BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain6. Upaya menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk antara konsumen dan produsen membutuhkan komunikasi dalam rangka membangun kesamaan dan berbagi informasi di dalam kegiatan itu. pengabaian keinginan konsumen merupakan langkah kegagalan produsen dalam mengkomunikasikan produk mereka. Dalam konteks komunikasi antara manusia (human communication), berdasarkan fungsi kemunikasi meliputi upaya menginformasikan, mendidik, menghibur dan memperbaharui konsumen secara menyeluruh. Perusahaan sebagai organisasi bisnis juga melakukan komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam perusahaan disebut komunikasi bisnis atau secara umum berarti komunikasi pemasaran, melibatkan bagian yang rumit dan kompleks jika hanya dibandingkan dengan komunikasi individual. Sederhananya komunikasi pemasaran sebagai upaya membangun kesamaan pandangan dan berbagi informasi antara perusahaan dengan khalayak konsumen mereka, melalui pendekatan komunikasi informatif dan persuasif. 6 Kotler, Philip & Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. 2003:8 15 16 Komunikasi pemasaran bisa berupa komunikasi internal, komunikasi eksternal, bersifat formal maupun informal, dan dapat berbentuk verbal maupun non verbal. Komunikasi pemasaran adalah proses di mana perusahaan melakukan pertukaran dan berbagi arti melalui sekumpulan simbol7. Ketika perusahaan mengembangkan produk baru, mengubah yang lama, atau bahkan mencoba untuk meningkatkan penjualan atas barang dan jasa yang telah ada, perusahaan harus mengkomunikasikan pesan penjualan kepada calon pelanggan. Para pemasar mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada target pasar dan masyarakat harus melalui program promosinya. Menurut American Association of Agencies8, Komunikasi pemasaran adalah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menekankan nilai tambah rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis berbagai disiplin komunikasi, seperti periklanan umum, respon langsung, promosi penjualan dan public relations. Komunikasi pemasaran adalah konsep yang melandasi upaya perusahaan untuk mengitegritaskan dan mengkoordinasikan secara cermat berbagai saluran komunikasinya dalam rangka menyampaikan pesan yang jelas, konsisten dan persuasif mengenai organisasi dan produknya9. Komunikasi pemasaran idealnya adalah bahwa komunikasi pemasaran dari setiap elemen bauran pemasaran terintegritas di mana pesan harus menjangkau konsumen terlepas apakah berasal dari iklan, seorang tenaga penjualan di lapangan, artikel majalah atau kupon yang disisipkan dalam koran. 7 Kertajaya, Hermawan. 2001. Marketing Public Relations. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001 : 7 8 Purnama, Lingga. Strategi Marketing Plan. Jakarta:Gramedia Putaka Utama. 2002:15 9 Kotler, Philip & Gary Amstrong. 2003:23. Loc.cit 17 Komunikasi pemasaran diarahkan kepada pencapaian satu atau lebih tujuantujuan antara lain: 1. Membangkitkan keinginan akan suatu kategori produk. 2. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness). 3. Mendorong sikap positif dan mempengaruhi niat (in-tentions). 4. Memfasilitasi pembelian 2.1.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi menunjuk tentang cara bagaimana komunikasi pemasaran dapat tercapai dengan efektif, atau dengan cara bagaimana komunikasi pemasaran efektif akan dicapai. Strategi dalam proses pemasaran yang efektif meliputi bagaimana upaya untuk mencapai sesuatu maksud.10 Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat tercapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi pemasaran merupakan proses pengambilan keputusan, pelaksanaannya dan mengukur efektivitas program yang disusun. Dalam menyusun strategi pemasaran, perencanaannya harus terus dikembangkan, dipalikasikan, dievaluasi, dan disesuaikan untuk mampu mempertahankan strategi pemasaran yang tepat sasaran. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran hal terpenting yang harus diperhatikan adalah strategi segmentasi pasar (market segmentation plan), 10 Purnama, Lingga. 2002. Loc. Cit 18 strategi penentuan pasar sasaran (market targeting strategy), dan strategi penentuan posisi pasar (market positioning strategy)11 : 1. Strategi Segmentasi Pasar (Market Segmentation Plan) Segmentasi pasar adalah kegiatan mengelompok-kelompokkan pasar. Segmentasi pasar merupakan usaha untuk meningkatkan ketepatan sasaran dari suatu perusahaan. Dalam melakukan segmentasi pasar perusahaan atau organisasi perlu memperhatikan beberapa hal penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan pemasaran yaitu, faktor demografis, geografis, psikografis, dan perilaku. 2. Strategi Penentuan Pasar Sasaran (Market Targeting Strategy) Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmentasi pasar, tahap selanjutnya adalah penentuan pasar sasaran. Pasar sasaran harus bersifat responsif terhadap produk atau program-program pemasaran yang dikembangkan. Potensi penjualan juga harus cukup luas dan harus disesuaikan dengan pertumbuhan pasar yang tidak serta merta tumbuh menjadi besar melainkan perlahan-lahan sampai akhirnya akan berkembang dengan cukup pesat. Pasar sasaran juga dapat dicapai dengan optimal apabila dalam pemasar mampu memilih media yang tepat untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya. Dalam membidik konsumen pemasar harus dapat membedakan pasarannya, yaitu: 12 11 12 Purnama, Lingga. 2002. Loc.cit Ibid 19 a. Pasar sasaran jangka pendek, adalah pasar yang ditekuni hari ini yang direncanakan akan dijangkau dalam waktu dekat dan memberikan penjualan dalam waktu terdekat, b. Pasar sasaran masa depan, adalah pasar dengan target sasaran tiga hingga lima tahun ke depan yang pencapaiaannya dapat ditempuh dengan mengubah produk atau mengembangkan produk yang ada, c. Pasar sasaran primer, adalah sasaran utama produk perusahaan yang merupakan konsumen-konsumen penting bagi kelangsungan perusahaan, d. Pasar sasaran sekunder, adalah pasar yang terdiri dari konsumen yang sering dianggap tidak penting namun jumlahnya cukup besar 3. Strategi Penentuan Posisi Pasar (Market Positioning Strategy) Setelah melakukan penentuan pasar, langkah selanjutnya adalah penentuan posisi pasar. Positioning merupakan tindakan untuk merancang penawaran dan citra perusahaan agar menempati tertanam dalam benak konsumen. Hal ini akan membantu konsumen mengenali perbedaan yang pasti di antara produk yang bersaing sehingga konsumen dapat memilih satu yang paling bernilai diantara produk tersebut. Penentuan posisi pasar menunjukkan bagaimana produk atau merek dibedakan dari pesaingnya. 20 Dengan menentukan segmentasion, targeting dan positioning produk yang sesuai dengan keinginan konsumen maka akan terjadi proses pertukaran dan transaksi, yang selanjutnya mampu membangun relasi. Dengan serangkaian konsep di atas hasil akhir yang didapat adalah perusahaan atau lembaga karena terciptanya pasar bagi berhasil memperoleh konsumen atau pelanggan. Konsep inti pemasaran dapat dilihat dalam tabel berikut: Gambar 2.1 Konsep-konsep Pemasaran Inti13 Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang diharapakan jauh lebih efektif dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pesaing. Selain itu perspektif yang dilakukan adalah dari luar 13 Kotler & Armstrong (2003). Loc.cit 21 ke dalam atau dengan menyediakan apa yang dibutuhkan konsumen. Perusahaan yang didorong oleh konsumen mempelajari konsumen untuk mengetahui kebutuhan konsumen untuk memperoleh ide produk dan layanan baru. 14 2.1.2 Konsep Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu produk, struktur harga, saluran distribusi dan kegiatan promosi. Bauran pemasaran ini merupakan variabel-variabel yang dipakai sebagai sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen. Variabel-variabel yang terdapat dalam bauran pemasaran sering dikenal dengan 4P yang terdiri dari “product, price, place dan promotion”. Bauran pemasaran adalah serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh produsen untuk menghasilkan tanggapan yang dikehendaki produsen dari pasar sasarannya. 15 Kegiatan-kegiatan ini perlu dikombinasikan dan dikoordinir agar dapat melakukan tugas pemasaran se-efektif mungkin. Jadi tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi harus mengkoordinir berbagai macam elemen dari bauran pemasaran tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Elemen pokok dalam bauran pemasaran, antara lain : 14 15 Kotler, Philip & Gary Amstrong. 2003: 23. Loc.cit Ibid 22 a. Product (produk) Merupakan suatu barang, jasa atau gagasan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.16 Produk juga merupakan suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan. Keberadaan suatu produk berasal dari pengidentifikasian kebutuhan masyarakat sebab produk dapat bersifat tangible dan intangible (berwujud dan tidak berwujud). b. Price (Harga) Merupakan sebuah alat tukar untuk mendapatkan barang atau jasa dalam pemenuhan kebutuhan dimana harga terbentuk atas manfaat yang didapat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Tinggi rendahnya harga yang harus dibayar oleh konsumen juga dipengaruhi oleh berbagai segmen kehidupan seperti sosial, politik, budaya dan sebagainya. Harga adalah jumlah uang yang telah disepakati oleh calon pembeli dan penjual untuk ditukar dengan barang atau jasa dalam transaksi bisnis 16 Simamora, Bilson. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004: 440 23 normal.17 Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa. Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. c. Place (Tempat) Merupakan lokasi dimana seluruh kegiatan dalam bauran pemasaran berhubungan dengan kegiatan yang disebut dengan distribusi. Pemenuhan tempat yang strategis merupakan suatu hal yang sangat penting, selain mengingat konsumen membutuhkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhannya, untuk kemudahan pendistribusian yang dapat memperendah biaya yang harus dikeluarkan. Untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Keputusan mengenai lokasi pelayanan jasa yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat jasa. 17 Tjiptono,Fandy dan Anastasia, Diana. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. J&J Learning: Yogyakarta, 2000:68 24 Keanekaragaman jasa membuat penyeragaman strategi tempat menjadi sulit. Masalah ini melibatkan bagaimana interaksi antara organisasi penyedia jasa dan pelanggan serta keputusan tentang apakah organisasi tersebut membutuhkan satu lokasi atau beberapa lokasi. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut: a. Pelanggan mendatangi penyedia jasa, b. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau c. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara. Bagi produsen, konsep tempat adalah bagaimana mendekatkan produk kepada konsumen agar tersedia dalam tempat dan jumlah yang tepat. Sedangkan bagi konsumen, konsep tempat adalah kenyamanan atau kemudahan untuk memperoleh produk18. d. Promotions (Promosi) Merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Promosi adalah pengkomunikasian informasi antara penjual dan pembeli potensional/pihak-pihak lainnya dalam saluran distribusi guna mempengaruhi sikap dan perilakunya. 19 18 19 Simamora, Bilson. 2004: 88. Loc.Cit Ibid 25 Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar dikenal dan ujung-ujungnya dibeli. Pesan yang disampaikan merupakan hasil riset dan evaluasi dari product, price dan place. Konsumen diberi informasi mengenai produk dan dibujuk untuk mengkonsumsi produk yang kemudian akan menghasilkan laba bagi perusahaan atau kegiatan informasi dapat berupa menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan harga pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli dan membangun citra. Promosi juga bertujuan untuk membujuk konsumen untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu dan mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga. Kegiatan komunikasi juga dapat dijadikan sebagai sarana pengingat kepada konsumen mengenai keberadaan suatu produk yang sudah lama tersedia di pasaran, mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan. Komunikasi yang bertujuan sebagai pengingat ini sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat terus mempertahankan pasar agar pembeli tidak ‘melirik’ produk 26 lain, selain dengan cara membuat inovasi-inovasi baru dalam produknya juga dengan kegiatan komunikasi tersebut. Kegiatan ini antara lain, advertising, sales promotions, public relations, the sales force, serta kegiatan lainnya dimana perusahaan dapat berkomunikasi dengan masyarakat mengenai produknya. Konsep dasar marketing mix merupakan kombinasi dari berbagai tahapan atau elemen yang diperlukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan eksekusi atau pelaksanaan keseluruhan operasi pemasaran. 2.2 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.20 perilaku konsumen adalah proses dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.21 Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.22 Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decisions units), baik individu, kelompok ataupun organisasi, 20 Setiadi, Nugroho J. Perilaku Konsumen. Penerbit Kencana. Bandung, 2003 : 5. Schiffman, Leon G dan Leslie Lazar Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh. Penerbit PT Indeks. Jakarta), 2007 : 7. 22 Setiadi, Nugroho, op.cit, 4. 21 27 membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya. Dari definisi perilaku kosumen diatas dapat diungkapkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap: a. Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing). b. Tahap konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluting). c. Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. 23 2.3 Pengambilan Keputusan Pembelian Proses pengambilan keputusan terdiri dari tahap-tahap pengenalan masalah, pencaharian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan perilaku pembelian. 24 1. Pengenalan Masalah Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dengan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal 23 24 Setiadi, Nugroho, op.cit, 4 Simamora, Bilson. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004 : 14 28 maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasai ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. 2. Pencarian Informasi Pencarían informasi mengenal dua tingkatan yang berbeda, yaitu perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarían informasi yang sedangsedang saja dan pencarían informasi secara aktif yang dilakukan dengan informasi ke segala sumber (pribadi, komersial, publik dan pengalaman). 3. Evaluasi Alternatif Untuk membuat keputusan akhir, konsumen memproses informasi tentang pilihan merek. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya, selanjutnya konsumen akan mengembangakan himpunan kepercayaan merek. 4. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, dan keputusan pembelian. Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu pengaruh orang lain dan pengaruh situasional. 5. Perilaku Sesudah Pembelian Setelah pembelian, konsumen mengevaluasi keputusan pembelian yang telah dilakukankannya. Konsumen memiliki semacam keraguan (purchase dissonance) atas produk yang telah dibelinya. Keraguan ini rendah jika banyak informasi yang dipakai dalam evaluasi, baik melalui pengalaman sendiri, 29 pengalaman orang lain, maupun media massa. Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: Pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku sesudah pembelian. Keselurahan dapat dilihat dilihat di Gambar 2.1 berikut: Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian25 2.4 Kepuasan Konsumen Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik pada pembelian ulang, dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut kemulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.26 Kepuasan 25 26 Setiadi, Nugroho, op.cit, 16. Tjiptono,Fandy dan Anastasia, Diana. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. J&J Learning: Yogyakarta, 2000 : 24 30 adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Ketidakpuasan konsumen terjadi apabila kinerja suatu produk tidak sesuai dengan persepsi dan harapan konsumen. 27 Kinerja (hasil) produk yang dipikirkan oleh konsumen bila hasil evaluasi yang mereka rasakan menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas, produk bernilai tinggi dan harga sesuai dengan jaminan produk. Sedangkan kinerja (hasil) yang diharapkan dalam konteks kepuasan konsumen, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya seperti janji produsen memberikan produk berkualitas. Harapan mereka dibentuk oleh pengalaman pembelian dahulu, komentar teman dan kenalannya serta janji dari perusahaan tersebut. Harapan-harapan konsumen ini dari waktu ke waktu berkembang seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman konsumen.28 Sehingga ada hubungan atas kepuasan dan ketidakpuasan secara umum merupakan hasil dari perbandingan antara harapan seseorang atas produk yang dibeli dengan kinerja (hasil) produk yang di pikirkan.29 Ketidakpuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah 27 Kotler, P dan Kevin L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks, 177 Kotler. 2008.op.cit. 120 29 Bearden, et al. 2004. Marketing Principles and Perspectives, Fourth edition. New York : Mcgraw Hill/Irwin, 82 28 31 pemakaian. 30 Kepuasan, ketidakpuasan, dan keluhan merupakan hasil dari proses keputusan membeli. Kepuasan dan ketidakpuasan menggambarkan perasaan positif, netral, atau negatif yang muncul setelah pembelian. Keluhan pelanggan merupakan ekspresi yang jelas dari ketidakpuasan. 31 Konsep kepuasan pelanggan ini dapat dilihat pada gambar 2.2. di bawah ini. Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen Produk Harapan konsumen Terhadap Produk Nilai Produk Bagi Konsumen Manfaat Produk Keputusan Pembelian (Pengalaman) Kepuasan Konsumen Loyalitas Konsumen Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian32 30 Tjiptono,Fandy, loc.cit. Bearden, et al, loc.cit 32 Setiadi, Nugroho, op.cit, 16. 31 32 Konsep kepuasan pelanggan pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jika perusahaan bermaksud mempertinggi kepuasan pelanggan, maka dua unsur berikut harus menjadi fokus perhatian, yakni (1) nilai produk bagi pelanggan (selanjutnya disebut nilai bagi pelanggan) dan (2) harapan pelanggan terhadap produk. Dari dua unsur tersebut, yang lebih bisa dikendalikan oleh perusahaan hanya unsur nilai bagi pelanggan, sementara unsur harapan pelanggan terhadap produk agak sulit (kalau boleh dikatakan tidak dapat) dikendalikan karena hal itu dibangun oleh pelanggan secara erat. Karenanya, perusahaan harus berupaya untuk mempertinggi nilai bagi pelanggan jika ingin mempertinggi kepuasan mereka. 2. Konsumen akan membeli dari perusahaan yang mereka yakini menawarkan nilai bagi pelanggan (customer delivered value) yang tertinggi. Nilai bagi pelanggan (customer delivered value) adalah selisih antara nilai produk yang dirasakan dan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk pembelian produk. Nilai produk yang dirasakan adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk tertentu. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk tersebut. 3. Harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Harapan mereka dibentuk oleh pengalaman pembelian dahulu, komentar teman dan kenalannya serta janji dari perusahaan 33 tersebut. Harapan-harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman pelanggan. 4. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen, dan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. 5. Pelanggan merasa puas, di mana pelanggan menyakini bahwa harapannya terpenuhi atau terlampaui oleh manfaat yang diterima. 2.5 Loyalitas 2.5.1 Loyalitas Konsumen Loyalitas pelanggan sangat terkait dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan terjadi karena terbentuknya perilaku pembelian ulang terhadap produk yang diinginkan sangat kuat, dimana konsumen cenderung membeli atau menggunakan ulang produk yang sama karena produk sesuai harapan dan menganggap pilihan produk sangat penting baginya. Oleh karena itu Kepuasan pelanggan merupakan fokus konsep pemasaran dan penyebab dominan dari loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan sebagai berikut33 : ‘’Customer Loyalty is deefly commitment to rebuy or reprattonize a preferred product or service consistenclyin the future, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behaviour”. 33 Bearden, et al, loc.cit 34 Berdasarkan definisi di atas terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut34 : 1. Melakukan pembelian secara teratur. 2. Membeli di luar lini produk/jasa. 3. Merekomendasikan kepada orang lain. 4. Menunjukkan kekebalan terhadap daya tarik produk sejenis dari pesaing Loyalitas pelanggan terdiri dari tiga tahap sebagai berikut35: 1. The Courtship Pada tahap ini, hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan sebatas penawaran produk/jasa dan harga yang diberikan pesaing lebih baik, maka mereka akan pindah. 2. The Relationship Pada tahapan ini, tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan produk/jasa dan harga, walaupun tidak ada jaminan pelanggan tidak akan melihat pesaing. Selain itu tahap ini terjadi hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. 3. 34 35 Marriage Zeithmal dan Bitner, Service Marketing. Penerbit Erlangga. 2003: 15 Ibid 35 Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Loyalitas tercipta akibat adanya kesenangan dan ketergantungan pelanggan pada perusahaan. 2.5.2 Loyalitas Merek Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasinya, yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan dari penjual lainnya. Merek sangat penting bagi keberhasilan produk berani mengatakan bahwa merek lebih penting dari produk itu sendiri. Dan menambahkan bahwa pada saat membeli produk, konsumen cenderung membeli mereknya.36 Loyalitas merek didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk terus membelinya di masa depan. Pelanggan yang loyal akan menjadi hambatan masuk bagi para pesaing, memungkinkan ditetapkannya harga premium, tersedianya waktu untuk menanggapi inovasi para pesaing, dan bias menjadi benteng pelindung dari kemungkinan kompetensi harga. Selain itu, loyalitas merek berdampak pula pada biaya pemasaran yang lebih efisien, dimana biaya untuk mempertahankan pelanggan lebih murah daripada menarik pelanggan baru. 37 Terdapat beberapa tingkat loyalitas. Setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda, dan mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam 36 37 . Simamora, Bilson, op cit, 145 Tjiptono,Fandy, op.ci, 39 36 mengelola dan mengekploitasinya. Semuanya mungkin tidak mewakili kelas produk atau pasar yang spesifik. Berikut akan dijelaskan tingkat loyalitas. a. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian, merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindahpindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (diamana konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian). b. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang digunakannya, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan tersebut membutuhkan usaha. Tipe membeli seperti ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan. c. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan (switching cost), biaya dalam waktu, uang atau resiko kinerja berkenaan dengan tindakan beralih merek. Konsumen ini biasanya disebut konsumen loyal terhadap biaya peralihan. d. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut. Preferensi mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi; seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunkannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek (friends of the brand), karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek. 37 e. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu kebanggan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek. Merek menjadi sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya (committed buyers). Ada lima tingkat loyalitas merek yaitu Pertama, pembeli yang tidak loyal karena tidak membedakan merek. Kedua, pembeli yang puas dan tak kecewa dengan merek. Ketiga, pembeli puas tetapi merasa ada pengorbanan bila mengganti merek. Keempat, pembeli menyukai merek tertentu karena ada suatu asosiasi, seperti symbol dan pengalaman menggunakan, dan kelima, pembeli bangga memakai merek tertentu karena fungsi dan statusnya. 38 Loyalitas merek adalah sikap konsumen yang menyenangi satu merek yang menimbulkan kesetiaan dan komitmen pada diri konsumen dan memiliki keinginan yang kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Keinginan yang kuat tersebut direpresentasikan dengan membeli ulang merek yang sama. Individu yang loyal pada sebuah merek dalam hal ini akan diungkap melalui skala loyalitas merek berdasarkan aspek aspek loyalitas merek adalah:39 a. Aspek kognitif, merupakan representasi dari perasaan menyenangi/ menyukai merek, persepsi, kepercayaan, dan stereotip seseorang mengenai suatu merek. Komponen kognitif ini berisikan persepsi, kepercayaan dan 38 Brotoharsojo, Hartanto, Bertina Sjabadhyni, Urip A. Mokoginta, dan Rufus Patty Wutun. Psikologi Ekonomi & Konsumen. Depok. Fakultas Psikologi UI. 2005. 39 Schiffman L.G., dan Kanuk L.L., Consumer behavior, internatonal edition, 8thed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2004 38 stereotype seorang konsumen mengenai suatu merek. Loyalitas berarti bahwa konsumen akan setia terhadap semua informasi yang menyangkut harga, segi keistimewaan merek dan atribut-atribut penting lainnya. Konsumen yang loyal dari segi kognitif akan mudah dipengaruhi oleh strategi persaingan dari merek-merek lain yang disampaikan lewat media komunikasi khususnya iklan maupun pengalaman orang lain yang dikenalnya serta pengalaman pribadinya. b. Aspek afektif, representasi dari rasa akrab dengan merek, senang, suka puas serta bangga menjadi pengguna merek. Konsumen memiliki kedekatan emosi terhadap merek tersebut. Loyalitas afektif ini merupakan fungsi dari perasaan (affect) dan sikap konsumen terhadap sebuah merek seperti rasa suka, senang, gemar dan kepuasan pada merek tersebut. Konsumen yang loyal secara afektif dapat bertambah suka dengan merekmerek pesaing apabila merek-merek pesaing tersebut mampu menyampaikan pesan melalui asosiasi dan bayangan konsumen yang dapat mengarahkan mereka kepada rasa tidak puas terhadap merek yang sebelumnya. c. Aspek konatif, direpresentasikan melalui kecenderungan konsumen membeli merek yang sama secara konsisten. Aspek konatif merupakan batas antara dimensi loyalitas sikap dan loyalitas perilaku yang direpresentasikan melalui kecenderungan perilaku konsumen untuk menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang. Selain itu, komponen ini juga berkenaan dengan kecenderungan konsumen untuk membeli merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri mereka untuk 39 tetap mengkonsumsi merek yang sama. Bahaya-bahaya yang mungkin muncul adalah jika para pemasar merek pesaing berusaha membujuk konsumen melalui pesan yang menantang keyakinan mereka akan merek yang telah mereka gunakan sebelumnya. Umumnya pesan yang dimaksud dapat berupa pembagian kupon berhadiah maupun promosi yang ditujukan untuk membuat konsumen langsung membeli. d. Aspek tindakan, direpresentasikan dengan cara menggunakan dan membeli. Aspek tindakan berupa tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam kategori produk tertentu dan merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Konsumen yang loyal secara tindakan akan mudah beralih kepada merek lain jika merek yang selama ini ia konsumsi tidak tersedia di pasaran. Loyal secara tindakan mengarah kepada tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam kategori produk tertentu dan merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. 2.6 Produk Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk (product) sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.40 40 Kotler, P dan Gary Armstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Indeks, 266 40 Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan.41 1. Wujud Produk Produk berdasarkan wujudnya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama, yaitu: 42 a. Barang. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. b. Jasa. Jasa merupakan aktivitas, manfaat dan kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. 2. Klasifikasi Produk Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama, yaitu: barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakuan fisik lainnya, dan jasa merupakan produk yang tidak berwujud. 41 42 Tjiptono,Fandy, op.cit, 2008 : 95 Philip, Kotler. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1&2. Prenhalindo: Jakarta. 2000. 41 Ditinjau dari aspek daya tahannya terhadap dua macam barang, yaitu barang tidak tahan lama, dan barang tahan lama. Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Produk berdasarkan aspek daya tahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Barang tidak tahan lama (nondurable goods). Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng, dan sebagainya. b. Barang tahan lama (durable goods). Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya: handphone, lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain. 3. Atribut Produk (Product Attributes) Atribut merek adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli produk, seperti harga, kualitas, kelengkapan fungsi (fitur), desain, layanan purna jual, dan lain-lain. Faktor yang berhubungan dengan produk adalah kualitas, fitur dan desain. 43 a. Kualitas Produk Kualitas adalah kemampuan suatu produk untuk memenuhi fungsi-fungsinya. Dimensinya meliputi daya tahan, keandalan (kemampuan selalu dalam keadaan baik atau siap pakai), presisi, kemudahan mengoprasikan dan mereparasi dan atribut-atribut lain yang bernilai. 43 . Simamora, Bilson, op cit, 147 42 b. Kelengkapan Fungsi Produk Sebuah produk yang pada dasarnya sama, bisa berbeda jika kelengkapan fungsinya (fitur) berbeda. Para pemasar perlu menentukan fitur apa yang akan dibenamkan pada suatu produk sebab fitur merupakan salah satu cara untuk membedakan produk dari produk pesaing. Fitur yang efektif adalah bila nilai pelanggannya (customer value) lebih tinggi daripada biaya perusahaan (company cost) dalam membuat dan mengembangkan fitur tersebut. c. Desain Produk Desain produk yang baik, akan menghasilkan gaya (style) yang menarik, kinerja yang lebih baik, kemudahan dan kemurahan biaya penggunaan produk serta kesederhanaan dan keekonomisan produksi dan distribusi. Dalam persaingan yang ketat, desain merupakan alat yang paling potensial untuk mendeferensiasi dan memposisika produk dalam pasar.