaan dan terkait transparansi untuk melihat signal
terjadinya manipulasi laba. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisa
kinerja keuangan perusahaan, dengan analisa fundamental menggunakan rasio-rasio
keuangan dan menilai item-item yang terkait dengan kepentingan para investor.
Langkah kedua adalah dengan menentukan tingkat keandalan dalam laporan
keuangan perusahaan melalui dirty 30. Langkah ketiga, mencari informasi yang
berkaitan dengan laba atau earnings dari neraca agar sesuai dengan perhitungan rasio
keuangan dan menafsirkan hasil keseluruhan. Dan langkah keempat adalah dengan
14
memberikan peringkat atau rating terkait transparansi pelaporan keuangan, dengan
menggunakan skala A – F yang dijelaskan lebih lanjut dalam BAB 3.
2.4
Analisa Laporan Keuangan (Rasio Keuangan dan Altman’s Z-score)
2.4.1 Rasio Keuangan
Setiap laporan keuangan dalam suatu perusahaan, merupakan
pengakuan-pengakuan angka yang diklasifikasikan kedalam sebuah kategori
tertentu sesuai dengan bagaimana tujuan dari angka-angka tersebut
dikeluarkan oleh perusahaan. Bagi pengguna laporan keuangan khususnya
para pemegang saham, laporan keuangan memiliki arti yang penting untuk
dijadikan sebagai penilaian keuangan perusahaan untuk mendukung
keputusan dalam melakukan investasi. Dengan adanya rasio keuangan dapat
membantu para pembaca laporan keuangan seperti investor maupun para
peneliti dalam memberikan informasi mengenai kualitas laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan alat untuk memahami laporan
keuangan (laba rugi dan neraca). Dalam analisis rasio keuangan dibutuhkan
pemahaman yang mendalam mengenai berbagai aspek-aspek keuangan dan
keterkaitannya satu sama lain. Sehingga para pembaca laporan keuangan
dapat memanfaatkannya dalam penilaian kinerja keuangan dalam suatu
perusahaan (Mardiyanto, 2009).
15
Rasio keuangan dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis, yaitu (Giroux,
2006):
Tabel 2.4.1 Rasio Keuangan
Rasio
Keuangan
Rasio
Likuiditas
Rasio
Aktivitas
Rasio
Solvabilitas
Rasio
Profitabilitas
Rumus
Deskripsi
Rasio ini
digunakan untuk
menganalisa
kecukupan kas
perusahaan dan
aset lancar yang
dimiliki
perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban telah
jatuh tempo
kurang dari satu
tahun.
Rasio ini
digunakan untuk
menilai efisiensi
perusahaan dalam
memanfaatkan
aset atau aset
yang dimilikinya.
Rasio ini
dilakukan dengan
menilai
bagaimana
perusahaan
memenuhi
kewajiban jangka
panjangnya dan
menggunakan
uang pinjaman
(debt) untuk
memperoleh
keuntungan.
Rasio
profitabilitas
merupakan rasio
yang
menghubungkan
laba dari
penjualan dan
investasi.
16
Rasio Pasar
Rasio ini
digunakan untuk
mengukur nilai
saham, selain itu
rasio ini juga
berkaitan dengan
tingkat
pengembalian
investasi.
2.4.2 Altman’s Z-score
Model Altman merupakan penilaian yang pertama kali menganalisa
atau memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Altman melakukan
penilaian dengan melibatkan berbagai rasio keuangan yang terkait dengan
likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, dan pasar. Peramalan ini
pertama dipublikasikan pada tahun 1968, ini merupakan model Altman yang
asli diterapkan untuk yang pertama kalinya,
Dimana:
= Modal kerja terhadap total aset (working capital to total assets)
= Laba yang ditahan terhadap total aset (retained earnings to total assets)
= Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aset (earnings
before interest and taxes to total assets)
= Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value of
equity to book value of total debt)
= Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Dengan penilaian hasil, apabila Z-score kurang dari 1.81 maka
berdasarkan laporan keuangan, perusahaan memiliki potensi mengalami
kebangkrutan; perusahaan dengan Z-score berada antara 1.81 dan 2.99 berada
dalam gray area, yang berarti kebangkrutan tidak mudah diramalkan dalam
17
satu cara; perusahaan dengan Z-score lebih dari 2.99 maka perusahaan dapat
dinyatakan dalam kondisi aman dari kebangkrutan.
Pada tahun 1983, model Altman mengalami revisi dari tahun
sebelumnya 1968 dan hasil revisi tersebut memberikan perbedaan koefisien
untuk peramalan pada perusahaan private atau swasta dengan perbedaan
hanya pada variabel
yang diukur berdasarkan nilai buku atau book value
pada nilai ekuitas atau modal perusahaan (Lifschutz dan Jacobi, 2010):
Dimana:
= Modal kerja terhadap total aset (working capital to total assets)
= Laba yang ditahan terhadap total aset (retained earnings to total assets)
= Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aset (earnings
before interest and taxes to total assets)
= Nilai buku ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (book value of equity
to book value of total debt)
= Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Dengan penilaian hasil, apabila Z-score kurang dari 1.23 maka
berdasarkan laporan keuangan, perusahaan memiliki potensi mengalami
kebangkrutan; perusahaan dengan Z-score berada antara 1.23 dan 2.90 berada
dalam gray area, yang berarti kebangkrutan tidak mudah diramalkan dalam
satu cara; perusahaan dengan Z-score lebih dari 2.90 maka perusahaan dapat
dinyatakan dalam kondisi aman dari kebangkrutan.
18
2.5
The Big 8
The Big 8 merupakan 8 delapan item dalam laporan keuangan
perusahaan yang banyak digunakan perusahaan dalam melakukan manipulasi
laba (earnings magic).
2.5.1 Opsi Saham
Pengertian opsi saham menurut ED PSAK No. 53 (revisi 2010),
adalah “Kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya, tetapi tidak
kewajiban (obligation), untuk membeli saham entitas pada suatu harga
tertentu atau yang dapat ditentukan selama periode waktu tertentu”. Menurut
(Horne dan Wachowicz, 2009), opsi saham merupakan sebuah kontrak yang
memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli atau menjual saham
biasa pada harga yang telah ditetapkan dalam perjanjian kontrak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa opsi saham adalah bentuk dari hak beli saham atau
hak jual saham yang dapat dimanfaatkan oleh pemilik hak tersebut untuk
mendapatkan keuntungan dari tinggi rendahnya harga hak tersebut.
Dalam kontrak opsi, terdapat dua jenis kontrak opsi yang sering
digunakan yaitu opsi beli dan opsi jual. Opsi beli (call option) merupakan hak
yang dimiliki seseorang untuk membeli saham pada harga yang telah
ditentukan (harga eksekusi), sedangkan opsi jual (put option) merupakan hak
yang dimiliki seseorang untuk menjual saham pada harga tertentu hingga
tanggal kadaluwarsa (Horne dan Wachowicz, 2009).
Beberapa perusahaan menggunakan kontrak opsi saham sebagai
bentuk kompensasi karyawan. Dalam perjanjian opsi saham sebagai bentuk
kompensasi karyawan, karyawan dapat memiliki hak nya apabila karyawan
19
tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya pada
saat perjanjian penerimaan opsi saham. Tujuan dari pemberian opsi saham
pada karyawan adalah untuk memberikan motivasi kepada karyawan dalam
bekerja, dengan kata lain opsi saham merupakan bentuk lain dari bonus.
Opsi saham dapat digunakan sebagai tindakan manajemen laba.
Ketika karyawan mengeksekusi opsi sahamnya, karyawan membayar kas
sebesar harga eksekusi yang telah ditentukan pada tanggal kadaluwarsa.
Perusahaan mencatat transaksi tersebut dalam item tambahan modal disetor
(paid in capital), dan perbedaan atau selisih dari harga pasar dengan harga
pada saat eksekusi opsi saham memberikan keuntungan pajak dari sisi
perusahaan dan kewajiban pajak dari sisi karyawan. Pada saat perusahaan
menggunakan metode pencatatan tersebut, keuntungan dari sisi pajak dicatat
dalam laporan perubahan ekuitas, tidak dicatat dalam laporan laba rugi.
Sehingga keuntungan dari sisi pajak berpengaruh besar pada arus kas
operasional perusahaan (Giroux, 2006).
2.5.2 Dana Pensiun
Dalam PSAK No. 18 yang membahas mengenai Akuntansi Dana
Pensiun, mendefinisikan dana pensiun sebagai berikut:
“Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku
pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau
Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh
karyawannya, sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban bagi
pemberi kerja.”
Dana pensiun merupakan bagian dari kompensasi karyawan yang
berasal dari loyalitas karyawan pada perusahaan. Perencanaan imbalan dana
pensiun dapat menjadi hal yang substansial dalam tindakan manajemen laba
20
atau manipulasi laba, karena perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan
pertimbangan dari penilaian atau judgment dari manajemen perusahaan dan
menjadi celah untuk terjadinya manipulasi laba dalam penilaiannya (Giroux,
2006).
2.5.3 Penjualan (Revenue)
Menurut PSAK No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”. Pada umumnya pendapatan diakui pada saat terjadi transaksi dan
pada saat bertambahnya aset perusahaan dalam bentuk kas atau piutang.
Pengakuan pada pendapatan sangat tergantung pada timing issue,
misalnya ketika penjualan terjadi, produk dikirim, produk di terima oleh
pelanggan, dan pembayaran terjadi. Maka pendapatan cenderung dijadikan
objek bagi manajemen perusahaan dalam melakukan praktik manajemen laba,
pihak manajemen perusahaan dapat memanfaatkan kebijakan operasional
untuk mengubah periode pengakuan pendapatan. Periode pengakuan laba
dapat diakui secara lebih awal sehingga meningkatkan laba perusahaan atau
dengan menunda periode pengakuan laba untuk menghindari pembayaran
pajak (Roychowdhury, 2006).
2.5.4 Pendapatan dan Beban
PSAK No. 23 mendeskripsikan mengenai bagaimana pendapatan dan
beban saling berhubungan satu sama lain dalam suatu transaksi, karena proses
21
nya dapat diakui secara bersamaan. Sehingga beban dikategorikan sebagai
jaminan dan biaya-biaya lain yang terjadi pada saat penjualan atau
pengiriman barang, yang biasanya dapat diukur dengan tepat pada saat
pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Oleh sebab itu, karena pendapatan
dan beban saling berkaitan maka dua item ini dapat dijadikan sasaran bagi
manajemen perusahaan dalam mengelola manajemen laba atau manipulasi
laba.
Pengakuan pada pendapatan dan beban didasari oleh dua perbedaan,
yaitu basis akrual dan basis kas. Perbedaan dari kedua nya terletak pada
pengakuan belanja dan pendapatan dalam suatu periode. Akrual basis
menggunakan istilah beban (expenses) dan bukan belanja (expenditures)
untuk menggambarkan biaya penuh (full costs), sedangkan istilah pada
belanja (expenditures) merupakan niali total ekonomi belanja yang diperlukan
dalam pengadaan barang atau jasa (Harun, 2010). Informasi yang dihasilkan
oleh pelaporan berbasis akrual lebih menggambarkan akuntabilitas dari
pemanfaatan seluruh sumber daya dalam penilaian kinerja, posisi keuangan,
dan arus kas dari entitas, dan membuat keputusan dalam menjalankan bisnis.
2.5.5 Item Khusus dalam Laporan Keuangan
Item-item khusus dalam laporan keuangan merupakan suatu kejadian
atau transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dimana sifatnya tidak
rutin dalam kegiatan operasional perusahaan. Item-item khusus umumnya
bersifat tidak normal atau tidak biasa dengan aktivitas perusahaan sehari-hari,
dan juga tidak sering terjadi atau tidak diharapkan akan terjadi lagi pada masa
mendatang (IAI, 2007).
22
Pengelompokkan pada item-item khusus dalam laporan keuangan
dapat terbagi menjadi enam kriteria yaitu; Item-item luar biasa (extraordinary
items) yang memiliki nilai material dari luar kegiatan operasional perusahaan
sehari-hari; Laba atau rugi tidak biasa (unusual gains or losses) yang harus
diungkapkan secara terpisah sebelum pengungkapan item luar biasa jika nilai
yang dimilikinya bersifat material, seperti penjualan aset tetap, fluktuasi nilai
mata uang asing, dan lain-lain; Perubahan estimasi dalam laba rugi periode
sebelumnya (changes in estimates) berupa perubahan prinsip akuntansi,
penilaian estimasi, unit pelaporan, dan kesalahan metode akuntansi yang
tidak sesuai; Penyesuaian dan koreksi (corrections of errors) mengungkapkan
penyesuaian atas penggunaan estimasi yang tidak diklasifikasi pada periode
sebelumnya; Perubahan prinsip akuntansi (changes in accounting principle)
mengungkapkan dampak atas selisih dari perubahan prinsip pelaporan
keuangan; Penghentian operasi (discontinued operations) yang merupakan
penghentian dari line-bisnis atau kegiatan produksi dalam perusahaan (Kieso
dan Weygandt, 2007).
2.5.6 Saham Treasuri dan Dividen
Saham treasuri (treasury stock) merupakan pembelian kembali atas
saham yang telah beredar untuk disimpan sebagai treasuri (Hartono, 2003).
Sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan kepada
investor yang berasal dari laba hasil operasional perusahaan.
Menurut Giroux, 2006, adanya hubungan antara pembelian kembali
saham yang telah beredar sebagai saham treasuri dengan pemberian dividen
pada investor. Pada umumnya sebagian besar perusahaan membayar dividen
23
kepada investor dalam jumlah yang besar. Dan pada saat ini, perusahaan
memodifikasi pembayaran dividen yang besar dengan menggunakan opsi
saham sehingga pembayaran dividen berkurang, dan menggunakan kas untuk
membeli kembali saham yang telah beredar. Maka opsi saham, saham
treasuri, dan dividen harus dievaluasi secara bersamaan karena adanya
keterkaitan satu sama lain. Adanya program opsi saham, membuat perusahaan
lebih banyak membeli kembali saham yang telah beredar (saham treasuri)
memberikan keuntungan bagi para ekeskutif perusahaan, terutama yang tidak
memiliki banyak saham tetapi hal ini merugikan para investor.
Saham treasuri dan dividen digunakan oleh manajemen perusahaan
untuk mengurangi jumlah kas dan ekuitas dalam laporan keuangan. Saham
treasuri memberikan indikasi adanya praktik manajemen laba karena
manajemen perusahaan dapat menyalahgunakan dengan melakukannya
treasuri saham maka laba per saham (EPS) akan meningkat dan pada
akhirnya digunakan untuk mempengaruhi opsi saham. Sedangkan dividen
merupakan sumber dari motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan
treasuri saham (Giroux, 2006).
2.5.7 SPE (Special Purpose Entity)
SPE (Special Purpose Entity) merupakan suatu entitas yang dibentuk
oleh suatu perusahaan tetapi terpisah secara hukum dari perusahaan itu
sendiri dengan tujuan tertentu, seperti mentransfer aset-aset perusahaan
dengan tujuan menyamarkan nilai dalam aset yang dimiliki oleh perusahaan
(Giroux, 2006). Karena digunakan untuk tujuan tertentu maka pembaca
laporan keuangan perlu memperhatikan transaksi dari SPE tersebut, SPE
24
wajar digunakan oleh sebagian perusahaan untuk meminimalisasi tingkat
bunga dan tingkat pengenaan pajak tetapi tidak menutup kemungkinan
digunakan
untuk
menyembunyikan
kecurangan-kecurangan
seperti
menyembunyikan hutang yang besar (Enron).
2.5.8 Kombinasi Bisnis (Akuisisi dan Goodwill)
Menurut PSAK No.22 yang membahas mengenai Akuntansi
Penggabungan Usaha, menjelaskan definisi akuisisi sebagai berikut:
“Akuisisi (Acquisition) adalah suatu penggabungan usaha di mana salah
satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aset
neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquirer), dengan memberikan
aset tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.”
Dalam akuisisi, perusahaan yang mengambil alih dan perusahaan
yang diambil alih dapat tetap mempertahankan operasi bisnisnya masingmasing, hanya saja dari praktik akuisisi melahirkan perusahaan induk
(perusahaan yang mengambil alih) dan anak perusahaan (perusahaan yang
diambil alih) (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009).
Selisih lebih dari jumlah imbalan yang dialihkan dengan nilai wajar
jumlah kepentingan nonpengendali atas jumlah neto aset dan kewajiban
teridentifikasi yang diakuisisi dicatat sebagai goodwill. Jika jumlah ini lebih
rendah dari nilai wajar aset neto entitas yang diakuisisi dalam kasus
pembelian dengan diskon, selisihnya diakui langsung dalam laporan laba
rugi.
Perusahaan dengan bisnis operasi yang sudah besar akan menjadi
semakin lebih besar lagi ketika melakukan akuisisi, sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya tindakan atau tehnik manipulasi laba. Tehnik
manipulasi laba yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan
25
pengakuan goodwill, pencatatan nilai goodwill dalam akuisisi adalah sebagai
selisih dari harga beli dengan aset bersih yang diakuisisi. Perlakuan pada
pencatatan goodwill tidak melibatkan transaksi objektif dengan pihak luar,
karena itu kesalahan penilaian atau tindakan manajemen laba dapat terjadi
dalam penilaian goodwill (Giroux, 2006).
2.6
Dirty 30 Categories
Isu mengenai manajemen laba atau manipulasi terhadap laba semakin marak
dilakukan oleh para manajemen perusahaan dan tindakan manipulasi dapat dilakukan
atau terjadi pada berbagai aspek atau sisi dari pengungkapan akuntansi dalam laporan
keuangan perusahaan. Berikut ini adalah 30 kategori item dalam laporan keuangan
perusahaan yang perlu dipertimbangkan pengungkapannya menurut Giroux, 2006.
Daftar dalam 30 kategori item yang rentan terhadap manipulasi laba tidak menjadi
daftar utama, karena item ini sulit terdeteksi apabila hanya melihat laporan keuangan
perusahaan. Dirty 30 Categories dikelompokan kedalam empat kelompok yaitu akan
dijelaskan sebagai berikut (Giroux, 2006):
1. Analisa Rasio secara Detail atau rinci
Dalam analisa rasio secara detail atau rinci adanya spesifik area yang dapat
dianalisa untuk mendeteksi kualitas laba. Analisa ini melibatkan pada modal
kerja (working capital), persediaan, piutang, cadangan akuntansi seperti
cadangan piutang, arus kas dari aktivitas operasi, risiko kredit, beban usaha,
dan laba komperehensif.
2. Masalah Kompleks Akuntansi
Masalah kompleks akuntansi membahas mengenai pengungkapan dan analisa
dari manajemen atau Management Disclosures and Analysis (MD&A), dan
26
juga melihat pengungkapan kontijensi perusahaan dalam pelaporan keuangan
tahunan.
3. Laporan Audit
Laporan audit yang dianalisa adalah kualitasnya yang dapat diukur oleh
auditor
atau
KAP yang
digunakan
oleh
perusahaan
dan
tanggal
dikeluarkannya laporan audit suatu perusahaan.
4. Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan ini terutama melihat adanya anggota independen
dalam struktur dewan komisaris perusahaan dan juga memperhatikan dalam
segi jumlah anggota independen yang ada.
2.7
Wild Card
Wild card merupakan isu-isu yang umum dari berbagai berita mengenai
perusahaan, baik keluar dari dalam perusahaan maupun isu-isu yang beredar diluar
perusahaan. Isu-isu penting yang dijadikan dalam analisa bagian ini adalah mengenai
penyajian kembali pendapatan, harga saham perusahaan selama lima tahun terakhir,
dan juga isu-isu atau berita buruk mengenai perusahaan yang beredar dimasyarakat.
2.8
Penelitian Terdahulu
Sebelumnya penelitian mengenai analisa kualitas laporan keuangan
perusahaan atas tindakan manajemen atau manipulasi laba telah dibahas oleh
beberapa peneliti yang menganalisa kualitas pelaporan keuangan pada beberapa
perusahaan.
27
Tabel 2.8 Penelitian Sebelumnya
Pengarang dan
tahun publikasi
Santi (2004)
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Menganalisa pengaruh manajemen
Manajer yang melakukan
laba dengan kualitas tingkat
manajemen laba akan cenderung
pengungkapan laporan keuangan pada
menyajikan sedikit informasi pada
industri Food and Beverages di Bursa
laporan keuangan perusahaan.
Efek Jakarta.
Roychowdhury
Menganalisa dan mencari adanya
Adanya berbagai bukti bahwa
(2006)
bukti bahwa manajemen laba
pemberian diskon penjualan,
dilakukan dengan memanipulasi
produksi yang berlebihan untuk
aktivitas perusahaan.
menurunkan harga pokok
penjualan, dan mengurangi
pengakuan pada beban usaha
merupakan aktivitas yang
dilakukan dalam melakukan
manajemen laba.
Fanani (2009)
Memberikan bukti empiris mengenai
Pengaruh penjualan, kinerja
kualitas pelaporan keuangan,
perusahaan, dan klasifikasi dari
membuat dan mengkaji atribut
industri memiliki hubungan dan
kualitas pelaporan keuangan alternatif
berpengaruh pada kualitas laporan
dalam bentuk analis faktor, dan juga
keuangan.
memberikan bukti empiris
konsekuensi ekonomis di pasar modal
atas kualitas pelaporan keuangan.
Hidayat & Elisabet
Melakukan analisa dan mencari bukti
Independensi auditor, umur
(2010)
empiris mengenai faktor-faktor apa
perusahaan, dan siklus
yang mempengaruhi kualitas
operasional perusahaan memiliki
pelaporan keuangan perusahaan
pengaruh signifikasn pada
manufaktur di Indonesia.
kualitas laporan keuangan
perusahaan.
Hardiningsih (2010)
Melakukan analisa mengenai
Hanya kepemilikan manajerial
pengaruh independensi, corporate
yang berpengaruh signifikan
governance, dan kualitas audit
terhadap integritas laporan
terhadap integritas laporan keuangan.
keuangan.
28
Download