BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek.¹⁰
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi
dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:¹⁰
a. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya
mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam
suatu bentuk tertentu yang baru.
Universitas Sumatera Utara
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap objek
tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.¹⁰
2.2
Anestesi Lokal
Penggunaan larutan anestesi lokal dalam prosedur perawatan gigi lazim
digunakan. Larutan anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk menghambat
hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf. Larutan anestesi lokal
yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen, memiliki batas keamanan yang luas, mula kerja harus cepat, masa kerja
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dalam prosedur perawatan gigi, serta tidak
memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal harus selalu larut dalam air,
stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.¹¹
2.2.1
Definisi Bahan Anestesi Lokal
Bahan anestesi lokal adalah substansi atau bahan yang dapat menimbulkan
mati rasa setempat atau terbatas dengan cara memblokir konduksi impuls sehingga
hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu bagian tubuh tanpa
menekan tingkat kesadaran. Anestesi lokal bekerja dengan menghalangi masuknya
ion natrium ke dalam saluran saraf, sehingga mencegah peningkatan sementara
permeabilitas membran saraf untuk natrium yang diperlukan untuk potensial aksi
terjadi.12
2.2.2
Sifat Ideal Bahan Anestesi Lokal
Bahan anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf.
Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, bahan anestesi lokal
mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi atau transmisi dari
beberapa impuls, artinya bahan anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap
SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.
Universitas Sumatera Utara
Bahan anestesi lokal yang ideal yaitu: 2,13
•
Memiliki mula kerja yang cepat.
•
Durasi kerja yang cukup panjang.
•
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.
•
Batas keamanan harus lebar, karena anestetik lokal akan diserap dari tempat
suntikan.
•
Anestetikum juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan
tanpa mengalami perubahan.
2.2.3 Jenis Obat Anestesi Lokal
Berikut ini merupakan pembagian anestesi lokal secara garis besar, yaitu:
I. Golongan obat anestesi lokal berdasarkan senyawa kimia dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu golongan ester dan golongan amida.
a. Golongan Ester
Golongan ester merupakan golongan yang mudah terhidrolisis sehingga waktu
kerjanya cepat hilang. Golongan ester (-CO-) yaitu: 3,14
1. Kokain
2. Benzokain (ametikain)
3. Ametokain
4. Prokain (novokain)
5. Tetrakain (pontokain)
6. Kloroprokain (nesakain)
b. Golongan Amida
Golongan ini merupakan golongan anestetik lokal yang banyak dipakai,
mungkin karena alergenisitasnya yang relatif kurang. Golongan amida merupakan
golongan yang tidak mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya lama. Berikut ini
merupakan pembagian jenis anestesi lokal berdasarkan golongan amida (-NCH-): 3,14
1. Lidokain (xylokain, lignokain)
2. Mepivakain (karbokain)
Universitas Sumatera Utara
3. Prilokain (sitanes)
4. Bupivakain (markain)
5. Etidokain (duranes)
6. Artikain
7. Dibukain (nuperkain)
8. Ropivakain (naropin)
9. Levobupivakain (chirocaine)
Perbedaan senyawa kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat
metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudokolinesterase di plasma sedangkan golongan amida terutama melalui degradasi
enzimatis di hati. 11
II. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan potensi dan lama kerja dibagi
menjadi 3 grup, yaitu: 15
a. Grup I memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat (Short – Acting)
Contoh : Prokain.
b. Grup II memiliki potensi dan lama kerja sedang (Medium – Acting)
Contoh : Lidokain, mepivakain dan artikain.
c. Grup III memiliki potensi kuat dengan lama kerja panjang (Long – Acting)
Contoh : Tetrakain, bupivakain dan ropivakain.
III. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan mula kerjanya, dapat dibagi
menjadi:
a. Mula kerja relatif cepat
Contoh : Artikain, mepivakain, prolikain, lidokain.
b. Mula kerja sedang
Contoh : Bupivakain, ropivakain, tetrakain, prokain.
Universitas Sumatera Utara
Obat-obat anestesi lokal terdiri dari:
1. Kokain
Merupakan zat anestesi lokal yang didapat dari alam. Saat ini penggunaan
kokain sudah mulai jarang karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi, iritasi
jaringan, kestabilan larutan dalam air rendah dan dapat menyebabkan kecanduan
berat.15
2. Prokain
Rumus kimianya adalah 2-diethylaminoethyl 4-amino-benzoate. Obat anestesi
ini merupakan anestetik lokal suntikan yang pertama kali dibuat. Nama dagangnya
adalah Novocaine. Selama sekitar 50 tahun, prokain merupakan obat anestetik lokal
satu-satunya yang dapat diperoleh di pasaran sampai keluarnya lidokain pada tahun
1940. Prokain tidak efektif secara topikal, namun digunakan dalam anestesi infiltrasi,
blok, spinal dan kaudal. Obat ini juga digunakan secara intravena dalam pengobatan
aritmia jantung dan serangan epilepsi serta sebagai agen antifibrilasi.14
3. Artikain
Artikain memiliki cincin thiophene sebagai pengganti ikatan benzene, yang
berperan dalam meningkatkan liposolubilitas atau kelarutan yang tinggi terhadap
lemak. Hal ini sangat penting, sebab semakin tinggi solubilitas suatu zat terhadap
lemak, maka semakin tinggi pula potensi dan kemampuan difusi zat tersebut pada
daerah terinjeksi dan zat tersebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk
menembus membran lipid dari epineurium.11
4. Mepivakain
Mepivakain ( mepivacaine ) ( nama dagang Carbocaine, Polocaine, Isocaine )
adalah suatu derivat xylidine, I-methyl 2’, 6’-pipecoloxylidide hydrochloride. Obat ini
ditemukan oleh A.F. Ekenstam pada tahun 1957 dan diperkenalkan dalam bidang
kedokteran gigi pada tahun 1960 sebagai larutan 2% ditambah levonordefrin
(vasokonstriktor). Di tahun 1961 ke luar sebagai larutan 3% tanpa vasokonstriktor.
Kecepatan onset, durasi potensi dan toksisitasnya sama dengan Lidokain. Tidak
dijumpai adanya cross-allergenicity antara mepivakain dan obat golongan ester atau
Universitas Sumatera Utara
golongan obat amida yang lain. Obat ini dimetabolisme di dalam hepar dan
dieksresikan melalui ginjal dengan 1-16 persennya dieksresikan tanpa perubahan. 14
Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk anestesi
infiltrasi, blok, spinal, epidural dan kaudal. Dalam kedokteran gigi yang biasa dipakai
adalah larutan 2% dengan levonordefrin ( Neo-Cobefrin ) 1 : 20.000. Karena
mepivakain menimbulkan lebih sedikit vasodilatasi dibandingkan lidokain, obat ini
bisa digunakan dalam larutan 3% tanpa vasokonstriktor untuk prosedur yang
pendek.14,15
5. Lidokain
Lidokain adalah anestetik lokal golongan amida derivate xylidine, dengan
formula kimia 2-diethylamino 2’ , 6-acetoxylidine hidrochloride. Obat ini dipasarkan
dengan nama dagang Xylocaine atau Octacaine. Mulai diperkenalkan oleh Nels
Lofgren di tahun 1943, dan disetujui pemakaiannya oleh Food and Drug
Administration (FDA) yaitu suatu badan pengawas obat dan makanan di Amerika.14
Onset obat ini tergolong cepat (2-3 menit), karena cenderung menyebar
dengan baik ke seluruh jaringan. Lidokain 2% dengan vasokonstriktor memberikan
anestesia yang dalam dengan durasi medium. Pengenceran vasokonstriktor umumnya
disebut sebagai rasio. Dosis maksimum vasokonstriktor dinyatakan dalam satuan
milligram atau lebih umumnya dinyatakan dalam mikrogram dan diinterpretasikan
sebagai berikut yaitu 1 gram epinefrin di dalam 100.000 ml pelarut.16 Metabolisme
lidokain berlangsung di hati menjadi monoethylglyceine dan xylidide. Xylidide adalah
suatu anestetik lokal yang sangat toksik. Lidokain diekskresikan melalui ginjal
dengan 10 persennya tidak mengalami perubahan. Sifat vasodilator lidokain tidak
sebesar prokain namun lebih kuat daripada prilokain atau mepivakain. Potensi
anestesia dan toksisitas lidokain lebih besar dibandingkan prokain.14,15
6. Tetrakain
Merupakan turunan prokain. Kekuatannya 10 kali lebih kuat dari prokain,
masa anestesinya lebih panjang dan tetrakain dapat digunakan dengan aman. Dengan
zat anestetik ini para ahli anestesi dapat memperoleh anestesi spinal yang aman dan
bisa diprediksi sebelumnya. Tetrakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf,
Universitas Sumatera Utara
anestesi topikal, epidural dan spinal. Tetrakain merupakan salah satu paling efektif
dalam anestesi topikal, tetapi dalam penggunaannya pada permukaan perlu dilakukan
secara berhati-hati karena dapat menimbulkan potensi toksik.15
7. Prilokain
Prilokain merupakan derivat amida yang mempunyai formula kimia dan
farmakologinya mirip dengan lidokain dan mepivakain, tetapi awal kerja dan masa
kerjanya lebih lama daripada lidokain. Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang
lebih cepat daripada lidokain namun anastesi yang ditimbulkan tidaklah terlalu
dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan
lidokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat. Efek vasodilatasinya lebih
kuat daripada mepivakain tetapi lebih lemah daripada lidokain. Prilokain
diekskresikan terutama melalui ginjal dan konsentrasi efektif guna pemakaian dalam
kedokteran gigi adalah 4%.14,15
8. Bupivakain
Bupivakain merupakan turunan dari mepivakain dengan kekuatan 3 kali lebih
kuat. Masa kerjanya panjang sehingga digunakan untuk operasi yang membutuhkan
waktu yang lama. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, epidural dan spinal.
Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain dan prilokain yang sangat kurang
toksik dibandingkan dengan lidokain dan mepivakain.14,15
9. Etidokain
Merupakan zat anestetik lokal yang terbaru. Kekuatan 4 kali lidokain. Zat
anestetik ini masa kerjanya panjang dan digunakan untuk anestesi epidural. Etidokain
diekskresikan melalui ginjal.16
2.3 Dosis Maksimum Pemberian Anastesi Lokal
Dosis maksimum untuk anestesi lokal adalah antara 70 mg sampai 500 mg
untuk berat badan pasien rata-rata 70 kg. Pemberian dosis maksimum tergantung
pada usia, berat badan, kesehatan pasien, jenis larutan yang digunakan dan apakah
vasokonstriktor digunakan atau tidak. Agen-agen anestesi didistribusikan dalam
konsentrasi yang sesuai dengan toksisitas sehingga anestesi memproduksi kualitas.
Universitas Sumatera Utara
Obat analgetik lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk
tiap jenis obat analgetik lokal dicantumkan dosis maksimumnya.16 Pemberian dosis
anestesi lokal yang tepat berdasarkan jenis anestesinya :
1. Lignokain (Lidokain)
Dosis maksimum lidokain jangan > 7.0 mg/kg. Efek sampingnya toksisitas
kardiak lebih rendah dibandingkan bupivakain. Pada prakteknya, dosis ini sama
dengan dosis dewasa 8-10, jauh melebihi dosis yang biasa digunakan pada satu
kunjungan, karena dosis satu ampul cartridge biasanya sudah cukup untuk anestesi
infiltrasi atau regional. 1,16
Dosis maksimum yang dianjurkan untuk lidokain di negara-negara Eropa
adalah 200 mg tanpa epinefrin (European Pharmacopoeia) dan di Amerika Serikat
adalah 300 mg. Dosis lidokain ini mungkin tidak cukup untuk prosedur anestesi
regional pada orang dewasa. Dalam kedua Eropa dan Amerika Serikat, 500 mg
lidokain
diperbolehkan
jika
ditambahkan
epinefrin
(5g/mL).17
Malamed
menganjurkan dosis lidokain 3,6 mg/Ib (7,0 mg/kg) dengan atau tanpa zat
vasokonstriktor.16
2. Mepivakain
Dosis yang digunakan jangan melebihi dosis maksimal 6,6 mg/kg berat badan.
Satu ampul cartridge biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional.
Biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan penambahan adrenalin
1 : 20.000.1 Menurut Malamed, dosis untuk mepivakain adalah 3,0 mg/Ib (6,6 mg/kg)
dosis jangan melebihi dari 400 mg. 16
3. Artikain
Untuk orang dewasa sehat, dosis umum yang direkomendasikan adalah 20100 mg artikain HCl dalam 0,5-2,5 ml untuk infiltrasi, 20-136 mg artikain HCl dalam
0,5-3,4 ml untuk blok saraf, dan 40-204 mg artikain HCl dalam 1,0-5,1 ml untuk
prosedur bedah mulut. Dosis maksimum artikain HCl yang diberikan secara infiltrasi
submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7 mg/kg (0,175 ml/kg). 11,16,18
Universitas Sumatera Utara
4. Bupivakain
Dosis yang diijinkan FDA untuk penggunaan bupivakain adalah 2,0 mg.
Rekomendasi irasional untuk bupivakain di Kanada adalah diterbitkan maksimum
dosis 2,0 mg/kg atau 0,9 mg/lb. Menurut Malamed, dosis untuk bupivakain adalah
0,9 mg/Ib atau 2,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa dengan dosis maksimum
tidak lebih dari 90 mg.16
5. Prilokain
Menurut Malamed, dosis untuk prilokain adalah 3,6 mg/Ib atau 8,0 mg/kg
berat badan untuk pasien dewasa, dengan dosis maksimum 600 mg. Prilokain
biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok. Obat ini kurang
toksik dibandingkan dengan lignokain.12,16,18
6. Etidokain
Pada tahun 2002, etidokain 1: 200.000 telah ditarik dari pasaran Amerika
Serikat. Dosis untuk etidokain adalah 3,6 mg/Ib atau 8,0 mg/kg berat badan untuk
pasien dewasa, dengan dosis maksimum jangan melebihi 400 mg.16
Tabel 1. Rekomendasi dosis maksimum penggunaan anestesi lokal dengan
vasokonstriktor. 12,16,18
Obat
Dosis Maksimum
Artikain
7 mg/kgBB (hingga 500 mg)
5 mg/kgBB pada anak-anak
Bupivakain
2,0 mg/kgBB (hingga 90 mg)
Lidokain
7,0 mg/kgBB (hingga 500 mg)
Mepivakain
6,6 mg/kgBB (hingga 400 mg)
Prilokain
8 mg/kgBB (hingga 600 mg)
Etidokain
8 mg/kgBB (hingga 400mg)
Universitas Sumatera Utara
2.4 Efek Samping Anestesi Terhadap Pasien
Tujuan dosis maksimum penggunaan anestesi lokal dibuat untuk mencegah
terjadinya pemberian obat anestesi dalam jumlah yang berlebihan, yang bisa
mengakibatkan keracunan sistemik. Biasanya, rekomendasi dalam bentuk jumlah
total obat, misalnya 200 mg atau 300 mg untuk lidokain pada orang dewasa. Barubaru ini, jumlah obat permassa tubuh pasien telah diberikan referensi obat kepada
dokter sebagai contoh, dalam kasus bupivakain, 2 mg / kg.17
Semua anestesi lokal merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat). Secara umum,
semakin kuat suatu anestesi lokal maka semakin mudah menimbulkan kejang.
Perangsang yang berlebihan dapat menimbulkan depresi dan kematian akibat
kelumpuhan nafas. Gejala awal toksisitas SSP dapat berupa kelelahan, ansietas,
pusing, penglihatan buram, tremor, depresi dan mengantuk. Anestesi lokal juga dapat
mempengaruhi sambungan saraf otot, yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot
atas rangsangan saraf.11
2.5 Komplikasi Setelah Pemberian Anestesi
Dokter gigi harus tetap mengingat bahwa setiap suntikan dari berjuta-juta
suntikan yang dilakukannya, dapat menimbulkan reaksi yang tidak menguntungkan
dan bahkan membahayakan dan harus diambil langkah-langkah tertentu untuk
memastikan bahwa mereka benar-benar menguasai pengetahuan dan cara
mendiagnosa serta menangani masalah secara efektif pada situasi tersebut.16
Pada pemberian anestesi lokal, terdapat komplikasi yang mungkin saja terjadi.
Komplikasi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal dibagi menjadi dua,
komplikasi lokal dan komplikasi sistemik. Komplikasi lokal merupakan komplikasi
yang terjadi pada sekitar area injeksi, sedangkan komplikasi sistemik merupakan
komplikasi yang melibatkan respon sistemik tubuh terhadap pemberian anestesi
lokal.16
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Komplikasi Lokal
Komplikasi lokal terdiri dari kegagalan untuk mendapatkan efek anestesi,
sakit selama dan setelah penyuntikan, pembentukan haematoma pada daerah
penyuntikan, kepucatan, trismus, paralisis wajah, patahnya jarum, infeksi, trauma
pada bibir, gangguan visual dan parastesi.16
1. Kegagalan untuk mendapat efek anestesi.
Insiden ini cenderung makin berkurang dengan makin terampil dan makin
berpengalamannya dokter gigi, namun kegagalan ini merupakan masalah selama
pemakaian anestesi lokal.16
Kegagalan untuk mendapat efek anestesi dapat dihindari karena hal ini sering
kali disebabkan oleh teknik yang salah, sehingga menyebabkan jumlah larutan
anestesi lokal yang diinjeksikan di dekat saraf terlalu sedikit atau menyebabkan
larutan anestesi terinjeksi di pembuluh darah. Pada kasus seperti ini, anestesi
biasanya dapat diperoleh dengan mengulang suntikan setelah memeriksa landmark
anatomi dan setelah meninjau ulang teknik suntikan yang digunakan.16
Kegagalan untuk mendapat efek anestesi juga disebabkan karena penggunaan
larutan yang sudah kadaluarsa. Oleh karena itu, dokter gigi harus terlebih dahulu
memastikan bahwa stok cartridge anestesi belum kedaluwarsa dan menggunakannya
dengan benar.16 Kegagalan anestesia pada injeksi mandibular dapat disebabkan
karena:
(1) injeksi terlalu rendah sehingga terletak di bawah lingula mandibula.
(2) terlalu dalam yaitu masuk ke glandula parotis.
(3) terlalu superfisial (masuk ke spasia pterygomandibularis).
(4) terlalu tinggi (mencapai collum mandibula).
(5) terlalu jauh ke lingual (ke dalam M . Pterygoideus medialis).16
2. Sakit selama dan setelah penyuntikan.
Tajamnya jarum merupakan faktor penting dan karena itulah, perlu dipastikan
bahwa dokter gigi hanya menggunakan jarum disposable berkualitas tinggi yang
dipasarkan oleh industri farmasi yang sudah ternama. Bila jaringan tegang dan ujung
Universitas Sumatera Utara
yang tajam dari jarum diinsersikan tegak lurus terhadap mukosa, penetrasi dapat
terjadi segera. Tindakan lain yang dapat memperkecil rasa tidak enak meliputi
menghangatkan larutan dan menyuntikkannya perlahan-lahan.16
Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan
yang sudah terkontaminasi. Pengunaan cartridge yang tepat akan dapat meniadakan
kemungkinan ini. Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan
pasien mengalami sakit neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf
tersebut. Simtom ini merupakan indikator bahwa jarum sudah menembus selubung
saraf dan harus segera ditarik keluar. Bila dokter gigi tetap bersikap keras untuk
menginjeksikan larutan anastesi pada situasi seperti ini, akan terjadi gangguan sensasi
labial yang berlangsung cukup lama. Digunakannya tekanan yang cukup besar untuk
menginjeksikan larutan pada jaringan resisten juga akan menimbulkan rasa sakit dan
karena itu harus dihindari sebisa mungkin.1,16
3. Pembentukan hematoma pada daerah penyuntikan.
Jaringan lunak rongga mulut mempunyai cukup banyak pembuluh vaskular
maka tidak jarang ujung jarum suntik secara tak disengaja menembus pembuluh
darah. Berbagai penelitian yang menggunakan teknik aspirasi menyatakan bahwa
insidens kekeliruan ini bervariasi antara 2-11%. Kesalahan ini paling sering terjadi
bila digunakan blok gigi superior posterior. Hal ini umumnya disebabkan oleh
struktur dan posisi pleksus venosus pterigoid yang bervariasi atau kadang-kadang
pembuluh dapat terjebak di antara tulang dan tertusuk jarum selama penyuntikan blok
gigi inferior atau infraorbital.1,16
Kesalahan ini umumnya akan menimbulkan perdarahan jaringan dengan
disertai pembentukan haematoma dan merupakan predisposisi dari resiko suntikan
intravaskular. Perdarahan dari pleksus venosus pterigoid akan menimbulkan
pembengkakan yang dramatik dan berlangsung cepat pada pipi diikuti dengan
perubahan warna kulit di atas daerah tersebut karena pecahnya pigmen-pigmen darah
yang berlangsung dalam waktu 24-48 jam.16
Universitas Sumatera Utara
Perdarahan dari pleksus venosus infraorbita juga akan menimbulkan
konsekuensi serupa dan mata sembab. Pasien harus diberi tahu bahwa perdarahan
akan terhenti secara spontan, pembengkakan biasanya akan mengecil dalam waktu
24-48 jam dan perubahan warna juga akan hilang. Banyak pasien yang merasa tidak
enak akibat efek iritasi yang mengenai daerah di ruang jaringan dan karena itu, efek
ini harus diberitahukan terlebih dahulu. Perdarahan ke ruang pterigo mandibula
karena suntikan gigi inferior biasanya tidak segera terjadi dan pasien sering kali
datang kembali ke dokter gigi setelah 1-2 hari dengan keluhan trismus.16
4. Kepucatan.
Kepucatan daerah penyuntikan atau daerah lain dapat disebabkan oleh
kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deposisi cairan dan efek lokal dari
vasokonstriktor. Kepucatan pada daerah yang jauh dari daerah suntikan mungkin
disebabkan karena suntikan intravaskular atau terganggunya suplai pembuluh darah
dari saraf autonom. Untuk situasi ini hanya diperlukan tindakan menenangkan pasien
saja. Teknik penyuntikan yang cermat termasuk melakukan aspirasi sebelum deposisi
larutan akan dapat mengurangi insidens komplikasi ini.16
5. Trismus
Trismus dapat didefinisikan sebagai kesulitan membuka rahang karena kejang
otot. Trismus dapat disebabkan oleh penyuntikan pada otot pterigoid medial, di mana
kerusakan pembuluh darah akan menimbulkan haematoma atau infeksi. Trismus
terjadi beberapa saat setelah penyuntikan dan setelah prosedur perawatan gigi selesai
dilakukan. Trismus yang disebabkan oleh infeksi, pasien umumnya akan menderita
demam dan mengeluh tentang rasa sakit serta rasa tidak sehat. Pada situasi seperti ini,
nanah yang terbentuk harus didrainase dan harus diberikan terapi antibiotik. Bila
infeksi sudah terkontrol, gejala trismus dapat dihilangkan dengan menggunakan
larutan kumur salin hangat dan diatermi gelombang pendek.16
Universitas Sumatera Utara
6. Paralisis wajah
Paralisis otot-otot wajah pada salah satu sisi adalah komplikasi yang jarang
terjadi dari suntikan blok gigi inferior dan dapat bersifat sebagian atau menyeluruh
tergantung pada cabang saraf yang terkena. Komplikasi ini timbul bila ujung jarum
diinsersikan terlalu jauh ke belakang dan terlalu di belakang ramus asendens. Larutan
dideponirkan pada substansi glandula parotid serta menganestesi cabang-cabang saraf
wajah sehingga menimbulkan paralisa otot yang disuplainya. Pasien dengan keadaan
yang mengejutkan dan menakutkan ini harus ditenangkan dan diberi tahu bahwa
fungsi normal dan penampilan wajah akan kembali segera setelah efek agen anestesi
lokal hilang. 16
Gambar (1) Usaha tersenyum hanya menimbulkan efek unilateral karena
paralisa otot-otot wajah. (2) tiga jam kemudian, terlihat bahwa penampilan
wajah pasien sudah pulih kembali.16
7. Gangguan sensasi yang berlangsung lama
Gangguan sensasi yang berlangsung lama setelah penyuntikan anastesi lokal
umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf. Kerusakan ini dapat terjadi akibat trauma
langsung dari bevel jarum atau penyuntikan larutan yang sudah terkontaminasi oleh
substansi neurotoksik seperti alkohol. Perdarahan dan infeksi di dekat saraf juga
dapat menimbulkan gangguan sensasi yang berlangsung lama. Operasi atau infeksi
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi pada molar bawah dan akar premolar kadang-kadang menimbulkan
gangguan sensasi bibir bawah.16
8. Patahnya jarum
Sejak diperkenalkan jarum suntik stainless steel berkualitas tinggi, disposabel
dan steril. Komplikasi patahnya jarum makin berkurang, namun hal ini tidak dapat
dihindari. Beberapa dokter gigi terbiasa merendam jarum hipodermik yang kecil
dalam larutan desinfektan kimia. Tindakan ini tidak hanya gagal memberikan efek
sterilisasi, tetapi dapat mengkorosi logam dan menyebabkan jarum mudah patah bila
digunakan.16
Jarum harus dijaga agar tetap lurus ketika diinsersikan melalui jaringan. Bila
ada resistensi jaringan yang kuat, jarum jangan dipaksa masuk ke jaringan dan arah
insersi jarum jangan sekali-kali dirubah sebelum jarum terlebih dahulu dikeluarkan
dari jaringan. Dengan cara ini jarum tidak akan menjadi bengkok. Jika jarum menjadi
bengkok, maka jarum yang bengkok harus dibuang karena usaha meluruskan jarum
dapat menyebabkan jarum rapuh dan dapat meningkatkan resiko patahnya jarum
selama insersi berikutnya.16
9. Infeksi
Infeksi adalah komplikasi sewaktu penyuntikan yang sering terjadi dan
biasanya disebabkan oleh masuknya organisme (bakteri) dalam jaringan pada saat
pemberian anestesi lokal. Pemakaian peralatan yang sudah disterilkan dan teknik
aseptik umumnya dapat menghilangkan kemungkinan tersebut.1,16
10. Trauma pada bibir
Pasien yang mendapat suntikan blok gigi inferior perlu diingatkan agar tidak
menggigit-gigit bagian bibir yang di anestesi, karena dapat menimbulkan ulser yang
sangat nyeri, walaupun sudah diperingatkan, komplikasi tetap dapat terjadi namun
untungnya lesi seperti ini dapat pulih dengan cepat dengan sedikit meninggalkan
jaringan parut.16
Universitas Sumatera Utara
12. Gangguan visual
Gangguan ini dapat berupa penglihatan ganda atau penglihatan yang buram
dan bahkan kebutaan sementara. Fenomena ini sulit dijelaskan namun diperkirakan
keadaan ini disebabkan oleh kejang vaskular atau suntikan intra arterial yang tak
disengaja sehingga terjadi distribusi vaskular normal. Pada kasus seperti ini pasien
perlu diberitahu bahwa penglihatan akan normal kembali setelah 30 menit.1 Beberapa
suntikan maksilaris dapat menyebabkan larutan terdeposit ke orbita sehingga
menganestesi otot motorik mata. Gangguan penglihatan yang terjadi akan kembali
normal bila larutan sudah terdispersi biasanya membutuhkan waktu 3 jam.16
13. Parastesi
Parastesi merupakan keadaan dimana bertahannya efek anestesi pada jangka
waktu yang lama setelah penyuntikan anestesi lokal. Hal ini terjadi karena adanya
trauma pada saraf yang terkena bevel jarum pada saat penyuntikan. Pasien pada
keadaan ini akan melaporkan mati rasa setelah penyuntikan anestesi lokal untuk
beberapa jam lamanya.16
Gejala parastesi berangsur-angsur reda dan penyembuhan biasanya sempurna,
apabila menetap maka tentukan derajat dan luas parastesis. Hal ini dilakukan dengan
tusukkan jarum dan sentuhan gulungan kapas pada kulit, namun mata pasien harus
dalam keadaan tertutup untuk menghindari sensasi palsu. Daerah yang terkena dicatat
dan pasien diminta datang kembali secara berkala sehingga kecepatan dan derajat
pemulihan sensasi dapat ditentukan. Berikan obat-obatan seperti prednisone dan
lakukan termoterapi pada pasien, biasanya pemulihan akan terlihat setelah tiga bulan.
Bila pemulihan tidak terjadi, maka rujuk pasien ke dokter spesialis bedah mulut atau
saraf.16
2.5.2. Komplikasi Sistemik
Selain komplikasi lokal, komplikasi sistemik dapat terjadi selama
penyuntikan, terdiri dari reaksi alergi/sensitifitas, overdosis sampai toksisitas.
Universitas Sumatera Utara
1. Reaksi Sensitivitas
Reaksi
sensitivitas
terhadap
anestesi
lokal
bervariasi,
mulai
dari
pembengkakan lokal, urtikaria di daerah injeksi hingga reaksi anafilaktik yang bisa
menjadi fatal bila tidak diatasi dengan segera. Fenomena ini terjadi karena adanya
respon patologis dari jaringan yang disensitisasi terhadap substansi tertentu yang
disebut alergen. Setiap larutan anestesi lokal bisa menghasilkan respon seperti itu.1,16
Pada dasarnya reaksi sensitifitas ini merupakan respon patologik dan terjadi
tidak tergantung pada jumlah dosis yang diberikan, melainkan tingginya reaksi pasien
ketika menerima dosis yang kecil. Reaksi alergi dapat berupa dermatitis, urtikaria,
angioderma dan syok anafilaksis. Reaksi pada kulit adalah dermatitis yaitu
peradangan pada kulit, urtikaria yaitu suatu reaksi vaskular yang timbul mendadak
dengan gambaran lesi yang eritema, edema dan disertai rasa gatal dan angiodema
yaitu suatu reaksi vaskular berupa pembengkakan setempat tanpa disertai rasa gatal.
Syok anafilaksis umumnya ditandai dengan turunnya tekanan darah yang mendadak,
hilangnya kesadaran, gangguan respirasi, edema wajah dan laring serta urtikaria.
Reaksi sensitifitas yang terjadi pada kulit biasanya dapat pulih kembali tanpa
perawatan, namun jika tidak pulih diberikan antihistamin.1,16
2. Overdosis (Toksisitas)
Overdosis didefenisikan sebagai suatu tanda dan gejala klinis yang dihasilkan
dari tingkatan obat berlebihan dalam darah pada organ yang dituju maupun di
jaringan. Gejala awal dari overdosis sampai terjadi toksisitas adalah berupa pusing,
cemas, bingung dan dapat diikuti dengan pandangan ganda, tinitus (telinga
berdengung), kebas atau nyeri pada sirkum oral, diikuti dengan kejang-kejang yang
berlebihan, tidak sadar, kesulitan bernafas bahkan dapat menyebabkan gangguan
fungsi pada jantung dan susunan saraf pusat. efek samping akibat dari pemberian
suntikan anestesi lokal terjadi setelah 5-10 menit. Dosis anestesi yang berlebihan
dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi karena penyutikan tunggal, tambahan
atau ulang.1,16
Universitas Sumatera Utara
Penatalaksanaan overdosis tergantung dari gejala dan tanda yang terjadi,
namun dapat dicegah dengan berhati-hati dalam melakukan teknik penyuntikan dan
melakukan pengamatan penuh pada pasien. Hal yang paling penting adalah
mengetahui dosis maksimum obat anestesi lokal yang dianjurkan berdasarkan berat
badan. Jika ada reaksi yang memerlukan suplai oksigen maka dibutuhkan alat
respirasi buatan seperti ambu bag, hal ini untuk mencegah gagalnya respirasi. Bila
sudah dapat ditangani maka rujuk pasien segera ke rumah sakit untuk penanganan
lebih lanjut. 16
2.5.3
Reaksi Mild Overdose
Tanda dan gejala mild overdose meliputi penurunan kesadaran, lalu diikuti
dengan peningkatan denyut jantung, meracau, gelisah, peningkatan denyut jantung,
tekanan darah meningkat dan tingkat penapasan meningkat. Reaksi mild overdose
biasanya terjadi sekitar 5 menit sampai ke 10 menit setelah dilakukan injeksi.16
 Slow Onset ( ≥ 5 menit ) - Penyebab yang mungkin terjadi pada reaksi
slow onset adalah absorbsi yang terlalu cepat dengan dosis yang terlalu
besar. Penanganannya dilakukan dalam urutan P-A-B-C-D yang
digunakan dalam penanganan gawat darurat medis.
 Slower Onset ( ≥ 15 menit ) - Penyebab yang mungkin terjadi pada
slower onset adalah biotransformasi abnormal dan disfungsi ginjal.
Lakukan protokol P-A-B-C pada tanda dan gejala slower onset yang
terjadi pada pasien.16
2.5.4
Reaksi Severe Overdose
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada severe overdose meliputi
kehilangan kesadaran dengan atau tanpa kejang. Penyebab yang mungkin terjadi
karena injeksi intravaskular. Reaksi severe overdose terjadi sangat cepat sekitar
1 menit setelah diberikan anestesi. 16
Universitas Sumatera Utara
 Rapid Onset ( 1 menit ) - Tanda dan gejala yang sering terjadi pada
rapid onset severe overdose meliputi kehilangan kesadaran dengan
atau tanpa kejang. Reaksi ini terjadi sangat cepat sekitar 1 menit
setelah diberikan anestesi.
 Slow Onset ( 5 hingga 15 menit ) – Penyebab yang mungkin terjadi
slow onset adalah dosis yang terlalu besar, absorbsi yang terlalu cepat,
biotransformasi abnormal dan disfungsi ginjal. Lakukan protokol
P-A-B-C dan sediakan basic life support jika diperlukan. Lalu pada
protokol sebelumnya pencegahan asidosis dan hipoksia melalui
penanganan jalan nafas untuk hasil yang sempurna.16
2.6
Penanganan Kegawatdaruratan Dasar
a. Position
 Posisi supine dengan kaki sedikit di naikkan jika tidak sadar.
 Posisi tergantung kenyamanan pasien jika sadar.
b. Airway
 Periksa dan pertahankan jalan nafas jika tidak sadar.
 Dilakukan pemeriksaan jalan nafas jika sadar.
c. Breathing
 Dilakukan pemeriksaan dan memberikan jalan nafas apabila
diperlukan jika tidak sadar.
 Dilakukan pemeriksaan penafasan jika sadar.
d. Circulation
 Periksa dan berikan pijat jantung apabila diperlukan jika tidak sadar.
 Dilakukan pemeriksaan sirkulasi darah jika sadar.
e. Definitive Care
 Diagnosa.
 Penanganan
:
memberikan
obat
anticonvulsant
atau
terapi
kecemasan.16
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Konsep
1. Definisi anestesi lokal
2. Jenis obat anestesi lokal
- Golongan ester
- Golongan amida
3. Dosis maksimum
penggunaan anestesi lokal
Pengetahuan dosis
- Lidokain
maksimum bahan anestesi
- Artikain
lokal pada pencabutan gigi
oleh dokter gigi
4. Efek samping
penggunaan anestesi lokal
Di Kota Medan
5. Komplikasi anestesi
lokal
- Komplikasi lokal
- Komplikasi sistemik
- Reaksi Mild Overdose
- Reaksi Severe Overdose
6. Penanganan
Kegawatdaruratan Dasar
Universitas Sumatera Utara
Download