Gathering pertemuan Komunitas

advertisement
Jadwal Rutin DOJCC Bali:
Gathering
pertemuan Komunitas
setiap minggu kecuali minggu ke - 4
di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita
diawali makan siang bersama
Sharing Group sebulan 2 x
Formation Teaching sebulan sekali
Celebration Meal
(Makan malam bersama)
Setiap Sabtu terakhir dalam bulan
pk. 18.30 bergantian di rumah anggota
Tugas Koor Misa English
Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00
di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta
DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll)
Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30
Tugas Parkir oleh Youth DOJCC
setiap Sabtu dan Minggu Pertama
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 1
ANEKA KEGIATAN DOJ
DESEMBER 2013
Pelayanan Orang Sakit
Sharing Group Paulus ke Tante Elizabeth
Gathering Desember 2013
Kunjungan CCT ke rumah Wendy
Sumbangan DOJ berupa
100 Kantong Kolekte
untuk Gereja FX - Kuta
Photo bersama Santa Claus
Youth DOJ 25 Desember 2013
Rm Robert
Rimmin SJ
di Gathering DOJ
Pelayanan Koor di Gereja FX Kuta
24 Desember 2013
Latihan Koor persiapan
Malam Natal 24 Desember 2013
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Maia dan Adhi
menjadi maria dan Yosef
Malam Natal 24 Des 2013
Fresh JUICE ! 3
Christmas Celebration
28 Desember 2013 di Hotel Maria - Kuta
4
Gereja FX 1 Jan 2014
Fresh JUICE !Tugas Tatib diwww.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Fresh JUICE ! refresh your soul
Fresh JUICE !
Fresh Juice adalah buku renungan
harian berdasarkan penanggalan
liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com).
Terbit sebulan sekali di awal bulan.
Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223)
Kritik dan saran : [email protected]
Fresh JUICE ! Team
Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr
Penasehat : Yovie Setiawan
Pemimpin Redaksi : Nathasa
Editor : Nathasa, Yovie
Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi,
Martina,
Agatha,
Fransiska,
Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina,
Rm. Joseph MGL, Rm Wenz MGL,
Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia,
Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis,
MGL, Betty, Mariana, Daniel,
Yance, Adhy Hane, Pras, Rita, Lia
Iwan Setiawan
Langganan & Marketing Iklan :
Nathasa (0361- 85 11223)
Distribusi : Anggota DOJ Bali
Seluruh hasil Fresh Juice akan
disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul
Sumbangan dapat disalurkan ke :
BCA
No Rek: 4040400007
An: H B Hady Setiawan
Harap sms / telpon
0361 - 8511223 untuk konfirmasi.
Fresh JUICE !
managed by :
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Syalom....
Selamat Hari Natal 2013 dan Tahun
Baru 2014 buat kita semua.
Senang rasanya bisa bertemu kembali
di tahun yang baru ini. Biasanya
tahun yang baru membuat kita juga
mempunyai semangat baru. Harapan
baru.
Setelah setahun lalu kita lewati,
dengan berbagai kejadian yang kita
alami. Ada yang menyenangkan,
ada yang menyedihkan. Ada yang
mengejutkan. Tapi mari kita ambil
hikmah yang baik dan positif.
Sehingga dapat menjadi bekal untuk
kita menjalani tahun baru kedepan.
Kita serahkan pula seluruh harapan,
rencana-rencana untuk kehidupan
pribadi,
keluarga,
pekerjaan,
pelayanan kita kepada Tuhan.
Semoga Tuhan memberkatinya....
Semoga Fresh Juice juga boleh selalu
menjadi teman untuk kita menjalani
hari-hari mendatang.
Salam Fresh Juice
Nathasa
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 5
Rabu 1 Januari 2014 : Iman yang luar biasa dalam kesederhanaan
HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH, Hari Perdamaian Sedunia.
Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21
Lukas 2 :1 9:“Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan
merenungkannya“
Hari ini, tanggal 1 Januari 2014, selain sebagai tahun baru, gereja juga memperingati
hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Kita, umat katholik , mengimani Santa Maria sebagai
Bunda Allah. Itu iman yang tidak perlu diragukan lagi. Maria melahirkan Yesus yang Anak
Allah. Dan Yesus sebagai Allah Putera. Pernyataan resmi Santa Perawan Maria sebagai
Theotokos ( bahasa Yunani ) dan Mater Dei ( bahasa Latin ) yang berarti Bunda Allah
dimaklumkan dalam konsili Efesus pada tahun 431 yang saat itu dihadiri oleh hamper
semua uskup seluruh dunia. Dalam doa Salam Maria pun, kita juga selalu mengimani
bahwa Maria adalah Bunda Allah.
Dalam bacaan hari ini, Bil 6 : 22-27 dan Mzm 67:2-3,5,6,8 Allah menjanjikan berkat,
perlindungan, kasih karunia, damai sejahtera dan keselamatan kepada semua bangsa
dan akan membuat semua bangsa bersorak sorai dan bersyukur. Dan itu akan digenapi
Allah setelah waktunya pada saat Allah mengutus anakNya yang lahir dari Santa
Perawan Maria Bunda Allah, supaya kita dapat diterima juga sebagai anak-anak Allah.
Karena kita anak Allah, maka kita juga adalah ahli waris keselamatan .
Iman Bunda Maria, pada saat Malaikat Allah datang padanya untuk membawa kabar
bahwa ia akan mengandung oleh Roh Kudus sungguh iman yang sangat luar biasa.
Tuhan tetap memberikan kehendak kepada Maria untuk memilih sesuai hati dan
imannya. Tetapi Maria memilih menjawab: terjadilah padaku menurut kehendakMu.
Padahal, bisa dibayangkan pada saat itu, di masa Maria mendapat kabar dari malaikat
Allah, adalah masa di mana , seorang wanita yang hamil tetapi belum bersuami, aka
nada hokum rajam. Tetapi Maria sungguh menanggapi kabar itu dengan imannya,
menerima kabar itu sebagai kabar sukacita, bukan kabar dukacita.
Dan satu hal lagi yang perlu kita teladani dari Santa Perawan Maria Bunda Allah, dalam
Injil hari ini, Lukas 2:16-21, pada saat gembala datang menjumpai Yesus yang dilahirkan
dalam kandang domba, mereka menceritakan bagaimana para malaikat mendatangi
mereka, mengatakan bahwa telah lahir Sang Juru Selamat, tetapi pada saat Bunda
Maria mendengar tentang itu, Bunda Maria memilih untuk menyimpan segala perkara
itu didalam hatinya dan merenungkannya. Bunda Maria tidak menjadi sombong bahwa
Anak yang dilahirkannya akan menjadi orang hebat. Bunda Maria adalah Bunda Allah
yang sempurna.
Alin
6
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Kamis 2 Januari 2014 : Siapakah Aku ?
Peringatan Wajib Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze
1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 1:19-28
Yoh 1:23 “Akulah suara orang yang berseru-seru dipadang gurun: Luruskanlah jalan
Tuhan! Seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”
Seorang teman bruder saya dari Afrika selalu sepertinya setengah bercanda ketika
ditanya siapa namanya. “Saya adalah Yohanes pembaptis!” katanya dengan bangga
dan semangat. Dan kamipun sering tertawa geli mendengar jawabannya (Nama dia
sebenarnya adalah John alias Yohannes). Namun dia bersikeras bahwa itulah identitas
diriinya karena namanya diambil dari sang nabi pelurus jalan bagi Yesus tersebut.
Identitas diri adalah penting. Identitas dan jati diri itu tidak mudah untuk didapat. Orang
yang kenal dirinya sendiri, tahu dari mana dia berasal, dan tahu jelas tujuan hidupnya
adalah orang yang terberkati. Terberkati? Ya, karena pengenalan diri yang mendalam
adalah tanda kerendahan hati. Orang yang tahu siapa dia dimata Tuhan, dan siapa
Tuhan bagi dirinya pastilah mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dan
hasilnya pun hubungan dengan sesama juga akan baik adanya. Ini artinya dia juga
tahu asal dirinya, keluarganya, komunitas dan lingkungannya, dan tidak lupa diri. Kan
malu kalau orang lain sampai mengingatkan, “Tahu diri dong!”Tuhan Yesus pernah
menampakan diri kepada santa Katarina dari Siena dan berkata: “kalau engkau tahu
siapa Aku dan siapa dirimu, maka kekudusan ada padamu.”
Proses pengenalan diri adalah lama dan tidak mudah. Santo Fransikus dari Asisi pernah
berdoa semalam suntuk dengan penuh air mata dan hanya dengan satu pertanyaan,
“ siapakah Engkau Tuhan, dan siapakah aku?” Santo Yohannes pembaptis pastilah juga
menghabiskan banyak waktu dalam doa untuk tahu apakah tujuan hidupnya. Tetapi
saat mereka sudah tahu persis apakah rencana Tuhan dihidup mereka, pekerjaan
mereka membawa buah yang berlimpah, bahkan cerita karya Tuhan dihidup mereka
terus diingat sampai beratus ratus tahun lamanya.
Teman teman, mari kita juga mau mengenal diri lebih dalam lagi. Mari sisakan lebih
lagi waktu hening dalam doa, sehingga Tuhan bisa berbicara lebih intim dengan kita.
Tuhan punya rencana yang besar untuk kita, melampaui segala imajinasi kita. Maukah
kita berjalan didalam karya agungnya?
Ya Bapa, kami berterimakasih untuk rencanamu yang besar untuk kami. Bimbinglah
kami, utuslah Roh Kudusmu agar kami bisa mendengar suaraMu, dan mengikuti
arahanMu seperti santo Yohannes pembaptis yang membuka jalan bagi sesame untuk
kedatangan PutraMu Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.
Frater David Lemewu MGL
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 7
Jumat 3 Januari 2014 : Pembaptisan
Pesta Nama Yesus Yang Tersuci
1Yoh. 2:29-3:6; Mzm. 98:1,3cd-4,5-6; Yoh. 1:29-34
Yoh 1:33 Dan aku pun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis
dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas
seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus….
Jika saat saya melihat orang-orang yang dibaptis digereja, saya melihat senyum sukacita
yang mereka rasakan. Benar-benar ada sukacita dan kemerdekaan diri sebagai anakanak Allah yang baru dibersihkan oleh air permandian.
Mungkin bagi mereka yang di baptis pada masa bayi tidak merasakan sukacita itu. Dan
kebetulan saya merasakan sukacita pembaptisan itu pada saat saya duduk dibangku SMP.
Kebetulan di dalam keluarga hanya ibu yang tetap memegang keyakinan Katolik sejak
masih muda, dan Ayah saya tetap membiarkan ibu dengan keyakinannya. Pada saat
usia saya 8 tahun, Ayah dan ibu berpisah. Dan saya dibawa ibu pindah ke kota Mataram
Lombok NTB.
Disana saya masih memegang keyakinan Ayah saya dan ibu tidak mau memaksakan
keyakinannya kepada saya. Suatu saat saya bongkar-bongkar tas besar ibu dibawah
kolong tempat tidur, dan diantara buku-buku saya menemukan Alkitab dan Rosario lama.
Pada waktu itu kami tinggal dengan adik bungsu ibu yang berbeda keyakinan dgn ibu,
karena takut ketahuan saya sembunyi-sembunyi membaca Alkitab dan belajar berdoa
Bapa Kami dan Salam Maria pada buku kecil milik ibu yang disembunyikan.
Tetapi dengan saya semakin sembunyi-sembunyi membaca Alkitab tsb, rasa ingin saya ke
gereja semakin menggebu-gebu. Dan yang lebih parah pelajaran Agama saya di sekolah
semakin anjlok, mungkin karena saya tiap hari membaca Alkitab dan menghapal doa
Bapa Kami dan Salam Maria, hingga pelajaran agama yang saya anut waktu itu sering
tidak saya pelajari lagi. Hingga guru disekolah menegur ibu saya, jika terus pelajaran
agama saya merah terus bakal saya tidak bisa naik kelas. Ibu saya binggung karena
bagaimana bisa mengajari saya karena keyakinan kami berbeda.
Akhirnya oleh guru wali kelas waktu itu, saya diminta ikut pelajaran agama hindu. Karena di
sekolah tidak ada guru agama katolik. Untuk sementara saya mengikuti pelajaran agama
hindu, hingga suatu saat oleh seorang biarawati mengantar saya belajar di sekolah katolik.
Semenjak itu, saya makin mencintai gereja dan mengikuti semua kegiatan gereja waktu
itu. Hingga pada saat lulus SD dan masuk ke kelas 1 SMP, ibu saya menganjurkan agar
saya dibaptis. Dan saya dibaptis pada malam Paskah. Sebelum hari H pembaptisan saya
benar-benar tidak bisa tidur. Hingga pada saat usai pembaptisan, hati saya benar-benar
gembira yang luar biasa. Yang selama itu belum pernah saya rasakan sukacita yang
begitu dalam. Disitu saya merasakan Roh Kudus benar-benar membaharui saya sebagai
anak-anak Allah, saya merasa bayi yang terlahir baru ke dunia.
Rina
8
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Sabtu 4 Januari 2014 : Menyerah? Putus Asa?
Elisabeth Anna Bayley Seton, Angela dr Foligno
1Yoh. 3:7-10; Mzm. 98:1,7-8,9; Yoh. 1:35-42
Yoh. 1:39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.”
Setiap kali kita mengalami suatu penderitaan, dengan gampang kita berputus asa dan
menyerah pada nasib. Hari ini, Yesus ingin menunjukan kepada kita jalan yang harus
kita lalui.
Ketika kedua murid Yohanes melihat Yesus, mereka sangat digerakkan oleh Roh Yesus.
Mereka lalu bertanya dengan suatu harapan Yesus akan membiarkan mereka pergi
bersama Dia. Mereka bertanya, Rabi, yang artinya guru, di manakan Engkau tinggal?
Setelah membaca perikop ini, aku tergerak hati untuk merenungkan pertanyaan ini.
Pertanyaan ini bukan sekedar suatu pertanyaan tentang tempat tinggal. Pertanyaan,
“Di manakah Engkau tinggal?” ini mengandung arti yang sangat penting. Mereka
menyapa Yesus ‘Guru,’- seorang yang mengajar menuntun dan mengarahkan kepada
jalan, hidup dan kebenaran.
Kemudian Yesus menjawab mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Jawaban ini
mengandung arti suatu ajakan untuk mengalami hidup Yesus dan hidup bersama Yesus.
Yesus menunjukan kepada mereka cara menjalani hidup ini dengan ajaran-ajaranNya,
menyembuhkan orang yang sakit, buta dan tuli, menyembuhkan orang yang sakit lepra
dan banyak sekali perbuatan ajaib yang Yesus lakukan. Mereka begitu kagum dan
tersemtuh oleh karya keagungan Yesus. Mereka juga bertekat untuk selalu mengikuti
jalan Yesus.
Namun yang menjadi pertanyaan di sini, “Apakah mereka mengikuti Yesus sampai akhir?”
Mereka lari meninggalkan Yesus seorang diri ketika Yesus ditangkap dan diadili. Mereka
menyangkal bahwa Yesus adalah sahabat mereka. Mereka tidak ingin menerima
hukuman setimpal. Hanya karena kekayaan materi, mereka ingin memperoleh sepeser
dengan menjual Yesus.
Kita sering mengalami situasi seperti para rasul ini. Ketika kita mengalami sukacita,
merasa bahwa dia kita didengarkan Tuhan, kita begitu tekun dan akrab menjalin
hubungan dengan Yesus. Namun ketika dilanda berbagai percobaan, kita mulai putus
asa dan bahkan menyerah untuk terus berjalan. Kita merasa sangat menyakitkan kalau
kita meneruskan jalan ziarah ini. Sering kita berpikir bahwa saat yang menyakitkan itu
adakah akhir dari segalanya. Namun akhir dan batas dari perjalanan hidup ini adalah
kebangkitan Yesus. Marilah kita berjalanbersama Yesus Sahabat kita satu-satunya
menuju hidup yang kekal.
Rm. Joseph, MGL
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 9
Minggu 5 Januari 2014 : Kristus Sumber Sukacita
HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN, Hari Anak Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6; Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12
Mat. 2:10“Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka“
Sekitar pertengahan Desember yang lalu, saya bersama Rm. Vincent Widi dan rekan
imam kami di Melbourne, Rm. Aurelio Fragapani sepakat untuk jalan kaki atau bushwalk ke
satu Mercusuar atau light house di Wilsons Promontery National Park. Pemandangannya
memang indah, namun medan yang harus ditempuh memang cukup berat dan jauh,
sekitar 52 km pulang pergi. Sebenarnya para rangers atau petugas jagawana setempat
merekomendasikan 4 hari jalan kaki, tetapi kami memutuskan untuk melakukannya
dalam tempo 2 hari.
Kami memulai jalan kaki agak terlambat di sore hari, ditambah lagi dengan kelelahan
dan harus menunggu saya yang berjalan sedikit lebih lambat dari mereka berdua,
hasilnya kami tiba di tempat tujuan setelah lewat tengah malam. Saya sendiri tiba jam
2 malam, setelah lebih dari 9 jam jalan kaki. Perasaan kami semua ketika tiba di tempat
tujuan adalah sukacita. Sukacita karena sudah tiba di tempat tujuan, sukacita kerena
semua kelelahan terbayar dengan tempat tidur yang nyaman dan pemandangan
yang indah yang bisa kami nikmati keesokan harinya.
Saya yakin sukacita yang seperti inilah yang dialami oleh Tiga Raja dari Timur ketika
mereka melihat bintang dan menemukan bayi Yesus. Memang sulit dipahami,
mengapa Tiga Raja itu secara sukarela datang dari negeri yang jauh mengikuti bintang
dan kemudian bertemu dengan bayi Yesus.Mereka bersukacita karena menemukan
apa yang mereka cari, yaitu keselamatan untuk semua bangsa, Sang Emmanuel, Allah
bersama kita.
Menjadi pengikut Kristus di Indonesia, ataupun di Australia memang banyak
tantangannya. Orang mungkin heran mengapa kita masih setia sebagai pengikut
Kristus. Pergi ke Gereja tiap minggu, berdoa rosario, adorasi, mengaku dosa, dst, dst.
Nah, menghadapi tantangan yang demikian, Paus Fransiskus dalam suratnya yang
terakhir Evangelii Gaudium menegaskan bahwa sebagai pengikut Kristus kita harus
menunjukkan kepada dunia bahwa Kristus-lah sumber segala sukacita, bukan harta
duniawi atau kuasa. Harta dan kuasa penting untuk hidup, tetapi bukan menjadi
sumber sukacita atau kebahagiaan kita. Kristus, sang Emmanuel, Allah bersama kita,
dialah sumber segala sukacita kita. Itulah harta yang tidak akan dimakan ngengat.
Natal menjadi moment penting dalam hidup kita untuk mengingatkan diri akan arti
penting Allah yang mau hidup bersama kita, mau menderita bersama kita, itulah yang
seharusnya membuat kita bersukacita.
Karena itu sukacita adalah kesaksian yang paling utama yang harus kita tunjukkan
dalam hidup. Tujuan kita untuk menjadi pengikut Kristus bukan supaya kita bisa kaya atau
kebal dari penyakit dan penderitaan, tetapi supaya kita bisa mengalami karya Allah
dalam hidup kita, itulah sumber sukacita kita. Itulah yang kita rayakan di penampakan
Tuhan atau epiphani. Sukacita yang tidak akan pernah bisa diambil oleh kuasa apa
pun di bawah kolong langit ini.
Rm. Wenz, MGL
10
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Senin 6 Januari 2014 : Yesus Sang Petualang Sejati!!
Didakus Yosef dr Sadiz
1Yoh. 3:22 - 4:6; Mzm. 2:7-8,10-11; Mat. 4:12-17,23-25
Mat 4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah
ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan di antara bangsa itu.
Dalam sebuah obrolan di meja makan, ada seorang pria yang sudah berusia paruh
baya mengatakan, “besok saya akan melakukan perjalanan darat ke Ruteng,
kemudian lanjut Tambolaka, dan kembali lagi ke Kupang.” Semua yang mendengar
waktu itu, sempat terperangah akan cerita orang ini. Bermodalkan sepeda gayung dan
perlengkapan seadanya, sudah cukup bagi pria ini untuk “menjinakkan” semua rute
yang akan ia lewati. Namanya sudah hobi dan kecintaan terhadap sesuatu, membuat
orang akan melakukan apa saja demi mendapatkan kepuasan bagi dirinya, bahkan
yang mungkin dianggap gila atau tidak wajar bagi sebagian orang yang menilainya.
Di dalam sebuah pesawat terbang, muncul obrolan lain antara Sinyo dengan seorang
penumpang wanita. “Dalam rangka apa ibu pergi ke Bali ?” Wanita tadi menjawab,
“saya akan mengunjungi panti Asuhan selama 3 hari, ada acara berbagi kasih yang
diselenggarakan oleh beberapa donator.” Sinyo masih penasaran dan bertanya
lagi,”sebelumnya, Ibu pergi ke mana saja ?” Ibu itu menjawab, “Saya baru saja melayani
bersama team di Kupang, kemudian ke Pulau Rote, dsb. “ Busyet dah nich ibu, rajin
banget ya keliling terus pelayanan !” Sinyo melanjutkan pertanyaan mengenai anakanak dari Ibu tersebut. Sinyo pun sudah bisa menduga jawaban dari Ibu tadi, bahwa
ia masih single dan belum memiliki anak. Sungguh luar biasa, pelayanan yang Ibu ini
berikan !! Beliau berasal dari Manado, dan sudah beberapa tahun ini mengabdikan
hidupnya untuk melayani beberapa daerah – daerah pedalaman, yang katanya mulai
di “masuki” oleh ajaran-ajaran agama muslim. Kerinduan beliau adalah, jangan sampai
saudara kita dari agama lain mengambil “jiwa-jiwa” orang-orang yang khususnya
berada di daerah pedalaman.
Yesus menjadi teladan yang hebat dan dahsyat bagi kita semua. Ia tak henti-hentinya
berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk memberitakan Injil. Tidak hanya itu,
banyak side job lain seperti, menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat, dan
masih banyak lagi yang dikerjakan oleh Yesus. Luar biasa sekali perbuatan tangannya, sungguh nyata !! Ia melakukan dengan kesungguhan dan ketulusan hati, tanpa
pernah merasa capek atau mengeluh dengan keadaan sekitar. Semoga di setiap karya
pelayanan kita, teladan Yesus ini dapat menjadi kekuatan dan penopang setiap jalan
dan karya-karya kita, dalam melayani keluarga, teman, sesama, dan orang – orang
tercinta di sekitar kita ! Dia tak pernah lelah menuntun setiap anak-anakNya, menuju
kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan. Mari, ikut “berpetualang” dengan Yesus
- sang petualang sejati itu sendiri !!
KRIS
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 11
Selasa 7 Januari 2014 : Mujizat Tuhan Tak Pernah Berhenti
Raimundus dr Penyafort, Lindalva
1Yoh. 4:7-10; Mzm. 72:2,3-4ab,7-8; Mrk. 6:34-44
1 Yoh 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah
kasih.
Mrk 6:37a Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!”
Injil hari ini bercerita tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan. Dengan 5 roti dan 2 ikan itu,
Yesus memberi 5000 laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak, dan sisa 12 bakul
penuh. Ini mujizat yang luar biasa! 5 roti dan 2 ikan melambangkan iman dan harapan
kita yang seadanya dan ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, semuanya jadi
melimpah Dan saya percaya hal itu masih sering Yesus lakukan dalam hidup kita, tetapi
kita kurang menyadarinya.
Soal iman dan harapan kita pada Tuhan, apakah Tuhan memaksakannya? Saya pikir
tidak! Tuhan memang memberi perintah agar kita melakukan apa yang IA mau, tetapi
kita bisa berdebat dengan mengatakan kondisi kita apa adanya. Dan Tuhan akan
meminta kepada kita untuk menunjukkan kepada-Nya, apa yang kita punya.
Mari kita lihat percakapan Tuhan Yesus dengan murid-muridnya dalam bacaan hari
ini, Injil Markus, khusus ayat 37-38, “Jawab Yesus kepada mereka, ‘Berilah mereka
makan! Murid-muridNya bertanya lagi kepadaNya, dengan dua ratus dinar ini kami
harus berbelanja dan memberi mereka makan?” Bisa dibayangkan bagaimana
terbelalaknya murid-murid Yesus ketika Yesus menyuruh mereka memberi makan lima
ribu lebih orang hanya dengan uang kas yang mungkin sebesar dua ratus ribu saat itu.
Yesus tahu kekuatiran mereka dan bertanya, ‘pergi dan lihatlah, apa yang ada saat
ini.’ lalu mereka pergi dan menemukan orang yang membawa 5 roti dan 2 ekor ikan.
Percakapan di atas memberi makna tersendiri kepada setiap orang yang membacanya.
Sesuai dengan rencana, panggilan hidup dan kebutuhan masing-masing. Marilah kita
mengawali rencana hidup kita di tahun 2014 ini, dengan merenungkan percakapan
Yesus dengan murid-muridNya di atas, untuk meneguhkan kita bahwa dengan apa
yang kita miliki, yang kita persembahkan kepada Yesus dalam doa-doa, harapan dan
kerja keras kita, Tuhan Yesus akan selalu membuatnya jadi besar dan berguna bagi
orang lain.
Untuk menjaga hati kita, seringlah kita bertanya pada diri sendiri seperti yang ditanyakan
Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dari Kerahiman Ilahi, ‘Apakah cintamu kepada
sesama sudah kaulandasi pada cinta kepada Tuhan?’
Satu hal lagi, orang boleh bertanya kepada Tuhan tentang segala permasalahan yang
dialaminya, seperti para murid, orang boleh bertanya, mengapa IA seolah menuntut
untuk melayani sesama dalam hidup ini, padahal orang itu merasa tidak siap dengan
keadaannya; Namun demikian, hendaklah tetap taat ketika mendengar suara Tuhan
dan pupuklah terus iman kita akan cinta Tuhan, sebab keinginan untuk melayani, timbul
dari cinta kepada Tuhan. (1Yoh 4:8).
-narita-
12
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Rabu 8 Januari 2014 : Love Cast Out Fear
Petrus Tomas - 1Yoh. 4:11-18; Mzm. 72:2,10-11,12-13; Mrk. 6:45-52
Mrk 6:50 Tenanglah! Aku ini , jangan takut!
Rasa takut dan teman-temannya… : ).. kuatir, galau, resah.. dll, sepertinya senantiasa
membayangi perjalanan hidup kita dan perjuangan kita untuk percaya, untuk dapat
memiliki kasih yang sempurna. Kalau kita tidak mawas diri, mereka akan menjadi teman
seperjalanan hidup kita, dan pelan tapi pasti mereka berusaha menjadi tuan atas hidup
kita.
Seorang teman baik saya, yang juga panutan hidup iman bagi saya, akhirnya menikah
setelah melewati penantian panjang penuh tantangan. Tanpa penantian yang lama ia
dikaruniai seorang putra. Melahirkan di usia kehamilan 7 bulan, teman saya sms “I am
so worried” ketika air ketubannya pecah. Ia cemas akan bayinya. Sekalipun cemas,
saya menjawab “Don’t worry, ini saatnya kita memiliki iman yang mengalahkan dunia”.
Putranya kini tumbuh dengan baik. Teman saya bercerita bahwa setiap ia berangkat kerja
sulit baginya untuk tidak kuatir akan putranya yang berumur 1 tahun lebih yang ditinggal
di rumah bersama baby sitter. Kekuatiran yang sangat wajar dari seorang Ibu akan buah
hatinya, anugerah Tuhan yang begitu indah dalam hidupnya.
Ketika saya kembali dari Surabaya setelah mendampingi Mama saya saat beliau kurang
sehat, saya juga cukup sering diliputi kekuatiran memikirkan beliau di Surabaya.
Teman saya mencintai putranya. Saya mencintai Mama saya. Kami percaya padaNya. Ada
apa dengan cinta? : )
Dalam banyak aspek kita takut dan kuatir. Bahkan dalam “menyayangi” : makin kita “sayang”,
makin banyak yang kita kuatirkan. Aku men”cintai”mu, aku takut kehilanganmu. Aku takut
engkau berubah. Aku takut jauh darimu. Aku takut sesuatu yang buruk menimpamu. Seakan
ketakutan adalah bukti bahwa kita mencintai. Apakah itu sungguh cinta? Ataukah ego?
Ataukah keterlekatan? Karena sepertinya pusat dari perasaan-perasaan itu lebih mengenai
“aku” bukan “yang dicintai”
Sesungguhnya kasih menghalau ketakutan, seperti cahaya menghalau kegelapan.
Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab
ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna di dalam
kasih(1 Yoh 4:18)
There is only one evil in the world :FEAR. There is only one good in the world : LOVE. Tidak
ada satupun kejahatan di dunia ini yang tidak bersumber dari ketakutan. (Fr. Anthony de
Mello – Awareness)
Jadi kasih dan ketakutan itu berseberangan. Musuh bebuyutan.
Membiarkan ketakutan dan teman-temannya hidup di hati kita secara tidak langsung berarti
kita merasa Tuhan kurang mampu, bahwa kendali atas hidup kita itu bukan di tangan Tuhan
tapi di tangan kita. Mungkin iblis tidak mengajak kita terang-terangan berbuat dosa, tapi
dia bisa menanamkan ketakutan, kekuatiran dalam hidup kita dan pelan-pelan membunuh
iman kita.
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja
pada jalan hidupnya? (Mat 6:27)
Hari ini Tuhan mengingatkan kita “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” di dalam setiap peristiwa
yang sulit dalam hidup kita. Ia sanggup meredakan angin ribut dalam kehidupan kita.
Saat Bunda Maria mengikuti Yesus pada jalan salibnya, melihat Putra yang dikasihinya
dianiaya sampai wafat di kayu salib, saat ia memangku Yesus yang terkulai tak bernyawa di
pangkuannya. Apakah ia takut, apakah ia khawatir, apakah ia terluka? Sebagai manusia,
Bunda Maria pasti merasakan semua itu, namun ia menyempurnakan kasihnya dengan
iman. “Terjadilah padaku menurut kehendakMu”
Yustina
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 13
Kamis 9 Januari 2014 : Maukah kita bersahabat dengan Roh Kudus ?
Andreas Korsini
1Yoh. 4:19 - 5:4;Mzm. 72:2,14,15bc,17; Luk. 4:14-22a
Luk. 4:14 Dalam kuasa Roh Kudus, kembalilah Yesus ke Galilea
Roh Kudus adalah pribadi ketiga dalam ajaran iman Katholik mengenai Tritunggal
Maha Kudus; Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pribadi ketiga ini (Roh Kudus) merupakan
pribadi yang memiliki kuasa yang sama seperti Bapa dan Putra. Bapa menciptakan
alam semesta, Putra menebus dosa dunia, sedangkan Roh Kudus menyucikan serta
menyatukan alam semesta dengan Penciptanya. Kuasa yang ada pada setiap pribadi
memiliki visi yang sama yakni untuk mengundang dan menyelamatkan seluruh umat
manusia dan alam semesta. Pertanyaannya, apakah anda dan saya mau merespon
serta menerima undangan mereka dan menjadi bagian dari kehidupan kita?
Bersahabat dengan Roh Kudus adalah hal yang sama menarik dan bahkan lebih indah
dari segala persahabatan yang dimiliki saya dan anda dalam hidup ini. Tuhan Yesus
selama hidup-dan pelayanan-Nya di dunia senatiasa ditemani oleh Roh Kudus. Entah
dalam doa, pengajaran, mengadakan atau melakukan mujizat, penyembuhan dan
masih banyak hal lainnya mengenai Roh Kudus dalam sejarah keselamatan umat
manusia dan dunia hingga saat ini.
Kalau saya dan anda memiliki teman yang setia dan baik hati saat ini, tentu pernah
dalam hidup entah sekali atau beberapa kali dikhianati atau disakiti olehnya. Syukurlah
kalau anda tidak pernah mengalami dalam persahabatan berhubungan dengan
pengalaman buruk yang baru saja disebutkan. Tapi dengan Roh Kudus, saya percaya
dan menjamin bahwa Dia tidak akan pernah berpikir atau menghendaki serta melakukan
hal-hal tersebut di atas kepada siapapun. Malahan Dia menjadi teman yang paling
setia diatas semuanya, bukan hanya dengan Tuhan Yesus, tapi juga dengan bunda
Maria, para rasul dan para kudus serta dengan Gereja-Nya saat ini. Sadar atau tidak
Dia (Roh Kudus) senatiasa bersama kita baik secara pribadi maupun dalam kelompok
atau komunitas setiap saat entah dalam suka maupun duka.
Begitu banyak pengalaman yang menarik dan indah yang kualami bersama dengan Roh
Kudus selama hidupku. Inilah kisah persahabatanku dengan Roh Kudus; Dia mengajar
dan membimbingku untuk mengenal dan mencintai Tuhan Yesus. Dia juga mengajariku
untuk memanggil Allah dengan Bapa serta mencintai-Nya lebih dari segala sesuatu.
Dia menyadariku untuk menghindar atau melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki
Tuhan Yesus dan Bapa di Surga. Dia membawa saya untuk kembali kepada Tuhan Yesus
dan Bapa di Surga dengan mengaku dosa-dosaku melalui sakramen pengakuan. Dan
masih banyak hal indah lain yang kualami bersama dengan Roh Kudus hingga saat
kini dan di sini serta kelak serta selamanya bertemu dengan kedua pribadi Tritunggal
lainnya yakni Bapa dan Putra. Dialah pribadi yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada
para rasul dan gereja-Nya, bahwa “Aku akan selalu beserta kamu sampai akhir dunia
ini” (Mat. 28:20).
Pilihlah teman atau sahabat yang tahu jalan serta setia menuntun saya dan anda
kepada Tuhan Yesus dan Bapa kita di Surga. Semoga selama perjalanan dalam
hidup kita tahun ini menjadikan Roh Kudus sebagai teman seperjalanan entah dalam
pelayanan atau tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan kepada saya dan anda.
Salam dan Damai Roh Kudus
Fr. Anis, MGL
14
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Jumat 10 Januari 2014 : Kuasa Allah
Gregorius Nissa, Gulielmus Bituricensis
1Yoh. 5:5-13; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Luk. 5:12-16
Luk 5 : 13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku
mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
Sebagai seorang Mind Therapist, bukan penyakit kusta pastinya yang saya temui.
Saya menghadapi berbagai macam penyakit-penyakit manusia yang berhubungan
dengan pikiran. Luka batin, trauma, kemelekatan, dan berbagai penjara mental dalam
pikiran manusia.
Menurut pemikiran saya pribadi, Orang yang menderita penyakit kusta jaman itu,
bukanlah penyakit fisiknya yang menyakitkan, akan tetapi pengasingan, dan labellabel yang lingkungan berikan kepada penderita kusta.
Baik penderita kusta pada jaman Yesus, maupun klien-klien yang datang ke kursi terapi
saya, pastinya memiliki suatu kerinduan yang besar untuk menjadi tahir/ kembali pada
citra diri mereka yang sebenarnya. Diri mereka yang lepas bebas dan dicintai. Dan
jauh di kedalaman batin setiap manusia, mengetahui bahwa kelepasan bisa mereka
dapatkan ketika mereka datang padaNya dan hanya dengan kuasaNya saja.
Injil hari ini mengajak setiap dari kita, apapun kelelahan yang sedang kita hadapi, baik
penyakit fisik, maupun sakit secara mental atau pikiran, lakukanlah apa yang dilakukan
oleh penderita kusta dalam Injil.
Datang pada Yesus, dan menyerahkan diri totalitas dan percaya penuh akan Kasih dan
Kuasa Nya. Penderita kusta tidak berkata : “Tuhan, Engkau HARUS menyembuhkan aku!”
akan tetapi dengan segenap Percaya dan Kesadaran akan dirinya, si penderita kusta
berkata: “Tuan, Jika Tuan Mau, Tuan dapat mentahirkan aku” dan pastinya Iman dan
Pengharapan si penderita kusta mendapat Jawaban.
Maukah Anda menjadi tahir?
Daniel Anugroho, S.E, C.Ht-QHI
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 15
Sabtu 11 Januari 2014 : Kerendahan Hati
Hari biasa sesudah penampakan Tuhan.
1Yoh:5:14-21, Mzm 149:1-2,3-4,5,6a,9b, Yoh 3:22-30
Yoh3:30: Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil
Sebagai pengikut Kristus kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik
itu kesehatan, kepandaian, talenta, kekayaan, pangkat, jabatan, kehidupan yang
bahagia, kesuksesan dan sebagainya semuanya itu berasal dari Tuhan yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Namum ketika berada pada keadaan yang “nyaman” ,
seringkali orang tanpa sadar menjadi sombong dengan melupakan dari mana semua
itu berasal dan menjadi puas diri karena menganggap semua yang diperolehnya
adalah hasil usahanya sendiri.
Hari ini Yohanes mengajarkan pada kita suatu jalan untuk menyenangkan hati Tuhan
yaitu melalui kerendahan hati yang meliputi seluruh aspek kehidupan kita , seperti yang
dikatakannya:” Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.” yang ditunjukannya
dalam kurun waktu hidupnya yang singkat. Bahkan ketika berada dipuncak
pelayanannya yang sukses pada masa itu, dia dengan terus terang menunjukan pada
pengikutnya bahwa yang harus diikuti adalah Yesus sang Mesias, Penyelamat umat
manusia dan bukan dirinya. Tidak banyak orang pada masa kini yang berani untuk
berterus terang seperti Yohanes Pembaptis untuk mengatakan bahwa bukan aku yang
berjasa dalam hal ini tapi orang lain.
Pada abad ke 20 kita juga mempunyai seorang Beata dari Kalkuta, yaitu Beata Ibu
Teresa, yang seperti Yohanes Pembaptis juga mengatakan bahwa beliau harus
bertambah kecil dan Tuhan bertambah besar. Beliau mengajarkan kepada kita caracara untuk mencapai kerendahan hati yang dirangkup sebagai berikut ini:
•
Berbicara sedikit mungkin tentang diri sendiri
•
Uruslah sendiri persoalan-persoalan pribadi
•
Hindari rasa ingin tahu
•
Janganlah mencampuri urusan orang lain
•
Terimalah pertentangan dengan kegembiraan
•
Jangan memusatkan perhatian pada kesalahan orang lain
•
Terimalah hinaan dan caci maki
•
Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah
•
Mengalah terhadap kehendak orang lain
•
Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya
•
Bersikap sopan dan peka, sekalipun seorang memancing amarah anda
•
Janganlah mencoba agar dikagumi dan dicintai
•
Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda yang benar
•
Pilihlah selalu yang tersulit
Bapa yang Maha Pengasih mohon curahkan rahmatMu bagi kami agar kami dapat
menyenangkan hatiMu dengan belajar menjadi rendah hati. Amin.
Betty
16
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Minggu 12 Januari 2014 : Ketaatan
Pesta Pembabtisan Tuhan
Yes 42:1-4, 6-7, Mazmur 29:1a,2,3ac-4,3b,9b-10, Kis 10:34-38, Mat 3:13-17
Mat 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya : “Biarlah hal itu terjadi, karena
demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes
pun menuruti-Nya
Saat kembali membaca ayat tersebut, hati kecil saya tersentuh.. ternyata Yesus sudah
menunjukan ketaatan-Nya dari awal sejak dibabtis. Tahu akan apa yang akan dialami
sejak awal, dan tetap berkata sepatutnya menggenapkan seluruh kehendak Allah
membuat saya bercermin kepada diri sendiri. Apabila saya sudah mengetahui masa
depan apa yang akan saya lalui, hal hal buruk yang akan menimpa saya, kesedihankesedihan yang akan saya alami.. apakah saya sanggup tetap mengucapkan kata
kata seperti yang Yesus ucapkan ? rasa-rasa nya tidak.. saya pasti akan terus2an
berdoa meminta, Bapa, sekiranya cawan ini lalu dari padaku. Itu karena ketaatan saya
masih setengah-setengah. Masih blm sanggup memikul salib sendiri. Seperberapakah
saya ini dari Yesus?
Sewaktu menulis renungan ini, saya sempat menangis teringat hal yang pernah saya
alami.. bahwa saya pernah berdoa, Tuhan.. Engkau mengetahui apa yang akan
menimpa saya, mengapakah Engkau membiarkan saya melalui semua ini sekali lagi?
Saya menjadi malu.. Yesus mengetahui apa yang akan dialami dan tetap berkata,
sepatutnya menggenapkan seluruh kehendak Allah, dan sedangkan saya malah
menangis meminta belas kasihan Allah. Syukur tiada habisnya bahwa kita memiliki Yesus
yang sudah memberi contoh dan teladan arti ketaatan, “taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib”.. apabila kita sedang mengalami masa-masa sulit didalam
hidup, ingatlah akan teladan Yesus ini dan berdoalah agar kita diberi kekuatan untuk
melalui masalah tsb dan bukan hanya berdoa dijauhkan dari segala masalah. Tanpa
masalah kita tidak akan menjadi dewasa, tanpa masalah iman kita tidak akan teruji.
Selamat hari pesta pembabtisan Tuhan!
Rita
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 17
Senin 13 Januari 2014 : Panggilan Kristus
Hilarius
1Sam. 1:1-8; Mzm. 116:12-13,14,17,18-19; Mrk. 1:14-20
Markus 1:17 “Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia.”
Dalam bacaan Injil hari ini dijelaskan mengenai “Panggilan”. Setiap dari kita pasti
pernah merasakan panggilan. Tetapi “Panggilan” kali ini berbeda dari yang biasa kita
dapatkan dari orang lain, karena “Panggilan” ini berasal dari Allah sendiri pada kita.
Allah memanggil orang-orang pilihannya berdasarkan kehendak-Nya, bahkan sebelum
mereka dilahirkan.
Panggilan adalah kehendak mutlak Allah, tidak didasarkan pada perbuatan baik
atau jasa - jasa seseorang. Panggilan akan diperjelas secara bertahap kalau mata
hati kita dalam terang, artinya hati nurani kita harus murni dan bersih sehingga dapat
cepat mengerti akan kehendak Allah dalam hidup. Dalam Ef. 1:18 dikatakan “Dan
supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah
yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang
ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.” Panggilan Ilahi biasanya akan mengubah
pandangan hidup kita, standar hidup, cara kita berbicara, gaya hidup dan pergaulan
sehari-hari.
Ingatlah kepada Paulus, kehidupannya berbeda saat menerima panggilan Tuhan.
Tetapi orang yang lari dari panggilannya akan mengalami kehidupan yang payah dan
terombang-ambing.
“Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Ia
menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu. Ia memberi kita keinginan untuk
mengetahui hari depan, tetapi kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal
sampai akhir.”( Pkh 3:1, 11 )
Panggilan adalah anugerah dan kemampuan / karunia ilahi yang diberikan kepada
kamu untuk mengerti, memahami dan melakukan suatu perintah spesifik Allah dalam
dunia ini. Panggilan itu berasal dari Allah. Sudahkah kita sadar akan “Panggilan” hidup
pribadi kita masing - masing?
Yudi
18
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Selasa 14 Januari 2014 : Kuasa Yesus yang menyelamatkan
Petrus Donders, Odorico da Pordenone
1Sam. 1:9-20;MT. 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Mrk. 1:21b-28
Mrk 1:22 “ … Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa …
Bagi setiap orang kristiani membaca Sabda Tuhan di awal hari berarti menerima pesan
Allah untuk menjawab setiap tantangan yang menanti dalam aktivitas hidup keseharian.
Dibuka dengan doa memohon tuntunan Roh Kudus dan rahmat iman, setiap murid
Kristus dijadikan peka pada suara Tuhan dan mengenali kehadiran-Nya dalam hati.
Saat membaca sebuah perikop dalam terang Roh Kudus kita menerima pesan yang
disampaikan bagi Gereja secara umum dan bagi kita secara pribadi dengan situasi
hidup kita masing-masing.
Dalam bingkai Kristologis penginjil Markus mengisahkan bagaimana Allah menyatakan
kebesaran kuasa-Nya dalam diri Yesus, dalam perkataan dan perbuatan-Nya yang
penuh wibawa (bdk. Mrk. 1:22.27). Karya penyembuhan pertama yang Yesus lakukan
ketika memulai karya perutusan-Nya ini memperlihatkan kuasa Allah yang membebaskan
manusia dari ‘yang jahat’. Yesus mengusir Roh jahat dari seorang yang kerasukan setan
dan menyembuhkannya. Sebagian besar dari mujizat yang Yesus lakukan adalah
mujizat penyembuhan. Mujizat yang Yesus kerjakan bukan hanya menyatakan kuasaNya yang MahaBesar, tetapi lebih dari itu, mengungkap kedalaman kasih Allah yang
menghendaki kebebasan dan kebahagiaan manusia. Kehadiran Yesus dan seluruh
karya-Nya adalah tanda nyata kehadiran kerajaan Allah di tengah dunia.
Di dalam Gereja kudus Allah terus menyatakan kehadiran kerajaan-Nya di tengah
dunia karena setiap anggota Gereja adalah anggota tubuh Kristus. Tetapi bagaimana
kita dapat mengenalinya dalam hidup keseharian kita? Kiranya kita menemukan
jawabannya di dalam hati kita masing-masing. Bila kita membiarkan diri dituntun oleh
‘yang jahat’ sedikit demi sedikit hati kita dibutakan hingga tidak mampu lagi mengenali
kehadiran Allah dalam beragam situasi hidup kita. Yesus memulai karya penebusan-Nya
dengan menyembuhkan seorang yang kerasukan karena Ia berkenan membebaskan
manusia dari roh yang menolak kehadiran kerajaan-Nya. Hanya kuasa Yesus yang
mampu menyelamatkan manusia dari pengaruh roh jahat.
Saatnya memeriksa hati kita dan bertanya: di hadapan kebebasan yang Allah
anugerahkan bagi kita, apakah kita mau mengimani dengan sungguh kuasa
penyembuhan dari Yesus? Maukah anda mengundang Yesus secara pribadi untuk
mengunjungi hati anda dalam setiap aktivitas keseharian anda? Kebebasan dan
kesembuhan yang sejati akan membaharui dan menjadikan anda saksi kebesaran
kasih Allah bagi orang-orang di sekitar anda.
Mari kita mohon rahmat iman dan keterbukaan hati bagi setiap kita pada kuasa Yesus
yang menyelamatkan.
Sr. Maria Benedicta, OSB
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 19
Rabu 15 Januari 2014 : Pelayan Tuhan
Arnoldus Janssen Fransiskus Fernandez de Capillas,
Aloysius Variara, Maurus dan Plasidus
1Sam. 3:1-10,19-20; Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10; Mrk. 1:29-39
Markus 1;35 Pagi pagi benar ,waktu hari masih gelap,Ia bangun dan pergi keluar.Ia
pergi ketempat yang sunyi dan berdoa disana.
Adalah merupakan watak atau karakter orang sejak kecil,senang mendapat pujian.
Entah karena dia pintar, berperestasi, sukses dalam hidup, cantik, tampan dan lainlainnya. Pujian tersebut akan membuat dia senang dan bangga. Sekalipun kadangkadang pujian itu agak berlebihan. Akibat negatif nya bisa saja dialami oleh si penerima
pujian, yaitu dia akan sangat sulit mencari helm atau topi karena kepalanya sudah
bertambah besar.
Tentu Yesus tidak termasuk dalam golongan ini. Setelah Dia menyembuhkan banyak
orang dan mengusir roh-roh jahat, melakukan mujizat-mujizat yang luarbiasa, Dia justru
pergi dengan diam-diam dipagi hari
meninggalkan orang orang dan mencari tempat sunyi untuk berdoa mengucap
terimakasih dan bersyukur kepada Bapanya yang ada di sorga.
Banyak juga hamba-hamba Tuhan yang dipakai secara luar biasa dan berhasil
menunaikan tugas-tugas yang diberikan tanpa mengharapkan pujian dari orang.
Dibalik sifat-sifat itu tentu dia punya sifat yang rendah hati, karena orang yang punya
kesombongan rohani tidak akan berhasil dalam hal apapun.
Salah satu pengikut Yesus yang hari ini kita peringati adalah St Arnoldus Janssen, yang
hidup th 1873 -1909. Walaupun dia hanya seorang imam yang biasa saja dan menjadi
guru matematika, tapi dia berhasil mendirikan 3 kongregasi religius, salah satunya
adalah SVD, yang imam2 nya melayani Paroki-paroki di mana mana.
Kerendahan hati yang dimilki oleh Arnoldus Janssen lah yang membuat Tuhan memilih
dia menyatakan kemulianNya walaupun dia sebenarnya orang yang biasa-biasa
saja,tidak punya latar belakang keilmuan untuk menjadi dasar baginya membangun 3
kongregasi yang sampai saat ini tetap hidup dan berkembang dengan baik.
Saat ini kita hidup dalam dunia yang materialistis, dunia yang serba gemerlapan dan
egois.Kalau sifat rendah hati tidak ada dalam diri mereka,maka kesombongan hati dan
merasa mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa campur tangan orang lain dan
Tuhan,maka bisa dibayangkan bagaimana jadinya dunia ini.
Tapi syukurlah masih lebih banyak lagi orang-orang yang tetap mau percaya kepada
Tuhan dan hidup didalam Dia dengan segala suka dukanya.
Iwan Setiawan.
20
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Kamis 16 Januari 2014 : Kalah Menang, Sakit Sehat, Semua di Tangan Tuhan
Berardus
1Sam. 4:1-11; Mzm. 44:10-11,14-15,24-25; Mrk. 1:40-45
Mrk. 1:40 “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”
Di Injil Markus ini dikisahkan bagaimana seorang penyandang kusta datang kepada
Yesus dan memohon belas kasihan. Yesus lalu tergerak hatinya dan menyembuhkan
ia. Mungkin selama menderita kusta, dia bertanya-tanya, “Tuhan apakah maksud dan
rencanaMu didalam deritaku ini?” Saya tertarik pada pernyataan yang ia lontarkan
kepada Yesus, “Kalau Engkau mau….” Kalau Tuhan mau?? Memangnya Tuhan bisa tidak
mau menyembuhkan sakit kita?
Di bacaan pertama dari kitab Samuel kita juga melihat contoh nyata dalam skala
yang besar. Bangsa Israel saat itu sudah terpukul oleh bangsa Filistin dan kehilangan
empat ribu orang di medan perang. Lalu mereka membawa tabut Allah ditengah
tengah mereka sebagai aksi doa memohon Tuhan untuk mendukung mereka di medan
pertempuran berikutnya. Tabut Allah adalah kehadiran Allah yang paling konkrit bagi
orang Israel saat itu, boleh dibandingkan dengan Hosti Kudus Yesus untuk kita umat
Katolik. Tetapi apa yang terjadi? Tidak hanya mereka menderita kekalahan yang amat
besar (30 ribu orang terbunuh), tetapi tabut Allahpun dirampas dari mereka!
Teman teman terkasih dalam Kristus, pastilah kita semua pernah merasakan sakit
penyakit walau mungkin tidak separah si penyandang kusta. Tetapi apakah kita semua
disembuhkan saat kita memohon? Mungkin kita juga pernah punya sesuatu kegiatan
dan memohon Tuhan agar berhasil. Tetapi apakah semua hasrat doa kita dikabulkan?
Saya yakin banyak dari kita yang menemukan jawaban yang negatif. Lalu bagaimana
iman kita akan Tuhan yang maha baik and penyayang?
Janganlah kita goyah, tetapi kita layaknya memohon Tuhan untuk menambahkan iman
kita. Bangsa Israelpun juga akhirnya menang melawan bangsa Filistin. Si penyandang
kusta pastilah sudah sering memohon dan tidak mendapatkan kesembuhan. Akhirnya
Tuhan Yesus tergerak hatinya dan menyembuhkan dia. Mari kita juga mau ditambahkan
iman kita, dan berserah atas kehendak Tuhan karena Dialah yang tahu apa yang baik
untuk kita disaat ini.
Ya Bapa, kami percaya bahwa Engkau selalu memikirkan yang terbaik untuk kami.
Disaat kami susah dan menderita, kami mohon pertolonganmu, dukunglah kami,
sembuhkanlah kami. Kami percaya Engkau mampu. Tetapi kalau ini bukan kehendakMu,
ajarlah kami untuk berpasrah, dan kuatkanlah iman kami agar mampu menghadapi
tantangan ini. Amin
Frater David Lemewu mgl
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 21
Jumat 17 Januari 2014 : Jangan Takut menjadi Kaya
Peringatan Wajib St. Antonius
1Sam. 8:4-7,10-22a;Mzm. 89:16-17,18-19; Mat. 19:16-26
Mat 19:21 Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah
segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Dulu ketika saya membaca ataupun mendengarkan bacaan injil ini, saya beranggapan,
hanya orang miskinlah yang akan masuk kerajaan Surga. Sedangkan orang kaya akan
masuk neraka. Mungkin ini persepsi yang bisa membuat orang tidak bisa menjadi kaya,
karena kaya berarti tidak bisa masuk surga! Menurut buku The Secret dan para ahli Mind
Techology, banyak orang yang tidak bisa menjadi kaya, karena punya persepsi yang salah
tentang orang kaya.
Orang kaya dianggap sebagai lawannya orang miskin yang rendah hati dan terzolimi. Di
televisi, banyak sekali kisah kisah seperti ini, sehingga banyak yang beranggapan kalau
orang kaya itu pasti sombong. Dan kita tidak mau menjadi orang yang sombong, sehingga
tanpa sadar, pikiran kita menolak diri kita menjadi orang kaya.
Yesus berkata untuk mengikuti segala perintahnya, meninggalkan harta benda dan
mengikuti Dia. Orang kaya dalam bacaan itu sedih, karena ia tidak bisa meninggalkan
harta benda nya, tidak bisa meninggalkan sanak saudaranya.
Dalam ajaran Budha, pengikutnya diajarkan untuk melepaskan diri dari kemelekatan
(attachment). Hidup yang sukses adalah hidup yang tidak lagi melekat pada keduniawian.
Kemelakan pada harta duniawi dan kemelakatan pada orang lain. Mungkin ini sama
seperti yang Yesus ingin sampaikan dalam bacaan ini. Bila kita mau mengikuti dia, kita
harus mulai meninggalkan kemelekatan, baik pada benda maupun manusia.
Banyak dari kita yang hidup dalam kemelekatan, tak hanya duniawi dan manusia, tapi
pada masa lalu. Masa lalu masih selalu menghantui hidupnya. Bukankah akan sangat
bahagia, bila kita bisa hidup pada Hari ini secara mandiri?
Jadi, tidak ada salahnya menjadi kaya, asalkan kekayaan itu tidak menjadi Penjara
bagi kita untuk bahagia dan untuk mengikuti Dia. Kekayaaan bukan menjadi tujuan, tapi
menjadi sumber berkat bagi orang lain. Seorang pengusaha kaya, menjadi banyak berkat
bagi banyak karyawannya, asalkan ia membayar upah yang layak bagi pekerjanya.
Jangat takut menjadi kaya !
Jeff Kristianto
22
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Sabtu 18 Januari 2014 : mencari Kerajaan Allah
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani
Margareta dr Hongaria
1Sam. 9:1-4,17-19; 10:1a; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mrk. 2:13-17
Mrk. 2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di
rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti
Dia.
Kisah hari ini adalah kisah tentang ‘Panggilan Murid-murid Yesus yang pertama.’ Ketika
Yesus melihat Lewi anak Alfeus, Dia berkata kepadanya, “Ikutilah Aku.” Apa yang
dimaksudkan Yesus ketika Ia memanggil muridNya ini? Marilah kita mecoba merenungkan
perikop ini secara baik.
Yesus mengatakan, “Ikutilah Aku.” Lalu berdirilah lewi itu dan mengikuti Yesus. Arti daro
mengikuti seseorang berarti, berjalan menuruti seseorang yang di depan. Namun makna
terdalam dari ajakan Yesus adalah suatu ‘perubahan hidup’-hidup menurut cara dan
jalan Yesus. Jalan dan cara utama yang Yesus selalu tawarkan kepada para murid
adalah: ‘mencintai dan memikul salib.’ Mencintai berarti memberikan diri kepada orang
lain dan mengosongkan diri demi karya kemuliaan Tuhan di dalam hidup mereka. Usaha
pemberian diri dan pengosongan diri ini adalah suatu pengorbanan dan salib yang
selalu ditawarkan Yesus.
St. Fransiskus dari Assisi, merupakan contoh yang paling tepat untuk membantu kita
merenungkan Injil hari ini. Fransiskus berasal dari sebuah kelarga yang sangat kaya. Suatu
ketika dia mengalami suatu pengalaman ilahi di mana Tuhan memmanggil dia untuk
membantu orang miskin di negri di mana dia berada. Namun demikian, dia dilarang oleh
ayahanda. Bahkan dia dimarahi oleh ayahnya. Dia menolak nasihat ayahnya. Dia terus
memberikan semua barang jualan ayannya kepada orang miskin. Karena amarahnya,
ayahnya memukul Fransiskus. Fransiskus akhirnya menyerahkan seluruh harta kekayaan
kepada sang ayah. Dia menyerahkan juga pakaian yang melekat di tubuhnya-dia tida
mempunyai apa-apa. Dia mengosongkan dirinya demi nasihat Yesus-meninggalkan
segala-galanya demi pewartaan Kabar Gebira. Dia mengubah dirinya dari seorang
yang memiliki segala-galanya menjadi seorang miskin.
Apakah kita bersedia meninggalkan segalanya demi Yesus? Apakah kita bersedia diubah
oleh Yesus? Apakah kita sekalian bersedia dan rela memberikan diri demi pewartaan
Injil Tuhan? Marilah ktai renungkan diri kita masing-masing. Di sana mungkin masih ada
banyak hal yang sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan. Carilah Kerajaan Allah terlebih
dahulu!
Rm. Joseph, MGL
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 23
Minggu 19 Januari 2014 : Pengikut Kristus
Hari kedua Pekan Doa Sedunia
Yes. 49:3,5-6; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 1:1-3; Yoh. 1:29-34
Yoh. 1:34 Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah
Paus Fransiskus baru saja menulis Surat Apostolik Evangelii Gaudium, the joy of the
Gospel, atau Sukacita Injil. Injil atau eu-angelion yang berarti kabar baik, kabar
gembira, atau kabar sukacita itu adalah pesan penting untuk dunia tentang seorang
pemuda bernama Yesus, yang semasa hidup-Nya dan bahkan setelah kematian-Nya
membawa kasih Allah menjadi nyata dan hidup di tengah-tengah kita. Inilah kabar
sukacita yang harus disampaikan oleh setiap pengikut Kristus kepada dunia. Karena itu
kalau kita sampai gagal memberi kesaksian kepada dunia tentang kabar sukacita ini,
maka kita tidak layak disebut pengikut Kristus.
Dalam Injil hari ini, Yohanes Pembaptis menjadi contoh ideal bagi setiap pengikut Kristus
untuk mewartakan secara terbuka dan tegas bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
datang ke dunia untuk menyatakan Kasih Allah. Tentu, Yohanes Pembaptisan tidak
sedang mimpi di siang bolong ketika ia bersaksi tentang Yesus sebagai Anak Allah.
Kalau demikian, darimana ia bisa tahu bahwa Yesus itulah Sang Messias yang ditunggutunggu dunia?
Yohanes Pembaptis memang bukan orang sembarangan. Menurut tradisi, ia lahir
enam bulan sebelum Kristus, justru di saat ibunya Elizabeth sudah memasuki masa
menopause. Singkat kata, kelahirannya saja sudah ajaib, maka tidak heran kemudian
hidupnya pun menjadi lain. Ia dipanggil atau terpanggil untuk mewartkan bahwa kasih
Allah akan menjadi nyata dalam diri seorang pemuda dari Nazareth. Jauh sebelum
Yesus memulai karya misi-Nya secara publik, Yohanes sudah menyepi di padang gurun
dan mulai berkhotbah dan bernubuat tentang kedatangan Sang Messias. Khotbah atau
kesaksian Yohanes Pembaptis tentunya bukan sembarangan, sebab ia mampu menarik
hati banyak orang Yahudi untuk rela dibaptis dan bersiap-siap menerima kedatangan
Sang Messias. Siapa Dia? Mereka tidak tahu demikian pun Yohanes Pembaptis tidak
tahu siapa Sang Messias tersebuthingga saatnya Yesus sendiri minta dibaptis.
Kita memang tidak dipanggil untuk hidup di padang gurun atau ke tempat-tempat sepi
kemudian berkhotbah seperti Yohanes Pembaptis. Tetapi kita dipanggil untuk berani
bersaksi dengan sukacita bahwa Yesus adalah Anak Allah kepada tiap orang yang kita
jumpai setiap hari. Seperti kata Paus Fransiskus, cara kita menghidupi atau menghayati
hidup kita, gaya bicara kita, tingkah laku kita, cara kita bergaul, cara pikir kita, dst, dst,
harus bisa menarik orang untuk mengikuti iman kita akan Kristus yang menjadi sumber
sukacita Injil.
Seperti Yohanes Pembaptis, kita harus mau menerima Roh Kudus terlebih dahulu agar
bisa memahami Kasih Allah dalam hidup kita dan kemudian berani mewartakannya ke
seluruh ujung bumi.
Rm. Wenz, MGL
24
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Senin 20 Januari 2014 : Tuhanlah Gembalaku
Sebastianus, Fabianus Angelo Paoli, Siprianus Michael Tansi, Yoh. Pembaptis dr Triquerie
1Sam. 15:16-23;Mzm. 50:8-9; 16bc-17,21,23; Mrk. 2:18-22
Mzm 23:1 Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku,takkan kekurangan aku.
Masih ingat dengan cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan uang
persembahan ke bait Allah, bahwa ia memberi dari kekurangannya? Yesus berkata
pada para muridNya saat itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini
memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini
memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Kemudian tidak ada ayat lanjutan dari kisah alkitab itu, membuat saya penasaran
apa yang pada akhirnya diperoleh si janda tersebut? Dia memberikan satu - satunya
sisa uang yang dimilikinya untuk persembahan di Bait Allah, bukankah akhirnya dia
tidak memiliki apa - apa lagi? Apakah janda tersebut tidak takut saat memberikan
uang terakhirnya? Dia sudah dalam posisi sangat berkekurangan padahal saat itu.
Lalu apakah setelah dia memberikan uang persembahan itu, hidupnya menjadi lebih
baik dan tidak kekurangan, karena Tuhan melihat keikhlasan hatinya kemudian Ia
mencukupkan hidupnya?
Pertanyaan itu coba saya renungkan dan hubungkan dengan ayat yang begitu kita
semua kenal, bahwa Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ayat yang
begitu indah, tapi terkadang sulit kita imani disaat kita berkekurangan apalagi dalam
hal materi.
Pertanyaannya, bagaimana mungkin saya bisa memberi sementara saya saja masih
kekurangan? Kalau dipikir secara logika memang akal lah yang berbicara. Tetapi
bagaimana dengan janda miskin itu? Apakah dia begitu bodohnya sehingga tidak
berpikir panjang? Tidak, saya yakin bahwa janda itu bukanlah seorang yang bodoh.
Dia pasti sempat berpikir bagaimana kehidupannya selanjutnya, dia tidak akan memiliki
uang lagi untuk makan. Tetapi dia tidak mau di kuasai oleh pikirannya, dia tidak mau
di kuasai oleh kekhawatiran, jika nenek moyangnya saja yang belum memberikan
apa-apa kepada Tuhan, dipelihara oleh Tuhan di padang gurun dengan menurunkan
roti manna dari surga, apalagi dia yang sudah mempersembahkan seluruh yang ada
padanya, Tuhan pasti akan lebih lagi memelihara dia. Itulah iman.
Akhirnya saya tahu, ayat “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” itu tidak
bisa hanya dibaca mentah-mentah. Benar tertulis carilah dulu Kerajaan Surga, maka
semuanya akan ditambahkan kepadamu. Tapi kenyataannya, lebih sering kita khawatir
terhadap masalah dunia dan mengandalkan kekuatan diri sendiri daripada membawa
iman kita dan menyerahkan segala kecemasan padaNya. Maukah mulai sekarang kita
juga punya iman yang sama seperti janda miskin di dalam kekurangannya?
Maia
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 25
Selasa 21 Januari 2014 : Prioritas Nilai
Peringatan Wajib St. Agnes
1Sam. 16:1-13; Mzm. 89:20,21-22,27-28; Mrk. 2:23-28
Markus 2:28 Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.
Pada hari Sabat, Allah menginginkan manusia untuk menyembah-Nya secara khusus,
karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam
penciptaan, adalah hari khusus yang diberkati dan dikuduskan oleh Allah, karena Allah
berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya
Pada bacaan hari ini, tampak orang-orang Farizi yang mempermasalahkan muridmurid Tuhan Yesus yang bekerja (memetik bulir gandum) pada hari Ssabat. Yesus
mengecam orang Farisi yang berjuang mati-matian memelihara hukum sabat, tetapi
tidak memahami tujuan mendalam dari hukum sabat itu sendiri. Mereka menempatkan
hukum sabat di tempat teratas dari prioritas nilai yang mereka perjuangkan. Tetapi,
ironisnya mereka tidak peduli dengan kehidupan orang lain yang sungguh menderita
yang selalu menjadi orientasi dari hukum sabat itu sendiri. Mereka menghayati hukum
Sabat hanya demi memelihara tradisi. Sementara jika harus melanggar hukum sabat
demi menyelamatkan nyawa orang, mereka mengecamnya. Karena itu, Yesus
menegaskan bahwa prioritas tertinggi di atas segala nilai adalah hidup manusia yang
dibela oleh Allah sendiri.
Dalam hidup sehari-hari, kita juga memiliki keyakinan yang mendalam tentang prioritas
nilai. Kita membela mati-matian sebuah nilai yang kita yakini. Hal itu sangat baik.
Tetapi, pertanyaannya apakah nilai yang saya bela itu sungguh mengedepankan
nilai kehidupan, yakni mengembangkan saya dan orang lain? Ataukah saya
mempertahankan nilai itu demi menunjukkan bahwa saya memiliki kekuasaan?
-Santo-
26
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Rabu 22 Januari 2014 : Melakukan dengan Ketulusan Hati
Vincentius, Laura Vicuna
1Sam. 17:32-33,37,40-51; Mzm. 144:1,2,9-10; Mrk. 3:1-6
Mrk 3:5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang
sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!”
Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
Kisah hidup dr Lo Siaw Ging (79) atau yang akrab dipanggil dr Lo, menjadi pembicaraan
hangat di beberapa media massa akhir-akhir ini. Di tengah pandangan masyarakat
bahwa berobat itu pasti mahal, dr Lo seakan ingin melawan pandangan tersebut.
Kepeduliannya kepada kaum marjinal, dia wujud nyatakan dengan memberikan
pelayanan kesehatan secara gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun. Miris sekali
ketika kita mendengar banyak rumah sakit yang menolak pasien, hanya dikarenakan
masalah biaya berobat yang tidak dapat ditanggung oleh mereka.
Banyak cerita unik dan mengharukan di antara kursi tunggu pasien. Kaila (30), seorang
ibu muda asal Solo sudah beberapa kali memeriksakan anaknya, tetapi dr Lo juga
enggan menerima bayaran. “Sudah langganan juga, tapi pas mau dibayar pasti tidak
mau, dan anak saya pasti sembuh, “kata Kaila. Hal itu ditanggapi dr Lo dengan enteng.
Ia selalu menanyakan kepada pasien, apakah memiliki uang untuk berobat atau tidak.
Kalau tidak punya, saya akan menulis resep dan meminta mereka menebus di apotek
atau rumah sakit langganan saya, agar gratis. Biar nanti tagihannya, saya yang bayar
per bulannya, “kata dr Lo sambil menunggu pasien masuk ke dalam ruangannya.
Kisah hidup dr Lo di atas sama seperti yang di alami Yesus pada masa-Nya. Yesus
hendak menyembuhkan orang pada hari Sabat, tetapi Ia harus dihadapkan pada
sikap orang Farisi yang hendak mencari-cari kesalahan-Nya, di sisi lain Ia harus segera
menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Yesus pun akhirnya mengambil
sikap untuk menyembuhkan orang itu, dan sembuhlah tangan orang itu. Yesus dikatakan
berdukacita karena kedegilan orang-orang Farisi. Kita bisa memahami situasi Yesus saat
itu, ketika sebuah aturan pada hari Sabat harus dilawan dengan sebuah perbuatan
yang benar-benar penting untuk segera dilakukan. Menjadi dokter dengan memberikan
pelayanan gratis, pasti juga tidak mudah dialami oleh dr Lo. Banyak persepsi negative
dari orang yang tidak menyukainya, dan harus bergumul dengan berapa biaya yang
dia keluarkan untuk pengobatan pasiennya. Tetapi, ketulusan dan sikap mau melayani
tanpa pamrih dari kedua tokoh ini yang akan menjadi teladan bagi kita semua.
Walaupun ada banyak rintangan di sekitar kita, ketika ada kesungguhan dan sikap
positif memberikan yang terbaik untuk melayani sesama, percayalah bahwa semua itu
bisa terjadi seturut kuasa dan jalan-Nya.
HILDA
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 27
Kamis 23 Januari 2014 : Aneka Wajah Satu Hati
Yosepha Maria dr Beniganim
1Sam. 18:6-9; 19:1-7; Mzm. 56:2-3,9-10a,10bc-11,12-13; Mrk. 3:7-12
Mrk. 3:7-8 Juga begitu banyak orang yang datang dari Yudea, Yerusalem, Idumea, dari
seberang Yordan dan dari daerah Tirus dan Sidon karena mereka telah mendengar
segala yang dilakukan-Nya
Dalam pertengahan tahun lalu (Juli 2013) orang muda Katholik sejagat dari pelbagai
latar belakang budaya, bahasa dan bangsa berkumpul atau mengadakan kemping
rohani bersama selama kurang lebih dua minggu. Mereka datang dengan tujuan yang
sama yakni ingin mensharingkan iman yang dimiliki dengan sesamanya di Brazil- Rio
de Jeneiro. Selain itu mereka mau menunjukan kepada dunia akan kebanggaan serta
kekayaan iman Katholik yang tidak bisa dibanding dengan segala keajaiban atau
keindahan yang dimiliki oleh dunia.
Baru-baru ini pada tangga 5-7 Desember 2013, hal yang sama juga dilakukan oleh
orang muda Katholik di Australia (kurang lebih 2000). Mereka datang dari berbagai
negara bagian yang ada di Australia seperti Darwin, Sydney, Perth, Canberra, Brisbane
dan Melbourne. Selama tiga hari di Melbourne, mereka mengikuti pelbagai kegiatan
penyegaran iman seperti mengikuti seminar, misa bersama, sharing iman, menyaksikan
langsung dan berpartisipasi dalam puji-pujian bersama group band lagu-lagu
rohani entah dari kelompok muda-mudi atau juga dari para religius. Antusiasme serta
kebanggaan mereka sangat tampak ketika para uskup, para imam, bruder/frater dan
suster, guru serta para orang tua ada bersama.
Sama seperti orang-orang yang datang kepada Tuhan Yesus hari ini, mereka (orang
muda Katholik) ingin atau telah mendengar segala sesuatu yang telah dilakukan oleh
Tuhan Yesus dalam dan untuk hidup mereka. Hal yang membuatku terkesima dan
kagum akan pengalaman selama tiga hari tersebut bahwa ada beberapa dari mereka
adalah bisu, lumpuh serta beberapa yang lain memiliki cacat fisik lainnya. Mereka tidak
peduli akan kondisi fisik yang ada, tapi dengan semangat iman yang mendalam akan
Kristus datang berbagi imannya dengan rekan seperjalanan mereka.
Secara pribadi, saya merasa malu dengan diriku sendiri. Meski keadaanku tidak seperti
mereka sering dan bahkan banyak kali saya tidak memiliki keberanian dan keteguhan
hati atau takut untuk berbagi atau meluangkan waktuku bersama dengan orang-orang
dalam hidupku sehari-hari. Hal ini merupakan tantangan sekaligus undangan dari
Tuhan bagiku untuk berani dan teguh dalam iman khususnya ketika dalam situasi hidup
yang tidak menentu sekalipun. Saya menyaksikan sendiri ada seorang bisu yang mana
wajahnya begitu ceria dan semangat ketika bercakap-cakap dengan menggunakan
gerakan tangan kepada temannya saat itu. Meski dalam situasi tersebut mereka datang
dan meluangkan waktunya untuk bersaksi tentang kasih Kristus dalam hidup mereka
serta mewartakan kabar sukacita Bapa di surga kepada dunia dan sesama.
Bapa di surga, semoga oleh kuasa Roh-Mu kami memiliki keberanian dan keteguhan
hati untuk mewartakan iman kami akan Putra-Mu serta kasih-Mu kepada sesama dan
dunia kini dan di sini.
Fr. Anis, MGL
28
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Jumat 24 Januari 2014 : Dipilih, Dipersiapkan untuk Diutus
Peringatan Wajib St. Fransiskus dr Sales
1Sam. 24:3-21; Mzm. 57:2,3-4,6,11; Mrk. 3:13-19
Mrk 3:13 “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang
dikehendakiNya dan merekapun datang padaNya.”
Sama seperti sebuah cermin, kita dipanggil sebagai murid-murid Kristus hendaknya
merefleksikan karakter yang sama dan mengikuti teladanNya. Meskipun sekarang ini hal
itu kedengarannya seperti permintaan yang tidak sepadan dengan akal sehat, karena
Kristus adalah Anak Allah. Tetapi perlu kita ingat ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juru Selamat, kita juga menjadi anak-anak Allah yang maha tinggi. Kita dikuatkan
oleh Roh Kudus, Roh yang sama yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang
mati. Itu berarti kita memiliki Roh kerendahan hati yang sama, kekuatan yang sama,
kasih yang sama dan kuasa yang sama dalam diri kita, sehingga kita telah diperlengkapi
untuk mengikuti teladanNya dan melakukan seperti yang telah Dia lakukan, berkeliling
mengerjakan kebaikan, membawa kesembuhan baik secara fisik atau emosional.
Ada sebuah buku anak-anak yang menjelaskan tentang “Konsep Ember Emosional “ .
Kesimpulan dari dari cerita itu adalah Ketika ember Anda telah penuh maka Anda akan
merasa bahagia, puas dan terhibur. Namun sebaliknya jika ember Anda kosong, maka
Anda akan merasa sedih dan kecewa. Didunia ini ada “Pengisi ember dan Penguras
ember “ . Pengisi ember adalah orang yang mengikuti teladan Kristus, membuat orang
lain bertambah dengan memberikan dorongan, memenuhi mereka dengan perbuatan
dan perkataan baik. Sebaiknya si penguras ember adalah adalah mereka yang bukan
saja hanya menghabiskan isi ember orang lain tetapi juga mengurangi isi ember mereka
sendiri. Dalam kisah Alkitab, kita ingat bagaimana Petrus. Dia selalu menuruti kata hati,
dia mengatakan kebohongan dan perlu bertumbuh dalam banyak hal. Walaupun
kepribadian Petrus memiliki banyak kelemahan, Yesus menyebutnya dengan istilah yang
mengherankan. Dia berkata Petrus engkau adalah batu karang, padahal arti sebenarnya
dari Simon Petrus adalah “Batu Kerikil” dan tidaklah mengherankan jika dia merasa
kecil seperti batu kerikil, khususnya setelah dia melakukan kesalahan besar. Walaupun
demikian Yesus justru mengatakan bahwa Petrus akan menjadi batu karang yang kokoh
dan teguh. Apakah Anda seorang penyemangat sejati atau Anda merasa tidak nyaman
memberikan pujian, Anda memiliki kemampuan khusus untuk menjadikan orang lain lebih
baik. Pemberian semangat atau dorongan kepada orang lain adalah hadiah yang terbaik
yang dapat kita berikan.
Saling memberikan dorongan setiap hari, itu dikarenakan sepanjang hari kita menghadapi
kesempatan-kesempatan mengalami patah semangat,kesulitan-kesulitan, rencanarencana yang tidak semua terlaksana, kehidupan mempunyai banyak cara untuk membuat
kita kehilangan sukacita. Marilah melalui Injil pada hari ini kita diingatkan kembali, saat
Tuhan memanggil dan memilih kita, ,melengkapi kita untuk diutus mewartakan kabar
sukacita kemanapun Dia memimpin kita.
Bapa, Aku mengundang Engkau untuk berdiam didalam pikiran, hati dan sikapku. Aku
memilih untuk mengikuti teladanMu, Engkau tahu Tuhan bahwa mengikuti teladanMu
sungguh tidaklah mudah, karena masih banyak kelemahan dalam diriku. Namun Aku
percaya bahwa Roh KudusMu yang akan menolongku melakukannya. Kuserahkan hidupku
dalam pimpinanMu. Amin
Lulu
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 29
Sabtu 25 Januari 2014 : Iman dan Mujizat
Pesta Bertobatnya S. Paulus, Hari Penutupan Pekan Doa Sedunia
Kis 22: 3-16 atau Kis 9: 1-22, Mzm 117: 1,2, Mrk 16: 15-18
Mrk 16:18: Mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka nimum racun maut,
mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang
sakit, dan orang itu akan sembuh.
Pada masa gereja awal, mukjizat sangat banyak terjadi, hal ini memang merupakan
sesuatu yang penting untuk menjadi tanda bukti kebenaran tentang kehadiran dan
kuasa Allah dalam agama Kristiani. Namun dengan berlalunya waktu, karena ajaran
Kristiani telah dikenal oleh banyak orang dan diterima sebagai kebenaran, maka
mukjizat makin berkurang, namun hal ini bukan berarti bahwa Allah tidak menyertai
umatNya, karena di dalam sejarah gereja Katolik di sepanjang sejarah umat manusia
Allah tetap bekerja melalui para kudusNya dengan menghadirkan mukjizat yang tak
terhitung banyaknya.
Mukjizat juga diperlukan untuk memberi ruang bagi iman, di mana oleh iman seseorang
dapat menerima mukjizat tersebut dari Tuhan. St. Jerome pernah mengajarkan demikian,
“Mukjizat-mukjizat itu diperlukan pada saat awal untuk meneguhkan iman orang-orang.
Namun pada saat iman seseorang sudah diteguhkan, maka mukjizat-mukjizat tidak
diperlukan”. Pernyataan ini sungguh benar, karena semakin kita dekat dan bersatu
dengan Tuhan, kita mempunyai keterbukaan untuk menerima apapun rencana Tuhan
dalam hidup kita. Menerima mukjizat kesembuhan jasmani atau tidak, tidak menjadi
sesuatu yang utama;
karena bagi mereka yang sungguh beriman tidak lagi mementingkan mukjizat -mukjizat
lahiriah, tetapi lebih memusatkan perhatian terhadap hal- hal rohani, sebab mereka
mengetahui bahwa pada akhirnya segala yang rohani dan surgawi merupakan sesuatu
yang lebih penting dan ‘mengatasi’ yang bersifat jasmani.
Mukjizat yang begitu besar namun juga begitu sederhana terjadi di dalam setiap
perayaan Ekaristi, di mana Tuhan Yesus hadir mengambil rupa roti dan anggur. Itulah
sebabnya, sampai sekarang mukjizat kesembuhan melalui Ekaristi juga masih terjadi,
baik atas perantaraan para pendoa seperti Sr. Briedge McKenna, Romo Yohanes
Indrakusuma O Carm, ataupun melalui doa- doa pribadi tiap- tiap orang beriman;
namun yang terpenting, adalah bagaimana kehidupan rohani umat beriman setelah
menerima mukjizat tersebut.
Bagi umat Katolik, yang telah bersatu dengan Kristus melalui Ekaristi Kudus, yang
terpenting adalah mengimani Tuhan Yesus dan menjalani kehidupan ini bersama-Nya
dan di dalam Dia. Masalah perwujudan mukjizat dalam kehidupan manusia tidaklah
menjadi faktor utama di dalam iman. Sebab kita tidak perlu melihat mukjizat dahulu
baru kemudian percaya. Sebaliknya, kita sudah percaya, dan kita serahkan kepada
Tuhan perihal mukjizat tersebut, jika dipandangnya berguna bagi iman kita, Ia dapat
memberikannya. Namun jika tidak, tidaklah menjadi masalah, sebab Tuhanlah yang
dengan kebijaksanaan-Nya memahami yang terbaik bagi setiap umat-Nya.
Betty
30
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Minggu 26 Januari 2014 : Penjala Manusia
Yes. 8:23b - 9:3; Mzm. 27:1,4,13-14; 1Kor. 1:10-13,17; Mat. 4:12-23
Mat 4 : 19 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia.”
Di suatu siang, ketika saya sedang mengurus beberapa administrasi gereja, pertemuan
dengan teman lama yang tidak terduga terjadi. Dari pertemuan tersebut, teman saya
mengajak saya dan suami untuk masuk kedalam sebuah komunitas di gereja tersebut.
Bagi saya pribadi saat itu, ajakan seperti ini bak air di padang gurun.
Di satu sisi, memiliki komunitas dan aktif dalam sebuah komunitas bagi kami, dan
pastinya, ajakan teman lama saya ini sangat membangkitkan kerinduan di kedalaman
batin saya. Namun di sisi lain, 6 tahun ke-vakuman tersebut telah menjadi sebuah comfort
zone (zona nyaman) yang baru bagi saya. Otomatis ketika sebuah kata komunitas
terlontar, yang muncul adalah komitmen, gereja harian, tugas-tugas dalam komunitas,
bertemu orang-orang yang mungkin belum tentu cocok dengan saya. “Malas ah…”
kata itu mungkin sangat tepat menggambarkan keadaan pikiran saya saat itu.
Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajak Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk
menjadi “penjala” manusia. Itulah panggilan Tuhan bagi mereka. Tuhan mengajak
mereka keluar dari comfort zone mereka, keluar dari kehidupan sehari-hari mereka
untuk berkarya bersama Yesus. Di jaman sekarang panggilan itu tidak hanya semata
untuk menjadi pelayan Tuhan full time dan hidup selibat, tetapi panggilan Tuhan yang
mengajak kita keluar daricomfort zone keseharian kita. Untuk apa? Supaya kita juga
bisa berguna untuk orang lain. Tidak hanya di lingkungan keluarga. Lebih mudahnya,
berani keluar dari comfort zone berarti kita berani memberikan sebagian hidup kita
untuk orang lain. Menjadi berguna untuk orang lain. Rela mengorbakan kepentingan
atau kesenangan pribadi demi orang lain.
Doa : Ya Tuhanku, Engkau menghadiahiku sebuah kehidupan yang luar biasa. Maka
Tuhan, kuserahkan hati dan pikiranku untuk Engkau kuasai, sehingga di dalam kehidupan
yang Luar biasa ini, aku boleh menjadi perpanjangan KasihMU bagi sesama ku, Amin.
Siska
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 31
Senin 27 Januari 2014 : Roh Kudus menghajar Roh Jahat
Angela Merici Robertus, Alberikus, Stefanus
2Sam. 5:1-7,10; Mzm. 89:20,21-22,25-26; Mrk. 3:22-30
Markus 3:29 “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun
selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.”
Sudahkah Anda dan Saya menerima dan merasakan Roh Kudus? Roh Kudus adalah
pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. Pasti kita akan berkata “sudah” menerima dan
merasakan Roh Kudus. Tetapi apakah kita mempergunakan Roh Kudus itu dengan baik
dan benar? Apakah kita memperbarui terus Roh Kudus setiap hari? Dalam bacaan hari
ini menceritakan kekuatan Roh Kudus yang mampu mengalahkan roh jahat. Roh Kudus
mampu menghajar roh jahat. Jika kita sudah merasakan dan mendapatkan Roh Kudus
seharusnya kita bisa menghajar setiap roh jahat yang akan menyerang kita. Saya dan
Anda adalah manusia lemah, dimana setiap kedagingan dan dosa yang mengikat
serta kebiasaan jelek yang mendatangkan dosa tak bisa lepas dari diri sendiri. Setiap
hari kita harus terus berusaha dan berjuang untuk menghajar roh jahat dalam diri
dengan Roh Kudus yang sudah ada. Caranya bagaimana? Menghidupkan terus api Roh
Kudus dalam diri dengan membina hubungan yang baik dengan Tuhan. Membangun
hubungan doa yang harmonis setiap hari. Membagikan kasih Tuhan kepada sesama
juga membuat api Roh Kudus dalam diri terus menyala.
Firman Allah mengajarkan beberapa pengertian atau cara Roh Kudus tinggal di dalam
orang-orang Kristen. Paulus berkata, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan
dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki
Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari
antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus
Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh
Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Roma 8:9, 11).
Pengajaran Roh Kudus tinggal di dalam hati anak Allah yang taat, maka demikianlah
Roh Kudus memimpin, membimbing dan menuntun Anda dan saya dalam menjalani
kehidupan Kristen, yang kemudian dapat dikatakan bahwa Roh Allah tinggal di dalam
kita dan memimpin, membimbing serta menuntun kehidupan. Semakin setia seorang
anak Allah, semakin kuat pengaruh Roh Kudus di dalam kehidupannya.
Maukah saya dan Anda menjadi seorang anak Allah yang taat dan setia sehingga Roh
Kudus terus ada setiap saat?
Yudi
32
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Selasa 28 Januari 2014 : Menjadi Anggota Keluarga Yesus
Peringatan Wajib St. Tomas Aquino
2Sam. 6:12b-15,17-19; Mzm. 24:7,8,9,10; Mrk. 3:31-35
Mrk 3:35 “ Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku … ”
Dikisahkan bahwa ada banyak orang ‘duduk mengelilingi’ Yesus. Kebiasaan ‘duduk
mengelilingi’ bagi orang Yahudi adalah bagi murid-murid dari seorang guru yang
tengah mengajar. Penginjil Markus menampilkan ungkapan ini dalam makna simbolis.
Orang banyak yang duduk mengelilingi Yesus, yang mendengarkan perkataan-Nya
dan melakukannya, adalah para murid-Nya yang lalu menjadi anggota keluarganya
yang sejati. Yesus sendiri memisahkan diri-Nya dari keluarga (dari hubungan darah)
untuk mengabdikan diri pada karya perutusan-Nya. Demikian para uskup, imam,
religius dan pelayan sabda Allah yang dipanggil khusus untuk mengikuti-Nya. Keluarga
yang terbentuk oleh Roh Allah bukanlah dari hubungan darah tetapi dari ‘melakukan
kehendak Allah’ didalam perkataan dan perbuatan sehari-hari.
Ini tidak berarti mengurangi nilai relasi keluarga dari hubungan darah antara Yesus
dan Maria, ibu-Nya serta anggota keluarga lainnya. Maria bukan saja Ibu Yesus yang
melahirkan-Nya tetapi juga Ibu-Nya karena ketaatan dan kesetiaan penuh pada sabda
Allah. Bersama Yakobus dan Simon, kedua sepupu Yesus yang menjadi pemimpin
komunitas di Yerusalem, Maria mempunyai peranan penting dalam Gereja perdana
di Yerusalem.
Perikop yang ditulis penginjil Markus ini mengajak kita untuk merenung bagaimana
sikap hati kita sebagai murid Yesus. Tidakkah kita menyadari betapa besar anugerah
‘relasi persaudaraan’ dengan Yesus yang Allah berikan kepada kita secara cumacuma? Maukah kita belajar dari Maria bagaimana menjadi anggota keluarga Yesus
yang sejati?
Mari kita mohon rahmat iman dan ketaatan pada sabda Allah meneladani Maria,
Bunda Yesus.
Sr. Maria Benedicta, OSB
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 33
Rabu 29 Januari 2014 : Mendengar yang Berbuah
Yosef Freinademetz, Arkanjela Girlani
2 Sam 7:4-17, Mzm 89:4-5, 27-28, 29-30, Mrk 4:1-20
Markus 4:9 “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Ada sepenggal percakapan antara seorang Ibu dan anaknya.
Anak : “Ma,besok hari Minggu kalau kita ke Mall, belikan ice cream ya?”
Mama :” Iya, tetapi kalau kamu tidak batuk atau pilek.”
Hari minggu, ketika mereka ke mall, sang anak menagih janji mamanya untuk membelikannya ice cream meskipun saat itu ia sedang batuk. Tetapi sang mama menolak.
Anak : “Mama kan sudah janji kalo ke mall mau belikan ice cream kan...”
Mama : “Iya, tetapi mama juga bilang, kalau kamu tidak batuk. Karena sekarang kamu
batuk jadi tidak boleh beli ice cream”.
Terkadang kita seperti anak kecil tersebut. Hanya fokus pada apa yang kita minta/inginkan. Kita maunya Tuhan memenuhi semua janjiNya, sedangkan kita tidak melakukan
bagian/kewajiban kita. Kita hanya mau mendengar hal yang menyenangkan bagi kita.
Padahal Tuhan meminta kita untuk hidup benar dihadapanNya, mentaati semua perintahNya, menjalankan semua firmanNya, seiring penggenapan janji Tuhan. Contoh seperti
Daud yang hidup benar seiring Tuhan menggenapi janjiNya.
Disaat apa yg kita inginkan tidak terkabul, kita sering mengeluh, “Kenapa Tuhan, padahal
saya sudah hidup benar, sudah mendengarkan firmanMu...”
Hidup Benar yang kita maksudkan, apakah sudah sesuai dengan kehendak Tuhan, sesuai
dengan ajaran Tuhan yang ada dalam setiap firmanNya?. “Hidup Benar” disini tidak bisa
dipisahkan dengan bagaimana cara kita mendengar/menanggapi firman Tuhan. Seperti
apa cara kita mendengar firman Tuhan?
Dalam perumpamaan tentang penabur ada 4 sikap yang mewakili bagaimana kita
dalam mendengar firman Tuhan. (Mrk 4:1-20)
Sikap 1. Benih yang jatuh dipinggir jalan.
Sikap 2. Benih yang jatuh ditanah yang berbatu, yang tidak banyak tanahnya
Sikap 3. Benih jatuh di tengah semak duri.
Sikap 4. Benih jatuh di tanah yang baik.
Dalam ke-4 sikap tersebut, semua menerima Benih (semua mendengar firman Tuhan).
Tetapi bagaimana firman itu di tempatkan setelah didengar, akan memberikan hasil yang
berbeda.
Yang paling sering kita lakukan adalah pada sikap 1, 2 dan 3. Kita mendengar tapi tidak menghiraukan, mendengar tapi langsung melupakan. Atau karena penganiayaan/
ejekan/ cemoohan, kita langsung berbalik dari firman itu. Atau mungkin karena kesenangan duniawi atau kesibukan kita, kita membuat firman itu menjadi hanya sekedar ide atau
topik yang tidak berbuah.
Dengan sikap 1,2, dan 3, apakah kita masih dengan tidak malu menagih janji Tuhan? Ataukah seperti sikap ke-4, kita mau mendengar dengan sungguh2, menerima dan melakukan
setiap firman Tuhan hingga berbuah, seiring penggenapan Janji Tuhan yang YA & AMIN.
Mari kita merenungkan, “mendengar” seperti apa yang telah kita lakukan selama ini.
Jesus bless Us.
Lia
34
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Kamis 30 Januari 2014 : UP !!!
Yasinta Mareskoti, Bronislaus Markiewicz
2Sam. 7:18-19,24-29; Mzm. 132:1-2,3-5,11,12,13-14;
Mrk. 4:21-25
Mrk 24: 24b “ Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan
disamping itu akan ditambah lagi kepadamu”
Salam Sejahtera Sahabat Fresh Juice!!!
Sebagai manusia yang normal biasanya kita memberi batasan kepada apa yang kita
lakukan, seperti misalnya saya punya usaha kecil kecilan membuat handicraft dari kulit,
nah dari kerajinan saya itu saya memberi batasan quality kepada tukang saya (walau
kadang sering meleset), tetapi batasan quality itu yang menjadi tolak ukur barang itu
bagus atau tidak.
Dengan adanya batasan itu saya juga meminta tukang tukang bisa sedikit demi sedikit
menaikkan standar qualitynya, sehingga kemampuan mereka menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya.
Demikian Juga Tuhan telah memberikan kepada kita telenta masing masing, sehingga
sebenarnya Tuhan sendiri sudah tahu bagaimana pelayanan pelayanan kita, tetapi
Tuhan juga menambahkan ukurannya dengan pelayanan pelayanan yang sudah disediakan.
Seperti sekarang ini Gereja FX melalui suatu komunitas ingin membangun Rumah retret
di Plaga, banyak dari anggota sebenarnya tidak biasa bekerja di fund raising, tetapi
berhubung banyak talenta yang ada hal tersebut disatukan dan bisa diadakan acara
acara lain utk mengadakan fund raising, kerja sosial dan lain lainnya.
Mari kita saling belajar, saling melengkapi didalam pelayanan pelayanan kita, sehingga jika “pekerjaan” kita akan ditambahkan lagi, maka kita akan siap melayaniNYA.
God bless
Prast
Vol. 50/2014
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 35
Jumat 31 Januari 2014 : Kecil itu Indah
Peringatan Wajib St. Yohanes Bosko
2Sam. 11:1-4a,5-10a,13-17; Mzm. 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11; Mrk. 4:26-34
Mrk 4:31 Hal kerajaan surga itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah
Oh my GOD !
Ini tanganku yang kecil atau tangannya Yonathan yang udah membesar ?
Dan tangannya hampir menyamai telapak tanganku.
Sepertinya baru kemaren aku memegang tangannya yang kecil.
Tangannya yang dulu selalu berusaha menggapai tanganku.
Tangannya yang dulu terkadang menarik-narik bajuku.
Dan sekarang, OH my GOD, tangannya hampir menyamaiku!
Sungguh, melihat pertumbuhan anak-anak kami dari bayi hingga sekarang laksana
melihat langsung betapa ajaib perbuatan Tuhan yang kita miliki. Benih yang kami
tanam dan sekarang telah menjadi anak yang sebentar lagi akan beranjak remaja.
Dan akhirnya akan beranjak dewasa. (Ahh.. kami jadi menyadari betapa sebentar lagi
akan bertambah tua.. dan tentunya tambah ganteng dan cantik – seperti film Benjamin
Button! Ha..ha...)
Kami pun jadi teringat, saat kami awalnya punya anjing. Biasanya kami membeli anjing
kecil dan sekarang anjing kami udah besar. Udah punya anak lagi!
Sungguh sangat menarik kalau kita melihat alam di sekitar kita. Tumbuhan yang
berawal dari benih dan ternyata bisa menjadi pohon yang besar melebihi tumbuhan
di sekitarnya.
Injil hari ini menjadi sangat menarik karena Yesus berbicara mengenai benih. Benih
yang kecil dan bertumbuh menjadi besar. Dan demikian lah Yesus menggambarkan
perumpamaan mengenai Kerajaan Surga. Kerajaan surga tidak dimulai dari hal-hal
besar yang kita buat. Namun berawal dari hal-hal kecil.
Bukan berawal bagaimana kita memperhatikan orang lain di gereja kita, tapi berawal
bagaimana kita memperhatikan istri dan anak-anak kita.
Bukan berawal bagaimana kita sibuk melayani sana-sini, tapi justru kita lupa ‘melayani’
(baca : mengisi) diri sendiri dan menjaga hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Bukan berawal dari ikut suatu kelompok dengan tujuan menyelamatkan ratusan bahkan
ribuan orang agar ikut Tuhan, tapi dimulai dari menunjukkan teladan kita kepada satu
atau dua orang di sekitar kita.
Bukan berawal dari banyaknya ‘kotbah’ yang kita katakan, tapi berawal dari ‘kotbah
tanpa kata-kata’ yang kita lakukan.
Berawal dari hal kecil ?
Iya iyalah... kecil itu indah kok!
yovie
36
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 50/2014
Download