Verena raih utang Rp1,1 triliun

advertisement
ASURANSI & PEMBIAYAAN
Bisnis Indonesia, Selasa, 22 Februari 2011
PROTEKSI
ASEI kerja sama asuransi ekspor
JAKARTA: PT Asuransi Ekspor Indonesia
(ASEI) bekerja sama dengan PT Kalibesar
Raya Utama Insurance Broker terkait
dengan asuransi ekspor PT Sinar Mas Pulp
and Paper.
Direktur Utama ASEI Zaafril Razief Amir
mengatakan kerja sama tersebut dilakukan
guna mendukung ekspor Sinar Mas ke berbagai negara, khususnya di kawasan Timur
Tengah dan Afrika.
Menurut dia, kerja sama itu memberikan
penjaminan hingga 80% terhadap seluruh
komoditas ekspor Sinar Mas, terutama
untuk kontrak pengiriman ekspor yang
tidak menggunakan dokumen kredit (letter
of credit).
“Mereka dapat melakukan ekspor tanpa
harus khawatir, karena ada penjaminan dari
kami,” katanya pada penandatanganan
kerja sama dengan PT Kalibesar Raya
Utama Insurance Broker, kemarin. (BISNIS/04)
Ekuitas BII Finance melonjak
JAKARTA: PT BII Finance Center mencatatkan kenaikan ekuitas sebesar 62%
dari Rp58 miliar pada 2009 menjadi Rp94
miliar pada 2010 seiring dengan kenaikan
pembiayaan baru.
Direktur Utama BII Finance Center
Alexander mengatakan kenaikan tersebut
didorong oleh kinerja perseroan secara
umum yang meningkat siginifikan.
Sepanjang tahun lalu, perseroan juga
membukukan laba bersih sebesar Rp34
miliar meningkat 127% dibandingkan
dengan pencapaian laba pada 2009 Rp15
miliar terkait dengan peningkatan pembiayaan baru.
“Ekuitas perseroan mendapat tambahan
sebesar Rp36 miliar atau naik 62% seiring
dengan peningkatan kinerja perseroan.
Kondisi ekonomi juga mendukung multifinance pada tahun lalu,” katanya di Jakarta,
kemarin. (BISNIS/MTS)
Sinar Mas pacu unit syariah
JAKARTA: PT Asuransi Sinar Mas membidik pertumbuhan pendapatan premi dari
unit syariah sebesar 40% menjadi Rp26,6
miliar pada tahun ini dibandingkan dengan
pencapaian pada 2010, yaitu Rp19 miliar.
Direktur Asuransi Sinar Mas Marten P.
Lalamentik mengatakan target pertumbuhan tersebut a.l. didukung oleh rencana
ekspansi bisnis perseroan pada tahun ini.
Menurut dia, ekspansi bisnis tersebut
bakal dilakukan dengan menambah sedikitnya lima kantor unit syariah baru, a.l. di
Bandung, Semarang, dan Medan. Saat ini,
Sinar Mas baru memiliki satu kantor unit
syariah.
“Kontribusi bisnis syariah kami pada 2010
masih minim, yaitu di bawah 1% dari total
premi Rp3,26 triliun,” ujarnya, baru-baru ini.
(BISNIS/04)
5
Verena raih utang
Rp1,1 triliun
Aset jadi jaminan emisi obligasi
OLEH M. TAHIR SALEH
Bisnis Indonesia
JAKARTA: PT Verena
Multifinance Tbk meraih pinjaman Rp1,1 triliun dari induk
usaha perseroan, yaitu PT
Bank Pan Indonesia Tbk guna
mendanai ekspansi penyaluran
pembiayaan pada tahun ini.
Direktur Operasional Verena Multifinance Andi Harjono mengatakan nilai
tersebut tidak berbeda jika dibandingkan dengan total plafon yang diberikan
oleh Bank Panin pada tahun lalu, yaitu
Rp1 triliun dan pada akhir tahun lalu
ditambah sebesar Rp100 miliar, sehingga
menjadi Rp1,1 triliun.
“Kami meraih plafon pinjaman Rp1,1
triliun pada tahun ini. Tahun lalu, semula kami diberi Rp1 triliun dan kemudian
ditambah. Sokongan pendanaan kami
cukup kuat,” katanya kepada pers seusai
rapat umum pemegang saham luar biasa
di Jakarta, kemarin.
Sebesar Rp1 triliun dari total pinjaman
itu diberikan melalui skema channeling.
Pembiayaan channeling merupakan
seluruh dana untuk pembiayaan berasal
dari bank, sehingga risiko yang timbul
dalam industri berada pada bank.
Multifinance hanya bertindak sebagai
pengelola dengan memperoleh imbalan
atas pengelolaan dana pembiayaan
melalui skema itu.
Adapun, sisanya sebesar Rp100 miliar
diberikan dalam bentuk pinjaman biasa
sebesar Rp75 miliar, sedangkan sisanya
Rp25 miliar dalam bentuk pinjaman
rekening koran dan dapat diambil suatu
saat jika membutuhkan.
“Bank Panin memberikan bunga kompetitif, sehingga kami dapat fokus untuk
pengembangan usaha ke depan. Seluruh
dana dalam bentuk rupiah,” kata Andi.
Selain itu, perseroan juga memperoleh
sokongan pendanaan dari bank lain,
seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk,
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI),
PT Bank Victoria International Tbk, dan
PT Bank Resona Perdania.
Meski demikian, Andi enggan menyebutkan nilai kredit yang dikucurkan
masing-masing bank tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan Verena
per 30 September 2010, terdapat lima
bank selain Bank Panin yang menyokong pendanaan perseroan, yaitu BNI,
Victoria, Resona Perdania, PT Bank Sinarmas Tbk, dan PT Bank Index Selindo
dengan total pinjaman Rp686,12 miliar.
Saat ini, katanya, perseroan menunggu pernyataan efektif dari Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan terkait dengan rencana penerbitan obligasi sebesar Rp500 miliar.
Menurut rencana, obligasi tersebut
dengan tenor 3 tahun dan diatur oleh
tiga penjamin emisi, yakni PT Mandiri
Sekuritas, PT Indo Premier Securities,
dan PT Standard Chartered Securities.
Jaminan aset
Rapat pemegang saham tersebut
menyepakati penjaminan 50% atau
seluruh aset perseroan guna penerbitan
obligasi perseroan dan pinjaman bank
pada masa mendatang.
“Penjaminan ini bukan hanya untuk
obligasi saja, termasuk pinjaman-pinjaman lain, baik dari bank, lembaga
keuangan maupun publik,” katanya.
Dia mengungkapkan data per 30
September 2010 menunjukkan aset perseroan mencapai Rp912 miliar atau naik
dari posisi per 30 September 2009, yaitu
Rp606 miliar.
Perseroan mengharapkan aset pada
tahun ini mencapai Rp1 triliun melalui
ekspansi pembiayaan yang ditargetkan
Rp2 triliun. ([email protected])
Bank Negara Indonesia
376,31
525,94
Bank Resona Perdania
23,28
84,32
Bank Victoria International
43,96
29,87
Bank Sinarmas
1
43,06
Bank Index Selindo
Total pinjaman
bank PT Verena
Multifinance Tbk
per 30 September
(Rp miliar)
0
2,91
BISNIS/ILHAM NESABANA
Sumber: Laporan keuangan Verena Multifinance
BISNIS/ENDANG MUCHTAR
PELEPASAN SAHAM:
Seorang karyawan menggunakan ponsel di depan papan
promosi PT Bank CIMB Niaga Tbk di Jakarta, belum lama ini. Bank CIMB Niaga segera
melepas seluruh kepemilikan saham pada PT Asuransi Cigna kepada Cigna Corporation
dengan nilai divestasi sekitar Rp100 miliar.
Mega Central incar
pembiayaan naik 54%
OLEH M. TAHIR SALEH
Bisnis Indonesia
JAKARTA: Dua multifinance di bawah
bendera CT Corporation milik Chairul
Tanjung yakni PT Mega Central Finance
dan PT Mega Auto Finance (MACF)
mengincar pembiayaan sepeda motor
mencapai Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun pada tahun ini.
Jumlah pembiayaan baru (booking)
tersebut meningkat 54% dibandingkan
dengan realisasi pembiayaan sepanjang
tahun lalu, yaitu Rp2,6 triliun atau melebihi target yang ditetapkan pada awal
2010 sebesar Rp2,5 triliun.
Direktur Utama MACF Wiwie Kurnia
mengatakan pencapaian pembiayaan
yang melebihi target tersebut seiring
dengan pertumbuhan industri multifinance pada tahun lalu.
“Pencapaian kami cukup baik pada
tahun lalu, karena melebihi target yang
semula dipatok Rp2,5 triliun, tetapi kami
bisa mencapai realisasi hingga di atas
target itu,” katanya di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data Bank Indonesia per
31 Desember 2010, nilai pembiayaan
multifinance untuk pembiayaan konsumen meningkat menjadi Rp130,01 triliun dari periode yang sama 2009 sebesar
Rp93,05 triliun, sedangkan total penyaluran pembiayaan mencapai Rp186,35
triliun dari Desember 2009 Rp142,53 triliun.
Wiwie mengatakan perolehan booking
Jiwasraya bidik kerja
sama dengan 20 BUMN
BISNIS INDONESIA
BISNIS/KELIK TARYONO
PENJAMINAN POLIS: Seorang pekerja melintas di pintu masuk kantor
Bapepam-LK di Jakarta, beberapa waktu lalu. Biro Perasuransian Bapepam-LK
membuka peluang perluasan fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk
melakukan penjaminan polis asuransi.
JAKARTA: PT Asuransi Jiwasraya
membidik kerja sama dengan sekitar 20
BUMN guna meningkatkan porsi korporasi menjadi 50% dari total premi pada
tahun ini.
Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman
Rahim mengatakan porsi bisnis korporasi tercatat sekitar 40%, atau lebih kecil
dibandingkan dengan bisnis ritel sekitar
60%.
Menurut dia, mayoritas perusahaan
yang telah bekerja sama dengan Jiwasraya dalam program pertanggungan
kesehatan dan kesejahteraan merupakan
BUMN.
“Kami berharap kerja sama dengan
BUMN dapat meningkat menjadi 100
perusahaan pada tahun ini,” ujarnya
kepada Bisnis, kemarin.
Hendrisman mengatakan perseroan
menargetkan pertumbuhan perdapatan
premi sekitar 19% menjadi Rp4,42 triliun pada tahun ini dibandingkan dengan
proyeksi premi pada 2010, yaitu Rp3,7
triliun.
Dia menambahkan pendapatan premi
pada 2010 tersebut tercatat mengalami
Amendemen UU asuransi terganjal
BISNIS INDONESIA
JAKARTA: Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia (AAUI) mendesak pemerintah segera mengajukan rancangan revisi UU No.
2/1992 tentang Usaha Perasuransian, terkait dengan kebutuhan pembaruan regulasi bagi industri asuransi nasional.
Rancangan UU itu belum dapat diajukan ke DPR, karena terganjal penyusunan UU Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), terkait dengan pengawasan industri asuransi.
Ketua Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia (AAUI) Kornelius Simanjuntak mengatakan
pembaruan yang mengakomodasi perkembangan industri asuransi nasional tertuang dalam
rancangan revisi UU Perasuransian.
Terkait dengan hal itu, pihaknya menilai sebaiknya rancangan
regulasi tersebut diajukan ke parlemen lebih dahulu sembari menunggu kejelasan lembaga pengawas baru pada lembaga keuangan
yang diatur dalam UU OJK.
Menurut dia, kejelasan pihak
yang akan menjadi lembaga
pengawas industri asuransi seharusnya tidak menjadi masalah.
“Jadi, tinggal disebutkan saja
dalam regulasi, yaitu Kementerian Keuangan atau lembaga
pengawas lain yang tengah dipersiapkan, yaitu OJK.”
Dia mengatakan industri menilai keseriusan mendukung pertumbuhan industri asuransi nasional tecermin dari keinginan
pemerintah untuk segera menerbitkan revisi UU Perasuransian.
“Kepentingan industri asuransi
tertuang dalam revisi UU Usaha
Perasuransian. Saya khawatir
kalau menunggu OJK yang tidak
jelas kapan diterbitkan, semua
justru tidak selesai dan industri
asuransi yang akan dirugikan,”
ujarnya, kemarin.
Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga keuangan (BapepamLK) Isa Rachmatarwata mengatakan revisi UU Usaha Perasuran-
sian saat ini sudah selesai di
tingkat Kementerian Keuangan.
Selanjutnya, regulasi itu dalam
tahap harmonisasi di tingkat
Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Isa menuturkan regulator
menginginkan aktivitas industri
asuransi menjadi lebih sehat
melalui penambahan kewenangan baru yang disesuaikan dengan
kebutuhan dalam revisi UU itu.
Dia mengatakan regulator bakal memiliki kewenangan lebih
besar untuk melakukan intervensi terhadap aktivitas usaha
setiap perusahaan, terutama dalam penyelesaian masalah.
Isa mencontohkan apabila
sebuah perusahaan dalam kondisi tidak stabil, regulator bisa
memerintahkan aksi tertentu, seperti pengalihan portofolio bisnis
dan investasi.
“Regulator tidak memiliki kewenangan memerintah perusahaan untuk melakukan aksi tertentu melalui UU asuransi, seperti dalam kasus gagal bayar Bakrie
Life. Regulator bisa bertindak le-
bih banyak, tidak hanya mendampingi nasabah, dalam UU
yang baru,” jelasnya.
Isa menuturkan revisi UU asuransi itu juga bakal memberikan
landasan hukum yang lebih kuat
bagi praktik-praktik perasuransian yang telah berkembang pesat
saat ini, terutama untuk bisnis
asuransi syariah.
Prinsip asuransi
Selain itu, revisi itu juga semakin mendekatkan pengaturan
asuransi di Indonesia dengan
standar internasional, seperti
pada penerapan prinsip-prinsip
dasar usaha asuransi.
Direktur Eksekutif Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
Stephen B. Juwono mengungkapkan revisi UU Usaha Perasuransian yang memberikan kewenangan lebih besar bagi regulator hingga intervensi aktivitas
bisnis perusahaan dinilai memiliki sisi positif dan negatif.
Aktivitas industri dapat berjalan dengan lebih baik dan selalu
dalam koridor yang benar, se-
tersebut merupakan akumulasi seimbang antara Mega Auto Finance yang
membiayai sepeda motor khusus merek
Yamaha sebesar 50% dan sisanya dari
Mega Central Finance untuk kredit motor
merek Suzuki dan Honda.
Guna mengejar target tersebut, perseroan berencana membuka sedikitnya 30
cabang baru guna memperkuat level pertumbuhan tinggi agar masuk jajaran
multifinance papan atas pada tahun ini.
Hingga saat ini, perseroan sudah memiliki total cabang sebanyak 172 cabang
yang terbesar di seluruh Indonesia.
“Langkah ini ditujukan guna ekspansi
pembiayaan baru. Kami akan masuk ke
pelosok daerah agar mampu mengakomodasi konsumen kami,” kata Wiwie
yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan
Pembiayaan Indonesia ini.
Dia mengatakan MACF tidak menggunakan bendera Mega Finance yang saat
ini menjadi nama baru dari PT Para Multifinance, meski masih dalam naungan
induk usaha yang sama.
Adapun, CT Corporation, sebelumnya
bernama Para Group, dimiliki oleh
pengusaha Chairul Tanjung dan mempunyai tiga elemen bisnis a.l. Mega Corpora,
Trans Corpora, dan CT Global Resources.
Lini bisnis duo MACF dan Mega
Finance tergabung dalam Mega Corpora
bersama dengan institusi keuangan lain
a.l. Bank Mega, Bank Mega Syariah,
Mega Life, Mega Insurance, dan Mega
Capital Indonesia.
dangkan dari sisi negatif tingkat
keahlian harus dilihat kembali,
apakah pihak yang akan ikut
campur tangan itu benar-benar
menguasai bidang itu.
“Kalau secara umum saya
lebih melihat dampak positif
agar aktivitas industri ke depan
dapat lebih baik. Namun, harus
dipertimbangkan untuk menambah tenaga tenaga ahli di Biro
Perasuransian,” katanya.
Direktur Utama PT Asuransi
Adira Dinamika Willy Suwandi
Dharma mengatakan UU Usaha
Perasuransian yang lama tidak
sesuai lagi dengan kondisi industri asuransi nasional yang mengalami banyak perubahan saat
ini.
Dia memaparkan beberapa
perubahan yang tidak diakomodasi oleh UU asuransi saat ini,
a.l. payung hukum yang kuat
untuk usaha asuransi syariah
dan keterbatasan kewenangan
regulator.
“Revisi UU Usaha Perasuransian itu akan mendukung pertumbuhan industri.” (04)
pertumbuhan sekitar 43% dibandingkan
dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp2,58 triliun.
Peningkatan pertumbuhan tersebut,
kata dia, disebabkan oleh kondisi 2009
yang relatif melemah dari tahun sebelumnya, sehingga kenaikan terlihat cukup besar ketika kondisi 2010 pulih.
Guna mencapai pertumbuhan tahun
ini, pihaknya membidik kerja sama
dengan sejumlah bank BUMN untuk
memperkuat jalur distribusi bancassurance dalam pemasaran produk asuransi
berbasis investasi (unit linked).
Dia menambahkan langkah tersebut
terkait dengan kontribusi unit linked
perseroan yang masih perlu digenjot,
yaitu 13,5%, atau sekitar Rp500 miliar
dari total premi 2010.
“Akhir-akhir ini, unit linked cenderung
menjadi pendorong premi industri asuransi jiwa, karena banyak diminati
masyarakat,” jelasnya.
Hendrisman menyatakan perseroan
membidik pertumbuhan laba mencapai
75% menjadi Rp350 miliar pada tahun
ini dibandingkan dengan proyeksi perolehan pada akhir 2010 sebesar Rp200
miliar. (04)
Download