MARKETING 13 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 24 April 2011 Retro brand kembali bernostalgia R IIN MAYASARI Dosen Program Studi Manajemen Universitas Paramadina Jakarta Pertanyaan, saran, kritik, dan komentar dapat disampaikan ke redaksi melalui: [email protected], www.bisnis.com, dan [email protected] etro brand merupakan merek atau produk yang dianggap sukses pada masa lalu dan dipersepsi memiliki citra positif di benak konsumen. Merek ini ada dalam memori konsumen sehingga bisa teringat kembali apabila merek ini dimunculkan oleh perusahaan. Retro brand yang bisa kita lihat saat ini, misalnya, banyak berasal dari otomotif seperti merek dari VW Beatle, Mini BMW, Bugati Royale, dan sejumlah merek lainnya. Retro brand yang merupakan permainan, misalnya, Rubik Cube. Begitu juga dengan retro brand dari produk fashion dan makanan. Bahkan maskapai Garuda, juga meluncurkan retro brand- Brand Logo 1961-1969. Retro brand dalam perspektif pemasaran adalah bisa dianggap sebagai tren. Tren merupakan perubahan dalam periode tertentu dan relatif bisa diprediksi perkembangannya. Lingkungan sosial dan konsumen selalu berubah terus-menerus. Pemahaman yang baik mengenai perubahan dan cara untuk mengidentifikasi perubahan yang membawa dampak jangka panjang akan membantu perusahaan menjadi pemasar yang lebih baik dan menciptakan keunggulan kompetitif dalam industrinya. Perubahan ini seharusnya dipahami dengan baik karena akan memberikan kesempatan kepada perusahaan. Perusahaan dalam memahami retro brand sebagai tren akan membawa implikasi pada pengembangan produk yang baik dan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan strategi positioning dan promosi yang baik. Pemahaman awal yang baik dari berbagai macam data akan mampu membantu perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran. Retro brand dianggap berhasil untuk dikembangkan saat ini karena sejumlah faktor yang mendorong. Faktor yang mendorong berasal dari konsumen itu sendiri dan dari pemasar retro brand. Kalau dilihat dari sisi konsumen, ada sejumlah faktor yang mendorong. Pertama, perkembangan demografi menunjukkan konsumen yang ada saat ini pernah mengalami fase yang “menyenangkan” dan “membahagiakan” pada masa kecilnya. Oleh karena itu, konsumen menginginkan sesuatu yang pernah dialami bisa dirasakan kembali. Terlebih, saat ini konsumen mungkin didukung dengan kemampuan atau daya beli yang jauh lebih besar sehingga keinginan tersebut bisa muncul. Kedua, konsumen ingin merasakan pengalaman yang dulu karena pengalaman yang dulu bisa memberikan kebahagiaan, ketenangan dan mampu mereduksi tekanan stres kehidupan saat ini. Konsumen merasakan bahwa pengalaman masa lalu merupakan sesuatu yang jauh lebih indah sehingga menginginkan suasana yang lalu untuk bisa hadir kembali pada masa sekarang. Ketiga, konsumen menginginkan untuk kembali pada masa lalu karena ada aspek kepemilikian yang sentimentil dan representasi simbolik. Berdasarkan teori identitas sosial, individu yang berkeinginan membeli retro brand karena ingin menunjukkan identitas diri sebagai kepribadian unik dan memiliki karakter berbeda daripada konsumen lainnya (Sierra & McQuitty, 2007, pada artikel Attitudes and Emotions as Determinants of Nostaliga Purchases: An Application of Social Identity Theory, dalam Journal of Marketing Theory and Practice, vol 15: 2). Identitas bahwa Perusahaan dalam memahami retro brand sebagai tren akan membawa implikasi pada pengembangan produk yang baik. kepercayaan diri, kebanggaan, dan rasa senang dalam diri konsumen yang menggunakannya. Dari sisi pemasar, ada sejumlah aspek yang mendorong retro brand bisa diterima oleh konsumen. Retro brand memiliki aspek otentik yang tidak bisa lekang oleh waktu. Selain retro brand memiliki perubahan dalam desain bahkan teknologi, tetapi aspek otentik masih melekat pada merek yaitu memiliki kombinasi antara klasik dan kontemporer sesuai dengan zamannya. Retro brand juga dianggap sebagai kemampuan perusahaan untuk menggabungkan kesuksesan masa lalu dan kesuksesan masa sekarang. Pemasar bisa mengembangkan strategi pemasaran retro brand melalui penggunaan komunitas tertentu. Komunitas retro brand banyak ditemui dalam media sosial Facebook. Dengan memanfaatkan komunitas ini, pemasar dapat mengenalkan produk dengan baik. Penerimaan dalam komunitas ini jauh lebih mudah karena konsumen dalam komunitas ini bisa mengingat masa lalu dan menikmati apa yang pernah dialami pada masa lalu serta bahkan ditularkan kepada anak dan keluarga. Konsumen juga memberi inspirasi pada kelompok lain mengenai penggunaan merek. Selain itu pemasar juga menginginkan bahwa merek yang dimiliki bertahan lama. Dengan bertahannya merek di pasar, maka profitabilitas merek individu juga semakin bertahan BISNIS/ADI PURDIYANTO memiliki karakter lama. Oleh karena itu, tertentu bisa diwujudkan pemasar berusaha untuk dalam bentuk keinginan memiliki retro brand membuat mereknya memiliki aspek keunikan yang berupa kesempatan atau event spesial dan harus mencakup aspek yang menonjol misalnya liburan, kumpul bersama keluarga dibandingkan dengan merek yang lain. sebagai suatu tradisi; kepemilikan barang Dengan adanya merek yang unik ini, maka misalnya produk mobil, baju, album foto akan mudah disimpan dalam memori bahkan film. konsumen. Selain itu, merek bisa menjadi retro Oleh karena itu, penawaran film dalam brand adalah merek yang masih bisa relevan bentuk trilogi pada DVD menjadi laris saat ini sepanjang masa dan tidak lekang oleh waktu. karena sejumlah konsumen ingin menikmati Hal ini disebabkan oleh adanya aspek otentik pengalaman masa lalu pada masa sekarang. yang selalu melekat pada merek. Dengan menunjukkan kepemilikian retro brand Pemasar juga berusaha untuk membuat tersebut, seseorang akan dianggap sebagai merek menjadi eksklusif. Dengan demikian, konsumen yang memiliki citra, dan memiliki merek tersebut tidak menjadi merek pasaran. kemampuan untuk memilih barang “berkelas Merek tersebut memiliki ciri-ciri tertentu dan pada zamannya”. Hal ini akan menciptakan bisa dinikmati oleh kalangan tertentu.