12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Teori Resources Based View
Para pakar ekonomi sering melakukan penelitian untuk mencari tahu teori
apakah yang dapat diimplementasikan untuk membuat organisasi perusahaan tetap
unggul secara efektif dan efisien dalam kinerja organisasi perusahaan. Teori
resources based view ini akan merencanakan segi organisasi perusahaan sebagai daya
dan kemampuan internal organisasi perusahaan serta yang berhubungan dengan
pengembalian keputusan strategis. Resources Based View (RBV) merupakan teori
yang digunakan untuk mengembangkan model-model dan kemungkinan prediksi
tentang pemahaman terhadap pengaruh dari praktik-praktik sumber daya pada fungsi
organisasi perusahaan dari terapan strategi manajemen (Strategic Human Resources
Management) . Strategi manajemen kurang mempunyai basis teori yang kuat untuk
menganalisis fungsi dalam organisasi perusahaan yang lebih besar dari strategi
tersebut (Mahoney dan Deckop, 1986). RBV menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan hambatan kompetisi dengan menghasilkan sumber
daya yang sulit untuk ditiru atau dibuat oleh pesaing, sehingga akan memberikan
keunggulam kompetitif secara berkelanjutan (Mahoney dan Pandian, 1992).
Pandangan ini didukung oleh Peteraf (1993), yang menyatakan bahwa sumber daya
perusahaan harus bersifat heterogen dan tidak mudah diubah dengan cara
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
mentransformasikan keunggulan kompetitif jangka pendek menjadi keunggulan
berkelanjutan. Hal ini secara umum didukung oleh banyak penulis diantaranya
Barney (1991), yang mendukung kesimpulan bahwa suatu perusahaan mencapai
keunggulan kompetitif berkelanjutan, melalui sumber daya yang unik yang
dimilikinya, dan sumber daya ini tidak dapat dengan mudah dibeli, ditransfer, atau
ditiru, dan secara bersamaan secara tidak langsung kelangkaannya memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan
kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. RBV difokuskan pada kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kombinasi sumber daya yang tidak dapat dimiliki
atau dibangun dengan cara yang sama oleh pesaing dan dapat membuat sumber daya
serta kemampuan sebagai aset strategis (Amit dan Schoemaker, 1993). Pada tingkat
perusahaan memperhatikan bagaimana aset strategis mempengaruhi kinerja
perusahaan (Montgomery dan Wernerfelt, 1988). Perbedaan sumber daya dan
kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing
dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola
sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Sumber daya seharusnya memenuhi kriteria untuk dapat memberikan
keunggulan yang kompetitif dan kinerja organisasi perusahaan yang berkelanjutan
yaitu sebagai berikut (Barney, 1991):
1. Valuable: Ketika sumber daya memberikan nilai untuk meningkatkan
efisiensi atau efektivitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2. Rare: Ketika mempunyai sumber daya yang sulit ditemukan oleh para
pesaing yang akan menjadikan potensi bagi organisasi perusahaan,
3. Imperfect imitability: ketika sumber daya yang ada diorganisasi perusahaan
tersebut tidak dapat ditiru oleh pesaing sehingga menjadi keunggulan
organisasi perusahaan tersebut,
4. Non substitution: ketika sumber daya organisasi perusahaan tidak bisa
disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.
Jika kriteria tersebut organisasi perusahaan mempunyai sumber daya yang
ekonomis, relatif jarang, sulit ditiru, dan tidak dapat disubstitusikan maka organisasi
perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik. Teori RBV juga telah banyak
digunakan dalam literatur sistem informasi untuk menjelaskan teknologi informasi
bisnis, dimana literatur ini juga berpendapat bahwa kinerja organisasi perusahaan
dilihat dari penentuan sumber dayanya.
Penelitian ini menggunakan teori RBV sebagai kerangka acuan untuk
memahami sejauh mana kemampuan ERP untuk berkontribusi dalam organisasi
perusahaan, karena ERP merupakan salah satu sistem sumber daya fisik yang
memenuhi kriteria untuk dapat memberikan keunggulan organisasi perusahaan dan
memberikan kelanjutan dalam kinerja organisasi perusahaan. Lengnick-hall et al
(2004) menyimpulkan bahwa ERP sangat berguna dalam memanfaatkan sumber daya
organisasi perusahaan dan mempunyai nilai kemampuan yang baik. Dari perspektif
RBV, beberapa penelitian telah menunjukan bahwa perangkat tambahan untuk
organisasi perusahaan melalui kolaborasi (Gattiker et al, 2005; rai et al, 2006; Lucas
et al, 2008; Phusavat et al, 2009; Hwang et al, 2011) dan analisis ( Carte et al, 2005;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Chiang et al, 2009; Chang et al, 2011) ERP dapat dianggap sebagai suatu sistem
teknologi yang mampu memenuhi kriteria untuk menjadi sumber daya yang
mempunyai keunggulan dalam organisasi perusahaan. Serta teori RBV berguna untuk
menjelaskan bagaimana ERP meningkatkan kemampuan suatu organisasi perusahaan.
Selain itu, berdasarkan pada pandangan teori Resources Based View, sumber daya
internal perusahaan adalah faktor yang paling penting untuk mencapai keunggulan
organisai yang berkelanjutan (Barney, 1991; Al-Dhaafri et al, 2013).
Galbreath dan Galvin (2008) menyatakan bahwa sementara teori RBV sebagian
besar bisa dikaitkan dengan kinerja organisasi perusahaan, karena kinerja organisasi
perusahaan merupakan bentuk sumber daya yang tidak berwujud dan ada
kemungkinan sumber daya tidak berwujud itu sumber keunggulan. Teori RBV juga
mengakui pentingnya asal usul dalam kinerja organisasi perusahaan dan keunggulan
organisasi perusahaan (Barney, 1991). Untuk meningkatkan perhatian terhadap
pentingnya keunggulan organisasi yang terlibat dalam penelitian sebelumnya sebagai
salah satu sumber daya yang signifikan serta dapat menyebabkan memiliki kinerja
yang unggul, oleh karena itu secara teoritis, hasil penelitian ini dapat ditambahkan ke
literatur yang ada dari teori RBV.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.
Teori Kontijensi
Teori kontijensi menurut Outley (2010), didasarkan pada asumsi bahwa sistem
akuntansi manajemen tidak mempunyai konsep universal yang digunakan oleh setiap
organisasi perusahaan secara efektif. Suatu konsep akuntansi manajemen hanya
sesuai dan cocok untuk kondisi tertentu saja. Pendekatan teori kontijensi
mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal dalam pengendalian organisasi perusahaan
dibawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana
prosedur operasi pengendalian organisasi perusahaan tersebut. Teori kontijensi juga
berguna untuk menganalisis dan merancang sistem pengendalian khususnya dalam
bidang sistem akuntansi manajemen. Teori kontijensi beragumen bahwa desain dan
sistem pengendalian adalah tergantung pada konteks organisasi perusahaan dimana
pengendalian tersebut dilaksanakan (fisher, 1998), sedangkan otley (1991)
beragumen
bahwa
teori
akuntansi
manajemen
merupakan
usaha
untuk
mengidentifikasi sistem pengendalian berbasis akuntansi yang paling sesuai untuk
semua kondisi. Terdapat banyak penelitian yang menentukan adanya variabelvariabel kontijensi dalam hubungannya dengan aktivitas pengendalian. Beberapa
variabel kontijensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian manajemen
sebuah organisasi perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori (Fisher,1998):
1. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian
2. Variabel yang terkait dengan teknologi dan interdepensi organisasi
perusahaan
3. Variabel yang terikat dengan industri, organisasi perusahaan, dan unit bisnis
4. Variabel misi dan strategi kompetitif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
5. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang dapat diobservasi.
Teori kontigensi lebih tepat digunakan dalam mengurangi beberapa
permasalahan mengenai sistem pengendalian, kinerja dan sistem informasi. Oleh
karena itu, teori kontigensi mengemukakan bahwa ukuran sistem informasi dan
sistem pengendalian seperti ERP, SCM dan keunggulan organisasi perusahaan sesuai
dengan ketidakpastian yang harus dihadapi oleh perusahaan (Gul dan Chia, 1994).
Dalam ketidakpastian tersebut perusahaan harus memperbarui jaringan-jaringan
pendukung bisnis perusahaan (Su dan Yang, 2009) sebagai cara untuk menangani
persaingan pasar seperti sistem informasi internal perusahaan dan supply chain
management
(SCM) yang menjadi alur koordinasi supplier, produsen, dan
distributor. Penelitian Burns dan Stalker (1961) menyatakan bahwa dalam model
Fisher (1997) dan Lee (2002), SCM dapat diidentifikasi ke dalam teori kontigensi.
Model Fisher (1997) menyatakan bahwa strategis efisiensi sesuai ketika permintaan
ketidakpastian dan pergolakan produk rendah ( misalnya produk komoditas dengan
siklus yang panjang), tetapi jika sebaliknya ketika ketidakpastian dan pergolakan
produk yang tinggi (misalnya, produk teknologi tinggi dengan siklus hidup yang
singkat) strategi fleksibilitas sesuai. Model Lee (2002) menyatakan ada 2 unsur
ketidakpastian dalam dua variabel lingkungan yaitu ketidakpastian dipasar supply dan
ketidakpastian dipasar demand).
Pendekatan kontijensi menarik minat para peneliti dalam menganalisis variabel
teknologi informasi dan variabel struktur organisasi. Variabel teknologi informasi
seperti integrasi rantai pasokan B2B e-commerce, rantai pasokan kemampuan
analitik, aplikasi ERP, serta kolaboratif, perencanaan, peramalan dan penambahan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Selain itu teori kontijensi mempunyai tujuan untuk menyelidiki perilaku organisasi
perusahaan yang dipengaruhi oleh lingkungan variabel (lawrence dan Lorsch, 1967;
Chandra dan Kumar, 2000). Jika dilihat dari sudut perilaku organisasi perusahaan,
maka kategori pertama sebagai management dan yang kedua sebagai seorang yang
ahli dibidang teknologi informasi. Pada sudut pandang perilaku sebagai seorang
manager , maka akan mempunyai pandangan bahwa ERP merupakan sebuah
pendekatan perangkat lunak untuk mendukung keputusan perencanaan dan
pengendalian bisnis. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang yang ahli dibidang
teknologi informasi, maka akan mempunyai pandangan bahwa ERP menggambarkan
sistem perangkat lunak yang mengintegrasikan perangkat aplikasi dibidang keuangan,
manufaktur, logistik, penjualan dan pemasaran, SDM dan fungsi lainnya dalam suatu
organisasi perusahaan.
Berdasarkan teori kontijensi, ERP maupun SCM serta keunggulan organisasi
perusahaan harus disesuaikan dengan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan.
Organisasi perusahaan akan mampu meningkatkan kinerja, jika tingkat penyesuaian
penggunaan sistem informasi, sistem pengendalian dan keunggulan organisasi
perusahaan juga diharapkan meningkat untuk mendorong pencapaian kinerja yang
tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3.
Entreprise Resources Planning
Enterprise Resources Planning merupakan istilah yang masih terdengar samar
dikalangan orang-orang yang awam maupun orang-orang yang bergelut di sektor
manufaktur. Banyak beberapa orang menafsirkan bahwa Enterprise Resources
Planning merupakan sebuah software yang banyak diimplementasikan di organisasi
perusahaan.
Sebenarnya,
ERP
merupakan
singkatan
kata
dari
Enterprise
(organisasi/perusahaan), Resources (sumber daya), dan Planning (perencanaan). ERP
sebuah konsep yang menekankan pada aspek perencanaan khususnya perencanaan
internal organisasi perusahaan. Organisasi perusahaan harus menerapkan ERP karena
ERP akan menghasilkan informasi yang akurat dan real time untuk bagian yang
membutuhkan (Hsu, 2013; Galy dan Sauceda, 2014). Vilpola (2009) menyebutkan
sebuah sistem Enterprise Resource Planning (ERP) biasanya didasarkan pada
database dan mencakup seluruh proses bisnis, misalnya pemesanan, proses produksi
dan logistik. Penggunaan ERP harus otomatis dan real time. ERP berfungsi
mengintegrasikan proses-proses penciptaan produk atau jasa organisasi perusahaan,
mulai dari pemesanan bahan-bahan mentah dan fasilitas produksi sampai dengan
terciptanya produk jadi yang siap ditawarkan kepada pelanggan (Indrajit,
Djokopranoto, 2002). Selain itu ERP juga membantu mengintegrasikan data-data
didalam organisasi perusahaan didalam sebuah platform yang umum (ERP Wire,
2006).
Dalam literatur strategi ada dua teori yang terkenal untuk mengukur
keberhasilan serta untuk menguji faktor-faktor yang mendorong adopsi ERP, yaitu
teori kontijensi dan RBV (Hwang & Min, 2013). Jika ERP ini dihubungkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
menggunakan teori (Resources Based Planning) maka asumsinya organisasi
perusahaan akan bersaing atas dasar sumber daya yang paling terintegritas, langka,
sulit untuk ditiru dan tidak bisa di disubtitusikan oleh para pesaing lainnya (Barney,
1991; Wade dan Hulland,2004).
Menurut Daniel E. O’Leary ERP memiliki karakteristik sebagai berikut [WHI2006]:
1.
ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk
lingkungan pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional
atau berbasis jaringan.
2.
ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
3.
ERP memproses sebagian besar dari transaksi organisasi perusahaan.
4.
ERP menggunakan database organisasi perusahaan yang secara tipikal
menyimpan setiap data sekali saja.
5.
ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time).
6.
Dalam beberapa hal ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi
dan kegiatan perencanaan.
7.
ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat
diperlukan oleh organisasi perusahaan multinasional.
8.
ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus organisasi
perusahaan tanpa melakukan pemrograman kembali.
Ada empat aspek sistem aplikasi ERP yang menentukan kualitas sebuah ERP
(Jacobs dan Chase, 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
1.
Sistem aplikasi ini harus multifungsi dalam lingkup berbagai kegiatan
organisasi perusahaan dengan kemampuan untuk memberikan
informasi keuangan, kegiatan pengadaan material baik dalam satuan
rupiah maupun unit volume, penjualan dalam satuan rupiah maupun
volume unit produk dan jasa, dan manufaktur atau konversi proses
dalam satuan sumber daya atau orang.
2.
Sistem aplikasi ini harus diintegrasikan. Ketika transaksi atau data
yang mewakili suatu kegiatan usaha yang dimasukkan oleh salah satu
fungsi, data mengenai fungsi terkait lainnya langsung diperbarui. Hal
ini mampu menghilangkan kebutuhan untuk reposting data ke sistem.
3.
Sistem aplikasi ini harus modular sehingga dapat dikombinasikan ke
dalam sistem yang lebih luas atau terhubung dengan perangkat lunak
dari aplikasi lain.
4.
Sistem aplikasi ini harus memfasilitasi perencanaan dan pengendalian
kegiatan dasar, termasuk peramalan, perencanaan produksi, dan
manajemen persediaan.
Faktor-faktor yang menyebabkan pengimplementasian ERP sukses dalam
sebuah organisasi perusahaan (wahyono, 2004) diantaranya, yaitu:
1.
Didalam perusahaan ERP menawarkan sistem yang terintegrasi
sehingga proses serta pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien,
2.
Secara global ERP juga memungkinkan melakukan integrasi,
contohnya yaitu ketika adanya perbedaan bahasa, perbedaan budaya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
perbedaan valuta akan diatasi secara otomatis sehingga data dapat
diintegrasikan.
3.
Didalam perusahaan ERP tidak hanya memadukan data dan orang,
tetapi juga menghilangkan kebutuhan pemutakhiram dan pembetulan
sistem komputer yang terpisah.
4.
Dengan ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi tidak
hanya sekedar memonitor saja, tetapi manajemen mampu menjawab
pertanyaan “bagaimana keadaan kita?” serta lebih-lebih bisa menjawab
pertanyaan “Apa yang kita kerjakan untuk menjadi lebih baik?”
Ada beberapa faktor penyebab kegagalan ERP yang harus dihindari perusahaan
(Wahyono, 2004) yaitu:
1.
Manajemen tentang perubahan dan pelatihan
Ketika perubahan praktik pekerjaan yang harus dilakukan dan juga
berbagai pelatihan yang melibatkan berbagai macam modul.
2.
Perencanaan yang buruk
Hal-hal bisnis dan ketersediaan user untuk membuat keputusan pada
konfigurasu sistem sangat dibutuhkan dalam perencanaan.
3.
Manajemen proyek yang buruk.
Konsultan melakukan perbuatan yang merugiakan klien dengan tidak
membagi tanggung jawabnya.
4.
Rendahnya keterlibatan eksekutif
Eksekutif senior sangat dibutuhkan dalam partisipasi bisnis maupun
teknologi informasi dalam penyelesaian konflik-konflik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
5.
Meremehkan sumber daya
Sebagian besar anggaran melebihi target terutama untuk perubahan
manajemen dan training user, pengujian integrasi, proses-proses
pengerjaan ulang, kustomisasi laporan dan biaya konsultan.
6.
Evaluasi software yang tidak mencukupi.
Organisasi biasanya tidak cukup memahami apa dan bagaimana
software ERP bekerja sampai mereka sepakat untuk membeli.
4.
Supply Chain Management
Supply chain management merupakan istilah bagi pengelolaan rantai pemasok
dan pembeli, yang mencakup semua tahap pemrosesan dari pembelian bahan baku
sampai pendistribusian barang jadi kepada konsumen akhir (Daft, 2003). Supply
chain management (manajemen rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan
bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir,
serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2008). Simichi-Levi et al dalam
Irmawati (2007) menyatakan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan
yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat
penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga
produk dapat dihasilkan dan distribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang
tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Supply
Chain
Management
adalah
seperangkat
pendekatan
untuk
mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan, sehingga
barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan
terhadap konsumen (levi et al, 2003). Definisi oleh the Council of Logistics
Management: "Supply Chain Mangement is the systematic, strategic coordination of
the traditional business functions within a particular company and across businesses
within the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of
the individual company and the supply chain as a whole".
Kalakota (2000) Supply Chain Management adalah sebuah ‘proses payung’ di
mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural.
Sebuah supply chain merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan di mana
organisasi perusahaan mempertahankan dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan
sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. Tujuan yang hendak
dicapai dari setiap supply chain adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan
secara keseluruhan (Chopra, 2001). Supply chain yang terintegrasi akan
meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh supply chain tersebut.
Organisasi perusahaan yang berada dalam supply chain pada intinya memuaskan
konsumen dengan bekerja sama membuat produk yang murah, mengirimkan tepat
waktu dan dengan kualitas yang bagus. Ukuran performansi Supply Chain
Management, meliputi:
1. Kualitas (tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, ketepatan
pengiriman)
2. Waktu (total replenishment time, business cycle time)
3. Biaya (total delivered cost, efisiensi nilai tambah)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Fleksibilitas (jumlah dan spesifikasi) Supply Chain Management juga bisa
diartikan jaringan organisasi perusahaan yang menyangkut hubungan ke hulu
(upstream) dan ke hilir (downstream), dalam proses yang berbeda dan menghasilkan
nilai dalam bentuk barang/jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customer/end
user). Dengan menganalisis keseluruhan proses, diperoleh beberapa keuntungan dari
penerapan supply chain sebagai berikut :
1. Mengurangi persediaan barang, sehingga bisa mengurangi biaya inventory,
biaya
penyimpanan
dan
biaya
kerusakan
dan
kehilangan
akibat
penyimpanan,
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang, karena kerjasama yang dilakukan
antara pihak organisasi perusahaan jasa konstruksi dengan vendor,
3. Menjamin mutu material yang disupplai sesuai dengan kondisi yang
diinginkan, dan harga yang lebih kompetitif.
Konsep SCM meliputi organisasi perusahaan dan proses yang membuat dan
mengirimkan produk, informasi, dan layanan konsumennya. Konsep ini kemudian
berkembang menjadi sebuah manajemen rantai pasokan yang mengacu pada
perencanaan, organisasi perusahaan, dan koordinasi semua aktivitas supply chain
secara keseluruhan.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006) secara umum konsep SCM dalam
perusahaan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Kepuasan pelanggan. Perusahaan melakukan aktivitas proses produksi untuk
membuat konsumen atau pengguna produk sebagai target utama. Dalam
situasi ini yang dimaksud dengan konsumen atau pengguna yaitu konsumen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Ketika perusahaan ingin
membuat konsumen atau pengguna tersebut setia, maka perusahaan harus
memberikan pelayanan yang baik agar konsumen merasa puas dengan
pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan. Pendapatan meningkat disebabkan oleh semakin
banyaknya konsumen yang setia yang menjadi mitra perusahaan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma
karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya. Pada jalur distribusi pengintegrasian aliran produk dari
perusahaan kepada konsumen akhir yang akan mengurani biaya-biaya.
4. Pemanfaatan
aset
semakin
tinggi.
Tenaga
manusia
akan
mampu
memberdayakan penggunaan teknologi sebagaimana yang dituntut dalam
pelaksanaan SCM.
5. Peningkatan laba. Peningkatan laba juga didasarkan oleh peningkatan jumlah
konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk.
6. Perusahaan semakin besar. Dari segi proses distribusi produknya lambat laun
akan menjadi besar dan tumbuh lebih kuat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
5.
Keunggulan Organisasi perusahaan
Keunggulan organisasi perusahaan merupakan pusat kinerja perusahaan dalam
pasar bersaing. Menurut Li et al (2006) keunggulan organisasi perusahaan merupakan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang tidak dimiliki dan tidak ditiru
oleh pesaing. Istilah akademis mengenai konsep keunggulan organisasi yang
berpendapat bahwa keunggulan organisasi diukur pada hubungan antara indikator
kinerja (Peters dan Waterman, 1982; Antony dan Bahattacharyya, 2010). Kurangnya
pemahaman mengenai makna keunggulan organisasi membuat banyak organisasi
gagal untuk mencapai tujuan ini (Dahlgaard, 2003). Eisakhani (2008) mendefinisikan
bahwa keunggulan organisasi perusahaan yang baik memiliki tujuh fitur seperti visi
dan misi, perencanaan organisasi, proses, tujuan, pemikiran yang strategis,
kepemimpinan, dan teknologi. Model keunggulan organisasi dan bisnis adalah
instrumen yang membantu organisasi untuk mengukur tingkat kesuksesan didalam
organisasi perusahaan seperti Malcom Baldrige, EFQM, Deming serta Peter dan
Waterman yang melalui model ini kinerja organisasi dievaluasi dan ditingkatkan
melalui proses amandemen terus menerus (Attafar et al, 2012).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
6.
a.
Kinerja Organisasi perusahaan
Pengertian Kinerja Organisasi Perusahaan
Mahoney et al (1963) menyatakan kinerja (performance) adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
perusahaan, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi perusahaan. Kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi perusahaan, upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, serta visi dan misi organisasi perusahaan tersebut
(Bastian, 2001). Kinerja organisasi perusahaan merupakan variabel yang paling
sering digunakan dalam penelitian-penelitian organisasi perusahaan sekarang ini
(Rogers et al, 2012). Secara umum, para peneliti mendefinisikan konsep dari kinerja
organisasi perusahaan berdasarkan ide bahwa sebuah organisasi perusahaan adalah
kumpulan dari aset-aset produktif yang dengan sengaja dibentuk, termasuk
didalamnya adalah sumber daya manusia dan modal yang ditunjukkan untuk
bersama-sama mencapai suatu tujuan (Carton, 2004).
Telah dikemukakan oleh Sink dan Tuttle (1989) bahwa sistem kinerja
organisasi perusahaan adalah hubungan yang kompleks antara kriteria enam kinerja:
inovasi, efektivitas, efisiensi, produktivitas, kualitas, dan profitabilitas. Meskipun
ada riset yang bersama-sama mengikutsertakan peneliti dalam literatur mengenai
kinerja organisasi perusahaan, tetapi tidak ada kesepakatan antara para peneliti
tersebut tentang definisi kinerja organisasi perusahaan (Ford dan Schellenberg,
1982; Johannessen, Olaisen, dan Olsen, 1999).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Moullin (2007) mendefinisikan kinerja organisasi perusahaan sebagai
pengukuran yang digunakan oleh organisasi perusahaan untuk mengelola dengan
baik efektivitas mereka dan memberikan nilai kepada stakeholder serta pelanggan.
Antony dan Bhattachatyya (2010) mendefinisikan kinerja organisasi perusahaan
sebagai instrumen dan pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai
keberhasilan organisasi perusahaan untuk menciptakan dan memberikan nilai
kepada para pemangku internal maupun eksternal. Sehingga definisi tentang kinerja
organisasi perusahaan yaitu hasil dari suatu proses kerja organisasi perusahaan yang
dapat memenuhi tujuan, serta visi dan misi organisasi perusahaan dan juga dapat
disimpulkan bahwa kinerja organisasi perusahaan merupakan hasil dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
perusahaan.
b.
Mengukur Kinerja Organisasi perusahaan
Pengukuran kinerja sangat penting dalam manajemen (Pongatichat dan
Johnston, 2008) untuk mengetahui efektivitas manajemen organisasi perusahaan
(Demirbag et al., 2006), karena peningkatan sesuatu tidak bisa tanpa mengukur
kinerja organisasi perusahaan. Dengan demikian, peningkatan kinerja organisasi
perusahaan membutuhkan beberapa pengukuran untuk mengidentifikasi sejauh mana
efektivitas sumber daya organisasi perusahaan terhadap kinerja organisasi (Gadenne
dan Sharma, 2002). Secara tradisional, kinerja organisasi perusahaan telah diukur
dengan indikator keuangan yang memiliki kelemahan, oleh karena itu beberapa
penulis (Demirbag et al., 2006) menyarankan dan menambahkan beberapa indikator
nonkeuangan secara tradisional yang ada alat pengukuran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Sehubungan definisi pengukuran kinerja, menurut Neely et al. (2005) kinerja
didefinisikan sebagai pengukuran satu set metrik yang digunakan untuk mengukur
tindakan yang efektif dan efisien . Untuk ukuran keuangan seperti laba, penjualan,
utang, dan laba atas investasi, tidak cukup untuk menghadapi lingkungan bisnis yang
kompetitif. Johnson (1983) dan Kaplan (1984) mengemukakan bahwa jika yang
dipakai hanya langkah-langkah keuangan untuk mengukur kinerja organisasi
perusahaan dalam perubahan yang cepat dalam lingkungan bisnis, maka langkah
tersebut tidak efisien. Untuk itu beberapa langkah-langkah nonkeuangan lainnya telah
ditambahkan seperti menciptakan nilai bagi pelanggan, stakeholder, dan masyarakat,
telah benar-benar diteliti karena peran mereka termasuk dalam harapan dari indikator
kinerja keuangan di masa depan (Kristensen dan Westlund, 2004). Pada saat ini, ada
beberapa sistem yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi perusahaan
seperti Balance Scorecard (BSC) dan The Performance Prism. Pengukuran pertama
telah dibuat oleh Kaplan dan Norton (1992), dan pengukuran lain yang dibuat oleh
Neely dan Adams pada tahun 2000. Balance Sorecard merupakan suatu ukuran yang
cukup komprehensif dalam mewujudkan kineja, yang mana keberhasilan keuangan
yang
dicapai
perusahaan
bersifat
jangka
panjang
(Mulyadi
dan
Johny
Setyawan,1999). Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya pada
ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non
keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
7.
Penelitian Terdahulu
Akkermans et al. (2003) mengemukakan bahwa implementasi ERP
memberikan pengaruh positif pada peningkatan performa SCM dan mempengaruhi
fungsi-fungsi bisnis lain yang mendorong peningkatan kinerja perusahaan secara
keseluruhan.
Sikap dari penggunaan juga menjadi kunci penting yang harus
diperhatikan dalam penggunaan sistem baru, karena penggunaan dalam sistem yang
diterapkan dalam ERP juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Velcu, 2007).
Akyus dan Rehan (2008) mengemukakan bahwa ERP dan SCM dapat memaksa
organisasi untuk merampingkan fungsi internal manajemen perusahaan dalam upaya
peningkatan kinerja.
Penelitian sebelumnya juga menguji pengaruh Supply chain management,
Enterprise Resources Planning terhadap kinerja organisasi perusahaan perusahaan
(Jenatabadi et al, 2013) yang menghasilkan bahwa adanya efek positif dari Enterprise
Resources Planning pada Supply chain management yang akhirnya menghasilkan
peningkatan kinerja secara keseluruhan. Ada juga penelitian sebelumnya yang
meneliti
hubungan
antara
Enterprise
Resources
Planning,
Total
Quality
Management, serta keunggulan organisasi perusahaan sebagai variabel intervening
terhadap kinerja organisasi perusahaan perusahaan (Hassan Saleh, AlDhaafri 2014),
penelitian tersebut
menyatakan bahwa ERP
mempengaruhi
Total
Quality
Management, keunggulan organisasi perusahaan serta kinerja organisasi perusahaan.
Selain itu TQM ditemukan untuk memediasi sebagian pengaruh terhadap kinerja
organisasi perusahaan, sedangkan keunggulan organisasi perusahaan ditemukan
sepenuhnya memediasi pengaruh pada hubungan yang sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Dalam tabel 2.1 akan menjelaskan secara ringkas beberapa penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan dalam konteks hubungan ERP,SCM, Keunggulan Organisasi
Perusahaan dan Kinerja Organisasi Perusahaan
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil dari Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul
Dependen
Independen
The Impact Of
Performance
Enterprise
ERP On Supply
(Y1)
Resounrces
Chain
Planning (X1),
Management:
Supply Chain
Exploratory
Management
Findings From
(X2)
A European
Delphi Study
No.
Riset
1.
Akkermans,
Bogerd,
Yucesan dan
Wassenhove
(2003)
2.
Velcu (2007)
Exploring the
effect of ERP
system on
organizational
performance
Organizational
Performance
(Y1)
Enterprise
Resources
Planning (X1)
3.
Chapman dan
Kihn (2009)
Information
system
integration,
enabling control
and
performance
Performance
(Y1)
Information
system
integration
(X1), enabling
control (X2)
4.
Su dan Yang
(2009)
The relationship
between benefits
of ERP systems
implementation
and its impacts
on firm
performance of
SCM
firm
performance
(Y1)
ERP (X1),
SCM (X2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Adanya pengaruh
positif terhadap
SCM dan
mempengaruhi
fungsi-fungsi
bisnis lainnya
yang mendorong
peningkatan
kinerja
perusahaan.
Adanya pengaruh
hubungan antara
motivasi ERP
dan manfaat ERP
terhadap kinerja
organisasi.
Formal MCS, dan
terutama
anggaran,
memediasi
pengaruh ERP
terhadap kinerja.
Fungsi
operasional ERP
merupakan faktor
yang memiliki
dampak yang
sangat penting
dalam
meningkatkan
kinerja dengan
SCM dalam
proses bisnis
internal dan
33
eksternal.
5.
Kallunki,
Laitinen,
Silvola
(2011)
Impact of
enterprise
resource
planning
systems on
management
control systems
and firm
performance
Performance
(Y1)
ERP (X1),
MCS (X2)
6.
Hassabelnaby
et al (2012)
The Impact of
ERP
Implementation
on
Organizational
Capabilities and
Firm
Performance
Firm
Performance
(Y1)
ERP (X1),
Organizational
Capabilities
(X2),
7.
Abdullah
Kaid AlSwidi, Rosli
Total quality
management,
entrepreneurial
Organizational
Performance
(Y1)
Total Quality
Management
(X1),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terdapat
pengaruh
penggunaan
sistem
perencanaan
sumber daya
perusahaan
menghasilkan
perbaikan kinerja
perusahaan dalam
jangka panjang,
dan sistem
kontrol
manajemen
formal membantu
perusahaan
mencapai tujuan
kinerja di masa
depan
Implementasi
ERP memiliki
dampak positif
ketika sebuah
perusahaan
mempekerjakan
pencari strategi
bisnis. Sebuah
pencari strategi
bisnis
meningkatkan
kemampuan
perusahaan untuk
mencapai
kemampuan
organisasi dan
memungkinkan
perusahaan untuk
mencapai tingkat
yang lebih tinggi
dari kinerja
keuangan.
Hasil penelitian
ini adalah
terdapat pengaruh
34
Mahmood
(2012)
8.
Abdullah
Kaid AlSwidi, Asma
Al-Hosam
(2012)
9.
Hassan Saleh
Al Dhaafri,
Abdullah
Kaid Al
Swidi (2013)
10.
Hassan Saleh
Al-Dhaafri,
Rushami
Zien Bin
orientation and
Entrepreneurial
TQM dan EO
organizational
orientation
terhadap
performance:
(X2)
organizational
The role of
performance
organizational
culture
The effect of
Organizational Entrepreneurial Dampak orientasi
entrepreneurial
Performance
orientation
kewirausahaan
orientation on
(Y1)
(X1)
terhadap kinerja
the
bank syariah
organizational
dikonfirmasi
performance: A
sejalan dengan
study on the
pandangan
Islamic banks in
berbasis sumber
Yemen using the
daya dari teori
partial least
organisasi
squares
perusahaan yang
approach
terlihat pada
kemampuan
organisasi
perusahaan
sebagai sumber
keunggulan
kompetitif.
The
Organizational Entrepreneurial Berdasarkan hasil
entrepreneurial
Performance
orientation
statistik,
orientation and
(Y1)
(X1)
pengaruh
the
orientasi
organizational
kewirausahaan
performance:
dan sumber daya
Do enterprise
organisasi
resource
perusahaan, serta
planning
perencanaan
systems have a
kinerja organisasi
mediating role?
perusahaan
A study on
dikonfirmasi.
Dubai police
Selain itu, ERP
ditemukan untuk
memediasi
sebagian efek
dari EO pada
kinerja organisasi
perusahaan.
The Effect of
Organizational Total Quality
Berdasarkan dari
Total Quality
Performance
Management
literatur yang ada
Management,
(Y1)
(X1),
dan pondasi
Enterprise
Enterprise
teoritis, model
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Yusoff,
Abdullah
Kaid AlSwidi (2013)
Resource
Planning and
the
Entrepreneurial
Orientation on
the
Organizational
Performance:
The Mediating
Role of the
Organizational
Excellence---A
Proposed
Research
Framework
11.
Jenatabadi et
al, 2013
Impact of
Organizational
Supply Chain
Performance:
Management on
(Y1)
the Relationship
between
Enterprise
Resources
Planning System
and
Organizational
Performance
Enterprise
Resources
Planning (X1)
dan Supply
Chain
Management
(X2)
12.
Al- Dhaafri
et al, 2014
The
Relationship
between
Enterprise
Resource
Planning, Total
Quality
Management,
Organizational
Excellence, and
Organizational
Performancethe Mediating
Role of Total
Quality
Management
and
Organizational
Excellence
Total Quality
Management
(X1),
Enterprise
Resource
Planning (X2)
dan
Organizational
Excellence
(X3)
Resource
Planning (X2)
dan
Entrepreneurial
orientation
(X3)
Organizational
Performance:
(Y1)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian yang
diusulkan
didasarkan oleh
fakta bahwa
SCM,ERP dan
EO hanya sangat
baik, organisasi
perusahaan yang
inovatif dan
dibedakan dan
produk dapat
menarik
pelanggan dan
berhasil dalam
bisnis ingkungan
Hidup.
Efek positif dari
perencanaan
sumber daya
perusahaan pada
rantai pasokan
yang akhirnya
menghasilkan
keseluruhan
kinerja secara
membaik dari
organisasi yang
dipelajari.
Berdasarkan hasil
statistik adanya
pengaruh ERP
terhadap TQM
serta keunggulan
organisasi dan
kinerja
organisasi. Selain
itu TQM
ditemukan untuk
memediasi
sebagian
pengaruh
terhadap ERP
pada kinerja
organisasi,
sedangkan
keunggulan
organisasi
36
13.
Al-Dhaafri et
al, 2016
Organizational
Excellence as
the Driver for
Organizational
Performance: A
Study on Dubai
Police
Organizational
Performance:
(Y1)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Organizational
Excellence
(X1)
ditemukan
sepenuhnya
memediasi
pengaruh pada
hubungan yang
sama.
Adanya pengaruh
Organizational
Excellence
terhadap
Organizational
Performance
penelitian ini
meningkatkan
kesadaran pada
manajer,
pengambil
keputusan, dan
praktisi tentang
signifikan
keunggulan
ketika
menerapkan
strategi mereka
dan praktik.
37
B.
Rerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan pustaka dan penelitian terdahulu, maka penelitian
mengindikasi variabel kinerja keuangan organisasi perusahaan dengan mengkaji
bagaimana sistem enterprise resources planning dapat mempengaruhi kinerja
organisasi perusahaan ditinjau dari kinerja keuangan organisasi perusahaan. Dengan
supply chain management dan keunggulan bersaing sebagai variabel yang memediasi
antara enterprise resources planning terhadap kinerja organisasi perusahaan. Maka
penggambaran rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H6
H1
H1
H1
H7
H1
H1
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
C.
1.
Hipotesis
Enterprise Resources Planning (ERP) dan Kinerja Organisasi perusahaan
Keberhasilan penerapan ERP pada organisasi perusahaan memberikan
keuntungan
dalam
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
dan
dapat
meningkatkan kinerja organisasi perusahaan (Ince et al, 2013). Dalam literatur ada
banyak definisi untuk ERP, namun tidak ada kesepakatan diantara peneliti pada
definisi yang disepakati. Salah satu definisi penting dalam literatur sebelumnya
didefinisikan
yaitu
ERP
sebagai
sistem
solusi
teknologi
canggih
yang
mengintegrasikan informasi penting dalam organisasi perusahaan seperti rantai
pasokan, keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, dan hubungan pelanggan
(Davenport, 2002). Selain itu menurut Pacheco Comer dan Gonzalez Castolo (2012)
ERP adalah sistem informasi yang mengintegrasikan data dari organisasi
perusahaan yang digunakan dalam operasi mereka. Ada banyak alasan dan motivasi
dibalik penerapan ERP seperti teknisi dan bisnis didorong implementasi
(BottaGenoulaz dan Millet, 2006 ; Velcu, 2007). Ada hasil yang bertentangan dalam
hubungan mereka (Kang et al, 2008).
Beberapa dari mereka melaporkan hubungan positif dan signifikan antara ERP
dan kinerja organisasi perusahaan (Peffers dan Dos Santos, 1996; Hayes et al, 2001;
Bendoly dan Kaefer, 2004; Fang dan Lin, 2006; Velcu, 2007; HassabElnaby et al,
2012; Silveira et al, 2013; Hwang dan Min, 2013;). Namun, di sisi lain, ada
beberapa peneliti lain yang melaporkan hasil yang merugikan (Weill, 1992; Hitt dan
Brynjolfsson, 1996; Hassab Elnaby et al, 2007). Hasil campuran dalam literatur
sebelumnya pengaruh ERP pada kinerja organisasi perusahaan mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian ini dan memeriksa bahwa hubungan dengan yang ada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
variabel lain yang dapat membantu dalam meningkatkan pengaruh positif. Tapi
sebelum menyelidiki pengaruh mediasi dari SCM dan keunggulan organisasi
perusahaan, pengaruh langsung dari ERP pada kinerja organisasi perusahaan dapat
diperiksa untuk bandingkan dengan hasil lainnya. Dengan demikian hipotesis
pertama yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Ha1: Enterprise Resource Planning berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Organisasi perusahaan
2.
Enterprise Resources Planning dan Supply Chain Management
Manajer di berbagai bidang industri, terutama di sektor manufaktur, mencoba
untuk memiliki kontrol yang lebih baik atas rantai pasokan. Untuk mencapai tujuan
ini, usaha manajer untuk menggunakan metode dan teknik yang efektif seperti
produksi samping, Just In time (JIT), Supply Chain Management (SCM), dan
Enterprise Resources Planning (ERP). Dengan adanya informasi keuntungan serta
efektivitas SCM pada organisasi perusahaan untuk memiliki kontrol yang lebih baik
atas pemasok mereka. Dengan ini, berbagai organisasi perusahaan di sebagian besar
negara telah tertarik pada investasi besar di bidang teknologi informasi di struktur
bisnis pasar domestik dan global. Sejumlah organisasi perusahaan dan organisasi
perusahaan telah ditujukan atau sudah memenuhi implementasi ERP. Sistem ini
dirancang khusus agar sesuai dengan berbagai proses bisnis seperti penerimaan
order dan perencanaan produksi, diseluruh organisasi perusahaan atau organisasi
perusahaan dan meningkatkan secara optimal (Venkataramanan et al, 2001).
Investasi besar dalam sistem TI harus memungkinkan organisasi perusahaan untuk
berbagi volume besar data dan informasi sepanjang rantai pasokan, membuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
kolaborasi realtime mungkin di antara mitra rantai pasokan, serta meningkatkan
persediaan manajemen dan distribusi. Seperti beberapa peneliti percaya, ERP
memungkinkan data dan informasi pengolahan serta transmisi yang penting untuk
pengambilan keputusan dan kompetensi SCM (Sanders, 2007; Hsu et al, 2009).
Selain itu, segudang organisasi perusahaan ERP telah dilengkapi lingkup sistem
untuk menggabungkan pelanggan dan pemasok ke dalam sistem untuk menyediakan
lebih banyak bisnis atau layanan e-commerce dan untuk meningkatkan fungsi dari
rantai pasokan (Olhager dan Selldin, 2003).
Secara teoritis, van Donk (2008) percaya bahwa kemampuan ERP dalam rantai
pasokan terbaik
tidak cukup dieksplorasi.
Sejumlah besar modal
yang
diinvestasikan dalam pembelian ERP, yang pelaksanaan dan peningkatan meskipun
tujuan dari pelaksanaan sistem jarang mencapai tingkat memuaskan. Studi
Akkermans et al, (2003) mengungkapkan bahwa pengaruh ERP dalam
meningkatkan dan memperbaiki kinerja rantai pasokan tidak signifikan karena
seharusnya ERP biasanya mampu mengintegrasikan fungsi sistem organisasi
perusahaan. Fitur ini membuat ERP dirancang tidak sepenuhnya berlaku untuk
pasangan bergorganisasi perusahaan. Dalam hal ini, Kelle dan Akbulut (2005) juga
percaya bahwa ERP mampu untuk secara bersamaan memfasilitasi dan menghambat
integrasi persediaan rantai. Ada banyak studi akademis yang mengkonfirmasi
adanya hubungan yang signifikan antara ERP dan SCM (Akkermans et al, 2003; Su
dan Yang, 2010a, 2010b; Shatat dan Udin, 2012). Selanjutnya, penelitian ini telah
berusaha untuk menentukan cara modul ERP yang berbeda serta dapat
diintegrasikan ke dalam SCM untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
barang, bahan, operasi, dan sumber daya (Koh et al, 2006; Ho, 2007). Sejalan
dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini berfokus pada hubungan antara ERP
dan kinerja SCM. Dengan demikian hipotesis kedua yang dapat diperoleh dari
pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Ha2: Enterprise Resource Planning memiliki pengaruh terhadap Supply
Chain Management
3.
Enterprise Resources Planning dan Keunggulan Organisasi Perusahaan
Tujuan utama dari pelaksanaan ERP di organisasi perusahaan adalah untuk
mencapai performa maksimal dan keuntungan keunggulan kompetitif atas pesaing.
Untuk mencapai itu, ERP harus diimplementasikan dengan cara yang sangat baik
baik melalui proses internal atau eksternal. Keunggulan organisasi perusahaan
adalah praktek membuat organisasi perusahaan yang lebih baik dalam keunggulan
dan pertumbuhan (Attafar et al, 2012). Menurut Moghadami (2005), organisasi
perusahaan yang sangat baik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
pelanggan, karyawan, kepemimpinan, pemilik modal, belajar, generasi masa depan,
globalisasi, perubahan atau transformasi, dan pemasok. Masing-masing karakteristik
ini memainkan peran penting dalam mencapai keunggulan yang mengarah untuk
mencapai kinerja yang diinginkan. Ketika menerapkan ERP sebagai teknologi
sistem, pelaksana atau pemilik bisnis harus fokus pada karakteristik sebelumnya
untuk membantu ERP untuk mencapai apa yang direncanakan berada di tahap awal.
Keunggulan organisasi perusahaan ditemukan mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap ERP pada kinerja organisasi (Al Dhaafri et al, 2014).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Dengan demikian hipotesis ketiga yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas
adalah sebagai berikut:
Ha3 : Enterprise Resource Planning berpengaruh terhadap Keunggulan
Organisasi perusahaan.
4.
Supply Chain Management dan Kinerja Organisasi perusahaan
Mentzer (2001) mendefinisikan SCM sebagai koordinasi strategis dan sistemik
antara fungsi bisnis tradisional dan taktik dalam sebuah organisasi perusahaan
tertentu di satu sisi, dan taktik bisnis dalam rantai pasokan dari sisi lain, untuk
meningkatkan kinerja jangka panjang dari organisasi perusahaan individu dan rantai
pasokan secara keseluruhan. Selama dua puluh tahun terakhir, SCM telah
ditekankan untuk saling ketergantungan antara organisasi perusahaan dengan
pelanggan. SCM mendorong organisasi perusahaan pemasok untuk berkolaborasi
dengan organisasi perusahaan lain pada rantai untuk meningkatkan kinerja
organisasi perusahaan seluruh rantai pasokan. Studi tentang subjek ini telah
mendapatkan perhatian luas dari akademisi dan praktisi eksperimental selama
dekade terakhir (Shin et al, 2000; Narasimhan dan Kim, 2002).
Dengan meningkatnya kecenderungan globalisasi di bidang bisnis modern,
tantangan utama bagi organisasi perusahaan adalah menemukan cara yang efektif
untuk mendapatkan dan mempertahankan posisi mereka di pasar yang kompetitif
meskipun tekanan domestik dan internasional dan ancaman yang mereka hadapi
terus menerus (Kannan dan Tan, 2005; Huo et al, 2008). Keuntungan utama dari
SCM adalah peningkatan hubungan hulu dan hilir. Selain itu, organisasi perusahaan
telah mengambil langkah-langkah untuk memulai mengintegrasikan hubungan
eksternal organisasi perusahaan mereka yaitu pelanggan dan pemasok serta faktorhttp://digilib.mercubuana.ac.id/
43
faktor kontekstual internal untuk meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan untuk
daya saing organisasi perusahaan dan kinerja. Kerja dengan SCM memberikan
koordinasi yang lebih erat dan konfigurasi peluang proses bisnis antara pemasok
dan pelanggan untuk meningkatkan ketersediaan produk secara efektif dan efisien
(Forker et al, 1997).
Salah satu pengaruh yang paling penting dari suksesnya implementasi SCM
adalah peningkatan hubungan antara pemasok hulu dan pelanggan hilir, yang
akhirnya menghasilkan kepuasan pelanggan dan kinerja organisasi perusahaan yang
optimal dari organisasi perusahaan. Banyak penelitian sebelumnya juga telah
menegaskan peran SCM sebagai kata kunci dalam kinerja organisasi perusahaan
(Kannan dan Tan, 2005), baik langsung atau tidak langsung melalui praktik rantai
pasokan yang berbeda dan strategi. Selain itu, review sebelumnya literatur
mendukung SCM sebagai visi strategis yang sukses didasarkan pada teori-teori
kepemimpinan yang efisien, menghasilkan dan mengkomunikasikan visi strategis
kolaboratif SCM. Kemudian Visi dibuat dimasukkan ke generasi perencanaan
strategis, yang membutuhkan proses bisnis internal dan dirancang untuk mendukung
dan dukungan ditingkatkan kepuasan pelanggan, akibatnya tercermin dalam kinerja
organisasi perusahaan (Tan, 2001).
Sejumlah peneliti akademis mengkonfirmasi adanya hubungan positif antara
kinerja organisasi perusahaan dan SCM (Byrd dan Davidson, 2003; Gunasekaran et
al, 2004; Du, 2007) serta adanya pengaruh langsung antara SCM terhadap kinerja
organisasi (Li et al, 2006; Yen et al, 2010). Oleh karena itu, penyelidikan atas
pengaruh SCM pada kinerja organisasi perusahaan serta pertunjukan dampak ini
menjadi efektif dapat membuat masalah yang signifikan dan menarik untuk studi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Dengan demikian hipotesis keempat yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas
adalah sebagai berikut:
Ha4: Supply Chain Management berpengaruh terhadap kinerja organisasi
perusahaan.
5.
Keunggulan Organisasi Perusahaan dan Kinerja Organisasi Perusahaan
Antony dan Bhattacharyya (2010) meneliti hubungan antara keunggulan
organisasi perusahaan dan kinerja organisasi perusahaan di mana mereka
menemukan bahwa keunggulan organisasi perusahaan dapat menemukan dasar
dihubungan indikator kinerja. Mereka menemukan juga bahwa keunggulan
organisasi perusahaan memungkinkan manajer untuk mengevaluasi organisasi
perusahaan mereka lebih baik dari pada metode kinerja organisasi perusahaan.
Ooncharoen dan Ussahawanitchakit (2008) dalam penelitian mereka menemukan
bahwa keunggulan organisasi perusahaan memiliki positif dan signifikan
berpengaruh pada kinerja. Selain itu keunggulan organisasi dan kinerja organisasi
perusahaan adalah fokus utama dalam strategis manajemen untuk setiap organisasi,
sehingga adanya pengaruh yang positif dan signifikan (Al-Dhaafri et al, 2014) serta
adanya pengaruh yang langsung (Li et al, 2006). Dengan demikian hipotesis kelima
yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Ha5: Keunggulan organisasi perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja
Organisasi Perusahaan.
6.
Peran SCM memediasi ERP dan Kinerja Organisasi Perusahaan
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, pengaruh langsung dari ERP pada kinerja
organisasi perusahaan telah dipelajari oleh banyak peneliti. Oleh karena itu, banyak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
panggilan penelitian untuk lebih meneliti didaerah ini yang akan dilakukan dengan
melibatkan variabel lain untuk dapat mempengaruhi hubungan positif dan
signifikan. Untuk tujuan ini, SCM telah campur tangan dalam hubungan sebagai
mekanisme untuk menjelaskan dengan cara yang lebih baik pengaruh ERP pada
kinerja organisasi perusahaan. Melalui praktik SCM, ERP dapat memiliki kekuatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan meningkatkan kinerja.
Menurut Mele dan Colurcio (2006) keunggulan organisasi perusahaan saat
dikaitkan dengan SCM memiliki aspek yang berbeda seperti pengembangan
kemitraan, tanggung jawab publik, koherensi dengan tujuan, kepemimpinan,
perbaikan terus menerus,inovasi, dan pembelajaran. SCM dapat membawa alat
manajemen yang kuat untuk memfasilitasi pelaksanaan ERP demi mencapai kinerja
organisasi perusahaan yang tinggi. Adanya pengaruh yang positif terhadap
penerapan ERP terhadap kinerja organisasi perusahaan melalui SCM (Jenatabadi et
al, 2013). Selain itu, mediasi SCM sebagai sumber daya strategis telah diperiksa
oleh Prajogo dan Sohal (2006) serta Jenatabadi et al (2013) antara strategi
diferensiasi dan kinerja di mana mereka menemukan SCM merupakan mediasi
parsial terhadap ERP pada kinerja organisasi. Dengan demikian hipotesis keenam
yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
Ha6: SCM memediasi hubungan antara ERP dan Kinerja Organisasi
perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
7.
Keunggulan organisasi perusahaan memediasi Enterprise Resources Planning
dan Kinerja Organisasi perusahaan
Keberhasilan
ERP
yang
memfasilitasi
operasional
koordinasi
antara
departemen fungsional haruslah diikuti dengan keunggulan organisasi yang
memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi perusahaan. Keunggulan
organisasi perusahaan adalah fokus utama dalam strategis manajemen untuk setiap
kinerja organisasi perusahaan (Al-Dhaafri et al, 2014).
Adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penerapan ERP pada
kinerja
organisasi
perusahaan
melalui
keunggulan
organisasi
perusahaan
(Ooncharoen dan Ussahawanitchakit, 2008; Al-Dhaafri et al, 2014). Selain itu,
keunggulan organisasi dinyatakan memediasi penuh dalam ERP terhadap kinerja
organisasi (Al-Dhaafri et al, 2014). Dengan demikian hipotesis ketujuh yang dapat
diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut
Ha7: Keunggulan organisasi perusahaan memediasi hubungan antara
ERP dan Kinerja Organisasi perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download