Table of Contents No. Title Page 1 Faktor Pada Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Kebidanan 1-7 2 Peran Faktor Keluarga Dan Karakteristik Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah 8 - 19 3 Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Jumlah dan Jenis Kelamin Anak yang Diinginkan pada Wanita Usia Subur Pranikah di Perdesaan 20 - 27 4 Analisis Faktor Risiko Berat Badan Lahir Pada Kematian Perinatal Menggunakan Meta Analysis 28 - 33 5 Pemodelan Bayesian Model Averaging (BMA) Pada Kasus Pneumonia Balita 34 - 42 6 Penerapan Clustering Bootstrap dengan Metode K-Means 43 - 49 7 Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan 50 - 58 8 Pengaruh Faktor Risiko Ibu Dan Janin Terhadap Persalinan Caesarean Section 59 - 65 9 Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur 66 - 72 10 Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi 73 - 80 11 Efektivitas Pemberian Wedang Jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Trimester Pertama 81 - 87 12 Kondisi Sosioekonomi dan Demografi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I 88 - 95 Vol. 3 - No. 1 / 2014-07 TOC : 10, and page : 73 - 80 Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi Author : Dwi Setyo Rini | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Nunik Puspitasari | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstract ABSTRACT Infant mortality is the death that happens after the live birth until the age at less one year. Some neonatal health status are factors that affect infant mortality. The general objective of this research to analyze neonatal health status that associated with infant mortality in the Sumberasih health center, Sumberasih subdistrict, Probolinggo, East Java, Indonesia. This study was non-reactive study which analyzed secondary data. This study used case control design. The number of case samples were 21 infants and control samples were 84 infants. Data was analyzed by Fisher's Exact test. The result showed that was a significant correlation between some neonatal health status and infant mortality. Neonatal health status included birth weight (p = 0.000; phi coefficient = 0.503; OR = 13.542), gestational age (p = 0.001; phi coefficient = 0.345; OR = 6.033), apgar score (p = 0.001; phi coefficient = 0.398), abnormalities for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.535) and disease for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.718). The conclusion that could be concluded was some neonatal health status that related to infant mortality. Counseling about infant mortality risk factors and signs of newborn health were very important for childbearing age women and pregnant women to prevent infant mortality. Keywords : infant mortality, birth weight, gestational age, apgar score, abnormalities for infants, disease for infants Keyword : infant, mortality, birth, weight, , gestational, age, apgar, score, abnormalities, for, infants, disease, for, Daftar Pustaka : 1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan 2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (2011). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode kanguru. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Jakarta : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 5. Djaja, S., D. Hapsari, N. Sulistyowati, Dina dan B. Lolong, (2009). Peran Faktor Sosio-Ekonomi, Biologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Kesakitan dan Kematian Neonatal. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, Majalah Kedokteran Indonesia, volume 59 6. Green, C.J. dan Wilkinson, J.M, (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 7. Herianto, S.M. Sarumpaet, dan Rasmaliah, (2012). Faktor-Fator yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST Elisabeth Medan Tahun 2007-2012. Medan : Universitas Sumatera Utara 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 9. Mahadevan, K., P.J. Reddy, dan D. A. Naidu, (1986). Fertility and Mortality Theory, Methodology and Empirical Issues. New Delhi : Sage Publications India 10. Manuaba, I.B.G, (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC 11. Prawirohardjo, S, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 12. Prawirohardjo, S, (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 13. Puskesmas Sumberasih, (2013). Profil Puskesmas Sumberasih Tahun 2013. Probolinggo : Puskesmas Sumberasih 14. Roifah, I, (2013). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Gizi Buruk dengan Angka Kematian Bayi pada Data Survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Mojokerto : STIKES Bina Sehat 15. Wandira, A.K. dan Indawati, R, (2012). Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. Surabaya : Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 16. World Health Organization, (2012). Levels & Trends in Child Mortality. New york : United Nations Childrenis Fund Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi Dwi Setyo Rini dan Nunik Puspitasari Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115 Alamat Korespondensi: Dwi Setyo Rini Email : [email protected] ABSTRACT Infant mortality is the death that happens after the live birth until the age at less one year. Some neonatal health status are factors that affect infant mortality. The general objective of this research to analyze neonatal health status that associated with infant mortality in the Sumberasih health center, Sumberasih subdistrict, Probolinggo, East Java, Indonesia. This study was non-reactive study which analyzed secondary data. This study used case control design. The number of case samples were 21 infants and control samples were 84 infants. Data was analyzed by Fisher's Exact test. The result showed that was a significant correlation between some neonatal health status and infant mortality. Neonatal health status included birth weight (p = 0.000; phi coefficient = 0.503; OR = 13.542), gestational age (p = 0.001; phi coefficient = 0.345; OR = 6.033), apgar score (p = 0.001; phi coefficient = 0.398), abnormalities for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.535) and disease for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.718). The conclusion that could be concluded was some neonatal health status that related to infant mortality. Counseling about infant mortality risk factors and signs of newborn health were very important for childbearing age women and pregnant women to prevent infant mortality. Keywords : infant mortality, birth weight, gestational age, apgar score, abnormalities for infants, disease for infants ABSTRAK Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayi lahir hidup sampai berumur kurang dari satu tahun. Beberapa status kesehatan neonatal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kematian bayi. Tujuan umum dari penelitian ini untuk menganalisis status kesehatan neonatal yang berhubungan dengan kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Jenis penelitian adalah non reaktif dengan menganalisis data sekunder dari Puskesmas Sumberasih. Penelitian ini menggunakan rancang bangun case control. Jumlah sampel kasus 21 bayi dan sampel kontrol 84 bayi. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact test. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Status kesehatan neonatal meliputi berat badan lahir (p = 0,000; koefisien phi = 0,503; OR = 13,542), usia gestasi (p = 0,001; koefisien phi = 0,345; OR = 6,033), apgar score (p = 0,001; koefisien phi = 0,398), kelainan pada bayi (p = 0,000; koefisien phi = 0,535) dan penyakit pada bayi (p = 0,000; koefisien phi = 0,718). Kesimpulannya adalah ada hubungan antara status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Konseling tentang faktor risiko kematian bayi dan tanda-tanda kesehatan bayi baru lahir kepada wanita usia subur (WUS) maupun ibu hamil sangat penting diberikan untuk mencegah terjadinya kematian bayi. Kata kunci: kematian bayi, berat badan lahir, usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi, penyakit pada bayi kelahiran hidup (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011). AKB berdasarkan target Rencana Strategi (Renstra) tahun 2014 adalah 24 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). AKB secara global pada tahun 2011 adalah 37 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia pada PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan status kesehatan penduduk secara umum. AKB termasuk ke dalam salah satu indikator tujuan ke empat Millenium Development Goals (MDGs). AKB berdasarkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 23 kematian bayi per 1.000 73 74 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80 tahun 2011 adalah 25 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). AKB di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 32 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). AKB di Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 masih belum memenuhi target Renstra 2014 serta MDGs 2015. AKB di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 28,31 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 belum memenuhi target MDGs 2015 dan Renstra 2014. AKB tertinggi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 terdapat di Kabupaten Probolinggo sebesar 63,51 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menyebutkan bahwa jumlah kematian bayi tertinggi di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013 terdapat di wilayah Puskesmas Sumberasih dengan jumlah 21 kematian bayi. Jumlah kematian bayi ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 15 kematian bayi. Target Puskesmas Sumberasih dalam hal kematian bayi pada tahun 2013 adalah 0 kematian, sedangkan pencapaiannya melebihi dari target yang telah ditetapkan (Puskesmas Sumberasih, 2013). Banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi. Faktor langsung penyebab kematian bayi adalah kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. Faktor tidak langsung penyebab kematian bayi meliputi variabel keluarga, konsepsi dan kehamilan, perinatal serta norma perawatan bayi (Mahadevan dkk, 1986). Masalah utama sebagai penyebab kematian bayi dan balita terdapat pada saat neonatal. Enam puluh persen kematian bayi terjadi pada saat neonatal (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, 2013). Masalah neonatal sebagai penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia, berat badan lahir rendah dan infeksi neonatal (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011). Penelitian ini memfokuskan pada status kesehatan neonatal yang berhubungan langsung dengan kematian bayi. Status kesehatan neonatal meliputi berat badan lahir (BBL), usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi dan penyakit pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non reaktif karena melakukan analisis terhadap data sekunder. Rancang bangun dari penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Populasi kasus adalah semua bayi meninggal sebelum berusia 1 tahun di wilayah Puskesmas Sumberasih pada tahun 2013. Populasi kontrol adalah semua bayi hidup yang lahir pada tahun 2012/2013 dan telah berusia lebih dari 1 tahun pada saat penelitian (bulan April 2014). Besar sampel kasus dalam penelitian ini adalah total populasi kasus sebanyak 21 kematian bayi. Besar sampel kontrol diperoleh dengan menggunakan perbandingan sampel kasus kontrol 1:4 sehingga didapatkan total sampel penelitian sebanyak 105 sampel (21 sampel kasus dan 84 sampel kontrol). Sampel kasus diperoleh dari data rekam medis kematian bayi, sedangkan sampel kontrol diperoleh dari data kohort bayi. Variabel dependen penelitian adalah kematian bayi. Kategori dari variabel kematian bayi meliputi bayi meninggal (kelompok kasus) dan bayi hidup (kelompok kontrol). Variabel independen penelitian adalah status kesehatan neonatal yang meliputi berat badan lahir (BBL), usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi dan penyakit pada bayi. Kategori status kesehatan neonatal yang berisiko terhadap terjadinya kematian bayi meliputi berat badan lahir rendah (BBLR), Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … prematur, asfiksia, kelainan kongenital dan penyakit infeksi. Kategori status kesehatan neonatal yang tidak berisiko terhadap terjadinya kematian bayi meliputi berat badan lahir normal (BBLN), tidak prematur, tidak asfiksia, tidak mempunyai kelainan kongenital dan penyakit infeksi. Analisis data hasil penelitian menggunakan uji statistik Fisher’s Exact test dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. 75 Besar risiko faktor yang berpengaruh dapat dilihat dengan Odds Ratio (OR) dan menggunakan Confidence Interval (CI) sebesar 95%. HASIL PENELITIAN Analisis hubungan status kesehatan neonatal dengan kematian bayi menggunakan uji statistik Fisher’s Exact test dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hubungan Status Kesehatan Neonatal dengan Kematian Bayi Variabel Dependen Variabel Independen Kasus Kontrol Berat Badan Lahir (BBL) BBLR 13 (61,9%) 9 (10,7%) (<2.500gram) BBLN 8 (38,1%) 75 (89,3%) (≥2.500gram) Usia Gestasi Prematur 10 (47,6%) 11 (13,1%) Tidak Prematur 11 (52,4%) 73 (86,9%) Apgar Score Asfiksia 4 (19,0%) 0 (0,0%) Tidak Asfiksia 17 (81,0%) 84 (100,0%) Kelainan pada Bayi Ada kelainan 7 (33,3%) 0 (0,0%) kongenital Tidak ada 14 (66,7%) 84 (100,0%) kelainan kongenital Penyakit pada Bayi Ada penyakit 12 (57,1%) 0 (0,0%) infeksi Tidak ada 9 (42,9%) 84 (100,0%) penyakit infeksi Tabel 1 menunjukkan bahwa ada hubungan antara status kesehatan neonatal (meliputi berat badan lahir, usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi dan penyakit pada bayi) dengan kematian bayi. Bayi pada kelompok kasus sebagian besar mempunyai berat badan lahir rendah sebesar 61,9% dan sebagian besar mempunyai penyakit infeksi sebesar 57,1%. Bayi pada kelompok kontrol sebagian besar mempunyai berat badan lahir normal (89,3%), tidak prematur (86,9%), tidak mengalami asfiksia (100,0%), tidak mempunyai kelainan kongenital (100,0%) dan tidak mempunyai penyakit infeksi (100,0%). Berikut ini penjelasan tentang status kesehatan p Kuat Hubungan OR 95% CI 0,000 0,503 13,542 4,420 - 41,49 0,001 0,345 6,033 2,079 -17,509 0,001 0,398 - - 0,000 0,535 - - 0,000 0,718 - - neonatal yang kematian bayi. berhubungan dengan Hubungan antara Berat Badan Lahir (BBL) dengan Kematian Bayi Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 (p<α) sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan lahir (BBL) dengan kematian bayi. Kuat hubungan antara dua variabel didapatkan dari nilai koefisien phi sebesar 0,503 yang berarti arah hubungan positif, semakin kecil berat badan lahir bayi, maka kemungkinan semakin kecil tidak terjadi kematian bayi atau semakin besar berat badan lahir bayi, maka kemungkinan semakin besar tidak terjadi kematian bayi. 76 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80 Nilai OR menunjukkan bahwa bayi berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai risiko 13,542 kali lebih besar menyebabkan kematian bayi dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal (BBLN). Nilai OR bermakna karena nilai 95% Confidence Interval tidak melewati angka 1 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa berat badan lahir bayi merupakan faktor risiko dari kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih. Hubungan antara Usia Gestasi dengan Kematian Bayi Analisis menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai p = 0,001 (p<α) sehingga terdapat hubungan antara usia gestasi dengan kematian bayi. Nilai koefisien phi menunjukkan kuat hubungan antara dua variabel sebesar 0,345 yang berarti arah hubungan positif, semakin kecil usia gestasi bayi, maka semakin kecil menyebabkan tidak terjadinya kematian bayi atau semakin besar usia gestasi bayi, maka kemungkinan semakin besar tidak terjadi kematian bayi. Nilai OR menunjukkan bahwa bayi prematur mempunyai risiko 6,033 kali lebih besar menyebabkan kematian bayi dibandingkan dengan bayi tidak prematur. Nilai 95% Confidence Interval tidak melewati angka 1 yang berarti nilai OR bermakna sehingga dapat disimpulkan bahwa usia gestasi merupakan faktor risiko dari kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih. Hubungan antara Apgar Score dengan Kematian Bayi Uji statistik Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai p = 0,001 (p<α) sehingga ada hubungan antara apgar score dengan kematian bayi. Kuat hubungan antara dua variabel didapatkan dari nilai koefisien phi sebesar 0,398 yang berarti arah hubungan positif, semakin tinggi apgar score, maka kemungkinan semakin tinggi tidak terjadi kematian bayi atau semakin rendah apgar score maka kemungkinan semakin rendah tidak terjadi kematian bayi. Perhitungan besar risiko (OR) tidak dapat dilakukan karena ada salah satu sel yang bernilai 0. Hubungan antara Kelainan pada Bayi dengan Kematian Bayi Analisis uji statistik Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelainan pada bayi dengan kematian bayi (p = 0,000; p<α). Kuat hubungan antara dua variabel didapatkan dari nilai koefisien phi sebesar 0,535 yang berarti arah hubungan positif, semakin banyak kelainan yang diderita bayi, maka kemungkinan semakin tinggi terjadi kematian bayi atau semakin sedikit kelainan yang diderita bayi, maka kemungkinan semakin rendah terjadi kematian bayi. Besar risiko (OR) tidak dapat dibaca karena ada salah satu sel yang bernilai 0. Hubungan antara Penyakit pada Bayi dengan Kematian Bayi Berdasarkan analisis uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 (p<α) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit pada bayi dengan kematian bayi. Kuat hubungan antara dua variabel diperoleh dari nilai koefisien phi sebesar 0,718 yang menunjukkan arah hubungan positif, semakin banyak penyakit yang diderita bayi, maka kemungkinan semakin tinggi terjadi kematian bayi atau semakin sedikit penyakit yang diderita bayi, maka kemungkinan semakin rendah terjadi kematian bayi. Nilai OR (besar risiko) tidak dapat dihitung karena ada salah satu sel yang bernilai 0. PEMBAHASAN Hubungan antara Berat Badan Lahir (BBL) dengan Kematian Bayi Bayi BBLR memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi BBLN. Penyumbang utama penyebab kematian neonatal adalah BBLR (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Kematian bayi di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013 sebagian besar Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … disebabkan oleh BBLR. Kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih sebagian besar juga disebabkan oleh BBLR. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan lahir dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Djaja dkk (2009), yang menyebutkan bahwa prevalensi bayi neonatal yang meninggal dengan BBLR mempunyai risiko kematian 8,5 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi neonatal yang mempunyai BBLN. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Roifah (2013) pada data survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dan gizi buruk dengan angka kematian bayi. Penelitian Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto juga menyimpulkan bahwa BBLR merupakan salah satu determinan dekat yang berpengaruh terhadap kematian perinatal. Masalah kesehatan pada saat neonatal (bayi berumur 0 – 28 hari) menjadi masalah utama penyebab kematian pada bayi. Kematian bayi tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, namun banyak faktor yang saling berkaitan menyebabkan kematian bayi, termasuk masalah BBLR. Berat badan lahir bayi yang semakin rendah, maka kejadian morbiditas dan mortalitas semakin tinggi. Kelahiran bayi BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) dan gangguan pertumbuhan selama dalam kandungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Bayi BBLR rentan terhadap berbagai gangguan masalah kesehatan, seperti hipotermia dan infeksi. (Prawirohardjo, 2008). Hubungan antara Usia Gestasi dengan Kematian Bayi Usia gestasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kematian bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia gestasi 77 dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wandira dan Indawati (2012) di Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada bayi prematur. Bayi prematur dapat disebabkan oleh ibu hamil yang kurang gizi, anemia, umur hamil terlalu muda atau terlalu tua di atas 35 tahun dan penyakit penyerta kehamilan (Manuaba, 1998). Bayi prematur mempunyai organ tubuh yang belum berfungsi sempurna sehingga mengalami banyak masalah kesehatan dan kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Bayi prematur juga rentan terhadap penyakit infeksi karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, antibodi belum terbentuk sempurna, daya fagositosis dan reaksi terhadap peradangan belum berjalan dengan baik (Prawirohardjo, 2005). Bayi prematur biasanya selalu mempunyai berat badan lahir rendah (Green dan Wilkinson, 2012). Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Sumberasih menunjukkan bahwa sebagian besar 66,7% bayi prematur adalah bayi dengan BBLR. Bayi prematur berisiko mengalami sejumlah masalah kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bayi prematur memiliki sistem tubuh bayi yang imatur dan cadangan nutrisi yang kurang sehingga berisiko terhadap terjadinya komplikasi kelahiran (Green dan Wilkinson, 2012). Bayi prematur dapat mengalami gangguan pertumbuhan mental dan fisik sehingga akan menjadi beban keluarga. Perkembangan mental dan intelektual bayi prematur berjalan lambat yang menyebabkan kesulitan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan alat vital bayi prematur belum sempurna sehingga dapat menyebabkan beberapa gangguan, meliputi ikterus, gangguan fungsi hati, sindrom pernapasan, asfiksia neonatal dan infeksi neonatal (Manuaba, 1998). 78 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80 Hubungan antara Apgar Score dengan Kematian Bayi Asfiksia merupakan penyebab utama kematian bayi urutan ketiga setelah BBLR dan kelainan kongenital di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013. Bayi yang menderita asfiksia dan tidak asfiksia dapat dilihat dari apgar score yang terdapat pada kartu ibu hamil. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara apgar score dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wandira dan Indawati (2012) di Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan bahwa dari kematian bayi yang teridentifikasi, sebanyak 4 bayi meninggal disertai asfiksia. Asfiksia pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ibu (umur ibu, paritas dan anemia) dan berat bayi lahir (Herianto dkk, 2012). Asfiksia yang terjadi pada bayi atau asfiksia perinatal dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan yang berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa gangguan kesehatan akibat asfiksia adalah hipoksemia, hiperkarbia, penurunan perfusi, asidosis dan hipoglikemia yang menimbulkan kerusakan pada seluruh sistem tubuh bayi (Green dan Wilkinson, 2012). Hubungan antara Kelainan pada Bayi dengan Kematian Bayi Kelainan kongenital merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi urutan kedua setelah BBLR di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013. Kelainan kongenital yang diderita oleh bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih meliputi serotinus, cacat bawaan spina bifida, un enchepalus, congenital heart disease (CHD) dan atrisia orsophagus. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelainan pada bayi dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto yang menyimpulkan bahwa kelainan kongenital merupakan salah satu determinan dekat yang berpengaruh terhadap kematian perinatal. Kelainan kongenital ada yang dapat menyebabkan kematian bayi ataupun kecacatan. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital pada umumnya juga memiliki berat badan lahir rendah. Bayi BBLR yang disertai kelainan kongenital akan meninggal dalam minggu pertama awal kehidupan sebesar 20% (Prawirohardjo, 2005). Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Sumberasih menunjukkan bahwa terdapat 3 bayi meninggal dengan kelainan kongenital disertai kondisi bayi BBLR. Usia ibu saat hamil merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan kongenital. Kehamilan ibu pada usia di atas 35 tahun berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, di antaranya adalah sindrom down (Manuaba, 1998). Kelainan kongenital dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin. Kelainan kongenital dapat diketahui dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan pemeriksaan darah janin (Prawirohardjo, 2005). Hubungan antara Penyakit pada Bayi dengan Kematian Bayi Penyakit pada bayi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kematian bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit pada bayi dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto yang menyimpulkan bahwa infeksi pada bayi merupakan salah satu determinan dekat yang berpengaruh pada kematian perinatal. Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi sebagai penyebab kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih meliputi Respiratory Distress Syndrom (RDS), sepsis, infeksi bakteri, pneumonia, hipotermi, Respiratory Oxygen, infeksi saluran pencernaan, ISPA dan gastro enteritis. Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal … Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti riwayat kehamilan ibu dengan komplikasi, riwayat kelahiran (persalinan lama dan persalinan dengan tindakan) serta riwayat bayi baru lahir (trauma lahir dan prematur) (Prawirohardjo, 2008). Penyakit infeksi terutama pada bayi dengan BBLR dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi (Manuaba, 1998). Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Sumberasih menunjukkan bahwa terdapat 58,3% bayi meninggal yang mempunyai penyakit infeksi disertai dengan kondisi BBLR. Imunitas bayi baru lahir masih rendah sehingga mudah terkena berbagai penyakit infeksi. Penyakit infeksi seringkali ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi baru lahir mendapatkan imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya sehingga apabila bayi terpapar kuman dari orang lain, maka bayi tidak mempunyai imunitas terhadap kuman tersebut (Prawirohardjo, 2005). SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kelompok kasus sebagian besar mempunyai status kesehatan neonatal yang berisiko seperti BBLR dan penyakit infeksi, sedangkan kelompok kontrol sebagian besar mempunyai status kesehatan neonatal yang tidak berisiko seperti BBLN, tidak prematur, tidak mengalami asfiksia, tidak mempunyai kelainan kongenital dan penyakit infeksi. Status kesehatan neonatal yang meliputi berat badan lahir (BBL), usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi dan penyakit pada bayi berhubungan dengan kematian bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Saran Puskesmas Sumberasih seharusnya menyediakan pelayanan konseling terpadu kepada wanita usia subur (WUS) yang akan menikah dan ibu hamil tentang faktor risiko yang menyebabkan kematian bayi 79 serta tanda-tanda kesehatan bayi baru lahir. Pemantauan terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi juga perlu dilakukan untuk mencegah bayi lahir dengan status kesehatan neonatal yang berisiko. DAFTAR PUSTAKA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Jakarta: KementerianPerencanaanPembangunan Nasional.http://www.bappenas.go.id/fil es/1913/5229/9628/laporan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-diindonesia2011__20130517105523__3790__0.pdf (sitasi 19 November 2013). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode kanguru. Jakarta: Health TechnologyAssessmentIndonesia.http:// buk.depkes.go.id/index.php?option=co m_docman&task=doc_download&gid= 278&Itemid=142 (sitasi 1 Juni 2014). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya. http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/do kumen/1380615402_PROFIL_KESEH ATAN_PROVINSI_JAWA_TIMUR_2 012.pdf (sitasi 30 November 2013). Djaja, S., D. Hapsari, N. Sulistyowati, Dina dan B. Lolong, 2009. Peran Faktor Sosio-Ekonomi, Biologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Kesakitan dan Kematian Neonatal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Majalah Kedokteran Indonesia, volume 59, nomor8.http://indonesia.digitaljournals. org/index.php/idnmed/article/download/ 660/652 (sitasi 25 Mei 2014). 80 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80 Green, C.J. dan Wilkinson, J.M., 2012.Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Terjemahan oleh Monica Ester, Ns.Nur Meity Sulistia Ayu, Yasmin Asih, Agus Sutarna. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Herianto, S.M. Sarumpaet, dan Rasmaliah, 2012. Faktor-Fator yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST Elisabeth Medan Tahun 2007-2012. Medan: Universitas Sumatera Utara.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/g kre/article/download/4215/1905 (sitasi 1 Juni 2014). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data danInformasi.http://www.depkes.go.id/ downloads/Profil%20Kesehatan_2012 %20(4%20Sept%202013).pdf (sitasi 23 November 2013). Mahadevan, K., P.J. Reddy, dan D. A. Naidu, 1986. Fertility and Mortality Theory, Methodology and Empirical Issues. New Delhi: Sage Publications India. Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S., 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Puskesmas Sumberasih, 2013. Profil Puskesmas Sumberasih Tahun 2013. Probolinggo:Puskesmas Sumberasih. Roifah, I., 2013. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Gizi Buruk dengan Angka Kematian Bayi pada Data Survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Mojokerto: STIKES Bina Sehat. http://ejournal.stikesppni.ac.id/article/3/1/article.pdf (sitasi 25 Mei 2014). Sarwani, D. dan Aji, B., 2011. Pemodelan Kuantitatif Determinan-Determinan yang Mempengaruhi Kematian Perinatal (Studi Kasus RSUD Margono Soekarjo Purwokerto). Prosiding Seminar Nasional.http://journal.unsil.ac.id/jurnal /prosiding/9/9dwi_unsoed(5).pdf.pdf (sitasi 1 Juni 2014). Wandira, A.K. dan Indawati, R., 2012. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012: 33-42 http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Ari nta%20Kusuma%20WandiraRachmah%20(Volume%201%20Nomor %201).pdf (sitasi 13 November 2013). World Health Organization, 2012. Levels & Trends in Child Mortality. New York: United Nations Childrenis Fundhttp://www.who.int/maternal_child _adolescent/documents/levels_trends_c hild_mortality_2012.pdf?ua=1 (sitasi 14 Juli 2014).