BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang sering diminta oleh perusahaan untuk diungkapkan saat ini adalah tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews,1985 dalam Sembiring 2005). Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (Hartanti dan Monika, 2008). Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul kepermukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Tunggal (2008) mengemukakan beberapa kasus yang terjadi di dunia bisnis saat ini seperti kasus Gillette Corporation, residu Halamid dalam makanan Bay Olvarit, cadmium pada peti-peti bir Heineken dan lain-lain sebagai salah satu ketidakpedulian dunia bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan. Kasus ini menimbulkan perhatian masyarakat atas dampak negatif dari kegiatan operasional, 1 2 sehingga dunia bisnis diharapkan harus melakukan suatu tanggung jawab sosial perusahaan. Faktor-faktor inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan pendekatan CSR. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemukan di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya (Nurlela dan Islahudin, 2008) Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemengang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas. Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor (Nurlela dan Islahudin, 2008). 3 Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produkproduk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM) (Hartanti dan Monika, 2008). Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut diatur oleh UndangUndang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, Pasal 74 UU PT yang menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Serta UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM), Pasal 15 huruf b menyebutkan ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Jika tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007). (Dahlia dan Veronica, 2008). CSR sebagai suatu gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom lines, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada Triple bottom lines. Disini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial 4 dan lingkungan hidup. Cowen dkk (1987) dalam Hackston & Milne (1999) dalam Retno (2006) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Retno (2006) dari hasil penelitian menemukan bahwa variabel prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR. Selain itu Damsetz (1986) dalam Junaidi (2006) berargumen bahwa kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan dan dia menyimpulkan bahwa kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian tentang penerapan program CSR dan pengaruh serta hubungannya dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Finch (2005), dikatakan bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada para stakeholder, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, menurut McGuire dkk (1998), dalam Balabanis, Phillips, 5 dan Lyall (1998), aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti dapat meningkatkan reputasi, sehingga memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor, maupun lembaga pemerintahan, dan dari perbaikan hubungan tersebut tercermin pada keuntungan ekonomi perusahaan (Jurnal Akuntansi, Agustus 2009). Hasil penelitian Chatrine (2008) menunjukkan bahwa program CSR tidak berdampak langsung terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan hasil penelitian Tresnawati (2008) dan Gilangsantika (2010) menunjukkan bahwa program CSR membawa pengaruh yang positif terhadap profitabilitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan profitabilitas setelah diterapkannya program CSR. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penerapan program CSR mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dan lingkungan hidupnya. Penelitian yang telah dilakukan umumnya mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan kinerja perusahaan di bursa saham ataupun meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial (social discloure). Sedangkan dalam penelitian ini tanggung jawab sosial dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diproksi kedalam empat variabel yaitu tema lingkungan dan energi; tema konsumen dan produk; tema tenaga 6 kerja; serta tema kemasyarakatan. Sedangkan kinerja keuangan direpresentasikan oleh besarnya return on assets (ROA). Alasannya adalah bahwa keberhasilan pemimpin sebagai pengelola perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh jumlah penjualan, tenaga kerja, asset yang dimiliki dan analisis rasio yang disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan penilaian analisis rasio yaitu SK MenKeu No.198/KMK.016/1998 (Memed, 2001 dalam widaryanti dan Ndaruningpuri W, 2008). Standar ini digunakan untuk menilai kinerja keuangan BUMN. Adapun rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas (Return On Assets/ROA). Karena rasio ini dipandang cukup representatif dalam mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Namun, dalam penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008), antara lain: 1. Periode penelitian Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008) menggunakan periode penelitian tahun 2004 saja. Dalam penelitian ini, peneliti akan memperluas rentang periode penelitian selama dua tahun pengamatan, terhitung mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dengan alasan agar diperoleh jumlah sampel dan observasi yang cukup secara statistik. Periode penelitian yang lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya. 7 2. Sampel Penelitian Sampel yang diteliti oleh Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008) menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkhususkan sampel pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI saja. Peneliti memilih industri barang konsumsi (consumer goods) karena industri ini termasuk industri yang produk akhirnya banyak berhubungan langsung dengan konsumen. Selain itu karena masalah limbah dan proses industrinya, baik limbah cair maupun udara, menjadi masalah lingkungan utama industri ini. Menurut Leimona dan Fauzi (2008) dengan berkembangnya isu perubahan iklim yang dikaitkan dengan degradasi hutan, industri consumer goods dapat pula secara langsung terseret dalam masalah ini. Selain itu perusahaan manufaktur khususnya industri barang konsumsi adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan menghindari kepada hasil masyarakat. penelitian yang Pengkhususan bias, sampel dikarenakan dapat perbedaan karakteristik perusahaan yang terdaftar di BEI. 3. Item – Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosialnya, Pada penelitian Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Machfoedz Mas’ud. Dalam penelitian ini, 8 item pengungkapan tanggung jawab sosialnya mengacu pada penelitian Sembiring (2005). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CRS) TERHADAP KINERJA KEUANGAN STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Pengungkapan Tema Lingkungan dan Energi berpengaruh terhadap ROA ? 2. Apakah Pengungkapan Tema Ketenagakerjaan berpengaruh terhadap kinerja ROA ? 3. Apakah Pengungkapan Tema Produk dan Konsumen berpengaruh terhadap ROA ? 4. Apakah Pengungkapan Tema Kemasyarakatan berpengaruh terhadap ROA ? 5. Apakah Pengungkapan Tema-Tema Tanggung Jawab Sosial perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA? 9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan bukti empiris: 1. Pengaruh Pengungkapan tema lingkungan dan energi terhadap ROA. 2. Pengaruh Pengungkapan tema ketenagakerjaan terhadap ROA. 3. Pengaruh Pengungkapan tema Produk dan Konsumen terhadap ROA. 4. Pengaruh Pengungkapan tema Kemasyarakatan terhadap ROA. 5. Pengaruh Pengungkapan tema-tema tanggung jawab sosial perusahaan secara bersama-sama terhadap ROA. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Pengembangan Ilmu 1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan teori terutama tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial. 2. Menggambarkan bagaimana tanggung jawab sosial direfleksikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. b. Bagi Praktisi 1. Memberikan masukan dalam praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan perusahaan. 10 2. Memberikan kontribusi pemikiran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial, khususnya dalam meningkatan kinerja keuangan perusahaan. c. Bagi Perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan dan dapat memberikan kontribusi pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. d. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan penelitian ini juga diharapkan dapat melihat sampai sejauhmana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders, sehingga semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.