Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 33 SISTEM KOMPUTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Subiyanto Abstrak Tulisan ini menyajikan model JST arsitektur umpan-maju (feedforward) dengan konsep belajar algoritma belajar perambatan-balik (backpropagation). Kaidah backpropagation dapat diterapkan pada jaringan lapis banyak, karena backpropagation mempunyai kemampuan mengajar sel-sel syaraf pada lapisan dalam. Kesalahan lokal setiap sel dilihat (diasumsikan) sebagai bagian yang terkontribusi dalam menghasilkan kesalahan total pada lapisan keluaran. Apabila kesalahan pada lapis keluaran dapat dipropagasikan kembali masuk ke lapisan dalam, maka kesalahan lokal sel-sel syaraf pada lapis tersebut dapat dihitung. Pelatihan jaringan backpropagation meliputi tiga tahap yaitu memasukan secara umpan maju (feedforward) polapola masukan, menghitung dan propagasi balikan kesalahan yang bersangkutan dan mengatur bobot-bobot koneksi. Setelah selesai pelatihan JST diterapkan untuk penyelesaian masalah (mode pengujian). Kata kunci : Jaringan syaraf tiruan, backpropagation, pelatihan, pengujian. Pada dasarnya jaringan syaraf terdiri dari 1. PENDAHULUAN banyak elemen pemroses sederhana yang Tubuh manusia merupakan aspirasi dalam disebut neuron, sel, unit atau simpul. Sebagai pengembangan teknologi. Dalam tubuh manusia, bahan perbandingan, jumlah sel syaraf otak sistem syaraf yang berpusat di otak memegang seekor cacing diperkirakan ada 1000 buah dan peranan yang sangat penting. Sistem syaraf pada otak manusia kurang lebih 100 tiryun merupakan komponen pengolah sinyal, dalam buah[Utama menentukan tanggapan yang harus diberikan dengan sel syaraf lainnya memakai saluran , 1995]. Setiap sel syaraf berhubungan apabila ditemui suatu permasalahan tertentu. komunikasi Sampai saat ini sistem sayaf pusat yang diyakini dengan suatu bobot penghubung. Bobot-bobot sebagai tersebut elemen pokok yang menyebabkan manusia mampu belajar. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah model biologis pada saat berhubungan merupakan terjemahan dari “Artificial Neural [Utama , 1995]. [Arwin, 1995] • • teratur jaringan JST untuk mempunyai : Kemampuan untuk belajar dari Kemampuan melakukan perumuman (generalization) terhadap input baru dari pengalaman yang dimilikinya. buatan seperti dalam menterjemahkan Artificial Inteligent (AI). oleh masalah. yang pengalaman. Terjemahan yang diambil bukan jaringan syaraf link) beberapa sifat yang dimiliki otak manusia, yaitu dengan ‘dunia luar’, nama jaringan syaraf tiruan Network” digunakan menyelesaikan sistem komputasi yang dapat bekerja seperti sistem syaraf (comincation • Kemampuan memisahkan (abstraction) Penggunaan kata buatan dapat memberikan karakteristik penting dari input yang konotasi, bahwa manusia berusaha membuat mengandung data yang tidak penting. jaringan syaraf aslinya. Padahal maksud dari JST JST merupakan bidang teknologi yang adalah membuat model sistem komputasi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan terjadi dapat menirukan cara kerja jaringan syaraf antara lain dalam pemodelan sel dan biologis. konsep belajar dan aplikasi jaringan. jaringan, Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 34 Adapun model JST yang digunakan dalam paper ini adalah arsitektur • Tidak umpan-maju naik atau turun secara monoton (monotonically nondecreasing). (feedforward). Sedangkan konsep belajar yaitu Selanjutnya untuk mendapatkan efisiensi algoritma belajar momentum perambatan-balik perhitungan, turunannya mudah dihitung. Pada (backpropagation) yang perkembangan dari merupakan umumnya nilai turunan fungsi activation dapat belajar diperoleh dari rentang nilai tertentu. Fungsi algoritma perambatan-balik standar[Fausett, 1994]. diharapkan jenuh, yaitu mendekati batas minimum dan maksimum (dari asimtotnya) atau 2. PEMODELAN JST Jaringan sebuah Syaraf sistem fungsi pemampat (squashing function) [Sandi S, 1993]. Tiruan pemroses (JST) adalah informasi yang mempunyai karakteristik prestasi tertentu yang sama dengan jaringan syaraf biologis. JST secara umum dikembangkan pada Suatu fungsi activation tipikal adalah fungsi sigmoid biner yang mempunyai rentang (0, 1) dan didefinisikan sebagai f1 (x) = model-model 1 1+ e−x (1) matematis dari cara berpikir manusia atau syaraf biologis tersebut, yang berdasar pada asumsi berikut[Fausett, 1994] . 1. Pemrosesan informasi terjadi pada beberapa turunannya adalah, f1’ (x) = elemen sederhana yang disebut sel atau sel syaraf (neuron). 2. e -x (1 + e - x ) 2 atau, Sinyal-sinyal dilewatkan diantara sel dengan f1’ (x) = f1 (x) {1 – f1 (x)} (2) conection links. 3. Setiap conection links mempunyai sebuah bobot (weight), yang mengalikan sinyal yang Fungsi ini digambarkan dalam gambar 1. disalurkan dalam suatu JST tipikal. 4. Masing-masing sel menerapkan sebuah fungsi activation terhadap jumlah dari sinyalsinyal masukan jaringannya untuk terbobot (weighted) menentukan sinyal keluaran. Sebuah Jaringan Syaraf Tiruan mempunyai tiga karakteristik sebagai berikut[Fausett, 1994] : 1. Pola hubungan antar sel (disebut Gambar 1 Kurva Fungsi Sigmoid Biner, arsitektur). 2. Metode (disebut 3. Rentang (0, 1) penetuan bobot-bobot koneksi belajar atau pelatihan [Fausett, 1994]. dan algoritma). Model Matematis Jaringan Syaraf Tiruan[Fausett, Fungsi activation-nya. 1994] Sebagai contoh, sebuah sel syaraf Y dalam gambar 2 yang menerima masukan dari sel-sel Fungsi Activation [Fausett, 1994] X1, X2, X3, …, Xn. Activation (sinyal keluaran) Suatu fungsi activation untuk setiap sel masing-masing sel adalah x1, x2, x3, …, xn. Bobot- sebuah Jaringan Syaraf Tiruan perambatan-balik bobot koneksi dari X1, X2, X3, …, Xn ke sel syaraf mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : • Harus kontinyu, dapat diturunkan. penting Y adalah w1, w2, w3, …, wn. Masukan jaringan, y_in pada sel syaraf Y adalah jumlah dari sinyalsinyal terbobot dari sel-sel X1, X2, X3, …, Xn yaitu Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 y_in = w1x1 + w2x2 + w3x3 + … + wnxn 35 (3) Meskipun jaringan dalam gambar 3 sangat sederhana, jaringan ini menghadirkan sebuah Activation sel Y yaitu y diberikan pada jumlah “unit dalam” bersama dengan sebuah activation masukan terbobot, misalnya nonlinier, y = f(y_in) adalah memberikan kemampuan untuk fungsi logistic sigmoid (sebuah kurva berbentuk menyelesaikan masalah lebih banyak daripada huruf S) sebuah jaringan tanpa unit dalam. f(y_in) = 1 1 + exp - (y_in) (4) Konsep Belajar JST[Syahirul, 1991] Ciri utama yang dipunyai oleh sistem JST adalah kemampuan untuk belajar. Agar berfungsi seperti yang diinginkan, jaringan tidak diprogram seperti yang dilakukan pada sistem komputer masa lalu (program ad hoc), tetapi harus diajari. Berdasarkan fungsi masukan keluarannya, dapat dilihat bahwa fungsi JST ditentukan oleh parameternya (bobot-bobot koneksi). Untuk kasus yang diketahui fungsi pemetaannya, bobotGambar 2 Sel Syaraf (Neuron) Tiruan Sederhana[Fausett, 1994] . bobot tersebut dapat berharga tetap ditentukan pada waktu perancangan. dan Tetapi pada kebanyakan kasus, parameter jaringan Selanjutnya dimisalkan bahwa sel syaraf Y dihubungkan dengan sel-sel syaraf Z1 dan Z2 yang cocok belum diketahui, dan jaringan harus mencari sendiri besarnya bobot tersebut. masing-masing dengan bobot v1 dan v2 seperti Suatu proses penyesuaian parameter dalam gambar 3. Sel Y mengirimkan sinyal y-nya secara ke setiap unit ini. Tetapi pada umumnya nilai- mendekati nilai yang diterima oleh sel-sel syaraf Z1 dan Z2 penyesuaian adalah berbeda, karena tiap-tiap sinyal diskala dengan proses belajar dalam sistem JST. dengan bobot-bobot v1 dan v2. Dalam sebuah berurutan fungsi dilakukan, yang parameter dengan tujuan diinginkan. Proses inilah yang disebut Poses belajar dapat dikategorikan dalam jaringan tipikal activation z1 dan z2 dari sel-sel dua jenis : Z1 dan Z2 akan tergantung pada masukan dari 1. Dengan pengawasan (supervised learning) beberapa sel syaraf 2. Tanpa Pengawasan (unsupervised learning). tidak hanya satu seperti dalam kasus sederhana ini. Proses belajar dengan pengawasan memerlukan keluaran/jawaban yang diinginkan, sebagai dasar pengubahan bobot. Pasangan masukan (soal) - keluaran target (jawaban benar) yang diperlukan dalam proses belajar. Jaringan diajar untuk menyelesaikan persoalanpersoalan yang terdapat dalam paket belajarnya. Diagramatik dari konsep belajar dengan pengawasan ditunjukan pada gambar 4. Selama belajar apabila jaringan mengeluarkan jawaban Gambar 3 Sebuah Jaringan Syaraf Tiruan Sederhana[Fausett, 1994]. yang salah, maka besar kesalahan dapat dicari, yaitu beda keluaran aktual dan acuannya. Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 36 Sedangkan dalam belajar tanpa e= pengawasan, jaringan akan mengubah bobot- p ∑ (tj – yj) (7) j =1 bobotnya, sebagai tanggapan terhadap masukan, error kuadratnya adalah E. tanpa memerlukan keluaran acuan. E= Dalam paper ini proses belajar yang digunakan adalah p ∑ (tj – yj)2 j =1 proses belajar dengan pengawasan. Maka E merupakan fungsi dari bobot wij, i = 1, 2,…, n dan j = 1,2,…, p. Gradien E terdiri dari vektor turunan parsial dari E terhadap bobot-bobot (wi). Gradien dalam arah positif (naik) akan menambah E, gradien dalam arah negatif (turun) akan memperkecil E. Error dapat dikurangi dengan pengaturan bobot wij sebanding - ∂E (seperti pada gambar 5). dengan ∂wij Gambar 4 Diagram Blok Proses Belajar Dengan Pengawasan[Syahirul, 1991]. Aturan Delta (Delta Rule) Aturan delta [Syahirul, 1991] [Fausett, 1994] adalah proses belajar yang diperkenalkan oleh Widrow dan Hoff (1960) digunakan untuk pemetaan pola. Dasar aturan ini adalah merubah bobot koneksi antar sel sedemikian hingga meminimasi perbedaan keluaran aktual dan acuan (target). Gambar 5 Kurva Penurunan Gradien Aturan Delta. Notasi Untuk Aturan Delta xi vektor keluaran sel X ke-i, masukan sel Y ke-j. ∂E ∂wij ∂E ∆ wij = - β ∂wij wij bobot koneksi antara sel i ke sel j. Sebelumnya diketahui y_inj ∆ wij jumlah masukan sel Y ke-j. yj keluaran sel Y ke-j. β laju belajar. tj keluaran target dari sel Y ke-j. δκ porsi koreksi kesalahan untuk ≈ - n y_inj = ∑ xi wi j dan yj = f (y_inj) i =1 pengaturan bobot wij. p ∂E = ∂wij ∂ ∑ (tj − yj) 2 j =1 ∂wij Persamaan aturan delta Dari gambar 2 dan 3 diperoleh : bila bobot wij hanya dipengaruhi oleh error n y_inj = ( ∑ xi wi j) (5) i =1 yj = f (y_inj) Misalkan error untuk sebuah pola pelatihan e. (6) keluaran unit Yj maka : ∂E = ∂ (tj − yj) 2 ∂wij ∂wij (8) Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 37 ∂E = - 2 (t – y ) ⋅ ∂ y ∂ wij j j j ∂wij ∂E = - 2 (t – y ) x ⋅ f′ (y_in ) j j i j ∂wij - ∂E ∂wi yang bersangkutan • Mengatur bobot-bobot koneksi. Setelah pelatihan selesai komputasi jaringan hanya pada fase umpan maju yaitu = 2 (tj – yj) xi ⋅ f′ (y_inj) memasukan pola-pola masukan. Sekalipun pelatihan lambat cara kerja jaringan terlatih Sehingga error lokal sel dapat dikurangi secara dapat menghasilkan keluaran sangat cepat. cepat dengan pengaturan bobot menurut aturan delta (didiberikan parameter belajar β) Arsitektur JST PB ∆ wi = β (tj – yj) xi ⋅ f′ (y_inj) atau Sebuah jaringan banyak lapis dengan satu ∆ wi = β δj ⋅ xi (9) lapisan dalam (unit-unit Z) ditunjukan dalam gambar 6. Unit-unit keluaran (Y) dan unit-unit dimana, dalam (Z) mempunyai bias. Bias pada unit δj = (tj – yj) ⋅ f′ (y_inj) keluaran tipikal Yk dinotasikan dengan wok, bias pada unit keluaran tipikal Zj dinotasikan dengan 3. JST PERAMBATAN-BALIK [Syahirul, 1991] [Fausett, 1994] voj. Tindakan bias ini seperti pada bobot-bobot koneksi, Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik pertama kali diperkenalkan oleh Rumelhart, Hinton dan William pada tahun 1986, kemudian dimana mengeluarkan optional unit-unit nilai pada 1. bias Unit-unit penyajian lain ini selalu bersifat mungkin dihilangkan. Rumelhart dan Mc Clelland mengembangkannya pada tahun 1988. Jaringan Syaraf Tiruan perambatan-balik (PB) adalah jaringan yang biasanya jaringan umpan maju, yang menggunakan PB sebagai kaidah belajar. Jaringan ini merupakan salah satu jenis yang belajarnya relatif mudah dipahami. Konsep sederhana, yaitu belajar dari kesalahan. Kaidah PB dapat diterapkan pada jaringan lapis banyak, karena PB mempunyai kemampuan mengajar sel-sel syaraf pada lapisan dalam. Kesalahan lokal setiap sel dilihat (diasumsikan) sebagai bagian yang terkontribusi dalam Gambar 6. JST PB Dengan Satu Lapisan Dalam. menghasilkan kesalahan total pada lapisan keluaran. Apabila kesalahan pada lapis keluaran dapat dipropagasikan kembali masuk ke lapisan dalam, maka kesalahan lokal sel-sel syaraf pada lapis tersebut dapat dihitung. Secara matematis masalah tersebut adalah turunan parsial. secara umpan fase pelatihan perambatan-balik, sinyal-sinyal error dikirim dengan arah yang sebaliknya. Pelatihan jaringan PB meliputi tiga tahap : • Memasukan Gambar 6 tersebut menunjukan arah sinyal pada fase umpan maju. Selama operasi maju (feedforward) pola-pola masukan • Menghitung dan propagasi balikan kesalahan Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 38 Notasi Algoritma PB Penentuan notasi digunakan dalam sinyal keluaran (activation) dari Yk dinotasikan (tata nama) yang pelatihan dengan algoritma belajar perambatan-balik adalah sebagai berikut. x porsi koreksi kesalahan untuk pengaturan bobot wjk, juga merupakan informasi kesalahan pada unit Yk. δj Algoritma PB vektor keluaran target : t = (t1,...., tk,...., tm). δκ yk = f (y_ink) vektor masukan pelatihan : x = (x1,....., xi,......,xn). t dengan yk : Seperti telah ditunjukan dimuka, pelatihan sebuah jaringan (Perambatan-Balik) PB meliputi tiga tahap : pelatihan umpan maju pola-pola masukan, kesalahan dari lapisan keluaran ke unit dalam Zj. kesalahan yang bersangkutan dan pengaturan bobot. Pengaturan bobot berdasar aturan delta. porsi koreksi kesalahan untuk pengaturan bobot vij yaitu perambatan-balik informasi mempropagasikan Selama umpan maju setiap unit masukan (Xi) menerima sebuah sinyal dan memancarkan sinyal ini ke unit-unit dalam Z1,...., Zp. Kemudian setiap unit dalam melakukan perhitungan β laju belajar. dengan Xi unit masukan ke-i. sinyal-sinyalnya (zj) ke setiap unit keluaran. fungsi activation dan mengirimkan Selanjutnya setiap unit keluaran (Yk) melakukan sinyal-sinyal masukan yang bersangkutan perhitungan diberi nama xi. memberikan sinyal keluaran (yk) yang merupakan voj bias pada unit dalam ke-j. Zj unit dalam ke-j. masukan jaringan pada Zj dinotasikan dengan z_inj : respon dengan jaringan fungsi tersebut activation untuk pola-pola masukan yang diberikan. Selama pelatihan membandingkan setiap activation unit keluaran keluaran yang dihasilkan yk dengan nilai targetnya tk untuk n z_inj = v0j + ∑ xi vij i=1 sinyal keluaran (activation) dari Zj dinotasikan zj : menentukan zj = f (z_inj) kesalahan yang berhubungan dengan pola-pola pada unit tersebut. Berdasar pada kesalahan dihitung. balikan keluaran ini, besaran δκ (κ = 1,2,....m) untuk mendistribusi- δκ digunakan kesalahan yang Yk ke semua terdapat pada unit unit pada lapisan sebelumnya (unit-unit dalam yang berhubungan dengan unit keluaran Yk). δκ juga digunakan untuk memperbaiki bobot-bobot wok bias pada unit keluaran ke-k. Yk dan unit keluaran ke-k : masukan pada unit keluaran Yk dinotasikan y_ink : antara lapisan keluaran dan lapisan dalam. Dengan cara yang sama, besaran δj (j = 1,...., p) dihitung pada setiap unit Zj. Tetapi δj tidak dipergunakan untuk mempropagasi-balikkan kesalahan, δj dipergunakan untuk memperbaiki bobot-bobot antara lapisan hiden dan masukan. p y_ink = wok + ∑ zj wjk j=1 Setelah semua besaran δj ditentukan, secara serentak bobot-bobot pada semua lapis diatur. Pada pengaturan bobot wjk (dari unit Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 39 dalam Zj ke unit keluaran Yk) berdasarkan pada dan terapkan fungsi aktivasi untuk besaran δj dan activation zj dari unit dalam Zj. menghitung sinyal keluarannya, Pengaturan bobot-bobot vij (dari unit masukan Xi yk = f (y_ink) ke unit dalam Zj) berdasar pada besaran δj dan (13) activation xi dari unit masukan Xi. Fungsi activation yang didefinisikan didepan digunakan untuk pelatihan JST dengan Perambatan-balik kesalahan: Langkah 6. Pada setiap unit keluaran (Yk, k = 1, algoritma perambatan-balik standar. Algoritma ...., belajar Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik keluaran target yang berhubungan adalah sebagai berikut : dengan pola masukan Langkah 0. Tentukan bobot-bobot awal (acak). untuk Langkah 1. Sementara (bobot dalam tidak menerima sebuah menghitung pola pelatihan, informasi kesalahannya, kondisi salah sesuai) m) δk = (tk – yk) f ‘(y_ink) kerjakan (14) langkah 2-9. Langkah 2. Untuk setiap pasangan pelatihan, hitung besar koreksi bobotnnya kerjakan langkah 3-8. (untuk memperbaiki wjk) Umpan maju (feedforward) : Langkah 3. ∆wjk = βδkzj Setiap unit masukan (Xi, i = 1, ..., n) menerima masukan xi sinyal-sinyal sinyal-sinyal dan ini hitung besar koreksi biasnya (yang menyalurkan ke nantinya untuk memperbaiki w0k) unit-unit diatasnya (unit-unit dalam). Langkah 4. (15) ∆wok = βδk (16) Pada setiap unit dalam (Zj, j = 1, ....., p) menjumlahkan sinyal-sinyal dan masukan terbobotnya, kirimkan δk ke unit-unit lapisan dibawahnya. n z_inj = v oj + ∑ xi vij (10) i =1 Langkah 7. Pada setiap unit dalam (Zj, j = 1, ..., p) jumlahkan masukan deltanya (dari terapkan fungsi activation unuk menghitung sinyal keluaran, zj = f (z_inj) unit-unit lapisan diatasnya/lapisan keluaran), δ_inj= wok + (11) m ∑δ k =1 k w jk (17) dan kirimkan sinyal ini pada semua unit pada lapisan diatasnya kalikan (lapisan keluaran). activation untuk menghitung besar Langkah 5. Pada setiap unit keluaran (Yk, k = 1, dengan turunan informasi kesalahannya, δj = δ_inj f ‘(y_inj) ...., m) jumlahkan sinyal-sinyal fungsi (18) masukan terbobotnya, p y_ink = w ok + ∑ z j w jk j =1 (12) hitung besar koreksi bobotnnya (untuk memperbaiki vij) ∆ vij = βδjxi (19) Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 40 Langkah 2. Untuk dan hitung koreksi biasnya (untuk (20) unit masukan masukan xi ke setiap unit diatasnya (unit dalam). memperbaiki v0j) ∆ voj = βδj setap distribusikan Langkah 3 Untuk j = 1, ..., p ; terapkan persamaaan (10 dan 3.11) : n z (in p ) = v0 p + ∑ xi vip Perbaikan bobot-bobot dan bias : i =1 Langkah 8. Masing-masing unit keluaran (Yk, k = 1, ..., m) diperbaiki bias dan dan zp = f {z(inp)} bobotnya, wjk (baru) = wjk (lama) + ∆ wjk (21) Langkah 4. Untuk k = 1, .., m ; terapkan persaan (12 dan 3.13) : p y (inm ) = w0 m + ∑ z j w jm dimana (j = 1, ..., p), j =1 dan pada setiap unit dalam (Zj, j = 1, ..., p) diperbaiki bias dan dan bobotnya, ym = f {y(inm)}. vij (baru) = vij (lama) + ∆ vij (22) 4. PERBAIKAN BOBOT MOMENTUM [Fausett, 1994] Salah satu pengembangan dalam Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik (JST PB) untuk dimana (i = 1, ..., n). memperbaiki Langkah 9. Berhenti. momentum bobot (α). JST digunakan PB dengan parameter momentum tersebut mempunyai sifat konvergensi lebih cepat Suatu jangka waktu (disebut epoch) adalah satu set Beberapa putaran epoch vektor-vektor diperlukan pelatihan. untuk sebuah JST PB. Dalam algoritma pelatihan ini dilakukan perbaikan bobot setelah masing-masing pola pelatihan disajikan. Setelah pelatihan selesai dari JST PB standar. Rumus untuk pengubahan bobot algoritma Momentum adalah : wjk (t+1) = wjk(t) + β δkzj +α{ wjk (t) – wjk (t-1)}, ∆wjk (t+1) = β δkzj +α ∆wjk (t), Prosedur Pengujian (Aplikasi JST) dan menggunakan fase (feedforward). Prosedur umpan majunya aplikasinya adalah sebagai berikut : (23) atau bobot-bobot yang telah diperbaiki disimpan. Setelah pelatihan, sebuah JST PB hanya Perambatan-Balik vij (t+1) = vij(t) + β δjxi +α{vij (t) – vij (t-1)}, (24) atau ∆vij (t+1) = β δjxi + α ∆vij (t), Langkah 0. Penentuan bobot awal (hasil dari pelatihan). Langkah 1. Untuk setiap Dalam proses belajar diatas ada satu hal vektor kerjakan langkah 2-4. masukan, yang perlu diperhatikan. Berapakah nilai yang optimal untuk laju belajar β dan momentum α ? Sebagian besar JST PB menggunakan β dan Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.1 Januari - Juni 2010 41 α tetap. Rumelhart merekomendasikan sebuah Application, Prentice Hal, Englewood Cliffs, kombinasi β=0,25 dan α=0,9 dapat memberikan New Jersey. hasil yang terbaik pada banyak masalah. Tetapi Sandi Setiawan, 1993, Artificial Intellegence, besar nilai β dan α yang belum ada konsensus harus digunakan dalam proses belajar. Sebab Andi offset, Yogyakarta. Syahirul Hakim AD Dairi, 1991, Karakteristik dalam kenyataannya nilai β dan α tergantung Jaringan pada permasalahan yang dihadapi. Arsitektur Syaraf Tiruan dengan Feed-Forward, Tugas Akhir, ITB. Utama, 5. KESIMPULAN W., 1995, Menuju Era Teknologi Jaringan Syaraf Tiruan, Mikrodata 9 seri Dari ulasan diatas dapat diambil beberapa 10, PT Gramedia, Jakarta. kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelebihan JST terletak pada kemampuan terutama D. Biografi Subiyanto lahir di Klaten, 23 Nopember dalam bidang yang berhubungan dengan 1974. Lulus Sarjana Teknik Elektro UNDIP pada pola-pola. Bidang masalah tahun 1998 dengan mempunyai rangking I, lulus pemetaan. Untuk pemetaan Pascasarjana S2 Teknik Elektro UGM 2003. Sejak tersebut pengguna tidak perlu merumuskan desember 2004 menjadi staf pengajar di Teknik kaidah atau fungsinya. JST akan belajar Elektro Universitas Negeri Semarang. Bidang mencari sendiri kaidah atau fungsi tersebut. yang Dengan demikian JST mampu digunakan Sistem Tenaga Listrik. belajar yang dimilikinya. Dengan kemampuan tersebut JST dapat digunakan yang intinya menyatakan untuk menyelesaikan masalah yang rumit dan atau masalah yang terdapat kaidah atau fungsi yang tidak diketahui. 2. Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik ini termasuk jenis hetero-associative, dimana vektor masukan dipetakan ke vektor keluaran target. Merupakan jaringan yang sederhana dengan banyak lapis dan banyak sel. Meskipun jaringan ini tidak mempunyai umpan balik tetapi error dibalikan untuk memperbaiki bobot (proses belajar). Dari hasil belajarnya Jaringan mampu menyelesaikan masalah yang diberikannya dengan error yang kecil. 3. Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik dalam proses belajarnya memiliki parameter konstanta belajar α dan β untuk mempercepat proses belajar. Selama ini belum ada konsensus mengenai nilai α dan β yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Arwin, D. , Wahyudi, S., 1995, JST Dalam Komputer Cerdas, Bagian I, II dan III, Mokrodata 9 seri 10, PT Gramedia, Jakarta. Fausett, L., 1994, Fundamental Of Neural Network Architectures, Algorithms And diminati Penggunaan Komputer dalam