bab i pendahuluan - Repository Maranatha

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, pemegang saham perseroan memberikan perhatian lebih terhadap
persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan kepada publik, tidak diragukan lagi,
ingin sekali melaporkan berita positif dan hasil keuangan yang mengensankan
(yang akan menyenangkan para investor) dan mengendalikan harga saham ke harga
yang lebih tinggi. Selagi kebanyakan perusahaan bertindak etis dan mengikuti
ketentuan akuntansi yang telah digaris bawahi ketika melaporkan kinerja
keuangannya, beberapa perusahaan lainnya justru mengambil keuntungan dari gray
area yang ada dalam ketentuan akuntansi untuk menggambarkan hasil
keuangannya dalam sebuah cara yang menyesatkan (Hery, 2016:196).
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para
investor, kreditur, dan pengguna lainnya. Tanggung jawab untuk memilih dan
mengadopsi kebijakan akuntansi yang tepat, menyelenggarakan pengendalian
internal yang memadai, serta menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di
pihak manajemen, bukan auditor (Hery, 2016:132).
Pengendalian menjadi lebih penting bagi organisasi besar. Manajer tidak
dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|2
Jadi mereka harus mendelegasikan kewenangannya ke bawahan yang
berfungsi sebagai wakilnya (Tunggal, 2013:111).
Auditor internal diharapkan ahli dalam aspek pengendalian. Mereka juga
diharapkan memiliki pengetahuan mengenai prinsip manajemen, yang mungkin
pengendalian merupakan elemen dominan (Tunggal, 2013:128). Kontribusi auditor
internal menjadi semakin penting seiring dengan makin berkembangnya dan makin
kompleksnya sistem usaha dan pemerintahan. Sayangnya, beberapa manajer tidak
menyadari manfaat yang menanti mereka. Kadang kala auditor sendiri tidak
memberi pengetahuan kepada manajemen tentang manfaat tersebut (Sawyer et al.,
2005:31).
Audit internal merupakan audit yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja.
Kegiatan audit internal adalah menguji, menilai efektivitas dan kecukupan dalam
sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi. Dengan demikian, audit
internal adalah berfungsi sebagai penilai independen yang dibentuk dalam suatu
organisasi dan mempunyai aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan dan
konsultasi (Andayani, 2008:4). Auditor internal harus memahami bahwa tidak ada
sistem pengendalian yang akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kesalahan
(Tunggal, 2013:77). Jika pengendalian internal suatu satuan usaha lemah, maka
kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam
perusahaan sangat besar (Agoes, 2012:103).
Ada 3 kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang
curang dan penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU 316). Ketiga
kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud triangle). Insentif/tekanan,
manajamen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|3
kecurangan. Kesempatan, situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan. Dan sikap/rasionalisasi, ada sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang
cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur
(Tunggal, 2013:146).
Kasus terbaru terjadi mengenai kecurangan (fraud) dialami oleh BUMN
milik Indonesia. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
2015. Opini WDP diberikan karena BPK masih menemukan beberapa salah saji
material dalam LKPP 2015 berupa ketidaksesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, kelemahan sistem pengendalian internal, dan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut BPK, sekurangnya
terdapat enam temuan dalam LKPP 2015 yakni, ketidakkonsisten penerapan
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) terkait pencatatan Penyertaan
Modal Negara (PMN) PLN, ketidakwajaran harga jual eceran minyak solar
bersubsidi yang lebih tinggi dari harga dasar sehingga membebani konsumen
sebesar Rp 3,19 triliun, ketidaklengkapan dokumen atas pencatatan piutang bukan
pajak sebesar Rp 1,82 triliun, uang pengganti perkara tipikor pada kejaksaan RI
sebesar Rp 33,94 miliar dan ketidaksesuaian piutang Kementerian ESDM dengan
hasil konfirmasi wajib usaha sebesar Rp 101,34 miliar, ketidaklengkapan
dokumentasi atas nilai persediaan di Kementerian Pertahanan sebesar Rp 2,49
triliun dan ketidaklengkapan dokumentasi atas nilai persediaan untuk diserahkan ke
masyarakat di Kementerian Pertanian sebesar Rp 2,33 triliun, ketidakakuratan
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|4
pencatatan dan penyajian Saldo Anggaran Lebih (SAL) dibandingkan dengan fisik
sebesar Rp 6,6 triliun, ketidaklengkapan dokumentasi atas koreksi-koreksi
pemerintah yang mengurangi nilai ekuitas sebesar Rp 96,53 triliun dan transaksi
antar entitas sebesar Rp 53,34 triliun (Marta, 2016).
Contoh kasus kecurangan yang baru diungkap adalah KPK menangkap dua
pejabat BUMN serta satu orang perantara terkait kasus korupsi di PT. BA, dan
sejumlah barang bukti uang dollar sebesar 128.835 Dollar AS atau setara dengan
Rp 1,7 miliar. Dalam operasi tangkap tangan itu, KPK menahan tiga orang, yakni
SWA sebagai direktur keuangan PT. BA, senior manager PT. BA berinisial DPA
dan MRD sebagai perantara. PT. BA adalah salah satu perusahaan BUMN
(http://www.bbc.com, 2016).
Kegagalan pencegahan fraud disebabkan oleh faktor intern dan ekstern
organisasi. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu bahwa tindakan utama untuk
pencegahan fraud adalah menciptakan dan menerapkan sistem pengendalian intern
yang andal pada aktivitas organisasi. Selain masalah moral dan etika, kegagalan
pencegahan fraud juga disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian intern.
Kegagalan pencegahan fraud karena kelemahan pengendalian intern terutama
merupakan faktor internal organisasi yaitu lemahnya rancangan struktur
pengendalian dan lemahnya pelaksanaannya. Kelemahan rancangan struktur
pengendalian karena adanya anggapan bahwa pengendalian intern yang andal atau
baik memerlukan biaya yang mahal baik sumber dana maupun sumber daya lain
(Karyono, 2013:85).
Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas
untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|5
efektif. Aktivitas audit internal dapat menghalangi sekaligus mendeteksi
kecurangan. Auditor internal akan membantu menghalangi kecurangan dengan
memeriksa dan mengevaluasi pengendalian internal yang mengurangi risiko
kecurangan (Arens et al., 2015:411).
Menurut Jayanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Audit
Internal dalam Pencegahan Kecurangan menemukan bahwa Audit Internal di
dalam perusahaan dapat mencegah terjadinya praktik kecurangan (fraud).
Penelitian yang dilakukan oleh Festi dkk. (2014) yang berjudul Pengaruh
Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan, menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan audit internal terhadap pencegahan kecurangan.
Peran audit internal dengan pencegahan kecurangan memiliki hubungan yang kuat.
Semakin baik peran audit internal maka semakin tinggi pencegahan kecurangan.
Dina Rizkyana dkk (2015) dengan penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Audit Internal dan Audit Eksternal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Survey
pada BUMN di Kota Bandung) menyebutkan bahwa hasil penelitian mendapatkan
hasil bahwa audit internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada
BUMN di Kota Bandung. Dimana semakin baik audit internal akan diikuti
pencegahan fraud yang semakin baik dan pengendalian yang dilakukan auditor
merupakan tolak ukur sebuah perusahaan, baik dalam pencegahan kecurangan
maupun pengendalian internal lainnya.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|6
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti ingin meneliti kembali apakah
dengan tempat dan waktu yang berbeda, peran auditor intenal memiliki pengaruh
yang sama seperti penelitian terdahulu terhadap pencegahan kecurangan. Atas dasar
latar belakang diatas, maka penulis memilih judul penelitian “PENGARUH
FUNGSI
AUDIT
KECURANGAN
INTERNAL
STUDI
KASUS
TERHADAP
PADA
PT.
PENCEGAHAN
TELEKOMUNIKASI
INDONESIA”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh fungsi audit internal terhadap pencegahan
kecurangan/fraud ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh fungsi
audit internal terhadap pencegahan kecurangan/fraud di perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi :
1. Akademisi
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai alat bantu belajar mengajar dan
referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai menambah wawasan dan
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
|7
pengetahuan agar dapat memahami mengenai pencegahan kecurangan yang
terjadi pada perusahaan dengan fungsi audit internal.
2. Perusahaan
Dengan hasil penelitian ini diharapkan memberi pandangan dan acuan pada
perusahaan tentang pentingnya fungsi audit internal untuk mencegah
kecurangan yang akan terjadi sebelum merugikan perusahaan terkait.
3. Auditor Internal
Diharapkan penelitian ini dapat membantu auditor internal agar lebih
waspada dan lebih teliti pada pencegahan kecurangan di perusahaan.
Universitas Kristen Maranatha
Download