Untitled - Journal | Unair

advertisement
Table of Contents
No.
Title
Page
1
Faktor Pada Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Kebidanan
1-7
2
Peran Faktor Keluarga Dan Karakteristik Remaja Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah
8 - 19
3
Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Jumlah dan Jenis Kelamin Anak yang
Diinginkan pada Wanita Usia Subur Pranikah di Perdesaan
20 - 27
4
Analisis Faktor Risiko Berat Badan Lahir Pada Kematian Perinatal Menggunakan
Meta Analysis
28 - 33
5
Pemodelan Bayesian Model Averaging (BMA) Pada Kasus Pneumonia Balita
34 - 42
6
Penerapan Clustering Bootstrap dengan Metode K-Means
43 - 49
7
Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan
50 - 58
8
Pengaruh Faktor Risiko Ibu Dan Janin Terhadap Persalinan Caesarean Section
59 - 65
9
Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada
Pasangan Usia Subur
66 - 72
10
Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi
73 - 80
11
Efektivitas Pemberian Wedang Jahe (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap
Penurunan Emesis Gravidarum Pada Trimester Pertama
81 - 87
12
Kondisi Sosioekonomi dan Demografi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I
88 - 95
Vol. 3 - No. 1 / 2014-07
TOC : 10, and page : 73 - 80
Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi
Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi
Author :
Dwi Setyo Rini | [email protected]
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Nunik Puspitasari | [email protected]
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Abstract
ABSTRACT
Infant mortality is the death that happens after the live birth until the age at less one year. Some neonatal health status
are factors that affect infant mortality. The general objective of this research to analyze neonatal health status that
associated with infant mortality in the Sumberasih health center, Sumberasih subdistrict, Probolinggo, East Java,
Indonesia. This study was non-reactive study which analyzed secondary data. This study used case control design. The
number of case samples were 21 infants and control samples were 84 infants. Data was analyzed by Fisher's Exact test.
The result showed that was a significant correlation between some neonatal health status and infant mortality. Neonatal
health status included birth weight (p = 0.000; phi coefficient = 0.503; OR = 13.542), gestational age (p = 0.001; phi
coefficient = 0.345; OR = 6.033), apgar score (p = 0.001; phi coefficient = 0.398), abnormalities for infants (p = 0.000; phi
coefficient = 0.535) and disease for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.718). The conclusion that could be concluded
was some neonatal health status that related to infant mortality. Counseling about infant mortality risk factors and signs of
newborn health were very important for childbearing age women and pregnant women to prevent infant mortality.
Keywords : infant mortality, birth weight, gestational age, apgar score, abnormalities for infants, disease for infants
Keyword : infant, mortality, birth, weight, , gestational, age, apgar, score, abnormalities, for, infants, disease, for,
Daftar Pustaka :
1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan,
(2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan
2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (2011). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia 2011. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode
kanguru. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Jakarta : Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
5. Djaja, S., D. Hapsari, N. Sulistyowati, Dina dan B. Lolong, (2009). Peran Faktor Sosio-Ekonomi, Biologi dan
Pelayanan Kesehatan terhadap Kesakitan dan Kematian Neonatal. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, Majalah
Kedokteran Indonesia, volume 59
6. Green, C.J. dan Wilkinson, J.M, (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
7. Herianto, S.M. Sarumpaet, dan Rasmaliah, (2012). Faktor-Fator yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia
Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST Elisabeth Medan Tahun 2007-2012. Medan : Universitas Sumatera Utara
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
9. Mahadevan, K., P.J. Reddy, dan D. A. Naidu, (1986). Fertility and Mortality Theory, Methodology and Empirical
Issues. New Delhi : Sage Publications India
10. Manuaba, I.B.G, (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
11. Prawirohardjo, S, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12. Prawirohardjo, S, (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
13. Puskesmas Sumberasih, (2013). Profil Puskesmas Sumberasih Tahun 2013. Probolinggo : Puskesmas
Sumberasih
14. Roifah, I, (2013). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Gizi Buruk dengan Angka Kematian Bayi pada Data
Survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Mojokerto : STIKES Bina Sehat
15. Wandira, A.K. dan Indawati, R, (2012). Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. Surabaya : Jurnal
Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012
16. World Health Organization, (2012). Levels & Trends in Child Mortality. New york : United Nations Childrenis Fund
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Hubungan Status Kesehatan Neonatal Dengan Kematian Bayi
Dwi Setyo Rini dan Nunik Puspitasari
Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat Korespondensi:
Dwi Setyo Rini
Email : [email protected]
ABSTRACT
Infant mortality is the death that happens after the live birth until the age at less one year. Some neonatal health
status are factors that affect infant mortality. The general objective of this research to analyze neonatal health
status that associated with infant mortality in the Sumberasih health center, Sumberasih subdistrict,
Probolinggo, East Java, Indonesia. This study was non-reactive study which analyzed secondary data. This
study used case control design. The number of case samples were 21 infants and control samples were 84
infants. Data was analyzed by Fisher's Exact test. The result showed that was a significant correlation between
some neonatal health status and infant mortality. Neonatal health status included birth weight (p = 0.000; phi
coefficient = 0.503; OR = 13.542), gestational age (p = 0.001; phi coefficient = 0.345; OR = 6.033), apgar
score (p = 0.001; phi coefficient = 0.398), abnormalities for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.535) and
disease for infants (p = 0.000; phi coefficient = 0.718). The conclusion that could be concluded was some
neonatal health status that related to infant mortality. Counseling about infant mortality risk factors and signs of
newborn health were very important for childbearing age women and pregnant women to prevent infant
mortality.
Keywords : infant mortality, birth weight, gestational age, apgar score, abnormalities for infants, disease for
infants
ABSTRAK
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayi lahir hidup sampai berumur kurang dari satu tahun.
Beberapa status kesehatan neonatal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kematian bayi. Tujuan umum
dari penelitian ini untuk menganalisis status kesehatan neonatal yang berhubungan dengan kematian bayi di
wilayah Puskesmas Sumberasih, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Jenis penelitian adalah non reaktif dengan menganalisis data sekunder dari Puskesmas Sumberasih.
Penelitian ini menggunakan rancang bangun case control. Jumlah sampel kasus 21 bayi dan sampel kontrol 84
bayi. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact test. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Status kesehatan neonatal meliputi
berat badan lahir (p = 0,000; koefisien phi = 0,503; OR = 13,542), usia gestasi (p = 0,001; koefisien phi = 0,345;
OR = 6,033), apgar score (p = 0,001; koefisien phi = 0,398), kelainan pada bayi (p = 0,000; koefisien phi =
0,535) dan penyakit pada bayi (p = 0,000; koefisien phi = 0,718). Kesimpulannya adalah ada hubungan antara
status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Konseling tentang faktor risiko kematian bayi dan tanda-tanda
kesehatan bayi baru lahir kepada wanita usia subur (WUS) maupun ibu hamil sangat penting diberikan untuk
mencegah terjadinya kematian bayi.
Kata kunci: kematian bayi, berat badan lahir, usia gestasi, apgar score, kelainan pada bayi, penyakit pada bayi
kelahiran hidup (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2011). AKB
berdasarkan target Rencana Strategi
(Renstra) tahun 2014 adalah 24 kematian
bayi
per
1.000
kelahiran
hidup
(Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2013).
AKB secara global pada tahun 2011
adalah 37 kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup. AKB di Indonesia pada
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat karena dapat
menggambarkan
status
kesehatan
penduduk secara umum. AKB termasuk ke
dalam salah satu indikator tujuan ke empat
Millenium Development Goals (MDGs).
AKB berdasarkan target MDGs pada tahun
2015 adalah 23 kematian bayi per 1.000
73
74 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80
tahun 2011 adalah 25 kematian bayi per
1.000 kelahiran hidup (World Health
Organization, 2012). AKB di Indonesia
mengalami peningkatan pada tahun 2012
menjadi 32 kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). AKB di
Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 masih
belum memenuhi target Renstra 2014 serta
MDGs 2015.
AKB di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2012 adalah 28,31 kematian bayi per
1.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2012 belum
memenuhi target MDGs 2015 dan Renstra
2014. AKB tertinggi di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2012 terdapat di
Kabupaten Probolinggo sebesar 63,51
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
2013).
Data
dari
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Probolinggo menyebutkan
bahwa jumlah kematian bayi tertinggi di
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013
terdapat di wilayah Puskesmas Sumberasih
dengan jumlah 21 kematian bayi. Jumlah
kematian bayi ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 15
kematian
bayi.
Target
Puskesmas
Sumberasih dalam hal kematian bayi pada
tahun 2013 adalah 0 kematian, sedangkan
pencapaiannya melebihi dari target yang
telah ditetapkan (Puskesmas Sumberasih,
2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi
kematian bayi. Faktor langsung penyebab
kematian bayi adalah kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi. Faktor tidak
langsung penyebab kematian bayi meliputi
variabel keluarga, konsepsi dan kehamilan,
perinatal serta norma perawatan bayi
(Mahadevan dkk, 1986).
Masalah utama sebagai penyebab
kematian bayi dan balita terdapat pada saat
neonatal. Enam puluh persen kematian
bayi terjadi pada saat neonatal (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional,
Badan
Pusat
Statistik,
Kementerian Kesehatan, 2013). Masalah
neonatal sebagai penyebab utama kematian
bayi adalah asfiksia, berat badan lahir
rendah dan infeksi neonatal (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional,
2011).
Penelitian ini memfokuskan pada
status
kesehatan
neonatal
yang
berhubungan langsung dengan kematian
bayi. Status kesehatan neonatal meliputi
berat badan lahir (BBL), usia gestasi,
apgar score, kelainan pada bayi dan
penyakit pada bayi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan status
kesehatan neonatal dengan kematian bayi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
non reaktif karena melakukan analisis
terhadap data sekunder. Rancang bangun
dari penelitian menggunakan desain kasus
kontrol. Populasi kasus adalah semua bayi
meninggal sebelum berusia 1 tahun di
wilayah Puskesmas Sumberasih pada tahun
2013. Populasi kontrol adalah semua bayi
hidup yang lahir pada tahun 2012/2013 dan
telah berusia lebih dari 1 tahun pada saat
penelitian (bulan April 2014).
Besar sampel kasus dalam penelitian
ini adalah total populasi kasus sebanyak 21
kematian bayi. Besar sampel kontrol
diperoleh
dengan
menggunakan
perbandingan sampel kasus kontrol 1:4
sehingga
didapatkan
total
sampel
penelitian sebanyak 105 sampel (21
sampel kasus dan 84 sampel kontrol).
Sampel kasus diperoleh dari data rekam
medis kematian bayi, sedangkan sampel
kontrol diperoleh dari data kohort bayi.
Variabel dependen penelitian adalah
kematian bayi. Kategori dari variabel
kematian bayi meliputi bayi meninggal
(kelompok kasus) dan bayi hidup
(kelompok kontrol). Variabel independen
penelitian adalah status kesehatan neonatal
yang meliputi berat badan lahir (BBL),
usia gestasi, apgar score, kelainan pada
bayi dan penyakit pada bayi. Kategori
status kesehatan neonatal yang berisiko
terhadap terjadinya kematian bayi meliputi
berat badan lahir rendah (BBLR),
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal …
prematur, asfiksia, kelainan kongenital dan
penyakit infeksi. Kategori status kesehatan
neonatal yang tidak berisiko terhadap
terjadinya kematian bayi meliputi berat
badan lahir normal (BBLN), tidak
prematur, tidak asfiksia, tidak mempunyai
kelainan kongenital dan penyakit infeksi.
Analisis data hasil penelitian
menggunakan uji statistik Fisher’s Exact
test dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.
75
Besar risiko faktor yang berpengaruh dapat
dilihat dengan Odds Ratio (OR) dan
menggunakan Confidence Interval (CI)
sebesar 95%.
HASIL PENELITIAN
Analisis hubungan status kesehatan
neonatal
dengan
kematian
bayi
menggunakan uji statistik Fisher’s Exact
test dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hubungan Status Kesehatan Neonatal dengan Kematian Bayi
Variabel Dependen
Variabel
Independen
Kasus
Kontrol
Berat Badan Lahir (BBL)
BBLR
13 (61,9%)
9 (10,7%)
(<2.500gram)
BBLN
8 (38,1%)
75 (89,3%)
(≥2.500gram)
Usia Gestasi
Prematur
10 (47,6%)
11 (13,1%)
Tidak Prematur
11 (52,4%)
73 (86,9%)
Apgar Score
Asfiksia
4 (19,0%)
0 (0,0%)
Tidak Asfiksia
17 (81,0%)
84 (100,0%)
Kelainan pada Bayi
Ada kelainan
7 (33,3%)
0 (0,0%)
kongenital
Tidak ada
14 (66,7%)
84 (100,0%)
kelainan
kongenital
Penyakit pada Bayi
Ada penyakit
12 (57,1%)
0 (0,0%)
infeksi
Tidak ada
9 (42,9%)
84 (100,0%)
penyakit infeksi
Tabel 1 menunjukkan bahwa ada
hubungan antara status kesehatan neonatal
(meliputi berat badan lahir, usia gestasi,
apgar score, kelainan pada bayi dan
penyakit pada bayi) dengan kematian bayi.
Bayi pada kelompok kasus sebagian besar
mempunyai berat badan lahir rendah
sebesar 61,9% dan sebagian besar
mempunyai penyakit infeksi sebesar
57,1%. Bayi pada kelompok kontrol
sebagian besar mempunyai berat badan
lahir normal (89,3%), tidak prematur
(86,9%), tidak mengalami asfiksia
(100,0%), tidak mempunyai kelainan
kongenital (100,0%) dan tidak mempunyai
penyakit infeksi (100,0%). Berikut ini
penjelasan tentang status kesehatan
p
Kuat
Hubungan
OR
95% CI
0,000
0,503
13,542
4,420 - 41,49
0,001
0,345
6,033
2,079 -17,509
0,001
0,398
-
-
0,000
0,535
-
-
0,000
0,718
-
-
neonatal yang
kematian bayi.
berhubungan
dengan
Hubungan antara Berat Badan Lahir
(BBL) dengan Kematian Bayi
Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test
diperoleh nilai p = 0,000 (p<α) sehingga
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
berat badan lahir (BBL) dengan kematian
bayi. Kuat hubungan antara dua variabel
didapatkan dari nilai koefisien phi sebesar
0,503 yang berarti arah hubungan positif,
semakin kecil berat badan lahir bayi, maka
kemungkinan semakin kecil tidak terjadi
kematian bayi atau semakin besar berat
badan lahir bayi, maka kemungkinan
semakin besar tidak terjadi kematian bayi.
76 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80
Nilai OR menunjukkan bahwa bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
risiko
13,542
kali
lebih
besar
menyebabkan kematian bayi dibandingkan
dengan bayi berat badan lahir normal
(BBLN). Nilai OR bermakna karena nilai
95% Confidence Interval tidak melewati
angka 1 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa berat badan lahir bayi merupakan
faktor risiko dari kematian bayi di wilayah
Puskesmas Sumberasih.
Hubungan antara Usia Gestasi dengan
Kematian Bayi
Analisis menggunakan uji statistik
Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai p =
0,001 (p<α) sehingga terdapat hubungan
antara usia gestasi dengan kematian bayi.
Nilai koefisien phi menunjukkan kuat
hubungan antara dua variabel sebesar
0,345 yang berarti arah hubungan positif,
semakin kecil usia gestasi bayi, maka
semakin
kecil
menyebabkan
tidak
terjadinya kematian bayi atau semakin
besar usia gestasi bayi, maka kemungkinan
semakin besar tidak terjadi kematian bayi.
Nilai OR menunjukkan bahwa bayi
prematur mempunyai risiko 6,033 kali
lebih besar menyebabkan kematian bayi
dibandingkan dengan bayi tidak prematur.
Nilai 95% Confidence Interval tidak
melewati angka 1 yang berarti nilai OR
bermakna sehingga dapat disimpulkan
bahwa usia gestasi merupakan faktor risiko
dari kematian bayi di wilayah Puskesmas
Sumberasih.
Hubungan antara Apgar Score dengan
Kematian Bayi
Uji statistik Fisher’s Exact Test
menunjukkan
nilai p = 0,001 (p<α)
sehingga ada hubungan antara apgar score
dengan kematian bayi. Kuat hubungan
antara dua variabel didapatkan dari nilai
koefisien phi sebesar 0,398 yang berarti
arah hubungan positif, semakin tinggi
apgar score, maka kemungkinan semakin
tinggi tidak terjadi kematian bayi atau
semakin rendah apgar score maka
kemungkinan semakin rendah tidak terjadi
kematian bayi. Perhitungan besar risiko
(OR) tidak dapat dilakukan karena ada
salah satu sel yang bernilai 0.
Hubungan antara Kelainan pada Bayi
dengan Kematian Bayi
Analisis uji statistik Fisher’s Exact
Test menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kelainan pada bayi dengan kematian
bayi (p = 0,000; p<α). Kuat hubungan
antara dua variabel didapatkan dari nilai
koefisien phi sebesar 0,535 yang berarti
arah hubungan positif, semakin banyak
kelainan yang diderita bayi, maka
kemungkinan semakin tinggi terjadi
kematian bayi atau semakin sedikit
kelainan yang diderita bayi, maka
kemungkinan semakin rendah terjadi
kematian bayi. Besar risiko (OR) tidak
dapat dibaca karena ada salah satu sel yang
bernilai 0.
Hubungan antara Penyakit pada Bayi
dengan Kematian Bayi
Berdasarkan analisis uji Fisher’s
Exact Test diperoleh nilai p = 0,000 (p<α)
yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara penyakit pada bayi dengan kematian
bayi. Kuat hubungan antara dua variabel
diperoleh dari nilai koefisien phi sebesar
0,718 yang menunjukkan arah hubungan
positif, semakin banyak penyakit yang
diderita bayi, maka kemungkinan semakin
tinggi terjadi kematian bayi atau semakin
sedikit penyakit yang diderita bayi, maka
kemungkinan semakin rendah terjadi
kematian bayi. Nilai OR (besar risiko)
tidak dapat dihitung karena ada salah satu
sel yang bernilai 0.
PEMBAHASAN
Hubungan antara Berat Badan Lahir
(BBL) dengan Kematian Bayi
Bayi
BBLR
memiliki
risiko
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi BBLN.
Penyumbang utama penyebab kematian
neonatal adalah BBLR (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Kematian bayi di Kabupaten Probolinggo
pada tahun 2013 sebagian besar
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal …
disebabkan oleh BBLR. Kematian bayi di
wilayah Puskesmas Sumberasih sebagian
besar juga disebabkan oleh BBLR.
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara berat badan
lahir dengan kematian bayi. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian
Djaja dkk (2009), yang menyebutkan
bahwa prevalensi bayi neonatal yang
meninggal dengan BBLR mempunyai
risiko kematian 8,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan bayi neonatal yang
mempunyai BBLN. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh penelitian Roifah
(2013) pada data survey Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara berat
badan lahir rendah dan gizi buruk dengan
angka kematian bayi. Penelitian Sarwani
dan Aji (2011) di RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto juga menyimpulkan
bahwa BBLR merupakan salah satu
determinan dekat yang berpengaruh
terhadap kematian perinatal.
Masalah kesehatan pada saat
neonatal (bayi berumur 0 – 28 hari)
menjadi
masalah
utama
penyebab
kematian pada bayi. Kematian bayi tidak
hanya disebabkan oleh satu penyebab saja,
namun banyak faktor yang saling berkaitan
menyebabkan kematian bayi, termasuk
masalah BBLR. Berat badan lahir bayi
yang semakin rendah, maka kejadian
morbiditas dan mortalitas semakin tinggi.
Kelahiran
bayi
BBLR
dapat
disebabkan oleh kelahiran sebelum
waktunya (prematur) dan gangguan
pertumbuhan selama dalam kandungan
(Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2008). Bayi BBLR rentan
terhadap berbagai gangguan masalah
kesehatan, seperti hipotermia dan infeksi.
(Prawirohardjo, 2008).
Hubungan antara Usia Gestasi dengan
Kematian Bayi
Usia gestasi merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan kematian
bayi. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara usia gestasi
77
dengan kematian bayi. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Wandira dan
Indawati (2012) di Kabupaten Sidoarjo
yang menyebutkan bahwa lebih dari 50%
kematian bayi terjadi pada bayi prematur.
Bayi prematur dapat disebabkan oleh ibu
hamil yang kurang gizi, anemia, umur
hamil terlalu muda atau terlalu tua di atas
35 tahun dan penyakit penyerta kehamilan
(Manuaba, 1998).
Bayi prematur mempunyai organ
tubuh yang belum berfungsi sempurna
sehingga mengalami banyak masalah
kesehatan dan kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Bayi prematur juga rentan
terhadap penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang,
antibodi belum terbentuk sempurna, daya
fagositosis dan reaksi terhadap peradangan
belum
berjalan
dengan
baik
(Prawirohardjo, 2005).
Bayi prematur biasanya selalu
mempunyai berat badan lahir rendah
(Green dan Wilkinson, 2012). Hasil
penelitian
di
wilayah
Puskesmas
Sumberasih menunjukkan bahwa sebagian
besar 66,7% bayi prematur adalah bayi
dengan BBLR. Bayi prematur berisiko
mengalami sejumlah masalah kesehatan,
baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Bayi prematur memiliki sistem
tubuh bayi yang imatur dan cadangan
nutrisi yang kurang sehingga berisiko
terhadap terjadinya komplikasi kelahiran
(Green dan Wilkinson, 2012).
Bayi prematur dapat mengalami
gangguan pertumbuhan mental dan fisik
sehingga akan menjadi beban keluarga.
Perkembangan mental dan intelektual bayi
prematur
berjalan
lambat
yang
menyebabkan kesulitan dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan alat vital bayi
prematur belum sempurna sehingga dapat
menyebabkan beberapa gangguan, meliputi
ikterus, gangguan fungsi hati, sindrom
pernapasan, asfiksia neonatal dan infeksi
neonatal (Manuaba, 1998).
78 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80
Hubungan antara Apgar Score dengan
Kematian Bayi
Asfiksia merupakan penyebab utama
kematian bayi urutan ketiga setelah BBLR
dan kelainan kongenital di Kabupaten
Probolinggo pada tahun 2013. Bayi yang
menderita asfiksia dan tidak asfiksia dapat
dilihat dari apgar score yang terdapat pada
kartu ibu hamil. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
apgar score dengan kematian bayi. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian
Wandira dan Indawati (2012) di
Kabupaten Sidoarjo yang menyebutkan
bahwa dari kematian bayi
yang
teridentifikasi, sebanyak 4 bayi meninggal
disertai asfiksia.
Asfiksia pada bayi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor ibu (umur ibu, paritas dan anemia)
dan berat bayi lahir (Herianto dkk, 2012).
Asfiksia yang terjadi pada bayi atau
asfiksia perinatal dapat menyebabkan
beberapa gangguan kesehatan yang
berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa
gangguan kesehatan akibat asfiksia adalah
hipoksemia,
hiperkarbia,
penurunan
perfusi, asidosis dan hipoglikemia yang
menimbulkan kerusakan pada seluruh
sistem tubuh bayi (Green dan Wilkinson,
2012).
Hubungan antara Kelainan pada Bayi
dengan Kematian Bayi
Kelainan kongenital merupakan
salah satu penyebab utama kematian bayi
urutan kedua setelah BBLR di Kabupaten
Probolinggo pada tahun 2013. Kelainan
kongenital yang diderita oleh bayi di
wilayah Puskesmas Sumberasih meliputi
serotinus, cacat bawaan spina bifida, un
enchepalus, congenital heart disease
(CHD) dan atrisia orsophagus.
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kelainan pada
bayi dengan kematian bayi. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian
Sarwani dan Aji (2011) di RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto yang menyimpulkan
bahwa kelainan kongenital merupakan
salah satu determinan dekat yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal.
Kelainan kongenital ada yang dapat
menyebabkan kematian bayi ataupun
kecacatan. Bayi yang lahir dengan kelainan
kongenital pada umumnya juga memiliki
berat badan lahir rendah. Bayi BBLR yang
disertai
kelainan
kongenital
akan
meninggal dalam minggu pertama awal
kehidupan sebesar 20% (Prawirohardjo,
2005). Hasil penelitian di wilayah
Puskesmas Sumberasih menunjukkan
bahwa terdapat 3 bayi meninggal dengan
kelainan kongenital disertai kondisi bayi
BBLR.
Usia ibu saat hamil merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya
kelainan kongenital. Kehamilan ibu pada
usia di atas 35 tahun berisiko melahirkan
bayi dengan kelainan kongenital, di
antaranya adalah sindrom down (Manuaba,
1998). Kelainan kongenital dapat dicegah
dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin.
Kelainan kongenital dapat diketahui
dengan
menggunakan
pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban
dan
pemeriksaan
darah
janin
(Prawirohardjo, 2005).
Hubungan antara Penyakit pada Bayi
dengan Kematian Bayi
Penyakit pada bayi merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan
kematian bayi. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
penyakit pada bayi dengan kematian bayi.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Sarwani dan Aji (2011) di
RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
yang menyimpulkan bahwa infeksi pada
bayi merupakan salah satu determinan
dekat yang berpengaruh pada kematian
perinatal. Beberapa penyakit infeksi yang
diderita bayi sebagai penyebab kematian
bayi di wilayah Puskesmas Sumberasih
meliputi Respiratory Distress Syndrom
(RDS), sepsis, infeksi bakteri, pneumonia,
hipotermi, Respiratory Oxygen, infeksi
saluran pencernaan, ISPA dan gastro
enteritis.
Dwi dan Nunik., Hubungan Status Kesehatan Neonatal …
Penyakit infeksi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti riwayat
kehamilan ibu dengan komplikasi, riwayat
kelahiran (persalinan lama dan persalinan
dengan tindakan) serta riwayat bayi baru
lahir (trauma lahir dan prematur)
(Prawirohardjo, 2008). Penyakit infeksi
terutama pada bayi dengan BBLR dapat
menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi (Manuaba,
1998). Hasil penelitian di wilayah
Puskesmas Sumberasih menunjukkan
bahwa terdapat 58,3% bayi meninggal
yang mempunyai penyakit infeksi disertai
dengan kondisi BBLR.
Imunitas bayi baru lahir masih
rendah sehingga mudah terkena berbagai
penyakit
infeksi.
Penyakit
infeksi
seringkali ditemukan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah. Bayi baru lahir
mendapatkan
imunitas
transplasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya
sehingga apabila bayi terpapar kuman dari
orang lain, maka bayi tidak mempunyai
imunitas
terhadap
kuman
tersebut
(Prawirohardjo, 2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kelompok kasus sebagian besar
mempunyai status kesehatan neonatal yang
berisiko seperti BBLR dan penyakit
infeksi, sedangkan kelompok kontrol
sebagian
besar
mempunyai
status
kesehatan neonatal yang tidak berisiko
seperti BBLN, tidak prematur, tidak
mengalami asfiksia, tidak mempunyai
kelainan kongenital dan penyakit infeksi.
Status kesehatan neonatal yang meliputi
berat badan lahir (BBL), usia gestasi,
apgar score, kelainan pada bayi dan
penyakit pada bayi berhubungan dengan
kematian bayi di wilayah Puskesmas
Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
Saran
Puskesmas Sumberasih seharusnya
menyediakan pelayanan konseling terpadu
kepada wanita usia subur (WUS) yang
akan menikah dan ibu hamil tentang faktor
risiko yang menyebabkan kematian bayi
79
serta tanda-tanda kesehatan bayi baru lahir.
Pemantauan terhadap ibu hamil yang
berisiko tinggi juga perlu dilakukan untuk
mencegah bayi lahir dengan status
kesehatan neonatal yang berisiko.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Badan Pusat
Statistik, Kementerian Kesehatan, 2013.
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta.
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional, 2011. Laporan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia
2011.
Jakarta:
KementerianPerencanaanPembangunan
Nasional.http://www.bappenas.go.id/fil
es/1913/5229/9628/laporan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-diindonesia2011__20130517105523__3790__0.pdf
(sitasi 19 November 2013).
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2008. Perawatan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode
kanguru.
Jakarta:
Health
TechnologyAssessmentIndonesia.http://
buk.depkes.go.id/index.php?option=co
m_docman&task=doc_download&gid=
278&Itemid=142 (sitasi 1 Juni 2014).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur
Tahun
2012.
Surabaya.
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/do
kumen/1380615402_PROFIL_KESEH
ATAN_PROVINSI_JAWA_TIMUR_2
012.pdf (sitasi 30 November 2013).
Djaja, S., D. Hapsari, N. Sulistyowati,
Dina dan B. Lolong, 2009. Peran
Faktor Sosio-Ekonomi, Biologi dan
Pelayanan
Kesehatan
terhadap
Kesakitan dan Kematian Neonatal.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
Majalah Kedokteran Indonesia, volume
59,
nomor8.http://indonesia.digitaljournals.
org/index.php/idnmed/article/download/
660/652 (sitasi 25 Mei 2014).
80 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 73-80
Green, C.J. dan Wilkinson, J.M.,
2012.Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal & Bayi Baru Lahir.
Terjemahan oleh Monica Ester, Ns.Nur
Meity Sulistia Ayu, Yasmin Asih, Agus
Sutarna. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Herianto, S.M. Sarumpaet, dan Rasmaliah,
2012.
Faktor-Fator
yang
Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia
Neonatorum di Rumah Sakit Umum ST
Elisabeth Medan Tahun 2007-2012.
Medan:
Universitas
Sumatera
Utara.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/g
kre/article/download/4215/1905 (sitasi
1 Juni 2014).
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2013. Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data
danInformasi.http://www.depkes.go.id/
downloads/Profil%20Kesehatan_2012
%20(4%20Sept%202013).pdf (sitasi 23
November 2013).
Mahadevan, K., P.J. Reddy, dan D. A.
Naidu, 1986. Fertility and Mortality
Theory, Methodology and Empirical
Issues. New Delhi: Sage Publications
India.
Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S., 2005. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S.,
2008. Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Puskesmas Sumberasih, 2013. Profil
Puskesmas Sumberasih Tahun 2013.
Probolinggo:Puskesmas Sumberasih.
Roifah, I., 2013. Hubungan Berat Badan
Lahir Rendah dan Gizi Buruk dengan
Angka Kematian Bayi pada Data
Survey Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur. Mojokerto: STIKES Bina Sehat.
http://ejournal.stikesppni.ac.id/article/3/1/article.pdf (sitasi
25 Mei 2014).
Sarwani, D. dan Aji, B., 2011. Pemodelan
Kuantitatif
Determinan-Determinan
yang
Mempengaruhi
Kematian
Perinatal (Studi Kasus RSUD Margono
Soekarjo
Purwokerto).
Prosiding
Seminar
Nasional.http://journal.unsil.ac.id/jurnal
/prosiding/9/9dwi_unsoed(5).pdf.pdf
(sitasi 1 Juni 2014).
Wandira, A.K. dan Indawati, R., 2012.
Faktor Penyebab Kematian Bayi Di
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan, Volume 1 Nomor
1,
Agustus
2012:
33-42
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Ari
nta%20Kusuma%20WandiraRachmah%20(Volume%201%20Nomor
%201).pdf (sitasi 13 November 2013).
World Health Organization, 2012. Levels
& Trends in Child Mortality. New
York: United Nations Childrenis
Fundhttp://www.who.int/maternal_child
_adolescent/documents/levels_trends_c
hild_mortality_2012.pdf?ua=1 (sitasi 14
Juli 2014).
Download