6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup perusahaan
dan pencapaian tujuan perusahaan. Karena perusahaan merupakan suatu
organisasi besar terdiri dari berbagai tipe individu yang memiliki latar belakang
dan tujuan berbeda satu sama lainnya, dimana individu-individu inilah yang akan
menjalankan berbagai aktivitas di perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan.
Individu-individu tersebut merupakan faktor sumber daya manusia yang
harus dapat saling bekerja sama agar kegiatan perusahaan dapat berlangsung
secara efektif dan efisien, karena manusia yang akan menggunakan, mengelola
dan mengkoordinasikan unsur-unsur sumber daya manusia lainnya dalam suatu
organisasi. Untuk itulah adanya manajemen yang dapat mengatur dan
mengarahkan tujuan tiap individu ini agar tidak bertentangan dengan tujuan
perusahaan.
Manajemen merupakan rangkaian dari berbagai aktifitas yang saling
berkaitan untuk mengorganisasikan kemampuan yang ada pada setiap individu di
suatu organisasi dalam mendayagunakan dan mengelola sumber-sumber daya
yang ada sehingga berguna bagi setiap individu dan perusahaan itu sendiri.
Manajemen juga dapat diartikan sebagai satu seni untuk melaksanakan
suatu pekerjaan melalui organisasi. Berikut ini beberapa definisi tentang
manajemen yang dikemukakan oleh para ahlinya yaitu sebagai berikut.
Menurut Malayu SP. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
(2001:1) :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
6
Menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen (2003:8):
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya, sumber daya orang lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Mutiara S. Panggabean, M.E dalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia (2004:13):
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses
penggunaan lain sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa manajemen adalah
aktifitas
yang
berorientasi
pada
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian untuk mencapai sasaran organisasi melalui orang,
teknologi, sumber daya, bahan dan modal.
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi perusahaan sudah ada
sejak dikenalnya organisasi sebagai wadah/tempat usaha bersama untuk mencapai
suatu tujuan. Peranan sumber daya manusia ini berkembang mengikuti
perkembangan organisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dapat
dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pengelola tenaga
kerja secara baik, akan tetapi para karyawan yang terdapat dalam suatu organisasi
juga merupakan bagian terpenting apabila pegawai melaksanakan pekerjaan
dengan sefektif dan seefisien mungkin.
Maka dengan perkembangan suatu perusahaan berarti semakim besar
jumlah tenaga kerja yang ditangani dan tugas seorang pemimpin semakin berat.
Oleh karena itu diperlukan suatu pengaturan yang baik dalam hal pengelolaan
tenaga kerja. Untuk mencapai sasaran usahanya maka perusahaan memerlukan
strategi pencapaian yang dapat direalisasi apabila perusahaan berhasil
merumuskan program-program sumber daya yang mampu menarik, membina,
memotivasi, dan mempertahankan tenaga kerja tersebut. Untuk mengelola tenaga
kerja ini, maka diperlukan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:10):
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.
Menurut T. Hani Handoko (2000:4):
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
Menurut Drs. Bambang Wahyudi (2002:10):
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni atau
proses memperoleh, memajukan, atau mengembangkan dan
memelihara tenaga kerja yang kompeten sedemikian rupa sehingga
tujuan dapat tercapai dengan efisien dan ada kepuasan dari diri
sendiri.
Berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuannya sebagian
besar tergantung pada manusia, oleh karena itu setiap tenaga kerja yang terdapat
perusahaan
harus
mendapatkan,
mengembangkan,
memelihara,
dan
memanfaatkan kerja sesuai dengan fungsi dari perusahaan tersebut.
2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia mengurus dan menempatkan tenaga
kerja pada kedudukan yang tepat, meyelenggarakan latihan bagi para tenaga kerja,
mengkoordinir pemindahan, mengatur promosi dan memberhentikan pegawai,
manajemen melaksanakan hal-hal tersebut berupaya agar para pegawai
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan benar, displin serta penuh
tanggung jawab.
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Malayu SP.
Hasibuan (2003:6):
1. Fungsi-fungsi Manajerial
a. Perencanaan (human resource planning) adalah merencana tenaga
kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan
dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian, meliputi
pengorganisasian,
kompensasi,
pengarahan,
pengintegrasian,
pengandalian,
pemeliharaan,
pengembangan,
kedisiplinan
dan
pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
b. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi
semua karyawan dengan menetapkan kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam organisasi (organization
chartz). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan,
dengan organisasi yang baik akan dapat membantu terwujudnya tujuan
secara efektif.
c. Pengarahan (directing) adalah kegiatan pengarahan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif secara efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
d. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan mau
bekerja sesuai dengan rencana apabila terdapat penyimpangan atau
kesalahan, diadakan tindakan-tindakan perbaikan dan penyempurnaan
rencana.
2. Fungsi-fungsi Operasional
a. Pengadaan.
Pengadaan
(procurement)
adalah
proses
penarikan,
seleksi,
penempatan, orientasi, dan indeksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik, akan
membantu terwujudnya tujuan.
b. Pengembangan.
Pengembangan (development) adalah peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
c. Kompensasi.
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung
(direct) dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada
karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diberikan perusahaan.
Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.
d. Pengintegrasian.
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan karyawan, agar tercipta kerja sama yang
serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba
karyawan,
karyawan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
hasil
pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal terpenting dan sulit
dalam Manajemen Sumber Daya Manusia mempersatukan dua
kepentingan yang bertolak belakang.
e. Pemeliharaan.
Pemeliharaan
(maintenance)
adalah
untuk
memelihara
atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang
baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan
kebutuhan sebagian besar karyawan serta pedoman kepada internal dan
eksternal konsistensi.
f. Kedisiplinan.
Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanda adanya
disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal.
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial.
g. Pemberhentian.
Pemberhentian (separation) adalah putusan hubungan kerja seorang
dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan
sebab-sebab lainnya.
2.2 Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan dari
suatu perusahaan dan disiplin kerja digunakan untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Tanpa adanya sistem kerja maka karyawan akan bekerja tidak sesuai
dengan keinginan perusahaan. Dengan kondisi tersebut perusahaan akan sulit
mencapai tujuannya, maka dibuatnya program kerja akan mengendalikan proses
kerja karyawan sesuai peraturan yang ada di perusahaan.
Organisasi disiplin yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan
efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung terciptanya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jadi kedisiplinan adalah kunci
keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan tujuannya.
2.2.1
Pengertian Disiplin Kerja.
Disiplin kerja dibuat oleh perusahaan untuk menertibkan para karyawan,
disiplin kerja dibuat sesuai dengan persetujuan para karyawan dengan pihak
perusahaan untuk dipatuhi. Namun hingga saat ini istilah disiplin kerja sering kali
diartikan berbagai macam. Untuk lebih jelasnya akan diberikan definisi sebagai
berikut.
Disiplin menurut Ambar Teguh Sulistiyani dalam buku Manajemen
Sumber Daya Manusia (2003:236) :
Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau manghukum
bawahan karena peraturan atau prosedur.
Disiplin menurut T. Hani Handoko (2001: 208) :
Disiplin adalah adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan
standar-standar organisasional.
Disiplin menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001:193) :
Disiplin adalah kesadaran dan kegiatan seseorang mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin adalah kegiatan
manajemen untuk standar-standar organisasional yang ditaati oleh karyawan
dalam peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
2.2.2
Bentuk Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah suatu bentuk dari pencapaian tujuan dari perusahaan
sehingga
disiplin
kerja
semakin
berkembang
dengan
berbagai
bentuk
pendisiplinan. Ada tiga kedisiplinan kerja menurut T. Hani Handoko (2001: 208209) :
1. Disiplin Preventif
Disipilin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan
oleh perusahaan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan karyawan untuk berdisiplin diri
diantara para karyawan. Dengan cara preventif para karyawan menjaga
disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen. Bentuk
sistem khusus disiplin preventif.
a) Pelanggaran pertama akan diberi peringatan secara lisan dan tulisan.
b) Pelanggaran kedua diberikan peringatan tertulis formal, yang satu salinan
disimpan dalam berkas personil.
c) Pelanggaran ketiga diberikan cuti pengambilan keputusan satu hari tetap
dibayar.
d) Pelanggaran yang lebih jauh akan diberikan pendisiplinan yang lebih berat
yang kemudian diikuti oleh suatu tindakan terakhir yang berupa tindakan
pemberhentian.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang
lebih lanjut. Yang berguna dalam pendisiplinan korektif adalah :
a) Peringatan pertama kedisiplinan dengan mengkomunikasikan semua
peraturan terhadap karyawan.
b) Sedapat mungkin kedisiplinan dapat diterapkan supaya karyawan dapat
memahami hubungan peristiwa yang dialami oleh karyawan.
c) Konsisten yaitu para karyawan yang melakukan kesalahan yang sama
hendaknya diberi sanksi yang disesuaikan dengan kesalahan yang sesuai
dengan kesalahan yang mereka buat.
d) Bersifat pribadi maksudnya tindakan pendisiplinan ini tidak memandang
secara individual tetapi setiap yang melanggar akan dikenakan sanksi yang
berlaku bagi perusahaan.
3. Disiplin Progresif
Disiplin progresif berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap
pelanggaran-pelanggaran
yang
berulang.
Tujuannya
adalah
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif
sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Contoh dari
sistem disiplin progresif sebagai berikut :
a) Teguran lisan oleh penyedia.
b) Teguran tertulis dengan cacatan dengan file personalia.
c) Skorsing satu minggu atau lebih.
d) Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari.
e) Dipecat.
2.2.3
Indikator Disiplin Kerja
Kedisiplinan kerja seseorang karyawan dapat ditegakkan bilamana
sebagian besar peraturan-peraturannya ditaati oleh sebagian besar karyawan.
Berikut ini adalah jenis-jenis masalah dalam pendisiplinan kerja menurut Malayu
S.P. Hasibuan (2002 : 194) adalah sebagai berikut.
1) Tujuan dan Kemampuan.
Tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh
dan disiplin mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu diluar
kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan
kedisiplinan rendah.
2) Teladan Kepemimpinan.
Teladan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata
dengan perbuatannya.
3) Balas Jasa.
Balas jasa berperan penting menciptakan kedisiplinan karyawan, artinya
semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya
apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah, karyawan sulit
untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primer tidak terpenuhi
dengan baik.
4) Keadilan.
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, sehingga ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Keadilan dijadikan dasar kebijaksanaan dalam
pemberian balas jasa(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan karyawan yang baik. Manager yang cakap dalam memimpin
selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan
yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus
diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan
perusahaan baik pula.
5) Waskat.
Waskat ( pengawasan melekat ) adalah tindakan nyata yang paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti
atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja
dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir
ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberi petunjuk, jika ada
bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan
dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan
kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan, terwujudnya kerja sama yang
baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya
kedisiplinan yang baik.
6) Sanksi Hukuman.
Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan ditetapkan ikut mempengaruhi
baik/buruknya kedisplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan informasikan secara jelas
kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau
terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah
prilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan
pendisiplinan, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara
kedisiplinan karyawan.
7) Ketegasan.
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang
indisiplin akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
8) Hubungan Kemanusiaan.
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubunganhubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct
single relationship, direct group relationship, cross relationship hendaknya
harmonis.
Manager
harus
berusaha
menciptakan
suasana
hubungan
kemanusiaan yang serasi dan mengikat, vertikal maupun horizontal diantara
semua karyawannya. Terciptanya human relationship akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi
kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan
tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
Setiap karyawan yang melakukan kedelapan faktor ini adalah karyawan
yang
menghargai
pekerjaannya
dan
pegawai
yang
mementingkan
perusahaannya, maka daripada itu karyawan yang sudah melakukan disiplin
kerja karyawan itu harus lebih baik lagi dalam mempertahankan sikap disiplin.
Bagi perusahaan harus memiliki timbal balik agar ada keseimbangan antara
perusahaan dengan para karyawannya.
2.3 Langkah-langkah untuk meningkatkan disiplin.
Menurut Saydam (2002:280) penegakkan disiplin kerja tidak bisa
diserahkan kepada karyawan semata-mata. Untuk itulah perusahaan mempunyai
langkah-langkah dalm meningkatkan kerja para karyawannya. Diantaranya
adalah:
1) Menciptakan
peraturan-peraturan
dan
tata
tertib
yang
harus
dilaksanakan oleh para karyawan.
2) Menciptakan dan memberikan sanksi-sanksi bagi pelanggar displin.
3) Melakukan
pembinaan
disiplin
melalui
pelatihan-pelatihan
kedisiplinan yang terus-menerus.
Didalam suatu perusahaan bentuk disiplin kerja yang tidak baik akan
tergambar pada suasana :
a) Tingginya angka kemangkiran (absensi) karyawan.
b) Sering terlambatnya karyawan masuk kantor atau pulang lebih cepat
dari jam yang sudah ditentukan.
c) Menurunnya semangat dan gairah kerja.
d) Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar
tanggung jawab.
e) Penyelesaian pekerjaan yang lambat, karena karyawan lebih senang
mengobrol dari pada bekerja.
f) Tidak terlaksananya supervise dan waskat (pengawasan melekat dari
atasan) yang baik.
g) Sering terjadinya konflik (pertentangan) antara karyawan dan
pimpinan perusahaan.
Jadi penerapan disiplin kerja sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan
karena dengan adanya disiplin kerja maka perusahaan akan dapat melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan menurut
Bambang Wahyudi (2002:202-207) banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tegak tidaknya suatu disiplin dalam organisasi atau perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Besar kecilnya pemberian kompesasi.
Besar kecilnya pemberian kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.
Para karyawan akan dapat mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya
yang telah disumbangkannya bagi perusahaan. Akan tetapi bila ia merasa
kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir
mendua dan berusaha mencari tambahan penghasilan lain dari luar, sehingga
menyebabkan ia mangkir, serta minta izin kelur dan sebagainya.
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan.
Keteladanan pimpinan maksudnya bahwa dalam lingkungan perusahaan,
semua karyawan akan selalu
memperhatikan bagaimana pimpinan dapat
menegakkan disiplin dari ucapannya, perbuatan dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah diterapkan. Peranan keteladanan
pimpinan amat besar dalam perusahaan, karena pimpinan dalam suatu
organisasi atau perusahaan masih menjadi peraturan karyawan. Oleh sebab itu,
bila seorang pimpinan menginginkan tegaknya disiplin dalam perusahaan
maka ia harus lebih dahulu mempraktekannya dan mempelopori agar dapat
diikuti oleh para karyawan lainnya.
c. Ada tidaknya aturan pasti untuk dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak akan terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada
peraturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Para
karyawan mau melakukan disiplin bila ada aturan jelas dan di informasikan
kepada mereka. Oleh sebab itu, disiplin akan ditegakkan dalam suatu
perusahaan, bila ada peraturan tertulis yang telah disepakati bersama.
d. Keberanian pimpinan mengambil tindakan.
Suatu disiplin akan dapat ditegakkan, bila di samping aturan tertulis yang jadi
pegangan bersama, juga perlu ada sanksi. Bila ada seorang karyawan yang
melanggar disiplin, maka perlu adanya keberanian pimpinan untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan
adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada,
maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji
tidak akan berbuat hal yang serupa.
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,
yang mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan
tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawasan,
maka karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk
sebagian karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini
tidak perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak
dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya dalam perusahaan.
f. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan.
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan
akan dapat melaksanakan disiplin kerja yang baik. Karena ia, bukan hanya
dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam arti jarak
batin. Pimpinan demikian akan selalu dihormati dan dihargai oleh
karyawannya, sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi dan moral
kerja karyawan.
Download