BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham sudah sering dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda-beda. Namun, dapat disimpulkan bahwa variabel makroekonomi yang digunakan di dalam penelitian (Hondroyiannis dan Papapetrou, 2001; Ewing, 2002; Nishat dan Shaheen, 2004; Dritsaki, 2005; Hosseini, Ahmad, dan Lai, 2011) mempunyai pengaruh jangka pendek maupun jangka panjang terhadap harga saham. Di Indonesia penelitian (Triayuningsih, 2003; Widodo, 2011; Wijayanti, 2013; Octafia 2013) juga menunjukan adanya pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham. Salah satu variabel makroekonomi yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi. Inflasi akan menyebabkan peningkatan harga barang, sehingga mengakibatkan daya beli masayarakat menurun. Menurut Nugroho (2008), inflasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan perekonomian memburuk, sehingga akan berdampak pada turunnya keuntungan suatu perusahaan yang mengakibatkan pergerakan harga saham menjadi kurang kompetitif. Penelitian Ewing (2002), Nishat dan Shaheen (2004), dan Sohail dan Hussain (2009), menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham. Penyebabnya inflasi mempengaruhi real cost of borrowing dan real return from lending, sementara inflasi yang tidak terantisipasi menyebabkan volatilitas 1 dan ketidakpastian harga dimasa depan yang mungkin akan menaikkan biaya dari barang atau jasa. Penelitian yang dilakukan Hondroyiannis dan Papapetrou (2001), Ewing (2002), dan Nishat dan Shaheen (2004), mengungkapkan bahwa suku bunga akan berpengaruh secara negatif terhadap harga saham. Kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya beban perusahaan yang lebih lanjut akan menurunkan harga saham. Nugroho (2008), mengungkapkan bahwa jika terjadi kenaikan suku bunga masyarakat akan cenderung mengalihkan investasinya ke tabungan maupun deposito. Indikator makroekonomi lainnya yang berpengaruh pada harga saham adalah nilai tukar. Dalam penelitiannya Sohail dan Hussain (2009), mengemukakan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap Lahore Stock Exchage (LSE25). Hal ini terjadi karena seiring dengan meningkatnya nilai tukar atau menurunya nilai mata uang domestik, itu merupakan sinyal yang positif bagi perusahaan yang bergerak di sektor ekspor sehingga akan meningkatkan pendapatan dari perusahaan tersebut dan menaikan harga sahamnya. Penelitian Nugroho (2008), juga menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap indeks LQ45 pada periode pengamatan 2002-2007. Keadaan tersebut terjadi karena Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas kurs sehingga tidak berdampak pada pasar saham. Indikator nilai tukar merupakan gambaran dari stabilitas perekonomian suatu negara, negara yang memiliki stabilitas perekonomian yang bagus dapat dinyatakan dengan mata uang yang stabil pergerakannya. 2 Indikator perekonomian lainnya yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan perubahan jumlah uang beredar. Menurut Nishat dan Shaheen (2004), hubungan jumlah uang beredar dengan harga saham harus diteliti lebih lanjut. Di satu sisi jumlah uang beredar dapat dikaitkan berinteraksi secara positif dengan pertumbuhan inflasi yang berakibat kurang baik terhadap harga saham. Di sisi lain peningkatan jumlah uang beredar dapat diinterpretasikan sebagai salah satu stimulus prekonomian yang akan menghasilkan peningkatan arus kas perusahaan (corporate earnings effect) dan meningkatkan harga saham. Selain indikator makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar yang berpengaruh atas harga saham terdapat indikator lain yang tidak kalah penting yang diduga dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. Indikator ini mengukur tingkat aktivitas ekonomi riil yang terjadi dalam perekonomian. Aktivitas ekonomi riil berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa serta pemanfaatan sumber daya lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti menunjukan pergerakan aktivitas ekonomi yang terjadi secara menyeluruh dalam suatu perekonomian. Aktivitas ekonomi riil biasanya diukur dengan menggunakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), data pertumbuhan PDB Indonesia dapat dilihat di Gambar 1.1. Namun data PDB hanya terdapat triwulanan dan tahunan. Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk mengukur aktivitas ekonomi riil digunakan industrial production index. Indeks ini mengukur nilai output produksi riil dengan tahun dasar tertentu, dengan tidak mengikut sertakan harga sehingga tidak terdapat efek distorsi dari inflasi. 3 Grafik 1.1 Data Pertumbuhan GDP Indonesia 3 000 000.0 2 770 345.1 2 618 938.4 2 464 566.1 2 314 458.8 2 000 000.0 2 178 850.4 2 082 456.1 1 964 327.3 1 847 126.7 1 750 815.2 1 500 000.0 1 656 516.8 2 500 000.0 1 000 000.0 500 000.0 0.0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Produk Domestik Bruto Sumber: Badan Pusat Statistik (2015) Menurut Ardiansyah (2011), nilai industrial production index merupakan suatu ukuran murni dari output, sehingga memiliki nilai yang mendekati nilai PDB riil. Industrial production index mengukur perubahan volume produksi yang terjadi dari berbagai sektor produksi dari waktu ke waktu, volume yang diukur hampir meliputi seluruh sektor (kecuali pertanian dan jasa) yaitu pertambangan dan penggalian, manufaktur, listrik, gas, dan konstruksi. Kebanyakan industri yang bergerak dalam sektor riil juga melakukan listing di pasar modal untuk menambah aliran modal mereka. Sehingga dapat dikatakan nilai dari industrial production juga mencerminkan tingkat aktivitas yang terjadi di perusahaan tersebut. Industrial production index dapat menjadi sebuah informasi yang digunakan investor untuk menentukan di perusahaan mana 4 dia akan melakukan investasinya, tentunya pada perushaan yang memiliki kinerja baik dan memiliki pertumbuhan yang berkepanjangan. Menurut Sohail dan Hussain (2009), dalam penelitiannya yang dilakukan di Pakistan untuk mengetahui hubungan variabel makroekonomi dengan harga saham di LSE25. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa industrial prduction index salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham di LSE25 selain consumer price index, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar. Hosseini dkk. (2011), melakukan penelitian terhadap pengaruh industrial production index terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa industrial production index mempengaruhi harga saham di India secara positif, karena meningkatnya aktivitas perusahaan akan berimbas pada harga saham melalui respon atas dividen yang dibagikan. Namun pada penelitian yang juga dilakukan Hosseini dkk. (2011) di Cina menemukan hasil yang berlawanan, di mana industrial production index berpengaruh secara negatif terhadap harga saham di Cina. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan produktivitas modal riil menyebabkan peningkatan atas ekspektasi output yang diharapkan oleh investor namun ekspektasi tidak dapat tercapai. Karamustafa dan Kucukkale (2003), melakukan penelitian terhadap hubungan antara industrial production index dengan harga saham. Hasil penelitian tersebut memperoleh kesimpulan bahwa harga saham dapat dijelaskan oleh variabel tersebut secara signifikan. Hal tersebut terjadi karena pemerintahan Turki melakukan banyak program stabilisasi dalam rangka membantu peningkatan industri produksi dan ekspor 5 Mengetahui hubungan sebab akibat dan interaksi antara variabel makroekonomi dan harga saham merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan agar dapat melindungi investor di pasar saham (Sohail dan Hussain, 2009). Salah satunya saat mengontrol inflasi dengan menetapkan suku bunga sebagai salah satu alat moneter untuk mengendalikan permintaan dan penawaran uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Bagi investor memahami hubungan tersebut akan membantu mereka dalam mengidentifikasi resiko pasar agar dapat melakukan diversifikasi portfolio untuk meningkatkan return dengan tingkat resiko yang sama (Hosseini dkk, 2011) Atas dasar tersebut dalam penelitian ini akan difokuskan untuk mencari hubungan variabel makroekonomi yakni industrial production index terhadap harga saham. Serta menggunakan indikator inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar sebagai variabel kontrol untuk membantu menjelaskan pengaruh variabel makroekonomi secara keseluruhan terhadap harga saham. Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukan pergerakan saham. Indeks berfungsi sebagai trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Menurut Halim (2006), indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabale yang berpengaruh terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Beberapa diantara saham yang diperdagangkan pada pasar modal indonesia terdapat klasifikasi 45 jenis saham blue chip dan liquid yang disebut LQ45. 6 Pemilihan indeks LQ45 sebagai indikator pergerakan harga saham yang terjadi dikarenakan saham yang termasuk dalam LQ45 ini adalah 45 saham unggulan berdasarkan kapitalisasi pasar terbesar. Tujuan memilih saham dengan volatilitas yang tinggi ialah dengan tingginya volume transaksi menunjukan saham tersebut aktif diperdagangkan sehingga akan lebih merefleksikan berbagai informasi yang ada di pasar. Pengambilan sample data akan dibatasi selama 3 tahun yaitu data bulanan sejak Januari 2011 - Desember 2013. Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan akan diketahui apakah variabel makroekonomi yakni industrial production index mempengaruhi pergerakan indeks LQ45. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian terhadap variabel marko ekonomi dan respon terhadap pergerakan indek harga saham telah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai variabel makroekonomi. Untuk itu penelitian ini akan berfokus pada respon dan hubungan industrial production index dan indeks harga saham. Sehingga secara ringkas permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana pengaruh variabel makroekonomi yakni industrial production index dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap pergerakan indeks LQ45. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi yakni industrial production dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap pergerakan indeks LQ45. 7 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana dampak dari variabel makroekonomi yakni industrial production index dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap pergerakan indeks LQ45. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pengambil keputusan, investor, dan akademisi sebagai salah satu bahan referensi dalam pengambilan keputusan terkait. 8