PENDAHULUAN Latar Belakang Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Bank syariah menjalankan operasionalnya dengan sistem bagi hasil (tanpa bunga). Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan 9 bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) pada tahun 1992. Sampai dengan Desember 2009 tercatat 6 Bank Umum Syariah (BUS) dengan 711 kantor, 25 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan 287 kantor dan 139 BPRS dengan 225 kantor. Sedangkan perkembangan total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan Bank syariah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan total aset, DPK dan pembiayaan bank syariah (dalam miliar rupiah) 2003 2004 Total Aset 7.859 15.326 DPK 5.725 11.862 Pembiayaan 5.530 11.490 Sumber: www.bi.go.id 2005 2006 2007 2008 2009 20.880 26.722 36.538 49.555 66.090 15.593 20.672 28.012 36.852 52.271 15.270 20.445 27.944 38.199 46.886 Pertumbuhan rata-rata total aset selama 6 tahun terakhir adalah sekitar 117%. Kinerja perbankan syariah juga sangat memuaskan, dilihat dari angka financing to deposit ratio (FDR), perbandingan jumlah pembiayaan dengan simpanan pihak ke-3 yang rata-rata selama 6 tahun terakhir adalah 100,2%. Sehingga fungsi perbankan sebagai lembaga intermediary system (sistem perantara) tercapai dengan baik. Akan tetapi pertumbuhan perbankan syariah yang sangat pesat dengan kinerja yang sangat bagus belum diimbangi dengan peningkatan pangsa pasar secara signifikan. Pangsa pasar yang ditargetkan Bank Indonesia juga belum tercapai. Sebagai contoh adalah pangsa pasar aset bank syariah per Desember 2009 tercatat sebesar 2,6 persen, padahal target Bank Indonesia di akhir 2008 adalah 5 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa tingkat penerimaan masyarakat terhadap bank syariah baru 2,6 persen dan terdapat 2 deviasi cukup besar terhadap target yang diharapkan. Kesenjangan ini dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Pangsa pasar akan meningkat seiring meningkatnya volume transaksi perbankan syariah. Peningkatan volume transaksi ini akan terjadi seiring peningkatan nasabah dalam memilih dan memanfaatkan produk-produk bank syariah. Peningkatan volume ini bisa meliputi peningkatan volume transaksi nasabah (lama) dan penjaringan nasabah baru (akibat promosi atau layanan bank syariah yang semakin membaik). Lestari (2006) menemukan bahwa popularitas atau ketenaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat untuk memilih bank syariah, sedangkan preferensi masyarakat terhadap produk bank syariah dipengaruhi signifikan oleh variasi atau pilihan produk bank syariah. Sedangkan Mulyani (2007) menjelaskan terdapat keterkaitan antara karakteristik konsumen yang terdiri dari jenis kelamin, profesi, dan pendidikan dengan karakteristik produk jasa perbankan syariah. Sedangkan sistem bagi hasil merupakan karakteristik produk perbankan syariah yang berpengaruh dominan terhadap ketertarikan konsumen untuk menabung di bank syariah. Indriani (2006) dengan metode regresi berganda menjelaskan bahwa pendapatan domestik bruto (GDP), return of asset (ROA) dan jumlah kantor per kapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan total aset bank syariah. Sedangkan inflasi, suku bunga bank konvensional dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan total aset bank syariah. Pemodelan statistik dengan peubah respon kontinu yang banyak digunakan adalah pemodelan parametrik. Namun pemodelan ini memiliki asumsi ketat yang harus dipenuhi agar hasil pendugaan yang didapatkan memiliki keakuratan yang tinggi, sehingga tak jarang dilakukan pendekatan-pendekatan non parametrik yang tidak membutuhkan asumsi-asumsi sebagaimana model parametrik. Diantara beberapa pendekatan model non parametrik adalah regresi spline. Regresi ini merupakan jenis pendekatan non parametrik yang tidak mendasarkan asumsi hubungan fungsi antara peubah bebas dan peubah terikatnya. Metode ini juga 3 dapat mengatasi masalah ketaklinieran dan dapat membentuk model-model dugaan yang akurat baik untuk data respon kontinu maupun biner. Regresi spline juga dapat mengatasi pola data yang menunjukkan adanya perubahan perilaku pada sub–sub interval tertentu dengan bantuan titik–titik absis (knot). Perumusan Masalah Model pangsa pasar perbankan syariah terdiri atas peubah respon berupa data proporsi yang nilainya berkisar antara 0 sampai 100% dengan peubah penjelas yang bertipe numerik dan kategorik dengan pola yang berbeda-beda. Data pangsa pasar dan jumlah kantor memiliki pola trend (naik). Sedangkan datadata lain seperti tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil dan indeks produksi memiliki pola data yang sangat fluktuatif, sehingga pola linier dalam memodelkan peubah-peubah tersebut akan sulit didapatkan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memilih menggunakan model regresi spline untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pangsa pasar bank syariah. Di samping itu hasil penelitian Ulpah (2008) yang melakukan perbandingan model aditif terampat (GAM) dan regresi spline adaptif berganda (MARS) pada pemodelan indeks prestasi kumulatif (IPK) mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MARS menghasilkan model yang lebih baik dari GAM dan mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik pula. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis model pangsa pasar produk bank syariah dari faktor-faktor terpenting yang mempengaruhinya 2. Melakukan pendekatan survei untuk mendukung hasil analisis model pangsa pasar dengan studi kasus Kota Bogor