BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan akses masyarakat
terutama masyarakat miskin pada pelayanan kesehatan, yaitu saat
dibentuknya tim penyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional tahun 2002.
Inisiatif pemerintah ini merupakan tindak lanjut amandemen Undang-Undang
Dasar 45 pasal 28 yang mempertegas tanggung jawab pemerintah pada
kesejahteraan masyarakat termasuk di dalamnya masalah kesehatan.
Departemen
kesehatan
meningkatkan
budgetnya
serta
menerbitkan
peraturan-peraturan agar masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas maupun rumah sakit tanpa takut menjadi miskin.
Rumah sakit sebagai sebuah institusi jasa penyedia pelayanan
kesehatan berkewajiban meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat mutu tersebut adalah
pelayanan
kesehatan
yang:
tersedia
(available),
menyeluruh
(comprehensive), berkesinambungan (continue), terpadu (integrated), wajar
(appropriate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality), mudah dicapai
(accessible), serta terjangkau (affordable) (Azwar, 1996).
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan akan berdampak pada
peningkatan pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini
merupakan salah satu pemasalahan penting, karena tingkat kesejahateraan
masyarakat sejak krisis sampai saat ini masih belum memuaskan.
Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya, hal ini
terjadi terutama bila pembiayaan tersebut harus ditanggung sendiri (out of
pocket) dalam sistem tunai (fee for service). Kenaikan biaya kesehatan terjadi
akibat penerapan teknologi canggih, adanya supply induced demand dalam
pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif serta inflasi
(Sulastomo, 2002). Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit
diatasi oleh kemampuan penyediaan dana baik pemerintah maupun
1
masyarakat, sehingga mengancam akses masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu.
Dalam rangka mengatasi kendala pembiayaan kesehatan, pemerintah
melaksanakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
untuk membantu masyarakat
miskin dalam mengakses pelayanan
kesehatan. Program JAMKESMAS dimulai tahun 2008 sampai sekarang
(Depkes, 2008). Tempat pelayanan kesehatan yang dapat diakses peserta
JAMKESMAS adalah Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan
dasar dan Rumah Sakit pemerintah serta swasta sebagai tempat pelayanan
kesehatan tingkat lanjut (rujukan). Pelayanan yang diberikan pada peserta
JAMKESMAS dengan sistem berjenjang yaitu pasien yang melakukan
pemeriksaan di rumah sakit harus membawa surat rujukan dari puskesmas.
Peserta JAMKESMAS dapat dilayani langsung oleh rumah sakit
tanpa
rujukan apabila kasusnya gawat darurat.
Pengendalian biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam rangka
pelaksanaan program JAMKESMAS adalah dengan sistem pembayaran
Diagnosis Related Group (DRG), Sistem pembayaran pelayanan kesehatan
di rumah sakit ini sejak tahun 2007 telah ditetapkan oleh Kepmenkes
No.1161/Menkes/SK/X/2007, ditetapkan pula bersama keputusan menteri itu
buku-buku tarif dan pedoman pelaksanaan uji coba.
Menurut Sulastomo (2002) DRG adalah sistem pembayaran prospektif (biaya pelayanan telah ditetapkan sebelum pelayanan diberikan).
Pembayaran biaya pelayanan pada sistem ini adalah berdasar biaya yang
telah ditetapkan sesuai kelompok diagnosis dan tindakan medis. Sistem ini
telah digunakan dibeberapa negara dan terbukti efisien sebagai upaya
kendali mutu dan kendali biaya sehingga semua pihak (peserta, pemberi
pelayanan dan penjamin biaya) tidak merasa dirugikan.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP.) Dr. Sardjito Yogyakarta termasuk
rumah sakit tipe A Pendidikan dengan 750 tempat tidur dan 2966 orang
karyawan, 24 SMF (Satuan Medis Fungsional), dan 30 instalasi, memiliki misi
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan berkualitas,
berusaha untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berorientasi pada
2
kepentingan masyarakat. RSUP. Dr. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan
di wilayah Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah bagian selatan,
berusaha untuk memberikan pelayanan yang prima dengan dukungnan
tenaga medis dan non medis yang cukup dan tersedianya peralatan yang
canggih yang selalu mengikuti kemajuan teknologi. Dari misi tersebut, RSUP.
Dr. Sardjito berusaha untuk dapat melakukan pelayanan terbaik namun tetap
dengan biaya yang terjangkau, Manajemen RSUP. Dr. Sardjito selalu
berkomitmen untuk semakin meningkatkan pelayanan dengan pengelolaan
sumberdaya yang efektif dan efisien sehingga tercipta fleksibilitas dan
produktifitas yang maksimal.
Sejak tahun 2008, RSUP. Dr. Sardjito telah mempersiapkan diri dan
mengimplementasikan DRG (INA-DRG) bersama dengan Rumah Sakit Rumah Sakit diseluruh Indonesia, akses pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin dikembangkan melalui JAMKESMAS, sejak tahun 2008
sampai tahun 2011 merupakan masa transisi masih menggunakan sistem
pembayaran yang sama dengan INA-DRG. Tahun 2011 telah dilaksanakan
sistem Indonesia Case Based Group (INA-CBG)
dengan 1077 kode INA-
CBG dan 31 Case Main Groups (CMGs) yang terdiri dari 789 kode untuk
rawat inap dan 288 untuk rawat jalan.
Pasien JAMKESMAS yang dirawat di RSUP. Dr. Sardjito sejak tahun
2009 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 17,72%
per tahun (Rawat jalan 19,48%; Rawat inap 8,04%).
Tabel 1: Jumlah kasus rawat inap dan rawat jalan pasien
JAMKESMAS di RSUP. Dr. Sardjito tahun 2009 – 2011
2009
2010
2011
Jum;ah
Rawat Inap
5.637
5.192
6.437
17.266
Rawat Jalan
30.824
35.245
43.920
109.989
Jumlah
36.461
40.437
50.357
127.255
(Sumber: Lienawati, 2011)
3
Peningkatan jumlah penderita tentu akan meningkatkan jumlah biaya
seperti terlihat pada tabel 2, bahwa pembiayaan JAMKESMAS juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 18,57% pertahun (Rawat jalan 34,80%,
rawat inap 11,74%). Keadaan ini menunjukkan bahwa pasien JAMKESMAS
di RSUP Sardjito memegang peranan cukup penting dalam pelayanan
kesehatan.
Tabel 2. Pembiayaan rawat inap dan rawat jalan pasien JAMKESMAS
di RS. Dr. Sardjito tahun 2009 – 2011 dalam rupiah
2009
2010
2011
Jum;ah
Rawat
Inap
Rawat
Jalan
26.069.286.718
21.908.517.188
30.548.990.361
78.526.794.26
9.992.124.328
11.804.065.668
17.880.193.587
39.676.383.583
Jumlah
36.061.411.046
33.712.582.856
48.429.183.948
118.203.177.85
(Sumber: Lienawati, 2011)
Peningkatan jumlah kasus rawat jalan dan rawat inap dan biaya
perawatan pasien JAMKESMAS perlu mendapat perhatian dan pertimbangan manajemen rumah sakit, mengingat biaya yang besar itu tidak bisa
langsung diklaim untuk segera mendapatkan pengembalian.
Penggunaan Indonesia-Diagnosis Related Group (INA-DRG) sebagai
sistem pembayaran pada pasien JAMKESMAS masih memiliki banyak
kendala dan permasalahan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah
bervariasinya biaya pelayanan antar rumah sakit yang diakibatkan tidak
adanya standar pelayanan yang disepakati secara nasional, karena
penetapan tarif INA-DRG saat ini belum berdasarkan clinical pathway yang
terstandarisasi secara nasional. Keadaan ini dapat berpotensi menyebabkan
kerugian baik pihak pembayar, pengguna pelayanan atau bahkan rumah
sakit/pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, karena belum mengetahui
jumlah kerugian rumah sakit akibat belum digunakannya penghitungan unit
cost dalam penetapan tarif selama ini.
4
Analisis tarif INA-DRG yang pernah dilakukan pada pelayanan kelas 3
di rumah sakit tipe A pada bulan September hingga Desember 2007,
menunjukkan bahwa secara umum tarif INA-DRG lebih realistis dibanding
tarif rumah sakit yang ada saat ini. Namun tetap masih diperlukan
penyempurnaan dan pengembangan pada kasus pelayanan tertentu.
(Suyitno, 2008). Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
menunjukkan biaya rata-rata kasus craniotomy, stroke dan apendektomi di
beberapa rumah sakit di Indonesia melalui pendekatan DRG dapat dilihat
masih berada jauh di atas tarif INA-DRG yang ditetapkan saat ini (Suningsih,
2003. Hasan, 2004. Susi, 2006 ).
Penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin yang
melakukan
perbandingan
tarif
RSHS
dan
tarif
INA-DRG
dengan
menggunakan data 20 Besar Penyakit INA-DRG selama 3 bulan (September,
Oktober & November 2008), didapatkan kenaikan (surplus) sebanyak 26
kasus (43,33%), namun mengalami penurunan/defisit yang lebih banyak,
yakni sebanyak 34 kasus (56,67%). Sedangkan rata-rata LOS RS sebesar
7,35 hari, sedangkan rata-rata LOS INA-DRG sebesar 6,35 hari (Laporan
evaluasi tarif INA-DRG, 2009).
Berdasarkan data-data tersebut di atas, dimungkinkan terjadinya
variasi yang besar di RSUP. Dr. Sardjito baik tarif pelayanan maupun ratarata lama rawat inap pasien JAMKESMAS. Adanya perbedaan/defisit yang
terlalu besar akan membebani anggaran rumah sakit, di samping itu
pengeluaran biaya untuk pelayanan INA-DRG merupakan biaya yang tidak
dapat langsung diterima rumah sakit sebagai jasa suatu pelayanan tetapi
beberapa bulan setelah dilakukan klaim, terlebih lagi apabila biaya yang telah
dikeluarkan tidak dapat dibayarkan kembali karena adanya perbedaan tarif
pelayanan seperti tersebut di atas.
Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional akan dilakukan tanggal
1 Januari 2014. Sistem pembayaran INA-DRG merupakan sistem yang akan
digunakan untuk pembayaran pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit
dan tidak hanya untuk pasien klas III (JAMKESMAS) tapi juga untuk kelas
yang ada di rumah sakit bagi seluruh penduduk. Oleh karena itu, informasi
5
mengenai perbandingan tarif berdasarkan pelayanan menjadi faktor kritis
dalam pengelolaan manajemen rumah sakit.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan situasi yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan tarif INA-DRG dan tarif RSUP. Dr. Sardjito
pada pelayanan pasien JAMKESMAS.
2. Bagaimana perbedaan rata-rata lama rawat inap (ALOS) antara
standar INA DRG dan RSUP Dr Sardjito tahun 2009 – 2011?
3. Apakah jasa pelayanan kesehatan di RS Sardjito lebih tinggi dari
standar jasa pelayanan JAMKESMAS.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji:
1. Perbandingan tarif pelayanan Rumah Sakit dengan tarif INA-DRG
berdasarkan tingkat keparahan (severity level).
2. Perbandingan rata-rata lama rawat inap ALOS) antara rumah sakit
dengan standar INA-DRG
3. Perbandingan jasa pelayanan rumah sakit dengan standar pada
Pedoman Pelaksanaan JAMKESMAS.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan data tentang
perbandingan antara tarif Rumah sakit dengan tarif INA-DRG serta ALOS RS
dan ALOS INA-DGR untuk pasien JAMKESMAS di RSUP Dr Sardjito
sehingga dapat digunakan untuk mengambil kebijakan dalam implementasi
sistem INA-DRG dalam upaya menekan kerugian yang dapat terjadi pada
pihak pelayan kesehatan seperti Rumah sakit.
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menyumbangkan data bagi
pihak penyelenggara pelayanan kesehatan agar dapat mengantisipasi
kemungkinana menurunnya kualitas pelayanan karena menyesuaikan tarif
6
pelayanan INA-DRG Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat memberi
sumbangan pada penyempurnaan kebijakan pelaksanaan INA-DRG yang
berhubungan dengan JAMKESMAS.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
mengenai sistem pembayaran DRG yaitu penelitian Demaerchalk dan
Duroucher (2007) yang menunjukkan penurunan biaya pada unit stroke
setelah implementasi DRG. Penelitian oleh Chiu et al. (2007) pada pasien
arthroplasty juga menunjukkan penurunan biaya setelah implementasi DRG.
LOS menurun setelah implementasi DRG. ditunjukkan oleh penelitian Louis
et al. (1999) dan Okamura et al. (2005). Hasil yang sama juga ditunjukkan
oleh penelitian Hensen et al. (2007) tetapi pada awal implemetasi LOS.
meningkat, baru kemudian menurun. Implementasi DRG. tidak berdampak
pada quality of life ditunjukkan oleh hasil penelitian Ljunggrenand dan Sjoden
(2003).
Peneltian yang dilakukan oleh Hidayat (2000) dengan menghitung
biaya pelayanan tipoid menggunakan model Diagnosis Related Group (DRG)
menghasilkan nominal biaya dan menunjukkan biaya obat merupa-kan
komponen tertinggi. Demikian juga halnya penelitian Maslinda (2005) tetapi
pada penyakit diare dan Hastuti (2006) pada penyakit Jantung.
Peneltian yang dilakukan oleh Pitaloka 2011, tentang pelaksanaan
INA-DRG di RS Panti Waluyo Surakarta berbeda dengan penelitian ini karena
pada penelitian ini membandingkan tarif INA-DRG dengan tarif Rumah Sakit
pada pasien JAMKESMAS di RSUP Dr Sardjito untuk semua jenis penyakit
selama 3 tahun.
7
Download