Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang terkait dengan
pengelolaan keuangan pada suatu perusahaan. Aktivitas manajemen keuangan
pada umumnya dimulai dari perencanaan dana untuk aktivitas perusahaan, usaha
mencari sumber dana untuk pembiayaan aktivitas perusahaan, pengalokasian dan
penggunaan dana yang telah diperoleh untuk aktivitas perusahaan dan
pengendalian terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Martono dan Harjito (2010:4) bahwa manajemen keuangan
(financial management), atau dalam literature lain disebut pembelanjaan
adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai dengan
tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Sedangkan menurut Horne dalam buku Kasmir (2010:5) bahwa
manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan
perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan
menyeluruh.
Sementara itu, menurut Sutrisno (2012:3) bahwa manajemen keuangan
dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang
murah serta usaha menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan merupakan segala aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan
bagaimana perusahaan memperoleh, menggunakan, dan mengelola dana sesuai
dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh.
11
12
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan mempunyai fungsi dalam rangka pencapaian tujuan
suatu perusahaan. Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Sutrisno
(2012:5) yaitu:
a.
Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan
harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan
dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentu, macam
dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang
tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang
diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti.
Oleh karena itu invetsasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian.
Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.
b.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur
modal.
Pada
keputusan
ini
manajer
keuangan
dituntut
untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana
yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan
investasi serta kegiatan usahanya.
c.
Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini
merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang
saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan
untuk memerlukan:
1.
Besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk cash dividend;
2.
Stabilitas dividen yang dibagikan;
13
3.
Dividen saham (stock dividend);
4.
Pemecahan saham (stock split);
5.
Penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan
utnuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Martono & Harjito (2010:3) tujuan manajemen keuangan
adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham) yang dikur dari harga saham perusahaan.
Sedangkan Kasmir (2010:13) berpendapatan bahwa manajemen keuangan
memiliki tujuan melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar
mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan
risiko yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang
besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Disamping itu,
manajer keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer
keuangan dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip
kehatian-hatian, secara garis besar, profit risk approach terdiri dari:
a. Maksimalisasi profit;
b. Minimal risk
c. Maintain control; dan
d. Achieve flexibility (careful management of fund and activities)
2. Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
bagaimana
seorang
manajer
keuangan
mengelola
likuiditas
dan
profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus
sanggup untuk menyediakan dana (utang kas) untuk membayar kewajiban
yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan
juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga
mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer
14
keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimiliki
termasuk pencarian dana serta mampu mengelola aset perusahaan
sehingga terus berkembang, dari waktu ke waktu.
2.2
Kinerja Keuangan
2.2.1
Pengertian Kinerja Keuangan
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
adalah dengan menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat
menjadi ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu, karena
kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalan mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya.
Kondisi kinerja keuangan dari sebuah perusahaan dapat diketahui dengan
melakukan analisis pada laporan keuangan perusahaan. Dengan diketahuinya
kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan
mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi
perusahaan. Dan bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut
memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Jumingan (2011:239) bahwa kinerja keuangan merupakan
gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.
Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Fahmi (2013:239)
bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
2.2.2
Tujuan Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan
mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1. Untuk mengetahui tingat likuditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segara dipenuhi pada saat
ditagih.
15
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang
dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang
diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan
beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada
para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
2.2.3
Tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja keuangan sangat diperlukan oleh semua perusahaan demi
berkembangnya perusahaan tersebut, perusahaan dapat dinilai kinerjanya oleh
pihak terkait sesuai dengan lingkup bisnisnya. Dalam melakukan penilaian kinerja
keuangan diperlukan proses atau tahapan sehingga akan diperoleh hasil akhir
kinerja suatu perusahaan.
Menurut Fahmi (2013:240), ada beberapa tahap dalam menganalisis
kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:
1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan
Tujuannya adalah agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai
dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalan dunia
akuntasi, sehingga dengan demikian hasil laporan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Melakukan perhitungan
Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi
dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang
diinginkan
16
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil yang diperoleh.
Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian di lakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan
ini adalah Time series analysis dan Cross sectional approach. Dari hasil
penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu
kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam
kondisi sangat baik, baik, sedang (normal), tidak baik, dan sangat tidak
baik.
4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan.
Dengan adanya tahapan dalam menganalisis kinerja keuangan akan
memudahkan pihak yang menilai kinerja untuk memeriksa hasil kinerja keuangan
suatu perusahaan, bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai acuan dalam
memperbaiki kesalahan yang terjadi dimasa lalu, membantu memecahkan masalah
yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
2.3
Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sebuah pernyataan tertulis mengenai
informasi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan, dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang banyak digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan ekonomi bagi para penggunanya. Dalam PSAK
No. 1 efektif per 1 Januari 2015 disebutkan bahwa Laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
17
2.3.2
Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No. 1 efektif per 1 Januari 2015 disebutkan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Dalam mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi entitas mengenai aset; liabilitas; ekuitas; pendapatan
dan beban termasuk keuangan dan kerugian; kontribusi dari dan distribusi kepada
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan arus kas.
2.3.3
Jenis-jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri atas Neraca (Balance
Sheet), Laporan laba rugi (Income Statement), Laporan perubahan modal
(Statement of Changes in Capital), Laporan arus kas (Cash Flow), dan catatan
atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement) yang menyatakan kegiatan
dan kondisi dari suatu perusahaan. Berdasarkan PSAK 1 efektif 1 Januari 2015
setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesia, terjadi perubahan komponen
laporan keuangan. Berikut adalah perubahan komponen laporan keuangan yang
lengkap.
Tabel 2.1
Perubahan Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK baru setelah
Menurut PSAK lama
konfergensi
1. Laporan Posisi Keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
2. Laporan
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laba
Rugi
Penghasilan Komprehensif lain
4. Laporan Arus kas
3. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
4. Laporan Arus kas
6. Laporan Posisi
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Keuangan Awal
Periode Komparatif
dan
6. Informasi komparatif
7. Laporan posisi keuangan pada Awal
18
Berikut adalah gambaran umum mengenai ketujuh komponen laporan
keuangan setelah adanya konfergensi IFRS. Berdasarkan PSAK 1 efektif 1
Januari 2015, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
a.
Laporan posisi keuangan
Merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis
investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas
pemilik. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang
dikendalikan,
struktur
keuangan,
likuiditas
dan
solvabilitas
serta
kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Laporan posisi
keuangan perusahaan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung
tingkat hasil pengembalian, mengevaluasi struktur modal perusahaan dan
memperhitungkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
b.
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain
Penyajian laporan keuangan dengan dua pendekatan:
1. Laporan laba rugi terpisah dari laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, sehingga terdapat dua laporan.
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dalam satu
laporan.
Laporan laba rugi berfungsi untuk kinerja keuangan perusahaan antara
tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasu perusahaan
yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi
perusahaan untuk suatu periode waktu. Laporan laba rugi dapat
digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas perusahaan.
Penghasilan komprehensif lain adalah Perubahan aset atau liabiltas yang
tidak mempengaruhi laba pada periode berjalan, seperti selisih evaluasi
aset tetap, Perubahan nilai investasi tersedia untuk dijual, Dampak
translasi laporan keuangan.
19
c.
Laporan perubahan ekuitas
Laporan ini menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini
bermanfaat untuk mengidentifikasi alas an perubahan klaim pemegang
ekuitas atas aktivitas perusahaan.
d.
Laporan arus kas
Laporan ini menyajikan dan melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar
bagi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan secara terpisah
selama suatu periode tertentu.
e.
Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisikan ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya. Dalam PSAK No 1 efektif 1
Januari 2015 dinyatakan bahwa:
“Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian
jumlah yang tertera dalam neraca. Laporan laba rugi, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAk
serta
pengungkapan-pengungkapan
lain
yang
diperlukan
untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.”
f.
Informasi Komparatif
Penyajian informasi komparatif merupakan salah satu karakteristik umum
penyajian laporan keuangan yang harus diperhatikan perusahaan pada saat
menyusun laporan keuangan. Dalam PSAK 1 efektif 1 Januari 2015
menjelaskan
bahwa
informasi
kuantatif
dalam
laporan
keuangan
diungkapkan komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah
yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali
dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
20
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali
jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
g.
Laporan posisi keuangan pada awal periode
Laporan posisi keuangan pada awal perioe ini disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mengklasifikasikan pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.4
Analisis Laporan Keuangan
2.4.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2010:190) bahwa analisis laporan keuangan adalah
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Munawir (2010:35) bahwa analisis laporan
keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan
atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
2.4.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010:92), menjelaskan bahwa tujuan dari analisis
laporan keuangan adalah:
1.
Untuk mengetahui posisi keuangan perushaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang
telah dicapai untuk beberapa periode.
2.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3.
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
21
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
5.
Dapat juga digunakan sebagi pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
Menurut Munawir (2010:31) tujuan analisis laporan keuangan merupakan
alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan.
2.5
Pasar Modal
2.5.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal pada dasarnya suatu kegiatan yang mempertemukan penjual
dan pembeli sekuritas. Sekuritas yang diperjualbelikan umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Tempat dimana terjadi jual beli
efek ini dilaksanakan dalam suatu lembaga resmi yang disebut Bursa Efek. Saat
ini di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI)
Pengertian pasar modal menurut Kasmir (2010:51) bahwa pasar modal
(capital market) merupakan pasar yang memperjualbelikan modal jangka
panjang dalam bentuk surat berharga seperti obligasi dan saham.
Sedangkan menurut Fahmi (2012:52) pasar modal adalah tempat untuk
berbagai pihak, khususnya perusahaan yang menjual saham (stock) dan
obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan
dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal
perusahaan.
Sementara itu pengertian pasar modal menurut Martalena & Malinda
(2011:2) bahwa pasar modal terdiri dari kata pasar dan modal. Jadi, pasar
modal dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan
penawaran terhadap modal, baik bentuk ekuitas maupun jangka panjang.
Jadi, pasar modal merupakan sarana bagi pihak yang membutuhkan dana
dan pihak yang kelebihan dana untuk bertemu, dimana pihak yang membutuhkan
22
dana menjadi pihak penjual dan pihak yang kelebihan dana menjadi pihak
pembeli. Sehingga, harga saham di pasar modal ditentukan oleh permintaan dan
penawaran yang terjadi.
2.5.2 Peranan Pasar Modal
Peranan pasar modal memiliki peran yang penting dalam perekonomian di
suatu Negara. Pasar modal dapat menjadi suatu wadah bagi keperluan industry
dan sejenisnya dalam suatu Negara untuk keperluan penawaran dan permintaan
modal.
Berikut segi peranan pasar modal suatu Negara menurut Sunariyah
(2011:7):
1. Sebgai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan
2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
mentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal
3. Pasar modal member kesempatankepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilkinya atau surat berharga lainnya
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian
5. Pasar modal megurangi biaya infornasi dan transaksi surat berharga
2.5.3 Jenis-jenis pasar modal
Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:12) adalah sebagai
berikut:
1.
Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di
pasar sekunder.
23
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan
pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas
lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum)
sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.
2.
Pasar Sekunder (Secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual.
3.
Pasar Ketiga (Third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di
luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu
sistem perdagangan efek yang teroraganisasi diluar bursa efek resmi,
dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan di \bina
oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan.
4.
Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal
atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham
ke pemegang saham lainnya tanpa perantara pedagang efek.
2.5.4 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
perekonomian suatu Negara, fungsi pasar modal menurut Martalena dan
Malinda (2011:3) yaitu:
1.
Fungsi Saving
Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin
menghindari penurunan mata uang karena inflasi
2.
Fungsi Kekayaan
Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam
berbagai instrument pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan
24
nilai sebagaimana yang terjadi pada investasi nyata, misalnya rumah atau
perhiasan.
3.
Fungsi Likuiditas
Instrument pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga
memudahkan masyarakat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah
dan tanah.
4.
Fungsi Pinjaman
Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun
perusahaan membiayai kegiatannya.
2.5.5
Investasi
Investasi
menurut Fahmi
(2012:3)
meripaka
sebagai
bentuk
pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan
dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan
keuntungan.
Untuk mecapai efektifitas dan efisiensi dalam suatu keputusan, diperlukan
ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam investasi,
kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Fahmi (2012:3)
tujuan tersebut antara lain:
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut,
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit
actual),
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham,
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Dalam melakukan investasi terdapat instrumen investasi yang ditawarkan
menurut Martalena dan Malinda (2011:12) sebagai berikut:
1.
Saham (stock)
Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
25
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain,
saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.
Obligasi
Obligasi adalah efek yang bersifat hutang jangka panjang. Jenis-jenis
obligasi terdiri dari obligasi biasa maupun obligasi konversi
a. Obligasi biasa
Obligasi biasa merupakan suatu bentuk hutang jangka panjang yang
dikeluarkan oleh perusahaan atau pihak lain dengan kewajiban
membayar bunga setiap periode tertentu dan pokok pinjaman pada akhir
periode (jatuh tempo).
b. Obligasi konversi
Obligasi konversi, obligasi yang dapat dikonversikan ke saham obligasi
(bond) adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit
obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban
melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut.
3.
Right
Right adalah hak memesan saham terlebih dahulu dengan harga tertentu,
diperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (2 minggu).
26
4.
Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu di masa
yang akan datang. Waran dapat diperdagangkan 6 bulan setelah diterbitkan
dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun
5.
Reksadana
Reksadana adalah portofolio aset yang dibentuk oleh manajer investasi.
2.6
Kaitan Kinerja Keuangan dengan Economic value added, Market value
added dan Refined economic value added
Menurut Fahmi (2013:239) bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan merupakan kinerja yang harus diukur untuk mengetahui keadaan
keuangan suatu perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan akan sangat
bermanfaat bagi pihak perusahaan maupun pihak investor. Bagi pihak perusahaan,
pengukuran kinerja keuangan dapat dijadikan untuk mengevaluasi kinerja dimasa
lalu dan sebagai pedoman dalam menyusun rencana kerja perusahaan dimasa yang
akan datang. Sedangkan bagi pihak investor, pengukuran kinerja keuangan dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berinvestasi
Adapun metode pengukuran kinerja keuangan selain menggunakan metode
analisis rasio keuangan yaitu metode nilai tambah (value added). Disadari bahwa
penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
memiliko kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi
perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi
kelemahan dari analisis rasio keuangan tersebut, maka dikembangkan konsep
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu
Economic value added (EVA), Market value added (MVA) dan Refined economic
value added (REVA). Menurut Winarto (2010:4) penggunaan metode nilai
tambah ini dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemilik modal untuk
27
mempertimbangkan apakah perusahan tersebut akan memberikan keuntungan atau
kerugian terhadap modal yang diinvestasikan.
2.6.1
Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) menurut Kasmir (2010:54) bahwa EVA
mempunyai kelebihan yang bermanfaat sebagai penilai kinerja yang
berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih
memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian
yang lebih tinggi daripada biaya modal. Selain itu, manajemen dipaksa
untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari bisnisnya sehingga
tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal yang
sesungguhnya menjadi perhatian para investor dapat diperhatikan secara
jelas. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan bertindak seperti
halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahaan dapat dimaksimumkan
Sedangkan definisi Economic Value Added (EVA) menurut Brigham &
Houston (2010:111) bahwa EVA terkadang disebut laba ekonomi, erat
kaitannya dengan MVA. EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang
sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih
akuntasi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam perhitungan
EVA, biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka laba operasi
setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan
laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang
saham. Nilai EVA yang positif setiap tahunnya dapat membantu memastikan
nilai MVA yang positif. Perhatikan bahwa nilai MVA berlaku bagi
keseluruhan perusahaan, EVA dapat ditentukan untuk tingkat divisi,
sekaligus perusahaan secara keseluruhan. Jadi nilai ini berguna sebagai
panduan untuk menghittung kompensasi yang wajar bagi manajer divisi
sekaligus manajer puncak perusahaan.
Adapun cara menghitung Economic Value Added (EVA) menurut Sartono
(2008:103) dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Chargers
atau
EVA
= NOPAT – (WACC x Invested Capital)
28
Langkah-langkah dalam perhitungan EVA diantaranya:
Perhitungan EVA melibatkan NOPAT, menurut Gitman (2012:121)
bahwa “NOPAT is a firm’s earning interest and after taxes”. Berdasarkan
kutipan tersebut dapat diartikan bahwa NOPAT adalah pendapatan perusahaan
sebelum bunga dan setelah pajak. Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba
yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua
penyumbang dana untuk modal perusahaan. secara matematis pengukuran
dinyatakan sebagai berikut:
NOPAT = EBIT x (1-T)
Dimana:
NOPAT = Net Operating Profit After Tax
EBIT
= Earning Before Interest and Tax
Tax
= Tax
Sementara itu, Weight Average Cost Capital adalah metode biaya rata-rata
tertimbang dari struktur modal perusahaan, dari laporan neraca dapat diketahuo
financial leverage yaitu sumber dana permodalan perusahaan yang diperoleh dari
dua macam sumber yaitu dari hutang dan dari modal sendiri, adapun nilai WACC
dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Febriani, 2015)
WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke)
Dimana:
Wd
= Bobot hutang jangka panjang dalam struktur modal
Kd
=Biaya hutang setelah pajak [Kd = Kb (1-t)] (Kaunang,2013)
Kb =
We
x 100%
= Bobot ekuitas dalam struktur modal
29
Ke
= Biaya modal ekuitas [Ke =
x 100%] (Kaunang, 2013)
PER =
Menurut Young & O’Byrne dikutip dalam Ervinta (2013) menyatakan
bahwa modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban pendek, pasiva yang tidak menanggung
bunga. Jadi invested capital merupaka hasil reorganisasi neraca untuk melihat
besarnta capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional
perusahaan. Invested capital dapat di hitung dengan rumus:
Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – utang jangka pendek
Setelah melakukan perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga
memperhitungkan pertumbuhan EVA. Menurut Namazi & Ghorbani (2010)
bahwa “Economic value added growth or comparative changes in economic
value added is the economic value added changes in comparison with the prior
year”. Artinya pertumbuhan nilai tambah ekonomi adalah perubahan nilai tambah
ekonomi (selisih antara EVA saat ini dengan EVA sebelumnya) yang
dibandingkan nilai tambah ekonomi tahun sebelumnya. Adapun rumus
pertumbuhan EVA yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
EVAt = EVA saat ini
EVAt-1 = EVA waktu sebelumnya
EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan mempunyai tolak ukur
berdasarkan nilai yang dihasilkan. Menurut Kasmir (2010:52), penilaian dapat
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
30
a. EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis dalam perusahaan.
Perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal sehingga
menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.
b. EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis
bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan
para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan
pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan
kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai
tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.
c. EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua laba yang telah
digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik
kreditur dan pemegang saham.
2.6.2
Market Value Added (MVA)
Pengertian Market Value Added (MVA) menurut Brigham dan
Houston (2010:111) bahwa MVA adalah perbedaan antara nilai pasar
ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam
neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalihkan harga saham dengan
jumlah saham yang beredar.
Sedangkan menurut Manurung (2007:133) bahwa MVA adalah
perbedaan antara nilai pasar dari perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan
total modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Nilai pasar dari
perusahaan merupakan nilai perusahaan (enterprise value) dari perusahaan
yang bersangkutan. Dimana nilai ini merupakan hasil jumlah seluruh nilai
pasar yang diklaim oleh pihak lain terhadap perusahaan pada suatu waktu
tertentu. Total modal yang diinvestasikan kedalam perusahaan adalah
seluruh investasi yang dilakukan semua pihak kepada perusahaan pada
suatu waktu tertentu.
Secara umum Market Value Added (MVA) dapat dihitung dengan rumus
menurut Brigham dan Houston (2006:68), yaitu:
MVA
= Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham
31
Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai
pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar
ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan,
maka dapat dihitung dengan:
MVA = (Harga per lembar saham x jumlah saham) - total ekuitas
saham
Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan
ditempatkan (outstanding share) dan harga per lembar saham adalah harga
penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang
akurat maka masing-masing komponennya disesuaikan terlebih dahulu, berikut
komponen-komponen yang berkaitan didalamnya Market Value merupakan
pendekatan Fair Market Value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity
perusahaan.
Berdasarkan cara perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga
memperhitungkan pertumbuhan MVA. Menurut Namazi & Ghorbani (2010)
bahwa “Market value added growth or comparative changes in market value
added is the market value added changes in comparison with the last year”.
Artinya Pertumbuhan nilai tambah pasar adalah perubahan nilai tambah pasar
(selisih antara MVA saat ini dengan MVA sebelumnya) yang dibandingkan nilai
tambah pasar tahun sebelumnya. Adapun rumus pertumbuhan MVA yang dimana
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
MVAt = MVA saat ini
MVAt-1= MVA waktu sebelumnya
Menurut Winarto (2010:2) dalam menghitung MVA dua kemungkinan
hasil yang akan diperoleh yaitu:
32
1. MVA positif, jika nilai positif berarti manajer telah berhasil menciptakan
nilai tambah bagi perusahaan atau nilai pasar perusahaan lebih besar
daripada modal yang diinvestasikan yang berarti kekayaan telah
diciptakan.
2. MVA negatif, jika nilai negatif berarti manajer gagal menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan atau nilai pasar perusahaan lebih kecil daripada
modal yang diinvestasikan yang berarti tidak berhasil dalam maksimalkan
kekayaan.
2.6.3
Refined Economic Value Added (REVA)
Refined Economic Value Added (REVA) menurut Bacidore (1997)
dalam Jurnal A Bakar (2010) bahwa “REVA is a appropriate performance
measure than EVA when considering is shareholders view of the firm.”
Artinya REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja
dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham
terhadap perusahaan.
Konsep ini dalam perhitungannya memakai komponen seperti dalam
perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal. EVA
memakai nilai buku ekonomis (economic book value) sedangkan REVA
menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm), karena dianggap
lebih mencerminkan kekayaan pemegang saham daripada nilai buku ekonomis.
Dalam REVA, laba operasi setelah pajak (NOPAT) dikurangi dengan biaya modal
dari nilai pasar modal yang di ivestasikan.
Adapun cara menghitung Refined Economic Value Added (REVA) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
REVAt
= NOPATt – (MVt-1 x Kw)
Keterangan:
REVAt
= Refined Economic Value Added pada periode-t
33
NOPATt
= Net Operating Profit After Tax pada periode-t
MVt-1
= Nilai pasar dari badan usaha pada periode t-1 (Market
value of Equity ditambah book value of total debt)
Kw
= Biaya capital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya
ekuitas dan dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted
Cost of Capital /WACC)
Berdasarkan cara perhitungan diatas, dalam penelitian ini juga
memperhitungkan pertumbuhan REVA, yang dimana dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Baseri et al, 2012):
Keterangan:
REVAt = REVA saat ini
REVAt-1= REVA waktu sebelumnya
Interprestasi dari hasil pengukuran Refined Economic Value Added
(REVA) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Jika REVA > 0, hal ini menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan atau ada nilai ekonomis lebih setelah
perusahaan membayarkan semua kewajiban kepada para penyandang dana
baik kreditur maupun pemegang saham di pasar modal.
b. Jika REVA = 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah
maupun pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan
membayar kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham dipasar modal.
c. Jika REVA < 0, hal ini menunjukkan todak terjadi proses nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu membayarkan
34
kewajiban kepada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang
saham di pasar modal.
2.7
Return Saham
Return merupakan keuntungan berupa tingkat pengembalian atas suatu
sekuritas yang dimiliki oleh investor. Besarnya return menjadi pertimbangan
utama bagi investor dalam berinvestasi pada sekuritas suatu perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2010:107) bahwa Return merupakan hasil yang
diperoleh melalui kegiatan berinvestasi yang dapat berupa return realisasi
yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi namun
diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Adapun cara menghitung menurut Jogiyanto (2010:416) return saham
dapat dirumuskan sebagai berikut
Keterangan:
Pt
= Harga saham saat ini
Pt-1
= Harga saham waktu sebelumnya
35
2.8
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangar penting sebagai dasar dalam rangka menyusun
skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan
penelitian ini diantaranya yaitu:
No
1
Peneliti
Susi
Dwimulyani
dan Djamhuri
(2014)
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul
Jurnal
penelitian
Pengaruh EVA,
MVA dan GCG
terhadap return
Indonesia
saham pada
Accounting
perusahaan
Research
publik yang
Journal, Vol mendapat
2, No. 2, Juli – pemeringkatan
Desember
dari The
2014
Indonesian
Institute for
Corporate
Governance
Hasil Penelitian
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
 EVA
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap return
saham
 MVA
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap return
saham
 GCG tidak
memiliki
pengaruh
terhadap return
saham
2
Putri Kurnia
Widiati
(2013)
Jurnal ElDinar: UIN
Maulana
Malik Ibrahim
Malang, Vol.
1, No. 2, Juli
2013
Pengaruh EVA
dan MVA
terhadap return
saham
perusahaan
otomotif di
Indonesia tahun
2007-2010
Hasil pengujian
menunjukkan
bahwa:
 EVA tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap return
saham
 Sedangkan
MVA
mempunyai
pengaruh
terhadap return
saham
36
3
Seno Hadi
Saputro (2014)
Jurnal
Akuntansi dan
Manajemen :
ISSN 08531269 Vol 52,
No. 3 Hal
179-185
Pengaruh
Growth, Size,
Kinerja
Perusahaan, dan
Indikator
Ekonomi Makro
Terhadap
Return Saham
pada perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
periode 20072013
Jurnal Bisnis
dan
Akuntansi,
Vol 12, No. 2,
Desember
2013
Pengaruh
kinerja
keuangan
terhadap return
saham pada
perusahaan
manufaktur
periode 20082011
4
Nico
Alexander dan
Nicken
Destriana
(2013)
5
Fatemeh
Rezanezhad
Bosra et al
(2013)
World of
Sciences
Journal:
ISSN: 2307 –
3071, Vol 1,
Issue 9, Page
74-82
The
Relationship
between EVA
and REVA with
stock returns in
the companies
listed in Tehran
Stock Exchange
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
 Growth, Size,
PDB, TBD dan
inflasi
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap return
saham
 sedangkan
EVA dan MVA
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap return
saham
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
 EVA
berpengaruh
secara positif
terhadap
return saham

MVA
berpengaruh
secara positif
terhadap
return saham
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
 EVA memiliki
hubungan
yang
signifikan
terhadap
return saham

REVA
memiliki
hubungan
37
yang
signifikan
terhadap
return saham
6
Prof. Dr.
Abdul Ghafoor
Awan et al
(2014)
Research
Journal of
Finance and
Accounting:
ISSN 2222 1697, Vol 5,
No. 23
The Effect Of
Economic Value
Added On Stock
Returns From
Selected
Companies Of
Karachi Stock
Exchange
7
Pengaruh
Penggunaan
Economic Value
Added dan
Jurnal Sosial
Market Value
Ekonomi
Added Terhadap
Pembangunan:
Wendra
Tingkat Return
ISSN: 2087Hidayat (2014)
Saham Pada
4502 Tahun
Perusahaan
IV No.12 hal
Kontruksi di
330-348
Bursa Efek
Indonesia
periode 20082012
8
Mahdavi
Gholamhossein
& Gouyandeh
Kamal (2009)
Journal The
Financial
Accounting
and Auditing
Researches.
Vol 1 No. 2,
Page 61-86
The
Relationship
Between The
Economic Value
Added (EVA)
And Refined
Economic Value
Added (REVA)
To Stock Return
for Iranian
companies
accepted in the
Tehran Stock
Exchange (TSE)
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
 EVA
berpengaruh
positif
signifkan
terhadap
return saham
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
 EVA memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
return saham

MVA tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
return saham
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
 EVA tidak
memiliki
hubungan
signifikan
terhadap return
saham
 REVA tidak
memiliki
hubungan
signifikan
terhadap return
saham
38
2.9
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Seiring dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan bisnis membuat
para emiten membutuhkan dana yang besar untuk mengelola perusahaannya.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh para emiten untuk memenuhi
kebutuhan dananya adalah melalui pasar modal. Menurut Martalena & Malinda
(2011:2) pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Sebelum para investor melakukan kegiatan investasi ada kegiatan penting
yang harus dilakukan yaitu penilaian yang cermat terhadap emiten yang
memperdagangkan sahamnya di bursa, investor harus percaya dengan informasi
yang diterimanya adalah informasi yang benar. Salah satu aspek perusahaan yang
dinilai investor yaitu kinerja keuangan yang diukur dari laporan keuangan
perusahaan (Halim, 2005). Menurut Fahmi (2013: 2) laporan keuangan merupakan
suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih
jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Adapun metode pengukuran kinerja keuangan selain menggunakan metode
analisis rasio keuangan yaitu metode nilai tambah (value added). Disadari bahwa
penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
memiliko kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi
perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi
kelemahan dari analisis rasio keuangan tersebut, maka dikembangkan konsep
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu
Economic value added (EVA), Market value added (MVA) dan Refined economic
value added (REVA).
Menurut Kasmir (2010:54) bahwa EVA mempunyai kelebihan yang
bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value
creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal.
39
Selain EVA digunakan MVA dan REVA yang berfungsi sebagai pengukur
kinerja keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2010:111) MVA adalah
perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti
yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalihkan harga
saham dengan jumlah saham yang beredar.
Sedangkan pengertian Refined Economic Value Added (REVA) Menurut
Bacidore (1997) dalam Jurnal A Bakar (2010) bahwa “REVA is a appropriate
performance measure than EVA when considering is shareholders view of the
firm”. Artinya REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja
dibandingkan EVA dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham
terhadap perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2010:107) mendefinisikan bahwa Return merupakan
hasil yang diperoleh melalui kegiatan berinvestasi yang dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi namun
diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Ketiga nilai tambah (value added) tersebut dapat mempengaruhi return
saham, dengan menggunakan pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai tambah
(value added based) diharapkan didapat hasil pengukuran kinerja perusahaan yang
realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan yang membuat return saham
perusahaan bergerak tidak stabil, bahkan mengalami kerugian. Oleh karena itu,
berdasarkan pemaparan diatas maka penulis melakukan pengembangan hipotesis
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.9.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) dengan Return Saham
Menurut Kasmir (2010:54) EVA mempunyai kelebihan yang bermanfaat
sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation),
membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian
yang lebih tinggi daripada biaya modal. Perusahaan dengan nilai EVA yang
positif menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menghasilkan kinerja
keuangan yang efektif dan efisien yang berarti bahwa tingkat pengembalian
40
(return) yang dihasilkan perusahaan melebihi biaya modal atas tingkat
pengembalian yang diharapkan investor dan nilai EVA yang positif juga
menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menciptakan nilai perusahaan yang
maksimal bagi pemilik modal. Rahayu (2013) Dengan demikian dari penjelasan
dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh
signifikan terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2014), Awan et al (2014), dan Alexander & Destriana
(2013) bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh signifikan
terhadap return saham.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai
berikut:
H1: Pertumbuhan Economic Value Added (EVA) berpengaruh tehadap
return saham
2.9.2
Pengaruh Market Value Added (MVA) dengan Return Saham
Menurut Brigham dan Houston (2010:111) menjelaskan bahwa Market
value added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan nilai buku. Perubahan
nilai EVA (bertambah atau berkurang) menyebabkan perubahan yang searah
didalam nilai MVA. Kinerja keuangan modern selain EVA yang dikaitkan dengan
pasar juga diukur dari Market value added (MVA) yang merupakan nilai pasar
saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Perusaahaan yang baik ditunjukkan
dengan nilai MVA positif dan lebih besar dari 1. Nilai MVA yang positif
menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai buku perusahaan. Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan. Banyaknya Investor untuk melakukan
investasi seharusnya mampu menaikkan jumlah permintaan terhadap saham
sehingga mampu menaikkan harga saham. Dengan naiknya harga saham akan
membawa pengaruh positif terhadap return, maka dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan Market value added (MVA)
terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
41
Dwimulyani & Djamhuri (2014), Saputro (2014), dan Widiati (2013) bahwa
Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai
berikut:
H2: Pertumbuhan Market Value Added (MVA) berpengaruh tehadap return
saham
2.9.3
Pengaruh Refined Economic Value Added (EVA) dengan Return
Saham
Menurut Bacidore (1997) dalam Jurnal Bakar (2010) menjelaskan
bahwa REVA lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja dibandingkan EVA
dengan mempertimbangkan sudut pandang pemegang saham terhadap perusahaan.
Konsep ini dalam perhitungannya memakai komponen seperti dalam perhitungan
EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal. EVA memakai nilai buku
ekonomis (economic book value) sedangkan REVA menggunakan nilai pasar
badan usaha (market value of the firm), karena dianggap lebih mencerminkan
kekayaan pemegang saham daripada nilai buku ekonomis. Perusahaan yang
mampu menciptakan nilai REVA yang positif maka mencerminkan kinerja
perushaan yang baik karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modal yang di dapatkan oleh pemegang saham. Maka
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
Refined Economic Value Added (REVA) terhadap return saham Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) dan Bosra et al (2014) bahwa
Refined Economic Value Added (REVA) memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis memiliki hipotesis sebagai
berikut:
42
H3: Pertumbuhan Refined Economic Value Added (REVA) berpengaruh
tehadap return saham
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat mengambil hipotesis
bahwa Perumbuhan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),
Refined Economic Value Added (REVA) secara parsial berpengaruh positif
terhadap return saham. Selain itu secara simultan pun Pertumbuhan Economic
Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Refined Economic Value
Added (REVA) akan berpengaruh terhadap return saham karena mayoritas dari
metode atau konsep nilai tambah (value added based) tersebut yang berpengaruh
terhadap return saham. Sehingga penulis memiliki hipotesis sebagai berikut:
H4: Pertumbuhan Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), Refined Economic Value Added (REVA) secara simultan
berpengaruh terhadap return saham
43
Dari uraian pemikiran diatas maka kerangka pemikiran pada penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pasar Modal
Investasi
Kinerja keuangan
(Laporan Keuangan)
Metode nilai tambah
(value added)
Economic Value
Added (EVA)
Market Value
Added (MVA)
Return Saham
Keterangan:
Bidang yang diteliti
Bidang yang tidak ditelitti
Rasio Keuangan
Refined Economic
Value Added (REVA)
Download