BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang terkait dengan pengelolaan keuangan pada suatu perusahaan. Aktivitas manajemen keuangan pada umumnya dimulai dari perencanaan dana untuk aktivitas perusahaan, usaha mencari sumber dana untuk pembiayaan aktivitas perusahaan, pengalokasian dan penggunaan dana yang telah diperoleh untuk aktivitas perusahaan dan pengendalian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2010:4) bahwa manajemen keuangan (financial management), atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sedangkan menurut Horne dalam buku Kasmir (2010:5) bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sementara itu, menurut Sutrisno (2012:3) bahwa manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan segala aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan memperoleh, menggunakan, dan mengelola dana sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh. 11 12 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan mempunyai fungsi dalam rangka pencapaian tujuan suatu perusahaan. Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012:5) yaitu: a. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentu, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu invetsasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. c. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk memerlukan: 1. Besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend; 2. Stabilitas dividen yang dibagikan; 13 3. Dividen saham (stock dividend); 4. Pemecahan saham (stock split); 5. Penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan utnuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Martono & Harjito (2010:3) tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang dikur dari harga saham perusahaan. Sedangkan Kasmir (2010:13) berpendapatan bahwa manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan, yaitu: 1. Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Disamping itu, manajer keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer keuangan dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip kehatian-hatian, secara garis besar, profit risk approach terdiri dari: a. Maksimalisasi profit; b. Minimal risk c. Maintain control; dan d. Achieve flexibility (careful management of fund and activities) 2. Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (utang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer 14 keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimiliki termasuk pencarian dana serta mampu mengelola aset perusahaan sehingga terus berkembang, dari waktu ke waktu. 2.2 Kinerja Keuangan 2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalan mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kondisi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis pada laporan keuangan perusahaan. Dengan diketahuinya kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi perusahaan. Dan bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Jumingan (2011:239) bahwa kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Fahmi (2013:239) bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. 2.2.2 Tujuan Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya: 1. Untuk mengetahui tingat likuditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segara dipenuhi pada saat ditagih. 15 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif. 4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan. 2.2.3 Tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Penilaian kinerja keuangan sangat diperlukan oleh semua perusahaan demi berkembangnya perusahaan tersebut, perusahaan dapat dinilai kinerjanya oleh pihak terkait sesuai dengan lingkup bisnisnya. Dalam melakukan penilaian kinerja keuangan diperlukan proses atau tahapan sehingga akan diperoleh hasil akhir kinerja suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2013:240), ada beberapa tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu: 1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan Tujuannya adalah agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalan dunia akuntasi, sehingga dengan demikian hasil laporan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. 2. Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan 16 3. Melakukan perbandingan terhadap hasil yang diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian di lakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini adalah Time series analysis dan Cross sectional approach. Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang (normal), tidak baik, dan sangat tidak baik. 4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. 5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Dengan adanya tahapan dalam menganalisis kinerja keuangan akan memudahkan pihak yang menilai kinerja untuk memeriksa hasil kinerja keuangan suatu perusahaan, bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki kesalahan yang terjadi dimasa lalu, membantu memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang. 2.3 Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sebuah pernyataan tertulis mengenai informasi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang banyak digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekonomi bagi para penggunanya. Dalam PSAK No. 1 efektif per 1 Januari 2015 disebutkan bahwa Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. 17 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1 efektif per 1 Januari 2015 disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi entitas mengenai aset; liabilitas; ekuitas; pendapatan dan beban termasuk keuangan dan kerugian; kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan arus kas. 2.3.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri atas Neraca (Balance Sheet), Laporan laba rugi (Income Statement), Laporan perubahan modal (Statement of Changes in Capital), Laporan arus kas (Cash Flow), dan catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement) yang menyatakan kegiatan dan kondisi dari suatu perusahaan. Berdasarkan PSAK 1 efektif 1 Januari 2015 setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesia, terjadi perubahan komponen laporan keuangan. Berikut adalah perubahan komponen laporan keuangan yang lengkap. Tabel 2.1 Perubahan Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK baru setelah Menurut PSAK lama konfergensi 1. Laporan Posisi Keuangan 1. Laporan Posisi Keuangan 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif 2. Laporan 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laba Rugi Penghasilan Komprehensif lain 4. Laporan Arus kas 3. Laporan Perubahan Ekuitas 5. Catatan atas Laporan Keuangan 4. Laporan Arus kas 6. Laporan Posisi 5. Catatan atas Laporan Keuangan Keuangan Awal Periode Komparatif dan 6. Informasi komparatif 7. Laporan posisi keuangan pada Awal 18 Berikut adalah gambaran umum mengenai ketujuh komponen laporan keuangan setelah adanya konfergensi IFRS. Berdasarkan PSAK 1 efektif 1 Januari 2015, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. Laporan posisi keuangan Merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Laporan posisi keuangan perusahaan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung tingkat hasil pengembalian, mengevaluasi struktur modal perusahaan dan memperhitungkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan. b. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain Penyajian laporan keuangan dengan dua pendekatan: 1. Laporan laba rugi terpisah dari laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, sehingga terdapat dua laporan. 2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dalam satu laporan. Laporan laba rugi berfungsi untuk kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasu perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. Laporan laba rugi dapat digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas perusahaan. Penghasilan komprehensif lain adalah Perubahan aset atau liabiltas yang tidak mempengaruhi laba pada periode berjalan, seperti selisih evaluasi aset tetap, Perubahan nilai investasi tersedia untuk dijual, Dampak translasi laporan keuangan. 19 c. Laporan perubahan ekuitas Laporan ini menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alas an perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan. d. Laporan arus kas Laporan ini menyajikan dan melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu. e. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan berisikan ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. Dalam PSAK No 1 efektif 1 Januari 2015 dinyatakan bahwa: “Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian jumlah yang tertera dalam neraca. Laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAk serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.” f. Informasi Komparatif Penyajian informasi komparatif merupakan salah satu karakteristik umum penyajian laporan keuangan yang harus diperhatikan perusahaan pada saat menyusun laporan keuangan. Dalam PSAK 1 efektif 1 Januari 2015 menjelaskan bahwa informasi kuantatif dalam laporan keuangan diungkapkan komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan 20 deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. g. Laporan posisi keuangan pada awal periode Laporan posisi keuangan pada awal perioe ini disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mengklasifikasikan pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.4 Analisis Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2010:190) bahwa analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Munawir (2010:35) bahwa analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. 2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2010:92), menjelaskan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perushaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 21 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 5. Dapat juga digunakan sebagi pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Menurut Munawir (2010:31) tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. 2.5 Pasar Modal 2.5.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada dasarnya suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas. Sekuritas yang diperjualbelikan umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Tempat dimana terjadi jual beli efek ini dilaksanakan dalam suatu lembaga resmi yang disebut Bursa Efek. Saat ini di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) Pengertian pasar modal menurut Kasmir (2010:51) bahwa pasar modal (capital market) merupakan pasar yang memperjualbelikan modal jangka panjang dalam bentuk surat berharga seperti obligasi dan saham. Sedangkan menurut Fahmi (2012:52) pasar modal adalah tempat untuk berbagai pihak, khususnya perusahaan yang menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Sementara itu pengertian pasar modal menurut Martalena & Malinda (2011:2) bahwa pasar modal terdiri dari kata pasar dan modal. Jadi, pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal, baik bentuk ekuitas maupun jangka panjang. Jadi, pasar modal merupakan sarana bagi pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana untuk bertemu, dimana pihak yang membutuhkan 22 dana menjadi pihak penjual dan pihak yang kelebihan dana menjadi pihak pembeli. Sehingga, harga saham di pasar modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terjadi. 2.5.2 Peranan Pasar Modal Peranan pasar modal memiliki peran yang penting dalam perekonomian di suatu Negara. Pasar modal dapat menjadi suatu wadah bagi keperluan industry dan sejenisnya dalam suatu Negara untuk keperluan penawaran dan permintaan modal. Berikut segi peranan pasar modal suatu Negara menurut Sunariyah (2011:7): 1. Sebgai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan 2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk mentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal 3. Pasar modal member kesempatankepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilkinya atau surat berharga lainnya 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian 5. Pasar modal megurangi biaya infornasi dan transaksi surat berharga 2.5.3 Jenis-jenis pasar modal Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:12) adalah sebagai berikut: 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. 23 Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. 2. Pasar Sekunder (Secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (Third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang teroraganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan di \bina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa perantara pedagang efek. 2.5.4 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam perekonomian suatu Negara, fungsi pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:3) yaitu: 1. Fungsi Saving Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari penurunan mata uang karena inflasi 2. Fungsi Kekayaan Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam berbagai instrument pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan 24 nilai sebagaimana yang terjadi pada investasi nyata, misalnya rumah atau perhiasan. 3. Fungsi Likuiditas Instrument pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga memudahkan masyarakat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah dan tanah. 4. Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun perusahaan membiayai kegiatannya. 2.5.5 Investasi Investasi menurut Fahmi (2012:3) meripaka sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan. Untuk mecapai efektifitas dan efisiensi dalam suatu keputusan, diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam investasi, kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Fahmi (2012:3) tujuan tersebut antara lain: 1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut, 2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual), 3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham, 4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. Dalam melakukan investasi terdapat instrumen investasi yang ditawarkan menurut Martalena dan Malinda (2011:12) sebagai berikut: 1. Saham (stock) Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan 25 ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Obligasi Obligasi adalah efek yang bersifat hutang jangka panjang. Jenis-jenis obligasi terdiri dari obligasi biasa maupun obligasi konversi a. Obligasi biasa Obligasi biasa merupakan suatu bentuk hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pihak lain dengan kewajiban membayar bunga setiap periode tertentu dan pokok pinjaman pada akhir periode (jatuh tempo). b. Obligasi konversi Obligasi konversi, obligasi yang dapat dikonversikan ke saham obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. 3. Right Right adalah hak memesan saham terlebih dahulu dengan harga tertentu, diperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (2 minggu). 26 4. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu di masa yang akan datang. Waran dapat diperdagangkan 6 bulan setelah diterbitkan dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun 5. Reksadana Reksadana adalah portofolio aset yang dibentuk oleh manajer investasi. 2.6 Kaitan Kinerja Keuangan dengan Economic value added, Market value added dan Refined economic value added Menurut Fahmi (2013:239) bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan kinerja yang harus diukur untuk mengetahui keadaan keuangan suatu perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan akan sangat bermanfaat bagi pihak perusahaan maupun pihak investor. Bagi pihak perusahaan, pengukuran kinerja keuangan dapat dijadikan untuk mengevaluasi kinerja dimasa lalu dan sebagai pedoman dalam menyusun rencana kerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi pihak investor, pengukuran kinerja keuangan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berinvestasi Adapun metode pengukuran kinerja keuangan selain menggunakan metode analisis rasio keuangan yaitu metode nilai tambah (value added). Disadari bahwa penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukuran kinerja keuangan memiliko kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan tersebut, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu Economic value added (EVA), Market value added (MVA) dan Refined economic value added (REVA). Menurut Winarto (2010:4) penggunaan metode nilai tambah ini dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemilik modal untuk 27 mempertimbangkan apakah perusahan tersebut akan memberikan keuntungan atau kerugian terhadap modal yang diinvestasikan. 2.6.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) menurut Kasmir (2010:54) bahwa EVA mempunyai kelebihan yang bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal. Selain itu, manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal yang sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat diperhatikan secara jelas. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan Sedangkan definisi Economic Value Added (EVA) menurut Brigham & Houston (2010:111) bahwa EVA terkadang disebut laba ekonomi, erat kaitannya dengan MVA. EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntasi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam perhitungan EVA, biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham. Nilai EVA yang positif setiap tahunnya dapat membantu memastikan nilai MVA yang positif. Perhatikan bahwa nilai MVA berlaku bagi keseluruhan perusahaan, EVA dapat ditentukan untuk tingkat divisi, sekaligus perusahaan secara keseluruhan. Jadi nilai ini berguna sebagai panduan untuk menghittung kompensasi yang wajar bagi manajer divisi sekaligus manajer puncak perusahaan. Adapun cara menghitung Economic Value Added (EVA) menurut Sartono (2008:103) dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA = NOPAT – Capital Chargers atau EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital) 28 Langkah-langkah dalam perhitungan EVA diantaranya: Perhitungan EVA melibatkan NOPAT, menurut Gitman (2012:121) bahwa “NOPAT is a firm’s earning interest and after taxes”. Berdasarkan kutipan tersebut dapat diartikan bahwa NOPAT adalah pendapatan perusahaan sebelum bunga dan setelah pajak. Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyumbang dana untuk modal perusahaan. secara matematis pengukuran dinyatakan sebagai berikut: NOPAT = EBIT x (1-T) Dimana: NOPAT = Net Operating Profit After Tax EBIT = Earning Before Interest and Tax Tax = Tax Sementara itu, Weight Average Cost Capital adalah metode biaya rata-rata tertimbang dari struktur modal perusahaan, dari laporan neraca dapat diketahuo financial leverage yaitu sumber dana permodalan perusahaan yang diperoleh dari dua macam sumber yaitu dari hutang dan dari modal sendiri, adapun nilai WACC dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Febriani, 2015) WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke) Dimana: Wd = Bobot hutang jangka panjang dalam struktur modal Kd =Biaya hutang setelah pajak [Kd = Kb (1-t)] (Kaunang,2013) Kb = We x 100% = Bobot ekuitas dalam struktur modal 29 Ke = Biaya modal ekuitas [Ke = x 100%] (Kaunang, 2013) PER = Menurut Young & O’Byrne dikutip dalam Ervinta (2013) menyatakan bahwa modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga. Jadi invested capital merupaka hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnta capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Invested capital dapat di hitung dengan rumus: Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – utang jangka pendek Setelah melakukan perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga memperhitungkan pertumbuhan EVA. Menurut Namazi & Ghorbani (2010) bahwa “Economic value added growth or comparative changes in economic value added is the economic value added changes in comparison with the prior year”. Artinya pertumbuhan nilai tambah ekonomi adalah perubahan nilai tambah ekonomi (selisih antara EVA saat ini dengan EVA sebelumnya) yang dibandingkan nilai tambah ekonomi tahun sebelumnya. Adapun rumus pertumbuhan EVA yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: EVAt = EVA saat ini EVAt-1 = EVA waktu sebelumnya EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan mempunyai tolak ukur berdasarkan nilai yang dihasilkan. Menurut Kasmir (2010:52), penilaian dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: 30 a. EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis dalam perusahaan. Perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik. b. EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik. c. EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan pemegang saham. 2.6.2 Market Value Added (MVA) Pengertian Market Value Added (MVA) menurut Brigham dan Houston (2010:111) bahwa MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalihkan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan menurut Manurung (2007:133) bahwa MVA adalah perbedaan antara nilai pasar dari perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan total modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Nilai pasar dari perusahaan merupakan nilai perusahaan (enterprise value) dari perusahaan yang bersangkutan. Dimana nilai ini merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang diklaim oleh pihak lain terhadap perusahaan pada suatu waktu tertentu. Total modal yang diinvestasikan kedalam perusahaan adalah seluruh investasi yang dilakukan semua pihak kepada perusahaan pada suatu waktu tertentu. Secara umum Market Value Added (MVA) dapat dihitung dengan rumus menurut Brigham dan Houston (2006:68), yaitu: MVA = Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham 31 Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan, maka dapat dihitung dengan: MVA = (Harga per lembar saham x jumlah saham) - total ekuitas saham Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan ditempatkan (outstanding share) dan harga per lembar saham adalah harga penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang akurat maka masing-masing komponennya disesuaikan terlebih dahulu, berikut komponen-komponen yang berkaitan didalamnya Market Value merupakan pendekatan Fair Market Value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity perusahaan. Berdasarkan cara perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga memperhitungkan pertumbuhan MVA. Menurut Namazi & Ghorbani (2010) bahwa “Market value added growth or comparative changes in market value added is the market value added changes in comparison with the last year”. Artinya Pertumbuhan nilai tambah pasar adalah perubahan nilai tambah pasar (selisih antara MVA saat ini dengan MVA sebelumnya) yang dibandingkan nilai tambah pasar tahun sebelumnya. Adapun rumus pertumbuhan MVA yang dimana dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: MVAt = MVA saat ini MVAt-1= MVA waktu sebelumnya Menurut Winarto (2010:2) dalam menghitung MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu: 32 1. MVA positif, jika nilai positif berarti manajer telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan atau nilai pasar perusahaan lebih besar daripada modal yang diinvestasikan yang berarti kekayaan telah diciptakan. 2. MVA negatif, jika nilai negatif berarti manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi perusahaan atau nilai pasar perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan yang berarti tidak berhasil dalam maksimalkan kekayaan. 2.6.3 Refined Economic Value Added (REVA) Refined Economic Value Added (REVA) menurut Bacidore (1997) dalam Jurnal A Bakar (2010) bahwa “REVA is a appropriate performance measure than EVA when considering is shareholders view of the firm.” Artinya REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan. Konsep ini dalam perhitungannya memakai komponen seperti dalam perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal. EVA memakai nilai buku ekonomis (economic book value) sedangkan REVA menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm), karena dianggap lebih mencerminkan kekayaan pemegang saham daripada nilai buku ekonomis. Dalam REVA, laba operasi setelah pajak (NOPAT) dikurangi dengan biaya modal dari nilai pasar modal yang di ivestasikan. Adapun cara menghitung Refined Economic Value Added (REVA) dapat dirumuskan sebagai berikut: REVAt = NOPATt – (MVt-1 x Kw) Keterangan: REVAt = Refined Economic Value Added pada periode-t 33 NOPATt = Net Operating Profit After Tax pada periode-t MVt-1 = Nilai pasar dari badan usaha pada periode t-1 (Market value of Equity ditambah book value of total debt) Kw = Biaya capital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas dan dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Cost of Capital /WACC) Berdasarkan cara perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga memperhitungkan pertumbuhan REVA, yang dimana dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Baseri et al, 2012): Keterangan: REVAt = REVA saat ini REVAt-1= REVA waktu sebelumnya Interprestasi dari hasil pengukuran Refined Economic Value Added (REVA) dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jika REVA > 0, hal ini menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan atau ada nilai ekonomis lebih setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham di pasar modal. b. Jika REVA = 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah maupun pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan membayar kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham dipasar modal. c. Jika REVA < 0, hal ini menunjukkan todak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu membayarkan 34 kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham di pasar modal. 2.7 Return Saham Return merupakan keuntungan berupa tingkat pengembalian atas suatu sekuritas yang dimiliki oleh investor. Besarnya return menjadi pertimbangan utama bagi investor dalam berinvestasi pada sekuritas suatu perusahaan. Menurut Jogiyanto (2010:107) bahwa Return merupakan hasil yang diperoleh melalui kegiatan berinvestasi yang dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Adapun cara menghitung menurut Jogiyanto (2010:416) return saham dapat dirumuskan sebagai berikut Keterangan: Pt = Harga saham saat ini Pt-1 = Harga saham waktu sebelumnya 35 2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangar penting sebagai dasar dalam rangka menyusun skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan penelitian ini diantaranya yaitu: No 1 Peneliti Susi Dwimulyani dan Djamhuri (2014) Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Jurnal penelitian Pengaruh EVA, MVA dan GCG terhadap return Indonesia saham pada Accounting perusahaan Research publik yang Journal, Vol mendapat 2, No. 2, Juli – pemeringkatan Desember dari The 2014 Indonesian Institute for Corporate Governance Hasil Penelitian Hasil pengujian menunjukkan bahwa EVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham GCG tidak memiliki pengaruh terhadap return saham 2 Putri Kurnia Widiati (2013) Jurnal ElDinar: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Vol. 1, No. 2, Juli 2013 Pengaruh EVA dan MVA terhadap return saham perusahaan otomotif di Indonesia tahun 2007-2010 Hasil pengujian menunjukkan bahwa: EVA tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham Sedangkan MVA mempunyai pengaruh terhadap return saham 36 3 Seno Hadi Saputro (2014) Jurnal Akuntansi dan Manajemen : ISSN 08531269 Vol 52, No. 3 Hal 179-185 Pengaruh Growth, Size, Kinerja Perusahaan, dan Indikator Ekonomi Makro Terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072013 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 12, No. 2, Desember 2013 Pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur periode 20082011 4 Nico Alexander dan Nicken Destriana (2013) 5 Fatemeh Rezanezhad Bosra et al (2013) World of Sciences Journal: ISSN: 2307 – 3071, Vol 1, Issue 9, Page 74-82 The Relationship between EVA and REVA with stock returns in the companies listed in Tehran Stock Exchange Hasil pengujian menunjukkan bahwa : Growth, Size, PDB, TBD dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham sedangkan EVA dan MVA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham Hasil pengujian menunjukkan bahwa : EVA berpengaruh secara positif terhadap return saham MVA berpengaruh secara positif terhadap return saham Hasil pengujian menunjukkan bahwa : EVA memiliki hubungan yang signifikan terhadap return saham REVA memiliki hubungan 37 yang signifikan terhadap return saham 6 Prof. Dr. Abdul Ghafoor Awan et al (2014) Research Journal of Finance and Accounting: ISSN 2222 1697, Vol 5, No. 23 The Effect Of Economic Value Added On Stock Returns From Selected Companies Of Karachi Stock Exchange 7 Pengaruh Penggunaan Economic Value Added dan Jurnal Sosial Market Value Ekonomi Added Terhadap Pembangunan: Wendra Tingkat Return ISSN: 2087Hidayat (2014) Saham Pada 4502 Tahun Perusahaan IV No.12 hal Kontruksi di 330-348 Bursa Efek Indonesia periode 20082012 8 Mahdavi Gholamhossein & Gouyandeh Kamal (2009) Journal The Financial Accounting and Auditing Researches. Vol 1 No. 2, Page 61-86 The Relationship Between The Economic Value Added (EVA) And Refined Economic Value Added (REVA) To Stock Return for Iranian companies accepted in the Tehran Stock Exchange (TSE) Hasil pengujian menunjukkan bahwa : EVA berpengaruh positif signifkan terhadap return saham Hasil pengujian menunjukkan bahwa : EVA memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham MVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham Hasil pengujian menunjukkan bahwa EVA tidak memiliki hubungan signifikan terhadap return saham REVA tidak memiliki hubungan signifikan terhadap return saham 38 2.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Seiring dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan bisnis membuat para emiten membutuhkan dana yang besar untuk mengelola perusahaannya. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh para emiten untuk memenuhi kebutuhan dananya adalah melalui pasar modal. Menurut Martalena & Malinda (2011:2) pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Sebelum para investor melakukan kegiatan investasi ada kegiatan penting yang harus dilakukan yaitu penilaian yang cermat terhadap emiten yang memperdagangkan sahamnya di bursa, investor harus percaya dengan informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar. Salah satu aspek perusahaan yang dinilai investor yaitu kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan (Halim, 2005). Menurut Fahmi (2013: 2) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Adapun metode pengukuran kinerja keuangan selain menggunakan metode analisis rasio keuangan yaitu metode nilai tambah (value added). Disadari bahwa penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukuran kinerja keuangan memiliko kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan tersebut, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu Economic value added (EVA), Market value added (MVA) dan Refined economic value added (REVA). Menurut Kasmir (2010:54) bahwa EVA mempunyai kelebihan yang bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal. 39 Selain EVA digunakan MVA dan REVA yang berfungsi sebagai pengukur kinerja keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2010:111) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalihkan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan pengertian Refined Economic Value Added (REVA) Menurut Bacidore (1997) dalam Jurnal A Bakar (2010) bahwa “REVA is a appropriate performance measure than EVA when considering is shareholders view of the firm”. Artinya REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan. Menurut Jogiyanto (2010:107) mendefinisikan bahwa Return merupakan hasil yang diperoleh melalui kegiatan berinvestasi yang dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Ketiga nilai tambah (value added) tersebut dapat mempengaruhi return saham, dengan menggunakan pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai tambah (value added based) diharapkan didapat hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan yang membuat return saham perusahaan bergerak tidak stabil, bahkan mengalami kerugian. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan diatas maka penulis melakukan pengembangan hipotesis yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.9.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) dengan Return Saham Menurut Kasmir (2010:54) EVA mempunyai kelebihan yang bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal. Perusahaan dengan nilai EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menghasilkan kinerja keuangan yang efektif dan efisien yang berarti bahwa tingkat pengembalian 40 (return) yang dihasilkan perusahaan melebihi biaya modal atas tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan nilai EVA yang positif juga menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menciptakan nilai perusahaan yang maksimal bagi pemilik modal. Rahayu (2013) Dengan demikian dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2014), Awan et al (2014), dan Alexander & Destriana (2013) bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai berikut: H1: Pertumbuhan Economic Value Added (EVA) berpengaruh tehadap return saham 2.9.2 Pengaruh Market Value Added (MVA) dengan Return Saham Menurut Brigham dan Houston (2010:111) menjelaskan bahwa Market value added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan nilai buku. Perubahan nilai EVA (bertambah atau berkurang) menyebabkan perubahan yang searah didalam nilai MVA. Kinerja keuangan modern selain EVA yang dikaitkan dengan pasar juga diukur dari Market value added (MVA) yang merupakan nilai pasar saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Perusaahaan yang baik ditunjukkan dengan nilai MVA positif dan lebih besar dari 1. Nilai MVA yang positif menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Banyaknya Investor untuk melakukan investasi seharusnya mampu menaikkan jumlah permintaan terhadap saham sehingga mampu menaikkan harga saham. Dengan naiknya harga saham akan membawa pengaruh positif terhadap return, maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan Market value added (MVA) terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh 41 Dwimulyani & Djamhuri (2014), Saputro (2014), dan Widiati (2013) bahwa Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai berikut: H2: Pertumbuhan Market Value Added (MVA) berpengaruh tehadap return saham 2.9.3 Pengaruh Refined Economic Value Added (EVA) dengan Return Saham Menurut Bacidore (1997) dalam Jurnal Bakar (2010) menjelaskan bahwa REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan. Konsep ini dalam perhitungannya memakai komponen seperti dalam perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal. EVA memakai nilai buku ekonomis (economic book value) sedangkan REVA menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm), karena dianggap lebih mencerminkan kekayaan pemegang saham daripada nilai buku ekonomis. Perusahaan yang mampu menciptakan nilai REVA yang positif maka mencerminkan kinerja perushaan yang baik karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal yang di dapatkan oleh pemegang saham. Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan Refined Economic Value Added (REVA) terhadap return saham Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) dan Bosra et al (2014) bahwa Refined Economic Value Added (REVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai berikut: 42 H3: Pertumbuhan Refined Economic Value Added (REVA) berpengaruh tehadap return saham Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat mengambil hipotesis bahwa Perumbuhan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara parsial berpengaruh positif terhadap return saham. Selain itu secara simultan pun Pertumbuhan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) akan berpengaruh terhadap return saham karena mayoritas dari metode atau konsep nilai tambah (value added based) tersebut yang berpengaruh terhadap return saham. Sehingga penulis memiliki hipotesis sebagai berikut: H4: Pertumbuhan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan berpengaruh terhadap return saham 43 Dari uraian pemikiran diatas maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pasar Modal Investasi Kinerja keuangan (Laporan Keuangan) Metode nilai tambah (value added) Economic Value Added (EVA) Market Value Added (MVA) Return Saham Keterangan: Bidang yang diteliti Bidang yang tidak ditelitti Rasio Keuangan Refined Economic Value Added (REVA)