BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.¹⁰ Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:¹⁰ a. Tahu (know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu. b. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. c. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk tertentu yang baru. Universitas Sumatera Utara f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.¹⁰ 2.2 Anestesi Lokal Penggunaan larutan anestesi lokal dalam prosedur perawatan gigi lazim digunakan. Larutan anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf. Larutan anestesi lokal yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, memiliki batas keamanan yang luas, mula kerja harus cepat, masa kerja sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dalam prosedur perawatan gigi, serta tidak memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal harus selalu larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.¹¹ 2.2.1 Definisi Bahan Anestesi Lokal Bahan anestesi lokal adalah substansi atau bahan yang dapat menimbulkan mati rasa setempat atau terbatas dengan cara memblokir konduksi impuls sehingga hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu bagian tubuh tanpa menekan tingkat kesadaran. Anestesi lokal bekerja dengan menghalangi masuknya ion natrium ke dalam saluran saraf, sehingga mencegah peningkatan sementara permeabilitas membran saraf untuk natrium yang diperlukan untuk potensial aksi terjadi.12 2.2.2 Sifat Ideal Bahan Anestesi Lokal Bahan anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, bahan anestesi lokal mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi atau transmisi dari beberapa impuls, artinya bahan anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot. Universitas Sumatera Utara Bahan anestesi lokal yang ideal yaitu: 2,13 • Memiliki mula kerja yang cepat. • Durasi kerja yang cukup panjang. • Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. • Batas keamanan harus lebar, karena anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. • Anestetikum juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan. 2.2.3 Jenis Obat Anestesi Lokal Berikut ini merupakan pembagian anestesi lokal secara garis besar, yaitu: I. Golongan obat anestesi lokal berdasarkan senyawa kimia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan ester dan golongan amida. a. Golongan Ester Golongan ester merupakan golongan yang mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya cepat hilang. Golongan ester (-CO-) yaitu: 3,14 1. Kokain 2. Benzokain (ametikain) 3. Ametokain 4. Prokain (novokain) 5. Tetrakain (pontokain) 6. Kloroprokain (nesakain) b. Golongan Amida Golongan ini merupakan golongan anestetik lokal yang banyak dipakai, mungkin karena alergenisitasnya yang relatif kurang. Golongan amida merupakan golongan yang tidak mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya lama. Berikut ini merupakan pembagian jenis anestesi lokal berdasarkan golongan amida (-NCH-): 3,14 1. Lidokain (xylokain, lignokain) 2. Mepivakain (karbokain) Universitas Sumatera Utara 3. Prilokain (sitanes) 4. Bupivakain (markain) 5. Etidokain (duranes) 6. Artikain 7. Dibukain (nuperkain) 8. Ropivakain (naropin) 9. Levobupivakain (chirocaine) Perbedaan senyawa kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudokolinesterase di plasma sedangkan golongan amida terutama melalui degradasi enzimatis di hati. 11 II. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan potensi dan lama kerja dibagi menjadi 3 grup, yaitu: 15 a. Grup I memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat (Short – Acting) Contoh : Prokain. b. Grup II memiliki potensi dan lama kerja sedang (Medium – Acting) Contoh : Lidokain, mepivakain dan artikain. c. Grup III memiliki potensi kuat dengan lama kerja panjang (Long – Acting) Contoh : Tetrakain, bupivakain dan ropivakain. III. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan mula kerjanya, dapat dibagi menjadi: a. Mula kerja relatif cepat Contoh : Artikain, mepivakain, prolikain, lidokain. b. Mula kerja sedang Contoh : Bupivakain, ropivakain, tetrakain, prokain. Universitas Sumatera Utara Obat-obat anestesi lokal terdiri dari: 1. Kokain Merupakan zat anestesi lokal yang didapat dari alam. Saat ini penggunaan kokain sudah mulai jarang karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi, iritasi jaringan, kestabilan larutan dalam air rendah dan dapat menyebabkan kecanduan berat.15 2. Prokain Rumus kimianya adalah 2-diethylaminoethyl 4-amino-benzoate. Obat anestesi ini merupakan anestetik lokal suntikan yang pertama kali dibuat. Nama dagangnya adalah Novocaine. Selama sekitar 50 tahun, prokain merupakan obat anestetik lokal satu-satunya yang dapat diperoleh di pasaran sampai keluarnya lidokain pada tahun 1940. Prokain tidak efektif secara topikal, namun digunakan dalam anestesi infiltrasi, blok, spinal dan kaudal. Obat ini juga digunakan secara intravena dalam pengobatan aritmia jantung dan serangan epilepsi serta sebagai agen antifibrilasi.14 3. Artikain Artikain memiliki cincin thiophene sebagai pengganti ikatan benzene, yang berperan dalam meningkatkan liposolubilitas atau kelarutan yang tinggi terhadap lemak. Hal ini sangat penting, sebab semakin tinggi solubilitas suatu zat terhadap lemak, maka semakin tinggi pula potensi dan kemampuan difusi zat tersebut pada daerah terinjeksi dan zat tersebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menembus membran lipid dari epineurium.11 4. Mepivakain Mepivakain ( mepivacaine ) ( nama dagang Carbocaine, Polocaine, Isocaine ) adalah suatu derivat xylidine, I-methyl 2’, 6’-pipecoloxylidide hydrochloride. Obat ini ditemukan oleh A.F. Ekenstam pada tahun 1957 dan diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi pada tahun 1960 sebagai larutan 2% ditambah levonordefrin (vasokonstriktor). Di tahun 1961 ke luar sebagai larutan 3% tanpa vasokonstriktor. Kecepatan onset, durasi potensi dan toksisitasnya sama dengan Lidokain. Tidak dijumpai adanya cross-allergenicity antara mepivakain dan obat golongan ester atau Universitas Sumatera Utara golongan obat amida yang lain. Obat ini dimetabolisme di dalam hepar dan dieksresikan melalui ginjal dengan 1-16 persennya dieksresikan tanpa perubahan. 14 Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok, spinal, epidural dan kaudal. Dalam kedokteran gigi yang biasa dipakai adalah larutan 2% dengan levonordefrin ( Neo-Cobefrin ) 1 : 20.000. Karena mepivakain menimbulkan lebih sedikit vasodilatasi dibandingkan lidokain, obat ini bisa digunakan dalam larutan 3% tanpa vasokonstriktor untuk prosedur yang pendek.14,15 5. Lidokain Lidokain adalah anestetik lokal golongan amida derivate xylidine, dengan formula kimia 2-diethylamino 2’ , 6-acetoxylidine hidrochloride. Obat ini dipasarkan dengan nama dagang Xylocaine atau Octacaine. Mulai diperkenalkan oleh Nels Lofgren di tahun 1943, dan disetujui pemakaiannya oleh Food and Drug Administration (FDA) yaitu suatu badan pengawas obat dan makanan di Amerika.14 Onset obat ini tergolong cepat (2-3 menit), karena cenderung menyebar dengan baik ke seluruh jaringan. Lidokain 2% dengan vasokonstriktor memberikan anestesia yang dalam dengan durasi medium. Pengenceran vasokonstriktor umumnya disebut sebagai rasio. Dosis maksimum vasokonstriktor dinyatakan dalam satuan milligram atau lebih umumnya dinyatakan dalam mikrogram dan diinterpretasikan sebagai berikut yaitu 1 gram epinefrin di dalam 100.000 ml pelarut.16 Metabolisme lidokain berlangsung di hati menjadi monoethylglyceine dan xylidide. Xylidide adalah suatu anestetik lokal yang sangat toksik. Lidokain diekskresikan melalui ginjal dengan 10 persennya tidak mengalami perubahan. Sifat vasodilator lidokain tidak sebesar prokain namun lebih kuat daripada prilokain atau mepivakain. Potensi anestesia dan toksisitas lidokain lebih besar dibandingkan prokain.14,15 6. Tetrakain Merupakan turunan prokain. Kekuatannya 10 kali lebih kuat dari prokain, masa anestesinya lebih panjang dan tetrakain dapat digunakan dengan aman. Dengan zat anestetik ini para ahli anestesi dapat memperoleh anestesi spinal yang aman dan bisa diprediksi sebelumnya. Tetrakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, Universitas Sumatera Utara anestesi topikal, epidural dan spinal. Tetrakain merupakan salah satu paling efektif dalam anestesi topikal, tetapi dalam penggunaannya pada permukaan perlu dilakukan secara berhati-hati karena dapat menimbulkan potensi toksik.15 7. Prilokain Prilokain merupakan derivat amida yang mempunyai formula kimia dan farmakologinya mirip dengan lidokain dan mepivakain, tetapi awal kerja dan masa kerjanya lebih lama daripada lidokain. Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidokain namun anastesi yang ditimbulkan tidaklah terlalu dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan lidokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat. Efek vasodilatasinya lebih kuat daripada mepivakain tetapi lebih lemah daripada lidokain. Prilokain diekskresikan terutama melalui ginjal dan konsentrasi efektif guna pemakaian dalam kedokteran gigi adalah 4%.14,15 8. Bupivakain Bupivakain merupakan turunan dari mepivakain dengan kekuatan 3 kali lebih kuat. Masa kerjanya panjang sehingga digunakan untuk operasi yang membutuhkan waktu yang lama. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, epidural dan spinal. Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain dan prilokain yang sangat kurang toksik dibandingkan dengan lidokain dan mepivakain.14,15 9. Etidokain Merupakan zat anestetik lokal yang terbaru. Kekuatan 4 kali lidokain. Zat anestetik ini masa kerjanya panjang dan digunakan untuk anestesi epidural. Etidokain diekskresikan melalui ginjal.16 2.3 Dosis Maksimum Pemberian Anastesi Lokal Dosis maksimum untuk anestesi lokal adalah antara 70 mg sampai 500 mg untuk berat badan pasien rata-rata 70 kg. Pemberian dosis maksimum tergantung pada usia, berat badan, kesehatan pasien, jenis larutan yang digunakan dan apakah vasokonstriktor digunakan atau tidak. Agen-agen anestesi didistribusikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan toksisitas sehingga anestesi memproduksi kualitas. Universitas Sumatera Utara Obat analgetik lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap jenis obat analgetik lokal dicantumkan dosis maksimumnya.16 Pemberian dosis anestesi lokal yang tepat berdasarkan jenis anestesinya : 1. Lignokain (Lidokain) Dosis maksimum lidokain jangan > 7.0 mg/kg. Efek sampingnya toksisitas kardiak lebih rendah dibandingkan bupivakain. Pada prakteknya, dosis ini sama dengan dosis dewasa 8-10, jauh melebihi dosis yang biasa digunakan pada satu kunjungan, karena dosis satu ampul cartridge biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional. 1,16 Dosis maksimum yang dianjurkan untuk lidokain di negara-negara Eropa adalah 200 mg tanpa epinefrin (European Pharmacopoeia) dan di Amerika Serikat adalah 300 mg. Dosis lidokain ini mungkin tidak cukup untuk prosedur anestesi regional pada orang dewasa. Dalam kedua Eropa dan Amerika Serikat, 500 mg lidokain diperbolehkan jika ditambahkan epinefrin (5g/mL).17 Malamed menganjurkan dosis lidokain 3,6 mg/Ib (7,0 mg/kg) dengan atau tanpa zat vasokonstriktor.16 2. Mepivakain Dosis yang digunakan jangan melebihi dosis maksimal 6,6 mg/kg berat badan. Satu ampul cartridge biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional. Biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan penambahan adrenalin 1 : 20.000.1 Menurut Malamed, dosis untuk mepivakain adalah 3,0 mg/Ib (6,6 mg/kg) dosis jangan melebihi dari 400 mg. 16 3. Artikain Untuk orang dewasa sehat, dosis umum yang direkomendasikan adalah 20100 mg artikain HCl dalam 0,5-2,5 ml untuk infiltrasi, 20-136 mg artikain HCl dalam 0,5-3,4 ml untuk blok saraf, dan 40-204 mg artikain HCl dalam 1,0-5,1 ml untuk prosedur bedah mulut. Dosis maksimum artikain HCl yang diberikan secara infiltrasi submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7 mg/kg (0,175 ml/kg). 11,16,18 Universitas Sumatera Utara 4. Bupivakain Dosis yang diijinkan FDA untuk penggunaan bupivakain adalah 2,0 mg. Rekomendasi irasional untuk bupivakain di Kanada adalah diterbitkan maksimum dosis 2,0 mg/kg atau 0,9 mg/lb. Menurut Malamed, dosis untuk bupivakain adalah 0,9 mg/Ib atau 2,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa dengan dosis maksimum tidak lebih dari 90 mg.16 5. Prilokain Menurut Malamed, dosis untuk prilokain adalah 3,6 mg/Ib atau 8,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, dengan dosis maksimum 600 mg. Prilokain biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok. Obat ini kurang toksik dibandingkan dengan lignokain.12,16,18 6. Etidokain Pada tahun 2002, etidokain 1: 200.000 telah ditarik dari pasaran Amerika Serikat. Dosis untuk etidokain adalah 3,6 mg/Ib atau 8,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, dengan dosis maksimum jangan melebihi 400 mg.16 Tabel 1. Rekomendasi dosis maksimum penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor. 12,16,18 Obat Dosis Maksimum Artikain 7 mg/kgBB (hingga 500 mg) 5 mg/kgBB pada anak-anak Bupivakain 2,0 mg/kgBB (hingga 90 mg) Lidokain 7,0 mg/kgBB (hingga 500 mg) Mepivakain 6,6 mg/kgBB (hingga 400 mg) Prilokain 8 mg/kgBB (hingga 600 mg) Etidokain 8 mg/kgBB (hingga 400mg) Universitas Sumatera Utara 2.4 Efek Samping Anestesi Terhadap Pasien Tujuan dosis maksimum penggunaan anestesi lokal dibuat untuk mencegah terjadinya pemberian obat anestesi dalam jumlah yang berlebihan, yang bisa mengakibatkan keracunan sistemik. Biasanya, rekomendasi dalam bentuk jumlah total obat, misalnya 200 mg atau 300 mg untuk lidokain pada orang dewasa. Barubaru ini, jumlah obat permassa tubuh pasien telah diberikan referensi obat kepada dokter sebagai contoh, dalam kasus bupivakain, 2 mg / kg.17 Semua anestesi lokal merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat). Secara umum, semakin kuat suatu anestesi lokal maka semakin mudah menimbulkan kejang. Perangsang yang berlebihan dapat menimbulkan depresi dan kematian akibat kelumpuhan nafas. Gejala awal toksisitas SSP dapat berupa kelelahan, ansietas, pusing, penglihatan buram, tremor, depresi dan mengantuk. Anestesi lokal juga dapat mempengaruhi sambungan saraf otot, yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf.11 2.5 Komplikasi Setelah Pemberian Anestesi Dokter gigi harus tetap mengingat bahwa setiap suntikan dari berjuta-juta suntikan yang dilakukannya, dapat menimbulkan reaksi yang tidak menguntungkan dan bahkan membahayakan dan harus diambil langkah-langkah tertentu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar menguasai pengetahuan dan cara mendiagnosa serta menangani masalah secara efektif pada situasi tersebut.16 Pada pemberian anestesi lokal, terdapat komplikasi yang mungkin saja terjadi. Komplikasi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal dibagi menjadi dua, komplikasi lokal dan komplikasi sistemik. Komplikasi lokal merupakan komplikasi yang terjadi pada sekitar area injeksi, sedangkan komplikasi sistemik merupakan komplikasi yang melibatkan respon sistemik tubuh terhadap pemberian anestesi lokal.16 Universitas Sumatera Utara 2.5.1. Komplikasi Lokal Komplikasi lokal terdiri dari kegagalan untuk mendapatkan efek anestesi, sakit selama dan setelah penyuntikan, pembentukan haematoma pada daerah penyuntikan, kepucatan, trismus, paralisis wajah, patahnya jarum, infeksi, trauma pada bibir, gangguan visual dan parastesi.16 1. Kegagalan untuk mendapat efek anestesi. Insiden ini cenderung makin berkurang dengan makin terampil dan makin berpengalamannya dokter gigi, namun kegagalan ini merupakan masalah selama pemakaian anestesi lokal.16 Kegagalan untuk mendapat efek anestesi dapat dihindari karena hal ini sering kali disebabkan oleh teknik yang salah, sehingga menyebabkan jumlah larutan anestesi lokal yang diinjeksikan di dekat saraf terlalu sedikit atau menyebabkan larutan anestesi terinjeksi di pembuluh darah. Pada kasus seperti ini, anestesi biasanya dapat diperoleh dengan mengulang suntikan setelah memeriksa landmark anatomi dan setelah meninjau ulang teknik suntikan yang digunakan.16 Kegagalan untuk mendapat efek anestesi juga disebabkan karena penggunaan larutan yang sudah kadaluarsa. Oleh karena itu, dokter gigi harus terlebih dahulu memastikan bahwa stok cartridge anestesi belum kedaluwarsa dan menggunakannya dengan benar.16 Kegagalan anestesia pada injeksi mandibular dapat disebabkan karena: (1) injeksi terlalu rendah sehingga terletak di bawah lingula mandibula. (2) terlalu dalam yaitu masuk ke glandula parotis. (3) terlalu superfisial (masuk ke spasia pterygomandibularis). (4) terlalu tinggi (mencapai collum mandibula). (5) terlalu jauh ke lingual (ke dalam M . Pterygoideus medialis).16 2. Sakit selama dan setelah penyuntikan. Tajamnya jarum merupakan faktor penting dan karena itulah, perlu dipastikan bahwa dokter gigi hanya menggunakan jarum disposable berkualitas tinggi yang dipasarkan oleh industri farmasi yang sudah ternama. Bila jaringan tegang dan ujung Universitas Sumatera Utara yang tajam dari jarum diinsersikan tegak lurus terhadap mukosa, penetrasi dapat terjadi segera. Tindakan lain yang dapat memperkecil rasa tidak enak meliputi menghangatkan larutan dan menyuntikkannya perlahan-lahan.16 Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan yang sudah terkontaminasi. Pengunaan cartridge yang tepat akan dapat meniadakan kemungkinan ini. Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan pasien mengalami sakit neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf tersebut. Simtom ini merupakan indikator bahwa jarum sudah menembus selubung saraf dan harus segera ditarik keluar. Bila dokter gigi tetap bersikap keras untuk menginjeksikan larutan anastesi pada situasi seperti ini, akan terjadi gangguan sensasi labial yang berlangsung cukup lama. Digunakannya tekanan yang cukup besar untuk menginjeksikan larutan pada jaringan resisten juga akan menimbulkan rasa sakit dan karena itu harus dihindari sebisa mungkin.1,16 3. Pembentukan hematoma pada daerah penyuntikan. Jaringan lunak rongga mulut mempunyai cukup banyak pembuluh vaskular maka tidak jarang ujung jarum suntik secara tak disengaja menembus pembuluh darah. Berbagai penelitian yang menggunakan teknik aspirasi menyatakan bahwa insidens kekeliruan ini bervariasi antara 2-11%. Kesalahan ini paling sering terjadi bila digunakan blok gigi superior posterior. Hal ini umumnya disebabkan oleh struktur dan posisi pleksus venosus pterigoid yang bervariasi atau kadang-kadang pembuluh dapat terjebak di antara tulang dan tertusuk jarum selama penyuntikan blok gigi inferior atau infraorbital.1,16 Kesalahan ini umumnya akan menimbulkan perdarahan jaringan dengan disertai pembentukan haematoma dan merupakan predisposisi dari resiko suntikan intravaskular. Perdarahan dari pleksus venosus pterigoid akan menimbulkan pembengkakan yang dramatik dan berlangsung cepat pada pipi diikuti dengan perubahan warna kulit di atas daerah tersebut karena pecahnya pigmen-pigmen darah yang berlangsung dalam waktu 24-48 jam.16 Universitas Sumatera Utara Perdarahan dari pleksus venosus infraorbita juga akan menimbulkan konsekuensi serupa dan mata sembab. Pasien harus diberi tahu bahwa perdarahan akan terhenti secara spontan, pembengkakan biasanya akan mengecil dalam waktu 24-48 jam dan perubahan warna juga akan hilang. Banyak pasien yang merasa tidak enak akibat efek iritasi yang mengenai daerah di ruang jaringan dan karena itu, efek ini harus diberitahukan terlebih dahulu. Perdarahan ke ruang pterigo mandibula karena suntikan gigi inferior biasanya tidak segera terjadi dan pasien sering kali datang kembali ke dokter gigi setelah 1-2 hari dengan keluhan trismus.16 4. Kepucatan. Kepucatan daerah penyuntikan atau daerah lain dapat disebabkan oleh kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deposisi cairan dan efek lokal dari vasokonstriktor. Kepucatan pada daerah yang jauh dari daerah suntikan mungkin disebabkan karena suntikan intravaskular atau terganggunya suplai pembuluh darah dari saraf autonom. Untuk situasi ini hanya diperlukan tindakan menenangkan pasien saja. Teknik penyuntikan yang cermat termasuk melakukan aspirasi sebelum deposisi larutan akan dapat mengurangi insidens komplikasi ini.16 5. Trismus Trismus dapat didefinisikan sebagai kesulitan membuka rahang karena kejang otot. Trismus dapat disebabkan oleh penyuntikan pada otot pterigoid medial, di mana kerusakan pembuluh darah akan menimbulkan haematoma atau infeksi. Trismus terjadi beberapa saat setelah penyuntikan dan setelah prosedur perawatan gigi selesai dilakukan. Trismus yang disebabkan oleh infeksi, pasien umumnya akan menderita demam dan mengeluh tentang rasa sakit serta rasa tidak sehat. Pada situasi seperti ini, nanah yang terbentuk harus didrainase dan harus diberikan terapi antibiotik. Bila infeksi sudah terkontrol, gejala trismus dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan kumur salin hangat dan diatermi gelombang pendek.16 Universitas Sumatera Utara 6. Paralisis wajah Paralisis otot-otot wajah pada salah satu sisi adalah komplikasi yang jarang terjadi dari suntikan blok gigi inferior dan dapat bersifat sebagian atau menyeluruh tergantung pada cabang saraf yang terkena. Komplikasi ini timbul bila ujung jarum diinsersikan terlalu jauh ke belakang dan terlalu di belakang ramus asendens. Larutan dideponirkan pada substansi glandula parotid serta menganestesi cabang-cabang saraf wajah sehingga menimbulkan paralisa otot yang disuplainya. Pasien dengan keadaan yang mengejutkan dan menakutkan ini harus ditenangkan dan diberi tahu bahwa fungsi normal dan penampilan wajah akan kembali segera setelah efek agen anestesi lokal hilang. 16 Gambar (1) Usaha tersenyum hanya menimbulkan efek unilateral karena paralisa otot-otot wajah. (2) tiga jam kemudian, terlihat bahwa penampilan wajah pasien sudah pulih kembali.16 7. Gangguan sensasi yang berlangsung lama Gangguan sensasi yang berlangsung lama setelah penyuntikan anastesi lokal umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf. Kerusakan ini dapat terjadi akibat trauma langsung dari bevel jarum atau penyuntikan larutan yang sudah terkontaminasi oleh substansi neurotoksik seperti alkohol. Perdarahan dan infeksi di dekat saraf juga dapat menimbulkan gangguan sensasi yang berlangsung lama. Operasi atau infeksi Universitas Sumatera Utara yang terjadi pada molar bawah dan akar premolar kadang-kadang menimbulkan gangguan sensasi bibir bawah.16 8. Patahnya jarum Sejak diperkenalkan jarum suntik stainless steel berkualitas tinggi, disposabel dan steril. Komplikasi patahnya jarum makin berkurang, namun hal ini tidak dapat dihindari. Beberapa dokter gigi terbiasa merendam jarum hipodermik yang kecil dalam larutan desinfektan kimia. Tindakan ini tidak hanya gagal memberikan efek sterilisasi, tetapi dapat mengkorosi logam dan menyebabkan jarum mudah patah bila digunakan.16 Jarum harus dijaga agar tetap lurus ketika diinsersikan melalui jaringan. Bila ada resistensi jaringan yang kuat, jarum jangan dipaksa masuk ke jaringan dan arah insersi jarum jangan sekali-kali dirubah sebelum jarum terlebih dahulu dikeluarkan dari jaringan. Dengan cara ini jarum tidak akan menjadi bengkok. Jika jarum menjadi bengkok, maka jarum yang bengkok harus dibuang karena usaha meluruskan jarum dapat menyebabkan jarum rapuh dan dapat meningkatkan resiko patahnya jarum selama insersi berikutnya.16 9. Infeksi Infeksi adalah komplikasi sewaktu penyuntikan yang sering terjadi dan biasanya disebabkan oleh masuknya organisme (bakteri) dalam jaringan pada saat pemberian anestesi lokal. Pemakaian peralatan yang sudah disterilkan dan teknik aseptik umumnya dapat menghilangkan kemungkinan tersebut.1,16 10. Trauma pada bibir Pasien yang mendapat suntikan blok gigi inferior perlu diingatkan agar tidak menggigit-gigit bagian bibir yang di anestesi, karena dapat menimbulkan ulser yang sangat nyeri, walaupun sudah diperingatkan, komplikasi tetap dapat terjadi namun untungnya lesi seperti ini dapat pulih dengan cepat dengan sedikit meninggalkan jaringan parut.16 Universitas Sumatera Utara 12. Gangguan visual Gangguan ini dapat berupa penglihatan ganda atau penglihatan yang buram dan bahkan kebutaan sementara. Fenomena ini sulit dijelaskan namun diperkirakan keadaan ini disebabkan oleh kejang vaskular atau suntikan intra arterial yang tak disengaja sehingga terjadi distribusi vaskular normal. Pada kasus seperti ini pasien perlu diberitahu bahwa penglihatan akan normal kembali setelah 30 menit.1 Beberapa suntikan maksilaris dapat menyebabkan larutan terdeposit ke orbita sehingga menganestesi otot motorik mata. Gangguan penglihatan yang terjadi akan kembali normal bila larutan sudah terdispersi biasanya membutuhkan waktu 3 jam.16 13. Parastesi Parastesi merupakan keadaan dimana bertahannya efek anestesi pada jangka waktu yang lama setelah penyuntikan anestesi lokal. Hal ini terjadi karena adanya trauma pada saraf yang terkena bevel jarum pada saat penyuntikan. Pasien pada keadaan ini akan melaporkan mati rasa setelah penyuntikan anestesi lokal untuk beberapa jam lamanya.16 Gejala parastesi berangsur-angsur reda dan penyembuhan biasanya sempurna, apabila menetap maka tentukan derajat dan luas parastesis. Hal ini dilakukan dengan tusukkan jarum dan sentuhan gulungan kapas pada kulit, namun mata pasien harus dalam keadaan tertutup untuk menghindari sensasi palsu. Daerah yang terkena dicatat dan pasien diminta datang kembali secara berkala sehingga kecepatan dan derajat pemulihan sensasi dapat ditentukan. Berikan obat-obatan seperti prednisone dan lakukan termoterapi pada pasien, biasanya pemulihan akan terlihat setelah tiga bulan. Bila pemulihan tidak terjadi, maka rujuk pasien ke dokter spesialis bedah mulut atau saraf.16 2.5.2. Komplikasi Sistemik Selain komplikasi lokal, komplikasi sistemik dapat terjadi selama penyuntikan, terdiri dari reaksi alergi/sensitifitas, overdosis sampai toksisitas. Universitas Sumatera Utara 1. Reaksi Sensitivitas Reaksi sensitivitas terhadap anestesi lokal bervariasi, mulai dari pembengkakan lokal, urtikaria di daerah injeksi hingga reaksi anafilaktik yang bisa menjadi fatal bila tidak diatasi dengan segera. Fenomena ini terjadi karena adanya respon patologis dari jaringan yang disensitisasi terhadap substansi tertentu yang disebut alergen. Setiap larutan anestesi lokal bisa menghasilkan respon seperti itu.1,16 Pada dasarnya reaksi sensitifitas ini merupakan respon patologik dan terjadi tidak tergantung pada jumlah dosis yang diberikan, melainkan tingginya reaksi pasien ketika menerima dosis yang kecil. Reaksi alergi dapat berupa dermatitis, urtikaria, angioderma dan syok anafilaksis. Reaksi pada kulit adalah dermatitis yaitu peradangan pada kulit, urtikaria yaitu suatu reaksi vaskular yang timbul mendadak dengan gambaran lesi yang eritema, edema dan disertai rasa gatal dan angiodema yaitu suatu reaksi vaskular berupa pembengkakan setempat tanpa disertai rasa gatal. Syok anafilaksis umumnya ditandai dengan turunnya tekanan darah yang mendadak, hilangnya kesadaran, gangguan respirasi, edema wajah dan laring serta urtikaria. Reaksi sensitifitas yang terjadi pada kulit biasanya dapat pulih kembali tanpa perawatan, namun jika tidak pulih diberikan antihistamin.1,16 2. Overdosis (Toksisitas) Overdosis didefenisikan sebagai suatu tanda dan gejala klinis yang dihasilkan dari tingkatan obat berlebihan dalam darah pada organ yang dituju maupun di jaringan. Gejala awal dari overdosis sampai terjadi toksisitas adalah berupa pusing, cemas, bingung dan dapat diikuti dengan pandangan ganda, tinitus (telinga berdengung), kebas atau nyeri pada sirkum oral, diikuti dengan kejang-kejang yang berlebihan, tidak sadar, kesulitan bernafas bahkan dapat menyebabkan gangguan fungsi pada jantung dan susunan saraf pusat. efek samping akibat dari pemberian suntikan anestesi lokal terjadi setelah 5-10 menit. Dosis anestesi yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi karena penyutikan tunggal, tambahan atau ulang.1,16 Universitas Sumatera Utara Penatalaksanaan overdosis tergantung dari gejala dan tanda yang terjadi, namun dapat dicegah dengan berhati-hati dalam melakukan teknik penyuntikan dan melakukan pengamatan penuh pada pasien. Hal yang paling penting adalah mengetahui dosis maksimum obat anestesi lokal yang dianjurkan berdasarkan berat badan. Jika ada reaksi yang memerlukan suplai oksigen maka dibutuhkan alat respirasi buatan seperti ambu bag, hal ini untuk mencegah gagalnya respirasi. Bila sudah dapat ditangani maka rujuk pasien segera ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. 16 2.5.3 Reaksi Mild Overdose Tanda dan gejala mild overdose meliputi penurunan kesadaran, lalu diikuti dengan peningkatan denyut jantung, meracau, gelisah, peningkatan denyut jantung, tekanan darah meningkat dan tingkat penapasan meningkat. Reaksi mild overdose biasanya terjadi sekitar 5 menit sampai ke 10 menit setelah dilakukan injeksi.16 Slow Onset ( ≥ 5 menit ) - Penyebab yang mungkin terjadi pada reaksi slow onset adalah absorbsi yang terlalu cepat dengan dosis yang terlalu besar. Penanganannya dilakukan dalam urutan P-A-B-C-D yang digunakan dalam penanganan gawat darurat medis. Slower Onset ( ≥ 15 menit ) - Penyebab yang mungkin terjadi pada slower onset adalah biotransformasi abnormal dan disfungsi ginjal. Lakukan protokol P-A-B-C pada tanda dan gejala slower onset yang terjadi pada pasien.16 2.5.4 Reaksi Severe Overdose Tanda dan gejala yang sering terjadi pada severe overdose meliputi kehilangan kesadaran dengan atau tanpa kejang. Penyebab yang mungkin terjadi karena injeksi intravaskular. Reaksi severe overdose terjadi sangat cepat sekitar 1 menit setelah diberikan anestesi. 16 Universitas Sumatera Utara Rapid Onset ( 1 menit ) - Tanda dan gejala yang sering terjadi pada rapid onset severe overdose meliputi kehilangan kesadaran dengan atau tanpa kejang. Reaksi ini terjadi sangat cepat sekitar 1 menit setelah diberikan anestesi. Slow Onset ( 5 hingga 15 menit ) – Penyebab yang mungkin terjadi slow onset adalah dosis yang terlalu besar, absorbsi yang terlalu cepat, biotransformasi abnormal dan disfungsi ginjal. Lakukan protokol P-A-B-C dan sediakan basic life support jika diperlukan. Lalu pada protokol sebelumnya pencegahan asidosis dan hipoksia melalui penanganan jalan nafas untuk hasil yang sempurna.16 2.6 Penanganan Kegawatdaruratan Dasar a. Position Posisi supine dengan kaki sedikit di naikkan jika tidak sadar. Posisi tergantung kenyamanan pasien jika sadar. b. Airway Periksa dan pertahankan jalan nafas jika tidak sadar. Dilakukan pemeriksaan jalan nafas jika sadar. c. Breathing Dilakukan pemeriksaan dan memberikan jalan nafas apabila diperlukan jika tidak sadar. Dilakukan pemeriksaan penafasan jika sadar. d. Circulation Periksa dan berikan pijat jantung apabila diperlukan jika tidak sadar. Dilakukan pemeriksaan sirkulasi darah jika sadar. e. Definitive Care Diagnosa. Penanganan : memberikan obat anticonvulsant atau terapi kecemasan.16 Universitas Sumatera Utara 2.7 Kerangka Teori Universitas Sumatera Utara 2.8 Kerangka Konsep 1. Definisi anestesi lokal 2. Jenis obat anestesi lokal - Golongan ester - Golongan amida 3. Dosis maksimum penggunaan anestesi lokal Pengetahuan dosis - Lidokain maksimum bahan anestesi - Artikain lokal pada pencabutan gigi oleh dokter gigi 4. Efek samping penggunaan anestesi lokal Di Kota Medan 5. Komplikasi anestesi lokal - Komplikasi lokal - Komplikasi sistemik - Reaksi Mild Overdose - Reaksi Severe Overdose 6. Penanganan Kegawatdaruratan Dasar Universitas Sumatera Utara