Jadwal Rutin DOJCC Bali: Gathering pertemuan Komunitas setiap minggu kecuali minggu ke - 4 di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita diawali makan siang bersama Sharing Group sebulan 2 x Formation Teaching sebulan sekali Celebration Meal (Makan malam bersama) Setiap Sabtu terakhir dalam bulan pk. 18.30 bergantian di rumah anggota Tugas Koor Misa English Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00 di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll) Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30 Tugas Parkir oleh Youth DOJCC setiap Sabtu dan Minggu Pertama Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 1 ANEKA KEGIATAN DOJ DESEMBER 2013 Pelayanan Orang Sakit Sharing Group Paulus ke Tante Elizabeth Gathering Desember 2013 Kunjungan CCT ke rumah Wendy Sumbangan DOJ berupa 100 Kantong Kolekte untuk Gereja FX - Kuta Photo bersama Santa Claus Youth DOJ 25 Desember 2013 Rm Robert Rimmin SJ di Gathering DOJ Pelayanan Koor di Gereja FX Kuta 24 Desember 2013 Latihan Koor persiapan Malam Natal 24 Desember 2013 Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Maia dan Adhi menjadi maria dan Yosef Malam Natal 24 Des 2013 Fresh JUICE ! 3 Christmas Celebration 28 Desember 2013 di Hotel Maria - Kuta 4 Gereja FX 1 Jan 2014 Fresh JUICE !Tugas Tatib diwww.DOJCC.com Vol. 50/2014 Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Joseph MGL, Rm Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Mariana, Daniel, Yance, Adhy Hane, Pras, Rita, Lia Iwan Setiawan Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul Sumbangan dapat disalurkan ke : BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi. Fresh JUICE ! managed by : Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Syalom.... Selamat Hari Natal 2013 dan Tahun Baru 2014 buat kita semua. Senang rasanya bisa bertemu kembali di tahun yang baru ini. Biasanya tahun yang baru membuat kita juga mempunyai semangat baru. Harapan baru. Setelah setahun lalu kita lewati, dengan berbagai kejadian yang kita alami. Ada yang menyenangkan, ada yang menyedihkan. Ada yang mengejutkan. Tapi mari kita ambil hikmah yang baik dan positif. Sehingga dapat menjadi bekal untuk kita menjalani tahun baru kedepan. Kita serahkan pula seluruh harapan, rencana-rencana untuk kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, pelayanan kita kepada Tuhan. Semoga Tuhan memberkatinya.... Semoga Fresh Juice juga boleh selalu menjadi teman untuk kita menjalani hari-hari mendatang. Salam Fresh Juice Nathasa www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 5 Rabu 1 Januari 2014 : Iman yang luar biasa dalam kesederhanaan HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH, Hari Perdamaian Sedunia. Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21 Lukas 2 :1 9:“Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya“ Hari ini, tanggal 1 Januari 2014, selain sebagai tahun baru, gereja juga memperingati hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Kita, umat katholik , mengimani Santa Maria sebagai Bunda Allah. Itu iman yang tidak perlu diragukan lagi. Maria melahirkan Yesus yang Anak Allah. Dan Yesus sebagai Allah Putera. Pernyataan resmi Santa Perawan Maria sebagai Theotokos ( bahasa Yunani ) dan Mater Dei ( bahasa Latin ) yang berarti Bunda Allah dimaklumkan dalam konsili Efesus pada tahun 431 yang saat itu dihadiri oleh hamper semua uskup seluruh dunia. Dalam doa Salam Maria pun, kita juga selalu mengimani bahwa Maria adalah Bunda Allah. Dalam bacaan hari ini, Bil 6 : 22-27 dan Mzm 67:2-3,5,6,8 Allah menjanjikan berkat, perlindungan, kasih karunia, damai sejahtera dan keselamatan kepada semua bangsa dan akan membuat semua bangsa bersorak sorai dan bersyukur. Dan itu akan digenapi Allah setelah waktunya pada saat Allah mengutus anakNya yang lahir dari Santa Perawan Maria Bunda Allah, supaya kita dapat diterima juga sebagai anak-anak Allah. Karena kita anak Allah, maka kita juga adalah ahli waris keselamatan . Iman Bunda Maria, pada saat Malaikat Allah datang padanya untuk membawa kabar bahwa ia akan mengandung oleh Roh Kudus sungguh iman yang sangat luar biasa. Tuhan tetap memberikan kehendak kepada Maria untuk memilih sesuai hati dan imannya. Tetapi Maria memilih menjawab: terjadilah padaku menurut kehendakMu. Padahal, bisa dibayangkan pada saat itu, di masa Maria mendapat kabar dari malaikat Allah, adalah masa di mana , seorang wanita yang hamil tetapi belum bersuami, aka nada hokum rajam. Tetapi Maria sungguh menanggapi kabar itu dengan imannya, menerima kabar itu sebagai kabar sukacita, bukan kabar dukacita. Dan satu hal lagi yang perlu kita teladani dari Santa Perawan Maria Bunda Allah, dalam Injil hari ini, Lukas 2:16-21, pada saat gembala datang menjumpai Yesus yang dilahirkan dalam kandang domba, mereka menceritakan bagaimana para malaikat mendatangi mereka, mengatakan bahwa telah lahir Sang Juru Selamat, tetapi pada saat Bunda Maria mendengar tentang itu, Bunda Maria memilih untuk menyimpan segala perkara itu didalam hatinya dan merenungkannya. Bunda Maria tidak menjadi sombong bahwa Anak yang dilahirkannya akan menjadi orang hebat. Bunda Maria adalah Bunda Allah yang sempurna. Alin 6 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Kamis 2 Januari 2014 : Siapakah Aku ? Peringatan Wajib Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze 1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 1:19-28 Yoh 1:23 “Akulah suara orang yang berseru-seru dipadang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” Seorang teman bruder saya dari Afrika selalu sepertinya setengah bercanda ketika ditanya siapa namanya. “Saya adalah Yohanes pembaptis!” katanya dengan bangga dan semangat. Dan kamipun sering tertawa geli mendengar jawabannya (Nama dia sebenarnya adalah John alias Yohannes). Namun dia bersikeras bahwa itulah identitas diriinya karena namanya diambil dari sang nabi pelurus jalan bagi Yesus tersebut. Identitas diri adalah penting. Identitas dan jati diri itu tidak mudah untuk didapat. Orang yang kenal dirinya sendiri, tahu dari mana dia berasal, dan tahu jelas tujuan hidupnya adalah orang yang terberkati. Terberkati? Ya, karena pengenalan diri yang mendalam adalah tanda kerendahan hati. Orang yang tahu siapa dia dimata Tuhan, dan siapa Tuhan bagi dirinya pastilah mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dan hasilnya pun hubungan dengan sesama juga akan baik adanya. Ini artinya dia juga tahu asal dirinya, keluarganya, komunitas dan lingkungannya, dan tidak lupa diri. Kan malu kalau orang lain sampai mengingatkan, “Tahu diri dong!”Tuhan Yesus pernah menampakan diri kepada santa Katarina dari Siena dan berkata: “kalau engkau tahu siapa Aku dan siapa dirimu, maka kekudusan ada padamu.” Proses pengenalan diri adalah lama dan tidak mudah. Santo Fransikus dari Asisi pernah berdoa semalam suntuk dengan penuh air mata dan hanya dengan satu pertanyaan, “ siapakah Engkau Tuhan, dan siapakah aku?” Santo Yohannes pembaptis pastilah juga menghabiskan banyak waktu dalam doa untuk tahu apakah tujuan hidupnya. Tetapi saat mereka sudah tahu persis apakah rencana Tuhan dihidup mereka, pekerjaan mereka membawa buah yang berlimpah, bahkan cerita karya Tuhan dihidup mereka terus diingat sampai beratus ratus tahun lamanya. Teman teman, mari kita juga mau mengenal diri lebih dalam lagi. Mari sisakan lebih lagi waktu hening dalam doa, sehingga Tuhan bisa berbicara lebih intim dengan kita. Tuhan punya rencana yang besar untuk kita, melampaui segala imajinasi kita. Maukah kita berjalan didalam karya agungnya? Ya Bapa, kami berterimakasih untuk rencanamu yang besar untuk kami. Bimbinglah kami, utuslah Roh Kudusmu agar kami bisa mendengar suaraMu, dan mengikuti arahanMu seperti santo Yohannes pembaptis yang membuka jalan bagi sesame untuk kedatangan PutraMu Tuhan kami Yesus Kristus. Amin. Frater David Lemewu MGL Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 7 Jumat 3 Januari 2014 : Pembaptisan Pesta Nama Yesus Yang Tersuci 1Yoh. 2:29-3:6; Mzm. 98:1,3cd-4,5-6; Yoh. 1:29-34 Yoh 1:33 Dan aku pun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus…. Jika saat saya melihat orang-orang yang dibaptis digereja, saya melihat senyum sukacita yang mereka rasakan. Benar-benar ada sukacita dan kemerdekaan diri sebagai anakanak Allah yang baru dibersihkan oleh air permandian. Mungkin bagi mereka yang di baptis pada masa bayi tidak merasakan sukacita itu. Dan kebetulan saya merasakan sukacita pembaptisan itu pada saat saya duduk dibangku SMP. Kebetulan di dalam keluarga hanya ibu yang tetap memegang keyakinan Katolik sejak masih muda, dan Ayah saya tetap membiarkan ibu dengan keyakinannya. Pada saat usia saya 8 tahun, Ayah dan ibu berpisah. Dan saya dibawa ibu pindah ke kota Mataram Lombok NTB. Disana saya masih memegang keyakinan Ayah saya dan ibu tidak mau memaksakan keyakinannya kepada saya. Suatu saat saya bongkar-bongkar tas besar ibu dibawah kolong tempat tidur, dan diantara buku-buku saya menemukan Alkitab dan Rosario lama. Pada waktu itu kami tinggal dengan adik bungsu ibu yang berbeda keyakinan dgn ibu, karena takut ketahuan saya sembunyi-sembunyi membaca Alkitab dan belajar berdoa Bapa Kami dan Salam Maria pada buku kecil milik ibu yang disembunyikan. Tetapi dengan saya semakin sembunyi-sembunyi membaca Alkitab tsb, rasa ingin saya ke gereja semakin menggebu-gebu. Dan yang lebih parah pelajaran Agama saya di sekolah semakin anjlok, mungkin karena saya tiap hari membaca Alkitab dan menghapal doa Bapa Kami dan Salam Maria, hingga pelajaran agama yang saya anut waktu itu sering tidak saya pelajari lagi. Hingga guru disekolah menegur ibu saya, jika terus pelajaran agama saya merah terus bakal saya tidak bisa naik kelas. Ibu saya binggung karena bagaimana bisa mengajari saya karena keyakinan kami berbeda. Akhirnya oleh guru wali kelas waktu itu, saya diminta ikut pelajaran agama hindu. Karena di sekolah tidak ada guru agama katolik. Untuk sementara saya mengikuti pelajaran agama hindu, hingga suatu saat oleh seorang biarawati mengantar saya belajar di sekolah katolik. Semenjak itu, saya makin mencintai gereja dan mengikuti semua kegiatan gereja waktu itu. Hingga pada saat lulus SD dan masuk ke kelas 1 SMP, ibu saya menganjurkan agar saya dibaptis. Dan saya dibaptis pada malam Paskah. Sebelum hari H pembaptisan saya benar-benar tidak bisa tidur. Hingga pada saat usai pembaptisan, hati saya benar-benar gembira yang luar biasa. Yang selama itu belum pernah saya rasakan sukacita yang begitu dalam. Disitu saya merasakan Roh Kudus benar-benar membaharui saya sebagai anak-anak Allah, saya merasa bayi yang terlahir baru ke dunia. Rina 8 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Sabtu 4 Januari 2014 : Menyerah? Putus Asa? Elisabeth Anna Bayley Seton, Angela dr Foligno 1Yoh. 3:7-10; Mzm. 98:1,7-8,9; Yoh. 1:35-42 Yoh. 1:39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Setiap kali kita mengalami suatu penderitaan, dengan gampang kita berputus asa dan menyerah pada nasib. Hari ini, Yesus ingin menunjukan kepada kita jalan yang harus kita lalui. Ketika kedua murid Yohanes melihat Yesus, mereka sangat digerakkan oleh Roh Yesus. Mereka lalu bertanya dengan suatu harapan Yesus akan membiarkan mereka pergi bersama Dia. Mereka bertanya, Rabi, yang artinya guru, di manakan Engkau tinggal? Setelah membaca perikop ini, aku tergerak hati untuk merenungkan pertanyaan ini. Pertanyaan ini bukan sekedar suatu pertanyaan tentang tempat tinggal. Pertanyaan, “Di manakah Engkau tinggal?” ini mengandung arti yang sangat penting. Mereka menyapa Yesus ‘Guru,’- seorang yang mengajar menuntun dan mengarahkan kepada jalan, hidup dan kebenaran. Kemudian Yesus menjawab mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Jawaban ini mengandung arti suatu ajakan untuk mengalami hidup Yesus dan hidup bersama Yesus. Yesus menunjukan kepada mereka cara menjalani hidup ini dengan ajaran-ajaranNya, menyembuhkan orang yang sakit, buta dan tuli, menyembuhkan orang yang sakit lepra dan banyak sekali perbuatan ajaib yang Yesus lakukan. Mereka begitu kagum dan tersemtuh oleh karya keagungan Yesus. Mereka juga bertekat untuk selalu mengikuti jalan Yesus. Namun yang menjadi pertanyaan di sini, “Apakah mereka mengikuti Yesus sampai akhir?” Mereka lari meninggalkan Yesus seorang diri ketika Yesus ditangkap dan diadili. Mereka menyangkal bahwa Yesus adalah sahabat mereka. Mereka tidak ingin menerima hukuman setimpal. Hanya karena kekayaan materi, mereka ingin memperoleh sepeser dengan menjual Yesus. Kita sering mengalami situasi seperti para rasul ini. Ketika kita mengalami sukacita, merasa bahwa dia kita didengarkan Tuhan, kita begitu tekun dan akrab menjalin hubungan dengan Yesus. Namun ketika dilanda berbagai percobaan, kita mulai putus asa dan bahkan menyerah untuk terus berjalan. Kita merasa sangat menyakitkan kalau kita meneruskan jalan ziarah ini. Sering kita berpikir bahwa saat yang menyakitkan itu adakah akhir dari segalanya. Namun akhir dan batas dari perjalanan hidup ini adalah kebangkitan Yesus. Marilah kita berjalanbersama Yesus Sahabat kita satu-satunya menuju hidup yang kekal. Rm. Joseph, MGL Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 9 Minggu 5 Januari 2014 : Kristus Sumber Sukacita HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN, Hari Anak Misioner Sedunia Yes. 60:1-6; Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12 Mat. 2:10“Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka“ Sekitar pertengahan Desember yang lalu, saya bersama Rm. Vincent Widi dan rekan imam kami di Melbourne, Rm. Aurelio Fragapani sepakat untuk jalan kaki atau bushwalk ke satu Mercusuar atau light house di Wilsons Promontery National Park. Pemandangannya memang indah, namun medan yang harus ditempuh memang cukup berat dan jauh, sekitar 52 km pulang pergi. Sebenarnya para rangers atau petugas jagawana setempat merekomendasikan 4 hari jalan kaki, tetapi kami memutuskan untuk melakukannya dalam tempo 2 hari. Kami memulai jalan kaki agak terlambat di sore hari, ditambah lagi dengan kelelahan dan harus menunggu saya yang berjalan sedikit lebih lambat dari mereka berdua, hasilnya kami tiba di tempat tujuan setelah lewat tengah malam. Saya sendiri tiba jam 2 malam, setelah lebih dari 9 jam jalan kaki. Perasaan kami semua ketika tiba di tempat tujuan adalah sukacita. Sukacita karena sudah tiba di tempat tujuan, sukacita kerena semua kelelahan terbayar dengan tempat tidur yang nyaman dan pemandangan yang indah yang bisa kami nikmati keesokan harinya. Saya yakin sukacita yang seperti inilah yang dialami oleh Tiga Raja dari Timur ketika mereka melihat bintang dan menemukan bayi Yesus. Memang sulit dipahami, mengapa Tiga Raja itu secara sukarela datang dari negeri yang jauh mengikuti bintang dan kemudian bertemu dengan bayi Yesus.Mereka bersukacita karena menemukan apa yang mereka cari, yaitu keselamatan untuk semua bangsa, Sang Emmanuel, Allah bersama kita. Menjadi pengikut Kristus di Indonesia, ataupun di Australia memang banyak tantangannya. Orang mungkin heran mengapa kita masih setia sebagai pengikut Kristus. Pergi ke Gereja tiap minggu, berdoa rosario, adorasi, mengaku dosa, dst, dst. Nah, menghadapi tantangan yang demikian, Paus Fransiskus dalam suratnya yang terakhir Evangelii Gaudium menegaskan bahwa sebagai pengikut Kristus kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa Kristus-lah sumber segala sukacita, bukan harta duniawi atau kuasa. Harta dan kuasa penting untuk hidup, tetapi bukan menjadi sumber sukacita atau kebahagiaan kita. Kristus, sang Emmanuel, Allah bersama kita, dialah sumber segala sukacita kita. Itulah harta yang tidak akan dimakan ngengat. Natal menjadi moment penting dalam hidup kita untuk mengingatkan diri akan arti penting Allah yang mau hidup bersama kita, mau menderita bersama kita, itulah yang seharusnya membuat kita bersukacita. Karena itu sukacita adalah kesaksian yang paling utama yang harus kita tunjukkan dalam hidup. Tujuan kita untuk menjadi pengikut Kristus bukan supaya kita bisa kaya atau kebal dari penyakit dan penderitaan, tetapi supaya kita bisa mengalami karya Allah dalam hidup kita, itulah sumber sukacita kita. Itulah yang kita rayakan di penampakan Tuhan atau epiphani. Sukacita yang tidak akan pernah bisa diambil oleh kuasa apa pun di bawah kolong langit ini. Rm. Wenz, MGL 10 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Senin 6 Januari 2014 : Yesus Sang Petualang Sejati!! Didakus Yosef dr Sadiz 1Yoh. 3:22 - 4:6; Mzm. 2:7-8,10-11; Mat. 4:12-17,23-25 Mat 4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Dalam sebuah obrolan di meja makan, ada seorang pria yang sudah berusia paruh baya mengatakan, “besok saya akan melakukan perjalanan darat ke Ruteng, kemudian lanjut Tambolaka, dan kembali lagi ke Kupang.” Semua yang mendengar waktu itu, sempat terperangah akan cerita orang ini. Bermodalkan sepeda gayung dan perlengkapan seadanya, sudah cukup bagi pria ini untuk “menjinakkan” semua rute yang akan ia lewati. Namanya sudah hobi dan kecintaan terhadap sesuatu, membuat orang akan melakukan apa saja demi mendapatkan kepuasan bagi dirinya, bahkan yang mungkin dianggap gila atau tidak wajar bagi sebagian orang yang menilainya. Di dalam sebuah pesawat terbang, muncul obrolan lain antara Sinyo dengan seorang penumpang wanita. “Dalam rangka apa ibu pergi ke Bali ?” Wanita tadi menjawab, “saya akan mengunjungi panti Asuhan selama 3 hari, ada acara berbagi kasih yang diselenggarakan oleh beberapa donator.” Sinyo masih penasaran dan bertanya lagi,”sebelumnya, Ibu pergi ke mana saja ?” Ibu itu menjawab, “Saya baru saja melayani bersama team di Kupang, kemudian ke Pulau Rote, dsb. “ Busyet dah nich ibu, rajin banget ya keliling terus pelayanan !” Sinyo melanjutkan pertanyaan mengenai anakanak dari Ibu tersebut. Sinyo pun sudah bisa menduga jawaban dari Ibu tadi, bahwa ia masih single dan belum memiliki anak. Sungguh luar biasa, pelayanan yang Ibu ini berikan !! Beliau berasal dari Manado, dan sudah beberapa tahun ini mengabdikan hidupnya untuk melayani beberapa daerah – daerah pedalaman, yang katanya mulai di “masuki” oleh ajaran-ajaran agama muslim. Kerinduan beliau adalah, jangan sampai saudara kita dari agama lain mengambil “jiwa-jiwa” orang-orang yang khususnya berada di daerah pedalaman. Yesus menjadi teladan yang hebat dan dahsyat bagi kita semua. Ia tak henti-hentinya berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk memberitakan Injil. Tidak hanya itu, banyak side job lain seperti, menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat, dan masih banyak lagi yang dikerjakan oleh Yesus. Luar biasa sekali perbuatan tangannya, sungguh nyata !! Ia melakukan dengan kesungguhan dan ketulusan hati, tanpa pernah merasa capek atau mengeluh dengan keadaan sekitar. Semoga di setiap karya pelayanan kita, teladan Yesus ini dapat menjadi kekuatan dan penopang setiap jalan dan karya-karya kita, dalam melayani keluarga, teman, sesama, dan orang – orang tercinta di sekitar kita ! Dia tak pernah lelah menuntun setiap anak-anakNya, menuju kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan. Mari, ikut “berpetualang” dengan Yesus - sang petualang sejati itu sendiri !! KRIS Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 11 Selasa 7 Januari 2014 : Mujizat Tuhan Tak Pernah Berhenti Raimundus dr Penyafort, Lindalva 1Yoh. 4:7-10; Mzm. 72:2,3-4ab,7-8; Mrk. 6:34-44 1 Yoh 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Mrk 6:37a Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Injil hari ini bercerita tentang mujizat 5 roti dan 2 ikan. Dengan 5 roti dan 2 ikan itu, Yesus memberi 5000 laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak, dan sisa 12 bakul penuh. Ini mujizat yang luar biasa! 5 roti dan 2 ikan melambangkan iman dan harapan kita yang seadanya dan ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, semuanya jadi melimpah Dan saya percaya hal itu masih sering Yesus lakukan dalam hidup kita, tetapi kita kurang menyadarinya. Soal iman dan harapan kita pada Tuhan, apakah Tuhan memaksakannya? Saya pikir tidak! Tuhan memang memberi perintah agar kita melakukan apa yang IA mau, tetapi kita bisa berdebat dengan mengatakan kondisi kita apa adanya. Dan Tuhan akan meminta kepada kita untuk menunjukkan kepada-Nya, apa yang kita punya. Mari kita lihat percakapan Tuhan Yesus dengan murid-muridnya dalam bacaan hari ini, Injil Markus, khusus ayat 37-38, “Jawab Yesus kepada mereka, ‘Berilah mereka makan! Murid-muridNya bertanya lagi kepadaNya, dengan dua ratus dinar ini kami harus berbelanja dan memberi mereka makan?” Bisa dibayangkan bagaimana terbelalaknya murid-murid Yesus ketika Yesus menyuruh mereka memberi makan lima ribu lebih orang hanya dengan uang kas yang mungkin sebesar dua ratus ribu saat itu. Yesus tahu kekuatiran mereka dan bertanya, ‘pergi dan lihatlah, apa yang ada saat ini.’ lalu mereka pergi dan menemukan orang yang membawa 5 roti dan 2 ekor ikan. Percakapan di atas memberi makna tersendiri kepada setiap orang yang membacanya. Sesuai dengan rencana, panggilan hidup dan kebutuhan masing-masing. Marilah kita mengawali rencana hidup kita di tahun 2014 ini, dengan merenungkan percakapan Yesus dengan murid-muridNya di atas, untuk meneguhkan kita bahwa dengan apa yang kita miliki, yang kita persembahkan kepada Yesus dalam doa-doa, harapan dan kerja keras kita, Tuhan Yesus akan selalu membuatnya jadi besar dan berguna bagi orang lain. Untuk menjaga hati kita, seringlah kita bertanya pada diri sendiri seperti yang ditanyakan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dari Kerahiman Ilahi, ‘Apakah cintamu kepada sesama sudah kaulandasi pada cinta kepada Tuhan?’ Satu hal lagi, orang boleh bertanya kepada Tuhan tentang segala permasalahan yang dialaminya, seperti para murid, orang boleh bertanya, mengapa IA seolah menuntut untuk melayani sesama dalam hidup ini, padahal orang itu merasa tidak siap dengan keadaannya; Namun demikian, hendaklah tetap taat ketika mendengar suara Tuhan dan pupuklah terus iman kita akan cinta Tuhan, sebab keinginan untuk melayani, timbul dari cinta kepada Tuhan. (1Yoh 4:8). -narita- 12 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Rabu 8 Januari 2014 : Love Cast Out Fear Petrus Tomas - 1Yoh. 4:11-18; Mzm. 72:2,10-11,12-13; Mrk. 6:45-52 Mrk 6:50 Tenanglah! Aku ini , jangan takut! Rasa takut dan teman-temannya… : ).. kuatir, galau, resah.. dll, sepertinya senantiasa membayangi perjalanan hidup kita dan perjuangan kita untuk percaya, untuk dapat memiliki kasih yang sempurna. Kalau kita tidak mawas diri, mereka akan menjadi teman seperjalanan hidup kita, dan pelan tapi pasti mereka berusaha menjadi tuan atas hidup kita. Seorang teman baik saya, yang juga panutan hidup iman bagi saya, akhirnya menikah setelah melewati penantian panjang penuh tantangan. Tanpa penantian yang lama ia dikaruniai seorang putra. Melahirkan di usia kehamilan 7 bulan, teman saya sms “I am so worried” ketika air ketubannya pecah. Ia cemas akan bayinya. Sekalipun cemas, saya menjawab “Don’t worry, ini saatnya kita memiliki iman yang mengalahkan dunia”. Putranya kini tumbuh dengan baik. Teman saya bercerita bahwa setiap ia berangkat kerja sulit baginya untuk tidak kuatir akan putranya yang berumur 1 tahun lebih yang ditinggal di rumah bersama baby sitter. Kekuatiran yang sangat wajar dari seorang Ibu akan buah hatinya, anugerah Tuhan yang begitu indah dalam hidupnya. Ketika saya kembali dari Surabaya setelah mendampingi Mama saya saat beliau kurang sehat, saya juga cukup sering diliputi kekuatiran memikirkan beliau di Surabaya. Teman saya mencintai putranya. Saya mencintai Mama saya. Kami percaya padaNya. Ada apa dengan cinta? : ) Dalam banyak aspek kita takut dan kuatir. Bahkan dalam “menyayangi” : makin kita “sayang”, makin banyak yang kita kuatirkan. Aku men”cintai”mu, aku takut kehilanganmu. Aku takut engkau berubah. Aku takut jauh darimu. Aku takut sesuatu yang buruk menimpamu. Seakan ketakutan adalah bukti bahwa kita mencintai. Apakah itu sungguh cinta? Ataukah ego? Ataukah keterlekatan? Karena sepertinya pusat dari perasaan-perasaan itu lebih mengenai “aku” bukan “yang dicintai” Sesungguhnya kasih menghalau ketakutan, seperti cahaya menghalau kegelapan. Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih(1 Yoh 4:18) There is only one evil in the world :FEAR. There is only one good in the world : LOVE. Tidak ada satupun kejahatan di dunia ini yang tidak bersumber dari ketakutan. (Fr. Anthony de Mello – Awareness) Jadi kasih dan ketakutan itu berseberangan. Musuh bebuyutan. Membiarkan ketakutan dan teman-temannya hidup di hati kita secara tidak langsung berarti kita merasa Tuhan kurang mampu, bahwa kendali atas hidup kita itu bukan di tangan Tuhan tapi di tangan kita. Mungkin iblis tidak mengajak kita terang-terangan berbuat dosa, tapi dia bisa menanamkan ketakutan, kekuatiran dalam hidup kita dan pelan-pelan membunuh iman kita. Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat 6:27) Hari ini Tuhan mengingatkan kita “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” di dalam setiap peristiwa yang sulit dalam hidup kita. Ia sanggup meredakan angin ribut dalam kehidupan kita. Saat Bunda Maria mengikuti Yesus pada jalan salibnya, melihat Putra yang dikasihinya dianiaya sampai wafat di kayu salib, saat ia memangku Yesus yang terkulai tak bernyawa di pangkuannya. Apakah ia takut, apakah ia khawatir, apakah ia terluka? Sebagai manusia, Bunda Maria pasti merasakan semua itu, namun ia menyempurnakan kasihnya dengan iman. “Terjadilah padaku menurut kehendakMu” Yustina Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 13 Kamis 9 Januari 2014 : Maukah kita bersahabat dengan Roh Kudus ? Andreas Korsini 1Yoh. 4:19 - 5:4;Mzm. 72:2,14,15bc,17; Luk. 4:14-22a Luk. 4:14 Dalam kuasa Roh Kudus, kembalilah Yesus ke Galilea Roh Kudus adalah pribadi ketiga dalam ajaran iman Katholik mengenai Tritunggal Maha Kudus; Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pribadi ketiga ini (Roh Kudus) merupakan pribadi yang memiliki kuasa yang sama seperti Bapa dan Putra. Bapa menciptakan alam semesta, Putra menebus dosa dunia, sedangkan Roh Kudus menyucikan serta menyatukan alam semesta dengan Penciptanya. Kuasa yang ada pada setiap pribadi memiliki visi yang sama yakni untuk mengundang dan menyelamatkan seluruh umat manusia dan alam semesta. Pertanyaannya, apakah anda dan saya mau merespon serta menerima undangan mereka dan menjadi bagian dari kehidupan kita? Bersahabat dengan Roh Kudus adalah hal yang sama menarik dan bahkan lebih indah dari segala persahabatan yang dimiliki saya dan anda dalam hidup ini. Tuhan Yesus selama hidup-dan pelayanan-Nya di dunia senatiasa ditemani oleh Roh Kudus. Entah dalam doa, pengajaran, mengadakan atau melakukan mujizat, penyembuhan dan masih banyak hal lainnya mengenai Roh Kudus dalam sejarah keselamatan umat manusia dan dunia hingga saat ini. Kalau saya dan anda memiliki teman yang setia dan baik hati saat ini, tentu pernah dalam hidup entah sekali atau beberapa kali dikhianati atau disakiti olehnya. Syukurlah kalau anda tidak pernah mengalami dalam persahabatan berhubungan dengan pengalaman buruk yang baru saja disebutkan. Tapi dengan Roh Kudus, saya percaya dan menjamin bahwa Dia tidak akan pernah berpikir atau menghendaki serta melakukan hal-hal tersebut di atas kepada siapapun. Malahan Dia menjadi teman yang paling setia diatas semuanya, bukan hanya dengan Tuhan Yesus, tapi juga dengan bunda Maria, para rasul dan para kudus serta dengan Gereja-Nya saat ini. Sadar atau tidak Dia (Roh Kudus) senatiasa bersama kita baik secara pribadi maupun dalam kelompok atau komunitas setiap saat entah dalam suka maupun duka. Begitu banyak pengalaman yang menarik dan indah yang kualami bersama dengan Roh Kudus selama hidupku. Inilah kisah persahabatanku dengan Roh Kudus; Dia mengajar dan membimbingku untuk mengenal dan mencintai Tuhan Yesus. Dia juga mengajariku untuk memanggil Allah dengan Bapa serta mencintai-Nya lebih dari segala sesuatu. Dia menyadariku untuk menghindar atau melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan Yesus dan Bapa di Surga. Dia membawa saya untuk kembali kepada Tuhan Yesus dan Bapa di Surga dengan mengaku dosa-dosaku melalui sakramen pengakuan. Dan masih banyak hal indah lain yang kualami bersama dengan Roh Kudus hingga saat kini dan di sini serta kelak serta selamanya bertemu dengan kedua pribadi Tritunggal lainnya yakni Bapa dan Putra. Dialah pribadi yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada para rasul dan gereja-Nya, bahwa “Aku akan selalu beserta kamu sampai akhir dunia ini” (Mat. 28:20). Pilihlah teman atau sahabat yang tahu jalan serta setia menuntun saya dan anda kepada Tuhan Yesus dan Bapa kita di Surga. Semoga selama perjalanan dalam hidup kita tahun ini menjadikan Roh Kudus sebagai teman seperjalanan entah dalam pelayanan atau tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan kepada saya dan anda. Salam dan Damai Roh Kudus Fr. Anis, MGL 14 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Jumat 10 Januari 2014 : Kuasa Allah Gregorius Nissa, Gulielmus Bituricensis 1Yoh. 5:5-13; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Luk. 5:12-16 Luk 5 : 13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Sebagai seorang Mind Therapist, bukan penyakit kusta pastinya yang saya temui. Saya menghadapi berbagai macam penyakit-penyakit manusia yang berhubungan dengan pikiran. Luka batin, trauma, kemelekatan, dan berbagai penjara mental dalam pikiran manusia. Menurut pemikiran saya pribadi, Orang yang menderita penyakit kusta jaman itu, bukanlah penyakit fisiknya yang menyakitkan, akan tetapi pengasingan, dan labellabel yang lingkungan berikan kepada penderita kusta. Baik penderita kusta pada jaman Yesus, maupun klien-klien yang datang ke kursi terapi saya, pastinya memiliki suatu kerinduan yang besar untuk menjadi tahir/ kembali pada citra diri mereka yang sebenarnya. Diri mereka yang lepas bebas dan dicintai. Dan jauh di kedalaman batin setiap manusia, mengetahui bahwa kelepasan bisa mereka dapatkan ketika mereka datang padaNya dan hanya dengan kuasaNya saja. Injil hari ini mengajak setiap dari kita, apapun kelelahan yang sedang kita hadapi, baik penyakit fisik, maupun sakit secara mental atau pikiran, lakukanlah apa yang dilakukan oleh penderita kusta dalam Injil. Datang pada Yesus, dan menyerahkan diri totalitas dan percaya penuh akan Kasih dan Kuasa Nya. Penderita kusta tidak berkata : “Tuhan, Engkau HARUS menyembuhkan aku!” akan tetapi dengan segenap Percaya dan Kesadaran akan dirinya, si penderita kusta berkata: “Tuan, Jika Tuan Mau, Tuan dapat mentahirkan aku” dan pastinya Iman dan Pengharapan si penderita kusta mendapat Jawaban. Maukah Anda menjadi tahir? Daniel Anugroho, S.E, C.Ht-QHI Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 15 Sabtu 11 Januari 2014 : Kerendahan Hati Hari biasa sesudah penampakan Tuhan. 1Yoh:5:14-21, Mzm 149:1-2,3-4,5,6a,9b, Yoh 3:22-30 Yoh3:30: Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil Sebagai pengikut Kristus kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang kita miliki, baik itu kesehatan, kepandaian, talenta, kekayaan, pangkat, jabatan, kehidupan yang bahagia, kesuksesan dan sebagainya semuanya itu berasal dari Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Namum ketika berada pada keadaan yang “nyaman” , seringkali orang tanpa sadar menjadi sombong dengan melupakan dari mana semua itu berasal dan menjadi puas diri karena menganggap semua yang diperolehnya adalah hasil usahanya sendiri. Hari ini Yohanes mengajarkan pada kita suatu jalan untuk menyenangkan hati Tuhan yaitu melalui kerendahan hati yang meliputi seluruh aspek kehidupan kita , seperti yang dikatakannya:” Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.” yang ditunjukannya dalam kurun waktu hidupnya yang singkat. Bahkan ketika berada dipuncak pelayanannya yang sukses pada masa itu, dia dengan terus terang menunjukan pada pengikutnya bahwa yang harus diikuti adalah Yesus sang Mesias, Penyelamat umat manusia dan bukan dirinya. Tidak banyak orang pada masa kini yang berani untuk berterus terang seperti Yohanes Pembaptis untuk mengatakan bahwa bukan aku yang berjasa dalam hal ini tapi orang lain. Pada abad ke 20 kita juga mempunyai seorang Beata dari Kalkuta, yaitu Beata Ibu Teresa, yang seperti Yohanes Pembaptis juga mengatakan bahwa beliau harus bertambah kecil dan Tuhan bertambah besar. Beliau mengajarkan kepada kita caracara untuk mencapai kerendahan hati yang dirangkup sebagai berikut ini: • Berbicara sedikit mungkin tentang diri sendiri • Uruslah sendiri persoalan-persoalan pribadi • Hindari rasa ingin tahu • Janganlah mencampuri urusan orang lain • Terimalah pertentangan dengan kegembiraan • Jangan memusatkan perhatian pada kesalahan orang lain • Terimalah hinaan dan caci maki • Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah • Mengalah terhadap kehendak orang lain • Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya • Bersikap sopan dan peka, sekalipun seorang memancing amarah anda • Janganlah mencoba agar dikagumi dan dicintai • Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda yang benar • Pilihlah selalu yang tersulit Bapa yang Maha Pengasih mohon curahkan rahmatMu bagi kami agar kami dapat menyenangkan hatiMu dengan belajar menjadi rendah hati. Amin. Betty 16 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Minggu 12 Januari 2014 : Ketaatan Pesta Pembabtisan Tuhan Yes 42:1-4, 6-7, Mazmur 29:1a,2,3ac-4,3b,9b-10, Kis 10:34-38, Mat 3:13-17 Mat 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya : “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya Saat kembali membaca ayat tersebut, hati kecil saya tersentuh.. ternyata Yesus sudah menunjukan ketaatan-Nya dari awal sejak dibabtis. Tahu akan apa yang akan dialami sejak awal, dan tetap berkata sepatutnya menggenapkan seluruh kehendak Allah membuat saya bercermin kepada diri sendiri. Apabila saya sudah mengetahui masa depan apa yang akan saya lalui, hal hal buruk yang akan menimpa saya, kesedihankesedihan yang akan saya alami.. apakah saya sanggup tetap mengucapkan kata kata seperti yang Yesus ucapkan ? rasa-rasa nya tidak.. saya pasti akan terus2an berdoa meminta, Bapa, sekiranya cawan ini lalu dari padaku. Itu karena ketaatan saya masih setengah-setengah. Masih blm sanggup memikul salib sendiri. Seperberapakah saya ini dari Yesus? Sewaktu menulis renungan ini, saya sempat menangis teringat hal yang pernah saya alami.. bahwa saya pernah berdoa, Tuhan.. Engkau mengetahui apa yang akan menimpa saya, mengapakah Engkau membiarkan saya melalui semua ini sekali lagi? Saya menjadi malu.. Yesus mengetahui apa yang akan dialami dan tetap berkata, sepatutnya menggenapkan seluruh kehendak Allah, dan sedangkan saya malah menangis meminta belas kasihan Allah. Syukur tiada habisnya bahwa kita memiliki Yesus yang sudah memberi contoh dan teladan arti ketaatan, “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.. apabila kita sedang mengalami masa-masa sulit didalam hidup, ingatlah akan teladan Yesus ini dan berdoalah agar kita diberi kekuatan untuk melalui masalah tsb dan bukan hanya berdoa dijauhkan dari segala masalah. Tanpa masalah kita tidak akan menjadi dewasa, tanpa masalah iman kita tidak akan teruji. Selamat hari pesta pembabtisan Tuhan! Rita Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 17 Senin 13 Januari 2014 : Panggilan Kristus Hilarius 1Sam. 1:1-8; Mzm. 116:12-13,14,17,18-19; Mrk. 1:14-20 Markus 1:17 “Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Dalam bacaan Injil hari ini dijelaskan mengenai “Panggilan”. Setiap dari kita pasti pernah merasakan panggilan. Tetapi “Panggilan” kali ini berbeda dari yang biasa kita dapatkan dari orang lain, karena “Panggilan” ini berasal dari Allah sendiri pada kita. Allah memanggil orang-orang pilihannya berdasarkan kehendak-Nya, bahkan sebelum mereka dilahirkan. Panggilan adalah kehendak mutlak Allah, tidak didasarkan pada perbuatan baik atau jasa - jasa seseorang. Panggilan akan diperjelas secara bertahap kalau mata hati kita dalam terang, artinya hati nurani kita harus murni dan bersih sehingga dapat cepat mengerti akan kehendak Allah dalam hidup. Dalam Ef. 1:18 dikatakan “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.” Panggilan Ilahi biasanya akan mengubah pandangan hidup kita, standar hidup, cara kita berbicara, gaya hidup dan pergaulan sehari-hari. Ingatlah kepada Paulus, kehidupannya berbeda saat menerima panggilan Tuhan. Tetapi orang yang lari dari panggilannya akan mengalami kehidupan yang payah dan terombang-ambing. “Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Ia menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu. Ia memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir.”( Pkh 3:1, 11 ) Panggilan adalah anugerah dan kemampuan / karunia ilahi yang diberikan kepada kamu untuk mengerti, memahami dan melakukan suatu perintah spesifik Allah dalam dunia ini. Panggilan itu berasal dari Allah. Sudahkah kita sadar akan “Panggilan” hidup pribadi kita masing - masing? Yudi 18 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Selasa 14 Januari 2014 : Kuasa Yesus yang menyelamatkan Petrus Donders, Odorico da Pordenone 1Sam. 1:9-20;MT. 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Mrk. 1:21b-28 Mrk 1:22 “ … Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa … Bagi setiap orang kristiani membaca Sabda Tuhan di awal hari berarti menerima pesan Allah untuk menjawab setiap tantangan yang menanti dalam aktivitas hidup keseharian. Dibuka dengan doa memohon tuntunan Roh Kudus dan rahmat iman, setiap murid Kristus dijadikan peka pada suara Tuhan dan mengenali kehadiran-Nya dalam hati. Saat membaca sebuah perikop dalam terang Roh Kudus kita menerima pesan yang disampaikan bagi Gereja secara umum dan bagi kita secara pribadi dengan situasi hidup kita masing-masing. Dalam bingkai Kristologis penginjil Markus mengisahkan bagaimana Allah menyatakan kebesaran kuasa-Nya dalam diri Yesus, dalam perkataan dan perbuatan-Nya yang penuh wibawa (bdk. Mrk. 1:22.27). Karya penyembuhan pertama yang Yesus lakukan ketika memulai karya perutusan-Nya ini memperlihatkan kuasa Allah yang membebaskan manusia dari ‘yang jahat’. Yesus mengusir Roh jahat dari seorang yang kerasukan setan dan menyembuhkannya. Sebagian besar dari mujizat yang Yesus lakukan adalah mujizat penyembuhan. Mujizat yang Yesus kerjakan bukan hanya menyatakan kuasaNya yang MahaBesar, tetapi lebih dari itu, mengungkap kedalaman kasih Allah yang menghendaki kebebasan dan kebahagiaan manusia. Kehadiran Yesus dan seluruh karya-Nya adalah tanda nyata kehadiran kerajaan Allah di tengah dunia. Di dalam Gereja kudus Allah terus menyatakan kehadiran kerajaan-Nya di tengah dunia karena setiap anggota Gereja adalah anggota tubuh Kristus. Tetapi bagaimana kita dapat mengenalinya dalam hidup keseharian kita? Kiranya kita menemukan jawabannya di dalam hati kita masing-masing. Bila kita membiarkan diri dituntun oleh ‘yang jahat’ sedikit demi sedikit hati kita dibutakan hingga tidak mampu lagi mengenali kehadiran Allah dalam beragam situasi hidup kita. Yesus memulai karya penebusan-Nya dengan menyembuhkan seorang yang kerasukan karena Ia berkenan membebaskan manusia dari roh yang menolak kehadiran kerajaan-Nya. Hanya kuasa Yesus yang mampu menyelamatkan manusia dari pengaruh roh jahat. Saatnya memeriksa hati kita dan bertanya: di hadapan kebebasan yang Allah anugerahkan bagi kita, apakah kita mau mengimani dengan sungguh kuasa penyembuhan dari Yesus? Maukah anda mengundang Yesus secara pribadi untuk mengunjungi hati anda dalam setiap aktivitas keseharian anda? Kebebasan dan kesembuhan yang sejati akan membaharui dan menjadikan anda saksi kebesaran kasih Allah bagi orang-orang di sekitar anda. Mari kita mohon rahmat iman dan keterbukaan hati bagi setiap kita pada kuasa Yesus yang menyelamatkan. Sr. Maria Benedicta, OSB Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 19 Rabu 15 Januari 2014 : Pelayan Tuhan Arnoldus Janssen Fransiskus Fernandez de Capillas, Aloysius Variara, Maurus dan Plasidus 1Sam. 3:1-10,19-20; Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10; Mrk. 1:29-39 Markus 1;35 Pagi pagi benar ,waktu hari masih gelap,Ia bangun dan pergi keluar.Ia pergi ketempat yang sunyi dan berdoa disana. Adalah merupakan watak atau karakter orang sejak kecil,senang mendapat pujian. Entah karena dia pintar, berperestasi, sukses dalam hidup, cantik, tampan dan lainlainnya. Pujian tersebut akan membuat dia senang dan bangga. Sekalipun kadangkadang pujian itu agak berlebihan. Akibat negatif nya bisa saja dialami oleh si penerima pujian, yaitu dia akan sangat sulit mencari helm atau topi karena kepalanya sudah bertambah besar. Tentu Yesus tidak termasuk dalam golongan ini. Setelah Dia menyembuhkan banyak orang dan mengusir roh-roh jahat, melakukan mujizat-mujizat yang luarbiasa, Dia justru pergi dengan diam-diam dipagi hari meninggalkan orang orang dan mencari tempat sunyi untuk berdoa mengucap terimakasih dan bersyukur kepada Bapanya yang ada di sorga. Banyak juga hamba-hamba Tuhan yang dipakai secara luar biasa dan berhasil menunaikan tugas-tugas yang diberikan tanpa mengharapkan pujian dari orang. Dibalik sifat-sifat itu tentu dia punya sifat yang rendah hati, karena orang yang punya kesombongan rohani tidak akan berhasil dalam hal apapun. Salah satu pengikut Yesus yang hari ini kita peringati adalah St Arnoldus Janssen, yang hidup th 1873 -1909. Walaupun dia hanya seorang imam yang biasa saja dan menjadi guru matematika, tapi dia berhasil mendirikan 3 kongregasi religius, salah satunya adalah SVD, yang imam2 nya melayani Paroki-paroki di mana mana. Kerendahan hati yang dimilki oleh Arnoldus Janssen lah yang membuat Tuhan memilih dia menyatakan kemulianNya walaupun dia sebenarnya orang yang biasa-biasa saja,tidak punya latar belakang keilmuan untuk menjadi dasar baginya membangun 3 kongregasi yang sampai saat ini tetap hidup dan berkembang dengan baik. Saat ini kita hidup dalam dunia yang materialistis, dunia yang serba gemerlapan dan egois.Kalau sifat rendah hati tidak ada dalam diri mereka,maka kesombongan hati dan merasa mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa campur tangan orang lain dan Tuhan,maka bisa dibayangkan bagaimana jadinya dunia ini. Tapi syukurlah masih lebih banyak lagi orang-orang yang tetap mau percaya kepada Tuhan dan hidup didalam Dia dengan segala suka dukanya. Iwan Setiawan. 20 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Kamis 16 Januari 2014 : Kalah Menang, Sakit Sehat, Semua di Tangan Tuhan Berardus 1Sam. 4:1-11; Mzm. 44:10-11,14-15,24-25; Mrk. 1:40-45 Mrk. 1:40 “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” Di Injil Markus ini dikisahkan bagaimana seorang penyandang kusta datang kepada Yesus dan memohon belas kasihan. Yesus lalu tergerak hatinya dan menyembuhkan ia. Mungkin selama menderita kusta, dia bertanya-tanya, “Tuhan apakah maksud dan rencanaMu didalam deritaku ini?” Saya tertarik pada pernyataan yang ia lontarkan kepada Yesus, “Kalau Engkau mau….” Kalau Tuhan mau?? Memangnya Tuhan bisa tidak mau menyembuhkan sakit kita? Di bacaan pertama dari kitab Samuel kita juga melihat contoh nyata dalam skala yang besar. Bangsa Israel saat itu sudah terpukul oleh bangsa Filistin dan kehilangan empat ribu orang di medan perang. Lalu mereka membawa tabut Allah ditengah tengah mereka sebagai aksi doa memohon Tuhan untuk mendukung mereka di medan pertempuran berikutnya. Tabut Allah adalah kehadiran Allah yang paling konkrit bagi orang Israel saat itu, boleh dibandingkan dengan Hosti Kudus Yesus untuk kita umat Katolik. Tetapi apa yang terjadi? Tidak hanya mereka menderita kekalahan yang amat besar (30 ribu orang terbunuh), tetapi tabut Allahpun dirampas dari mereka! Teman teman terkasih dalam Kristus, pastilah kita semua pernah merasakan sakit penyakit walau mungkin tidak separah si penyandang kusta. Tetapi apakah kita semua disembuhkan saat kita memohon? Mungkin kita juga pernah punya sesuatu kegiatan dan memohon Tuhan agar berhasil. Tetapi apakah semua hasrat doa kita dikabulkan? Saya yakin banyak dari kita yang menemukan jawaban yang negatif. Lalu bagaimana iman kita akan Tuhan yang maha baik and penyayang? Janganlah kita goyah, tetapi kita layaknya memohon Tuhan untuk menambahkan iman kita. Bangsa Israelpun juga akhirnya menang melawan bangsa Filistin. Si penyandang kusta pastilah sudah sering memohon dan tidak mendapatkan kesembuhan. Akhirnya Tuhan Yesus tergerak hatinya dan menyembuhkan dia. Mari kita juga mau ditambahkan iman kita, dan berserah atas kehendak Tuhan karena Dialah yang tahu apa yang baik untuk kita disaat ini. Ya Bapa, kami percaya bahwa Engkau selalu memikirkan yang terbaik untuk kami. Disaat kami susah dan menderita, kami mohon pertolonganmu, dukunglah kami, sembuhkanlah kami. Kami percaya Engkau mampu. Tetapi kalau ini bukan kehendakMu, ajarlah kami untuk berpasrah, dan kuatkanlah iman kami agar mampu menghadapi tantangan ini. Amin Frater David Lemewu mgl Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 21 Jumat 17 Januari 2014 : Jangan Takut menjadi Kaya Peringatan Wajib St. Antonius 1Sam. 8:4-7,10-22a;Mzm. 89:16-17,18-19; Mat. 19:16-26 Mat 19:21 Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Dulu ketika saya membaca ataupun mendengarkan bacaan injil ini, saya beranggapan, hanya orang miskinlah yang akan masuk kerajaan Surga. Sedangkan orang kaya akan masuk neraka. Mungkin ini persepsi yang bisa membuat orang tidak bisa menjadi kaya, karena kaya berarti tidak bisa masuk surga! Menurut buku The Secret dan para ahli Mind Techology, banyak orang yang tidak bisa menjadi kaya, karena punya persepsi yang salah tentang orang kaya. Orang kaya dianggap sebagai lawannya orang miskin yang rendah hati dan terzolimi. Di televisi, banyak sekali kisah kisah seperti ini, sehingga banyak yang beranggapan kalau orang kaya itu pasti sombong. Dan kita tidak mau menjadi orang yang sombong, sehingga tanpa sadar, pikiran kita menolak diri kita menjadi orang kaya. Yesus berkata untuk mengikuti segala perintahnya, meninggalkan harta benda dan mengikuti Dia. Orang kaya dalam bacaan itu sedih, karena ia tidak bisa meninggalkan harta benda nya, tidak bisa meninggalkan sanak saudaranya. Dalam ajaran Budha, pengikutnya diajarkan untuk melepaskan diri dari kemelekatan (attachment). Hidup yang sukses adalah hidup yang tidak lagi melekat pada keduniawian. Kemelakan pada harta duniawi dan kemelakatan pada orang lain. Mungkin ini sama seperti yang Yesus ingin sampaikan dalam bacaan ini. Bila kita mau mengikuti dia, kita harus mulai meninggalkan kemelekatan, baik pada benda maupun manusia. Banyak dari kita yang hidup dalam kemelekatan, tak hanya duniawi dan manusia, tapi pada masa lalu. Masa lalu masih selalu menghantui hidupnya. Bukankah akan sangat bahagia, bila kita bisa hidup pada Hari ini secara mandiri? Jadi, tidak ada salahnya menjadi kaya, asalkan kekayaan itu tidak menjadi Penjara bagi kita untuk bahagia dan untuk mengikuti Dia. Kekayaaan bukan menjadi tujuan, tapi menjadi sumber berkat bagi orang lain. Seorang pengusaha kaya, menjadi banyak berkat bagi banyak karyawannya, asalkan ia membayar upah yang layak bagi pekerjanya. Jangat takut menjadi kaya ! Jeff Kristianto 22 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Sabtu 18 Januari 2014 : mencari Kerajaan Allah Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani Margareta dr Hongaria 1Sam. 9:1-4,17-19; 10:1a; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mrk. 2:13-17 Mrk. 2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kisah hari ini adalah kisah tentang ‘Panggilan Murid-murid Yesus yang pertama.’ Ketika Yesus melihat Lewi anak Alfeus, Dia berkata kepadanya, “Ikutilah Aku.” Apa yang dimaksudkan Yesus ketika Ia memanggil muridNya ini? Marilah kita mecoba merenungkan perikop ini secara baik. Yesus mengatakan, “Ikutilah Aku.” Lalu berdirilah lewi itu dan mengikuti Yesus. Arti daro mengikuti seseorang berarti, berjalan menuruti seseorang yang di depan. Namun makna terdalam dari ajakan Yesus adalah suatu ‘perubahan hidup’-hidup menurut cara dan jalan Yesus. Jalan dan cara utama yang Yesus selalu tawarkan kepada para murid adalah: ‘mencintai dan memikul salib.’ Mencintai berarti memberikan diri kepada orang lain dan mengosongkan diri demi karya kemuliaan Tuhan di dalam hidup mereka. Usaha pemberian diri dan pengosongan diri ini adalah suatu pengorbanan dan salib yang selalu ditawarkan Yesus. St. Fransiskus dari Assisi, merupakan contoh yang paling tepat untuk membantu kita merenungkan Injil hari ini. Fransiskus berasal dari sebuah kelarga yang sangat kaya. Suatu ketika dia mengalami suatu pengalaman ilahi di mana Tuhan memmanggil dia untuk membantu orang miskin di negri di mana dia berada. Namun demikian, dia dilarang oleh ayahanda. Bahkan dia dimarahi oleh ayahnya. Dia menolak nasihat ayahnya. Dia terus memberikan semua barang jualan ayannya kepada orang miskin. Karena amarahnya, ayahnya memukul Fransiskus. Fransiskus akhirnya menyerahkan seluruh harta kekayaan kepada sang ayah. Dia menyerahkan juga pakaian yang melekat di tubuhnya-dia tida mempunyai apa-apa. Dia mengosongkan dirinya demi nasihat Yesus-meninggalkan segala-galanya demi pewartaan Kabar Gebira. Dia mengubah dirinya dari seorang yang memiliki segala-galanya menjadi seorang miskin. Apakah kita bersedia meninggalkan segalanya demi Yesus? Apakah kita bersedia diubah oleh Yesus? Apakah kita sekalian bersedia dan rela memberikan diri demi pewartaan Injil Tuhan? Marilah ktai renungkan diri kita masing-masing. Di sana mungkin masih ada banyak hal yang sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan. Carilah Kerajaan Allah terlebih dahulu! Rm. Joseph, MGL Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 23 Minggu 19 Januari 2014 : Pengikut Kristus Hari kedua Pekan Doa Sedunia Yes. 49:3,5-6; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 1:1-3; Yoh. 1:29-34 Yoh. 1:34 Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah Paus Fransiskus baru saja menulis Surat Apostolik Evangelii Gaudium, the joy of the Gospel, atau Sukacita Injil. Injil atau eu-angelion yang berarti kabar baik, kabar gembira, atau kabar sukacita itu adalah pesan penting untuk dunia tentang seorang pemuda bernama Yesus, yang semasa hidup-Nya dan bahkan setelah kematian-Nya membawa kasih Allah menjadi nyata dan hidup di tengah-tengah kita. Inilah kabar sukacita yang harus disampaikan oleh setiap pengikut Kristus kepada dunia. Karena itu kalau kita sampai gagal memberi kesaksian kepada dunia tentang kabar sukacita ini, maka kita tidak layak disebut pengikut Kristus. Dalam Injil hari ini, Yohanes Pembaptis menjadi contoh ideal bagi setiap pengikut Kristus untuk mewartakan secara terbuka dan tegas bahwa Yesus adalah Anak Allah yang datang ke dunia untuk menyatakan Kasih Allah. Tentu, Yohanes Pembaptisan tidak sedang mimpi di siang bolong ketika ia bersaksi tentang Yesus sebagai Anak Allah. Kalau demikian, darimana ia bisa tahu bahwa Yesus itulah Sang Messias yang ditunggutunggu dunia? Yohanes Pembaptis memang bukan orang sembarangan. Menurut tradisi, ia lahir enam bulan sebelum Kristus, justru di saat ibunya Elizabeth sudah memasuki masa menopause. Singkat kata, kelahirannya saja sudah ajaib, maka tidak heran kemudian hidupnya pun menjadi lain. Ia dipanggil atau terpanggil untuk mewartkan bahwa kasih Allah akan menjadi nyata dalam diri seorang pemuda dari Nazareth. Jauh sebelum Yesus memulai karya misi-Nya secara publik, Yohanes sudah menyepi di padang gurun dan mulai berkhotbah dan bernubuat tentang kedatangan Sang Messias. Khotbah atau kesaksian Yohanes Pembaptis tentunya bukan sembarangan, sebab ia mampu menarik hati banyak orang Yahudi untuk rela dibaptis dan bersiap-siap menerima kedatangan Sang Messias. Siapa Dia? Mereka tidak tahu demikian pun Yohanes Pembaptis tidak tahu siapa Sang Messias tersebuthingga saatnya Yesus sendiri minta dibaptis. Kita memang tidak dipanggil untuk hidup di padang gurun atau ke tempat-tempat sepi kemudian berkhotbah seperti Yohanes Pembaptis. Tetapi kita dipanggil untuk berani bersaksi dengan sukacita bahwa Yesus adalah Anak Allah kepada tiap orang yang kita jumpai setiap hari. Seperti kata Paus Fransiskus, cara kita menghidupi atau menghayati hidup kita, gaya bicara kita, tingkah laku kita, cara kita bergaul, cara pikir kita, dst, dst, harus bisa menarik orang untuk mengikuti iman kita akan Kristus yang menjadi sumber sukacita Injil. Seperti Yohanes Pembaptis, kita harus mau menerima Roh Kudus terlebih dahulu agar bisa memahami Kasih Allah dalam hidup kita dan kemudian berani mewartakannya ke seluruh ujung bumi. Rm. Wenz, MGL 24 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Senin 20 Januari 2014 : Tuhanlah Gembalaku Sebastianus, Fabianus Angelo Paoli, Siprianus Michael Tansi, Yoh. Pembaptis dr Triquerie 1Sam. 15:16-23;Mzm. 50:8-9; 16bc-17,21,23; Mrk. 2:18-22 Mzm 23:1 Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku,takkan kekurangan aku. Masih ingat dengan cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan uang persembahan ke bait Allah, bahwa ia memberi dari kekurangannya? Yesus berkata pada para muridNya saat itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Kemudian tidak ada ayat lanjutan dari kisah alkitab itu, membuat saya penasaran apa yang pada akhirnya diperoleh si janda tersebut? Dia memberikan satu - satunya sisa uang yang dimilikinya untuk persembahan di Bait Allah, bukankah akhirnya dia tidak memiliki apa - apa lagi? Apakah janda tersebut tidak takut saat memberikan uang terakhirnya? Dia sudah dalam posisi sangat berkekurangan padahal saat itu. Lalu apakah setelah dia memberikan uang persembahan itu, hidupnya menjadi lebih baik dan tidak kekurangan, karena Tuhan melihat keikhlasan hatinya kemudian Ia mencukupkan hidupnya? Pertanyaan itu coba saya renungkan dan hubungkan dengan ayat yang begitu kita semua kenal, bahwa Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ayat yang begitu indah, tapi terkadang sulit kita imani disaat kita berkekurangan apalagi dalam hal materi. Pertanyaannya, bagaimana mungkin saya bisa memberi sementara saya saja masih kekurangan? Kalau dipikir secara logika memang akal lah yang berbicara. Tetapi bagaimana dengan janda miskin itu? Apakah dia begitu bodohnya sehingga tidak berpikir panjang? Tidak, saya yakin bahwa janda itu bukanlah seorang yang bodoh. Dia pasti sempat berpikir bagaimana kehidupannya selanjutnya, dia tidak akan memiliki uang lagi untuk makan. Tetapi dia tidak mau di kuasai oleh pikirannya, dia tidak mau di kuasai oleh kekhawatiran, jika nenek moyangnya saja yang belum memberikan apa-apa kepada Tuhan, dipelihara oleh Tuhan di padang gurun dengan menurunkan roti manna dari surga, apalagi dia yang sudah mempersembahkan seluruh yang ada padanya, Tuhan pasti akan lebih lagi memelihara dia. Itulah iman. Akhirnya saya tahu, ayat “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” itu tidak bisa hanya dibaca mentah-mentah. Benar tertulis carilah dulu Kerajaan Surga, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Tapi kenyataannya, lebih sering kita khawatir terhadap masalah dunia dan mengandalkan kekuatan diri sendiri daripada membawa iman kita dan menyerahkan segala kecemasan padaNya. Maukah mulai sekarang kita juga punya iman yang sama seperti janda miskin di dalam kekurangannya? Maia Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 25 Selasa 21 Januari 2014 : Prioritas Nilai Peringatan Wajib St. Agnes 1Sam. 16:1-13; Mzm. 89:20,21-22,27-28; Mrk. 2:23-28 Markus 2:28 Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat. Pada hari Sabat, Allah menginginkan manusia untuk menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari khusus yang diberkati dan dikuduskan oleh Allah, karena Allah berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya Pada bacaan hari ini, tampak orang-orang Farizi yang mempermasalahkan muridmurid Tuhan Yesus yang bekerja (memetik bulir gandum) pada hari Ssabat. Yesus mengecam orang Farisi yang berjuang mati-matian memelihara hukum sabat, tetapi tidak memahami tujuan mendalam dari hukum sabat itu sendiri. Mereka menempatkan hukum sabat di tempat teratas dari prioritas nilai yang mereka perjuangkan. Tetapi, ironisnya mereka tidak peduli dengan kehidupan orang lain yang sungguh menderita yang selalu menjadi orientasi dari hukum sabat itu sendiri. Mereka menghayati hukum Sabat hanya demi memelihara tradisi. Sementara jika harus melanggar hukum sabat demi menyelamatkan nyawa orang, mereka mengecamnya. Karena itu, Yesus menegaskan bahwa prioritas tertinggi di atas segala nilai adalah hidup manusia yang dibela oleh Allah sendiri. Dalam hidup sehari-hari, kita juga memiliki keyakinan yang mendalam tentang prioritas nilai. Kita membela mati-matian sebuah nilai yang kita yakini. Hal itu sangat baik. Tetapi, pertanyaannya apakah nilai yang saya bela itu sungguh mengedepankan nilai kehidupan, yakni mengembangkan saya dan orang lain? Ataukah saya mempertahankan nilai itu demi menunjukkan bahwa saya memiliki kekuasaan? -Santo- 26 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Rabu 22 Januari 2014 : Melakukan dengan Ketulusan Hati Vincentius, Laura Vicuna 1Sam. 17:32-33,37,40-51; Mzm. 144:1,2,9-10; Mrk. 3:1-6 Mrk 3:5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Kisah hidup dr Lo Siaw Ging (79) atau yang akrab dipanggil dr Lo, menjadi pembicaraan hangat di beberapa media massa akhir-akhir ini. Di tengah pandangan masyarakat bahwa berobat itu pasti mahal, dr Lo seakan ingin melawan pandangan tersebut. Kepeduliannya kepada kaum marjinal, dia wujud nyatakan dengan memberikan pelayanan kesehatan secara gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun. Miris sekali ketika kita mendengar banyak rumah sakit yang menolak pasien, hanya dikarenakan masalah biaya berobat yang tidak dapat ditanggung oleh mereka. Banyak cerita unik dan mengharukan di antara kursi tunggu pasien. Kaila (30), seorang ibu muda asal Solo sudah beberapa kali memeriksakan anaknya, tetapi dr Lo juga enggan menerima bayaran. “Sudah langganan juga, tapi pas mau dibayar pasti tidak mau, dan anak saya pasti sembuh, “kata Kaila. Hal itu ditanggapi dr Lo dengan enteng. Ia selalu menanyakan kepada pasien, apakah memiliki uang untuk berobat atau tidak. Kalau tidak punya, saya akan menulis resep dan meminta mereka menebus di apotek atau rumah sakit langganan saya, agar gratis. Biar nanti tagihannya, saya yang bayar per bulannya, “kata dr Lo sambil menunggu pasien masuk ke dalam ruangannya. Kisah hidup dr Lo di atas sama seperti yang di alami Yesus pada masa-Nya. Yesus hendak menyembuhkan orang pada hari Sabat, tetapi Ia harus dihadapkan pada sikap orang Farisi yang hendak mencari-cari kesalahan-Nya, di sisi lain Ia harus segera menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Yesus pun akhirnya mengambil sikap untuk menyembuhkan orang itu, dan sembuhlah tangan orang itu. Yesus dikatakan berdukacita karena kedegilan orang-orang Farisi. Kita bisa memahami situasi Yesus saat itu, ketika sebuah aturan pada hari Sabat harus dilawan dengan sebuah perbuatan yang benar-benar penting untuk segera dilakukan. Menjadi dokter dengan memberikan pelayanan gratis, pasti juga tidak mudah dialami oleh dr Lo. Banyak persepsi negative dari orang yang tidak menyukainya, dan harus bergumul dengan berapa biaya yang dia keluarkan untuk pengobatan pasiennya. Tetapi, ketulusan dan sikap mau melayani tanpa pamrih dari kedua tokoh ini yang akan menjadi teladan bagi kita semua. Walaupun ada banyak rintangan di sekitar kita, ketika ada kesungguhan dan sikap positif memberikan yang terbaik untuk melayani sesama, percayalah bahwa semua itu bisa terjadi seturut kuasa dan jalan-Nya. HILDA Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 27 Kamis 23 Januari 2014 : Aneka Wajah Satu Hati Yosepha Maria dr Beniganim 1Sam. 18:6-9; 19:1-7; Mzm. 56:2-3,9-10a,10bc-11,12-13; Mrk. 3:7-12 Mrk. 3:7-8 Juga begitu banyak orang yang datang dari Yudea, Yerusalem, Idumea, dari seberang Yordan dan dari daerah Tirus dan Sidon karena mereka telah mendengar segala yang dilakukan-Nya Dalam pertengahan tahun lalu (Juli 2013) orang muda Katholik sejagat dari pelbagai latar belakang budaya, bahasa dan bangsa berkumpul atau mengadakan kemping rohani bersama selama kurang lebih dua minggu. Mereka datang dengan tujuan yang sama yakni ingin mensharingkan iman yang dimiliki dengan sesamanya di Brazil- Rio de Jeneiro. Selain itu mereka mau menunjukan kepada dunia akan kebanggaan serta kekayaan iman Katholik yang tidak bisa dibanding dengan segala keajaiban atau keindahan yang dimiliki oleh dunia. Baru-baru ini pada tangga 5-7 Desember 2013, hal yang sama juga dilakukan oleh orang muda Katholik di Australia (kurang lebih 2000). Mereka datang dari berbagai negara bagian yang ada di Australia seperti Darwin, Sydney, Perth, Canberra, Brisbane dan Melbourne. Selama tiga hari di Melbourne, mereka mengikuti pelbagai kegiatan penyegaran iman seperti mengikuti seminar, misa bersama, sharing iman, menyaksikan langsung dan berpartisipasi dalam puji-pujian bersama group band lagu-lagu rohani entah dari kelompok muda-mudi atau juga dari para religius. Antusiasme serta kebanggaan mereka sangat tampak ketika para uskup, para imam, bruder/frater dan suster, guru serta para orang tua ada bersama. Sama seperti orang-orang yang datang kepada Tuhan Yesus hari ini, mereka (orang muda Katholik) ingin atau telah mendengar segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam dan untuk hidup mereka. Hal yang membuatku terkesima dan kagum akan pengalaman selama tiga hari tersebut bahwa ada beberapa dari mereka adalah bisu, lumpuh serta beberapa yang lain memiliki cacat fisik lainnya. Mereka tidak peduli akan kondisi fisik yang ada, tapi dengan semangat iman yang mendalam akan Kristus datang berbagi imannya dengan rekan seperjalanan mereka. Secara pribadi, saya merasa malu dengan diriku sendiri. Meski keadaanku tidak seperti mereka sering dan bahkan banyak kali saya tidak memiliki keberanian dan keteguhan hati atau takut untuk berbagi atau meluangkan waktuku bersama dengan orang-orang dalam hidupku sehari-hari. Hal ini merupakan tantangan sekaligus undangan dari Tuhan bagiku untuk berani dan teguh dalam iman khususnya ketika dalam situasi hidup yang tidak menentu sekalipun. Saya menyaksikan sendiri ada seorang bisu yang mana wajahnya begitu ceria dan semangat ketika bercakap-cakap dengan menggunakan gerakan tangan kepada temannya saat itu. Meski dalam situasi tersebut mereka datang dan meluangkan waktunya untuk bersaksi tentang kasih Kristus dalam hidup mereka serta mewartakan kabar sukacita Bapa di surga kepada dunia dan sesama. Bapa di surga, semoga oleh kuasa Roh-Mu kami memiliki keberanian dan keteguhan hati untuk mewartakan iman kami akan Putra-Mu serta kasih-Mu kepada sesama dan dunia kini dan di sini. Fr. Anis, MGL 28 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Jumat 24 Januari 2014 : Dipilih, Dipersiapkan untuk Diutus Peringatan Wajib St. Fransiskus dr Sales 1Sam. 24:3-21; Mzm. 57:2,3-4,6,11; Mrk. 3:13-19 Mrk 3:13 “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan merekapun datang padaNya.” Sama seperti sebuah cermin, kita dipanggil sebagai murid-murid Kristus hendaknya merefleksikan karakter yang sama dan mengikuti teladanNya. Meskipun sekarang ini hal itu kedengarannya seperti permintaan yang tidak sepadan dengan akal sehat, karena Kristus adalah Anak Allah. Tetapi perlu kita ingat ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita juga menjadi anak-anak Allah yang maha tinggi. Kita dikuatkan oleh Roh Kudus, Roh yang sama yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Itu berarti kita memiliki Roh kerendahan hati yang sama, kekuatan yang sama, kasih yang sama dan kuasa yang sama dalam diri kita, sehingga kita telah diperlengkapi untuk mengikuti teladanNya dan melakukan seperti yang telah Dia lakukan, berkeliling mengerjakan kebaikan, membawa kesembuhan baik secara fisik atau emosional. Ada sebuah buku anak-anak yang menjelaskan tentang “Konsep Ember Emosional “ . Kesimpulan dari dari cerita itu adalah Ketika ember Anda telah penuh maka Anda akan merasa bahagia, puas dan terhibur. Namun sebaliknya jika ember Anda kosong, maka Anda akan merasa sedih dan kecewa. Didunia ini ada “Pengisi ember dan Penguras ember “ . Pengisi ember adalah orang yang mengikuti teladan Kristus, membuat orang lain bertambah dengan memberikan dorongan, memenuhi mereka dengan perbuatan dan perkataan baik. Sebaiknya si penguras ember adalah adalah mereka yang bukan saja hanya menghabiskan isi ember orang lain tetapi juga mengurangi isi ember mereka sendiri. Dalam kisah Alkitab, kita ingat bagaimana Petrus. Dia selalu menuruti kata hati, dia mengatakan kebohongan dan perlu bertumbuh dalam banyak hal. Walaupun kepribadian Petrus memiliki banyak kelemahan, Yesus menyebutnya dengan istilah yang mengherankan. Dia berkata Petrus engkau adalah batu karang, padahal arti sebenarnya dari Simon Petrus adalah “Batu Kerikil” dan tidaklah mengherankan jika dia merasa kecil seperti batu kerikil, khususnya setelah dia melakukan kesalahan besar. Walaupun demikian Yesus justru mengatakan bahwa Petrus akan menjadi batu karang yang kokoh dan teguh. Apakah Anda seorang penyemangat sejati atau Anda merasa tidak nyaman memberikan pujian, Anda memiliki kemampuan khusus untuk menjadikan orang lain lebih baik. Pemberian semangat atau dorongan kepada orang lain adalah hadiah yang terbaik yang dapat kita berikan. Saling memberikan dorongan setiap hari, itu dikarenakan sepanjang hari kita menghadapi kesempatan-kesempatan mengalami patah semangat,kesulitan-kesulitan, rencanarencana yang tidak semua terlaksana, kehidupan mempunyai banyak cara untuk membuat kita kehilangan sukacita. Marilah melalui Injil pada hari ini kita diingatkan kembali, saat Tuhan memanggil dan memilih kita, ,melengkapi kita untuk diutus mewartakan kabar sukacita kemanapun Dia memimpin kita. Bapa, Aku mengundang Engkau untuk berdiam didalam pikiran, hati dan sikapku. Aku memilih untuk mengikuti teladanMu, Engkau tahu Tuhan bahwa mengikuti teladanMu sungguh tidaklah mudah, karena masih banyak kelemahan dalam diriku. Namun Aku percaya bahwa Roh KudusMu yang akan menolongku melakukannya. Kuserahkan hidupku dalam pimpinanMu. Amin Lulu Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 29 Sabtu 25 Januari 2014 : Iman dan Mujizat Pesta Bertobatnya S. Paulus, Hari Penutupan Pekan Doa Sedunia Kis 22: 3-16 atau Kis 9: 1-22, Mzm 117: 1,2, Mrk 16: 15-18 Mrk 16:18: Mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka nimum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh. Pada masa gereja awal, mukjizat sangat banyak terjadi, hal ini memang merupakan sesuatu yang penting untuk menjadi tanda bukti kebenaran tentang kehadiran dan kuasa Allah dalam agama Kristiani. Namun dengan berlalunya waktu, karena ajaran Kristiani telah dikenal oleh banyak orang dan diterima sebagai kebenaran, maka mukjizat makin berkurang, namun hal ini bukan berarti bahwa Allah tidak menyertai umatNya, karena di dalam sejarah gereja Katolik di sepanjang sejarah umat manusia Allah tetap bekerja melalui para kudusNya dengan menghadirkan mukjizat yang tak terhitung banyaknya. Mukjizat juga diperlukan untuk memberi ruang bagi iman, di mana oleh iman seseorang dapat menerima mukjizat tersebut dari Tuhan. St. Jerome pernah mengajarkan demikian, “Mukjizat-mukjizat itu diperlukan pada saat awal untuk meneguhkan iman orang-orang. Namun pada saat iman seseorang sudah diteguhkan, maka mukjizat-mukjizat tidak diperlukan”. Pernyataan ini sungguh benar, karena semakin kita dekat dan bersatu dengan Tuhan, kita mempunyai keterbukaan untuk menerima apapun rencana Tuhan dalam hidup kita. Menerima mukjizat kesembuhan jasmani atau tidak, tidak menjadi sesuatu yang utama; karena bagi mereka yang sungguh beriman tidak lagi mementingkan mukjizat -mukjizat lahiriah, tetapi lebih memusatkan perhatian terhadap hal- hal rohani, sebab mereka mengetahui bahwa pada akhirnya segala yang rohani dan surgawi merupakan sesuatu yang lebih penting dan ‘mengatasi’ yang bersifat jasmani. Mukjizat yang begitu besar namun juga begitu sederhana terjadi di dalam setiap perayaan Ekaristi, di mana Tuhan Yesus hadir mengambil rupa roti dan anggur. Itulah sebabnya, sampai sekarang mukjizat kesembuhan melalui Ekaristi juga masih terjadi, baik atas perantaraan para pendoa seperti Sr. Briedge McKenna, Romo Yohanes Indrakusuma O Carm, ataupun melalui doa- doa pribadi tiap- tiap orang beriman; namun yang terpenting, adalah bagaimana kehidupan rohani umat beriman setelah menerima mukjizat tersebut. Bagi umat Katolik, yang telah bersatu dengan Kristus melalui Ekaristi Kudus, yang terpenting adalah mengimani Tuhan Yesus dan menjalani kehidupan ini bersama-Nya dan di dalam Dia. Masalah perwujudan mukjizat dalam kehidupan manusia tidaklah menjadi faktor utama di dalam iman. Sebab kita tidak perlu melihat mukjizat dahulu baru kemudian percaya. Sebaliknya, kita sudah percaya, dan kita serahkan kepada Tuhan perihal mukjizat tersebut, jika dipandangnya berguna bagi iman kita, Ia dapat memberikannya. Namun jika tidak, tidaklah menjadi masalah, sebab Tuhanlah yang dengan kebijaksanaan-Nya memahami yang terbaik bagi setiap umat-Nya. Betty 30 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Minggu 26 Januari 2014 : Penjala Manusia Yes. 8:23b - 9:3; Mzm. 27:1,4,13-14; 1Kor. 1:10-13,17; Mat. 4:12-23 Mat 4 : 19 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Di suatu siang, ketika saya sedang mengurus beberapa administrasi gereja, pertemuan dengan teman lama yang tidak terduga terjadi. Dari pertemuan tersebut, teman saya mengajak saya dan suami untuk masuk kedalam sebuah komunitas di gereja tersebut. Bagi saya pribadi saat itu, ajakan seperti ini bak air di padang gurun. Di satu sisi, memiliki komunitas dan aktif dalam sebuah komunitas bagi kami, dan pastinya, ajakan teman lama saya ini sangat membangkitkan kerinduan di kedalaman batin saya. Namun di sisi lain, 6 tahun ke-vakuman tersebut telah menjadi sebuah comfort zone (zona nyaman) yang baru bagi saya. Otomatis ketika sebuah kata komunitas terlontar, yang muncul adalah komitmen, gereja harian, tugas-tugas dalam komunitas, bertemu orang-orang yang mungkin belum tentu cocok dengan saya. “Malas ah…” kata itu mungkin sangat tepat menggambarkan keadaan pikiran saya saat itu. Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajak Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menjadi “penjala” manusia. Itulah panggilan Tuhan bagi mereka. Tuhan mengajak mereka keluar dari comfort zone mereka, keluar dari kehidupan sehari-hari mereka untuk berkarya bersama Yesus. Di jaman sekarang panggilan itu tidak hanya semata untuk menjadi pelayan Tuhan full time dan hidup selibat, tetapi panggilan Tuhan yang mengajak kita keluar daricomfort zone keseharian kita. Untuk apa? Supaya kita juga bisa berguna untuk orang lain. Tidak hanya di lingkungan keluarga. Lebih mudahnya, berani keluar dari comfort zone berarti kita berani memberikan sebagian hidup kita untuk orang lain. Menjadi berguna untuk orang lain. Rela mengorbakan kepentingan atau kesenangan pribadi demi orang lain. Doa : Ya Tuhanku, Engkau menghadiahiku sebuah kehidupan yang luar biasa. Maka Tuhan, kuserahkan hati dan pikiranku untuk Engkau kuasai, sehingga di dalam kehidupan yang Luar biasa ini, aku boleh menjadi perpanjangan KasihMU bagi sesama ku, Amin. Siska Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 31 Senin 27 Januari 2014 : Roh Kudus menghajar Roh Jahat Angela Merici Robertus, Alberikus, Stefanus 2Sam. 5:1-7,10; Mzm. 89:20,21-22,25-26; Mrk. 3:22-30 Markus 3:29 “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Sudahkah Anda dan Saya menerima dan merasakan Roh Kudus? Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. Pasti kita akan berkata “sudah” menerima dan merasakan Roh Kudus. Tetapi apakah kita mempergunakan Roh Kudus itu dengan baik dan benar? Apakah kita memperbarui terus Roh Kudus setiap hari? Dalam bacaan hari ini menceritakan kekuatan Roh Kudus yang mampu mengalahkan roh jahat. Roh Kudus mampu menghajar roh jahat. Jika kita sudah merasakan dan mendapatkan Roh Kudus seharusnya kita bisa menghajar setiap roh jahat yang akan menyerang kita. Saya dan Anda adalah manusia lemah, dimana setiap kedagingan dan dosa yang mengikat serta kebiasaan jelek yang mendatangkan dosa tak bisa lepas dari diri sendiri. Setiap hari kita harus terus berusaha dan berjuang untuk menghajar roh jahat dalam diri dengan Roh Kudus yang sudah ada. Caranya bagaimana? Menghidupkan terus api Roh Kudus dalam diri dengan membina hubungan yang baik dengan Tuhan. Membangun hubungan doa yang harmonis setiap hari. Membagikan kasih Tuhan kepada sesama juga membuat api Roh Kudus dalam diri terus menyala. Firman Allah mengajarkan beberapa pengertian atau cara Roh Kudus tinggal di dalam orang-orang Kristen. Paulus berkata, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Roma 8:9, 11). Pengajaran Roh Kudus tinggal di dalam hati anak Allah yang taat, maka demikianlah Roh Kudus memimpin, membimbing dan menuntun Anda dan saya dalam menjalani kehidupan Kristen, yang kemudian dapat dikatakan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kita dan memimpin, membimbing serta menuntun kehidupan. Semakin setia seorang anak Allah, semakin kuat pengaruh Roh Kudus di dalam kehidupannya. Maukah saya dan Anda menjadi seorang anak Allah yang taat dan setia sehingga Roh Kudus terus ada setiap saat? Yudi 32 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Selasa 28 Januari 2014 : Menjadi Anggota Keluarga Yesus Peringatan Wajib St. Tomas Aquino 2Sam. 6:12b-15,17-19; Mzm. 24:7,8,9,10; Mrk. 3:31-35 Mrk 3:35 “ Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku … ” Dikisahkan bahwa ada banyak orang ‘duduk mengelilingi’ Yesus. Kebiasaan ‘duduk mengelilingi’ bagi orang Yahudi adalah bagi murid-murid dari seorang guru yang tengah mengajar. Penginjil Markus menampilkan ungkapan ini dalam makna simbolis. Orang banyak yang duduk mengelilingi Yesus, yang mendengarkan perkataan-Nya dan melakukannya, adalah para murid-Nya yang lalu menjadi anggota keluarganya yang sejati. Yesus sendiri memisahkan diri-Nya dari keluarga (dari hubungan darah) untuk mengabdikan diri pada karya perutusan-Nya. Demikian para uskup, imam, religius dan pelayan sabda Allah yang dipanggil khusus untuk mengikuti-Nya. Keluarga yang terbentuk oleh Roh Allah bukanlah dari hubungan darah tetapi dari ‘melakukan kehendak Allah’ didalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Ini tidak berarti mengurangi nilai relasi keluarga dari hubungan darah antara Yesus dan Maria, ibu-Nya serta anggota keluarga lainnya. Maria bukan saja Ibu Yesus yang melahirkan-Nya tetapi juga Ibu-Nya karena ketaatan dan kesetiaan penuh pada sabda Allah. Bersama Yakobus dan Simon, kedua sepupu Yesus yang menjadi pemimpin komunitas di Yerusalem, Maria mempunyai peranan penting dalam Gereja perdana di Yerusalem. Perikop yang ditulis penginjil Markus ini mengajak kita untuk merenung bagaimana sikap hati kita sebagai murid Yesus. Tidakkah kita menyadari betapa besar anugerah ‘relasi persaudaraan’ dengan Yesus yang Allah berikan kepada kita secara cumacuma? Maukah kita belajar dari Maria bagaimana menjadi anggota keluarga Yesus yang sejati? Mari kita mohon rahmat iman dan ketaatan pada sabda Allah meneladani Maria, Bunda Yesus. Sr. Maria Benedicta, OSB Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 33 Rabu 29 Januari 2014 : Mendengar yang Berbuah Yosef Freinademetz, Arkanjela Girlani 2 Sam 7:4-17, Mzm 89:4-5, 27-28, 29-30, Mrk 4:1-20 Markus 4:9 “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Ada sepenggal percakapan antara seorang Ibu dan anaknya. Anak : “Ma,besok hari Minggu kalau kita ke Mall, belikan ice cream ya?” Mama :” Iya, tetapi kalau kamu tidak batuk atau pilek.” Hari minggu, ketika mereka ke mall, sang anak menagih janji mamanya untuk membelikannya ice cream meskipun saat itu ia sedang batuk. Tetapi sang mama menolak. Anak : “Mama kan sudah janji kalo ke mall mau belikan ice cream kan...” Mama : “Iya, tetapi mama juga bilang, kalau kamu tidak batuk. Karena sekarang kamu batuk jadi tidak boleh beli ice cream”. Terkadang kita seperti anak kecil tersebut. Hanya fokus pada apa yang kita minta/inginkan. Kita maunya Tuhan memenuhi semua janjiNya, sedangkan kita tidak melakukan bagian/kewajiban kita. Kita hanya mau mendengar hal yang menyenangkan bagi kita. Padahal Tuhan meminta kita untuk hidup benar dihadapanNya, mentaati semua perintahNya, menjalankan semua firmanNya, seiring penggenapan janji Tuhan. Contoh seperti Daud yang hidup benar seiring Tuhan menggenapi janjiNya. Disaat apa yg kita inginkan tidak terkabul, kita sering mengeluh, “Kenapa Tuhan, padahal saya sudah hidup benar, sudah mendengarkan firmanMu...” Hidup Benar yang kita maksudkan, apakah sudah sesuai dengan kehendak Tuhan, sesuai dengan ajaran Tuhan yang ada dalam setiap firmanNya?. “Hidup Benar” disini tidak bisa dipisahkan dengan bagaimana cara kita mendengar/menanggapi firman Tuhan. Seperti apa cara kita mendengar firman Tuhan? Dalam perumpamaan tentang penabur ada 4 sikap yang mewakili bagaimana kita dalam mendengar firman Tuhan. (Mrk 4:1-20) Sikap 1. Benih yang jatuh dipinggir jalan. Sikap 2. Benih yang jatuh ditanah yang berbatu, yang tidak banyak tanahnya Sikap 3. Benih jatuh di tengah semak duri. Sikap 4. Benih jatuh di tanah yang baik. Dalam ke-4 sikap tersebut, semua menerima Benih (semua mendengar firman Tuhan). Tetapi bagaimana firman itu di tempatkan setelah didengar, akan memberikan hasil yang berbeda. Yang paling sering kita lakukan adalah pada sikap 1, 2 dan 3. Kita mendengar tapi tidak menghiraukan, mendengar tapi langsung melupakan. Atau karena penganiayaan/ ejekan/ cemoohan, kita langsung berbalik dari firman itu. Atau mungkin karena kesenangan duniawi atau kesibukan kita, kita membuat firman itu menjadi hanya sekedar ide atau topik yang tidak berbuah. Dengan sikap 1,2, dan 3, apakah kita masih dengan tidak malu menagih janji Tuhan? Ataukah seperti sikap ke-4, kita mau mendengar dengan sungguh2, menerima dan melakukan setiap firman Tuhan hingga berbuah, seiring penggenapan Janji Tuhan yang YA & AMIN. Mari kita merenungkan, “mendengar” seperti apa yang telah kita lakukan selama ini. Jesus bless Us. Lia 34 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014 Kamis 30 Januari 2014 : UP !!! Yasinta Mareskoti, Bronislaus Markiewicz 2Sam. 7:18-19,24-29; Mzm. 132:1-2,3-5,11,12,13-14; Mrk. 4:21-25 Mrk 24: 24b “ Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan disamping itu akan ditambah lagi kepadamu” Salam Sejahtera Sahabat Fresh Juice!!! Sebagai manusia yang normal biasanya kita memberi batasan kepada apa yang kita lakukan, seperti misalnya saya punya usaha kecil kecilan membuat handicraft dari kulit, nah dari kerajinan saya itu saya memberi batasan quality kepada tukang saya (walau kadang sering meleset), tetapi batasan quality itu yang menjadi tolak ukur barang itu bagus atau tidak. Dengan adanya batasan itu saya juga meminta tukang tukang bisa sedikit demi sedikit menaikkan standar qualitynya, sehingga kemampuan mereka menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Demikian Juga Tuhan telah memberikan kepada kita telenta masing masing, sehingga sebenarnya Tuhan sendiri sudah tahu bagaimana pelayanan pelayanan kita, tetapi Tuhan juga menambahkan ukurannya dengan pelayanan pelayanan yang sudah disediakan. Seperti sekarang ini Gereja FX melalui suatu komunitas ingin membangun Rumah retret di Plaga, banyak dari anggota sebenarnya tidak biasa bekerja di fund raising, tetapi berhubung banyak talenta yang ada hal tersebut disatukan dan bisa diadakan acara acara lain utk mengadakan fund raising, kerja sosial dan lain lainnya. Mari kita saling belajar, saling melengkapi didalam pelayanan pelayanan kita, sehingga jika “pekerjaan” kita akan ditambahkan lagi, maka kita akan siap melayaniNYA. God bless Prast Vol. 50/2014 www.DOJCC.com Fresh JUICE ! 35 Jumat 31 Januari 2014 : Kecil itu Indah Peringatan Wajib St. Yohanes Bosko 2Sam. 11:1-4a,5-10a,13-17; Mzm. 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11; Mrk. 4:26-34 Mrk 4:31 Hal kerajaan surga itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah Oh my GOD ! Ini tanganku yang kecil atau tangannya Yonathan yang udah membesar ? Dan tangannya hampir menyamai telapak tanganku. Sepertinya baru kemaren aku memegang tangannya yang kecil. Tangannya yang dulu selalu berusaha menggapai tanganku. Tangannya yang dulu terkadang menarik-narik bajuku. Dan sekarang, OH my GOD, tangannya hampir menyamaiku! Sungguh, melihat pertumbuhan anak-anak kami dari bayi hingga sekarang laksana melihat langsung betapa ajaib perbuatan Tuhan yang kita miliki. Benih yang kami tanam dan sekarang telah menjadi anak yang sebentar lagi akan beranjak remaja. Dan akhirnya akan beranjak dewasa. (Ahh.. kami jadi menyadari betapa sebentar lagi akan bertambah tua.. dan tentunya tambah ganteng dan cantik – seperti film Benjamin Button! Ha..ha...) Kami pun jadi teringat, saat kami awalnya punya anjing. Biasanya kami membeli anjing kecil dan sekarang anjing kami udah besar. Udah punya anak lagi! Sungguh sangat menarik kalau kita melihat alam di sekitar kita. Tumbuhan yang berawal dari benih dan ternyata bisa menjadi pohon yang besar melebihi tumbuhan di sekitarnya. Injil hari ini menjadi sangat menarik karena Yesus berbicara mengenai benih. Benih yang kecil dan bertumbuh menjadi besar. Dan demikian lah Yesus menggambarkan perumpamaan mengenai Kerajaan Surga. Kerajaan surga tidak dimulai dari hal-hal besar yang kita buat. Namun berawal dari hal-hal kecil. Bukan berawal bagaimana kita memperhatikan orang lain di gereja kita, tapi berawal bagaimana kita memperhatikan istri dan anak-anak kita. Bukan berawal bagaimana kita sibuk melayani sana-sini, tapi justru kita lupa ‘melayani’ (baca : mengisi) diri sendiri dan menjaga hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Bukan berawal dari ikut suatu kelompok dengan tujuan menyelamatkan ratusan bahkan ribuan orang agar ikut Tuhan, tapi dimulai dari menunjukkan teladan kita kepada satu atau dua orang di sekitar kita. Bukan berawal dari banyaknya ‘kotbah’ yang kita katakan, tapi berawal dari ‘kotbah tanpa kata-kata’ yang kita lakukan. Berawal dari hal kecil ? Iya iyalah... kecil itu indah kok! yovie 36 Fresh JUICE ! www.DOJCC.com Vol. 50/2014