2025, ASEAN Jadi Lima Besar Ekonomi Dunia John Riady: MEA Batu Loncatan Bersejarah JAKARTA. Sepuluh tahun dari sekarang, ASEAN dipercayai bisa menjadi lima besar dengan perekonomian terbesar di dunia. Pasalnya, Perdagangan antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah berperan jauh lebih baik, ASEAN pun sudah menjadi tujuan terpenting bagi ekspor dan impor. Bahkan, untuk penanaman modal asing. “ASEAN 10 tahun (tahun 2015) ke depan bisa jadi pemain utama. Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Jepang lalu ASEAN akan dominan perannya di perekonomian dunia,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam salah satu diskusi World Economie Forum on East Asia dengan tema ASEAN”s Global Impact di Jakarta, Selasa (21/4). Data World Bank, The World Factbook, dan International Monetary Fund mencatat perubahan konstelasi kekuatan ekonomi terbesar dunia. Pada 2013, Uni Eropa dengan produk domestik bruto (PDB) US$ 17,96 triliun menjadi kekuatan ekonomi terbesar. Amerika Serikat menyusul dengan PDB US$ 16,77 triliun, diikuti Tiongkok US$ 9,24 triliun dan Jepang US$ 4,92 triliun. Sementara itu, PDB Asean US$ 2,41 triliun, degnan kontribusi Indonesia sekitar US$ 0,89 triliun (37%). Sedangkan total PDB dunia mencapai US$ 75,62 triliun, dengan penduduk 7,1 miliar. Namun, tahun ini, PDB AS diproyeksikan menjadi nomor satu sebesar US$ 18,12 triliun seiring pertumbuhan ekonominya yang mulai menguat. Uni Eropa akan menjadi nomor dua karena krisisnya masih berkepanjangan, dengan PDB di perkirakan US$ 16,45 triliun. Tiongkok menyusul dengan proyeksi US$ 11,21 triliun dan Jepang US$ 4,21 triliun. Sedangkan Indonesia diperkirakan US$ 0,90 triliun. Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara (MEA), sambungnya meski belum secara penuh diberlakukan namun sebenarnya sudah ada prakteknya meski masih terbatas, misalnya dalam hal perdagangan barang dan jasa. Hal senada dikatakan Chairman Serge Pun and Associates Myanmar Global Agenda Council on Transparency and Anti Corruption Serge Pun, “Saya rasa kekuatan ASEAN sudah banyak dan ASEAN yang kami kenal dulu beda dengan awal insepsi ASEAN. Dua tahun lalu orang tak percaya semua terjadi, tapi yakinilah masa depan ASEAN cerah,” tegasnya. Minister of Finance of Filipina Cesar V Purisima menambahkan, ASEAN tengah menuju pusat pergadangan. Apalagi kawasan ini didukung oleh populasi terbesar ketiga di dunia. Sehingga, menjadi top five hanya menunggu waktu yang tepat. Tapi, ini semua juga tergantung oleh pemerintah dan para pengusahanya. Lebih lanjut, terintegrasinya negara-negara di Asia Tenggara, menjadi daya tarik bagi India untuk menjadikan ASEAN sebgai mitra bisnisnya. Chairman The Godrej Group, Godrej Industries India Adi B Godrej menyebutkan, perekonomia India saat ini berjalan dengan baik, bahkan menjadi yang tercepat di dunia, dengan mengalahkan Tiongkok pada tahun lalu. Ditargetkan pula bisa bertumbuh double digit di tahun-tahun mendatang. “Dengan pertumbuhan ekonomi India, kami harap ASEAN bisa jadi mitra bisnis yang bagus untuk investasi. Oleh karena itu, kami harap integrasi di ASEAN terus kuat,” katanya. Diakuinya, tidak semua negara di Asia Tenggara merupakan negara kuat, maka dari itu harus ada kerjasama yang baik diantaranya negara-negara di kawasan tersebut. Cesar V Purisima menuturkan, dalam hal elektronik sebenarnya sudah ada integrasi yang baik. Padahal, 15 tahun lalu hampir 70% ekspornya terancam hilang karena ak punya pabrikasi. Namun, karena adanya integrasi, maka negara ASEAN lainnya yang punya pabrikasi bisa saling bantu untuk mendapatkan keuntungan bersama. “ini keindahan dari integrasi. Kita menyatukan masing-masing kelebihan untuk mendapatkan keuntungan. Jadi, sebagian peperangan sudah mulai dimenangkan, contoh dalam elektronik,” katanya. Bambang Brodjonegoro mengatakan, dalam produksi manufaktur sekarang sudah lebih leluasa. Di mana, jika ingin memproduksi televisi dengan merek dalam negeri itu bisa saja dilakukan meski suku cadangnya berasal dari negara lain. “Persepsi jika ingin produksi televisi tapi semuanya harus dibikin di Indonesia, itu sudah kuno. Kia sudah bisa bikin produksi sendiri meski supply chain-nya dipenuhi dari negara lain,” ungkap dia. Perkuat ASEAN Dalam World Economic Forum (WEF) Asia Timur yang diselenggarakan di Jakarta 19-21 April 2015, setidaknya ada tiga poin yang disepakati bersama oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini. Pertama, ASEAN berkomitmen untuk memperkenalkan common visa yang berlaku di regional. Common visa tersebut mirip dengan kebijakan Schengen Area oleh Uni Eropa. Dengan kebijakan tersebut, jumlah pengunjung ASEAN diharapkan semakin bertambah. Kedua, ASEAN berniat memperkuat institusi sekretariat. Saat ini, modal kerja institusi itu per tahun hanya sebesar US$ 14 juta atau relatif kecil dibandingkan dengan tugas dan kewajiban yang diemban. “Institusi tersebut harus diperkuat supaya bisa menjalankan tugas-tugas mereka, terutama dalam bidang implementasi kebijakan. Masih harus ada diskusi lebih jauh terkait porsi pendanaan institusi ASEAN yang akan dilakukan negara anggota. Pendanaan bisa dibagi rata atau disesuaikan secara proporsional berdasarkan PDB masing-masing negara,” kata Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady usai acara WEF Asia Timur 2015 di Jakarta, Selasa (21/4). Ketiga, lanjut dia, negara ASEAN peserta WEF sepakat untuk meningkatkan branding. Misalnya, dengan mewajibkan kedutaan besar Negara ASEAN di manapun memasang bendera ASEAN. Hal ini meniru strategi banding yang juga dilakukan Uni Eropa. John mengatakan, Indonesia dan negara-negara ASEAN lain percaya bahwa 2015 merupakan batu loncatan bersejarah, dengan diberlakukannya MEA. Dia berharap, kerja sama antara semua pihak-- baik pemerintah, perusahaan swasta, NGO, dan rakyat-- semakin erat. “Semua negara anggota sangat optimistis terhadap perkembangan kawasan ini. Sekarang, yang penting adalah follow up dan implementasi yang harus dikaji lebih jauh,” ucap dia. Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin menilai, pertemuan WEF Asia Timur 2015 di Jakarta telah berhasil meningkatkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. Menurut dia, sambutan para investor asing sejauh ini positif. “Kekuatan dari WEF adalah informalitasnya. Acara terkesan sangat santai, tapi justru ini meningkatkan kenyamanan orang untuk saling berkomunikasi, untuk percaya,” kata Budi. Koran SUARA PEMBARUAN, Rabu 22April 2015