5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa Domba Klasifikasi ternak

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bangsa Domba
Klasifikasi ternak domba menurut Ensminger et al (2002) yaitu :
Kingdom
: Animalia
Fillum
: Chordata (hewan bertulang belakang)
Kelas
: Mamalia (hewan menyusui)
Ordo
: Artiodactyla (hewan berkuku genap)
Famili
: Bovidae (hewan memamah biak)
Genus
: Ovis
Spesies
: Ovis aries.
Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia. Keuntungan selama
pemeliharaan domba antara lain mudah beradaptasi terhadap lingkungan.
Selain itu juga domba merupakan ternak yang cepat berkembang biak.
(Sugeng, 1995).
Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling menonjol yaitu domba
ekor tipis dan domba ekor gemuk. Asal usul domba ekor tipis berasal dari india
dan domba ekor gemuk berasal dari Asia Barat. Domba ekor gemuk tersebar
pada daerah-daerah kering seperti di Jawa Timur dan Nusa Tenggara
(Wiliamson dan Payne, 1993).
Karakteristik domba ekor gemuk yaitu badannya besar, warna bulu putih
dan rapi tapi kasar, kepalanya ringan dengan bentuk muka melengkung, bentuk
telinga kecil dan arahnya mendatar serta menyamping. Pejantan dari jenis
domba ini biasanya tidak bertanduk atau bertanduk tapi kecil, sedangkan
betinanya tidak bertanduk. Bagian dada serasi dan kuat, bila berjalan agak
lamban karena keempat kakinya menanggung berat dari bobot badan dan
ekornya yang gemuk (Epstein, 1971).
Menurut Davendra dan Mc Lorey (1982), yang menyatakan bahwa
panjang ekor normal domba ekor gemuk adalah 15-18 centimeter, bentuknya
“S” atau Sigmoid, kecuali pada ujungnya yang berlemak kebanyakan
menggantung bebas. Ciri dari ekornya yang gemuk yaitu digunakan untuk
5
6
mendeposit lemak, sehingga saat kekurangan pakan akibat kekeringan, maka
lemak yang disimpan tersebut akan digunakan untuk proses metabolisme
tubuhnya.
Domba garut adalah keturunan dari hasil persilangan antara domba merino
asal spanyol, domba kaapstad asal afrika dan domba lokal sehingga
terbentuknya suatu tipe domba garut yang ada seperti ini. Menurut Mason
(1980), perpaduan ini sebagaimana tampak dari tinggi badan dan bentuk ekor
yang gemuk diperkirakan berasal dari domba kaapstad dan bentuk wool serta
tanduk dari domba merino.
Ciri-ciri dari domba garut antara lain berat domba jantan hidup dapat
mencapai 60-80 kilogram, berat domba betina sekitar 30-40 kilogram, daun
telingan relatif kecil dan kokoh, berbulu lebih panjang dari pada domba asli
dengan warna bulu beragam, ada yang putih, hitam dan coklat atau warna
campuran, domba betina tidak bertanduk sedangkan domba jantan bertanduk
besar, kokoh kuat dan melingkar. Domba garut jantan yang baik performannya
digunakan sebagai domba laga, akan tetapi meskipun berbulu lebat, domba ini
tidak dapat diklasifikasikan sebagai penghasil wol karena wol yang kasar tidak
ekonomis. Presentase karkas sebesar 55% (Rismayanti, 2010).
Domba merino merupakan jenis domba penghasil wol. Warna tubuhnya
adalah dominan putih dengan bobot dewasa sekitar 40-50 kilogram betina dan
60-70 kilogram jantan dengan rataan jumlah anak sekelahiran 1-3 ekor. Bobot
lahir domba merino adalah 3 kilogram sedangkan bobot sapihnya 19 kilogram.
Walaupun tidak sesuai dipelihara di daerah tropis, ternyata importasi domba
merino ke Indonesia sudah berlangsung sejak abad 19 dan dilanjutkan pada
masa pemerintahan orde baru (Subandriyo dan Tiesnamurti, 2005)
B. Bakalan Domba
Karkas adalah bagian tubuh yang telah mengalami proses pemotongan
tanpa kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari carpus dan tarsus, kulit,
darah dan organ dalam (hati, saluran pencernaan, jantung, saluran reproduksi,
paru-paru, limpa kecuali ginjal). Karkas terdiri dari atas tiga jaringan tubuh
yaitu tulang, otot dan lemak. Urat daging merupakan komponen utama karkas
7
yang dibutuhkan konsumen, karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain (Berg dan Butterfield, 1976).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah
bangsa, umur, jenis kelamin dan bobot potong. Bangsa ternak yang mempunyai
bobot potong besar akan menghasilkan karkas besar pula. Bertambahnya umur
ternak yang sejalan dengan pertambahan bobot hidupnya, maka bobot karkas
akan bertambah. Jenis kelamin mempengaruhi presentase karkas karena
menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan, ternak jantan biasanya tumbuh
lebih cepat daripada ternak betina pada umur yang sama. Bangsa ternak yang
mempunyai bobot potong besar akan menghasilkan karkas besar pula
(Soeparno, 1994).
Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
yang memakannya. Komposisi daging terdiri dari 75% air, 19% protein tiga
setengah % substansi non protein yang larut dan dua setengah % lemak.
Daging domba memiliki serat yang lebih halus dibandingkan dengan daging
lainnya, jaringannya sangat padat, berwarna merah muda, lemaknya terdapat di
bawah kulit yaitu antara otot dan kulit dan dagingnya sedikit berbau amonial
(prengus). Daging domba mengandung protein 17,1% dan lemak 14,8%
(Soeparno, 1994).
Tulang adalah jaringan pembentukan kerangka tubuh yang mempunyai
peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Tulang lebih kecil dibandingkan
bobot karkas dengan perkembangan yang lebih kecil atau dengan kata lain
presentase tulang berkurang dengan meningkatnya karkas. Tulang akan
bertambah selama hidup ternak dan pada ternak tua terjadi pembentukan tulang
yang berasal dari tulang rawan yang mempertautkan tulang dengan tendon atau
ligamentum (Pulungan dan Rangkuti, 1981).
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori
paling tinggi.
pertumbuhan
Lemak mempunyai
lemak
sangat
lambat,
pola pertumbuhan
tetapi
pada
fase
yang berbeda,
penggemukan
pertumbuhannya meningkat cepat. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
8
perlemakan pada karkas yaitu komposisi pakan yang diberikan, faktor genetik
ternak atau keterikatan antara kedua faktor tersebut (Leat, 1980).
Romans dan Ziegler (1977) membagi karkas domba menjadi delapan
potongan yaitu paha, pinggang, punggung rusuk, bahu, leher, dada, lipatan
paha dan lengan. Bobot potongan karkas komersial dipengaruhi oleh bobot
karkasnya. Pada domba jantan, otot pada bagian bahu, paha dan pinggang
mengalami masak dini sehingga pertumbuhannya relatif cepat dibandingkan
dengan potongan tubuh lainnya.
Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih
yang berumur 8-12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba
yang kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif
kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus
dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar
dua sampai tiga bulan (Yamin, 2001).
Ternak domba yang dilihat dari bentuk tubuhnya untuk dijadikan sebagai
bakalan seperti berpunggung lurus serta memiliki tubuh yang besar. Ternak
dengan ciri-ciri tersebut akan memberikan bobot hidup yang berat
dibandingkan dengan ternak yang berpunggung melengkung. Pemilihan ternak
yang berbadan sedang atau gemuk, jangan ternak yang kurus karena akan
membutuhkan waktu penggemukan lebih lama untuk memperoleh bobot hidup
yang ditetapkan (Hastono, 2007).
Penentuan lama waktu penggemukan tergantung dari tujuan yang akan
dicapai apakah untuk diekspor, untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul
Adha atau dijual ke pasar. Semakin lama periode penggemukan dilakukan,
maka akan semakin besar resiko yang akan dihadapi oleh peternak. Resiko
yang akan diterima peternak biasanya yaitu ongkos produksi, pakan dan
kematian
ternak.
Lama
penggemukan
domba
adalah
45-60
hari
(Hastono, 2007).
Bobot badan ternak ditimbang setiap dua minggu untuk kemudian
disesuaikan pemberian pakannya. Domba garut merupakan domba yang
9
memiliki pertambahan berat badan harian yang tinggi. Pertambahan berat
badan harian domba garut adalah 108 gram (Hadajati et al., 2002).
Perbedaan pertambahan berat badan harian domba ekor gemuk antara
perlakuan disebabkan adanya perbedaan kandungan unsur-unsur nutrisi setiap
perlakuan. Pemeliharaan domba ekor gemuk yang dikandangkan secara penuh
(intensif) menunjukan bahwa rata-rata pertambahan berat badan hariannya
tinggi. Domba ekor gemuk pra sapih yang diberikan pakan hijauan berupa
rumput lapangan lima kilogram/ekor/hari dan 500
gram konsentrat
pertambahan berat badan hariannya 130 gram/ekor/hari. Presentase karkas
domba ekor gemuk 45%-55% (Yusran et al., 2001).
Domba wonosobo merupakan salah satu ternak potong alternatif penghasil
daging dan wool yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka
upaya memenuhi kebutuhan gizi terutama protein melalui pengembangan
budidaya terpadu. Bobot hidup domba wonosobo jantan mencapai 100
kilogram dan betina mencapai 70 kilogram dengan pertambahan berat badan
harian jantan 0,135 kilogram dan pada betina 0,100 kilogram. Karkas domba
wonosobo mencapai 50-55% dan produksi wool per ekor setiap kali
pencukuran mencapai 1-3,5 kilogram (Yon et al., 2008).
C. Pakan
Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun
pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan ternak
untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dalam pertambahan bobot
badan. Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti
pembentukan lemak. Hewan yang dipotong semakin muda, sehingga
dagingnya semakin empuk. Tujuan program penggemukan adalah untuk
memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja
(Parakkasi, 1999).
Penggemukan ternak domba tidak sepopuler pada penggemukan ternak
sapi potong, seperti penggemukan dengan sistem tradisional, padang
penggembalaan, feedlot dan kombinasi antara penggembalaan dengan feedlot.
Penggemukan pada domba dapat dilakukan dengan sistem kombinasi
10
pemberian pakan yaitu rumput dan konsentrat. Perbandingan antara rumput dan
konsentrat
dapat
ditentukan
antara
lain
50:50,
40:60
atau
30:70
(Hastono, 2007).
Teknologi pengolahan hasil samping pertanian dan hasil samping
agroindustri menjadi pakan pelengkap merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan nilai kedua hasil samping tersebut dengan metode prosessing
yang terdiri atas chopping, drying dan mixing. Perlakuan pencacahan
(chopping) untuk mengubah ukuran pakan dan melunakan tekstur bahan agar
konsumsi ternak lebih efisien. Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas
matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan. Proses
pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer) dan
perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan terakhir
pengemasan (Wahyono dan Hardianto, 2004).
Martawidjaja (1998), menyatakan bahwa kualitas pakan akan menentukan
konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan
bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah
pakan yang dikonsumsi minimal mampu menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi.
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi
ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
lemak, protein dan mineral. Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan
dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi
setiap harinya sangat bergantung jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan,
dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal dan sakit) dan
lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembapan). Jadi setiap ekor
ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda
(Kartadisastra, 1997).
Menurut Murtidjo (1990), yang menyatakan bahwa bahan pakan
digolongkan menjadi tiga yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan
tambahan. Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman
11
ataupun tumbuhan berupa daun-daunan yang termasuk hijauan adalah rumput,
leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan
dua macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. Pakan penguat yaitu
pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan
mudah dicerna. Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari
biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik
seperti dedak, bungkil kelapa, tetes yang berfungsi untuk meningkatkan dan
memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah.
Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan
dibutuhkan oleh ternak yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada
dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain
vitamin A dan D, mineral terutama Ca, P dan urea. Ditambahkan juga oleh
Murtidjo (1993), bahwa bahan pakan tambahan biasanya diberikan dalam
jumlah yang sedikit. Maksud dari penambahan pakan tambahan adalah untuk
merangsang pertumbuhan dan produksi.
1. Pakan Hijauan
Pada umumnya pakan domba berasal dari hijauan yang terdiri atas
berbagai rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang
kandungan serat kasarnya relatif tinggi, yang termasuk dalam kelompok
bahan pakan hijauan segar yaitu hay dan silase. Ternak domba merupakan
hewan yang memerlukan hijauan dalam jumlah kurang lebih 90%
(Church et al., 1998). Ditambahkan juga oleh Murtidjo (1993), yang
menyatakan bahwa fungsi dari pakan hijauan tidak saja sebagai pengisi
perut,tetapi juga sumber gizi yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan
mineral.
2. Pakan Konsentrat
Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar
relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan
pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, bungkil
kelapa, tetes dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan
12
dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lainnya yang nilai gizinya
rendah (Sugeng, 1998).
Complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit dan
praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan
ternak serta dapat ditujukan untuk perbaikan sistem pemberian pakan.
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembentukan complete feed
antara lain sumber SK (jerami, tongkol jagung dan pucuk tebu). Sumber
energi (dedak padi, kulit kopi dan tetes). Sumber protein (bungkil kedelai,
bungkil kelapa, bungkil sawit dan bungkil kapok). Sumber mineral (tepung
tulang dan garam dapur) (Wahjuni dan Bijanti, 2006).
3. Pemberian Pakan Ternak
Pemberian
pakan
pada
ternak
dapat
dilakukan
dengan
cara
digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara digembalakan
dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang
penggembalaan selama enam sampai delapan jam sehari. Penggembalaan
dilakukan setelah hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul
15.00 WIB. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus dalam
kandang diberikan dengan cara disediakan. Jumlah pakan yang diberikan
pada domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan atau empat setengah
sampai lima kilogram/ekor/hari (Rismayanti, 2010).
Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang
masih segar. Pakan yang berada dalam palungan lebih dari 12 jam maka
pakan tersebut akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Untuk
menjamin pakan dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan
minimal dua kali sehari, bila ada sisa pakan dari pemberian sebelumnya
harus dibuang (Santosa, 2006).
Makanan bagi ternak dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur
yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi tenak. Kebutuhan akan makanan meningkat selama domba masih
dalam pertumbuhan berat tubuh dan saat kebuntingan. Pemberian makanan
13
harus dilandasi dengan beberapa kebutuhan sepertu hidup pokok, kebutuhan
untuk pertumbuhan dan kebutuhan reproduksi (Parakkasi, 1995).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot
badan yang lebih tinggi pada penggemukan ternak potong adalah dengan
mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan.
Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari
semalam. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat
pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam
sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan
dapat meningkatkan kemampuan ternak itu untuk mengonsumsi ransum dan
juga meningkatkan kencernaan bahan kering hijauan (Siregar,2003).
Pemberian pakan konsentrat biasanya diberikan sebelum pakan kasar
atau hijauan. Hal ini dimaksudkan agar mikrobia rumen telah mendapat
cukup energi sehingga dapat berkembangbiak secara optimal dan
selanjutnya mikrobia tersebut diharapkan mampu mengkonversi pakan kasar
yang berupa hijauan menggunakan enzym selulase dan kemudian diserap
oleh tubuh ternak. Pemberian hijauan dilakukan dua jam setelah pemberian
konsentrat agar mikrobia dalam rumen dapat berkembangbiak terlebih
dahulu, sehingga dapat mencerna hijauan dengan baik. Imbangan pemberian
hijauan dan konsentrat dalam bahan kering supaya dapat dicapai koefisien
cerna pakan tertinggi adalah sebesar 60:40 (Sutardi, 1981).
4. Kebutuhan Air Minum
Komposisi tubuh domba, 70% dari berat badan berupa air. Kekurangan
air di dalam tubuh jika mencapai 20% akan menyebabkan domba dehidrasi
yang bisa membuat kematian. Karena itu ketersediaan air bersih di dalam
kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu. Kebutuhan domba
terhadap air tergantung pada banyak faktor misalnya kondisi fisiologis,
kondisi hijauan ataupun suhu lingkungan (Setiadi dan Inouno, 1991).
Domba muda relatif membutuhkan air yang banyak dibandingkan
domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang
umumnya berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak
14
dibandingkan dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan
cukup tinggi, domba akan membutuhkan air lebih banyak daripada lainnya.
Seekor domba membutuhkan air sebanyak satu setengah sampai dua
setengah liter per hari (Sodiq dan Abidin, 2002).
Ketersediaan air minum untuk domba harus ada setiap saat. Meskipun
sebagian besar air didapat dari hijauan rumput, domba tetap harus diberi
minum. Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan
bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan
kotoran). Volume kebutuhan air pada domba sangat bervariasi dipengaruhi
oleh jenis domba, suhu, dan jenis pakan yang diberikan. Kebutuhan air
minum domba berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008).
5. Klasifikasi Kelas Bahan Pakan
Bahan pakan kelas hijauan kering ini mengikutsertakan semua hijauan
dan jerami yang dipotong serta produk lain yang mengandung serat kasar
lebih dari 18% atau dinding sel yang lebih dari 35%. Hijauan kering dan
jerami padi termasuk dalam kelas ini. Menurut Tillman et al (1991),
menyatakan bahwa bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah
semua hay (hijauan kering) dan semua bahan makanan kering
Pastura merupakan tanaman segar berupa hijauan segar. Semua hijauan
yang dipotong atau tidak dan diberikan dalam keadaan segar. Contohnya
yaitu rumput, legum dan rambanan (Tillman et al, 1991).
Silase adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi secara anaerob,
yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purbowanti dan Rianto (2009), yang menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan silase adalah hijauan (jagung, rumput dan lain-lain) yang
diperam selama masa tertentu misalnya 21 hari. Silase merupakan produk
fermentasi suatu bahan baku oleh mikroorganisme yang dapat dijadikan
sebagai bahan pakan.
Bahan makanan dapat dikatakan sebagai sumber energi bila pada bahan
makanan itu unsur nutrisi terbesar yang dikandungnya adalah energi dan
unsur lainnya kecil atau bersifat melengkapi saja. Bahan makanan sumber
15
energi berasal dari biji-bijian dan limbah prosesing bijian itu. Termasuk
dalam kelompok ini adalah bahan-bahan dengan protein kasar dengan
kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan dinding sel kurang dari
35%. Kelompok serelia atau biji-bijian (jagung, gandum, sorgum),
kelompok hasil sampingan serelia (limbah penggilingan), kelompok umbi
(ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya), bekatul, onggok,
tetes ampas kelapa dan dedak (Anggorodi, 1994).
Sumber protein merupakan segala pakan yang mengandung protein
kasar 20% yang terdapat pada hewan maupun tanaman. Beberapa bahan
pakan yang termasuk dalam kelas ini antara lain kacang tanah dan bungkil
kelapa (Purbowati dan Rianto, 2009).
Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak
mineral dan fosfor. Bahan pakan yang termasuk bahan pakan sumber
mineral antara lain adalah tepung tulang, tepung cangkang kerang dan ultra
mineral. Selain itu juga mengandung kalsium dan fosfor dimana sangat
dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan
dan pembentukan tulang,
bilamana ternak kekurangan kalsium dan fosfor maka dapat terganggunya
pertumbuhan ternak (Purbowati dan Rianto, 2009).
Bahan pakan sumber vitamin merupakan bahan pakan yang cukup
banyak mengandung vitamin. Purbowati dan Rianto (2009), menyatakan
bahwa vitamin banyak terdapat pada hijauan. Sumber vitamin yang
dimaksud disini adalah ragi dan ensilasi. Pemberian bahan pakan yang
mengandung vitamn yang kurang akan menyebabkan ternak mudah
terserang penyakit. Vitamin terdiri dari dua jenis yaitu vitamin yang larut
dalam air dan yang tidak larut dalam air.
Zat aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan
jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Beberapa informasi penting untuk
bahan tambahan atau aditif sehubungan dengan pengolahan pakan ternak
adalah bahan additive diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam
jumlah sedikit agar produksi pakan optimal. Bahan pakan yang termasuk zat
aditif adalah jahe, kunyit, urea dan temulawak (Alamsyah, 2005).
16
D. Kandang
Pemilihan kandang yang ideal untuk peternakan domba adalah dengan
kandang kelompok dan kandang umbaran. Kandang kelompok akan
memudahkan dalam proses perkawinan, sedangkan kandang umbaran akan
memberikan kesempatan ternak untuk exercise dan melakukan gerak sehingga
perototan baik saat melahirkan. Jenis atap dan bahan baku atap yang baik
adalah yang tahan terhadap segala cuaca serta ekonomis. Arah kandang yang
baik menghadap utara karena cahaya matahari dapat masuk pada pagi hari dan
sore hari (Safitri, 2011).
Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari terik matahari, hujan,
udara dingin, terpaan angin, tempat ternak beristirahat dengan nyaman,
melindungi ternak dari hewan pengganggu dan memudahkan pelaksanaan
pemeliharaan. Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan faktor
lingkungan yang meliputi tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk,
pembuangan limbah yang baik, tersedia air bersih yang cukup. Jarak kandang
dengan rumah penduduk minimal sekitar sepuluh meter, letak kandang sekitar
20-30 centimeter lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya (Santosa, 2006).
Sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam penggemukan dewasa ini yaitu
secara intensif. Sistem pemeliharaan ternak secara intensif merupakan
pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke
ternak. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan
bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif dengan cara ternak domba
dikandangkan
penuh,
sehingga
dapat
menghemat
energi
dan
dapat
dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998).
Kandang domba dibuat dalam bentuk panggung. Model kandang
panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang
panggung yaitu kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah,
kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, serta kuman,
jamur dan parasit dapat ditekan. Kekurangan kandang panggung yaitu biaya
17
relatif mahal, resiko terperosok dan kandang memikul beban ternak lebih berat
(Rismayanti, 2010).
Pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi dan tujuan usaha untuk jangka panjang, menengah dan pendek.
Pemilihan bahan kandang hendaknya minimal dapat tahan untuk jangka waktu
lima sampai sepuluh tahun. Bahan kandang juga dapat diperoleh dengan
memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti bambu dan kayu (Rasyid, 2007).
Atap kandang terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia dan asbes. Daerah
panas sebaiknya menggunakan bahan genting sebagai atap kandang.
Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30-45%, asbes atau seng sebesar
15-20% dan rumbia sebesar 25-30%. Ketinggian atap di dataran tinggi yaitu
dua setengah sampai tiga setengah meter. Bentuk dan model atap kandang
hendaknya menghasilkan sirkulais udara yang baik di dalam kandang, sehingga
kondisi
lingkungan
dalam
kandang memberikan
kenyamanan
ternak
(Reksohadiprodjo, 1984).
Persyaratan kandang untuk ternak antara lain memberi kenyamanan bagi
ternak yang digemukkan. Memenuhi persyaratan kesehatan ternak. mempunyai
ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna. Mudah dibersihkan dan selalu
terjaga kebersihannya. Bahan-bahan kandang digunakan dapat bertahan lama,
tidak mudah lapuk dan sedapat mungkin memerlukan biaya yang murah
(Siregar, 2008)
Atap kandang terbuat dari genting maka ketinggiannya empat setengah
meter untuk lokasi kandang di dataran rendah dan menengah. Ketinggian atap
di dataran tinggi mencapai empat meter. Atap terbuat dari bahan asbes maka
ketinggiannya empat sampai lima meter di dataran rendah, sedangkan dataran
tinggi tiga setengah meter (Siregar, 2008)
Tempat penyimpanan pakan terbuat dari tembok dan menggunakan atap
genting. Letak lokasi gudang dekat dengan kandang. Tempat penyimpanan
pakan beralas lantai yang ada di dalam karung sak, sehingga terhindar dari
kelembapan yang bisa merusak pakan (Murtidjo, 1993).
18
E. Kesehatan Ternak
Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar tubuhnya
tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit. Memandikan domba dapat
dilakukan pada cuaca cerah dengan menggunakan air bersih yang mengalir.
Pada saat dimandikan seluruh tubuh dan bulunya dibersihkan dengan air sabun
dan disikat kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah dimandikan domba di
sampai bulunya mengering (Rismayanti, 2010).
Bulu domba tumbuh relatif banyak sehingga memerlukan perawatan agar
tidak menjadi kotor dan tidak menjadi sarang penyakit. Mencukur bulu
biasanya dilakukan pada domba berusia lebih dari enam bulan dan dilakukan
dua kali setahun. Sebelum mencukur bulu hendaknya domba dimandikan
dahulu agar bulunya bersih (Mulyono, 2005).
Teknik mencukur bulu domba ternak dapat berdiri atau dirobohkan dengan
cara mengikat keempat kakinya sehingga pencukuran dapat lebih cepat dan
hasilnya lebih rapi. Pencukuran dapat menggunakan gunting yang besar dan
tajam atau gunting cukur listrik. Pencukuran dimulai dari perut bagian bawah
ke atas, ke depan dan ke belakang sampai daerah kepala dan kaki. Bulu yang
tertinggal di kulit sepanjang 0,5-1 centimeter. Mencukur bulu harus dilakukan
hati-hati agar domba tidak terluka (Mulyono, 2005).
Domba yang dipelihara dalam kandang, secara alami kukunya akan
tumbuh dan bertambah panjang. Kuku domba yang panjang dan tidak pernah
dipotong dapat menyebabkan gangguan saat berjalan dan dapat menjadi sarang
kotoran. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka kuku domba harus dipotong
secara rutin setiap tiga sampai enam bulan sekali (Rismayanti, 2010).
Memotong kuku dilakukan dengan cara mengikat domba pada bambu.
Kemudian kuku depan kiri dan kanan dipotong secara bergantian dengan cara
mengangkat kaki domba dengan melipat sendi lutut. Untuk memotong kuku
belakang kiri dan kanan dilakukan dengan menjepit badan domba bagian
belakang dengan posisi searah ekor, kemudian kaki belakang diangkat dan
dipotong secara bergantian. Memotong kuku dapat menggunakan gunting atau
19
pisau. Bagian kuku yang dipotong adalah bagian yang tidak ada syaraf dan
pembuluh darah (Mulyono, 2005).
Kembung
merupakan
akibat
mengkonsumsi
pakan
yang
mudah
menimbulkan gas dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat
yang berujung menurunkan gerakan rumen dan menurunkan derajat keasaman
dari rumen. Pakan hijauan yang masih basah dapat memicu timbulnya bloat,
selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya bloat (Sitepoe,
2008).
Penyakit mencret adalah penyakit akut dan menular pada anak domba.
Anak domba yang menderita penyakit mencret mengeluarkan kotoran terus
menerus. Jika mencret pada domba tidak tertanggulangi dapat menyebabkan
anak domba mati kehabisan cairan (Murtidjo, 1993).
F. Pengolahan Limbah
Peningkatan populasi domba akan diikuti dengan peningkatan produksi
limbah baik berupa feses, urin maupun sisa pakan. Feses mengandung bahan
organik yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Upaya menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh feses tersebut
dilakukan pengolahan, salah satu cara pengolahan feses berupa pengomposan
(Yuli et al., 2008).
Proses pengomposan terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan,
salah satunya adalah faktor nisbah C/N bahan komposan sekitar 30. Nisbah
C/N feses domba kurang dari 30, untuk meningkatkan nisbah C/N tersebut
perlu ditambahkan sumber C. Sebagai sumber C dapat ditambahkan limbah
usar, limbah ini merupakan limbah dari ektraksi akar tanaman usar sebagai
bahan baku minyak atsiri. Tanaman usar ini banyak terdapat di kabupaten
Garut (Yuli et al., 2008).
Setiap ternak memiliki kandungan N, P dan K berbeda-beda. Berdasarkan
komposisi bahan organik sebelum diolah, feses domba segar mengandung
unsur Nitrogen sebesar (0,6%), Phospor (0,6%) dan Kalium (0,3%). Feses
domba yang kering terdapat unsur Nitrogen sebesar (2,0%), Phospor (1,5%)
20
dan Kalium (3,0%). Urin domba mengandung unsur Nitrogen (2,0%), Phospor
(0,0%) dan Kalium (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang
dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahkluk hidup (tanaman
maupun hewan). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan
anaerob yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara
keseluruhan, proses ini disebut dekomposisi. Pembuatan kompos secara
anaerob ialah modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan
organik tanpa bantuan udara atau oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan
proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi suhu. Proses pembuatan kompos
secara anaerob perlu tambahan panas dari luar supaya temperature 30oC
(Sumekto, 2006).
Kompos yang telah matang berbau seperti tanah, karena materi yang
dikandungnya sudah menyerupai tanah. Warnanya yaitu coklat kehitaman,
yang terbentuk akibat pengaruh bahan organik yang sudah stabil. Sedangkan
bentuk akhir sudah tidak menyerupai bentuk aslinya karena sudah hancur
akibat penguaian alami oleh mikroorganisme yang hidup dalam kompos
(Hermawan, 2008).
Pupuk kandang dapat pula digunakan untuk pupuk organik cair. Pupuk
organik cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu
diaduk. Setelah larut tercampur rata simpan di tempat yang teduh dan tidak
terkena sinar matahari langsung. Biarkan agar terjadi proses fermentasi
sebelum digunakan. Penyimpanan pupuk organik cair dilakukan dalam kondisi
tertutup agar udara tidak masuk. Hal ini dilakukan agar tidak kehilangan
nitrogen dalam bentuk gas anomia yang menguap (Hadisuwito, 2012).
G. Analisis Usaha
Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan eksekusi. Mulai dari
tahap konsepsi, penetapan, harga, promosi hingga distribusi barang, ide dan
jasa-jasa. Tujuan dilakukannya pemasaran untuk melakukan pertukaran yang
memuaskan individu dan lembaga-lembaganya (Rhenald, 1998).
21
Mendapatkan keuntungan dan untuk mengetahui seberapa besar
perkembangan
perusahaan
peternakan
serta
untuk
merencanakan
perkembangan perusahaan ke depannya maka suatu perusahaan peternakan
harus memperhatikan dan memperhitungkan ekonomi perusahaannya dengan
teliti. Perusahaan juga harus memiliki laporan keuangan yang disusun dengan
baik dan rapi. Setiap pemasukan dan pengeluaran perusahaan harus dicatat
dengan jelas dalam laporan keuangan. Dengan mengetahui perekonomian dan
melihat laporan keuangan maka kita dapat menetapkan kebijakan yang tepat
yang harus diambil demi kemajuan perusahaan (Adisaputro, 1993).
1. Output Input Analysis
Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan
ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama
masa produksi. Setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang
diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani
memperoleh apa yang disebut dengan hasil bersih atau keuntungan
(Daniel, 2002).
2. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit
cost
ratio
analysis
merupakan
metode
untuk
membandingkan manfaat (benefit) dan dana yang dibutuhkan (cost). Metode
ini dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam memilih beberapa
alternatif, termasuk perlu layak atau tidaknya memilih investasi yang lebih
besar dengan pemasukan lebih besar (analisis incremental). Metode ini juga
dapat diterapkan pada proyek dengan jangka waktu akhir yang tidak
ditentukan, serta memiliki kemampuan analisis incremental yang baik.
Faktor-faktor dalam metode analisis ini menjadikan benefit cost ratio
analysis sering digunakan pada analisis untuk pemilihan opsi di bidang
infrastruktur (Akbary, 2004).
Umumnya metode benefit cost ratio digunakan pada tahap awal
evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka
validasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini
22
sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak
langsung kepada masyarakat banyak (public government project), baik
dampak positif maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan
terhadap ratio antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang
ditanggung akibat adanya investasi tersebut (Zacoeb, 2014).
3. Rentabilitas
Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Kata lain rentabilitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada
umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba,
karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan
atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan
atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah
menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2001).
4. Break Event Point (BEP)
Break event point adalah suatu alat atau teknik yang digunakan
oleh manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan tertentu perusahaan
sehingga tidak mengalami laba dan tidak pula mengalami kerugian. Impas
adalah suatu keadaan perusahaan dimana total penghasilan sama dengan
total biaya Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan adalah
pengambilan keputusan dalam pemeliharan berbagai macam alternatif dan
perumusan
kebijaksanaan.
Seringkali
keputusan
yang
diambil
itu
mempunyai pengaruh terhadap laju pertumbuhan perusahaan sehingga
diperlukan beberapa pertimbangan sebelum keputusan akhir diambil.
Hubungannya dengan perencanaan laba, salah satu alat analisis dalam
pembelanjaan yang dapat digunakan oleh manajemen adalah Analisis break
even point (Sigit, 2002).
5. Asset Turn Over Ratio (ATO)
Menurut
Harahap
(2008),
menyatakan
bahwa
rasio
ini
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin
23
besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini
maka hal ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan
aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva
dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam
menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan
penjualan tertentu. Aset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan
seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva
asset turn over yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. Jadi jika
semakin efektif aktiva digunakan maka penjualan yang ada juga semakin
meningkat (Brigham dan Houston, 2001).
6. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Bilamana barang diproduksi oleh penjual, pertama kali dihitung
harga pokok produksi. Penetapan jumlah harga pokok produksi diawali
dengan jumlah harga pokok barang dalam diproses awal periode, yang
kemudian
ditambah
biaya
bahan
baku
yang
dimasukan
dalam
produksi,biaya upah dan biaya lainnya untuk jasa-jasa dan fasilitas-fasilitas
yang dipergunakan dalam produksi. Totalnya merupakan harga pokok
barang yang dikerjakan dalam produksi. Dari total ini kemudian dikurangi
persediaan barang dalam proses akhir periode untuk mendapatkan harga
pokok barang selesai dan siap dijual (Hartanto, 1981).
7. Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Laba sebelum dikurangi pajak biasa disebut dengan EBIT (Earning
Before Interest and Tax). Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba
operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak
tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena
jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan
(Suwardjono, 2003).
24
8. Profit Margin
Menurut Jumingan (2008), menyatakan bahwa profit margin
adalah rasio laba usaha dengan penjualan neto. Pengukuran profit margin
yang digunakan adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan
bersih, karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar
rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba operasional cukup tinggi, sehingga dapat melaksanakan
kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat mencapai tujuan
utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu kinerja
perusahaan yang efektif dan efisien.
9. Return on Investment (ROI)
Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan
perusahaan
secara
keseluruhan
didalam
menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam
perusahaan (Syamsuddin, 2009). Return on investment merupakan rasio
yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di
ukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan.
Download