BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Resources Based View Para pakar ekonomi sering melakukan penelitian untuk mencari tahu teori apakah yang dapat diimplementasikan untuk membuat organisasi perusahaan tetap unggul secara efektif dan efisien dalam kinerja organisasi perusahaan. Teori resources based view ini akan merencanakan segi organisasi perusahaan sebagai daya dan kemampuan internal organisasi perusahaan serta yang berhubungan dengan pengembalian keputusan strategis. Resources Based View (RBV) merupakan teori yang digunakan untuk mengembangkan model-model dan kemungkinan prediksi tentang pemahaman terhadap pengaruh dari praktik-praktik sumber daya pada fungsi organisasi perusahaan dari terapan strategi manajemen (Strategic Human Resources Management) . Strategi manajemen kurang mempunyai basis teori yang kuat untuk menganalisis fungsi dalam organisasi perusahaan yang lebih besar dari strategi tersebut (Mahoney dan Deckop, 1986). RBV menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hambatan kompetisi dengan menghasilkan sumber daya yang sulit untuk ditiru atau dibuat oleh pesaing, sehingga akan memberikan keunggulam kompetitif secara berkelanjutan (Mahoney dan Pandian, 1992). Pandangan ini didukung oleh Peteraf (1993), yang menyatakan bahwa sumber daya perusahaan harus bersifat heterogen dan tidak mudah diubah dengan cara 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 mentransformasikan keunggulan kompetitif jangka pendek menjadi keunggulan berkelanjutan. Hal ini secara umum didukung oleh banyak penulis diantaranya Barney (1991), yang mendukung kesimpulan bahwa suatu perusahaan mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan, melalui sumber daya yang unik yang dimilikinya, dan sumber daya ini tidak dapat dengan mudah dibeli, ditransfer, atau ditiru, dan secara bersamaan secara tidak langsung kelangkaannya memberikan keuntungan bagi perusahaan. Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. RBV difokuskan pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kombinasi sumber daya yang tidak dapat dimiliki atau dibangun dengan cara yang sama oleh pesaing dan dapat membuat sumber daya serta kemampuan sebagai aset strategis (Amit dan Schoemaker, 1993). Pada tingkat perusahaan memperhatikan bagaimana aset strategis mempengaruhi kinerja perusahaan (Montgomery dan Wernerfelt, 1988). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Sumber daya seharusnya memenuhi kriteria untuk dapat memberikan keunggulan yang kompetitif dan kinerja organisasi perusahaan yang berkelanjutan yaitu sebagai berikut (Barney, 1991): 1. Valuable: Ketika sumber daya memberikan nilai untuk meningkatkan efisiensi atau efektivitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2. Rare: Ketika mempunyai sumber daya yang sulit ditemukan oleh para pesaing yang akan menjadikan potensi bagi organisasi perusahaan, 3. Imperfect imitability: ketika sumber daya yang ada diorganisasi perusahaan tersebut tidak dapat ditiru oleh pesaing sehingga menjadi keunggulan organisasi perusahaan tersebut, 4. Non substitution: ketika sumber daya organisasi perusahaan tidak bisa disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Jika kriteria tersebut organisasi perusahaan mempunyai sumber daya yang ekonomis, relatif jarang, sulit ditiru, dan tidak dapat disubstitusikan maka organisasi perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik. Teori RBV juga telah banyak digunakan dalam literatur sistem informasi untuk menjelaskan teknologi informasi bisnis, dimana literatur ini juga berpendapat bahwa kinerja organisasi perusahaan dilihat dari penentuan sumber dayanya. Penelitian ini menggunakan teori RBV sebagai kerangka acuan untuk memahami sejauh mana kemampuan ERP untuk berkontribusi dalam organisasi perusahaan, karena ERP merupakan salah satu sistem sumber daya fisik yang memenuhi kriteria untuk dapat memberikan keunggulan organisasi perusahaan dan memberikan kelanjutan dalam kinerja organisasi perusahaan. Lengnick-hall et al (2004) menyimpulkan bahwa ERP sangat berguna dalam memanfaatkan sumber daya organisasi perusahaan dan mempunyai nilai kemampuan yang baik. Dari perspektif RBV, beberapa penelitian telah menunjukan bahwa perangkat tambahan untuk organisasi perusahaan melalui kolaborasi (Gattiker et al, 2005; rai et al, 2006; Lucas et al, 2008; Phusavat et al, 2009; Hwang et al, 2011) dan analisis ( Carte et al, 2005; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Chiang et al, 2009; Chang et al, 2011) ERP dapat dianggap sebagai suatu sistem teknologi yang mampu memenuhi kriteria untuk menjadi sumber daya yang mempunyai keunggulan dalam organisasi perusahaan. Serta teori RBV berguna untuk menjelaskan bagaimana ERP meningkatkan kemampuan suatu organisasi perusahaan. Selain itu, berdasarkan pada pandangan teori Resources Based View, sumber daya internal perusahaan adalah faktor yang paling penting untuk mencapai keunggulan organisai yang berkelanjutan (Barney, 1991; Al-Dhaafri et al, 2013). Galbreath dan Galvin (2008) menyatakan bahwa sementara teori RBV sebagian besar bisa dikaitkan dengan kinerja organisasi perusahaan, karena kinerja organisasi perusahaan merupakan bentuk sumber daya yang tidak berwujud dan ada kemungkinan sumber daya tidak berwujud itu sumber keunggulan. Teori RBV juga mengakui pentingnya asal usul dalam kinerja organisasi perusahaan dan keunggulan organisasi perusahaan (Barney, 1991). Untuk meningkatkan perhatian terhadap pentingnya keunggulan organisasi yang terlibat dalam penelitian sebelumnya sebagai salah satu sumber daya yang signifikan serta dapat menyebabkan memiliki kinerja yang unggul, oleh karena itu secara teoritis, hasil penelitian ini dapat ditambahkan ke literatur yang ada dari teori RBV. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 2. Teori Kontijensi Teori kontijensi menurut Outley (2010), didasarkan pada asumsi bahwa sistem akuntansi manajemen tidak mempunyai konsep universal yang digunakan oleh setiap organisasi perusahaan secara efektif. Suatu konsep akuntansi manajemen hanya sesuai dan cocok untuk kondisi tertentu saja. Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal dalam pengendalian organisasi perusahaan dibawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana prosedur operasi pengendalian organisasi perusahaan tersebut. Teori kontijensi juga berguna untuk menganalisis dan merancang sistem pengendalian khususnya dalam bidang sistem akuntansi manajemen. Teori kontijensi beragumen bahwa desain dan sistem pengendalian adalah tergantung pada konteks organisasi perusahaan dimana pengendalian tersebut dilaksanakan (fisher, 1998), sedangkan otley (1991) beragumen bahwa teori akuntansi manajemen merupakan usaha untuk mengidentifikasi sistem pengendalian berbasis akuntansi yang paling sesuai untuk semua kondisi. Terdapat banyak penelitian yang menentukan adanya variabelvariabel kontijensi dalam hubungannya dengan aktivitas pengendalian. Beberapa variabel kontijensi yang dapat terjadi dalam suatu sistem pengendalian manajemen sebuah organisasi perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori (Fisher,1998): 1. Variabel yang terkait dengan unsur ketidakpastian 2. Variabel yang terkait dengan teknologi dan interdepensi organisasi perusahaan 3. Variabel yang terikat dengan industri, organisasi perusahaan, dan unit bisnis 4. Variabel misi dan strategi kompetitif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 5. Variabel terkait dengan faktor-faktor yang dapat diobservasi. Teori kontigensi lebih tepat digunakan dalam mengurangi beberapa permasalahan mengenai sistem pengendalian, kinerja dan sistem informasi. Oleh karena itu, teori kontigensi mengemukakan bahwa ukuran sistem informasi dan sistem pengendalian seperti ERP, SCM dan keunggulan organisasi perusahaan sesuai dengan ketidakpastian yang harus dihadapi oleh perusahaan (Gul dan Chia, 1994). Dalam ketidakpastian tersebut perusahaan harus memperbarui jaringan-jaringan pendukung bisnis perusahaan (Su dan Yang, 2009) sebagai cara untuk menangani persaingan pasar seperti sistem informasi internal perusahaan dan supply chain management (SCM) yang menjadi alur koordinasi supplier, produsen, dan distributor. Penelitian Burns dan Stalker (1961) menyatakan bahwa dalam model Fisher (1997) dan Lee (2002), SCM dapat diidentifikasi ke dalam teori kontigensi. Model Fisher (1997) menyatakan bahwa strategis efisiensi sesuai ketika permintaan ketidakpastian dan pergolakan produk rendah ( misalnya produk komoditas dengan siklus yang panjang), tetapi jika sebaliknya ketika ketidakpastian dan pergolakan produk yang tinggi (misalnya, produk teknologi tinggi dengan siklus hidup yang singkat) strategi fleksibilitas sesuai. Model Lee (2002) menyatakan ada 2 unsur ketidakpastian dalam dua variabel lingkungan yaitu ketidakpastian dipasar supply dan ketidakpastian dipasar demand). Pendekatan kontijensi menarik minat para peneliti dalam menganalisis variabel teknologi informasi dan variabel struktur organisasi. Variabel teknologi informasi seperti integrasi rantai pasokan B2B e-commerce, rantai pasokan kemampuan analitik, aplikasi ERP, serta kolaboratif, perencanaan, peramalan dan penambahan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Selain itu teori kontijensi mempunyai tujuan untuk menyelidiki perilaku organisasi perusahaan yang dipengaruhi oleh lingkungan variabel (lawrence dan Lorsch, 1967; Chandra dan Kumar, 2000). Jika dilihat dari sudut perilaku organisasi perusahaan, maka kategori pertama sebagai management dan yang kedua sebagai seorang yang ahli dibidang teknologi informasi. Pada sudut pandang perilaku sebagai seorang manager , maka akan mempunyai pandangan bahwa ERP merupakan sebuah pendekatan perangkat lunak untuk mendukung keputusan perencanaan dan pengendalian bisnis. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang yang ahli dibidang teknologi informasi, maka akan mempunyai pandangan bahwa ERP menggambarkan sistem perangkat lunak yang mengintegrasikan perangkat aplikasi dibidang keuangan, manufaktur, logistik, penjualan dan pemasaran, SDM dan fungsi lainnya dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan teori kontijensi, ERP maupun SCM serta keunggulan organisasi perusahaan harus disesuaikan dengan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Organisasi perusahaan akan mampu meningkatkan kinerja, jika tingkat penyesuaian penggunaan sistem informasi, sistem pengendalian dan keunggulan organisasi perusahaan juga diharapkan meningkat untuk mendorong pencapaian kinerja yang tinggi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 3. Entreprise Resources Planning Enterprise Resources Planning merupakan istilah yang masih terdengar samar dikalangan orang-orang yang awam maupun orang-orang yang bergelut di sektor manufaktur. Banyak beberapa orang menafsirkan bahwa Enterprise Resources Planning merupakan sebuah software yang banyak diimplementasikan di organisasi perusahaan. Sebenarnya, ERP merupakan singkatan kata dari Enterprise (organisasi/perusahaan), Resources (sumber daya), dan Planning (perencanaan). ERP sebuah konsep yang menekankan pada aspek perencanaan khususnya perencanaan internal organisasi perusahaan. Organisasi perusahaan harus menerapkan ERP karena ERP akan menghasilkan informasi yang akurat dan real time untuk bagian yang membutuhkan (Hsu, 2013; Galy dan Sauceda, 2014). Vilpola (2009) menyebutkan sebuah sistem Enterprise Resource Planning (ERP) biasanya didasarkan pada database dan mencakup seluruh proses bisnis, misalnya pemesanan, proses produksi dan logistik. Penggunaan ERP harus otomatis dan real time. ERP berfungsi mengintegrasikan proses-proses penciptaan produk atau jasa organisasi perusahaan, mulai dari pemesanan bahan-bahan mentah dan fasilitas produksi sampai dengan terciptanya produk jadi yang siap ditawarkan kepada pelanggan (Indrajit, Djokopranoto, 2002). Selain itu ERP juga membantu mengintegrasikan data-data didalam organisasi perusahaan didalam sebuah platform yang umum (ERP Wire, 2006). Dalam literatur strategi ada dua teori yang terkenal untuk mengukur keberhasilan serta untuk menguji faktor-faktor yang mendorong adopsi ERP, yaitu teori kontijensi dan RBV (Hwang & Min, 2013). Jika ERP ini dihubungkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 menggunakan teori (Resources Based Planning) maka asumsinya organisasi perusahaan akan bersaing atas dasar sumber daya yang paling terintegritas, langka, sulit untuk ditiru dan tidak bisa di disubtitusikan oleh para pesaing lainnya (Barney, 1991; Wade dan Hulland,2004). Menurut Daniel E. O’Leary ERP memiliki karakteristik sebagai berikut [WHI2006]: 1. ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan. 2. ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis. 3. ERP memproses sebagian besar dari transaksi organisasi perusahaan. 4. ERP menggunakan database organisasi perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data sekali saja. 5. ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time). 6. Dalam beberapa hal ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan. 7. ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh organisasi perusahaan multinasional. 8. ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus organisasi perusahaan tanpa melakukan pemrograman kembali. Ada empat aspek sistem aplikasi ERP yang menentukan kualitas sebuah ERP (Jacobs dan Chase, 2011). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 1. Sistem aplikasi ini harus multifungsi dalam lingkup berbagai kegiatan organisasi perusahaan dengan kemampuan untuk memberikan informasi keuangan, kegiatan pengadaan material baik dalam satuan rupiah maupun unit volume, penjualan dalam satuan rupiah maupun volume unit produk dan jasa, dan manufaktur atau konversi proses dalam satuan sumber daya atau orang. 2. Sistem aplikasi ini harus diintegrasikan. Ketika transaksi atau data yang mewakili suatu kegiatan usaha yang dimasukkan oleh salah satu fungsi, data mengenai fungsi terkait lainnya langsung diperbarui. Hal ini mampu menghilangkan kebutuhan untuk reposting data ke sistem. 3. Sistem aplikasi ini harus modular sehingga dapat dikombinasikan ke dalam sistem yang lebih luas atau terhubung dengan perangkat lunak dari aplikasi lain. 4. Sistem aplikasi ini harus memfasilitasi perencanaan dan pengendalian kegiatan dasar, termasuk peramalan, perencanaan produksi, dan manajemen persediaan. Faktor-faktor yang menyebabkan pengimplementasian ERP sukses dalam sebuah organisasi perusahaan (wahyono, 2004) diantaranya, yaitu: 1. Didalam perusahaan ERP menawarkan sistem yang terintegrasi sehingga proses serta pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, 2. Secara global ERP juga memungkinkan melakukan integrasi, contohnya yaitu ketika adanya perbedaan bahasa, perbedaan budaya, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 perbedaan valuta akan diatasi secara otomatis sehingga data dapat diintegrasikan. 3. Didalam perusahaan ERP tidak hanya memadukan data dan orang, tetapi juga menghilangkan kebutuhan pemutakhiram dan pembetulan sistem komputer yang terpisah. 4. Dengan ERP memungkinkan manajemen mengelola operasi tidak hanya sekedar memonitor saja, tetapi manajemen mampu menjawab pertanyaan “bagaimana keadaan kita?” serta lebih-lebih bisa menjawab pertanyaan “Apa yang kita kerjakan untuk menjadi lebih baik?” Ada beberapa faktor penyebab kegagalan ERP yang harus dihindari perusahaan (Wahyono, 2004) yaitu: 1. Manajemen tentang perubahan dan pelatihan Ketika perubahan praktik pekerjaan yang harus dilakukan dan juga berbagai pelatihan yang melibatkan berbagai macam modul. 2. Perencanaan yang buruk Hal-hal bisnis dan ketersediaan user untuk membuat keputusan pada konfigurasu sistem sangat dibutuhkan dalam perencanaan. 3. Manajemen proyek yang buruk. Konsultan melakukan perbuatan yang merugiakan klien dengan tidak membagi tanggung jawabnya. 4. Rendahnya keterlibatan eksekutif Eksekutif senior sangat dibutuhkan dalam partisipasi bisnis maupun teknologi informasi dalam penyelesaian konflik-konflik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 5. Meremehkan sumber daya Sebagian besar anggaran melebihi target terutama untuk perubahan manajemen dan training user, pengujian integrasi, proses-proses pengerjaan ulang, kustomisasi laporan dan biaya konsultan. 6. Evaluasi software yang tidak mencukupi. Organisasi biasanya tidak cukup memahami apa dan bagaimana software ERP bekerja sampai mereka sepakat untuk membeli. 4. Supply Chain Management Supply chain management merupakan istilah bagi pengelolaan rantai pemasok dan pembeli, yang mencakup semua tahap pemrosesan dari pembelian bahan baku sampai pendistribusian barang jadi kepada konsumen akhir (Daft, 2003). Supply chain management (manajemen rantai pasokan) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2008). Simichi-Levi et al dalam Irmawati (2007) menyatakan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan distribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Supply Chain Management adalah seperangkat pendekatan untuk mengefisienkan integrasi supplier, manufaktur, gudang dan penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 waktu yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen (levi et al, 2003). Definisi oleh the Council of Logistics Management: "Supply Chain Mangement is the systematic, strategic coordination of the traditional business functions within a particular company and across businesses within the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of the individual company and the supply chain as a whole". Kalakota (2000) Supply Chain Management adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan di mana organisasi perusahaan mempertahankan dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. Tujuan yang hendak dicapai dari setiap supply chain adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001). Supply chain yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh supply chain tersebut. Organisasi perusahaan yang berada dalam supply chain pada intinya memuaskan konsumen dengan bekerja sama membuat produk yang murah, mengirimkan tepat waktu dan dengan kualitas yang bagus. Ukuran performansi Supply Chain Management, meliputi: 1. Kualitas (tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, ketepatan pengiriman) 2. Waktu (total replenishment time, business cycle time) 3. Biaya (total delivered cost, efisiensi nilai tambah) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Fleksibilitas (jumlah dan spesifikasi) Supply Chain Management juga bisa diartikan jaringan organisasi perusahaan yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke hilir (downstream), dalam proses yang berbeda dan menghasilkan nilai dalam bentuk barang/jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customer/end user). Dengan menganalisis keseluruhan proses, diperoleh beberapa keuntungan dari penerapan supply chain sebagai berikut : 1. Mengurangi persediaan barang, sehingga bisa mengurangi biaya inventory, biaya penyimpanan dan biaya kerusakan dan kehilangan akibat penyimpanan, 2. Menjamin kelancaran penyediaan barang, karena kerjasama yang dilakukan antara pihak organisasi perusahaan jasa konstruksi dengan vendor, 3. Menjamin mutu material yang disupplai sesuai dengan kondisi yang diinginkan, dan harga yang lebih kompetitif. Konsep SCM meliputi organisasi perusahaan dan proses yang membuat dan mengirimkan produk, informasi, dan layanan konsumennya. Konsep ini kemudian berkembang menjadi sebuah manajemen rantai pasokan yang mengacu pada perencanaan, organisasi perusahaan, dan koordinasi semua aktivitas supply chain secara keseluruhan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006) secara umum konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Kepuasan pelanggan. Perusahaan melakukan aktivitas proses produksi untuk membuat konsumen atau pengguna produk sebagai target utama. Dalam situasi ini yang dimaksud dengan konsumen atau pengguna yaitu konsumen http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Ketika perusahaan ingin membuat konsumen atau pengguna tersebut setia, maka perusahaan harus memberikan pelayanan yang baik agar konsumen merasa puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Meningkatkan pendapatan. Pendapatan meningkat disebabkan oleh semakin banyaknya konsumen yang setia yang menjadi mitra perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma karena diminati konsumen. 3. Menurunnya biaya. Pada jalur distribusi pengintegrasian aliran produk dari perusahaan kepada konsumen akhir yang akan mengurani biaya-biaya. 4. Pemanfaatan aset semakin tinggi. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM. 5. Peningkatan laba. Peningkatan laba juga didasarkan oleh peningkatan jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk. 6. Perusahaan semakin besar. Dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar dan tumbuh lebih kuat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 5. Keunggulan Organisasi perusahaan Keunggulan organisasi perusahaan merupakan pusat kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Menurut Li et al (2006) keunggulan organisasi perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang tidak dimiliki dan tidak ditiru oleh pesaing. Istilah akademis mengenai konsep keunggulan organisasi yang berpendapat bahwa keunggulan organisasi diukur pada hubungan antara indikator kinerja (Peters dan Waterman, 1982; Antony dan Bahattacharyya, 2010). Kurangnya pemahaman mengenai makna keunggulan organisasi membuat banyak organisasi gagal untuk mencapai tujuan ini (Dahlgaard, 2003). Eisakhani (2008) mendefinisikan bahwa keunggulan organisasi perusahaan yang baik memiliki tujuh fitur seperti visi dan misi, perencanaan organisasi, proses, tujuan, pemikiran yang strategis, kepemimpinan, dan teknologi. Model keunggulan organisasi dan bisnis adalah instrumen yang membantu organisasi untuk mengukur tingkat kesuksesan didalam organisasi perusahaan seperti Malcom Baldrige, EFQM, Deming serta Peter dan Waterman yang melalui model ini kinerja organisasi dievaluasi dan ditingkatkan melalui proses amandemen terus menerus (Attafar et al, 2012). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 6. a. Kinerja Organisasi perusahaan Pengertian Kinerja Organisasi Perusahaan Mahoney et al (1963) menyatakan kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi perusahaan, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi perusahaan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi perusahaan, upaya mewujudkan sasaran, tujuan, serta visi dan misi organisasi perusahaan tersebut (Bastian, 2001). Kinerja organisasi perusahaan merupakan variabel yang paling sering digunakan dalam penelitian-penelitian organisasi perusahaan sekarang ini (Rogers et al, 2012). Secara umum, para peneliti mendefinisikan konsep dari kinerja organisasi perusahaan berdasarkan ide bahwa sebuah organisasi perusahaan adalah kumpulan dari aset-aset produktif yang dengan sengaja dibentuk, termasuk didalamnya adalah sumber daya manusia dan modal yang ditunjukkan untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan (Carton, 2004). Telah dikemukakan oleh Sink dan Tuttle (1989) bahwa sistem kinerja organisasi perusahaan adalah hubungan yang kompleks antara kriteria enam kinerja: inovasi, efektivitas, efisiensi, produktivitas, kualitas, dan profitabilitas. Meskipun ada riset yang bersama-sama mengikutsertakan peneliti dalam literatur mengenai kinerja organisasi perusahaan, tetapi tidak ada kesepakatan antara para peneliti tersebut tentang definisi kinerja organisasi perusahaan (Ford dan Schellenberg, 1982; Johannessen, Olaisen, dan Olsen, 1999). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Moullin (2007) mendefinisikan kinerja organisasi perusahaan sebagai pengukuran yang digunakan oleh organisasi perusahaan untuk mengelola dengan baik efektivitas mereka dan memberikan nilai kepada stakeholder serta pelanggan. Antony dan Bhattachatyya (2010) mendefinisikan kinerja organisasi perusahaan sebagai instrumen dan pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi dan menilai keberhasilan organisasi perusahaan untuk menciptakan dan memberikan nilai kepada para pemangku internal maupun eksternal. Sehingga definisi tentang kinerja organisasi perusahaan yaitu hasil dari suatu proses kerja organisasi perusahaan yang dapat memenuhi tujuan, serta visi dan misi organisasi perusahaan dan juga dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi perusahaan merupakan hasil dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. b. Mengukur Kinerja Organisasi perusahaan Pengukuran kinerja sangat penting dalam manajemen (Pongatichat dan Johnston, 2008) untuk mengetahui efektivitas manajemen organisasi perusahaan (Demirbag et al., 2006), karena peningkatan sesuatu tidak bisa tanpa mengukur kinerja organisasi perusahaan. Dengan demikian, peningkatan kinerja organisasi perusahaan membutuhkan beberapa pengukuran untuk mengidentifikasi sejauh mana efektivitas sumber daya organisasi perusahaan terhadap kinerja organisasi (Gadenne dan Sharma, 2002). Secara tradisional, kinerja organisasi perusahaan telah diukur dengan indikator keuangan yang memiliki kelemahan, oleh karena itu beberapa penulis (Demirbag et al., 2006) menyarankan dan menambahkan beberapa indikator nonkeuangan secara tradisional yang ada alat pengukuran. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Sehubungan definisi pengukuran kinerja, menurut Neely et al. (2005) kinerja didefinisikan sebagai pengukuran satu set metrik yang digunakan untuk mengukur tindakan yang efektif dan efisien . Untuk ukuran keuangan seperti laba, penjualan, utang, dan laba atas investasi, tidak cukup untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Johnson (1983) dan Kaplan (1984) mengemukakan bahwa jika yang dipakai hanya langkah-langkah keuangan untuk mengukur kinerja organisasi perusahaan dalam perubahan yang cepat dalam lingkungan bisnis, maka langkah tersebut tidak efisien. Untuk itu beberapa langkah-langkah nonkeuangan lainnya telah ditambahkan seperti menciptakan nilai bagi pelanggan, stakeholder, dan masyarakat, telah benar-benar diteliti karena peran mereka termasuk dalam harapan dari indikator kinerja keuangan di masa depan (Kristensen dan Westlund, 2004). Pada saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi perusahaan seperti Balance Scorecard (BSC) dan The Performance Prism. Pengukuran pertama telah dibuat oleh Kaplan dan Norton (1992), dan pengukuran lain yang dibuat oleh Neely dan Adams pada tahun 2000. Balance Sorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kineja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan,1999). Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya pada ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 7. Penelitian Terdahulu Akkermans et al. (2003) mengemukakan bahwa implementasi ERP memberikan pengaruh positif pada peningkatan performa SCM dan mempengaruhi fungsi-fungsi bisnis lain yang mendorong peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sikap dari penggunaan juga menjadi kunci penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan sistem baru, karena penggunaan dalam sistem yang diterapkan dalam ERP juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Velcu, 2007). Akyus dan Rehan (2008) mengemukakan bahwa ERP dan SCM dapat memaksa organisasi untuk merampingkan fungsi internal manajemen perusahaan dalam upaya peningkatan kinerja. Penelitian sebelumnya juga menguji pengaruh Supply chain management, Enterprise Resources Planning terhadap kinerja organisasi perusahaan perusahaan (Jenatabadi et al, 2013) yang menghasilkan bahwa adanya efek positif dari Enterprise Resources Planning pada Supply chain management yang akhirnya menghasilkan peningkatan kinerja secara keseluruhan. Ada juga penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan antara Enterprise Resources Planning, Total Quality Management, serta keunggulan organisasi perusahaan sebagai variabel intervening terhadap kinerja organisasi perusahaan perusahaan (Hassan Saleh, AlDhaafri 2014), penelitian tersebut menyatakan bahwa ERP mempengaruhi Total Quality Management, keunggulan organisasi perusahaan serta kinerja organisasi perusahaan. Selain itu TQM ditemukan untuk memediasi sebagian pengaruh terhadap kinerja organisasi perusahaan, sedangkan keunggulan organisasi perusahaan ditemukan sepenuhnya memediasi pengaruh pada hubungan yang sama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Dalam tabel 2.1 akan menjelaskan secara ringkas beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dalam konteks hubungan ERP,SCM, Keunggulan Organisasi Perusahaan dan Kinerja Organisasi Perusahaan Tabel 2.1 Ringkasan Hasil dari Penelitian Terdahulu Variabel Judul Dependen Independen The Impact Of Performance Enterprise ERP On Supply (Y1) Resounrces Chain Planning (X1), Management: Supply Chain Exploratory Management Findings From (X2) A European Delphi Study No. Riset 1. Akkermans, Bogerd, Yucesan dan Wassenhove (2003) 2. Velcu (2007) Exploring the effect of ERP system on organizational performance Organizational Performance (Y1) Enterprise Resources Planning (X1) 3. Chapman dan Kihn (2009) Information system integration, enabling control and performance Performance (Y1) Information system integration (X1), enabling control (X2) 4. Su dan Yang (2009) The relationship between benefits of ERP systems implementation and its impacts on firm performance of SCM firm performance (Y1) ERP (X1), SCM (X2) http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Adanya pengaruh positif terhadap SCM dan mempengaruhi fungsi-fungsi bisnis lainnya yang mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Adanya pengaruh hubungan antara motivasi ERP dan manfaat ERP terhadap kinerja organisasi. Formal MCS, dan terutama anggaran, memediasi pengaruh ERP terhadap kinerja. Fungsi operasional ERP merupakan faktor yang memiliki dampak yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja dengan SCM dalam proses bisnis internal dan 33 eksternal. 5. Kallunki, Laitinen, Silvola (2011) Impact of enterprise resource planning systems on management control systems and firm performance Performance (Y1) ERP (X1), MCS (X2) 6. Hassabelnaby et al (2012) The Impact of ERP Implementation on Organizational Capabilities and Firm Performance Firm Performance (Y1) ERP (X1), Organizational Capabilities (X2), 7. Abdullah Kaid AlSwidi, Rosli Total quality management, entrepreneurial Organizational Performance (Y1) Total Quality Management (X1), http://digilib.mercubuana.ac.id/ Terdapat pengaruh penggunaan sistem perencanaan sumber daya perusahaan menghasilkan perbaikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, dan sistem kontrol manajemen formal membantu perusahaan mencapai tujuan kinerja di masa depan Implementasi ERP memiliki dampak positif ketika sebuah perusahaan mempekerjakan pencari strategi bisnis. Sebuah pencari strategi bisnis meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mencapai kemampuan organisasi dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari kinerja keuangan. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh 34 Mahmood (2012) 8. Abdullah Kaid AlSwidi, Asma Al-Hosam (2012) 9. Hassan Saleh Al Dhaafri, Abdullah Kaid Al Swidi (2013) 10. Hassan Saleh Al-Dhaafri, Rushami Zien Bin orientation and Entrepreneurial TQM dan EO organizational orientation terhadap performance: (X2) organizational The role of performance organizational culture The effect of Organizational Entrepreneurial Dampak orientasi entrepreneurial Performance orientation kewirausahaan orientation on (Y1) (X1) terhadap kinerja the bank syariah organizational dikonfirmasi performance: A sejalan dengan study on the pandangan Islamic banks in berbasis sumber Yemen using the daya dari teori partial least organisasi squares perusahaan yang approach terlihat pada kemampuan organisasi perusahaan sebagai sumber keunggulan kompetitif. The Organizational Entrepreneurial Berdasarkan hasil entrepreneurial Performance orientation statistik, orientation and (Y1) (X1) pengaruh the orientasi organizational kewirausahaan performance: dan sumber daya Do enterprise organisasi resource perusahaan, serta planning perencanaan systems have a kinerja organisasi mediating role? perusahaan A study on dikonfirmasi. Dubai police Selain itu, ERP ditemukan untuk memediasi sebagian efek dari EO pada kinerja organisasi perusahaan. The Effect of Organizational Total Quality Berdasarkan dari Total Quality Performance Management literatur yang ada Management, (Y1) (X1), dan pondasi Enterprise Enterprise teoritis, model http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Yusoff, Abdullah Kaid AlSwidi (2013) Resource Planning and the Entrepreneurial Orientation on the Organizational Performance: The Mediating Role of the Organizational Excellence---A Proposed Research Framework 11. Jenatabadi et al, 2013 Impact of Organizational Supply Chain Performance: Management on (Y1) the Relationship between Enterprise Resources Planning System and Organizational Performance Enterprise Resources Planning (X1) dan Supply Chain Management (X2) 12. Al- Dhaafri et al, 2014 The Relationship between Enterprise Resource Planning, Total Quality Management, Organizational Excellence, and Organizational Performancethe Mediating Role of Total Quality Management and Organizational Excellence Total Quality Management (X1), Enterprise Resource Planning (X2) dan Organizational Excellence (X3) Resource Planning (X2) dan Entrepreneurial orientation (X3) Organizational Performance: (Y1) http://digilib.mercubuana.ac.id/ penelitian yang diusulkan didasarkan oleh fakta bahwa SCM,ERP dan EO hanya sangat baik, organisasi perusahaan yang inovatif dan dibedakan dan produk dapat menarik pelanggan dan berhasil dalam bisnis ingkungan Hidup. Efek positif dari perencanaan sumber daya perusahaan pada rantai pasokan yang akhirnya menghasilkan keseluruhan kinerja secara membaik dari organisasi yang dipelajari. Berdasarkan hasil statistik adanya pengaruh ERP terhadap TQM serta keunggulan organisasi dan kinerja organisasi. Selain itu TQM ditemukan untuk memediasi sebagian pengaruh terhadap ERP pada kinerja organisasi, sedangkan keunggulan organisasi 36 13. Al-Dhaafri et al, 2016 Organizational Excellence as the Driver for Organizational Performance: A Study on Dubai Police Organizational Performance: (Y1) http://digilib.mercubuana.ac.id/ Organizational Excellence (X1) ditemukan sepenuhnya memediasi pengaruh pada hubungan yang sama. Adanya pengaruh Organizational Excellence terhadap Organizational Performance penelitian ini meningkatkan kesadaran pada manajer, pengambil keputusan, dan praktisi tentang signifikan keunggulan ketika menerapkan strategi mereka dan praktik. 37 B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan pustaka dan penelitian terdahulu, maka penelitian mengindikasi variabel kinerja keuangan organisasi perusahaan dengan mengkaji bagaimana sistem enterprise resources planning dapat mempengaruhi kinerja organisasi perusahaan ditinjau dari kinerja keuangan organisasi perusahaan. Dengan supply chain management dan keunggulan bersaing sebagai variabel yang memediasi antara enterprise resources planning terhadap kinerja organisasi perusahaan. Maka penggambaran rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H6 H1 H1 H1 H7 H1 H1 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 C. 1. Hipotesis Enterprise Resources Planning (ERP) dan Kinerja Organisasi perusahaan Keberhasilan penerapan ERP pada organisasi perusahaan memberikan keuntungan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dan dapat meningkatkan kinerja organisasi perusahaan (Ince et al, 2013). Dalam literatur ada banyak definisi untuk ERP, namun tidak ada kesepakatan diantara peneliti pada definisi yang disepakati. Salah satu definisi penting dalam literatur sebelumnya didefinisikan yaitu ERP sebagai sistem solusi teknologi canggih yang mengintegrasikan informasi penting dalam organisasi perusahaan seperti rantai pasokan, keuangan dan akuntansi, sumber daya manusia, dan hubungan pelanggan (Davenport, 2002). Selain itu menurut Pacheco Comer dan Gonzalez Castolo (2012) ERP adalah sistem informasi yang mengintegrasikan data dari organisasi perusahaan yang digunakan dalam operasi mereka. Ada banyak alasan dan motivasi dibalik penerapan ERP seperti teknisi dan bisnis didorong implementasi (BottaGenoulaz dan Millet, 2006 ; Velcu, 2007). Ada hasil yang bertentangan dalam hubungan mereka (Kang et al, 2008). Beberapa dari mereka melaporkan hubungan positif dan signifikan antara ERP dan kinerja organisasi perusahaan (Peffers dan Dos Santos, 1996; Hayes et al, 2001; Bendoly dan Kaefer, 2004; Fang dan Lin, 2006; Velcu, 2007; HassabElnaby et al, 2012; Silveira et al, 2013; Hwang dan Min, 2013;). Namun, di sisi lain, ada beberapa peneliti lain yang melaporkan hasil yang merugikan (Weill, 1992; Hitt dan Brynjolfsson, 1996; Hassab Elnaby et al, 2007). Hasil campuran dalam literatur sebelumnya pengaruh ERP pada kinerja organisasi perusahaan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memeriksa bahwa hubungan dengan yang ada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 variabel lain yang dapat membantu dalam meningkatkan pengaruh positif. Tapi sebelum menyelidiki pengaruh mediasi dari SCM dan keunggulan organisasi perusahaan, pengaruh langsung dari ERP pada kinerja organisasi perusahaan dapat diperiksa untuk bandingkan dengan hasil lainnya. Dengan demikian hipotesis pertama yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Ha1: Enterprise Resource Planning berpengaruh langsung terhadap Kinerja Organisasi perusahaan 2. Enterprise Resources Planning dan Supply Chain Management Manajer di berbagai bidang industri, terutama di sektor manufaktur, mencoba untuk memiliki kontrol yang lebih baik atas rantai pasokan. Untuk mencapai tujuan ini, usaha manajer untuk menggunakan metode dan teknik yang efektif seperti produksi samping, Just In time (JIT), Supply Chain Management (SCM), dan Enterprise Resources Planning (ERP). Dengan adanya informasi keuntungan serta efektivitas SCM pada organisasi perusahaan untuk memiliki kontrol yang lebih baik atas pemasok mereka. Dengan ini, berbagai organisasi perusahaan di sebagian besar negara telah tertarik pada investasi besar di bidang teknologi informasi di struktur bisnis pasar domestik dan global. Sejumlah organisasi perusahaan dan organisasi perusahaan telah ditujukan atau sudah memenuhi implementasi ERP. Sistem ini dirancang khusus agar sesuai dengan berbagai proses bisnis seperti penerimaan order dan perencanaan produksi, diseluruh organisasi perusahaan atau organisasi perusahaan dan meningkatkan secara optimal (Venkataramanan et al, 2001). Investasi besar dalam sistem TI harus memungkinkan organisasi perusahaan untuk berbagi volume besar data dan informasi sepanjang rantai pasokan, membuat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 kolaborasi realtime mungkin di antara mitra rantai pasokan, serta meningkatkan persediaan manajemen dan distribusi. Seperti beberapa peneliti percaya, ERP memungkinkan data dan informasi pengolahan serta transmisi yang penting untuk pengambilan keputusan dan kompetensi SCM (Sanders, 2007; Hsu et al, 2009). Selain itu, segudang organisasi perusahaan ERP telah dilengkapi lingkup sistem untuk menggabungkan pelanggan dan pemasok ke dalam sistem untuk menyediakan lebih banyak bisnis atau layanan e-commerce dan untuk meningkatkan fungsi dari rantai pasokan (Olhager dan Selldin, 2003). Secara teoritis, van Donk (2008) percaya bahwa kemampuan ERP dalam rantai pasokan terbaik tidak cukup dieksplorasi. Sejumlah besar modal yang diinvestasikan dalam pembelian ERP, yang pelaksanaan dan peningkatan meskipun tujuan dari pelaksanaan sistem jarang mencapai tingkat memuaskan. Studi Akkermans et al, (2003) mengungkapkan bahwa pengaruh ERP dalam meningkatkan dan memperbaiki kinerja rantai pasokan tidak signifikan karena seharusnya ERP biasanya mampu mengintegrasikan fungsi sistem organisasi perusahaan. Fitur ini membuat ERP dirancang tidak sepenuhnya berlaku untuk pasangan bergorganisasi perusahaan. Dalam hal ini, Kelle dan Akbulut (2005) juga percaya bahwa ERP mampu untuk secara bersamaan memfasilitasi dan menghambat integrasi persediaan rantai. Ada banyak studi akademis yang mengkonfirmasi adanya hubungan yang signifikan antara ERP dan SCM (Akkermans et al, 2003; Su dan Yang, 2010a, 2010b; Shatat dan Udin, 2012). Selanjutnya, penelitian ini telah berusaha untuk menentukan cara modul ERP yang berbeda serta dapat diintegrasikan ke dalam SCM untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 barang, bahan, operasi, dan sumber daya (Koh et al, 2006; Ho, 2007). Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini berfokus pada hubungan antara ERP dan kinerja SCM. Dengan demikian hipotesis kedua yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Ha2: Enterprise Resource Planning memiliki pengaruh terhadap Supply Chain Management 3. Enterprise Resources Planning dan Keunggulan Organisasi Perusahaan Tujuan utama dari pelaksanaan ERP di organisasi perusahaan adalah untuk mencapai performa maksimal dan keuntungan keunggulan kompetitif atas pesaing. Untuk mencapai itu, ERP harus diimplementasikan dengan cara yang sangat baik baik melalui proses internal atau eksternal. Keunggulan organisasi perusahaan adalah praktek membuat organisasi perusahaan yang lebih baik dalam keunggulan dan pertumbuhan (Attafar et al, 2012). Menurut Moghadami (2005), organisasi perusahaan yang sangat baik memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal pelanggan, karyawan, kepemimpinan, pemilik modal, belajar, generasi masa depan, globalisasi, perubahan atau transformasi, dan pemasok. Masing-masing karakteristik ini memainkan peran penting dalam mencapai keunggulan yang mengarah untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Ketika menerapkan ERP sebagai teknologi sistem, pelaksana atau pemilik bisnis harus fokus pada karakteristik sebelumnya untuk membantu ERP untuk mencapai apa yang direncanakan berada di tahap awal. Keunggulan organisasi perusahaan ditemukan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap ERP pada kinerja organisasi (Al Dhaafri et al, 2014). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Dengan demikian hipotesis ketiga yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Ha3 : Enterprise Resource Planning berpengaruh terhadap Keunggulan Organisasi perusahaan. 4. Supply Chain Management dan Kinerja Organisasi perusahaan Mentzer (2001) mendefinisikan SCM sebagai koordinasi strategis dan sistemik antara fungsi bisnis tradisional dan taktik dalam sebuah organisasi perusahaan tertentu di satu sisi, dan taktik bisnis dalam rantai pasokan dari sisi lain, untuk meningkatkan kinerja jangka panjang dari organisasi perusahaan individu dan rantai pasokan secara keseluruhan. Selama dua puluh tahun terakhir, SCM telah ditekankan untuk saling ketergantungan antara organisasi perusahaan dengan pelanggan. SCM mendorong organisasi perusahaan pemasok untuk berkolaborasi dengan organisasi perusahaan lain pada rantai untuk meningkatkan kinerja organisasi perusahaan seluruh rantai pasokan. Studi tentang subjek ini telah mendapatkan perhatian luas dari akademisi dan praktisi eksperimental selama dekade terakhir (Shin et al, 2000; Narasimhan dan Kim, 2002). Dengan meningkatnya kecenderungan globalisasi di bidang bisnis modern, tantangan utama bagi organisasi perusahaan adalah menemukan cara yang efektif untuk mendapatkan dan mempertahankan posisi mereka di pasar yang kompetitif meskipun tekanan domestik dan internasional dan ancaman yang mereka hadapi terus menerus (Kannan dan Tan, 2005; Huo et al, 2008). Keuntungan utama dari SCM adalah peningkatan hubungan hulu dan hilir. Selain itu, organisasi perusahaan telah mengambil langkah-langkah untuk memulai mengintegrasikan hubungan eksternal organisasi perusahaan mereka yaitu pelanggan dan pemasok serta faktorhttp://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 faktor kontekstual internal untuk meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan untuk daya saing organisasi perusahaan dan kinerja. Kerja dengan SCM memberikan koordinasi yang lebih erat dan konfigurasi peluang proses bisnis antara pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan ketersediaan produk secara efektif dan efisien (Forker et al, 1997). Salah satu pengaruh yang paling penting dari suksesnya implementasi SCM adalah peningkatan hubungan antara pemasok hulu dan pelanggan hilir, yang akhirnya menghasilkan kepuasan pelanggan dan kinerja organisasi perusahaan yang optimal dari organisasi perusahaan. Banyak penelitian sebelumnya juga telah menegaskan peran SCM sebagai kata kunci dalam kinerja organisasi perusahaan (Kannan dan Tan, 2005), baik langsung atau tidak langsung melalui praktik rantai pasokan yang berbeda dan strategi. Selain itu, review sebelumnya literatur mendukung SCM sebagai visi strategis yang sukses didasarkan pada teori-teori kepemimpinan yang efisien, menghasilkan dan mengkomunikasikan visi strategis kolaboratif SCM. Kemudian Visi dibuat dimasukkan ke generasi perencanaan strategis, yang membutuhkan proses bisnis internal dan dirancang untuk mendukung dan dukungan ditingkatkan kepuasan pelanggan, akibatnya tercermin dalam kinerja organisasi perusahaan (Tan, 2001). Sejumlah peneliti akademis mengkonfirmasi adanya hubungan positif antara kinerja organisasi perusahaan dan SCM (Byrd dan Davidson, 2003; Gunasekaran et al, 2004; Du, 2007) serta adanya pengaruh langsung antara SCM terhadap kinerja organisasi (Li et al, 2006; Yen et al, 2010). Oleh karena itu, penyelidikan atas pengaruh SCM pada kinerja organisasi perusahaan serta pertunjukan dampak ini menjadi efektif dapat membuat masalah yang signifikan dan menarik untuk studi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Dengan demikian hipotesis keempat yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Ha4: Supply Chain Management berpengaruh terhadap kinerja organisasi perusahaan. 5. Keunggulan Organisasi Perusahaan dan Kinerja Organisasi Perusahaan Antony dan Bhattacharyya (2010) meneliti hubungan antara keunggulan organisasi perusahaan dan kinerja organisasi perusahaan di mana mereka menemukan bahwa keunggulan organisasi perusahaan dapat menemukan dasar dihubungan indikator kinerja. Mereka menemukan juga bahwa keunggulan organisasi perusahaan memungkinkan manajer untuk mengevaluasi organisasi perusahaan mereka lebih baik dari pada metode kinerja organisasi perusahaan. Ooncharoen dan Ussahawanitchakit (2008) dalam penelitian mereka menemukan bahwa keunggulan organisasi perusahaan memiliki positif dan signifikan berpengaruh pada kinerja. Selain itu keunggulan organisasi dan kinerja organisasi perusahaan adalah fokus utama dalam strategis manajemen untuk setiap organisasi, sehingga adanya pengaruh yang positif dan signifikan (Al-Dhaafri et al, 2014) serta adanya pengaruh yang langsung (Li et al, 2006). Dengan demikian hipotesis kelima yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Ha5: Keunggulan organisasi perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi Perusahaan. 6. Peran SCM memediasi ERP dan Kinerja Organisasi Perusahaan Seperti telah dinyatakan sebelumnya, pengaruh langsung dari ERP pada kinerja organisasi perusahaan telah dipelajari oleh banyak peneliti. Oleh karena itu, banyak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 panggilan penelitian untuk lebih meneliti didaerah ini yang akan dilakukan dengan melibatkan variabel lain untuk dapat mempengaruhi hubungan positif dan signifikan. Untuk tujuan ini, SCM telah campur tangan dalam hubungan sebagai mekanisme untuk menjelaskan dengan cara yang lebih baik pengaruh ERP pada kinerja organisasi perusahaan. Melalui praktik SCM, ERP dapat memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan meningkatkan kinerja. Menurut Mele dan Colurcio (2006) keunggulan organisasi perusahaan saat dikaitkan dengan SCM memiliki aspek yang berbeda seperti pengembangan kemitraan, tanggung jawab publik, koherensi dengan tujuan, kepemimpinan, perbaikan terus menerus,inovasi, dan pembelajaran. SCM dapat membawa alat manajemen yang kuat untuk memfasilitasi pelaksanaan ERP demi mencapai kinerja organisasi perusahaan yang tinggi. Adanya pengaruh yang positif terhadap penerapan ERP terhadap kinerja organisasi perusahaan melalui SCM (Jenatabadi et al, 2013). Selain itu, mediasi SCM sebagai sumber daya strategis telah diperiksa oleh Prajogo dan Sohal (2006) serta Jenatabadi et al (2013) antara strategi diferensiasi dan kinerja di mana mereka menemukan SCM merupakan mediasi parsial terhadap ERP pada kinerja organisasi. Dengan demikian hipotesis keenam yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut : Ha6: SCM memediasi hubungan antara ERP dan Kinerja Organisasi perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 7. Keunggulan organisasi perusahaan memediasi Enterprise Resources Planning dan Kinerja Organisasi perusahaan Keberhasilan ERP yang memfasilitasi operasional koordinasi antara departemen fungsional haruslah diikuti dengan keunggulan organisasi yang memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi perusahaan. Keunggulan organisasi perusahaan adalah fokus utama dalam strategis manajemen untuk setiap kinerja organisasi perusahaan (Al-Dhaafri et al, 2014). Adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penerapan ERP pada kinerja organisasi perusahaan melalui keunggulan organisasi perusahaan (Ooncharoen dan Ussahawanitchakit, 2008; Al-Dhaafri et al, 2014). Selain itu, keunggulan organisasi dinyatakan memediasi penuh dalam ERP terhadap kinerja organisasi (Al-Dhaafri et al, 2014). Dengan demikian hipotesis ketujuh yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut Ha7: Keunggulan organisasi perusahaan memediasi hubungan antara ERP dan Kinerja Organisasi perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/