BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Terdahulu
Penulis menemukan penelitian terdahulu mengenai kumpulan puisi Aku
Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh sarjana Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS, Yohanes Wisnu Prabajatmika,
dengan judul Analisis
Struktur dan Pesan Moral Kumpulan “Puisi Aku Ingin Jadi Peluru” Karya Wiji
Thukul (Studi Literatur dengan Pendekatan Struktural Deskriptif). Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa (1) struktur eksternal kumpulan puisi Aku Ingin
Jadi Peluru tidak lepas dari pengalaman hidup pengarang; (2) struktur bangun
internal puisi adalah alat dialog yang penting untuk berkomunikasi; (3) pesan
moral yang diangkat dalam puisi-puisi Wiji Thukul meliputi masalah
kemanusiaan, hukum dan kesejahteraan hidup; (4) penyampaian pesan kumpulan
puisi Aku Ingin Jadi Peluru tidak dapat serta merta diberikan kepada pembaca
tanpa seni atau teknik tertentu.
Kedua, peneltian yang dilakukan oleh Narendra Dewadji K, sarjana
jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Judul penelitian tersebut
adalah Perjuangan Kaum Proletar dalam Antologi Puisi “Aku Ingin Jadi Peluru”
Karya Wiji Thukul (Analisis Marxisme). Penelitian ini berangkat dari keyakinan
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
bahwa pendeskripsian kaum proletar dalam sajak-sajak Wiji Thukul tersebut
merupakan refleksi dari realita sosial yang melingkupi terciptanya sajak–sajak
dalam Aku Ingin Jadi Peluru. Realita sosial yang dimaksud adalah realita sosial
pada masa Orde Baru.
Marxisme dalam penelitian ini digunakan karena marxisme adalah teori
yang cukup komprehensif membahas kaum proletar. Selain itu, di dalam
marxisme terdapat sebuah model yang disebut model refleksi yaitu sebuah metode
yang dapat digunakan untuk menganalisis dan membuktikan bahwa sebuah karya
sastra termasuk puisi adalah sebuah refleksi dari realita sosial. Kesimpulan akhir
penelitian ini adalah ditemukannya penindasan terhadap kaum proletar dan
ditemukannya perjuangan kaum proletar pada sajak-sajak dalam Aku Ingin Jadi
Peluru. Kondisi dan perjuangan kaum proletar dalam Aku Ingin Jadi Peluru
tersebut merupakan refleksi dari realita sosial Orde Baru.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh sarjana Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS, Hantisa Oksinata, dengan judul Kritik Sosial dalam
Kumpulan Puisi “Aku Ingin Jadi Peluru” Karya Wiji Thukul (Kajian Resepsi
Sastra). Penelitian tersebut menyimpulkan kritik sosial dan resepsi pembaca yang
termuat dalam antologi puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul. Kritik
sosial tersebut meliputi: a) kritik terhadap kesewenang-wenangan pemerintah, b)
kritik terhadap penderitaan kaum miskin, c) kritik terhadap perlawanan kaum
miskin, d) kritik terhadap perlindungan hak buruh, e) kritik terhadap fakta atau
commit to user
kenyataan sosial yang dialami masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Resepsi pembaca dalam antologi puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji
Thukul, meliputi: 1) pembaca biasa, 2) pembaca ideal, 3) pembaca eksplisit. Dari
ketiga kategori pembaca tersebut, dapat disimpulkan a) penyair Wiji Thukul
menulis puisi berdasar pada cerita kehidupan sehari-hari yang dialami sendiri, b)
penyair Wiji Thukul berasal dari masyarakat kelas bawah, c) Wiji Thukul adalah
sosok penyair yang pemberani, ia berani menyuarakan apa yang menjadi
penderitaannya, selama penguasa bersikap sewenang-wenang terhadap kaum
miskin, d) Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru dipakai dalam aksi-aksi buruh
dan demonstrasi mahasiswa,
Berbeda dengan tiga penelitian di atas, penelitian pada kumpulan puisi Aku
Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul ini ditelaah menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Hal tersebut dilakukan mengingat permasalahan yang ditemukan
oleh peneliti adalah masalah sosiologis, yakni mengenai problem-problem sosial
yang ada dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru, terutama masalah
kemiskinan, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan masalah generasi muda dalam
masyarakat modern. Penelitian ini juga meneliti mengenai respon pengarang
terhadap problem-problem sosial tersebut.
Kajian terdahulu ini menambah wawasan bagi penulis mengenai struktur
puisi dan perjuangan kaum proletar di masa Orde Baru. Hal itu tentunya memberi
kontribusi bagi penulis, yakni memberikan gambaran mengenai bentuk dan
kondisi sosial yang termuat dalam puisi-puisi karya Wiji Thukul. Selain itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
adanya kajian terdahulu ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan
penulis bukan merupakan duplikasi dari penelitian lain.
B. Landasan Teori
1. Pengertian dan Fungsi Puisi
Wellek & Warren (1989: 87), menerangkan puisi adalah pengalaman
penyair pada waktu tertentu atau maksud pengarang yang akan diwujudkan dalam
karyanya. Groce (dalam Wellek & Warren, 1989: 182), menambahkan bahwa
puisi adalah suatu perwujudan dari persepsi hidup penyair.
Bahan penciptaan puisi sebagai kreasi suatu seni bertolak dari
kompleksitas suatu masalah dalam kehidupan itu sendiri dari segala yang ada atau
tidak ada. Oleh sebab itu, puisi mampu menggambarkan problem manusia yang
bersifat universal, yakni yang berhubungan dengan hakikat manusia, kematian,
juga ketuhanan (Aminuddin, 2010:191).
Shelley (dalam Rachmad Djoko Pradopo, 1990: 6), mengemukakan bahwa
puisi adalah rekaman dari detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.
Misalnya tentang peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan
perlawanan yang kuat, suatu kebahagiaan, kegembiraan yang sangat atau
memuncak, pencintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang
dicintainya. Semua itu merupakan detik-detik yang paling indah dalam hidup kita
dan perlu untuk direkam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Fungsi puisi adalah sebagai media untuk mengungkapkan isi jiwa,
perasaan, dan pikiran yang dikeluarkan penyair atas dasar pengalamannya yang
kompleks dan bersifat imajinatif, kemudian dituangkan dalam bentuk bahasa
dengan pengkonsentrasian semua kekuatan bahasa. Puisi dihadirkan dalam suatu
kemasan yang khas, serta dikemas secara artistik, tergantung kepada tujuan
penulisan puisi itu sendiri.
2. Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani
logos yang berarti kata atau berbicara. Swingewood menyatakan bahwa sosiologi
merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial (dalam Faruk, 2010: 1).
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi menelaah gejala-gejala
yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan
masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial
dan kebudayaan, serta perwujudannya. Selain itu, sosiologi juga mengupas gejalagejala sosial yang tidak wajar dan gejala abnormal atau gejala patologis yang
dapat menimbulkan masalah sosial (Soerjono Soekanto, 1994: 395).
Sosiologi meneliti gejala-gejala kemasyarakatan, tetapi sosiologi juga perlu
untuk mempelajari problem-problem tersebut merupakan aspek-aspek dari tata
kelakuan sosial. Dengan demikian, sosiologi berusaha mempelajari problem-problem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
sosial seperti kemiskinan, kejahatan, dan masalah generasi muda dalam masyarakat
modern (Soerjono Soekanto, 2000: 397).
Sastra merupakan suatu bentuk dan pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya (Atar Semi, 1993: 8). Sama halnya dengan sosiologi, sastra berurusan
dengan manusia dalam masyarakat. Usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan
untuk mengubah masyarakat. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa sosiologi
melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra menyusup menembus
permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati
masyarakat. Maka tampak antara sosiologi dan karya sastra mempunyai hubungan
yang erat, sosiologi dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra.
Wolff (dalam Faruk, 2010: 3), menjelaskan bahwa sosiologi sastra
merupakam disiplin ilmu tanpa bentuk, tanpa terdefinisikan dengan baik, terdiri
atas studi empiris, dan berbagai cobaan pada teori yang lebih general yang
masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya
berurusan dalam hubungan antara seni atau kesusastraan dengan masyarakat.
Pendekatan adalah cara kerja untuk memandang terhadap suatu objek kajian.
Sosiologi dan sastra merupakan bentuk sosial yang mempunyai objek manusia.
Pendekatan sosiologi sastra berdasarkan asumsi karya sastra (kesusastraan)
merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis yaitu masyarakat
yang melingkupi penulisnya, sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas dari
commit
user
masyarakat (Rachmat Djoko Pradopo,
2002:to22).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan aspek-aspek
kemasyarakatan biasa disebut pendekatan sosiologi sastra (Soediro Satoto, 1992:
146). Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan terhadap karya sastra
yang memusatkan pada unsur-unsur luar karya sastra sebagai latar belakang
kemasyarakatan pada diri pengarang dan karyanya. Suatu masyarakat tertentu
yang menghidupi seorang pengarang, dengan sendirinya akan melahirkan suatu
jenis karya sastra tertentu pula.
Sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan
refleksi/cerminan masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Penulis sebagai
anggota masyarakat, tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sosial budaya,
politik, keamanan, ekonomi, dan alam yang melingkupinya. Selain merupakan suatu
eksperimen moral yang dituangkan oleh pengarang melalui bahasa, sastra dalam
kenyataannya menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri
merupakan kenyataan sosial.
Sosiologi sastra dapat dipakai sebagai ilmu bantu dalam pendekatan karya
sastra, karena baik sosiologi maupun sastra mempunyai bidang yang sama yaitu
kehidupan manusia dalam masyarakat. Pendekatan yang umum terhadap
hubungan karya sastra dengan masyarakat dalam mempelajari karya sastra sebagai
dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial. Ada semacam potret sosial yang
bisa ditarik dalam karya sastra karena sedikit banyak dalam karya sastra tercermin
kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat pada suatu zaman (Wellek &
Warren, 1990: 122).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Wellek & Warren (1990: 111) membagi telaah sosiologis menjadi tiga
klasifikasi yaitu:
1) Sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial,
ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang.
2) Sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang karya sastra.
Dalam hal ini, yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat
dalam karya sastra tersebut dan amanat yang hendak disampaikannya.
3) Sosiologi sastra, yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh
sosialnya terhadap masyarakat.
Pertama, sosiologi pengarang. Masalah yang berkaitan dalam sosiologi
pengarang adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status
pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang
di luar karya sastra. Keterlibatan sosial, sikap dan ideologi pengarang dapat
dipelajari tidak hanya melalui karya-karya mereka tetapi juga dokumen biografi.
Pengarang adalah seorang warga masyarakat yang tentunya mempunyai
pendekatan tentang masalah-masalah politik dan sosial yang penting serta
mengikuti isu-isu zamannya (Wellek & Warren, 1990: 114).
Kedua, sosiologi karya sastra. Sosiologi karya sastra adalah pendekatan
yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat adalah
mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial.
Sebagai dokumen sosial, sastra dipakai untuk menguraikan ikhtiar sejarah sosial.
commit
to userdalam sebuah karya sastra, dunia
Setiap orang dapat meneliti sebagai
“dunia”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
cinta dan perkawinan, dunia bisnis, dunia kerohaniwan, dunia profesi, dan lainlain. Peneliti perlu menjawab secara konkret hubungan potret yang muncul dalam
karya sastra dengan kenyataan sosial, apakah karya yang dimaksudkan sebagai
gambaran yang realistis, ataukah merupakan satire, karikatur atau idealisme
Romantik. Situasi sosial memang menentukan kemungkinan dinyatakannya nilainilai estetis, tapi tidak secara langsung menentukan nilai-nilai itu sendiri. Peneliti
dapat mempelajari secara garis besar, bentuk seni yang mungkin timbul pada
suatu masyarakat, dan yang tidak mungkin timbul (Wellek & Warren, 1990: 122127).
Ketiga adalah sosiologi sastra dan masyarakat. Masalah sastra dan
masyarakat dapat diletakkan pada suatu hubungan yang lebih simbolik dan
bermakna. Peneliti dapat memakai istilah-istilah yang mengacu pada integrasi
sistem budaya dan keterkaitan antara berbagai aktivitas manusia. Istilah-istilah
tersebut misalnya keteraturan, keselarasan, koherensi, harmoni, identitas struktur,
dan analogi stilistika (Wellek & Warren, 1990: 131).
Berkaitan dengan pendekatan tersebut, penulis mengacu pada pendekatan
sosiologi karya sastra berdasarkan pemikiran Wellek & Warren, bahwa yang
menjadi pokok telaah adalah tentang yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri.
Penulis lebih mengacu pada pemikiran tersebut karena dalam pemikiran Wellek &
Warren ini menyatakan bahwa hubungan karya sastra dengan masyarakat adalah
mempelajari karya sastra sebagai dokumen sosial dan sebagai potret kenyataan
commit
to useruntuk menguraikan ikhtiar sejarah
sosial. Sebagai dokumen sosial, sastra
dipakai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
sosial. Hal ini sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini,
yakni problem-problem sosial yang digambarkan dalam kumpulan puisi Aku Ingin
Jadi Peluru karya Wiji Thukul yang merupakan sebuah dokumen sosial dan juga
potret kenyataan sosial. Problem-problem sosial dalam kumpulan puisi Aku Ingin
Jadi Peluru merupakan sebuah potret kenyataan sosial yang terjadi pada zaman
Orde Baru. Permasalahan sosial tersebut dapat diteliti dengan menggunakan teori
sosiologi sastra.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi sastra adalah
suatu telaah sosiologi terhadap suatu karya sastra (puisi). Telaah puisi yang
menggunakan pendekatan sosiologi adalah kajian terhadap puisi dengan
menggunakan pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa puisi merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kajian yang dilakukan
terhadap puisi berfokus pada segi-segi yang menunjang pembinaan dan
pengembangan tata kehidupan (Atar Semi, 1989: 46).
3. Problem-problem Sosial
Problem sosial yaitu suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau
menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga masyarakat kelompok sosial
tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial (Soerjono Soekanto,
1994: 399).
Soerjono Soekanto (1994: 406), mengemukakan beberapa problem sosial
commit
to user yaitu kemiskinan, kejahatan,
penting yang biasa terjadi dalam
masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
masalah generasi muda dalam masyarakat modern, pelanggaran terhadap normanorma masyarakat, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, dan
birokrasi. Dalam penelitian ini, akan membahas mengenai tiga masalah yang
paling menonjol yang ditemukan dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru
karya Wiji Thukul, yaitu sebagai berikut.
1) Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 1994: 406).
Arti kemiskinan menurut Emil Salim (dalam Abdulsyani, 2002: 190)
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Orang akan dikatakan di bawah garis kemiskinan bila pendapatannya tidak
cukup untuk memenuhi standar kebutuhan hidup yang pokok (makan,
pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain). Soetrisno (2001: 20) mendefinisikan
kemiskinan menyangkut kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga
miskin untuk melangsungkan dan mengembangkan kegiatan perekonomian
dalam upaya meningkatkan taraf kehidupannya.
David C. Karten (dalam Abdulsyani, 2002: 191) berpendapat, ada
kebutuhan pokok yang sulit untuk dipenuhi kaum miskin, yaitu:
a. Banyak orang miskin yang tidak mempunyai kekayaan produktif
commitmereka.
to user Berkembang dan terpeliharanya
selain kekuatan jasmani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
kekayaan tergantung pada semakin baiknya kesempatan untuk
memperoleh pelayanan umum, seperti pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan penyediaan air yang pada umumnya tidak tersedia
bagi mereka yang justru paling membutuhkan.
b. Peningkatan pendapatan kaum miskin kemungkinan tidak akan
memperbaiki taraf hidup mereka apabila barang dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak
tersedia.
Bentuk atau jenis kemiskinan berdasarkan akar penyebabnya ada dua
(Soetrisno, 2001: 21), yaitu:
a. Kemiskinan natural/alamiah, yaitu kemiskinan yang timbul akibat
terbatasnya jumlah sumber daya dan karena tingkat perkembangan
teknologi yang sangat rendah. Sehingga dalam masyarakat ini tidak
akan ada kelompok atau individu yang lebih miskin dari yang lain.
Jika ada perbedaan kekayaan dalam masyarakat, dampak
perbedaan tersebut akan diperlunak atau dieliminasi oleh adanya
pranata-pranata tradisional. Misalnya hubungan patron-klien, jiwa
gotong royong, dan sejenisnya berfungsi untuk meredam timbulnya
kecemburuan sosial.
b. Kemiskinan struktural atau buatan, merupakan kemiskinan yang
terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau
committidak
to user
kelompok masyarakat
menguasai sarana ekonomi dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
fasilitas-fasilitas secara merata. Bahkan Selo Soemardjan (dalam
Soetrisno, 2001: 22) mendefinisikan kemiskinan struktural sebagai
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena
struktur sosial masyarakat itu tidak dapat menggunakan sumbersumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang ada
perbedaan tajam antara kaya dan miskin. Ciri utama kemiskinan
struktural adalah:
 Sangat lamban atau tidak adanya mobilitas sosial vertikal.
 Adanya ketergantungan yang kuat pihak miskin terhadap kelas
sosial ekonomi di atasnya.
Adanya pemahaman kemiskinan muncul bukan sebagai sebab, tetapi
lebih sebagai akibat adanya situasi ketidakadilan, ketimpangan serta
ketergantungan dalam struktur masyarakat. Kondisi ini diistilahkan sebagai
perangkap kemiskinan yang terdiri dari lima unsur, yaitu kemiskinan itu
sendiri, kelemahan fisik, keterasingan, kerentanan, dan ketidakberdayaan.
Kelima unsur ini saling berkaitan dan merupakan jalinan interaksi yang
timbal balik, sehingga merupakan kondisi yang berbahaya dan mematikan
peluang hidup masyarakat miskin.
Dalam penelitian ini, kemiskinan yang terjadi merupakan bentuk
kemiskinan struktural atau buatan karena kemiskinan yang terjadi merupakan
commit to user
akibat dari struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara
merata, sebagai akibat dari kesewenag-wenangan dan ketidakpedulian
pemerintah terhadap rakyat kecil.
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian serangan yang meluas atau sistematik ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil, misalnya suatu rangkaian perbuatan
yang dilakukan sebagai kelanjutan kebijakan berhubungan dengan organisasi.
Kejahatan kemanusiaan dalam penelitian ini mencakup pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa dan perampasan kemerdekaan (Darwan
Prinst, 2001: 71).
a. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa yaitu
pemindahan orang secara paksa, dengan cara pengusiran atau
tindakan pemaksaan yang lain dari daerah di mana mereka
bertempat tinggal secara sah, tanpa didasari alasan yang
diingizinkan oleh hukum (Darwan Prinst, 2001: 72). Pengusiran
atau pemindahan penduduk secara paksa merupakan tindakan yang
melanggar Hak Asasi Manusia, yang mencakup:
 Pelanggaran hak milik
Setiap orang berhak mempunyai hak milik, baik sendiri
commit todengan
user orang lain demi pengembangan
maupun bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara yang
tidak melanggar hukum. Tidak seorang pun boleh dirampas
miliknya dangan sewenang-wenang dan secara melawan
hukum. Dalam pasal 36 dijelaskan bahwa hak milik
mempunyai fungsi sosial, artinya penggunaan hak milik harus
memperhatikan kepentingan umum. Apabila kepentingan
umum menghendaki atau membutuhkan benar-benar, maka hak
milik dapat dicabut sesuai dengan ketentuan perundangundangan.
Masalah pencabutan hak atas tanah diatur dalam pasal
18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960, yang menyatakan
bahwa untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa
dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas
tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak.
 Pelanggaran hak atas kehidupan yang layak
Dalam pasal 40 Undang-undang No. 39 tentang Hak
Asasi Manusia, menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
bertempat tinggal serta bekehidupan yang layak. Kehidupan
yang layak, minimal terpenuhinya kebutuhan primer seperti
pangan, sandang, dan rumah (Darwan Prinst, 2001: 31).
b. Perampasan kemerdekaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Hal ini berkaitan dengan perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang yang melanggar ketentuan atau asas-asas pokok
hukum internasional (Darwan Prinst, 2001: 32). Dalam penelitian
ini, perampasan kemerdekaan yang dimaksud adalah perampasan
kemerdekaan bersuara dan menyatakan pendapat. Hal tersebut
merupakan pelanggaran dalam hak mengajukan pendapat, sesuai
pasal 44 Undang-undang Nomor 39, yang menyatakan bahwa
setiap
orang,
baik
sendiri
maupun
bersama-sama
berhak
menyatakan pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usulan
kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang
bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan maupun dengan
tulisan.
3) Masalah generasi muda dalam masyarakat modern
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh keinginan untuk
melawan. Sikap melawan mungkin disertai dengan rasa takut bahwa
masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang (Soerjono
Soekanto, 1994: 413). Dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya
Wiji Thukul, ditemukan problem sosial mengenai sikap melawan terhadap
penguasa pada era Orde Baru.
Sikap melawan tersebut didasari karena adanya kejahatan kemanusiaan
yang dilakukan penguasa terhadap rakyat kecil, yaitu pengusiran penduduk
user perampasan tanah. Selain itu,
dengan cara penggusuruan commit
rumah toserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
perlawanan muncul akibat perampasan kemerdekaan bersuara yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap rakyat, sehingga rakyat tidak bebas mengutarakan
pendapat serta aspirasinya kepada pemerintah.
C. Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru
karya Wiji Thukul
Problem-problem sosial
dalam kumpulan puisi Aku
Ingin Jadi Peluru karya Wiji
Thukul
Respon pengarang terhadap
problem-problem sosial dalam
kumpulan puisi Aku Ingin Jadi
Peluru
Sosiologi Sastra – Sosiologi Karya Sastra
Kesimpulan
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada tahap awal, penulis menentukan objek penelitian, yaitu tujuh puisi dalam
commitkarya
to user
kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru
Wiji Thukul, antara lain Nyanyian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Abang Becak, Apa yang Berharga dari Puisiku, Kuburan Purwoloyo, Peringatan,
Bunga dan Tembok, Nyanyian Akar Rumput, dan Sajak Suara. Setelah itu,
dilakukan pemahaman sungguh-sungguh terhadap ketujuh puisi tersebut, sehingga
menemukan maksud yang terdapat di dalamnya. Penulis menganalisis ketujuh
puisi tersebut dengan teori sosiologi sastra khususnya sosiologi karya sastra. Dari
hasil analisis, penulis menemukan problem-problem sosial serta respon pengarang
terhadap problem-problem sosial dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru.
Pada tahap akhir, penulis menyimpulkan hasil penelitian dengan menunjukkan
jawaban dari kedua pokoh bahasan dalam penelitian ini.
commit to user
Download