PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan (RSA) I meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, wiwil, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pengolahan hasil. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara rutin sesuai dengan rotasi dan perencanaan budget yang sudah dibuat baik secara tahunan, tri wulanan, bulanan, dan harian. Kegiatan penulis selama magang dilaksanakan dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air antara tanaman kakao dan gulma. Selain itu, pengendalian gulma juga bertujuan untuk memudahkan melakukan kegiatan perawatan (wiwil, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit tanaman) serta pemanenan. Kondisi pertanaman yang penuh dengan gulma akan menyebabkan banyak kehilangan hasil produksi, buah yang jatuh tidak dapat dipungut oleh pemanen karena tertutup oleh gulma. Kegiatan pengendalian gulma di Kebun Rumpun Sari Antan 1 dilakukan dengan dua cara, yaitu pengendalian secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma secara manual dilakukan bila gulma sudah tidak mungkin dikendalikan secara kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan satu kali setahun, sedangkan pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Gulma yang banyak ditemui di areal pertanaman kakao Kebun RSA 1 terdiri atas Chromolaena odorata (kirinyuh), Mikania micrantha (sembung rambat), Cleome rotidosperma (cacabean), Ageratum conyzoides (babadotan), Borreria alata (rumput setawar), Clidemia hirta (harendong), Imperata cylindrica (alang-alang), Scleria sumatrensis (kerisan), Urena lobata (pulutan), Mimosa pudica (putri malu), Cyperus kylingia (teki), Peperomia pelucida (rangu-rangu), dan Stacytarpheta indica (ekor tikus). Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan herbisida Rhodiamine dengan menggunakan knapsack sprayer yang berkapasitas 15 liter. Rhodiamine merupakan herbisida berbahan aktif 2,4 D dimetil amina 866 g/l. Herbisida tersebut merupakan herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan pekat yang dapat larut dalam air, berwarna kuning coklat muda, berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Dosis herbisida yang digunakan 1.3 l/ha, dengan konsentrasi 0.27 %, dan volume semprot 500 l/ha. Nozel yang digunakan VLV 200, terbuat dari tembaga berwarna kuning keemasan. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia Penyemprotan gulma tidak dilakukan secara total, melainkan hanya strip weeding. Strip weeding adalah pengendalian gulma sepanjang barisan tanaman kakao secara kimia dengan areal semprot 1 m dari tanaman. Satu baris tanaman disemprot oleh dua orang tenaga kerja, satu orang dari sebelah kanan dan yang lainnya dari sebelah kiri. Penyemprotan tersebut harus dilakukan bersamaan, tidak boleh terputus. Bila ada salah satu knapsack sprayer yang sudah kosong, maka penyemprot yang lainnya harus menunggu sampai diisi kembali. Penyemprotan harus bersamaan agar hasil semprotan merata. Hasil semprotan dapat dilihat setelah 5-7 hari dari aplikasi awal. Gulma yang telah disemprot akan berwarna kuning kecoklatan, berarti gulma tersebut mati. Tapi bila masih ada belang-belang hijau berarti penyemprotan yang dilakukan tidak merata. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia selama satu hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja pengendalian gulma di Kebun Rumpun Sari Antan I 1.5 ha/HK. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan tersebut 0.93 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 1.12 ha/HK. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit sangat penting karena berpengaruh terhadap produksi. Hama dan penyakit harus terkendali dan dijaga agar selalu berada di bawah ambang batas ekonomi. Hama penting yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Helopeltis antonii, sedangkan penyakit penting yang ditemui adalah busuk buah kakao yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora. Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan. Buah kakao yang terserang hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 2. (b) Buah yang Terserang Phytopthora palmivora (a) Buah yang Terserang Helopeltis antonii Gambar 2. Buah yang Terserang Hama dan Penyakit Pengendalian yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I yaitu dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Aplikasi penyemprotan menggunakan dua alat yang berbeda. Alat yang digunakan untuk penyemprotan insektisida berupa knapsack sprayer berkapasitas 15 liter, tapi biasanya penyemprot hanya mengisi 10 liter. Alat yang digunakan untuk aplikasi penyemprotan fungisida berupa mist blower yang berkapasitas 12 liter dan menggunakan mesin. Pembedaan alat tersebut bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan bahan. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan Helopeltis antonii adalah Emcindo 500 EC. Emcindo merupakan insektisida berbahan aktif BPMC 500 g/l dan merupakan insektisida kontak. Dosis insektisida yang digunakan 0.6 l/ha, konsentrasi 0.1 %, dan volume semprot 600 l/ha. Akan tetapi karena populasi tanaman di Kebun RSA 1 jumlahnya setengah dari jumlah yang seharusnya maka volume semprot yang digunakan juga setengahnya. Aplikasi penyemprotan insektisida tersebut bersifat selektif, maksudnya penyemprotan tidak dilakukan secara total ke seluruh tanaman, tapi penyemprotan hanya dilakukan untuk tanaman-tanaman yang ditemukan hamanya atau serangan baru hama tersebut. Dengan begitu penggunaan insektisida lebih efisien dan tepat sasaran. Fungisida yang digunakan untuk tindakan preventif penyakit busuk buah kakao adalah Sidazeb 80 WP. Sidazeb 80 WP merupakan fungisida kontak berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan (suspensi). Dosis fungisida yang digunakan 0.68 kg/ha, konsentrasi 1.7 g/l, dan volume semprot 400-500 l/ha. Volume semprot tersebut merupakan volume semprot anjuran label, tapi karena jumlah populasi di PT RSA 1 setengah dari jumlah yang seharusnya maka volume semprot yang digunakan juga setengahnya. Aplikasi penyemprotan Sidazeb 80 WP menggunakan mist blower. Penyemprotan dilakukan secara total karena sebagai tindakan preventif agar cendawan yang bertebaran dapat dikendalikan dan tidak menyerang buah yang ada. Mist blower menggunakan bahan bakar bensin dengan kapasitas satu unit mist blower 1.5 l. Penggunaan olinya adalah 1 : 20, maksudnya penggunaan 1 l oli untuk penggunaan 20 l bensin. Untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao, pada rotasi pertama dilakukan penyemprotan ke seluruh blok secara total. Pada rotasi selanjutnya, penyemprotan dilakukan hanya pada blok-blok yang dianggap endemik busuk buah. Selain pengendalian secara kimia, untuk penyakit yang disebabkan oleh Phytophtora palmivora dilakukan juga pengendalian secara manual, yaitu dengan mengambil buah-buah busuk yang masih menggantung di pohon. Buah busuk yang terserang bila tidak segera diambil dan dimusnahkan dapat menyerang buah lainnya yang masih sehat. Setelah diambil, buah-buah busuk tersebut dikubur dengan kedalaman 30 cm. Selain itu, untuk mengurangi serangan penyakit busuk buah, kulit buah hasil panen juga dikubur atau ditumpuk di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Aplikasi penyemprotan juga perlu diperhatikan, baik untuk penyemprotan H. antonii maupun P. palmivora yang harus dilakukan per baris. Penyemprotan per baris bertujuan agar tidak banyak pohon yang terlewat dan belum tersemprot, karena apabila ada satu tanaman saja yang terlewat maka pengendalian akan siasia karena itu berarti hama dan penyakit belum tuntas pengendaliannya dan dapat menyerang tanaman lain yang masih sehat. Penyemprotan H. antonii dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penyemprotan Helopeltis antonii Pengendalian hama dan penyakit tanaman di Kebun Rumpun Sari Antan I selain secara kimia dan manual, juga dilakukan pendeteksian hama dan penyakit secara dini yang disebut early warning system (EWS). Early warning system dilakukan sebagai tindakan deteksi hama dan penyakit sejak dini. Tujuan dilakukannya EWS adalah agar sasaran penyemprotan dapat dilakukan dengan tepat sehingga tidak membuang-buang bahan dengan mengendalikan secara total. Dengan adanya laporan EWS jumlah kebutuhan material dapat diperkirakan, begitu juga konsentrasi yang akan digunakan. Berdasarkan laporan EWS maka hama dan penyakit yang ditemukan dapat dimusnahkan sejak awal tanpa harus menunggu hingga serangan meningkat. Berdasarkan hasil early warning system pada bulan Januari-April, serangan H. antonii cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh sistem penyemprotan yang belum tepat. Penyemprotan dilakukan secara acak sehingga banyak sekali tanaman terserang yang tidak tersemprot dan akhirnya menyerang tanaman lain yang masih sehat. Selain itu penyemprot juga belum paham untuk membedakan mana tanaman yang harus disemprot dan tidak perlu disemprot, karena sebelumnya penyemprotan hama tersebut tidak dilakukan secara selektif melainkan secara total. Penyemprotan hama secara total menyebabkan penggunaan material boros, tapi hama tidak mati karena tidak tepat sasaran. Meningkatnya serangan hama H. antonii juga disebabkan oleh rotasi penyemprotan yang terlambat sehingga penyemprotan tiap blok akhirnya tidak selesai. Pada rotasi pertama seharusnya penyemprotan di seluruh blok dapat diselesaikan, tapi karena pengawasan kurang terhadap pekerja maka satu blok tidak dapat tuntas dalam jumlah hari yang sudah ditentukan. Hal tersebut menyebabkan masih tersisanya blok-blok yang harusnya disemprot pada rotasi pertama mundur menjadi rotasi kedua, padahal siklus hidup hama sudah harus diputus sebelum memasuki rotasi kedua. Dengan demikian pengendalian tidak dapat dilakukan secara maksimal. Early warning system dilakukan sebanyak dua rotasi dalam sebulan. Laporan EWS rotasi pertama akan menjadi dasar pengendalian hama dan penyakit pada rotasi kedua, selanjutnya laporan EWS rotasi kedua akan menjadi dasar pengendalian hama dan penyakit pada rotasi pertama bulan berikutnya. Pengendalian tidak dilakukan berdasarkan urutan blok melainkan berdasarkan laporan EWS blok mana yang memiliki intensitas serangan hama dan penyakit yang paling tinggi. Kegiatan EWS dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel tanaman dalam satu blok, untuk Kebun Rumpun Sari Antan I jumlah tanaman contoh yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi blok. Tanaman contoh tersebut kemudian diamati, ada hama atau penyakit yang menyerang atau tidak. Tanaman yang terserang dicatat gejalanya. Selanjutnya setelah diamati seluruh tanaman contoh, dihitung intensitas serangan hama atau penyakit di blok tersebut. Selain menghitung intensitas serangan, dihitung juga luas serangannya. Berikut adalah perhitungan intensitas dan luas serangan hama dan penyakit secara matematis. IS = Σ 100 % LS = IS x luas areal total blok yang diamati Keterangan: IS : Intensitas Serangan (%) LS : Luas Serangan (ha) Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit selama 8 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit 1.43 ha/HK. Prestasi kerja penulis selama melakukan kegiatan tersebut rata-rata 2.07 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan tersebut rata-rata 3.29 ha/HK. Selain kegiatan pengendalian hama dan penyakit, penulis juga mengikuti kegiatan early warning system selama 4 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja dari Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan tersebut 11.11 ha/HK, prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan EWS 12.58 ha/HK. Penulis tidak melakukan kegiatan tersebut sendirian melainkan ikut bersama-sama dengan petugas EWS. Pemangkasan Pemangkasan merupakan kegiatan membuang dan memotong cabangcabang negatif, yaitu cabang mati, cabang kering, dan cabang sakit, serta membuang cabang yang tidak produktif. Pemangkasan bertujuan untuk menciptakan iklim mikro yang tepat bagi pertumbuhan tanaman, sehingga intensitas cahaya dapat masuk ke areal pertanaman dengan baik. Selain itu juga, suhu dan kelembaban di sekitar pertanaman dapat selalu terjaga. Kondisi yang stabil akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama serta penyakit sehingga produksi dapat meningkat. Pemangkasan pada tanaman kakao ada beberapa jenis, yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk merupakan jenis pemangkasan yang bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, biasanya jenis pangkasan tersebut dilakukan pada saat tanaman kakao masih muda (menjelang fase produktif). Pemangkasan pemeliharaan merupakan pemangkasan yang dilakukan untuk tujuan mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk dan membuang cabangcabang negatif, wiwilan termasuk dalam pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan produksi bertujuan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan. Pembuangan tunas air (wiwil). Wiwil merupakan kegiatan pembuangan tunas-tunas baru, baik yang tumbuh di atas maupun di bawah jorquette tanaman kakao. Tujuan kegiatan wiwil adalah mengoptimalkan pertumbuhan generatif tanaman, karena wiwilan akan menyerap banyak fotosintat sehingga menghambat pertumbuhan generatif tanaman tersebut. Pertumbuhan generatif yang optimal diharapkan dapat meningkatkan produksi. Kegiatan wiwil di Kebun Rumpun Sari Antan 1 dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan. Kegiatan wiwil dilakukan sedapat mungkin sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan, karena pertumbuhan wiwilan sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan batang atau cabang primer dan sekunder. Wiwilan yang terlambat dibuang akan mengeras dan mengayu, bila terjadi hal seperti itu wiwil akan semakin sulit dibuang. Hal tersebut akan menyebabkan semakin besarnya kemungkinan merusak bantalan bunga karena wiwilan harus dibuang dengan menggunakan golok dan cungkring. Bantalan bunga yang rusak akibatnya fatal, bunga tidak akan muncul sehingga menurunkan produksi. Bantalan bunga pada tanaman kakao dapat dilihat pada Gambar 4. Selain itu, bila wiwilan tidak segera dibuang akan semakin banyak fotosintat yang diserap oleh wiwilan. Hal tersebut akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan generatif karena fotosintat yang dihasilkan akan terbagi ke banyak cabang, salah satunya wiwilan tersebut. Akan tetapi, ada saatnya wiwilan harus dipertahankan dan tidak boleh dibuang, yaitu pada saat ada cabang yang sakit, tumbang/patah, dan sudah tidak produktif lagi. Wiwilan yang dipelihara berfungsi sebagai pengganti cabang-cabang tersebut. Gambar 4. Bantalan Bunga Tanaman Kakao Wiwil dilakukan dengan beberapa alat, yaitu golok/pisau wiwil dan cungkring wiwil. Cara wiwil yang baik dilakukan dengan tidak menggunakan alat dan hanya menggunakan tangan. Wiwilan yang masih muda sangat mudah dibuang dengan tangan karena masih lunak sehingga tidak akan melukai bantalan bunga. Bila wiwilan sudah tua dan mengayu maka kegiatan wiwil harus dilakukan dengan menggunakan alat. Wiwilan yang ada di bawah dan masih terjangkau oleh tangan, dibuang dengan menggunakan golok/pisau wiwil, sedangkan wiwilan yang letaknya di atas dan sudah tidak dapat dijangkau dengan tangan lagi dibuang dengan menggunakan cungkring wiwil. Cungkring wiwil adalah pisau wiwil yang disambung dengan bambu sepanjang 2 m. Wiwil harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh melukai bantalan bunga karena akan menghambat proses pembungaan berikutnya. Selain itu wiwilan juga harus dibuang habis sampai pangkalnya tanpa menyisakan sedikitpun batangnya karena akan merangsang tumbuhnya tunas air yang baru. Walaupun demikian pembuangan wiwilan harus tetap hati-hati tanpa merusak bantalan bunga. Wiwilan yang tidak dibuang habis sampai pangkalnya sehingga merangsang tumbuhnya tunas air baru dapat dilihat pada Gambar 5. Pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I merupakan jenis pemangkasan pemeliharaan sekaligus produksi. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan sebanyak tiga hingga empat kali rotasi dalam setahun bergantung pada budget yang tersedia, sedangkan pemangkasan produksi dilakukan dengan rotasi satu kali setahun. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni, sedangkan pemangkasan produksi dilakukan pada bulan Oktober-November. Gambar 5. Wiwilan yang Tidak Dibuang Habis Kegiatan pemangkasan yang utama adalah kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan prinsip pemangkasan sering, ringan, dan rutin (SRR). Pemangkasan dilakukan sering, tetapi selektif memangkas cabang-cabang yang ringan serta dilakukan rutin sesuai dengan rotasi yang telah ditetapkan kebun. Pemangkasan ringan adalah pemangkasan terhadap cabang-cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm. Kegiatan pemangkasan pemeliharaan di PT RSA I dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kegiatan Pemangkasan Pemeliharaan Tanaman Kakao Cabang-cabang yang harus dibuang berupa cabang-cabang kering, cabang sakit, cabang cacing, cabang kipas, dan cabang-cabang yang tidak produktif. Pemangkasan tidak dilakukan sembarangan melainkan harus memperhatikan dan benar-benar mempertimbangkan cabang-cabang mana saja yang seharusnya dibuang. Peralatan pangkas. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemangkasan adalah alat yang digunakan untuk memangkas. Alat-alat yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan, kondisi tanaman, dan harus tajam. Peralatan pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I terdiri atas gergaji galah, cungkring, dan golok. Masing-masing alat tersebut memiliki spesifikasi untuk memangkas cabang-cabang tertentu yang sesuai dengan bentuk dan jangkauannya. Gergaji galah digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang diameternya ≥ 2.5 cm dan letaknya tinggi sehingga tidak dapat dijangkau dengan golok. Cungkring selain digunakan sebagai alat panen juga dapat digunakan sebagai alat pangkas. Cungkring digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm dan letaknya tinggi. Golok digunakan untuk memangkas cabang-cabang baik yang ukurannya ≤ 2.5 cm maupun ≥ 2.5 cm dan letaknya di bawah jorket atau masih dapat dijangkau dengan tangan karena tidak terlalu tinggi. Alat yang digunakan untuk kegiatan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Gambar 7. (a) Golok dan Cungkring (b) Cungkring dan Gergaji Galah Gambar 7. Alat-alat Pangkas Peralatan pangkas tersebut harus dalam keadaan tajam pada saat memangkas, karena bila alat yang digunakan tidak tajam maka tingkat kerusakan kulit batang yang dipangkas akan semakin besar. Pemangkasan yang dilakukan diusahakan tidak merusak kulit batang karena bila kulit batang rusak maka asimilat yang terbentuk untuk pertumbuhan dan perkembangan buah dan bunga akan terserap ke arah pemulihan batang. Dengan demikian pertumbuhan generatif secara fisiologis akan terhambat. Pelaksanaan pemangkasan. Pemangkasan yang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I dari bulan Februari sampai dengan Juni merupakan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti cabang sakit, patah, dan tunas air. Selain itu juga untuk merangsang pembentukan daun baru, bunga, dan buah. Pemangkasan yang dilakukan dengan mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi, memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan cabang yang diameternya ≤ 2.5 cm. Daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara dan masuknya sinar matahari juga dipotong sehingga cabang kembali terangkat. Pemangkasan yang dilakukan mengalami keterlambatan rotasi akibat beberapa faktor pembatas di perusahaan, hal tersebut menyebabkan pemangkasan pada rotasi berikutnya lebih banyak dilakukan terhadap cabang-cabang yang diameternya sudah ≥ 2.5 cm. Contoh cabang yang harus dipangkas dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Contoh Cabang yang Harus Dipangkas Penulis melakukan kegiatan pemangkasan di Afdeling B. Pemangkasan di Afdeling B selain membuang cabang-cabang sakit, patah, tunas air, dan cabangcabang yang tidak produktif, pemangkasan juga dilakukan terhadap benalu yang banyak menempel pada tanaman kakao. Benalu atau parasit bila tidak dibuang akan merugikan tanaman karena menyerap nutrisi tanaman. Benalu yang harus dibuang dapat dilihat pada Gambar 9. Keterampilan pemangkas juga harus diperhatikan. Seorang pemangkas harus mengetahui cabang-cabang yang seperti apa yang harus dibuang dan yang mana yang tidak boleh dibuang karena untuk menggantikan cabang yang sudah tua. Pemangkas yang kurang terampil akan mengakibatkan produktivitas kerja karyawan yang rendah karena masih bingung untuk memangkas cabang yang mana. Selain itu juga tingkat kerusakan kulit batang akan lebih besar bila pemangkas belum paham cara memangkas yang baik dan benar. Dengan begitu manajemen pemangkasan harus dilakukan dengan baik dan benar. Gambar 9. Benalu yang Harus Dibuang Standar Kebun Rumpun Sari Antan I untuk pemangkasan adalah pemangkas dapat memangkas cabang-cabang yang harus dibuang dengan tingkat kerusakan yang seminimal mungkin dan produktivitas kerja yang setinggitingginya. Perbedaan alat pangkas yang digunakan juga sangat mempengaruhi tingkat kerusakan tanaman. Kerusakan tanaman akibat pemangkasan merupakan salah satu kriteria untuk menghitung persentase keberhasilan pemangkasan. Untuk mengetahui alat yang lebih baik untuk mengurangi tingkat kerusakan tanaman akibat pemangkasan dan pemangkas yang lebih baik berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari data hasil pengamatan penulis pada Tabel 5. Hasil pengamatan untuk keberhasilan pemangkasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Kegiatan pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Antan I biasanya diikuti dengan para pencari kayu bakar. Dengan adanya pencari kayu bakar yang mengikuti pemangkas menyebabkan pemangkas terdorong untuk memotong cabang-cabang yang besar, bahkan cabang jorket pun dipotong. Padahal cabangcabang tersebut masih produktif dan tidak seharusnya dipotong. Walaupun pemangkas sudah paham mana yang harus dipangkas dan mana yang tidak boleh dipangkas, tapi banyak juga pemangkas yang melakukan penyimpangan sehingga tidak menghiraukan lagi ketentuan-ketentuan cabang yang harus dipangkas atau tidak. Tabel 5. Hasil Pengamatan Persentase Keberhasilan Pemangkasan Berdasarkan Alat Pangkas dan Jenis Kelamin Alat yang Digunakan Pemangkas Jenis Kelamin Keberhasilan Pemangkasan (%) 1 P 84.34 2 P 84.13 3 P 80.73 4 L 69.77 Rata-rata 79.76 1 L 92.11 2 L 81.08 3 P 88.89 Gergaji Galah dan Golok 4 L 93.22 5 P 82.35 6 L 89.74 Rata-rata 87.89 Sumber : Pengamatan langsung penulis di Afdeling B dan C, Kebun Rumpun Sari Antan I (2009) Cungkring dan Golok Salah satu contoh kesalahan pemangkas adalah memangkas batang yang masih produktif dan terdapat buah di batang tersebut (Gambar 10). Kesalahan tersebut dapat menyebabkan buah mati karena tidak memiliki sumber fotosintat untuk pertumbuhan selanjutnya. Gambar 10. Pemangkasan Batang yang Masih Produktif Pemangkasan yang salah akan menyebabkan kerusakan kulit batang kakao. Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan terhambatnya proses fisiologis tanaman karena tanaman yang rusak batangnya berarti melukai batang tersebut. Luka yang timbul akibat pemangkasan yang salah menyebabkan hasil fotosintat yang seharusnya untuk perkembangan bunga atau buah akan terserap banyak untuk proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, perlu ditekankan kepada para pemangkas untuk melakukan pemangkasan secara cermat, tepat, dan hati-hati. Contoh cabang yang pecah dan kulit batang yang terkelupas akibat pemangkasan yang salah dapat dilihat pada Gambar 11. (a) Cabang yang Pecah (b) Kulit Ranting Terkelupas Gambar 11. Kerusakan Tanaman akibat Pemangkasan yang Salah Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama 6 hari dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja yang ditetapkan oleh Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pemangkasan 0.20 ha/HK. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemangkasan rata-rata 0.14 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan pemangkasan rata-rata 0.21 ha/HK. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara tertentu di dalam tanah yang tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman yang diusahakan. Dengan dilakukannya pemupukan diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Kegiatan pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan sebanyak dua rotasi dalam setahun, biasanya dilakukan pada saat menjelang semester I dan II. Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan beberapa jenis pupuk, yaitu Urea, SP-18, dan MOP. Dosis pupuk yang diberikan untuk tiap afdeling dan blok berbeda-beda. Rekomendasi pemupukan berdasarkan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember satu tahun sebelumnya. Rekomendasi tersebut dapat diberikan setelah dilakukan analisis daun dan tanah dari masing-masing blok di tiap afdeling yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I. Dosis pupuk rata-rata per pokok per semester di Afdeling B adalah 72 g Urea, 166 g SP-18, dan 32 g MOP. Sedangkan dosis pupuk rata-rata per pokok di Afdeling C adalah 70 g Urea, 158 g SP-18, dan 30 g MOP. Kegiatan pemupukan dimulai dari pencampuran tiga jenis pupuk di gudang. Pupuk yang akan ditabur esok hari dicampur sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan untuk blok tersebut. Sebelum dicampur, tiap karung pupuk dipukul-pukul terlebih dahulu dengan menggunakan kayu agar tidak ada pupuk yang menggumpal. Ketiga jenis pupuk tersebut kemudian diaduk jadi satu dan diusahakan tercampur rata serta tidak ada pupuk yang menggumpal. Setelah rata, pupuk yang sudah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam karung lagi dengan bobot masing-masing 50 kg. Kemudian pupuk ditumpuk lagi di dekat pintu gudang agar keesokan harinya mudah untuk dimasukkan ke dalam mobil pengangkut pupuk. Pengadukan pupuk yang dilakukan sehari sebelum pupuk ditebar dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Pengadukan Pupuk Urea, SP-18, dan MOP Pupuk yang sudah disiapkan keesokan paginya dinaikkan ke dalam mobil pengangkut pupuk untuk diantar ke afdeling. Pupuk yang sudah sampai di afdeling diletakkan di tempat-tempat yang sudah ditentukan agar memudahkan pelangsiran. Pupuk yang ada kemudian dilangsir ke masing-masing penabur pupuk. Penabur menggunakan ember plastik untuk menampung pupuk, selain itu juga setiap penabur memiliki takaran pupuk masing-masing yang telah dikalibrasi sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan dosis pupuk per pokok. Takaran tersebut dibuat sendiri oleh para penabur dengan sebelumnya melihat contoh takaran yang sudah dikalibrasi oleh mandor. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara ditabur ke dalam tanah kemudian ditutup lagi. Dalam kegiatan pemupukan di Kebun Rumpun Sari Antan I ada tiga kelompok pekerja, yaitu pelangsir, pembuat lubang pupuk, dan penabur. Sebelum pupuk ditabur, dibuat lubang terlebih dulu yang lebarnya 20 cm dan kedalaman 15-25 cm dengan menggunakan cangkul oleh tim pembuat lubang pupuk. Kemudian pupuk ditabur ke dalam lubang yang telah dibuat dan ditutup lagi untuk menghindari penguapan dan erosi bila hujan. Kegiatan distribusi pupuk dari pelangsir ke penabur dapat dilihat pada Gambar 13. Untuk pemupukan di tempat yang topografinya berbentuk lereng, lubang untuk pupuk dibuat di bagian atas lereng dekat pohon. Hal tersebut bertujuan agar bila hujan turun, pupuk yang sudah diberikan tidak terbawa air ke bawah sehingga mubazir. Akan tetapi kenyataannya di lapangan banyak penabur yang lupa untuk menutup lubang setelah pupuk ditabur. Penabur melakukan pemupukan per baris agar tidak ada pokok yang terlewat untuk dipupuk. Apabila lahannya berlereng maka penaburan dilakukan sesuai dengan arah kontur. (a) Kegiatan Pelangsiran Pupuk (b) Distribusi Pupuk dari Pelangsir ke Penabur Gambar 13. Distribusi Pupuk di Lapangan Penulis mengikuti kegiatan pemupukan di dua afdeling, yaitu Afdeling B dan C. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama 14 hari, 5 hari di Afdeling B dan 9 hari di Afdeling C dengan 5 jam kerja/hari. Standar kerja Kebun Rumpun Sari Antan I untuk kegiatan pemupukan 0.48 ha/HK untuk Afdeling B dan 0.33 ha/HK untuk Afdeling C. Perbedaan standar kerja antara dua afdeling tersebut disebabkan oleh kondisi lahan di Afdeling C lebih sulit karena berbukit-bukit sehingga standar kerjanya lebih rendah daripada di Afdeling B yang kondisi lahannya tidak terlalu berbukit. Prestasi kerja penulis selama mengikuti kegiatan pemupukan di Afdeling B rata-rata 0.25 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan di Afdeling B rata-rata 0.42 ha/HK. Prestasi kerja penulis selama melakukan kegiatan pemupukan di Afdeling C rata-rata 0.20 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan dalam melakukan kegiatan tersebut rata-rata 0.39 ha/HK. Pemanenan Panen merupakan inti dari suatu kegiatan budidaya tanaman. Panen buah kakao dilakukan apabila buah sudah memenuhi kriteria kematangan. Tujuan pemanenan adalah untuk mendapatkan biji kakao basah dengan jumlah tinggi dan bermutu baik. Kegiatan pemanenan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan setiap hari karena buah yang dipanen selalu ada setiap hari walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Kegiatan pemanenan dilakukan mulai dari persiapan panen. Persiapan panen dilakukan oleh mandor panen. Persiapan panen meliputi pembagian hanca bagi tiap pemanen yang ada. Luas hanca berubah-ubah bergantung pada keadaan buah. Bila sedang panen raya hanca dipersempit, tapi apabila buah sedang tidak banyak maka hanca diperluas. Selain pembagian hanca, mandor juga sudah menentukan blok mana yang akan dipanen pada hari tersebut. Bila sedang panen raya karena kerapatan panen tinggi maka blok yang harus dipanen pada hari tersebut lebih sempit, sedangkan bila sedang tidak panen raya atau kerapatan panennya rendah maka blok yang dapat dipanen lebih luas. Rata-rata luas areal satu hanca panen pada saat kerapatan tinggi adalah 1.5 ha. Rotasi panen juga dapat berubah-ubah sesuai dengan kerapatan panen. Rotasi panen diperpendek pada saat panen raya menjadi 4-5 hari, sedangkan bila sedang tidak panen raya rotasi panen dapat mencapai 7-8 hari. Berikut ini merupakan contoh perhitungan kerapatan panen (KP) di Afdeling B. Diketahui Blok B18 Luas : 12.15 ha Populasi : 10 710 pokok Sample 10 % : 1 071 Indeks biji : 12 pod/kg BCB Jumlah buah : 321 pod Standar panen/HK : 50 kg KP = Σ Σ ℎ 321 = 1 071 100 % 100 % = 29.97 % BCB yang dipanen = = Σ 29.97 % 10 710 12 = 267.5 kg Kebutuhan tenaga pemanen = = / 267.5 50 = 5.35 HK = 5 HK Perhitungan kerapatan panen biasanya dilakukan sehari sebelum dilakukan pemanenan di lokasi yang ditentukan. Dengan mengetahui kerapatan panen suatu blok dapat diketahui jumlah pemanen yang dibutuhkan untuk blok atau pada hari tersebut. Sistem panen di Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan sistem hanca tetap, tetapi dapat fleksibel bergantung pada ketersediaan buah di lapangan yang dapat dipanen (kerapatan panen). Bila sedang panen raya (kerapatan panen tinggi) luas hanca dipersempit, sebaliknya bila tidak sedang panen raya (kerapatan panen rendah) luas hanca diperluas. Pada saat panen raya pun tiap blok tidak memiliki kerapatan panen yang sama. Ada blok-blok yang kerapatan panennya tinggi, tetapi ada juga blok yang kerapatan panennya rendah. Alasan tersebut yang menyebabkan tenaga kerja di rotasi agar tidak selalu panen di blok yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk pemerataan upah pemanen. Tenaga kerja pemanen di Afdeling B dibuat berkelompok dengan jumlah anggota per kelompok adalah dua orang. Dua orang pemanen tersebut memiliki tugas masing-masing sebagai pemetik dan pemecah buah sekaligus mengeluarkan bijinya. Bila kerapatan panen tinggi maka satu hanca dipanen oleh 2-3 kelompok, sedangkan bila kerapatan panen rendah maka satu hanca hanya dipanen oleh satu kelompok. Pemanenan yang dilakukan di tempat yang jauh dari tempat pengumpulan hasil, ditambah satu tenaga kerja laki-laki sebagai pelangsir biji kakao basah dari tempat pemecahan buah ke tempat pengumpulan hasil. Alat-alat yang digunakan pemanen adalah cungkring, pisau panen, dan karung. Pemanen bertugas memetik buah kakao yang sudah memasuki kriteria matang, memecah kulitnya, mengeluarkan bijinya, kemudian dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan sebagai tempat pengumpulan hasil (TPH). Biasanya TPH terletak di pinggir jalan agar mudah diangkut oleh mobil pengangkut biji kakao basah (BCB). Pemanenan merupakan kegiatan utama dari suatu budidaya tanaman karena akan menentukan kuantitas dan kualitas yang diinginkan dan sudah ditetapkan. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan buah kakao yang sudah ada semburat kuningnya atau matang 60 % sudah memasuki kriteria matang dan boleh dipanen. Buah yang dipanen diusahakan tepat matang, karena bila terlalu matang atau kurang matang dapat menurunkan kualitas akhir produk dan mempengaruhi rendemen. Pemanenan yang terlambat akan mengakibatkan biji yang berkecambah, sedangkan bila terlalu cepat pemanenan akan menghasilkan biji kering yang kurang kuat aromanya. Buah kakao tipe Forastero bila masih muda warnanya hijau dan bila sudah matang warnanya kuning, sedangkan buah kakao tipe Criollo kulitnya saat masih muda berwarna merah, bila sudah matang warnanya berubah menjadi kuning jingga. Cungkring yang digunakan pemanen sebaiknya tajam dan tidak merusak bantalan buah. Pada saat memetik buah diusahakan tidak melukai atau merusak batang/cabang yang ditumbuhi buah, karena bila terluka bunga tidak mau tumbuh lagi di tempat tersebut. Oleh karena itu, harus diusahakan memotong buah tepat pada batang/cabang yang ditumbuhi buah dan tidak ada sisa tangkai. Bila ada sisa tangkai pada tempat tersebut, dapat menghalangi pertumbuhan bunga berikutnya. Buah yang sudah dipetik dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditumpuk di suatu tempat hingga menjadi tumpukan buah. Setelah hanca yang ditetapkan sudah selesai dipetik, pemanen mulai memecah buah menggunakan pisau panen. Pada saat memecah buah, pemanen melakukannya secara hati-hati agar tidak ada biji yang terbelah karena terkena pisau panen. Setelah buah dipecah, biji dikeluarkan dari kulitnya dan dimasukkan ke dalam karung. Plasenta harus dibuang karena akan mengurangi rendemen. Buah yang busuk atau terserang penyakit dan hama dipisahkan dari buah yang sehat. Karung untuk biji yang sehat dipisahkan dengan karung biji yang terserang hama dan penyakit. Kegiatan pemetikan atau pemanenan buah dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Kegiatan Pemanenan Buah Kakao Pemecahan buah dilakukan langsung di kebun, kulit buah ditumpuk di tempat yang terkena sinar matahari langsung agar tidak menjadi tempat bersarangnya hama dan penyakit. Kulit buah yang ditumpuk tersebut merupakan sumber bahan organik setelah terdekomposisi. Untuk pencegahan terjadinya serangan hama dan penyakit, Kebun Rumpun Sari Antan I biasanya menyemprot tumpukan kulit buah kakao dengan fungisida. Kegiatan pemecahan buah kakao di lapangan dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Pemecahan Buah Kakao Ada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh pemanen di lapangan, yaitu tidak memanen buah yang letaknya tinggi walaupun masih dapat dijangkau oleh cungkring. Penyimpangan yang lain adalah pemanen tidak mau memanen buah yang letaknya di pinggir sungai dan buah yang ukurannya kecil. Penyimpangan-penyimpangan tersebut yang menyebabkan kehilangan hasil produksi. Selain kesalahan atau penyimpangan yang disengaja, ada juga kesalahan yang tidak disengaja oleh pemanen, yaitu tidak teliti memanen buah yang ada sehingga ditemukan banyak buah matang tinggal di pohon. Bila pada rotasi berikutnya buah pada pohon tersebut baru dipanen keadaannya sudah terlalu matang atau bahkan sudah busuk. Buah yang lewat matang (over ripening) dapat menurunkan rendemen biji kakao. Selain itu buah yang lewat matang dan busuk dapat menjadi sumber penyakit bagi pertanaman di sekitarnya. Setelah biji kakao basah (BCB) terkumpul, dilakukan penimbangan bersama antara pemanen dengan mandor panen untuk mengetahui berapa BCB yang didapat oleh pemanen tersebut dan untuk menentukan upah. Penimbangan tidak dilakukan dengan menggunakan alat timbang, melainkan pemanen menggunakan takaran ember plastik hitam berkapasitas 6 kg. Setelah dihitung hasil BCB yang didapat pada hari tersebut, mandor panen langsung mengantar BCB ke pabrik. Mandor panen harus membawa surat pengantar buah saat membawa BCB ke pabrik. BCB setiba di pabrik ditimbang kembali. Bobot BCB hasil timbangan di afdeling akan berbeda dengan hasil timbangan di pabrik. Oleh karena itu, Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan batas maksimal selisih bobot BCB dari afdeling ke pabrik sebesar 10 persen. Akan tetapi, apabila selisih antara bobot BCB dari Afdeling ke pabrik lebih dari 10 % tidak diberikan sanksi kepada mandor panen. Penulis melakukan kegiatan pemanenan selama 3 hari dengan 5 jam kerja/hari. Penulis melakukan kegiatan tersebut di dua afdeling, yaitu Afdeling A dan C. Standar basis panen di Kebun Rumpun Sari Antan I pada bulan April adalah 50 kg. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemanenan di Afdeling A rata-rata 25 kg, sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 49.5 kg. Prestasi kerja penulis dalam melakukan kegiatan pemanenan di Afdeling C 25 kg, sedangkan prestasi kerja karyawan 71 kg. Pengolahan Hasil Pengolahan kakao sangat menentukan kualitas biji yang dihasilkan. Pengolahan hasil bertujuan untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas tinggi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, memiliki aroma dan citarasa yang tinggi sesuai dengan permintaan konsumen. Tahapan kegiatan pengolahan biji kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I meliputi penimbangan, fermentasi, pembalikan pada saat fermentasi, penjemuran dan pengeringan, sortasi, dan packing. Penimbangan biji basah. Tahapan pertama kegiatan pabrik adalah penerimaan BCB dari kebun dan dilakukan penimbangan. Setelah penimbangan dilakukan analisis mutu BCB dengan komponen kriteria mutu terdiri atas plasenta, biji mentah, biji ex. Phytopthora, biji terpotong, biji berkecambah, dan biji pipih. Pengambilan biji sampel dilakukan dengan mengambil 0.5 kg BCB dari tiap karung secara acak. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan standar analisis mutu BCB untuk masing-masing kriteria mutu adalah plasenta ≤ 0.4 %, biji muda ≤ 0.3 %, biji ex. Phytopthora ≤ 0.35 %, biji terpotong ≤ 0.3 %, biji berkecambah ≤ 0.1 %, dan biji pipih ≤ 0.1 persen. Fermentasi. Setelah BCB ditimbang dan dianalisis kemudian dimasukkan ke dalam kotak fermentasi. Proses fermentasi bertujuan untuk menumbuhkan citarasa, aroma, dan warna yang baik karena selama berlangsung proses fermentasi terjadi perubahan secara fisik, kimawi, dan biologi pada biji. Selama fermentasi akan terjadi penguraian senyawa polifenol, protein, dan gula oleh enzim yang akan menghasilkan senyawa pembentuk aroma, perbaikan rasa, dan perubahan warna. Peti fermentasi yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah peti fermentasi dua tingkat dan merupakan peti dangkal karena tingginya hanya 40 cm, panjang 2 m, dan lebarnya 1.25 m. Peti tersebut terbuat dari kayu, memiliki lubang-lubang kecil di sisi dan bawah peti. Lubang tersebut berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara sehingga fermentasi yang terjadi sempurna. Salah satu bagian dindingnya dibuat pintu-pintu yang dapat dilepas untuk mempermudah pembalikan biji kakao dari satu peti ke peti lainnya. Peti fermentasi yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki kapasitas 800 kg dan 1 000 kg. Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan fermentasi selama empat hari. Dua hari pertama biji difermentasi di peti atas kemudian dilakukan pembalikan, biji dipindahkan ke peti bawah selama dua hari. Pembalikan dilakukan dengan tujuan untuk meratakan fermentasi. Selama proses fermentasi, permukaan bagian atas peti ditutup dengan menggunakan karung goni, tujuannya untuk mempertahankan suhu biji selama fermentasi. Setelah empat hari biji dikeluarkan dari peti fermentasi dan segera dijemur. Kegiatan setelah penerimaan BCB dari afdeling ke pabrik dapat dilihat pada Gambar 16. (a) Penerimaan BCB (b) Proses Fermentasi Gambar 16. Proses Penerimaan di Pabrik dan Fermentasi Biji Kakao Basah Pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan sinar matahari di atas anjang-anjang sepanjang 35 m dan lantai jemur berukuran 30 m x 3 m. Anjanganjang memiliki kapasitas 400-700 kg, sedangkan lantai jemur memiliki kapasitas 2 000 kg. Pada saat produksi sedang tinggi anjang-anjang dan lantai jemur penuh dengan biji kakao hasil fermentasi (BCF), bahkan harus membuat lantai jemur darurat untuk menampung BCF agar tidak tercecer, tetapi bila produksi sedang rendah BCF yang sudah difermentasi diutamakan untuk dijemur di anjang-anjang. Lama penjemuran rata-rata dua hari. Tebal tumpukan BCF saat dijemur maksimal 3 cm atau setara dengan 3 tumpukan biji. Tebalnya tumpukan biji juga mempengaruhi lama pengeringan untuk mencapai kadar air yang diinginkan. Selama proses penjemuran dilakukan juga pembalikan agar keringnya merata. Pembalikan dilakukan sekali dalam sehari. Proses pengeringan dengan sinar matahari dapat dilihat pada Gambar 17. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan bila cuaca mendukung, tidak sedang musim hujan. Bila cuaca tidak memungkinkan (sering turun hujan tibatiba), BCF langsung dikeringkan ke Samoan dryer. Bila cuaca baik pengeringan BCF dengan sinar matahari dilakukan selama dua hari diteruskan dengan pengeringan di Samoan dryer selama tiga hari, tapi bila cuaca buruk pengeringan langsung dilakukan di Samoan dryer selama lima hari. (a) Pengeringan Biji Kakao di Atas Anjang-anjang (b) Pengeringan Biji Kakao di Atas Lantai Jemur Gambar 17. Pengeringan dengan Sinar Matahari Samoan dryer merupakan alat pengeringan semi konvensional yang berbentuk bak terbuat dari tembok, beralaskan plat aluminium. Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki tujuh unit Samoan dryer dengan kapasitas yang berbeda sesuai dengan ukuran. Ada lima unit Samoan dryer berukuran panjang 8 m, lebar 3 m, dan tinggi dari plat aluminium 0.4 m, memiliki kapasitas 6 ton, dan ada Samoan dryer berukuran panjang 7 m, lebar 3 m, dan tinggi 0.4 m, dengan kapasitas 5 ton. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Setiap unit Samoan dryer memiliki satu cerobong, dari semua Samoan dryer yang dimiliki Kebun Rumpun Sari Antan I ada lima Samoan dryer yang cerobongnya berdiameter 22 cm, sisanya memiliki cerobong dengan diameter 40 cm. Samoan yang cerobongnya berdiameter 22 cm dapat mengeringkan BCF lebih cepat dibandingkan dengan Samoan dryer yang cerobongnya berdiameter 40 cm. Hal tersebut disebabkan uap yang dihasilkan oleh Samoan dryer yang berdiameter 22 cm lebih panas dibandingkan dengan yang berdiameter 40 cm. BCF yang dikeringkan di Samoan dryer dilakukan pembalikan tiga kali dalam 24 jam. Ketebalan maksimal tumpukan BCF adalah 40 cm. Suhu maksimal samoan dryer pada hari pertama setelah dari penjemuran 60 °C, hari kedua 80 °C, dan hari terakhir 60 °C. Bila cuaca buruk dan langsung dikeringkan di Samoan dryer maka suhu maksimal hari pertama 60 °C, hari kedua sampai keempat 80 °C, dan hari kelima 60 °C. Biasanya untuk memperoleh 1 000 kg biji kakao kering (BCK) dibutuhkan 4-5 m3 kayu bakar. Pengeringan dilakukan hingga kadar air biji mencapai 7 persen. Samoan dryer dapat dilihat pada Gambar 18. (a) Tungku Samoan Dryer (b) Box Samoan Dryer Gambar 18. Samoan Dryer Sortasi. Setelah pengeringan, tahapan berikutnya adalah sortasi. Sortasi merupakan kegiatan pengelompokan BCK berdasarkan ukuran dan memisahkan kotoran-kotoran yang tercampur. Sortasi BCK di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan secara mekanis dan manual. Sortasi mekanis menggunakan mesin ayakan mekanis tipe silinder yang berputar dengan kapasitas sortasi 500 kg/jam. Setelah disortasi secara mekanis akan dihasilkan BCK dengan grade IA, IC, dan under grade. Untuk BCK dengan grade IC setelah disortasi secara mekanis, disortasi lagi secara manual untuk memisahkan antara biji pipih dan kotorankotoran yang masih tercampur. Kebun Rumpun Sari Antan I menetapkan standar untuk grade IA adalah 96 %, grade IC 3 %, dan under grade 1 %. Standar biji yang masuk grade IA adalah bila jumlah biji 86-100 biji/100 g, grade IB bila jumlah biji 101-110 biji per 100 g, grade IC bila jumlah biji 111-120 biji per 100 g, under grade bila jumlah biji 121-150 biji per 100 g, dan grade small bean bila jumlah biji > 150 biji per 100 g. Pengepakan (packing). Tahapan terakhir dari pengolahan hasil adalah packing atau pengepakan. BCK yang sudah disortasi dimasukkan ke dalam karung goni dengan bobot per karung 62.5 kg. Kemudian karung goni dijahit dan ditumpuk sesuai dengan grade mutu yang telah ditentukan. Tumpukan karung maksimal lima karung, tujuannya agar BCK tidak hancur karena beban tumpukan yang terlalu berat. Sebelum dikirim ke konsumen dilakukan pengambilan sampel BCK, yaitu sebanyak 0.5 kg per karung untuk dilakukan analisis mutu BCK. Analisis mutu BCK meliputi rendemen, kadar air, biji berjamur, biji tidak terfermentasi sempurna, biji berwarna ungu, biji pipih dan berkecambah, berbau asap, kotoran, serangga hidup, biji pecah, banyak biji per 100 g, benda asing, kotoran mamalia, dan biji yang berserangga. Analisis BCK dilakukan dengan cara memotong sampel BCK secara memanjang, kemudian diambil satu sisi dan diletakkan di papan kayu untuk analisis BCK. Selanjutnya diamati dan dihitung persentase masing-masing kriteria mutu. Analisis BCK yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Analisis Biji Kakao Kering (BCK) Penulis melakukan kegiatan pengolahan hasil di pabrik selama 9 hari dengan 8 jam kerja/hari. Kegiatan pengolahan hasil yang dilakukan oleh penulis meliputi penerimaan BCB, pembalikan saat fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Berdasarkan permintaan Kebun Rumpun Sari Antan I, penulis melakukan percobaan untuk membedakan rendemen dengan pencucian dan tanpa pencucian. Perbedaan rendemen BCK hasil pencucian dan tanpa pencucian dapat dilihat pada Tabel 6. Perbedaan fisik BCK hasil pencucian dan tanpa pencucian juga dapat dilihat pada Gambar 20. Tabel 6. Perbedaan Rendemen Biji Kakao Kering (BCK) Hasil Pencucian dan Tanpa Pencucian Perlakuan Bobot Biji Tanpa Pencucian (g) Bobot Biji dengan Hari Pencucian (g) Ul 1 Ul 2 Ul 3 H-1 1 250 1 250 1 250 3 750.0 H-3 1 147 1 145 1 105 H-4 1 130 1 114 1 102 3 346.0 ∆ bobot 120 136 148 404.0 H-6 577 559 622 1 719.5 H-8 494 478 487 1 259.0 Rendemen (%) 39.52 38.24 38.96 33.57 Rata-rata (%) 38.91 Keterangan. H-1 = hari pertama fermentasi H-3 = hari ketiga fermentasi, ketika pembalikan H-4 = hari keempat fermentasi H-6 = hari keenam setelah diangkat dari anjang-anjang H-8 = hari kedelapan setelah diangkat dari samoan dryer ∆ bobot = selisih bobot biji dari hari pertama sampai hari keempat Ul 1, 2, dan 3 = ulangan 1, 2, dan 3 Sumber : Pengamatan langsung penulis di Pabrik Kebun Rumpun Sari Antan I (2009) Gambar 20. Perbedaan Fisik Biji Kakao Kering Hasil Pencucian (kiri) dan Tanpa Pencucian Biji (kanan) Dari data percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa rendemen BCK tanpa pencucian lebih besar 5.34 % daripada rendemen BCK dengan pencucian. Bila konsumen tidak menginginkan kriteria khusus dengan pencucian maka akan lebih menguntungkan pengolahan hasil tanpa pencucian, karena bila ada 10 ton BCB, diberi perlakuan pencucian akan menjadi 3.357 ton BCK. Sedangkan bila BCB tersebut tidak diberi perlakuan pencucian maka BCK yang dihasilkan 3.891 ton, berarti terjadi kehilangan hasil sebesar 534 kg karena perbedaan rendemen. Apabila diasumsikan satu kg BCK memiliki harga Rp 20 000,00 maka kerugian perusahaan sebesar Rp 10 680 000,00. Dengan demikian perusahaan lebih memilih untuk menerapkan pengolahan hasil tanpa pencucian selama tidak ada komplain dari konsumen. Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang berlangsung adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Pendamping Mandor Selain kegiatan teknis, kegiatan manajerial kebun juga sangat mendukung berjalannya kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan. Kegiatan di lapangan butuh pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan tanggung jawab pekerja. Dalam hal ini peran mandor sangat dibutuhkan. Mandor harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga dapat menguasai tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Setiap afdeling memiliki mandor rawat, mandor hama dan penyakit, dan mandor panen. Tugas utama mandor adalah sebagai pengawas setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pekerjaan mandor sehari-hari adalah memimpin apel pagi yang dimulai dari pukul 05.30-06.00 WIB dihadiri oleh seluruh karyawan harian lepas, karyawan harian tetap, dan asisten afdeling. Dalam apel pagi mandor akan mengabsen para pekerja, memberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari ini, pembagian tugas atau hanca, evaluasi kegiatan hari kemarin, dan berdoa. Pengawasan dilakukan dari awal bekerja sampai pekerjaan selesai, dengan melakukan pengamatan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pekerja, kemudian ditegur dengan baik dan diberi solusi bagaimana cara mengerjakan yang baik dan benar. Mandor bekerja dari pukul 06.00-13.00 WIB, tapi realisasinya mandor biasanya pulang dari kantor lebih dari pukul 13.00 WIB. Pengawasan pekerja bertujuan agar didapatkan hasil sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan serta pencapaian target tertentu. Selain pengawasan kegiatan, mandor juga harus mengawasi waktu yang digunakan oleh pekerja. Jangan sampai banyak waktu yang disia-siakan oleh pekerja untuk kegiatan-kegiatan yang tidak penting, karena apabila banyak waktu yang terbuang akan menyebabkan produktivitas pekerja tidak tercapai. Hal tersebut sangat merugikan perusahaan. Kedisiplinan dan ketepatan waktu sangat ditekankan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Selama penulis menjadi pendamping mandor, penulis banyak belajar tentang bagaimana menguasai pekerja yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Penulis diajari untuk menguasai teknis lapangan yang baik dan benar oleh mandor. Mandor memberi kepercayaan kepada penulis untuk mengawasi beberapa kegiatan, seperti kegiatan wiwil, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemangkasan, dan pemanenan. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor rawat selama 8 hari dengan 5 jam kerja/hari, mengawasi rata-rata 5 orang pekerja, dan mengawasi areal ratarata seluas 4.68 ha/hari. Sebagai pendamping mandor hama dan penyakit selama 8 hari, mengawasi pekerja rata-rata 4 orang, dan mengawasi areal rata-rata seluas 3.55 ha/hari. Sebagai pendamping mandor panen selama 7 hari, mengawasi ratarata 26 orang pekerja, dan mengawasi areal rata-rata 13.23 ha/hari. Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling merupakan orang pertama yang berperan dalam manajerial kebun di tingkat afdeling. Asisten afdeling bertugas untuk mengkoordinasikan segala kegiatan dengan mandor-mandornya. Selain itu juga bertugas mengecek perlengkapan dan material yang diperlukan kebun di afdelingnya. Asisten afdeling dituntut untuk menguasai seluruh keadaan afdeling yang dipegangnya dan mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Asisten afdeling memiliki kewajiban untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang ada di kebun setiap hari. Bentuk evaluasi dengan cara membuat laporan perincian pekerjaan harian (LPPH), baik kegiatan perawatan maupun panen. Pembuatan LPPH dilakukan setiap hari untuk mengetahui apakah target yang diinginkan tercapai pada hari tersebut. Bila target tidak tercapai, asisten afdeling harus mencari penyebab target tidak tercapai dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Pengelolaan kebun yang dilakukan oleh asisten afdeling merupakan pengelolaan kebun yang kompleks, meliputi pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kondisi dana yang diberikan pada tiap-tiap afdeling oleh perusahaan. Pengelolaan yang paling sulit adalah pengelolaan sumber daya manusia. Asisten afdeling yang tidak dapat mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya dengan baik, cenderung akan mengalami banyak masalah. Sumber daya manusia merupakan aspek sumber daya yang paling penting dalam setiap kegiatan, karena walaupun sumber daya alam tersedia melimpah dan sumber dana tercukupi tapi sumber daya manusia tidak terkendali dengan baik akan menjadi masalah bagi asisten afdeling. Tujuan dari seluruh pengelolaan tersebut adalah untuk tercapainya target yang ditentukan oleh perusahaan. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping asisten afdeling adalah membantu mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan, membuat perencanaan kegiatan, membuat laporan harian, melakukan pengawasan kebun secara keseluruhan, memberi pengarahan kepada pekerja bila dibutuhkan, dan ikut serta dalam rapat staf Kebun Rumpun Sari Antan I. Penulis bekerja sebagai pendamping asisten afdeling selama 17 hari dengan rata-rata 5 jam kerja/hari, jumlah mandor yang diawasi rata-rata 2 orang, dan luas areal rata-rata yang diawasi 46.33 ha/hari. Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling Sistem manajemen kebun diawali dengan perencanaan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Kebun Rumpun Sari Antan I membuat perencanaan kegiatan dan budget untuk skala tahunan, semesteran, triwulanan, bulanan, dan harian. Perencanaan yang dilakukan meliputi kegiatan yang akan dilakukan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan alat, kebutuhan material, dan target produksi mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan. Perencanaan tahunan dibuat satu tahun sekali dan dibuat sebelum pekerjaan dilaksanakan. Perencanaan tahunan dibuat berdasarkan sensus produksi, laporan pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya, dan standar kerja yang sudah ditetapkan perusahaan. Perencanaan berikutnya yang dibuat adalah perencanaan per semester, perencanaan tersebut lebih lengkap dan detail dibandingkan perencanaan tahunan karena perencanaan semesteran merupakan penjabaran dari perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan dan semesteran dibuat oleh administratur bersama dengan asisten afdeling, kemudian diserahkan ke direksi untuk persetujuan anggaran. Perencanaan triwulanan merupakan penjabaran dari perencanaan semesteran, perencanaan bulanan merupakan penjabaran dari perencanaan triwulanan, dan yang terakhir perencanaan harian merupakan penjabaran perencanaan bulanan. Perencanaan triwulanan, bulanan, dan harian dibuat oleh asisten afdeling bersama dengan mandor-mandor di afdeling tersebut. Penulis dibimbing untuk dapat membuat perencanaan tahunan bersama dengan asisten afdeling. Asisten afdeling setiap hari harus membuat laporan perincian pekerjaan harian (LPPH). Tujuan pembuatan laporan tersebut adalah untuk mempermudah dalam mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dikerjakan pada hari tersebut. Dengan laporan tersebut dapat diketahui penyimpangan yang mungkin dapat terjadi. Dalam laporan tersebut tercantum penggunaan tenaga kerja hari ini, penggunaan material, produktivitas pekerja, dan cost yang harus dikeluarkan untuk upah para pekerja. Contoh blanko laporan perincian pekerjaan harian perawatan dan panen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Contoh surat pengantar buah dan bukti permintaan barang juga dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13.