BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Karena perusahaan merupakan suatu organisasi besar terdiri dari berbagai tipe individu yang memiliki latar belakang dan tujuan berbeda satu sama lainnya, dimana individu-individu inilah yang akan menjalankan berbagai aktivitas di perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Individu-individu tersebut merupakan faktor sumber daya manusia yang harus dapat saling bekerja sama agar kegiatan perusahaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien, karena manusia yang akan menggunakan, mengelola dan mengkoordinasikan unsur-unsur sumber daya manusia lainnya dalam suatu organisasi. Untuk itulah adanya manajemen yang dapat mengatur dan mengarahkan tujuan tiap individu ini agar tidak bertentangan dengan tujuan perusahaan. Manajemen merupakan rangkaian dari berbagai aktifitas yang saling berkaitan untuk mengorganisasikan kemampuan yang ada pada setiap individu di suatu organisasi dalam mendayagunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada sehingga berguna bagi setiap individu dan perusahaan itu sendiri. Manajemen juga dapat diartikan sebagai satu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui organisasi. Berikut ini beberapa definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para ahlinya yaitu sebagai berikut. Menurut Malayu SP. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2001:1) : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 6 Menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen (2003:8): Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya, sumber daya orang lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Mutiara S. Panggabean, M.E dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2004:13): Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan lain sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa manajemen adalah aktifitas yang berorientasi pada proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai sasaran organisasi melalui orang, teknologi, sumber daya, bahan dan modal. 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peranan sumber daya manusia dalam organisasi perusahaan sudah ada sejak dikenalnya organisasi sebagai wadah/tempat usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan. Peranan sumber daya manusia ini berkembang mengikuti perkembangan organisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pengelola tenaga kerja secara baik, akan tetapi para karyawan yang terdapat dalam suatu organisasi juga merupakan bagian terpenting apabila pegawai melaksanakan pekerjaan dengan sefektif dan seefisien mungkin. Maka dengan perkembangan suatu perusahaan berarti semakim besar jumlah tenaga kerja yang ditangani dan tugas seorang pemimpin semakin berat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengaturan yang baik dalam hal pengelolaan tenaga kerja. Untuk mencapai sasaran usahanya maka perusahaan memerlukan strategi pencapaian yang dapat direalisasi apabila perusahaan berhasil merumuskan program-program sumber daya yang mampu menarik, membina, memotivasi, dan mempertahankan tenaga kerja tersebut. Untuk mengelola tenaga kerja ini, maka diperlukan Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:10): Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Menurut T. Hani Handoko (2000:4): Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Menurut Drs. Bambang Wahyudi (2002:10): Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni atau proses memperoleh, memajukan, atau mengembangkan dan memelihara tenaga kerja yang kompeten sedemikian rupa sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien dan ada kepuasan dari diri sendiri. Berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuannya sebagian besar tergantung pada manusia, oleh karena itu setiap tenaga kerja yang terdapat perusahaan harus mendapatkan, mengembangkan, memelihara, dan memanfaatkan kerja sesuai dengan fungsi dari perusahaan tersebut. 2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia mengurus dan menempatkan tenaga kerja pada kedudukan yang tepat, meyelenggarakan latihan bagi para tenaga kerja, mengkoordinir pemindahan, mengatur promosi dan memberhentikan pegawai, manajemen melaksanakan hal-hal tersebut berupaya agar para pegawai melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan benar, displin serta penuh tanggung jawab. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Malayu SP. Hasibuan (2003:6): 1. Fungsi-fungsi Manajerial a. Perencanaan (human resource planning) adalah merencana tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian, meliputi pengorganisasian, kompensasi, pengarahan, pengintegrasian, pengandalian, pemeliharaan, pengembangan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. b. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam organisasi (organization chartz). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, dengan organisasi yang baik akan dapat membantu terwujudnya tujuan secara efektif. c. Pengarahan (directing) adalah kegiatan pengarahan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif secara efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. d. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan mau bekerja sesuai dengan rencana apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan-tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. 2. Fungsi-fungsi Operasional a. Pengadaan. Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan indeksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik, akan membantu terwujudnya tujuan. b. Pengembangan. Pengembangan (development) adalah peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. c. Kompensasi. Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diberikan perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. d. Pengintegrasian. Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba karyawan, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal terpenting dan sulit dalam Manajemen Sumber Daya Manusia mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang. e. Pemeliharaan. Pemeliharaan (maintenance) adalah untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta pedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. f. Kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanda adanya disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial. g. Pemberhentian. Pemberhentian (separation) adalah putusan hubungan kerja seorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya. 2.2 Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan dari suatu perusahaan dan disiplin kerja digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Tanpa adanya sistem kerja maka karyawan akan bekerja tidak sesuai dengan keinginan perusahaan. Dengan kondisi tersebut perusahaan akan sulit mencapai tujuannya, maka dibuatnya program kerja akan mengendalikan proses kerja karyawan sesuai peraturan yang ada di perusahaan. Organisasi disiplin yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung terciptanya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan tujuannya. 2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja. Disiplin kerja dibuat oleh perusahaan untuk menertibkan para karyawan, disiplin kerja dibuat sesuai dengan persetujuan para karyawan dengan pihak perusahaan untuk dipatuhi. Namun hingga saat ini istilah disiplin kerja sering kali diartikan berbagai macam. Untuk lebih jelasnya akan diberikan definisi sebagai berikut. Disiplin menurut Ambar Teguh Sulistiyani dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:236) : Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau manghukum bawahan karena peraturan atau prosedur. Disiplin menurut T. Hani Handoko (2001: 208) : Disiplin adalah adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Disiplin menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001:193) : Disiplin adalah kesadaran dan kegiatan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen untuk standar-standar organisasional yang ditaati oleh karyawan dalam peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. 2.2.2 Bentuk Disiplin Kerja Disiplin kerja adalah suatu bentuk dari pencapaian tujuan dari perusahaan sehingga disiplin kerja semakin berkembang dengan berbagai bentuk pendisiplinan. Ada tiga kedisiplinan kerja menurut T. Hani Handoko (2001: 208209) : 1. Disiplin Preventif Disipilin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan karyawan untuk berdisiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara preventif para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen. Bentuk sistem khusus disiplin preventif. a) Pelanggaran pertama akan diberi peringatan secara lisan dan tulisan. b) Pelanggaran kedua diberikan peringatan tertulis formal, yang satu salinan disimpan dalam berkas personil. c) Pelanggaran ketiga diberikan cuti pengambilan keputusan satu hari tetap dibayar. d) Pelanggaran yang lebih jauh akan diberikan pendisiplinan yang lebih berat yang kemudian diikuti oleh suatu tindakan terakhir yang berupa tindakan pemberhentian. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang lebih lanjut. Yang berguna dalam pendisiplinan korektif adalah : a) Peringatan pertama kedisiplinan dengan mengkomunikasikan semua peraturan terhadap karyawan. b) Sedapat mungkin kedisiplinan dapat diterapkan supaya karyawan dapat memahami hubungan peristiwa yang dialami oleh karyawan. c) Konsisten yaitu para karyawan yang melakukan kesalahan yang sama hendaknya diberi sanksi yang disesuaikan dengan kesalahan yang sesuai dengan kesalahan yang mereka buat. d) Bersifat pribadi maksudnya tindakan pendisiplinan ini tidak memandang secara individual tetapi setiap yang melanggar akan dikenakan sanksi yang berlaku bagi perusahaan. 3. Disiplin Progresif Disiplin progresif berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Contoh dari sistem disiplin progresif sebagai berikut : a) Teguran lisan oleh penyedia. b) Teguran tertulis dengan cacatan dengan file personalia. c) Skorsing satu minggu atau lebih. d) Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari. e) Dipecat. 2.2.3 Indikator Disiplin Kerja Kedisiplinan kerja seseorang karyawan dapat ditegakkan bilamana sebagian besar peraturan-peraturannya ditaati oleh sebagian besar karyawan. Berikut ini adalah jenis-jenis masalah dalam pendisiplinan kerja menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002 : 194) adalah sebagai berikut. 1) Tujuan dan Kemampuan. Tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan rendah. 2) Teladan Kepemimpinan. Teladan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. 3) Balas Jasa. Balas jasa berperan penting menciptakan kedisiplinan karyawan, artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah, karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primer tidak terpenuhi dengan baik. 4) Keadilan. Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, sehingga ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manager yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan perusahaan baik pula. 5) Waskat. Waskat ( pengawasan melekat ) adalah tindakan nyata yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberi petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan, terwujudnya kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan yang baik. 6) Sanksi Hukuman. Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan ditetapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan informasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah prilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan pendisiplinan, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan karyawan. 7) Ketegasan. Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisiplin akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut. 8) Hubungan Kemanusiaan. Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubunganhubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, cross relationship hendaknya harmonis. Manager harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi dan mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya human relationship akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik. Setiap karyawan yang melakukan kedelapan faktor ini adalah karyawan yang menghargai pekerjaannya dan pegawai yang mementingkan perusahaannya, maka daripada itu karyawan yang sudah melakukan disiplin kerja karyawan itu harus lebih baik lagi dalam mempertahankan sikap disiplin. Bagi perusahaan harus memiliki timbal balik agar ada keseimbangan antara perusahaan dengan para karyawannya. 2.3 Langkah-langkah untuk meningkatkan disiplin. Menurut Saydam (2002:280) penegakkan disiplin kerja tidak bisa diserahkan kepada karyawan semata-mata. Untuk itulah perusahaan mempunyai langkah-langkah dalm meningkatkan kerja para karyawannya. Diantaranya adalah: 1) Menciptakan peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan oleh para karyawan. 2) Menciptakan dan memberikan sanksi-sanksi bagi pelanggar displin. 3) Melakukan pembinaan disiplin melalui pelatihan-pelatihan kedisiplinan yang terus-menerus. Didalam suatu perusahaan bentuk disiplin kerja yang tidak baik akan tergambar pada suasana : a) Tingginya angka kemangkiran (absensi) karyawan. b) Sering terlambatnya karyawan masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah ditentukan. c) Menurunnya semangat dan gairah kerja. d) Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggung jawab. e) Penyelesaian pekerjaan yang lambat, karena karyawan lebih senang mengobrol dari pada bekerja. f) Tidak terlaksananya supervise dan waskat (pengawasan melekat dari atasan) yang baik. g) Sering terjadinya konflik (pertentangan) antara karyawan dan pimpinan perusahaan. Jadi penerapan disiplin kerja sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan karena dengan adanya disiplin kerja maka perusahaan akan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan. 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan menurut Bambang Wahyudi (2002:202-207) banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin dalam organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Besar kecilnya pemberian kompesasi. Besar kecilnya pemberian kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan dapat mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah disumbangkannya bagi perusahaan. Akan tetapi bila ia merasa kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir mendua dan berusaha mencari tambahan penghasilan lain dari luar, sehingga menyebabkan ia mangkir, serta minta izin kelur dan sebagainya. b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan. Keteladanan pimpinan maksudnya bahwa dalam lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dari ucapannya, perbuatan dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah diterapkan. Peranan keteladanan pimpinan amat besar dalam perusahaan, karena pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan masih menjadi peraturan karyawan. Oleh sebab itu, bila seorang pimpinan menginginkan tegaknya disiplin dalam perusahaan maka ia harus lebih dahulu mempraktekannya dan mempelopori agar dapat diikuti oleh para karyawan lainnya. c. Ada tidaknya aturan pasti untuk dijadikan pegangan. Pembinaan disiplin tidak akan terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada peraturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Para karyawan mau melakukan disiplin bila ada aturan jelas dan di informasikan kepada mereka. Oleh sebab itu, disiplin akan ditegakkan dalam suatu perusahaan, bila ada peraturan tertulis yang telah disepakati bersama. d. Keberanian pimpinan mengambil tindakan. Suatu disiplin akan dapat ditegakkan, bila di samping aturan tertulis yang jadi pegangan bersama, juga perlu ada sanksi. Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu adanya keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawasan, maka karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya dalam perusahaan. f. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat melaksanakan disiplin kerja yang baik. Karena ia, bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam arti jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu dihormati dan dihargai oleh karyawannya, sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi dan moral kerja karyawan.