23 BAB II PENDIDIKAN AKHLAK A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Untuk mengetahui pendidikan akhlak, sebaiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian pendidikan akhlak dan akhlak baik secara etimologi atau bahasa maupun secara istilah agar pemahaman tentang pendidikan akhlak tidak terjadi tumpang tindih. Secara etimologi, kata pendidikan berasal dari kata kerja dasar didik yang berarti pelihara dan latih, yang kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja pendidikan, yang berarti proses pengubahan sikap, tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik.30 Sebagian ahli mengatakan bahwa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang bermakna bimbingan yang diberikan kepada anak. Kata ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam bahasa Arab berarti tarbiyah yang berasal dari kata AlRabb yang di dalam Al-Qur’an bermakna pendidikan, bantuan, 30 Moh. Haitami Salim. Pendidikan Agama dalam Keluarga Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 25. 24 peningkatan, menghimpun, memobilisasi, mempersiapkan, tanggung jawab, perbaikan, pengasuhan, keagungan, kepemimpinan, wewenang, pelaksanaan perintah, pemilik.31 Sedangkan secara istilah, banyak para ahli telah memberikan definisi mengenai pendidikan di antaranya: 1) Menurut John Dewey sebagaimana dikutip oleh Moh. Haitami Salim, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama manusia.32 2) Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan lingkungan dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.33 3) Menurut Ahmad D Marimba sebagaimana dikutip oleh Dr. Mansur, M.A. pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan, serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar 31 Ibid, hlm. 26 Ibid, hlm. 27 33 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 26 32 25 dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.34 2. Pengertian Akhlak Secara etimologi menurut Hamzah Ya’kub sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Marzuki kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari kata akhlak adalah etika atau moral.35 Adapun pengertian secara istilah terdapat beberapa pendapat tentang akhlak, di antaranya: 1) Menurut al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Mahjudin dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama, dinamakan akhlak baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan buruk, maka dinamakan akhlak buruk.36 2) Menurut Abdullah Dirroj sebagaimana dikutip oleh Mansur, akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak berkombinasi membawa 34 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 84-85 35 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Pengantar Konsep-konsep Dasar Etika dalam Islam), (Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009), hlm. 8. 36 Mahjudin, Akhlak Tasawuf II (Pencarian Ma’arifah Bagi Sufi Klasik dan Penemuan Kebahagiaan Batin bagi Sufi Kontemporer), (Jakarta: Kalam Mulia,2010), hlm. 2 26 kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak jahat).37 3) Menurut al-qurtubi sebagaimana dikutip oleh Mahjudin, mengatakan perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan, itulah yang disebut akhlak, karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya.38 Dari beberapa pengertian pendidikan dan akhlak di atas dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah suatu proses menumbuh kembangkan fitrah manusia dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai dan tabiat yang diharapkan, dimiliki dan diterapkan pada diri manusia serta menjadi tabiat yang diharapkan, dimiliki dan diterapkan pada diri manusia serta menjadi adat kebiasaan. Untuk menguatkan pendidikan akhlak tersebut dapat dilakukan dengan memperluas pikiran, membaca dan menyelidiki tokoh yang berpikir luar biasa dan yang lebih penting adalah dorongan agar seseorang melakukan perbuatan baik. Dari uraian pengertian pendidikan dan pengertian akhlak di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan tentang tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilaksanakan oleh manusia yang lebih dewasa dalam pemikiran yang merupakan kehendak yang dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa adanya suatu paksaan ataupun pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. 37 38 Mansur, Op.Cit, hlm. 126. Mahjudin, Op.Cit, hlm. 1. 27 3. Dasar Pendidikan Akhlak Dasar pendidikan akhlak adalah tidak lain yaitu dasar ajaran Islam yang bertitik pada ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Islam telah memberikan aturan-aturan dengan menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan yang termuat dalam al-Qur’an dan al-Hadits.39 1) Al-Qur’an Al-Qur’an sendiri sebapgai dasar utama dalam tatanan tingkah laku dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Al-Quran memberikan petunjuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah saw sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21: Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasuluallah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan).” (QS. Al-Ahzab: 21).40 39 Hamzah Ya’kub, Etika Islam. (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 49. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dan Tafsir Singkat , (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009), hlm. 564. 40 28 2) Hadits Selain al-Qur’an, Hadits juga merupakan sumber dan dasar yang monumental bagi Islam, yang sekaligus menjadi penafsir di bagian yang komplementer terhadap al-Quran. Hadits sebagai pedoman perbuatan ketetapan dan ucapan Nabi saw, merupakan cermin akhlak yang luhur. Tentang pentingnya pendidikan akhlak, Rasulullah mengingatkan kepada umatnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi: س ٍن ِّ َما نَ َح َل َو ٍ َض َل ِّم ْن اَد َ الد َولَدًا ا َ ْف َ ب َح Artinya: “Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik.”41 4. Tujuan Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak merupakan suatu hal yang penting dari sebuah proses kehidupan. Masyarakat sendiri menyadari bahwa dewasa ini banyak tingkah laku perbuatan manusia di luar batas norma agama sehingga mereka terjebak ke dalam krisis akhlak. Terkait dengan hal tersebut maka pendidikan akhlak sebagai fondasi ajaran Islam merupakan suatu jalan alternatif yang dapat memecahkan masalah-masalah kejiwaan. Hal itu tidak saja berkaitan dengan persoalan kehidupan manusia, tetapi juga berhubungan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah. 41 Moh. Haitami Salim, Op.Cit. hlm. 43. 29 Bila melihat pernyataan tersebut, tentu dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak mempunyai tujuan yang strategis untuk membangun dan mengembangkan pola hidup manusia ke arah yang positif. Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1) Tujuan Umum Menurut Barnawi Umar, tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi:42 a. Untuk memperoleh irsyad yaitu dapat membedakan antara amal yang baik dan buruk. b. Untuk mendapatkan taufiq sehingga perbuatannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan akal sehat. c. Untuk mendapatkan hidayah, artinya gemar melakukan perbuatan baik dan terpuji serta menghindari perbuatan buruk. 2) Tujuan Khusus Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.43 Pendidikan akhlak bertujuan membangun kepribadian, watak dan budi pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam 42 43 Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo:Ramadhani 1995), cet ke-12, hlm.14. Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Gema Insani, 2004), hlm. 159. 30 berkehidupan di tengah-tengah masyarakat, baik sebagai umat beragama maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.44 Lebih tegas lagi M. Athiyah menyatakan bahwa tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam adalah membentuk orangorang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam tingkah laku dan perangai bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab.45 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat mansia dalam kehidupannya baik di dunia maupun akhirat. 5. Aspek Pendidikan Akhlak Manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki bentuk sebaikbaiknya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah, ia tidak hanya dipandang sebagai makhluk sosial dan religius. Berdasarkan uraian di atas maka materi pendidikan akhlak anak yang akan menjadi pokok pembahasan, penulis ketengahkan dalam satu ruang lingkup yang sangat sederhana, sebagai berikut: 1) Akhlak terhadap Allah dengan pembahasan shalat dan puasa. 2) Akhlak terhadap sesama dengan pembahasan tolong menolong sesama manusia dan bersifat jujur. 3) Akhlak terhadap lingkungan. Berikut akan diuraikan tentang aspek-aspek pendidikan akhlak: 44 Moh. Haitami Salim, Op.Cit, hlm. 34. M. Athiyyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 114 45 31 a. Akhlak terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia, makhluk kepada Tuhan sebagai penciptanya. Konsekuensi logis dari keyakinan terhadap Allah bagi manusia dengan Tuhannya. Setiap orang yang telah mengikrarkan dirinya beriman kepada Allah, ada beberapa ibadah yang harus dilakukan sebagai upaya untuk mendekatkan hubungan dengan Tuhan, yaitu sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Dalam hal ini akan dijelaskan dua hal saja yaitu sholat dan puasa. a) Sholat Kata sholat secara etimologis berarti doa. Sedangkan secara terminologis, sholat adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.46 Sholat merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang telah mencapai baligh. Ada lima macam sholat fardhu yang harus dikerjakan oleh setiap muslim sehari semalam yaitu: sholat Dhuhur 4 rakaat, sholat Ashar 4 rakaat, sholat Maghrib 3 rakaat, sholat Isya 4 rakaat, sholat Subuh 2 rakaat.47 46 Supiana, Karman. M, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 23. 47 Departemen Agama Ri, Op.Cit, hlm. 95. 32 Selain sholat fardhu atau wajib ada lagi sholat sunnah. Jika sholat fardhu harus dilaksanakan oleh orang Islam, sedangkan sholat sunnah adalah jika orang Islam mengerjakan akan mendapat pahala, tetapi jika tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa. Ada bermacam-macam sholat sunnah, di antaranya sholat rawatib (qolbiyah dan ba’diyah), sholat witir, tahajud, tarawih di bulan ramadhan dan lain sebagainya.48 b) Puasa Puasa dalam bahasa Arrab disebut Shiyam dan Shaum yang berarti menahan (imsak) sesuatu. Sedangkan menurut syara’, puasa berarti menahan diri dari perbuatan tertentu dengan niat dan menurut aturan tertentu sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.49 b. Akhlak terhadap Sesama Di samping makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial, artinya makhluk yang senantiasa membutuhkan peran serta orang lain dalam melangsungkan kehidupannya secara harmonis. Dalam interaksi sosial ini harus dilandasi dengan akhlak mulia, dengan demikian diharapkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan yang akan tercipta di tengah-tengah situasi pergaulan. 48 49 Ibid, hlm. 412. Supiana , Karman, Op.Cit, hlm. 83. 33 Karena hidup bahagia adalah hidup sejahtera yang diridhoi Allah swt serta disenangi sesama makhluk.50 Manusia hendaknya saling menghormati dan bekerja sama antara satu dengan yang lainnya, karena bagaimanapun manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Oleh karena itu, kerjasama serta tolong menolong itu sangat dibutuhkan. Berikut ini adalah beberapa akhlak anak kepada sesama, antara lain: a) Tolong menolong Manusia memiliki tiga predikat dalam hidupnya yaitu sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan Tuhan harus melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai insan politik harus menjadi warga negara yang baik. Orang yang senang memberikan pertolongan, segala langkahnya akan mudah, pintu kebahagiaan akan terbuka baginya dan biasanya orang lain pun akan senang memberikan pertolongan. Saling menolong tanpa memandang (membedakan) ras, suku bangsa, agama, keturutan, status sosial, dan pendidikan merupakan kewajiban manusia dalam hidupnya. Berbahagialah 50 Banarwi Umary, Op.Cit, hlm. 2. 34 mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun, saling menolong, dan bermanfaat bagi sekitarnya.51 b) Jujur Jujur adalah tutur kata yang benar dan sesuai dengan fakta dan realita.52 Jujur adalah suatu jalan menuju surga. Lawan katanya yakni dusta yaitu sesuatu yang menjerumuskan diri ke dalam neraka. Oleh karena itu, wajib bagi kita orang yang beriman untuk memiliki sifat jujur.53 Berkata benar, jujur dan tidak berbohong adalah perbuatan yang paling mudah dan tidak merugikan orang lain. Tetapi, adakalanya berkata benar dan jujur suka dijadikan sukar karena ada udang dibalik batu untuk mencari kerugian orang lain. Hidup jujur dan benar, tidak perlu ada yang ditakuti, tidak susah payah menyembunyikan sesuatu yang membuat rasa takut. Jujur dan benar adalah modal utama untuk mencapai kesuksesan berbisnis dan berkarir serta kebahagiaan hidup.54 c. Akhlak terhadap Lingkungan Lingkungan adalah sebuah lingkup yang mengitari kehidupan manusia. Lingkungan ini meliputi lingkungan yang bersifat dinamis (lingkungan hidup) dan lingkungan yang besifat 51 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 92. 52 Yasin Subainati, Seni Menanamkan Kejujuran Kepada Anak. (Jakarta: Mustaqim, 2007), hlm. 13. 53 Departemen Agama RI, Op.Cit. hlm. 427. 54 Ibin Kutibin Tadjudin, Meniti Hidup dengan Akhlak, (Bandung: Universal Offset, 2009), hlm. 60. 35 statis (lingkungan mati). Lingkungan hidup bisa berupa kehidupan manusia sendiri maupun kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lingkungan mati berupa alam semesta yang diciptakan Allah dan juga berbagai bangunan yang diciptakan manusia.55 Islam memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap lingkungan dengan menumbuhkan rasa cinta kepada sekeliling kita yang terdiri dari makhluk hidup dan makhluk mati.56 Sehubungan dengan itu, ada 3 kewajiban utama manusia terhadap lingkungan dan alam sekitar, yakni: a) Mengelola sumber daya alam b) Tidak merusak lingkungan c) Memanfaatkan sumber daya alam.57 Selain 3 hal yang ada di atas, ada beberapa hal lagi yang harus kita lakukan untuk menjaga lingkungan kita, yakni: 1) Memperlakukan manusia dengan baik. 2) Memperlakukan binatang atau hewan dengan baik. 3) Memperlakukan tumbuh-tumbuhan dengan baik. 4) Memperlakukan makhluk mati, seperti tanah, air, udara, dan lain-lain dengan baik.58 55 Marzuki, Op.Cit, hlm.394. Marzuki, Op.Cit. hlm 338. 57 Heri Juahari, Op.Cit. hlm. 42. 58 Marzuki, Op.Cit. hlm 348. 56 36 6. Strategi Pendidikan Menurut Weinstein & Meyer, pembelajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Jadi, mengajarkan siswa bagaimana belajar merupakan suatu tujuan pendidikan yang sangat penting dan menjadi tujuan utama.59 Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. 2) Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran yang dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik. 3) Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap 59 Jamil Suprihatiningrum. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: ArRuzz Media 2013). hlm. 48. 37 tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan. Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.60 7. Materi Pendidikan Akhlak Pendidikan pada umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya harus sudah dimulai sejak lahir ke dunia dan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Materi pendidikan akhlak yang akan diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan perkembangan usia, perkembangan kemampuan kognisi dan emosi anak. Sedang cara menyampaikannya harus dengan bijaksana, dengan menggunakan berbagai media yang ada dan disampaikan secara berkelanjutan. Materi pendidikan yang diberikan pada awal masa kanak-kanak adalah hal-hal yang bersifat praktis seperti cara makan, cara minum, cara duduk, dan lain sebagainya. Sejak dini anak harus sudah dibiasakan 60 Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif), (Jakarta: Bumi Aksara 2008). hlm. 1-2. 38 untuk menghindari sifat-sifat tercela, seperti ingin menang sendiri, berbohong, menipu, iri hati, pemarah, dendam, dan lain sebagainya.61 Pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriteria apakah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriteria apakah baik atau buruk. Dengan demikian ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika perbuatan tersebut dikatakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normatif. Selanjutnya jika dikatakan sesuatu itu benar atau salah maka yang demikian itu termasuk masalah hitungan atau fikiran. Pendidikan akhlak bertujan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam. Materi pendidikan akhlak ini meliputi aspek keimanan, aspek keimanan, aspek akhlak, dan aspek kisah teladan.62 8. Metode Pendidikan Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode 61 Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Quran dan Al-Hadits, (Jakarta: PT Pustaka Al Husna baru, 2006), hlm 43. 62 Khaerudin & Mahfud Junaedi, KTSP, KONSEP dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm 179. 39 diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.63 Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, ada beberapa metode yang lebih efektif dalam mendidik anak, antara lain: 1) Metode Keteladanan Metode dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam di dalam kepribadian anak. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang menentang dalam agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaiknya jika pendidik adalah seorang 63 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta 1997). hlm. 53. 40 pembohong, penghianat, orang yang kikir dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, hianat, kikir, dan hina.64 2) Metode Hadiah dan Hukuman Hadiah dan hukuman merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan anak sejak kecil. Hadiah dan hukuman bukan merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan secara bersama-sama, tetapi suatu yang terpisah. Apabila seorang anak mendapatkan hadiah, berarti ia tidak menerima hukuman, dan demikian pula sebaliknya. Hadiah yang diberikan kepada anak tidak harus selalu berupa materi, tetapi dapat juga berupa ungkapan rasa senang, pujian dan penghargaan. Sedang hukuman yang diberikan kepada anak tidak boleh berupa tindakan yang dapat membahayakan perkembangan fisik dan psikisnya. Bentuk-bentuk hadiah yang dapat diberikan kepada anak secara gradual dapat disebutkan sebagai berikut: a. Memperlihatkan rasa senang kepada anak. b. Memberikan pujian yang tulus. c. Memberikan nilai yang baik. d. Memberikan hadiah berupa barang yang bermanfaat bagi anak. Sedang bentuk-bentuk hukuman yang bersifat mendidik yang dapat diberikan secara gradual kepada anak antara lain: 1) Memperlihatkan rasa kurang senang kepada anak. 64 Abdullah Nasih Ulwan. Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 141-142 41 2) Memberikan teguran secara halus dan tidak menyakitkan hati anak. 3) Memberikan teguran yang keras. 4) Memberikan hukuman badan, tetapi hukuman yang tidak membahayakan.65 3) Metode Nasihat Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasi dengan akhlak yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, tidak kalau kita tahu bahwa Al-Qur’an menggunakan metode ini, menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan mengulang-ngulangnya dalam bberapa ayatnya, dan dalam sejumlah tempat di mana dia memberikan nasihatnya.66 4) Metode Pembiasaan Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syariat Islam, bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah. 65 Imam Suraji. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits., (Pekalongan: STAIN PRESS Pekalongan, 2011), hlm. 204-205. 66 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, hlm. 209-215. 42 Yakni ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah. Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran, dan pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus. Tidak ada yang menyangkal bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi, dan kepribadian yang utama, jika hidup dengan dibekali dua faktor: pendidikan Islami yang utama dan lingkungan yang baik.67 5) Metode pendidikan perhatian/pengawasan Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.68 Macam-macam metode mengajar adalah sebagai berikut: a) Metode Demontrasi Metode demosntrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 67 68 Ibid, hlm. 185. Ibid, hlm. 275. 43 b) Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siwa kepada guru. c) Metode Latihan Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. d) Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.69 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak Kepribadian muslim adalah terwujudnya akhlak mulia, namun akhlak mulia tersebut tidak akan terbentuk tanpa faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Zakiyah Darajat bahwa perkembangan agama yang di dalamnya termasuk pembentukan akhlak terjadi melalui pengalaman hidup sejak masih anak-anak, yaitu terdapat pada lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan lingkungan masyarakat.70 69 Ibid, hlm 94-110. Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1980), Cet. V, hlm. 65. 70 44 1. Lingkungan Keluarga Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, peranan ibu bapak dalam membina anaknya mempunyai pengaruh, terutama dalam bahasa dan gaya bahasa, di mana anak akan senantiasa mengikuti dan menirukan gaya ibunya. Jika dalam bertutur kata ibu bapak baik, maka secara otomatis anaknya juga akan bertutur kata dengan baik pula. Dalam tingkah laku, sopan santun juga sangat berpengaruh bagi anak. Tingkah laku yang baik akan lahir dalam keluarga yang baik (dengan contoh dari kedua orang tua). Suasana yang tercipta (dalam keluarga) yang melingkupi anak adalah merupakan faktor terpenting dalam pembentukan akhlaknya.71 Melalui keluargalah, pendidikan akhlak diterima oleh anak-anak kita, dan dengan keluarga tersebut dapat dijadikan bekal bagi perkembangan psikologinya di masa depan. Bapak ibunya adalah orang yang pertama mewariskan kebudayaan dan mengajarkan pendidikan agama bagi anaknya.72 2. Lingkungan Pendidikan Pembinaan akhlak dapat pula dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal. Sikap pengalaman yang dilalui oleh anak baik melalui penglihatan dan perlakuan yang diterima 71 Muhammad Athiyah Al-Abrosyi, Ruh At-Tarbiyah Wa Al-Ta’lim, (Kairo: Paru Ihya Al-Kutubi Al-Arobiyah, 2000), hlm. 88. 72 Baron Abu Bakar Ikhsan, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: CV Diponogero, 2000), hlm. 11. 45 akan ikut menentukan dalam pembentukan dan pembinaan akhlaknya kelak di kemudian hari. Sikap anak terhadap guru, ustadz dan pendidik agama yang diberikan di lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh sikap guru, jika guru mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan akhlak anak, maka anak telah mempunyai pegangan dalam menghadapi kegoncangan yang terjadi. 3. Lingkungan Masyarakat Dalam pembentukan dan pembinaan akhlak anak, masyarakatlah yang sangat berpengaruh dalam menghiasi kepribadian dan akhlak anak. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian masyarakat adalah kelompok sosial yang majemuk yang akan dikarenakan bahwa sebagian masyarakat adalah kelompok sosial yang majemuk yang akan selalu bersinggungan dengan anak.73 Pendidikan akhlak dilakukan dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Karena hal ini diyakini ajaran agama adalah keteladanan. 1) Dengan mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran, pendidikan ditunjukan kepada upaya membantu kepribadian, sikap dan pola hidup yang berdasarkan pada nilai-nilai yang luhur, sebagai pengajar bagaimana mendidik manusia agar berpikir sistematik dan logis bersikap objektif, jujr, ulet, dan tekun. 73 Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, (Semarang: Bina Utama, 1993), hlm. 40. 46 2) Pendidikan akhlak harus didukung oleh kerjasama kelompok dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Orang tua di rumah harus meningkatkan perhatian terhadap anak-anak dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, keteladanan, dan pembinaan yang baik. 3) Pendidikan akhlak menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sasaran termasuk teknologi modern dan lain sebagainya harus dilihat sebagai peluang membina akhlak. Demikian pula sarana peribadatan seperti: masjid, mushola, lembaga-lembaga pendidikan, dan sebagainya dapat dijadikan juga sarana untuk membentuk akhlakul karimah.