BAB II PENDIDIKAN AKHLAK A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian

advertisement
23
BAB II
PENDIDIKAN AKHLAK
A.
Pendidikan Akhlak
1.
Pengertian Pendidikan
Untuk mengetahui pendidikan akhlak, sebaiknya mengetahui
terlebih dahulu pengertian pendidikan akhlak dan akhlak baik secara
etimologi atau bahasa maupun secara istilah agar pemahaman tentang
pendidikan akhlak tidak terjadi tumpang tindih.
Secara etimologi, kata pendidikan berasal dari kata kerja dasar
didik yang berarti pelihara dan latih, yang kemudian mendapat awalan pe
dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja pendidikan, yang berarti
proses pengubahan sikap, tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara, dan perbuatan mendidik.30
Sebagian ahli mengatakan bahwa pendidikan berasal dari bahasa
Yunani, yaitu paedagogie yang bermakna bimbingan yang diberikan
kepada anak. Kata ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris
menjadi education yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Sedangkan dalam bahasa Arab berarti tarbiyah yang berasal dari kata AlRabb yang di dalam Al-Qur’an bermakna pendidikan, bantuan,
30
Moh. Haitami Salim. Pendidikan Agama dalam Keluarga Revitalisasi Peran Keluarga
dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm.
25.
24
peningkatan, menghimpun, memobilisasi, mempersiapkan, tanggung
jawab, perbaikan, pengasuhan, keagungan, kepemimpinan, wewenang,
pelaksanaan perintah, pemilik.31
Sedangkan secara istilah, banyak para ahli telah memberikan
definisi mengenai pendidikan di antaranya:
1) Menurut John Dewey sebagaimana dikutip oleh Moh. Haitami
Salim,
pendidikan
adalah
proses
pembentukan
kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama
manusia.32
2) Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah pengembangan pribadi
dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud
pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri
sendiri, pendidikan lingkungan dan pendidikan oleh orang lain
(guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.33
3) Menurut Ahmad D Marimba sebagaimana dikutip oleh Dr. Mansur,
M.A. pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan meliputi
perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan)
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan, serta ketrampilannya
kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar
31
Ibid, hlm. 26
Ibid, hlm. 27
33
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 26
32
25
dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun
rohaniah.34
2.
Pengertian Akhlak
Secara etimologi menurut Hamzah Ya’kub sebagaimana yang
dikutip oleh Dr. Marzuki kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq
yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari kata akhlak adalah etika
atau moral.35
Adapun pengertian secara istilah terdapat beberapa pendapat
tentang akhlak, di antaranya:
1) Menurut al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Mahjudin dalam
bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan
suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud
untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan
suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama,
dinamakan akhlak baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan
buruk, maka dinamakan akhlak buruk.36
2) Menurut Abdullah Dirroj sebagaimana dikutip oleh Mansur, akhlak
adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak berkombinasi membawa
34
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 84-85
35
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Pengantar Konsep-konsep Dasar Etika dalam
Islam), (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), hlm. 8.
36
Mahjudin, Akhlak Tasawuf II (Pencarian Ma’arifah Bagi Sufi Klasik dan Penemuan
Kebahagiaan Batin bagi Sufi Kontemporer), (Jakarta: Kalam Mulia,2010), hlm. 2
26
kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak
baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak jahat).37
3) Menurut al-qurtubi sebagaimana dikutip oleh Mahjudin, mengatakan
perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan,
itulah yang disebut akhlak, karena perbuatan tersebut bersumber dari
kejadiannya.38
Dari beberapa pengertian pendidikan dan akhlak di atas dapat
dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah suatu proses menumbuh
kembangkan fitrah manusia dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan
perangai dan tabiat yang diharapkan, dimiliki dan diterapkan pada diri
manusia serta menjadi tabiat yang diharapkan, dimiliki dan diterapkan
pada diri manusia serta menjadi adat kebiasaan. Untuk menguatkan
pendidikan akhlak tersebut dapat dilakukan dengan memperluas pikiran,
membaca dan menyelidiki tokoh yang berpikir luar biasa dan yang lebih
penting adalah dorongan agar seseorang melakukan perbuatan baik.
Dari uraian pengertian pendidikan dan pengertian akhlak di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan
tentang tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilaksanakan oleh
manusia yang lebih dewasa dalam pemikiran yang merupakan kehendak
yang dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa adanya suatu paksaan ataupun
pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.
37
38
Mansur, Op.Cit, hlm. 126.
Mahjudin, Op.Cit, hlm. 1.
27
3.
Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah tidak lain yaitu dasar ajaran Islam
yang bertitik pada ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Islam
telah memberikan aturan-aturan dengan menjelaskan kriteria baik dan
buruknya suatu perbuatan yang termuat dalam al-Qur’an dan al-Hadits.39
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an sendiri sebapgai dasar utama dalam tatanan tingkah laku
dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Al-Quran memberikan
petunjuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai
dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah saw sebagai
suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana tercantum
dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:
           
     
Artinya:
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasuluallah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan).” (QS. Al-Ahzab: 21).40
39
Hamzah Ya’kub, Etika Islam. (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 49.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dan
Tafsir Singkat , (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009), hlm. 564.
40
28
2) Hadits
Selain al-Qur’an, Hadits juga merupakan sumber dan dasar yang
monumental bagi Islam, yang sekaligus menjadi penafsir di bagian
yang komplementer terhadap al-Quran. Hadits sebagai pedoman
perbuatan ketetapan dan ucapan Nabi saw, merupakan cermin akhlak
yang luhur. Tentang pentingnya pendidikan akhlak, Rasulullah
mengingatkan
kepada
umatnya
dalam
sebuah
hadits
yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi:
‫س ٍن‬
ِّ ‫َما نَ َح َل َو‬
ٍ َ‫ض َل ِّم ْن اَد‬
َ ‫الد َولَدًا ا َ ْف‬
َ ‫ب َح‬
Artinya:
“Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada
anaknya daripada akhlak yang baik.”41
4.
Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan suatu hal yang penting dari sebuah
proses kehidupan. Masyarakat sendiri menyadari bahwa dewasa ini
banyak tingkah laku perbuatan manusia di luar batas norma agama
sehingga mereka terjebak ke dalam krisis akhlak.
Terkait dengan hal tersebut maka pendidikan akhlak sebagai
fondasi ajaran Islam merupakan suatu jalan alternatif yang dapat
memecahkan masalah-masalah kejiwaan. Hal itu tidak saja berkaitan
dengan persoalan kehidupan manusia, tetapi juga berhubungan dengan
keberadaan manusia sebagai makhluk Allah.
41
Moh. Haitami Salim, Op.Cit. hlm. 43.
29
Bila melihat pernyataan tersebut, tentu dapat dipahami bahwa
pendidikan akhlak mempunyai tujuan yang strategis untuk membangun
dan mengembangkan pola hidup manusia ke arah yang positif.
Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
1) Tujuan Umum
Menurut Barnawi Umar, tujuan pendidikan akhlak secara
umum meliputi:42
a. Untuk memperoleh irsyad yaitu dapat membedakan antara amal
yang baik dan buruk.
b. Untuk mendapatkan taufiq sehingga perbuatannya sesuai dengan
tuntunan Rasulullah saw dan akal sehat.
c. Untuk mendapatkan hidayah, artinya gemar melakukan perbuatan
baik dan terpuji serta menghindari perbuatan buruk.
2) Tujuan Khusus
Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar
manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang
lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah swt. Inilah yang akan
mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.43
Pendidikan akhlak bertujuan membangun kepribadian, watak
dan budi pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam
42
43
Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo:Ramadhani 1995), cet ke-12, hlm.14.
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Gema Insani, 2004), hlm. 159.
30
berkehidupan di tengah-tengah masyarakat, baik sebagai umat
beragama maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.44
Lebih tegas lagi M. Athiyah menyatakan bahwa tujuan
pendidikan moral dan akhlak dalam Islam adalah membentuk orangorang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan
mulia dalam tingkah laku dan perangai bersifat bijaksana, sempurna,
sopan dan beradab.45
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat mansia dalam
kehidupannya baik di dunia maupun akhirat.
5.
Aspek Pendidikan Akhlak
Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki bentuk sebaikbaiknya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah, ia tidak hanya
dipandang sebagai makhluk sosial dan religius.
Berdasarkan uraian di atas maka materi pendidikan akhlak anak
yang akan menjadi pokok pembahasan, penulis ketengahkan dalam satu
ruang lingkup yang sangat sederhana, sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah dengan pembahasan shalat dan puasa.
2) Akhlak terhadap sesama dengan pembahasan tolong menolong
sesama manusia dan bersifat jujur.
3) Akhlak terhadap lingkungan.
Berikut akan diuraikan tentang aspek-aspek pendidikan akhlak:
44
Moh. Haitami Salim, Op.Cit, hlm. 34.
M. Athiyyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), hlm. 114
45
31
a.
Akhlak terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia, makhluk kepada
Tuhan sebagai penciptanya.
Konsekuensi logis dari keyakinan terhadap Allah bagi manusia
dengan Tuhannya. Setiap orang yang telah mengikrarkan dirinya
beriman kepada Allah, ada beberapa ibadah yang harus dilakukan
sebagai upaya untuk mendekatkan hubungan dengan Tuhan, yaitu
sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Dalam hal ini akan
dijelaskan dua hal saja yaitu sholat dan puasa.
a) Sholat
Kata sholat secara etimologis berarti doa. Sedangkan secara
terminologis, sholat adalah seperangkat perkataan dan perbuatan
yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam.46 Sholat merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang telah
mencapai baligh.
Ada lima macam sholat fardhu yang harus dikerjakan oleh
setiap muslim sehari semalam yaitu: sholat Dhuhur 4 rakaat,
sholat Ashar 4 rakaat, sholat Maghrib 3 rakaat, sholat Isya 4
rakaat, sholat Subuh 2 rakaat.47
46
Supiana, Karman. M, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 23.
47
Departemen Agama Ri, Op.Cit, hlm. 95.
32
Selain sholat fardhu atau wajib ada lagi sholat sunnah. Jika
sholat fardhu harus dilaksanakan oleh orang Islam, sedangkan
sholat sunnah adalah jika orang Islam mengerjakan akan
mendapat pahala, tetapi jika tidak dilaksanakan tidak mendapat
dosa.
Ada bermacam-macam sholat sunnah, di antaranya sholat
rawatib (qolbiyah dan ba’diyah), sholat witir, tahajud, tarawih di
bulan ramadhan dan lain sebagainya.48
b) Puasa
Puasa dalam bahasa Arrab disebut Shiyam dan Shaum yang
berarti menahan (imsak) sesuatu. Sedangkan menurut syara’,
puasa berarti menahan diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan
menurut aturan tertentu sejak terbit fajar hingga terbenam
matahari.49
b.
Akhlak terhadap Sesama
Di samping makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk
sosial, artinya makhluk yang senantiasa membutuhkan peran serta
orang lain dalam melangsungkan kehidupannya secara harmonis.
Dalam interaksi sosial ini harus dilandasi dengan akhlak mulia,
dengan
demikian
diharapkan
ketentraman,
kedamaian
dan
kebahagiaan yang akan tercipta di tengah-tengah situasi pergaulan.
48
49
Ibid, hlm. 412.
Supiana , Karman, Op.Cit, hlm. 83.
33
Karena hidup bahagia adalah hidup sejahtera yang diridhoi Allah swt
serta disenangi sesama makhluk.50
Manusia hendaknya saling menghormati dan bekerja sama
antara satu dengan yang lainnya, karena bagaimanapun manusia
tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Oleh karena itu, kerjasama
serta tolong menolong itu sangat dibutuhkan.
Berikut ini adalah beberapa akhlak anak kepada sesama, antara
lain:
a) Tolong menolong
Manusia memiliki tiga predikat dalam hidupnya yaitu
sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan
Tuhan harus melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai insan
politik harus menjadi warga negara yang baik.
Orang yang senang memberikan pertolongan, segala
langkahnya akan mudah, pintu kebahagiaan akan terbuka baginya
dan biasanya orang lain pun akan senang memberikan
pertolongan.
Saling menolong tanpa memandang (membedakan) ras,
suku bangsa, agama, keturutan, status sosial, dan pendidikan
merupakan kewajiban manusia dalam hidupnya. Berbahagialah
50
Banarwi Umary, Op.Cit, hlm. 2.
34
mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun, saling menolong,
dan bermanfaat bagi sekitarnya.51
b) Jujur
Jujur adalah tutur kata yang benar dan sesuai dengan fakta
dan realita.52 Jujur adalah suatu jalan menuju surga. Lawan
katanya yakni dusta yaitu sesuatu yang menjerumuskan diri ke
dalam neraka. Oleh karena itu, wajib bagi kita orang yang
beriman untuk memiliki sifat jujur.53
Berkata benar, jujur dan tidak berbohong adalah perbuatan
yang paling mudah dan tidak merugikan orang lain. Tetapi,
adakalanya berkata benar dan jujur suka dijadikan sukar karena
ada udang dibalik batu untuk mencari kerugian orang lain. Hidup
jujur dan benar, tidak perlu ada yang ditakuti, tidak susah payah
menyembunyikan sesuatu yang membuat rasa takut. Jujur dan
benar adalah modal utama untuk mencapai kesuksesan berbisnis
dan berkarir serta kebahagiaan hidup.54
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Lingkungan
adalah
sebuah
lingkup
yang
mengitari
kehidupan manusia. Lingkungan ini meliputi lingkungan yang
bersifat dinamis (lingkungan hidup) dan lingkungan yang besifat
51
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hlm.
92.
52
Yasin Subainati, Seni Menanamkan Kejujuran Kepada Anak. (Jakarta: Mustaqim,
2007), hlm. 13.
53
Departemen Agama RI, Op.Cit. hlm. 427.
54
Ibin Kutibin Tadjudin, Meniti Hidup dengan Akhlak, (Bandung: Universal Offset,
2009), hlm. 60.
35
statis (lingkungan mati). Lingkungan hidup bisa berupa
kehidupan manusia sendiri maupun kehidupan hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lingkungan mati berupa alam
semesta yang diciptakan Allah dan juga berbagai bangunan yang
diciptakan manusia.55
Islam memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap
lingkungan dengan menumbuhkan rasa cinta kepada sekeliling
kita yang terdiri dari makhluk hidup dan makhluk mati.56
Sehubungan dengan itu, ada 3 kewajiban utama manusia
terhadap lingkungan dan alam sekitar, yakni:
a) Mengelola sumber daya alam
b) Tidak merusak lingkungan
c) Memanfaatkan sumber daya alam.57
Selain 3 hal yang ada di atas, ada beberapa hal lagi yang
harus kita lakukan untuk menjaga lingkungan kita, yakni:
1) Memperlakukan manusia dengan baik.
2) Memperlakukan binatang atau hewan dengan baik.
3) Memperlakukan tumbuh-tumbuhan dengan baik.
4) Memperlakukan makhluk mati, seperti tanah, air, udara, dan
lain-lain dengan baik.58
55
Marzuki, Op.Cit, hlm.394.
Marzuki, Op.Cit. hlm 338.
57
Heri Juahari, Op.Cit. hlm. 42.
58
Marzuki, Op.Cit. hlm 348.
56
36
6. Strategi Pendidikan
Menurut Weinstein & Meyer, pembelajaran yang baik meliputi
mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana
berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Jadi,
mengajarkan
siswa
bagaimana
belajar
merupakan
suatu
tujuan
pendidikan yang sangat penting dan menjadi tujuan utama.59
Terdapat
berbagai
pendapat
tentang
strategi
pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2) Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran yang dimaksud
meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar peserta didik.
3) Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap
59
Jamil Suprihatiningrum. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: ArRuzz Media 2013). hlm. 48.
37
tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas,
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta
didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.60
7. Materi Pendidikan Akhlak
Pendidikan pada umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya
harus sudah dimulai sejak lahir ke dunia dan terus berlangsung sampai
meninggal dunia.
Materi pendidikan akhlak yang akan diberikan kepada anak harus
disesuaikan dengan perkembangan usia, perkembangan kemampuan
kognisi dan emosi anak. Sedang cara menyampaikannya harus dengan
bijaksana, dengan menggunakan berbagai media yang ada dan
disampaikan secara berkelanjutan.
Materi pendidikan yang diberikan pada awal masa kanak-kanak
adalah hal-hal yang bersifat praktis seperti cara makan, cara minum, cara
duduk, dan lain sebagainya. Sejak dini anak harus sudah dibiasakan
60
Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar mengajar yang
kreatif dan efektif), (Jakarta: Bumi Aksara 2008). hlm. 1-2.
38
untuk menghindari sifat-sifat tercela, seperti ingin menang sendiri,
berbohong, menipu, iri hati, pemarah, dendam, dan lain sebagainya.61
Pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah
perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriteria
apakah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan
kriteria apakah baik atau buruk. Dengan demikian ruang lingkup
pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika perbuatan tersebut
dikatakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah
ukuran normatif. Selanjutnya jika dikatakan sesuatu itu benar atau salah
maka yang demikian itu termasuk masalah hitungan atau fikiran.
Pendidikan akhlak bertujan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji,
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak
Islam. Materi pendidikan akhlak ini meliputi aspek keimanan, aspek
keimanan, aspek akhlak, dan aspek kisah teladan.62
8. Metode Pendidikan
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
61
Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Quran dan Al-Hadits, (Jakarta: PT Pustaka Al
Husna baru, 2006), hlm 43.
62
Khaerudin & Mahfud Junaedi, KTSP, KONSEP dan Implementasinya di Madrasah,
(Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm 179.
39
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran
tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena
itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang
tepat.63
Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, ada beberapa metode yang
lebih efektif dalam mendidik anak, antara lain:
1) Metode Keteladanan
Metode dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh
dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk
aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah
seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduknya,
akan senantiasa tertanam di dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting
dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang menentang dalam agama, maka si anak
akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani,
dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan agama. Begitu pula sebaiknya jika pendidik adalah seorang
63
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta 1997). hlm. 53.
40
pembohong, penghianat, orang yang kikir dan hina, maka si anak akan
tumbuh dalam kebohongan, hianat, kikir, dan hina.64
2) Metode Hadiah dan Hukuman
Hadiah dan hukuman merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam proses pendidikan anak sejak kecil. Hadiah dan
hukuman bukan merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan
secara bersama-sama, tetapi suatu yang terpisah. Apabila seorang anak
mendapatkan hadiah, berarti ia tidak menerima hukuman, dan
demikian pula sebaliknya. Hadiah yang diberikan kepada anak tidak
harus selalu berupa materi, tetapi dapat juga berupa ungkapan rasa
senang, pujian dan penghargaan. Sedang hukuman yang diberikan
kepada anak tidak boleh berupa tindakan yang dapat membahayakan
perkembangan fisik dan psikisnya.
Bentuk-bentuk hadiah yang dapat diberikan kepada anak secara
gradual dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Memperlihatkan rasa senang kepada anak.
b. Memberikan pujian yang tulus.
c. Memberikan nilai yang baik.
d. Memberikan hadiah berupa barang yang bermanfaat bagi anak.
Sedang bentuk-bentuk hukuman yang bersifat mendidik yang
dapat diberikan secara gradual kepada anak antara lain:
1) Memperlihatkan rasa kurang senang kepada anak.
64
Abdullah Nasih Ulwan. Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,
2007), hlm. 141-142
41
2) Memberikan teguran secara halus dan tidak menyakitkan hati anak.
3) Memberikan teguran yang keras.
4) Memberikan hukuman badan, tetapi hukuman yang tidak
membahayakan.65
3) Metode Nasihat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral,
emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah
dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat dan
petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata
anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka
menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasi dengan akhlak
yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Karenanya, tidak kalau kita tahu bahwa Al-Qur’an menggunakan
metode ini, menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan
mengulang-ngulangnya dalam bberapa ayatnya, dan dalam sejumlah
tempat di mana dia memberikan nasihatnya.66
4) Metode Pembiasaan
Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam
syariat Islam, bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah
tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah.
65
Imam Suraji. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits., (Pekalongan: STAIN PRESS Pekalongan, 2011), hlm. 204-205.
66
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, hlm. 209-215.
42
Yakni ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada
Allah. Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran, dan
pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang
luhur dan etika religi yang lurus. Tidak ada yang menyangkal bahwa
anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan
etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spiritual yang
tinggi, dan kepribadian yang utama, jika hidup dengan dibekali dua
faktor: pendidikan Islami yang utama dan lingkungan yang baik.67
5) Metode pendidikan perhatian/pengawasan
Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa
mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek
akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan
mental dan sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.68
Macam-macam metode mengajar adalah sebagai berikut:
a)
Metode Demontrasi
Metode demosntrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu
proses, situasi tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
67
68
Ibid, hlm. 185.
Ibid, hlm. 275.
43
b)
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru
kepada siswa, tetapi dapat pula dari siwa kepada guru.
c)
Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu.
d)
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
anak didik dalam proses belajar mengajar.69
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak
Kepribadian muslim adalah terwujudnya akhlak mulia, namun akhlak
mulia
tersebut
tidak
akan
terbentuk
tanpa
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Menurut Zakiyah Darajat bahwa perkembangan agama
yang di dalamnya termasuk pembentukan akhlak terjadi melalui pengalaman
hidup sejak masih anak-anak, yaitu terdapat pada lingkungan keluarga,
lembaga pendidikan, dan lingkungan masyarakat.70
69
Ibid, hlm 94-110.
Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1980), Cet. V, hlm. 65.
70
44
1. Lingkungan Keluarga
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, peranan ibu bapak dalam
membina anaknya mempunyai pengaruh, terutama dalam bahasa dan gaya
bahasa, di mana anak akan senantiasa mengikuti dan menirukan gaya
ibunya.
Jika dalam bertutur kata ibu bapak baik, maka secara otomatis
anaknya juga akan bertutur kata dengan baik pula. Dalam tingkah laku,
sopan santun juga sangat berpengaruh bagi anak. Tingkah laku yang baik
akan lahir dalam keluarga yang baik (dengan contoh dari kedua orang tua).
Suasana yang tercipta (dalam keluarga) yang melingkupi anak adalah
merupakan faktor terpenting dalam pembentukan akhlaknya.71
Melalui keluargalah, pendidikan akhlak diterima oleh anak-anak
kita, dan dengan keluarga tersebut dapat dijadikan bekal bagi
perkembangan psikologinya di masa depan. Bapak ibunya adalah orang
yang pertama mewariskan kebudayaan dan mengajarkan pendidikan
agama bagi anaknya.72
2. Lingkungan Pendidikan
Pembinaan akhlak dapat pula dilakukan melalui lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal maupun non formal. Sikap pengalaman yang
dilalui oleh anak baik melalui penglihatan dan perlakuan yang diterima
71
Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, Ruh At-Tarbiyah Wa Al-Ta’lim, (Kairo: Paru Ihya
Al-Kutubi Al-Arobiyah, 2000), hlm. 88.
72
Baron Abu Bakar Ikhsan, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV
Diponogero, 2000), hlm. 11.
45
akan ikut menentukan dalam pembentukan dan pembinaan akhlaknya
kelak di kemudian hari.
Sikap anak terhadap guru, ustadz dan pendidik agama yang
diberikan di lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh sikap guru, jika
guru mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam
membentuk pribadi dan akhlak anak, maka anak telah mempunyai
pegangan dalam menghadapi kegoncangan yang terjadi.
3. Lingkungan Masyarakat
Dalam pembentukan dan pembinaan akhlak anak, masyarakatlah
yang sangat berpengaruh dalam menghiasi kepribadian dan akhlak anak.
Hal ini dikarenakan bahwa sebagian masyarakat adalah kelompok sosial
yang majemuk yang akan dikarenakan bahwa sebagian masyarakat adalah
kelompok sosial yang majemuk yang akan selalu bersinggungan dengan
anak.73
Pendidikan akhlak dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan
pendidikan agama baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Karena hal
ini diyakini ajaran agama adalah keteladanan.
1) Dengan
mengintegrasikan
antara
pendidikan
dan
pengajaran,
pendidikan ditunjukan kepada upaya membantu kepribadian, sikap
dan pola hidup yang berdasarkan pada nilai-nilai yang luhur, sebagai
pengajar bagaimana mendidik manusia agar berpikir sistematik dan
logis bersikap objektif, jujr, ulet, dan tekun.
73
Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, (Semarang:
Bina Utama, 1993), hlm. 40.
46
2) Pendidikan akhlak harus didukung oleh kerjasama kelompok dan
usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Orang tua di rumah harus meningkatkan perhatian terhadap anak-anak
dengan
meluangkan
waktu
untuk
memberikan
bimbingan,
keteladanan, dan pembinaan yang baik.
3) Pendidikan akhlak menggunakan seluruh kesempatan, berbagai
sasaran termasuk teknologi modern dan lain sebagainya harus dilihat
sebagai peluang membina akhlak. Demikian pula sarana peribadatan
seperti:
masjid,
mushola,
lembaga-lembaga
pendidikan,
dan
sebagainya dapat dijadikan juga sarana untuk membentuk akhlakul
karimah.
Download