28 Bab III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perangkat keras dan perangkat lunak serta beberapa hal mengenai perancangan sistem keseluruhan sehingga sistem bekerja dengan baik sebagaimana mestinya. Pada perancangan sistem ini menggunakan berbagai aplikasi yang saling berhubungan satu sama lain. Mikrokontroler ATMega8535 sebagai pengatur dan pengendali seluruh perangkat pada sistem smart home yang kemudian dihubungkan dengan komputer sebagai pusat kontrol melalui interface RS 232. Komunikasi antara komputer dengan mikrokontroler tersebut menggunakan data serial dan menggunakan bahasa pemograman Microsoft Visual Basic 6.0. 29 Dalam perancangan ini, perangkat sistem smart home yang berupa rangkaian elektronik dan device-device seperti lampu, kipas, dan sensor-sensor dibuat diatas papan akrilik. Berikut ini akan ditampilkan layout desain mekaniknya. Gambar 3.1 Layout Desain Mekanik 30 Gambar 3.2 Blok Diagram Aplikasi Smart Home 3.1 Perangkat Keras Perangkat keras meliputi sekumpulan komponen elektronika yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan sistem. Fungsi umum dari perangkat keras ini sebagai berikut : 1. Minimum Sistem ATMega8535 : mengolah dan mengeksekusi data. 2. Rangkaian Driver : sebagai penguat arus mikrokontroler untuk mengendalikan lampu, fan / kipas, dan motor DC. 3. Sensor RFID : digunakan untuk akses pintu otomatis, sebagai identifikasi pemilik rumah jika ingin memasuki rumahnya. 4. Sensor LDR : mendeteksi cahaya di sekitar taman rumah, jika kondisi gelap (malam) maka lampu taman otomatis menyala, begitu jg sebaliknya. Dengan begitu, jika pemilik rumah sedang tidak ada di rumah maka penerangan rumah masih dapat berjalan dengan baik. 5. Sensor LM35 : memonitoring temperatur ruangan. 31 6. RS 232 : sebagai interface yang menghubungkan antara seluruh perangkat pada sistem smart home dengan PC ( komputer ). 3.1.1 Rangkaian Minimum Sistem ATMega8535 IC2 PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7 1 2 3 4 5 6 7 8 PD0 PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 PD7 14 15 16 17 18 19 20 21 X2 X1 12 13 ATMEGA PB0 (T0) PB1 (T1) PB2 (AIN0) PB3 (AIN1) PB4 (SS) PB5 (MOSI) PB6 (MISO) PB7 (SCK) PA0 (ADC0) PA1 (ADC1) PA2 (ADC2) PA3 (ADC3) PA4 (ADC4) PA5 (ADC5) PA6 (ADC6) PA7 (ADC7) PD0 (RXD) PD1 (TDX) PD2 (INT0) PD3 (INT1) PD4 (OC1B) PD5 (OC1A) PD6 (ICP) PD7 (OC2) (TOSC2)PC7 (TOSC1)PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 X2 X1 AREF AGND RST 9 RESET AVCC C7 X1 Y1 8MHZ X2 29 28 27 26 25 24 23 22 PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 VCC SW1 C1 1uF VCC VCC R8 330 R9 330 L2 PROG L3 POWER P1 ISPPROG VCC 31 LED 30 VCC RST C9 VR2 10K AREF 32 AREF 1K RST 20pF PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 R13 VCC 20pF C8 40 39 38 37 36 35 34 33 PB5 LED RST PB7 PB6 1 3 5 7 9 2 4 6 8 10 100nf Gambar 3.3 Skematik Rangkaian Minimum Sistem ATMega8535 32 Rangkaian minimum sistem dibutuhkan agar mikrokontroler berjalan sebagaimana mestinya. Rangkaian ini membutuhkan dua buah komponen penting yaitu reset dan kristal sebagai sumber pendetak osilator internal. Rangkaian reset yang digunakan pada perancangan ini adalah rangkaian manual reset. Manual reset digunakan agar program dapat direset sewaktu-waktu tanpa harus mematikan dan menyalakan kembali catu daya. Masukan reset berada pada pin 9 mikrokontroler ATMega8535. Masukan reset ini berlogika ActiveLow, maksudnya adalah mikrokontroler akan mereset saat mendapat masukan pulsa transisi dari tinggi (High) ke rendah (Low). Pin 12 dan 13 mikrokontroler ATMega8535 dihubungkan ke rangkaian kristal. Kristal sebagai isyarat pulsa detak digunakan untuk menentukan kecepatan operasi pada mikrokontroler. Isyarat pulsa detak dibentuk oleh rangkaian pembangkit pulsa dengan menggunakan osilator kristal dan kapasitor sebagai pembangkit osilator internal. Kristal yang digunakan pada perancangan sistem ini adalah kristal 8 Mhz dengan nilai kapasitor 20 pF. Sehingga dapat dihitung nilai frekuensi dari satu siklus mesin yaitu sebagai berikut : 1 ℎ = = 8 ℎ = 0.66 Mhz 33 Pin-pin mikrokontroler adalah pin-pin multifungsi yang dapat bertindak sebagai input atau output. Untuk membedakan sebuah perangkat keras dibaca sebagai input atau output diperlukan penginisialisasian terlebih dahulu pada program yang dibangun, sehingga fungsi dari perangkat keras bekerja dengan optimal. Berikut adalah penginisialisasiannya : Tabel 3.1 Penggunaan Port Mikrokontroler Pada Sistem Pengendali Fungsi Port Pin Sensor LM35 PA.0 Sensor LDR PA.1 ISP Programmer PB.5 - PB.6 - PB.7 Kendali Motor DC (bolak-balik) PC.0 - PC.1 Kendali Lampu Taman PC.2 Sensor RFID PD.0 Komunikasi Serial RS-232 PD.0 - PD.1 Zero Crossing PD.2 Kendali Lampu Ruangan 1 PD.3 Kendali Lampu Ruangan 2 PD.4 Kendali Fan/Kipas PD.6 Untuk men-download file heksadesimal ke mikrokontroler maka port MOSI (PB.5), MISO (PB.6), SCK (PB.7), RST (pin 9), Vcc (pin 10), dan GND (pin 11) dari kaki 34 mikrokontroler dihubungkan ke sebuah konektor menuju ISP Programmer. Dari ISP Programmer inilah dihubungkan ke komputer melalui port paralel. 3.1.2 Rangkaian Power Supply +12 TIP2955 VCC TR1 Vin +5V 3 470uF 1 + C12 + 47 GND C10 2200uF 1 2 3 R15 U1 LM7805CT 2 J2 TRAFO2 C13 1000uF/25V D7 C11 330nF D6 J3 2 1 VCC OUT Gambar 3.4 Skematik Rangkaian Power Supply Rangkaian power supply merupakan sumber tegangan dari seluruh rangkaian. Rangkaian power supply ini terdiri dari dua keluaran, yaitu tegangan 5 volt dan 12 Volt. Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC 220 Volt dari PLN menjadi tegangan DC yang besar tegangannya disesuaikan dengan kebutuhan. 35 Tegangan 220 Volt yang masuk ke rangkaian ini akan diturunkan tegangannya oleh trafo step down. Kemudian akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, sehingga tegangan bolak-balik (AC) diubah menjadi tegangan searah (DC) sebesar 12 Volt. Pada rangkaian power supply diatas, dipakai regulator LM7805CT untuk mendapatkan tegangan keluaran sebesar 5 Volt. Transistor PNP disini berfungsi sebagai penguat arus apabila terjadi kekurangan arus, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Kapasitor pada rangkaian tersebut berfungsi untuk meminimalkan terjadinya noise. 3.1.3 Rangkaian Komunikasi Serial RS-232 DB1 IC3 1 6 2 7 3 8 4 9 5 DB9 C2 VCC 1uF/16V 14 13 7 8 4 T1 OUT R1 IN T2 OUT R2 IN T1 IN R1 OUT T2 IN R2 OUT C2+ C1+ C3 1uF/16V 5 C2 6 V- C1 V+ C4 1uF/16V 15 GND VCC 11 PD1 12 PD0 10 9 1 3 2 16 C5 1uF/16V C6 1uF/16V VCC MAX232ACPE(16) Gambar 3.5 Skematik Rangkaian RS-232 36 Perancangan sistem ini menggunakan berbagai aplikasi yang saling berhubungan satu sama lain, mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengatur dan pengendali seluruh perangkat sistem yang kemudian dihubungkan dengan komputer sebagai pusat kontrol melalui interface RS-232. RS-232 merupakan konverter tegangan. Rangkaian ini menggunakan IC MAX232 yang berfungsi untuk merubah sinyal komunikasi serial pada mikrokontroler dari tegangan TTL menjadi tegangan yang kompatibel dengan sistem komunikasi serial pada komputer. Tegangan pada port serial komputer memiliki besar tegangan -15 sampai -5 Volt untuk sinyal High dan +5 sampai +15 Volt untuk sinyal Low. IC MAX232 menggunakan 2 buah receiver dan 2 buah transceiver dalam satu IC. Gambar 3.6 Interface Komunikasi Serial RS-232 3.1.4 Rangkaian Sensor LM35 37 SEN1 LM35 2 VOUT 3 PA0 GND VCC 1 VCC Gambar 3.7 Skematik Rangkaian Sensor LM35 Sensor suhu LM35 pada perancangan sistem smart home ini digunakan untuk mendeteksi suhu pada suatu ruangan. Pada aplikasi ini, suhu ruangan tersebut dapat dimonitor melalui sebuah komputer (PC). Dengan tampilan nilai suhu tersebut maka dengan mudah dilakukan pengaturan putaran kipas yang ada pada ruangan tersebut. Dengan begitu suhu ruangan dapat tercapai sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Sensor suhu LM35 memiliki tegangan kerja 5 Volt namun outputnya hanya antara 0,01 Volt sampai 1,00 Volt dan range pengukurannya berkisar antara 0°C-100°C dengan perubahan tegangan sebesar 10 mV per 1°C, atau mememnuhi persamaan sebagai berikut. 10 . 38 Dengan T adalah temperatur yang dideteksi dalam derajat Celsius. Dengan ketelitian yang dimilikinya maka sensor ini dapat dihubungkan langsung dengan mikrokontroler ATMega8535 pada pin yang memiliki fungsi ADC internal 10 bit, yaitu terdapat pada port A. 3.1.5 Rangkaian Sensor LDR VCC R7 10K PA1 LDR1 LDR Gambar 3.8 Skematik Rangkaian LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya tergantung pada intensitas cahaya. LDR sering juga disebut dengan sensor cahaya. LDR pada sistem smart home ini digunakan untuk menyalakan atau mematikan lampu taman di sekitar rumah secara otomatis sesuai kondisi cahaya di 39 pekarangan rumah. Jika cahaya gelap (malam hari) maka lampu taman akan menyala, dan saat terang (siang hari) lampu taman akan padam. Cara kerja rangkaian LDR di atas adalah pada saat intensitas cahaya di sekitar LDR membesar (terang), maka hambatan LDR akan mengecil. Hal ini menyebabkan tegangan pada titik yang terhubung dengan port mikrokontroler (PA.1) semakin mengecil, sehingga mikrokontroler memerintahkan untuk memadamkan lampu pada rangkaian driver lampu taman. Dan sebaliknya, jika intensitas cahaya di sekitar LDR semakin mengecil (gelap), maka hambatan pada LDR semakin besar. Hal ini menyebabkan tegangan pada titik yang terhubung dengan port mikrokontroler (PA.1) semakin besar, sehingga mikrokontroler memerintahkan untuk menyalakan lampu pada rangkaian driver lampu taman. 3.1.6 Rangkaian RFID 40 PD0 RFID Gambar 3.9 Skematik RFID Penggunaan RFID pada perancangan sistem ini sebagai penunjang sistem keamanan rumah. RFID disini digunakan sebagai akses untuk membuka pintu gerbang otomatis. Tag RFID (kartu RFID / transponder) dipegang oleh pemilik rumah. Sedangkan reader RFID diletakkan di dekat pintu otomatis. Gambar skematik diatas merupakan reader RFID. Fungsinya untuk membaca tag RFID. Reader tersebut dihubungkan ke PD.0 pada mikrokontroler yang merupakan USART input pin (pin RX) untuk komunikasi serial. Tetapi disini tidak menggunakan pin TX (USART output pin) karena reader RFID ini hanya berfungsi untuk menerima sinyal input yaitu tag RFID tanpa melakukan pengontrolan terhadap tag tersebut. Saat reader membaca tag/kartu RFID maka mikrokontroler memerintahkan driver motor DC sebagai pintu otomatis untuk membuka pintu. Tanpa adanya tag maka pintu tidak akan terbuka. 41 3.1.7 Rangkaian Driver Motor DC +12 16 VCC VSS IC4 VCC PC1 PC0 9 1 15 10 7 2 EN2 EN1 IN4 IN3 IN2 IN1 VS OUT1 OUT2 OUT3 3 6 M1 MOTOR DC GERBANG + 11 A 14 - GND GND GND GND OUT4 8 13 12 5 4 L293D Gambar 3.10 Skematik Rangkaian Driver Motor DC Alat ini menggunakan motor DC untuk menggerakkan pintu secara otomatis. Pintu akan bergeser saat membuka dan menutup oleh karena itu motor bergerak bolak-balik. Sebagai pemicu gerakan motor, diperlukan Driver Motor IC L293D yang dapat membangkitkan arus dua arah sebesar 600 mA pada tegangan antara 4,5 Volt – 36 Volt dengan temperatur kerja antara 0 – 70 derajat Celcius. Sebuah IC L293D berisi empat buah push-pull. Setiap dua buah push-pull dapat digunakan sebagai H-bridge dan dapat diaktifkan dengan sebuah sinyal enable. Half Bridge adalah sebuah rangkaian yang digunakan untuk mengendalikan sebuah 42 motor DC sehingga dapat berputar searah jarum jam ataupun melawan arah jarum jam. Prinsip kerja Half Bridge adalah mengatur aliran arus pada motor DC. Aliran arus tersebut diperoleh dari mikrokontroler melalui perantara IC L293D. Pin PC.0 dan PC.1 dari mikrokontroler dihubungkan dengan pin 2 dan 7 IC L293D yang befungsi sebagai input. Jika PC.0 mempunyai nilai logika 1 (High) dan PC.1 mempunyai nilai logika 0 (Low) maka motor akan bergerak berlawanan arah jarum jam, begitupun sebaliknya jika PC.0 mempunyai nilai logika 0 (Low) dan PC.1 mempunyai nilai logika 1 (High), motor akan bergerak searah jarum jam. 3.1.8 Rangkaian Driver Lampu Taman J1 220 VAC 1 2 N AC220V N 220 VAC +12 K1 RELAY-SPDT L5 PARK LAMP D5 DIODE Q1 NPN R14 PC2 RES1 Gambar 3.11 Skematik Rangkaian Driver Lampu Taman 43 Rangkaian driver lampu ini digunakan untuk menyalakan dan memadamkan lampu taman secara otomatis. Saat kondisi port mikrokontroler (PC.2) berlogika High maka akan mengaktifkan transistor NPN. Transistor tersebut berfungsi sebagai penguat arus bagi relay. Saat transistor aktif, kaki basis sebagai masukannya akan memperoleh tegangan High sehingga basis dan emitor mendapat bias maju dan mengalirkan arus dari emitor menuju kolektor. Arus tersebut juga akan melintasi relay menuju ground, hal ini mengakibatkan relay akan aktif (ON). Induktor yang terdapat pada relay akan timbul medan magnet karena arus mengalir melaluinya. Medan magnet tersebut akan menarik armatur pada relay dari normaly close (NC) menjadi normaly open (NO). Hal tersebut akan menyebabkan lampu taman menyala karena tegangan AC 220 Volt akan mengalir melalui lampu tersebut. Induktor pada relay tidak memiliki polaritas, karenanya akan terjadi GGL induksi yang berbalik arah kembali. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada transistor terlebih lagi pada power supply, jika power supply mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada sistem yang lain. Untuk mencegahnya digunakan dioda sebagai pengaman. Dengan begitu, tegangan yang berbalik arah tersebut akan mengalir melalui dioda menuju power supply (disebut dioda fly back). Karena tegangan keluaran dioda cukup kecil yaitu 0,7 Volt (disebut tegangan jatuh dioda), maka tidak akan mengakibatkan kerusakan pada power supply. 3.1.9 Rangkaian Dimmer Lampu Ruangan dan Fan 44 N 220 VAC L1 LAMP1 T1 BT136 N 1 5 2 4 3 VCC R10 PD4 330 OP3 MOC 3021 T2 BT136 N 6 220 VAC L4 LAMP2 L6 FAN1 OP2 MOC 3021 6 1 5 2 4 220 VAC 3 VCC R11 PD5 330 OP4 MOC 3021 T3 BT136 6 1 5 2 4 3 VCC R12 PD6 330 J1 220 VAC N 1 2 AC220V Gambar 3.12 Skematik Rangkaian Dimmer Lampu dan Fan Rangkaian dimmer biasanya digunakan untuk driver peralatan listrik yang intensitasnya dapat diatur sesuai keinginan. Intensitas yang diatur dalam perancangan sistem smart home ini adalah intensitas lampu ruangan dan fan. Pada aplikasi ini dimmer berfungsi untuk mengatur tegangan pada beban. Rangkaian dimmer ini mampu mengatur beban pada tegangan 220 Volt AC dengan daya sampai 900 Watt tiap kanal dengan beban yang mulai dari lampu bolam sampai ke beban induktif seperti motor AC. Rangkaian ini terdiri dari dua komponen penting yaitu triac dan MOC-3021. MOC-3021 merupakan optoisolator atau sering disebut optocoupler yang digunakan sebagai antarmuka (interface) antara peralatan yang menggunakan tegangan 45 DC (seperti mikrokontroler, PC), dengan peralatan yang menggunakan tegangan AC (lampu, motor listrik). Kendali triac dengan menggunakan MOC-3021 lebih mudah, karena hanya memberi pulsa tertentu pada trigger MOC-3021. Prinsip kerja dari rangkaian ini yaitu dengan menahan tegangan AC (tidak dilewatkan) hingga pada sudut tertentu, baik untuk fasa positif maupun negatif. Dimmer pada umumnya bersifat induktif sehingga akan mengatur sudut penyalaan dengan cara men-trigger triac. Tegangan ditahan karena triac dalam kondisi OFF. Triac ini akan terhubung dengan MOC-3021. Ketika tegangan MOC-3021 pada pin 4 mencapai tegangan ambang gate triac, maka triac akan ON sehingga tegangan akan melewati beban (lampu,fan). Karena ON-OFF dari triac dipengaruhi oleh tegangan yang mengalir pada kaki gate triac tersebut, maka besarnya sudut tersebut dipengaruhi langsung oleh besarnya nilai tegangan yang berasal dari mikrokontroler (PD.4-PD.5PD.6) melalui perantara MOC-3021. Tegangan yang dihasilkan port mikrokontroler tersebut dipicu oleh sebuah rangkaian khusus yang disebut dengan rangkaian zero crossing. Rangkaian inilah yang akan mengatur intensitas lampu dan fan. 46 3.1.10 Rangkaian Zero Crossing VCC R2 R3 R5 R6 1K 1K 10K 2K2 R1 100 VCC OP1 4N28 D2 1 2 IN+ IN- 2 B C E 6 5 4 7 IC1 LM311 3 R4 10K 1 D4 4 D1 5 8 6 VR1 10K D3 V1 TRAFO1 VCC VCC Gambar 3.13 Skematik Rangkaian Zero Crossing Zero crossing detector adalah rangkaian yang digunakan untuk mendeteksi gelombang sinus AC 220 Volt saat melewati titik tegangan nol. Seberangan titik nol yang dideteksi adalah peralihan dari positif menuju negatif dan peralihan dari negatif menuju positif. Seberangan-seberangan titik nol ini merupakan acuan yang digunakan sebagai awal pemberian nilai waktu tunda untuk pemicuan triac pada rangkaian dimmer. Secara garis besar, cara kerja rangkaian ini adalah sebagai berikut. Gelombang sinus AC disearahkan menggunakan diode bridge. Gelombang yang telah disearahkan ini akan mempengaruhi dioda LED yang ada di dalam komponen optocoupler 4N28. Ketika tegangannya melebihi tegangan batas dari dioda LED maka dioda LED tersebut akan aktif. Saat aktif, dioda ini akan mengeluarkan cahaya. Cahaya yang dikeluarkan akan mengenai phototransistor yang ada di dalam optocoupler tadi, PD2 47 dan phototransistor akan ON. Kondisi keluaran dari phototransistor ini digunakan sebagai input Op-Amp. Setiap keluaran dari Op Amp akan menginterupsi Mikrokontroler, yang selanjutnya akan digunakan sebagai pengolahan data. 3.2 Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah bahasa pemrograman yang mendukung perangkat keras. Tanpa ada perangkat lunak, perangkat keras tidak akan dapat bekerja sebagaimana fungsinya. Pada pembuatan sistem Smart Home ini digunakan dua bahasa pemrograman sebagai perangkat lunaknya, yaitu Microsoft Visual Basic 6.0 dan program Basic Compiler ( BASCOM ). Microsoft Visual Basic 6.0 digunakan sebagai tampilan pada PC. Pada PC terdapat tombol pengaturan dan tampilan untuk mengoperasikan sistem Smart Home. Tombol-tombol tersebut diantaranya yaitu untuk menghidupkan lampu ruangan on/off, untuk pengaturan intensitas lampu ruangan dan kipas, tampilan suhu ruangan, tampilan ID penghuni, tampilan kondisi pintu, dan tampilan kondisi lampu taman. Lebih jelasnya tertera pada gambar berikut. 48 Gambar 3.14 Tampilan VB Smart Home Software AVR Basic Compiler (BASCOM) digunakan untuk program pengendali rangkaian yang didownloadkan ke dalam chip mikrokontroler ATMega8535. Saat pertama diaktifkan, mikrokontroler akan melakukan penginisialisasian port yang akan digunakan dan internal RAM, kemudian akan melakukan pengecekan dan pembacaan terhadap sensor-sensor dan tombol-tombol pada VB. Bila sensor dan tombol tersebut tidak ada yang aktif maka pengecekan akan terus berlangsung dan sistem dalam keadaan menunggu. Bila salah satunya ada yang aktif, sistem akan menjalankan program selanjutnya. Berikut ini akan ditampilkan diagram alir dari sistem. 49 Gambar 3.15 Diagram Alir Utama 50 Gambar 3.16 Subroutine Deteksi Cahaya Lampu taman Gambar 3.17 Subroutin Baca RFID