BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai efikasi diri pada mahasiswa difabel netra yaitu sebagai berikut: 1. Mahasiswa difabel netra dalam penelitian ini tidak merasa berbeda dengan mahasiswa lainnya yang tanpa difabilitas. Mahasiswa difabel netra mampu membaur dan berkompetisi dengan mahasiswa lainnya dengan difabilitas ataupun tanpa difabilitas. Partisipan tidak hanya dapat menunjukkan kemampuannya dalam menjalani perkuliahan dengan baik akan tetapi partisipan juga mampu menunjukkan kemampuannya untuk turut aktif dalam berbagai kegiatan ekstra untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, meskipun terdapat pula partisipan yang belum memiliki kesempatan menunjukkan kemampuannya aktif di kegiatan ekstra. Partisipan juga dapat menunjukkan hasil studi yang baik yang dapat dilihat dari nilai mata kuliah yang diperoleh. 2. Karakteristik kepribadian terutama tipe kepribadian dan kondisi emosional yang dimiliki mahasiswa difabel netra sangat berpengaruh terhadap efikasi diri yang dimiliki. Dalam penelitian ini, partisipan yang memiliki kepribadian ekstrovert menunjukkan emosi dan sikap yang positif dalam kehidupan sehari-harinya sehingga dapat lebih mudah dalam pencapaian efikasi diri yang positif dibandingkan partisipan yang memiliki kepribadian introvert. Partisipan yang memiliki kepribadian introvert yang menunjukkan emosi dan 192 sikap negatif dalam kehidupannya memerlukan banyak dukungan dari faktor eksternal yaitu dari lingkungannya agar dapat mengatasi kepribadian introvert tersebut hingga tercapainya efikasi diri yang positif pula. 3. Latar belakang penyebab ketunanetraan dan lama mengalami ketunanetraan tidak menjadi dasar seorang mahasiswa difabel netra merasa lebih mudah atau tidak mudah menjalani aktivitas perkuliahan dengan ketunanetraan yang dimiliki. Hal ini dapat diketahui dari temuan penelitian yang menunjukkan bahwa partisipan yang mengalami ketunanetraan sejak lahir justru mengalami banyak kendala dan masih seringkali mengalami kondisi stress. Partisipan yang mengalami ketunanetraan total sejak lahir lebih mudah mengarah pada kepribadian yang introvert dibandingkan partisipan yang mengalami ketunanetraan saat usia remaja ataupun dewasa baik karena faktor penyakit ataupun kecelakaan. Kepribadian dan kondisi emosional positif yang ditunjang oleh dukungan dari lingkungan yang dimiliki mahasiswa difabel netra memegang peranan penting untuk menunjang terbentuknya efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa difabel netra yang pada akhirnya dapat menunjukkan seberapa banyak kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh mahasiswa difabel netra dalam menjalani kehidupannya. 4. Efikasi diri yang tinggi (positif) yang dimiliki mahasiswa difabel netra dilatar belakangi dengan adanya beberapa faktor yang menunjang terutama bersumber dari faktor eksternal yaitu dari lingkungan (nurture) seperti persuasi verbal dan pengalaman mencontoh orang lain. Persuasi verbal berupa saran, nasehat dan bimbingan dari orang-orang terdekat dalam 193 kehidupan partisipan terutama dari orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan efikasi diri. Mencontoh pengalaman keberhasilan orang lain yaitu keberhasilan baik berupa prestasi ataupun kemampuan serta sikap positif yang telah ditunjukkan oleh teman-temannya sesama difabel netra juga sangat memberikan pengaruh besar dalam pembentukan efikasi diri yang dimiliki. Adanya kemampuan berprestasi dan keberhasilan selama menjalani perkuliahan yang telah ditunjukkan oleh difabel netra lainnya membentuk suatu keyakinan pada diri para partisipan bahwa mereka pun mampu berprestasi dan berhasil menjalani perkuliahan meskipun dengan ketunanetraan yang dialami. 5. Efikasi diri yang tinggi (positif) yang dimiliki mahasiswa difabel netra dapat membantu dalam penentuan strategi koping yang tepat untuk mengatasi kondisi stress dan kesulitan yang dialami oleh mahasiswa difabel netra khususnya selama menjalani perkuliahan dengan ketunanetraan yang dimiliki. Beberapa strategi koping yang dilakukan oleh mahasiswa difabel netra yaitu behavioral coping, psychological coping, social coping dan religious coping. Strategi – strategi koping tersebut dilakukan agar mahasiswa difabel netra dapat menjalani perkuliahan sebagaimana mahasiswa lainnya meskipun dengan ketunanetraan yang dimiliki. Beberapa strategi koping seperti behavioral coping, psychological coping dan social coping selalu dilakukan terutama ketika menjalani aktifitas di kampus. Adapun religious coping lebih digunakan ketika berada dalam kondisi yang 194 sulit. Penggunaan religious coping diyakini dapat mempermudah dan menunjang pemecahanan masalah yang dihadapi. 6. Bentuk strategi koping berupa behavioral coping yang ditemukan dalam penelitian adalah menggunakan tongkat ketika berjalan dan menggunakan media perekam ataupun Braille untuk memudahkan mempelajari kembali materi yang disampaikan oleh dosen. Bentuk strategi koping berupa psychological coping yaitu menerima ketunanetraan yang dimiliki dengan mensyukuri bahwa masih ada indera lain yang masih dapat berfungsi selain indera penglihatan dan mengambil sisi positif dari ketunanetraan yang dialami dengan memandang bahwa dengan hilangnya kemampuan indera penglihatan maka hilanglah salah satu dosa yang dapat bersumber dari penglihatan. Bentuk strategi koping berupa social coping yaitu mencari bantuan ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, berjalan (mobilisasi) dan mencari buku. Demi tercapainya strategi ini, semua partisipan berusaha memiliki teman sebanyak-banyaknya agar tidak kesulitan ketika mengalami kesulitan yang membutuhkan bantuan orang lain. 7. Strategi koping yang dilakukan oleh mahasiswa difabel netra didukung oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa faktor kepribadian dan faktor ekstrenal yaitu faktor dukungan sosial. Dalam penelitian ini, semua partisipan memiliki kepribadian optimis sehingga mereka dapat menentukan strategi koping yang tepat dan efektif untuk mengatasi kondisi stress dan kesulitan yang dihadapi. Dukungan sosial pun memiliki peranan penting dalam penentuan strategi koping yang dilakukan oleh semua partisipan. Dukungan sosial 195 banyak diperoleh oleh partisipan selain dari orang tua juga dari teman-teman kuliah khususnya ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas kuliah ataupun mobilitas di kampus. B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi partisipan penelitian Partisipan penelitian diharapkan agar dapat terus meningkatkan efikasi diri yang dimiliki demi tercapainya harapan dan tujuan hidup. Partisipan penelitian agar selalu optimis, berpikiran positif dan selalu berusaha menerima ketunanetraan yang dimiliki sebagai suatu kelebihan bukan sebagai suatu kekurangan diri dengan terus mengoptimalkan kemampuan indera lain yang masih berfungsi dan potensi diri yang dimiliki agar dapat terus berkembang dan berhasil menjalani studi perkuliahan. 2. Bagi mahasiswa difabel netra lainnya Mahasiswa difabel netra lainnya diharapkan juga dapat memiliki efikasi diri yang tinggi (positif) agar dapat menentukan strategi koping yang tepat untuk mengatasi keterbatasan penglihatan yang dimilikinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan terutama keberhasilan menjalani perkuliahan. 3. Bagi keluarga partisipan Keluarga partisipan agar dapat terus memberikan motivasi dan tidak hentihentinya membimbing partisipan agar terus dapat mengoptimalkan 196 kemampuan yang dimilikinya. Keluarga pun sudah semestinya membantu partisipan terutama ketika partisipan meminta bantuan ketika berada di rumah. 4. Bagi seluruh mahasiswa dan pihak kampus Lingkungan kampus yang kondusif dan aksesibel sangat penting bagi mahasiswa difabel netra, maka diharapkan bagi seluruh mahasiswa dan pihak kampus dapat memberikan dukungan positif pada mahasiswa difabel netra. Pihak kampus diharapkan lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa difabel netra baik secara fisik kampus ataupun layanan dan bimbingan seperti latihan-latihan yang berguna untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan mahasiswa difabel netra. 5. Bagi masyarakat umum Masyarakat umum dapat menerima keberadaan para difabel netra dimanapun mereka berada dan memberikan bantuan ketika menemui difabel netra yang sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan terutama ketika berada di tempat umum seperti di jalan dan fasilitas umum lainnya. 6. Kepada peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya agar dapat lebih mengembangkan tema penelitian ini dengan kajian penelitian yang berbeda. Dapat dikaji tentang efikasi diri pada mahasiswa difabel netra yang mengalami ketunanetraan total yang tinggal jauh dari keluarga seperti di asrama ataupun indekost. Dapat pula dilakukan penelitian selanjutnya tentang efikasi diri yang dimiliki mahasiswa difabel netra yang mengalami ketunanetraan total dengan mahasiswa difabel netra yang mengalami low vision. 197