BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka merupakan suatu tinjauan terhadap teori, generalisasi dan konsep yang dapat mengarahkan penulis dalam mengkaji permasalahan yang di dalamnya berisi tentang pendapat dan analisis dari berbagai kepustakaan melalui suatu proses penelaahan yang berkaitan dengan permasalahan utama. Selain itu, kajian pustaka dapat diartikan pula sebagai suatu kajian terhadap studi terdahulu yang relevan dengan studi yang akan dilakukan berupa penelitian-penelitian yang telah dituangkan ke dalam bentuk buku. Kajian pada tinjauan kepustakaan ini, akan disesuaikan dengan pembahasan skripsi yaitu mengenai peranan Muhammadiyah dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Buku-buku yang membahas mengenai kajian tersebut diantaranya buku yang berjudul Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah karya Haedar Nasir (2000). Profil Muhammadiyah yang disusun oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah (2005). Muhammadiyah dalam Gonjang-Ganjing Politik karya Andi Wahyudi (1999). Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah karya Abdul Munir Mulkhan (1990). Buku Sudarno Shobron yang berjudul Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Pentas Politik Nasional (2003) dan buku yang berjudul Partai Islam di Pentas Nasional karya Deliar Noer (2000). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 karya Deliar Noer (1982). Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan karya Sudirman Tobba (1993). Era Baru Politik 1 Muhammadiyah editor Asep Saeful Muhtadi (2005). Buku Abdul Azis Thaba yang berjudul Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (1996). Buku pertama yang membahas mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam kancah politik nasional adalah bukunya Andi Wahyudi yang berjudul Muhammadiyah dalam Gonjang-Ganjing Politik. Buku itu memaparkan mengenai latar belakang sejarah Muhammadiyah yaitu bagaimana awal mula Muhammadiyah berdiri dan bagaimana struktur kepemimpinan di dalam organisasi Muhammadiyah dari awal berdiri sampai pasca reformasi. Mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam kancah perpolitikan nasional, dibatasi dari tahun 1945-1999. Buku itu lebih menitikberatkan kepada perkembangan politik dan kepemimpinan Muhammadiyah pada era setelah reformasi. Penjelasan mengenai peranan dan keterlibatan Muhammadiyah dalam politik dalam kurun waktu sesuai pembahasan skripsi, hanya disinggung sedikit yaitu dalam pembahasan mengenai latar belakang Muhammadiyah mempunyai keterlibatan dengan politik. Buku itu memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa Muhammadiyah dalam perjalanan sejarah organisasinya tidak terlepas dari politik. Buku lain yang membahas mengenai peranan Muhammadiyah dalam politik yaitu buku yang berjudul Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah karya Abdul Munir Mulkhan (1990). Mulkhan menjelaskan bahwa hubungan Muhammadiyah dengan politik berkaitan dengan konsep Muhammadiyah tentang dakwah dan kehidupan sosial. 2 Pandangan demikian dapat dilihat dalam rumusan Kepribadian Muhammadiyah yang disusun tahun 1962. Konsepsi Muhammadiyah dalam Kepribadian Muhammadiyah di atas merupakan rekonstruksi dinamika Muhammadiyah dalam sejarah. Rumusan tersebut menyatakan bahwa politik dalam pengertiannya yang luas merupakan sub-sistem gerakan dakwah sebagai sistem pengembangan hidup sosial. Menurut Muhammadiyah, partai politik merupakan salah satu alat perjuangan dan kegiatan dakwah melalui saluran politik. Sikap dan pandangan politik Muhammadiyah kemudian dirumuskan dalam pernyataan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang menempatkan kehidupan manusia dan masyarakat sebagai sasaran dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Kegiatan politik adalah salah satu aspek dari kehidupan dan masyarakat tersebut. Buku itu pun secara jelas memaparkan mengenai organisasi Muhammadiyah dari aspek pendidikan, sosial dan keagamaan begitu juga dalam bidang politik, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi. Buku selanjutnya berjudul Profil Muhammadiyah yang disusun oleh PP Muhammadiyah (2005). Buku itu menjelaskan mengenai perkembangan organisasi Muhammadiyah secara keseluruhan dari mulai berdiri sampai dengan sekarang. Begitu juga memaparkan tentang langkah-langkah perjuangan Muhammadiyah serta perkembangan perumusan khittah Muhammadiyah dari tiap periode. Buku itu sangat membantu peneliti dalam pengumpulan sumber primer, karena buku itu disusun oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. 3 Buku yang berjudul K.H. Ahmad Dahlan dan Organisasi Muhammadiyah karya Kutoyo Sutrisno (1998) memaparkan bahwa meskipun Muhammadiyah organisasi non-politik, bukan berarti Muhammadiyah tidak memperhatikan politik dan sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan kegiatan politik. Bahkan Muhammadiyah mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan politik di Indonesia. banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ikut serta dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Secara keseluruhan, buku itu memang tidak secara terperinci membahas mengenai Muhammadiyah dan politik, tetapi banyak membahas tentang organisasi Muhammadiyah secara keseluruhan dilihat dari segala aspek. Aspek politik hanya dibahas sedikit. Meskipun begitu, buku itu dapat dijadikan rujukan untuk melihat perkembangan Muhammadiyah secara keseluruhan dalam semua aspek gerakan Muhammadiyah. Buku selanjutnya berjudul Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Pentas Politik Nasional karya Sudarno, Shobron (2003). Isi buku itu menjelaskan mengenai dua organisasi yang besar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan NU (Nadhatul Ulama). Sesuai dengan kajian, maka yang akan dibahas adalah mengenai Muhammadiyah. Buku itu cukup terperinci dalam memaparkan mengenai keterlibatan dan peranan Muhammadiyah dalam beberapa partai. Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan sama sekali dari hubungan antara Islam dengan politik di Indonesia. Muhammadiyah tidak hanya terlibat dalam pergerakan nasional melawan kolonialisme, melainkan juga aktif dalam menggagas dan mendukung lahirnya partai-partai politik. Muhammadiyah pernah 4 beberapa kali terlibat dalam partai politik, bahkan menjadi kekuatan intinya. Namun, Muhammadiyah belum pernah merubah diri menjadi partai politik. Muhammadiyah masih tetap konsisten berada dalam jalur pilihannya bergerak dalam bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Pembahasan awal buku itu mengenai Muhammadiyah yaitu latar belakang Muhammadiyah mempunyai keterlibatan dalam politik, sehingga Muhammadiyah menjadi peranan yang cukup besar dalam beberapa partai politik dari mulai keterlibatan Muhammadiyah dengan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia sampai dengan Parmusi (Partai Muslimin Indonesia) yang menjadi titik akhir Muhammadiyah menjadi anggota istimewa dalam sebuah partai politik dengan dirumuskan khittah tahun 1971. Selanjutnya juga dibahas tentang perumusan khittah tersebut, yang secara terperinci memaparkan mengenai Muktamar Muhammadiyah ke-38 tahun 1971 di Ujung Pandang. Selain itu tentang isi dari perumusan khittah yang dirumuskan dari hasil muktamar tersebut. Muhammadiyah dengan khittah tersebut akhirnya menyadari bahwa politik bukanlah tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan, karena konflilk kepentingan dirasakan sangat mendominasi para politisi. Buku itu sangat membantu peneliti untuk menjelaskan secara terperinci mengenai keterlibatan Muhammadiyah dengan partai politik Islam dan juga tentang perumusan khittah Muhammadiyah. Buku Haedar Nashir yang berjudul Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah (2000). Haedar Nashir dalam bukunya mencoba memaparkan mengenai keterlibatan Muhammadiyah dengan politik dalam dinamika orientasi gerakan 5 dakwah dalam konteks kehidupan di luar persoalan keagamaan. Keterlibatan itu seringkali menjadi sesuatu yang dilematis antara dakwah dan politik. Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi Islam tertua di Indonesia tidak terlepas dari berbagai persoalan baik dalam bidang keagamaan, sosial politik dan budaya. Persoalan yang dihadapi oleh Muhammadiyah sekarang ini jauh lebih berat dibandingkan pada saat awal Muhammadiyah didirikan. Berhubungan dengan hal itu, Haedar Nashir mencoba menyoroti beberapa persoalan yang terjadi di dalam Muhammadiyah. Mulai dari persoalan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar sampai persoalan sosial kemasyarakatan. Untuk itu, Muhammadiyah perlu melakukan sebuah tinjauan ulang untuk memperbaiki langkah-langkah yang sudah mulai menyimpang dari garis perserikatan. Sebagai organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah perlu merumuskan dan meninjau kembali ruang geraknya. Revitalisasi sebagai upaya strategis untuk melakukan penguatan dan pembaruan gerakan Muhamamadiyah selain harus bersifat praktis-strategis juga tetap dituntut harus berada dalam jalur sebagai gerakan dan dakwah Islam dalam mencapai tujuannya. Muhammadiyah menjadi suatu gerakan Islam yang cepat diterima dan kemudian meluas dalam kehidupan masyarakat Indonesia, karena sifat gerakan dakwahnya yang kultural dan transformatif. Buku itu dapat memberikan penjelasan bagi peneliti khususnya mengenai latar belakang dirumuskannya khittah oleh Muhammadiyah dalam menghadapi politik. 6 Deliar Noer dalam bukunya yang berjudul Partai Islam di Pentas Nasional mencoba menganalisis mengenai perkembangan politik di Indonesia khususnya menyorot mengenai peranan partai politik Islam dari tahun 1945-1965. Buku ini memaparkan tentang bagaimana peranan umat Islam dalam berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia yaitu pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, umat Islam dihadapkan kepada upaya untuk mengisi kemerdekaan dan adanya keinginan dari umat Islam untuk menggunakan asas Islam dalam falsafah serta rumusan dasar negara. Untuk itu umat Islam mencoba menyalurkan aspirasinya dengan cara mendirikan partai politik yang mewakili umat Islam Indonesia. Buku itu dalam bab-bab selanjutnya lebih menitikberatkan kepada Partai Politik Masyumi. Pembahasan tentang peran Muhammadiyah dalam Masyumi juga dijelaskan dalam buku itu. Salah satu contohnya yaitu dijelaskan bahwa Muhammadiyah mempunyai andil dalam pembentukkan Masyumi. Perwakilan anggota Muhammadiyah di Masyumi juga paling banyak dibandingkan dengan organisasi lainnya atau yang termasuk ke dalam anggota istimewa Masyumi lainnya. Buku itu masuk dalam kategori buku utama bagi peneliti, karena termasuk lengkap dalam memaparkan secara terperinci tentang Masyumi serta keterlibatan dan peranan Muhammadiyah dalam Masyumi. Deliar Noer (1982) dalam bukunya yang berjudul Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar di Indonesia. Buku itu memaparkan organisasi 7 Muhammadiyah dari awal berdiri sampai kepada perjuangaannya pada masa pendudukan Jepang. Muhammadiyah Akan dengan tetapi, politik pembahasan hanya disinggung mengenai sedikit keterlibatan yaitu ketika Muhammadiyah mendukung salah satu Sarekat Islam pada masa-masa awal Muhammadiyah berdiri. Buku itu dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi peneliti karena salah satunya untuk mengetahui awal mula keterlibatan Muhammadiyah dengan politik. Abdul Azis Thaba yang berjudul Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (1996). Buku itu menjelaskan mengenai hubungan antara Islam dan negara yaitu bagaimana usaha-usaha dari umat Islam untuk memperjuangkan aspirasinya dalam ruang lingkup kenegaraan, diantaranya dengan mendirikan partai politik. Buku itu pun memaparkan tentang partai-partai politik Islam seperti Sarekat Islam, MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia), PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Mengenai peranan Muhammadiyah dalam partai politik Islam tersebut juga hanya disinggung sedikit. Meskipun begitu, buku itu dapat memberikan pemahaman dan kemudahan bagi peneliti dalam melihat hubungan antara pemerintah dengan umat Islam dalam hal ini tentunya yang berhubungan dengan Muhammadiyah. Buku yang berjudul Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan karya Sudirman Tobba (1993). Buku itu hampir sama dengan buku lain yang membahas mengenai keterlibatan Muhammadiyah dengan politik, dimana dijelaskan secara terperinci hubungan Muhammadiyah dengan beberapa partai politik Islam pada masa kolonialisme sampai kepada Muhammadiyah 8 mengeluarkan keputusan khittah tahun 1971. Buku itu pun dapat dijadikan sebagai rujukan untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas dalam membahas mengenai Muhammadiyah dan politik. Buku yang berjudul Era Baru Politik Muhammadiyah editor Asep Saeful Muhtadi (2005). Buku itu merupakan kumpulan tulisan dari beberapa orang yang aktif dalam kepengurusan Muhammadiyah. Secara keseluruhan buku itu memaparkan mengenai sikap Muhammadiyah dalam menghadapi politik pada masa setelah reformasi, khususnya dalam menyikapi dukungan Muhammadiyah kepada Amien Rais selaku pemimpin Muhammadiyah sebagai calon presiden. Meskipun begitu, tetap ada pembahasan tentang awal mula keterlibatan Muhammadiyah dengan politik khususnya dijelaskan dengan partai politik Islam. Untuk itu, buku itu dapat pula dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti dalam melihat perkembangan sikap Muhammadiyah dalam menghadapi politik dari awal Muhammadiyah berdiri sampai masa sekarang 9