30 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Philip Kotler, mendefinisikan pemasaran sebagai berikut: “Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran” Menurut Alex S. Nitisemito mengemukakan: “Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif”. Fungsifungsi pemasaran perusahaan harus dinilai dengan perencanaan produk agar cocok dengan keinginan pembeli. Keputusan-keputusan untuk membeli bahan-bahan mentah maupun barang-barang jadi dipengaruhi oleh informasi yang dikumpulkan perusahaan dari konsumen. Penjualan akan berhasil apabila konsumen puas dengan produk yang dibelinya pada harga yang mau dibayarnya dan servis lain yang diberikan kepadanya. Basu Swasta DH mengungkapkan tujuan dari konsep pemasaran adalah “Melayani keinginan konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba”. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keuntungan merupakan tujuan jangka pendek perusahaan, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah mencapai kepuasan konsumen sebesar mungkin. http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Miscellaneous/Pemasaran_Proposal.shtml 31 2.1.2 4 Konsep Pemasaran Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pasar yang menjadi sasarannya. (Kotler, 1997, p17). Konsep utama dari pemasaran menurut Kotler (1997, p8) adalah sebagai berikut: a) Adanya kebutuhan, keinginan dan permintaan b) Adanya produk (barang, jasa dan gagasan) c) Adanya nilai, biaya dan kepuasan d) Pertukaran dan transaksi e) Hubungan dan jaringan. f) Pasar g) Penjual dan calon pembeli 2.1.3 Strategi Marketing Mix Keberhasilan perusahaan mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan tergantung dari pimpinan perusahaan dalam menyusun bauran pemasarannya (Marketing Mix). Menurut McLeod (2001, p343), Bauran pemasaran terdiri dari campuran unsurunsur produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). 1. Produk (Product) Produk adalah apa yang dibeli oleh pelanggan untuk memuaskan keinginannya atau kebutuhannya. 32 2. Harga (Price) Harga terdiri dari semua elemen yang berhubungan dengan apa yang dibayar atau ditukarkan oleh pelanggan untuk produk tersebut. 3. Tempat (Place) Tempat berhubungan dengan cara mendistribusikan produk secara fisik kepada pelanggan melalui saluran distribusi. 4. Promosi (Promotion) Promosi berhubungan dengan semua cara yang dapat dipergunakan untuk mendorong penjualan produk, termasuk periklanan dan penjualan langsung. Perhatikan bahwa 4P mencerminkan pandangan penjual terhadap alat pemasaran yang tesedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang pembeli, setiap alat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Lauterborn menyarankan agar 4P penjual merupakan tanggapan terhadap 4C pembeli. Dimana 4C tersebut terdiri dari: 1. Kebutuhan dan keinginan pembeli (Customer needs and wants) 2. Biaya bagi pembeli (Cost to the Customer) 3. Kemudahan memperoleh (Convenience) 4. Komunikasi (Communication). 2.1.4 Definisi Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service) sampai jasa 33 sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Berikut ini adalah beberapa di antaranya : Menurut Kotler, dalam Rambat Lupiyoadi (2001; p6): “Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak”. Menurut Gronroos, dalam Rambat Lupiyoadi (2001; p5): “A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature that normally, but not necessarile, take place in interactions between the customer and service employees and/or physical resources or good and/or system of the service provider, which are provided as solution to customer problems”. Jadi pada dasarnya jasa merupakan aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. 2.1.5 Karakteristik Jasa Menurut Philip Kotler, dalam Fandy Tjiptono (1996; p15) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Intangible (tidak berwujud) Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen. 2. Inseparability (tidak dapat dirasakan) 34 Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut. 3. Variability (bervariasi) Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi di mana jasa tersebut diberikan. 4. Perishability (tidak tahan lama) Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor. 2.1.6 Mengelola Kualitas Jasa Suatu cara perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa, kemudian dibandingkannya. Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut (Philip Kotler, dalam Fandy Tjiptono 1996; p70): 1. Keandalan:(reliability): kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. 2. Keresponsifan (responsiveness): kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. 3. Keyakinan (confidence): pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “assurance”. 35 4. Empati (emphaty): syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. 5. Berwujud (tangible): penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi. 2.1.7 Pemasaran Jasa Dalam persaingan yang semakin tajam dalam dunia bisnis jasa agar dapat mengadakan pemasaran secara lebih intensif agar mampu bersaing dan meningkatkan kepercayaan konsumen, sehingga tetap diakui eksistensinya. Untuk memenuhi selera konsumen, perlu diketahui jenis-jenis jasa pemasaran. Pada industri jasa, ada tiga jenis pemasaran (Philip Kotler). 1. External marketing Eksternal marketing menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempersiapkan harga, distirbusi dan promosi pelayanan kepada konsumen. 2. Internal marketing Internal marketing menyiratkan perusahaan jasa yang perlu melatih serta memotivasi para karyawan yang berhubungan dengan konsumen secara efektif serta seluruh personel pendukungnya, agar bekerja sama sebagai suatu tim, guna memberikan kepuasan kepada pelanggan. 3. Interactive marketing Interaktif pemasaran mengacu pada keahlian pegawai dalam melayani klien, karena pengguna jasa menilai kualitas jasa bukan hanya melalui kualitas teknisnya 36 tetapi juga melalui kualitas fungsionalnya. Oleh karena itu, penyedia jasa harus memberikan sentuhan tinggi maupun teknologi tinggi. 2.1.8 Kualitas Pelayanan Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan atau pembeli. Philip Kotler, dalam Rambat Lupiyoadi (2001; p72) membagi macam-macam jasa sebagai berikut: 1. Barang berwujud murni Disini hanya terdiri dari barang berwujud seperti sabun, pasta gigi. Tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut. 2. Barang berwujud yang disertai jasa: Disini terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tarik pelanggan. Contohnya: produsen mobil tidak hanya menjual mobil saja, melainkan juga kualitas dan pelayanan kepada pelanggannya (reparasi, pelayanan pasca jual). 3. Campuran 37 Di sini terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contohnya: restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya. 4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan Disini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan/atau barang pelengkap. Contoh: penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi. Mereka sampai di tempat tujuan tanpa sesuatu hal berwujud yang memperlihatkan pengeluaran mereka. Namun, perjalanan tersebut meliputi barang-barang berwujud, seperti makanan dan minuman, potongan tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut membutuhkan barang padat modal (pesawat udara) agar terealisasi, tapi komponen utamanya adalah jasa. 5. Jasa Murni Disini hanya terdiri dari jasa. Contohnya adalah: jasa menjaga bayi, psikoterapi. 2.1.9 Pengertian Kepuasan (Satisfaction) Kepuasan adalah tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan (Kotler, dalam Rambat Lupiyoadi (2001; p159). Jadi , tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yang umum, seperti: Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Apabila kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. 38 Dan menurut Oliver, dalam Anastasia Diana (1997; p118) kepuasan adalah rangkuman atau kondisi psikologis yang dihasilkan ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipatgandakan oleh perasaan-perasaan yang terbentuk dalam konsumen tentang pengalaman pemakaian. Kepuasan menurut Enggel, dalam Fandy Tjiptono (1996; p146) merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan adanya kesamaan bahwa kepuasan, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Secara konseptual, kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini: 39 Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Produk Nilai Produk bagi Pelanggan Harapan Pelanggan terhadap Produk Tingkat Kepuasaan Pelanggan Sumber: Tjiptono, Fandy (1996), Manajemen Jasa. Penerbit Andi Yogyakarta. 2.1.10 Pengertian Pelanggan (Customer) Pelanggan menurut Cambridge International Dictionaries adalah “a person who buys goods or a service”. (Pelanggan adalah seseorang yang membeli suatu barang atau jasa). Sedangkan menurut Webster’s 1928 Dictionary, dalam Rambat Lupiyoadi (2001; p143) pelanggan adalah “one who frequents any place of sale for the sake or purchasing goods or wares”. (Pelanggan adalah seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan) atau “Customer is one who frequent or visit any place for procuring what he wants ….” (Pelanggan adalah seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi apa yang diinginkan ….). 40 Jadi dengan kata lain, pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginan dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. 2.1.10.1 Empat Tipe Pelanggan (Customer) Dibawah ini akan diklasifikasikan empat tipe pelanggan bagi perusahaan, yaitu: • Pelanggan setia, yang mengabaikan pertimbangan keuangan, dan mengutamakan pertimbangan psikologis dalam berhubungan dengan kita. • Pelanggan puas, yang memiliki keseimbangan antara pertimbangan keuangan dan psikologis. • Pelanggan migratori, yang lebih mengutamakan pertimbangan keuangan daripada pertimbangan psikologis. Mereka inilah yang gemar menyiksa kita dengan pembandingan harga yang tidak mengenal belas kasihan, dan • Pelanggan transaksional, dia yang membeli sekali-sekali, dan tidak menunjukkan kecenderungan apapun. Seolah-olah dia hanya kebetulan membeli. 2.1.10.2 Dua Jenis Pelanggan (Customer), yaitu: Pada dasarnya ada dua jenis pelanggan, yaitu: 1. Pelanggan Eksternal Pelanggan eksternal adalah orang diluar industri yang menerima suatu produk (enduser). Pelanggan eksternal setiap industri jelas adalah masyarakat umum yang menerima produk industri tersebut. Beberapa hal yang diperlukan pelanggan eksternal adalah : 41 (a) Kesesuaian dengan kebutuhan akan produk (b) Harga yang kompetitif (c) Kualitas dan realibilitas (d) Pengiriman yang tepat waktu dan (e) Pelayanan purna jual. 2. Pelanggan Internal Pelanggan internal adalah orang yang melakuakan proses selanjutnya dari suatu pekerjaan (next process) Pelanggan internal merupakan seluruh karyawan dari suatu industri. Yang diperlukan pelanggan internal adalah : (a) Kerja kelompok dan kerjasama (b) Struktur dan sistem yang efisien (c) Pekerjaan yang berkualitas dan (d) Pengiriman yang tepat waktu. 2.1.11 Kepuasan Pelanggan Sepenuhnya (Total Customer Satisfaction) Kepuasan Pelanggan Sepenuhnya adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan pelanggan sepenuhnya adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan pelanggan sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga taraf, yaitu: (1) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pelanggan. (2) Memenuhi harapan pelanggan dengan cara yang dapat membuat mereka akan kembali lagi. 42 (3) Melakukan lebih daripada apa yang diharapkan oleh pelanggan. Dari ketiga taraf diatas, keberhasilan strategi pemasaran dapat dicapai apabila sudah mencapai ketaraf 3, yaitu yang paling memberikan kepuasan kepada pelanggan. Setiap orang di industri mempunyai pelanggan yang harus dipuaskannya. Ini yang pertama-tama harus disadari setiap karyawan. Kepuasan pelanggan relevan untuk kita semua, apapun pekerjaan kita, jadi kepuasan pelanggan bukan semata-mata urusan dan tanggung jawab divisi pemasaran dan pelayanan purna jual. Langkah pertama dalam usaha memuaskan pelanggan adalah menentukan dan mengantisipasi kebutuhankebutuhan pelanggan. Pelanggan yang berbeda dapat pula berlainan kebutuhannya dan juga berbeda prioritasnya, tetapi pada dasarnya kebutuhan-kebutuhan umum hampir sama. Untuk mencapai kepuasan pelanggan dalam konteks industri diperlukan beberapa kondisi dan usaha, antara lain : (a) Filosofi kepuasan pelanggan (b) Mengenal kebutuhan atau harapan pelanggan (c) Membuat standar dan pengukuran kepuasan pelanggan (d) Orientasi karyawan (e) Pelatihan (f) Keterlibatan karyawan dan (g) Pengakuan. 43 Sedangkan dalam konteks karyawan, ada empat unsur pokok yang harus dimiliki karyawan, yaitu (a) Keterampilan (b) Efisiensi, yaitu target “ zero defect” dan tepat waktu “ deadline” (c) Ramah dan (d) Rasa bangga. 2.1.12 Harapan dan Kepuasan Pelanggan Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan leh beberapa faktor, di antaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing (Kotler dan Amstrong), dalam Fandy Tjiptono (1996; p150). Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan harapan seseorang biasabiasa saja atau sangat kompleks. Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan pelanggan (lihat Gambar 2.2). Diantaranya beberapa faktor penyebab tersebut ada yang bisa dikendalikan oleh penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa bertanggung jawab untuk meminimumkan miskomunikasi dan misinterpretasi yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal ini penyedia jasa harus mengambil inisiatif agar ia dapat memahami dengan jelas instruksi dari klien dan klien mengerti benar apa yang akan diberikan 44 Gambar 2.2 Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Harapan Pelanggan Pelanggan Keliru Mengkomunikasikan Jasa Yang Diinginkan Pelanggan Keliru Menafsirkan Signal (Harga, Positioning, dll) Harapan Tidak Terpenuhi Kinerja Karyawan Perusahaan Jasa Yang Buruk Miskomunikasi Rekomendasi Mulut ke Mulut Miskomunikasi Penyediaan Jasa oleh Pesaing Sumber: Mudie, Peter and Angela Cottam, The Management and Marketing Services dalam Fandy Tjiptono (1996; p151) Manajemen Jasa. Penerbit Andi Yogyakarta. Sebelum menggunakan suatu jasa pelanggan sering memiliki empat skenario jasa yang berbeda dalam benaknya mengenai apa yang bakal dialaminya, yaitu: 1. Jasa ideal 2. Jasa yang diantisipasi atau diharapkan 3. Jasa yang selayaknya diterima (deserved) 4. Jasa minimum yang dapat ditoleransi (minimum tolerable) Pelanggan bisa berharap dari keempat skenario tersebut (lihat Gambar 2.3). Sebagaimana telah dijelaskan di bagian awal, harapan membentuk kepuasan. Karena itu apabila “jasa minimum yang dapat ditoleransi” yang diharapkan, lalu yang terjadi sama dengan atau bahkan melampaui harapan tersebut, maka akan timbul kepuasan. 45 Sebaliknya bila yang diharapkan “jasa ideal”, maka bila yang terjadi kurang dari harapan tersebut, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Gambar 2.3 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan Yang Diharapkan Ideal Minimal Yang Dapat Diterima Yang Selayaknya Sumber: Mudie, Peter and Angela Cottam, The Management and Marketing of Services dalam Fandy Tjiptono (1996; p152) Manajemen Jasa. Penerbit Andi Yogyakarta. 1) Semakin dekat harapan “jasa yang diharapkan” dengan “jasa minimum yang dapat diterima”, semakin besar pula kemungkinan tercapainya kepuasan. 2) Pelanggan yang puas bisa berada di mana saja dalam spektrum ini. Yang menentukan posisinya adalah posisi hasil (outcome) yang diharapkan. 2.1.13 Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan Menurut Handi Irawan D., MBA. Mcom adalah: 1. Mulailah percaya akan pentingnya kepuasan pelanggan. 2. Pilihlah pelanggan dengan benar untuk membangun kepuasan pelanggan 3. Memahami harapan pelanggan adalah kunci keberhasilan 4. Carilah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan 46 5. Faktor emotional adalah faktor yang penting mempengaruhi kepuasan pelanggan 6. Pelanggan yang komplain adalah pelanggan yang loyal 7. Garansi adalah lompatan yang besar dalam kepuasan pelanggan 8. Dengarkanlah saran pelanggan 9. Peran karyawan sangat penting dalam memuaskan pelanggan 10. Kepemimpinan adalah teladan dalam kepuasan pelanggan 2.1.14 Driver Kepuasan Pelanggan Berdasarkan studi literatur dan pengalaman menjadi konsultan berbagai perusahaan di Indonesia, Handi Irawan D.,MBA. Mcom (Indonesian Customer Satisfaction, 2003), Marketing & Research Consultant dari Frontier meyakini ada lima driver utama kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Kualitas Produk Pelanggan puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas produknya baik. Kualitas produk ini adalah dimensi yang global dan paling tidak ada 6 elemen dari kualitas produk, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency, dan design. 2. Harga Untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value money yang tinggi. Komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif terhadap harga. Kualitas produk dan harga seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing 47 dalam hal kepuasan pelanggan. Kedua aspek ini relatif mudah ditiru. Dengan teknologi yang hampir standar, setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan kualitas produk yang hampir sama dengan pesaing. 3. Kualitas Pelayanan. Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia. Faktor manusia ini memberikan kontribusi sekitar 70%. Tidak mengherankan, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru. Pembentukan attitude dan perilaku yang seiring dengan keinginan perusahaan bukanlah pekerjaan mudah. Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, training, budaya kerja dan hasilnya baru terlihat selama 3 tahun. Konsep ini kualitas pelayanan diyakini mempunyai lima dimensi yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. 4. Emotional Faktor. Kepuasan pelanggan dapat timbul pada saat mengendarai mobil yang memiliki brand image yang baik, rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan. 5. Berhubungan dengan biaya dan kemudahan untuk mendapat produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Banyak pelanggan mungkin tidak puas dengan pelayanan di loket tempat pembayaran premi yang jatuh tempo karena terdapat antrian yang panjang dan lokasi tempat pembayaran yang jauh dari tempat bekerja. Tetapi, tingkat kepuasan terhadap produk dari perusahaan asuransi tersebut secara keseluruhan 48 relatif tinggi karena persepsi terhadap total value yang diberikan oleh perusahaan asuransi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pelayanan asuransi pesaing. Customer value ini banyak didukung oleh pelayanan saat terjadinya klaim. Proses penyelesaian klaim yang tidak bertele-tele akan banyak mendukung pencapaian customer value. Dengan mengetahui kelima driver ini, tentulah tidak cukup bagi perusahaan untuk merancang strategi berikutnya, adalah dan program peningkatan kepuasan mengetahui beberapa pelanggan. Langkah bobot masing–masing driver dalam menciptakan kepuasan pelanggan Besarnya bobot setiap driver ini, relatif mudah diketahui dengan melakukan survey pasar. Dalam survey, pelanggan dapat ditanyakan secara langsung mengenai kepuasan mereka dan tingkat kepentingan dari masing-masing driver tersebut dalam mempengaruhi kepuasan mereka setelah menggunakan produk atau jasa. 2.1.15 Mengukur Kepuasan Pelanggan Cara sederhana yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu : a. Sistem Keluhan dan Saran Perusahaan yang berwawasan pelanggan akan menyediakan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan dan keluhannya. Selain itu dapat berupa kotak saran dan telepon pengaduan bagi pelanggan. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan baik dan industri dapat bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah. b. Survey Kepuasan Pelanggan Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metoda survey, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi (McNeal dan Lamb) dalam Fandy Tjiptono (1996; p148). Melalui survey, perusahaan 49 akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya: 1. Directly reported satisfaction Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan berdasarkan skala likert pada skala berikut: sangat puas, puas, netral, kurang puas, tidak puas. 2. Derived Satisfaction Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan. 3. Problem analysis Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan. 4. Importance-performance analysis Cara ini diungkapkan oleh Martilla dan James dalam artikel mereka yang dimuat di Journal of Maketing, dalam Fandy Tjiptono (1996; p149) yang berjudul “ImportancePerformance Analysis”. Dalam teknik ini, responden diminta untuk meranking berbagai elemen atau atribut dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen 50 tersebut. Selain itu responden juga diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen atau atribut tersebut. c. Pelanggan Bayangan (Ghost Shopping) Pelanggan bayangan adalah menyuruh orang berpura-pura menjadi pelanggan dan melaporkan titik-titik kuat maupun titik-titik lemah yang dialami waktu membeli produk dari industri sendiri maupun industri saingannya. Selain itu pelanggan bayangan juga dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhannya. d. Analisa Pelanggan yang Beralih (Lost customer analysis) Perusahaan dapat menghubungi pelanggan yang tidak membeli lagi atau berganti pemasok untuk mengetahui penyebabnya (apakah harganya tinggi, pelayanan kurang baik, produknya kurang dapat diandalkan dan seterusnya), sehingga dapat diketahui tingkat kehilangan pelanggan. 2.1.16 Konsekuensi Perilaku Pelanggan Menurut Fornell dan Warnerfelt (1992:98) adalah lebih menguntungkan untuk mempertahankan kepercayaan para pelanggan dibandingkan mencari pelanggan baru, karena mencari pelanggan baru akan memerlukan modal dan waktu yang lebih banyak. Jika ditinjau dari perilaku pelanggan atas kepuasan, terdapat keuntungan maupun kerugian baik dalam bidang finansial, maupun non-finansial. Jika pelanggan puas, maka keuntungan finansial yang umumnya tampak dari perilaku tersebut adalah peningkatan 51 pendapatan, kenaikan harga, dan lain-lain. Sedangkan kerugian finansialnya adalah berkurangnya pendapatan, serta bertambahnya biaya untuk menarik pelanggan baru. Jika dilihat dari sudut pandang non-finansial, wujud perilaku konsumen yang puas dan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Favorable Behavior Intentions Perihal yang timbul adalah pelanggan akan mengingat dan menjadi pelanggan setiap perusahaan, yang ditunjukkan dengan: a. Melakukan pembelian kembali b. Menunjukkan penilaian yang lebih baik dibanding perusahaan lainnya. 2. Unfavorable Behavior Intentions Akibat dari ketidakpuasan pelanggan, yang ditandai dengan perilaku yang paling umum yaitu beralih ke pesaing lain atau berupa keluhan atau Consumer Complaining Behavior (CCB). 2.1.17 Memahami Perilaku Pelanggan Yang Tidak Puas Pelanggan mengeluh karena tidak puas. Ia mengeluh karena harapannya tidak terpenuhi. Dengan demikian semakin tinggi harapan prapembelian seorang pelanggan, maka semakin besar kemungkinan ia tidak puas terhadap jasa yang dikonsumsinya. Oleh karena itu kunci komunikasi dalam pemasaran jasa adalah manajemen harapan pelanggan. Strategi yang cukup efektif untuk membangun kepuasan pelanggan, adalah: a. Menganalisis pelanggan yang tidak puas b. Merancang sistem penanganan keluhan yang efisien 52 c. Syarat-syarat jaminan atau garansi yang baik merupakan strategi yang cukup efektif untuk membangun kepuasan pelanggan. Dalam hal terjadi ketidakpuasan, ada beberapa kemungkinan tindakan yang bisa dilakukan pelanggan (lihat Gambar 2.4), yaitu: 1. Tidak melakukan apa-apa Pelanggan yang tidak puas tidak melakukan komplain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan lagi. 2. Melakukan komplain Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak, yaitu: a. Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan Hal ini menyangkut derajat pentingnya jasa yang dikonsumsi dan harganya bagi konsumen, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi jasa, serta social visibility. Apabila derajat kepentingan, biaya, dan waktu yang dibutuhkan (dalam mengkonsumsi jasa) relatif tinggi, maka kuat kecenderungannya bahwa pelanggan akan melakukan komplain. b. Tingkat ketidakpuasan pelanggan Semakin tidak puas seorang pelanggan, maka semakin besar kemungkinannya ia melakukan komplain. c. Manfaat yang diperoleh Apabila manfaat yang diperoleh dari penyampaian komplain besar, maka semakin besar pula kemungkinan pelanggan akan melakukan komplain. diperoleh terdiri atas empat jenis, yaitu: Manfaat yang bisa 53 Manfaat emosional, yakni kesempatan untuk menuntut hak, menumpahkan kekesalan dan kemarahan, serta menerima permintaan maaf. Manfaat fungsional, yakni pengembalian uang, penggantian jasa yang dibeli, reparasi. Manfaat bagi orang lain, yakni membantu pelanggan lain agar terhindar dari ketidakpuasan akibat pelayanan yang buruk. Penyempurnaan produk, yaitu perusahaan jasa kemungkinan besar akan meningkatkan atau memperbaiki penawarannya. d. Pengetahuan dan pengalaman Hal ini meliputi jumlah pembelian atau pemakaian jasa sebelumnya, pemahaman akan jasa, persepsi terhadap kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya. e. Sikap pelanggan terhadap keluhan Pelanggan yang bersikap positif terhadap penyampaian keluhan biasanya sering menyampaikan keluhannya karena yakin akan manfaat positif yang akan diterimannya. f. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi Faktor ini mencakup waktu yang dibutuhkan, gangguan terhadap aktivitas rutin yang dijalankan, dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan komplain. Apabila tingkat kesulitannya tinggi, maka pelanggan cenderung tidak akan melakukan komplain. g. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain Bila pelanggan merasa bahwa peluang keberhasilannya dalam melakukan komplain sangat kecil, maka ia cenderung tidak akan melakukannya. Hal sebaliknya terjadi apabila dirasakan peluangnya besar maka ia cenderung akan melakukannya. 54 Komplain yang disampaikan berkenaan dengan adanya ketidakpuasan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Voice Response Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh beberapa manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, risiko publisitas buruk dapat ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun melalui koran atau media massa. Ketiga, memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan. Melalui perbaikan jasa, perusahaan dapat memelihara hubungan baik dan loyalitas pelanggannya. 2. Private Response Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman, atau keluarganya mengenai pengalamannya dengan jasa atau perusahaan yang bersangkutan. Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan. 3. Third-Party Response Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum; mengadu lewat media massa, surat, atau secara langsung mendatangi lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar 55 perusahaan yang tidak memberi pelayanan baik kepada pelanggannya atau perusahaaan yang tidak memiliki prosedur penanganan keluhan yang baik. Gambar 2.4 Kemungkinan-Kemungkinan Pemecahan Masalah Pelanggan Yang Tidak Puas Membeli Lagi Service Encounter Hasil (Oucome) Yang Baik Hasil (Oucome) Yang Buruk Kecewa Mencoba Lagi Tidak Kecewa Tidak Komplain Komplain Tidak Kembali Lagi Voice Response Private Response Third-Party Response Tidak Kembali Lagi Mencoba Lagi Masalah Terpecahkan Masalah Tidak Terpecahkan Sumber: Manajemen Jasa, Fandy Tjiptono Penerbit: Andi Yogyakarta (1996) Secara umum ada dua tujuan utama pelanggan menyampaikan keluhannya, yaitu: 1. Untuk menutupi kerugian ekonomis Ini biasanya diwujudkan dengan melakukan voice action atau public action. 56 2. Untuk memperbaiki citra dirinya (self image) Apabila citra diri pelanggan tersebut berkaitan dengan pembelian barang atau jasa, maka ketidakpuasan pada barang atau jasa yang dibeli itu akan menurunkan citra diri pelanggan itu. Untuk mengangkat kembali citra dirinya, maka ia biasanya melakukan tindakan-tindakan voice action atau public action. Nilai pembelian yang dikeluhkan pelanggan pada jasa berbeda dengan pada barang. Semakin murah suatu jasa, semakin besar kemungkinan timbulnya keluhan. Ini berlawanan kondisinya dengan barang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan sifat intangible jasa. Jasa yang harganya mahal umumnya bersifat kompleks dan cenderung faktor intangibility-nya semakin banyak. Oleh karena itu pelanggan akan sulit memahami dengan tepat sifat jasa yang disediakan. Selain itu, besar pula kemungkinannya bahwa jasa yang mahal diberikan oleh personil yang benar-benar ahli atau professional. Kondisi ini membuat pelanggan segan untuk menyampaikan keluhannya. 2.1.18 Tahapan Pelanggan Mengambil Keputusan Mencari tahu bagaimana pelanggan memutuskan membeli suatu merek merupakan syarat mutlak bagi perusahaan untuk menang dalam persaingan. Ada 5 tahap pelanggan mengambil keputusan untuk membeli suatu (produk) merek, yaitu: (1) Memahami apa yang mereka butuhkan dan inginkan, (2) Mencari berbagai informasi baik internal maupun eksternal, (3) Mengindentifikasi dan mengevaluasi setiap merek alternatif, (4) Mengambil keputusan membeli suatu (produk) merek, dan 57 (5) Mengeksplorasi pengalaman dalam menggunakan merek. Gambar 2.5 Tahapan Pelanggan Mengambil Keputusan Tidak Puas Identifikasi kebutuhan & keinginan Mencari Informasi Internal maupun Eksternal Identifikasi & Evaluasi Berbagai Alternatif Membeli Merek Memakai Merek Sumber: Swasembada No.20/xx 30 September-13 Oktober 2004 2.1.19 Service Recovery Banyak pakar yang menyatakan bahwa hukum pertama kualitas adalah melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal. Bila hal itu tercapai, maka akan terwujud kepuasan pelanggan. Meskipun demikian, dalam suatu perusahaan yang telah menyampaikan jasanya dengan baik, tetap saja akan ada pelanggan yang tidak puas atau kecewa. Penyebabnya ada dua jenis, yaitu: 1. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan perusahaan, misalnya karyawan yang kasar atau tidak ramah, suka terlambat, kesalahan pencatatan transaksi, dan lainlain. 58 2. Faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca (banjir), gangguan Pada infrastruktur umum (listrik padam, jalan longsor), aktivitas kriminal (pembakaran, vandalisme), dan masalah pribadi pelanggan. Service recovery berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan dan secara umum dapat diwujudkan dengan tiga cara pokok, yaitu: 1. Memperlakukan para pelanggan yang tidak puas dengan sedemikian rupa sehingga bisa mempertahankan loyalitas mereka. 2. Penyedia jasa memberikan jaminan yang luas dan tidak terbatas pada ganti rugi yang dijanjikan saja. 3. Penyedia jasa memenuhi atau melebihi harapan para pelanggan yang mengeluh dengan cara menangani keluhan mereka. Berdasarkan hasil beberapa observasi terhadap perusahaan-perusahaan jasa yang unggul, Heskett, Sasser dan Hart, dalam Fandy Tjiptono (1996; p159) merangkum hal-hal yang banyak diterapkan untuk menangani service recovery, yaitu: a. Melakukan aktivitas rekruitmen, penempatan, pelatihan, dan promosi yang mengarah pada keunggulan service recovery secara keseluruhan. b. Secara aktif mengumpulkan atau menampung keluhan pelanggan yang dipandang sebagai peluang pemasaran dan penyempurnaan proses. c. Mengukur biaya primer dan sekunder dari pelanggan yang tidak puas, lalu melakukan penyesuaian investasi terhadap tingkat biaya tersebut. d. Memberdayakan karyawan lini depan untuk mengambil tindakan tepat dalam rangka service recovery. 59 e. Mengembangkan jalur komunikasi yang singkat antara pelanggan dan manager. f. Memberikan penghargaan kepada setiap karyawan yang menerima dan memecahkan masalah keluhan pelanggan, serta memperbaiki sumber-sumber masalahnya. g. Memasukkan keunggulan pelayanan dan recovery sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. h. Komitmen manajemen puncak terhadap dua hal utama, yaitu melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal dan mengembangkan program service recovery yang efektif. Ketidakpuasan bisa semakin besar apabila pelanggan yang mengeluh merasa keluhannya tidak diselesaikan dengan cepat dan tepat. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka berprasangka buruk dan sakit hati. Yang terpenting bagi pelanggan adalah bahwa pihak perusahaan harus menunjukkan rasa perhatian, keprihatian, dan penyesuaiannya terhadap kecewanya pelanggan dan berusaha memperbaiki situasi. Oleh karena itu para karyawan perusahaan perlu dilatih dan diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menangani situasi-situasi seperti itu. 2.1.20 Strategi-strategi Kepuasan Pelanggan Upaya mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah. Bahkan Mudie dan Cottam, dalam Fandy Tjiptono (1996; p160), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikan atau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pada prinsipnya strategi kepuasan pelanggan akan menyebabkan para pesaing harus 60 strategi kepuasan pelanggan akan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan. Satu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana maupun sumber daya manusia. Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan, di antaranya: Relationship Marketing Dalam strategi ini, hubungan transaksi antra penyedia jasa dan pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai (Tjiptono, 1995), dalam Fandy Tjiptono (1996; p148). Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan pelanggan secara terus-menerus sehingga diharapkan dapat terjadi bisnis ulangan (repeat business). Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk mengembangkan relationship marketing adalah dibentuknya customer database, yaitu daftar nama pelanggan yang perlu dibina hubungan jangka panjang. Database itu tidak sekedar berisi nama pelanggan, tetapi juga mencakup hal-hal penting lainnya, misalnya frekuensi dan jumlah pembelian, preferensi, dan lain sebagainya. Dengan tersedianya informasi seperti itu, maka diharapkan perusahaan dapat memuaskan para pelanggannya secara lebih baik, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan loyalitas pelanggan sehingga terjadi pembelian ulang. Selain itu perusahaan dapat merancang jasa khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu. Agar dapat memberikan hasil yang lebih efektif, hubungan yang baik tidak hanya perlu dibina dengan pelanggan akhir, tetapi juga dengan pihak lain, seperti pemasok, bahkan dengan pesaing. 61 Frequency marketing merupakan salah satu variasi dari relationship marketing, yang pada dasarnya merupakan usaha untuk mengindentifikasi, memelihara, dan meningkatkan hasil dari pelanggan terbaik (best customers), melalui hubungan jangka panjang yang interaktif dan bernilai tambah (Kotler), dalam Fandy Tjiptono (1996; p161). Konsep strategi ini didasarkan pada prinsip Pareto, yaitu: “20 % of company’s customers might account for 80% of its business.” Contoh penerapan strategi ini adalah memberikan potongan harga khusus bagi pelanggan yang menggunakan jasa penerbangan dengan frekuensi tertentu, jaminan ada kamar kosong di hotel tertentu bagi pelanggan yang sering menginap, dan berbagai bentuk lainnya. Strategi Superior Customer Service Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yang lebih unggul daripada para pesaingnya. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha gigih. Meskipun demikian, melalui pelayanan yang lebih unggul, perusahaan yang bersangkutan dapat membebankan harga yang lebih tinggi pada jasanya. Akan ada kelompok konsumen yang tidak berkeberatan dengan harga mahal tersebut. Selain itu perusahaan dengan pelayanan superior akan meraih laba dan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada pesaingnya yang memberikan pelayanan interior. Contoh penerapan strategi ini adalah distributor komputer memberikan pelayanan konsultasi gratis seputar permasalahan komputer, lembaga pendidikan kursus tertulis 62 memberikan kesempatan kepada setiap calon peserta untuk mecoba modulnya selama jangka waktu tertentu dan lain-lain. Strategi Unconditional Guarantees / Extraordinary Guarantees Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan jasa dapat mengembangkan augmented service terhadap core service-nya, misalnya dengan merancang garansi tertentu atau dengan memberikan pelayanan purnajual yang baik. Pelayanan purnajual ini harus pula menyediakan media yang efisien dan efektif untuk menangani keluhan. Meskipun hanya membiarkan konsumen melepaskan emosinya, itu sudah cukup baik. Minimal persepsi terhadap kepuasan dan kewajaran akan meningkat jika perusahaan mengakui kesalahannya dan menyampaikan permohonan maaf, serta memberikan semacam ganti rugi yang berharga bagi konsumen. Strategi unconditional guarantees berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan kualitas jasa dan kinerja perusahaan. Selain itu juga akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Garansi atau jaminan istimewa ini dirancang untuk meringankan kerugian pelanggan, dalam hal pelanggan tidak puas dengan suatu produk atau jasa yang telah dibayarnya. Garansi ini menjanjikan kualitas prima dan kepuasan pelanggan. Fungsi utama garansi adalah untuk mengurangi risiko kerugian pelanggan sebelum dan sesudah pembelian jasa, sekaligus memaksa perusahaan bersangkutan untuk memberikan yang terbaik dan meraih loyalitas pelanggan. Fungsi lainnya adalah sebagai alat positioning 63 untuk membedakan perusahaan dengan pesaingnya. Garansi ini diberikan dalam dua bentuk yang disesuaikan dengan jenis pelanggan, yaitu: a. Garansi Internal Garansi internal merupakan jaminan atau janji yang diberikan suatu departemen atau divisi kepada pelanggan internalnya, yakni pemroses lebih lanjut dan setiap orang yang memanfaatkan hasil atau jasa departemen tersebut. Garansi ini dilandaskan pada komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik, tepat waktu, akurat, jujur, dan sungguhsungguh. Contoh garansi internal adalah jaminan dari Bagian Media dan Perkuliahan untuk menyediakan segala fasilitas perkuliahan (seperti OHP, spidol, pengeras suara, dan lain-lain) secara tepat waktu di setiap jam perkuliahan. b. Garansi eksternal Garansi eksternal merupakan jaminan yang dibuat oleh perusahaan kepada para pelanggan eksternalnya, yakni orang yang membeli dan menggunakan jasa perusahaan. Garansi ini menyangkut servis yang unggul dan berkualitas tinggi. Dalam hal ini perusahaan harus benar-benar berusaha menepatinya, karena jika tidak ditepati malah akan menjadi bomerang. Contoh dari garansi ini adalah jaminan jika dalam waktu 2 minggu peserta kursus tidak puas maka uang kursusnya dapat diambil kembali, jaminan potongan harga atau jasa gratis bagi para pelanggan yang menserviskan mobilnya beberapa kali (misalnya setiap 5 kali servis, gratis 1 kali servis), dan lain-lain. Suatu garansi yang baik perlu memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: Realitas dan dinyatakan secara spesifik. Sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami. Mudah diperoleh atau diterima pelanggan. 64 Tidak membebani pelanggan dengan syarat macam-macam atau berlebihan. Terpercaya (credible), ada dua makna yang terkandung dari kriteria ini, yaitu : 1. Garansi itu sendiri haruslah terstruktur sehingga pelanggan potensial mempercayainya 2. Garansi dapat pula mencerminkan kredibilitas atau reputasi perusahaan yang memberikannya. Berfokus kepada kebutuhan pelanggan. Sungguh berarti, artinya disertai ganti rugi atau bayaran yang signifikan dan disesuaikan dengan harga jasa yang dibeli, tingkat keseriusan masalah yang dihadapi, dan persepsi para pelanggan terhadap apa yang adil bagi mereka. Memberikan standar kerja yang jelas. Strategi Penanganan Keluhan Yang Efektif Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan yang puas (atau bahkan pelanggan ‘abadi’). Manfaat lainnya adalah (Mudie dan Cottam), dalam Fandy Tjiptono (1996; p164): 1. Penyedia jasa memperoleh kesempatan lagi untuk memperbaiki hubungannya dengan pelanggan yang kecewa. 2. Penyedia jasa bisa terhindar dari publisitas negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang pelanggan yang tidak puas akan menceritakan pengalamannya kepada 8 sampai 10 orang lain (keluarga, teman). Dengan demikian citra buruk jasa perusahaan dengan mudahnya berkembang di antara merek, 65 dan ini sangat merugikan perusahaan. Kendati demikian, dewasa ini mulai banyak perusahaan yang dengan berbagai cara mencoba mendorong agar pelanggan menyampaikan ketidakpuasannya pertama kali kepada perusahaan, sehingga bisa diatasi sebelum tersebar luas. 3. Penyedia jasa akan mengetahui aspek-aspek yang pelu dibenahi dalam pelayanannya saat ini. 4. Penyedia jasa akan mengetahui sumber masalah operasinya. 5. Karyawan dapat termotivasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas lebih baik. Proses penanganan keluhan yang efektif terdiri atas beberapa langkah (dapat dilihat Gambar 2.6). Langkah pertamanya adalah identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan tidak puas dan mengeluh. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting, karena menentukan efektivitas langkah-langkah selanjutnya. Sumber masalah ini perlu diatasi, ditindaklanjuti, dan diupayakan agar di masa mendatang tidak timbul masalah yang sama. Dalam langkah ini, kecepatan dan ketepatan penanganan merupakan hal yang krusial. Ketidakpuasan bisa semakin besar apabila pelanggan yang mengeluh merasa keluhannya tidak diselesaikan dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka berprasangka buruk dan sakit hati. Yang terpenting bagi pelanggan adalah bahwa pihak perusahaan harus menunjukkan rasa perhatian, keprihatian, dan penyesalannya terhadap kecewanya pelanggan dan berusaha memperbaiki situasi. Oleh karena itu, para karyawan perusahaan (terlebih karyawan lini depan yang berhadapan langsung dengan pelanggan) perlu dilatih dan diberdayakan untuk mengambil keputusan dalam rangka menangani situasi-situasi seperti itu. 66 Disamping itu, keterlibatan manajemen puncak dalam menangani keluhan pelanggan juga memberikan dampak positif. Hal ini dikarenakan pelanggan lebih suka berurusan dengan orang-orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dan tindakan untuk memecahkan masalah mereka. Selain itu pelanggan juga akan merasa bahwa perusahaan menaruh perhatian besar pada setiap masalah pelanggannya, dan selalu berusaha memperbaiki kekurangannya. Langkah yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan sistem informasi manajemen, di mana perusahaan bisa mendata setiap keluhan yang disampaikan dan belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan. Ada empat aspek penting dalam penanganan keluhan (Schnaars), dalam Fandy Tjiptono (1996; p166), yaitu: 1. Empati terhadap pelanggan yang marah Dalam menghadapi pelanggan yang emosi atau marah, perusahaan perlu bersikap empati, karena bila tidak maka situasi akan bertambah runyam. Untuk itu perlu diluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan mereka dan berusaha memahami situasi yang dirasakan oleh pelanggan tersebut. Dengan demikian permasalahan yang dihadapi dapat menjadi jelas sehingga pemecahan yang optimal dapat diupayakan bersama. 2. Kecepatan dalam penanganan keluhan Kecepatan merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan keluhan. Apabila keluhan pelanggan tidak segera ditanggapi, maka rasa tidak puas terhadap perusahaan akan menjadi permanent dan tidak dapat diubah lagi. Sedangkan apabila keluhan dapat ditangani dengan cepat, maka ada kemungkinan pelanggan tersebut menjadi puas. Apabila pelanggan puas dengan cara penanganan keluhannya, maka besar kemungkinannya ia akan menjadi pelanggan perusahaan kembali. Hasil penelitian 67 Technical Assistance Research Programs (dalam Naumann dan Giel), dalam Fandy Tjiptono (1996; p166), menunjukkan bahwa: 70-90% pelanggan yang menyampaikan keluhannya akan melakukan bisnis lagi dengan perusahaan yang sama apabila ia puas dengan cara penanganan keluhannya. 20-70% pelanggan yang tidak puas dengan cara penanganan keluhannya yang akan melakukan bisnis lagi dengan perusahaan yang sama. Hanya 10-30% pelanggan yang memiliki masalah (tetapi tidak menyampaikan keluhan atau meminta bantuan) akan melakukan bisnis lagi dengan perusahaan yang sama. 3. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan atau keluhan. Perusahaan harus memperhatikan aspek kewajaran dalam hal biaya dan kinerja jangka panjang. Hasil yang diharapkan tentunya adalah situasi “win-win” (realitas, fair, dan proporsional), di mana pelanggan dan perusahaan jasa sama-sama diuntungkan. 4. Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan Hal ini sangat penting bagi pelanggan untuk menyampaikan komentar, saran, kritik, pertanyaan, dan keluhannya. Di sini sangat dibutuhkan adanya metode yang mudah dan relatif tidak mahal, di mana pelanggan dapat menyampaikan keluh kesahnya. Bila perlu dan memungkinkan, suatu perusahaan menyediakan jalur atau saluran telepon khusus (hot line service) untuk menampung keluhan pelanggan atau memanfaatkan Email di jaringan Internet (dengan membuka site atau homepage di Wold Wide Web). 68 Gambar 2.6 Proses Penanganan Keluhan Yang Efektif Keluhan Menyerahkan Kepada departemen atau organisasi yang tepat Menanggapi Menjelaskan bagaimana cara menangani keluhan tersebut Meneliti Tidak bisa diatasi Mengatasi Memerintahkan usaha perbaikan Menginformasikan Pelanggan yang mengeluh Memeriksa Apakah tindakan perbaikan telah dilaaksanakan Menyelesaikan Catatan keluhan, sifat tindakan keluhan yang dilakukan, dll. Mengkompilasi Analisis strategi terhadap keluhan Menyebarkan Kepada manajemen, gugus Kendali mutu, dll. Sistem Informasi Manajemen Mengembangkan Cara-cara untuk menggabungkan data keluhan Proses Pembuatan Kebijakan Sumber: Manajemen Jasa, Fandy Tjiptono Penerbit: Andi Yogyakarta (1996) Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan antara lain: 69 • Menyempurnakan proses dan produk (jasa) melalui upaya perbaikan berkesinambungan dan patok duga (benchmarking). Dalam penyempurnaan tersebut, setiap karyawan ikut dilibatkan. • Apabila perusahaan membutuhkan perubahan dan pembenahan yang bersifat fundamental, dramatis, dan radikal, maka perusahaan perlu menerapkan Bussiness Process Reengineering (BPR). Melalui BPR diharapkan perusahaan mampu melayani konsumen lebih cepat, lebih efisien, lebih memuaskan, dan lebih berkualitas. • Melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara berkesinambungan. • Memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi, salesmanship, dan public relations kepada setiap jajaran manajemen dan karyawan. • Sistem penilaian kinerja, penghargaan, dan promosi karyawan didasarkan atas kontribusi mereka (baik secara individual maupun tim) dalam usaha peningkatan kualitas, penciptaan customer value dan customer satisfaction secara berkelanjutan. Pelanggan eksternal juga dapat dilibatkan dalam menilai prestasi karyawan, misalnya aspek layanan pelanggan (customer service). • Membentuk tim-tim kerja lintas fungsional, sehingga diharapkan wawasan dan pengalaman karyawan semakin besar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuannya dalam melayani pelanggan. • Memberdayakan (empowerment) karyawannya sehingga mereka dapat mengambil keputusan tertentu yang berkaitan dengan tugasnya. 70 Quality Function Deployment Quality Function Deployment adalah praktik untuk merancang suatu proses sebagki tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD merupakan konsep yang pertama kali dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang luas di negara-negara lain. Telah banyak perusahaan besar yang menerapkan konsep ini, di antaranya Xerox, General Motors, Hewlett Packard, AT & T, Toyota, Procter & Gamble, Ford Motor Foundation, dan Digital Equipment Corporation. QFD berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk (termasuk jasa) sedini mungkin. memungkinkan suatu perusahaan Dengan demikian QFD untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses sehingga tercapai efektivitas maksimum. Stuktur QFD biasa digambarkan dalam House of Quality. Dalam implementasinya, QFD menggunakan berbagai alat, seperti diagram sebab dan akibat, bagan alur, diagram Pareto, run chart, histogram, scatter diagram, control chart, diagram afinitas, interrelationship digraph, diagram pohon, dan diagram matriks. 2.2.21 Pengertian Produk Segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan disebut produk. Orang akan memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk tersebut. Produk ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis: (Philip Kotler, 1994), yaitu: 71 1. Durable goods Barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama serta memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun disebut barang tahan lama (durable goods). 2. Nondurable goods Barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian, dengan kata lain umur ekonomisnya kurang dari satu tahun. 3. Services Service atau jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. 2.2 Kerangka Pemikiran Dalam persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan otomotif saat ini, maka kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama dimana tingkat kepentingan dan harapan pelanggan serta pelaksanaan atau kinerja yang dilakukan perusahaan haruslah sesuai. Perusahaan harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting oleh para pelanggan, agar mereka merasa puas. Untuk itulah, maka perusahaan perlu menilai faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kepuasan pelanggannya dan apakah telah dipenuhinya. Di dalam memberikan jasa pelayanan yang baik kepada pelanggan, terdapat lima kriteria atau model penentu kualitas jasa pelayanan yaitu : keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati serta berwujud (Philip Kotler), dalam Fandy Tjiptono (1996; p70). Kelima unsur tersebut akan menjadi acuan utama dalam kerangka penelitian ini dan terbentuk dalam Gambar 2.7 sebagai berikut: 72 2.2.1 Desain / Model Penelitian Dalam penelitian ini desain yang dipergunakan adalah riset deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian untuk menguraikan sifat-sifat dari suatu keadaan. Data yang diperlukan akan diperoleh berdasarkan atas perumusan masalah. Metode deskriptif kualitatif dipergunakan untuk pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dan tujuannya adalah untuk mencari gambaran yang sistematis, fakta yang akurat. Desain penelitian pada dasarnya untuk menentukan metode apa saja yang akan dipergunakan dalam penelitian, antara lain metode pengumpulan data, dan metode analisis. 73 Gambar 2.7 Model Penelitian (Lima Kriteria Penentu Kualitas Jasa) 1. Keandalan (reliabiity) - Penyerahan kendaraan baru tepat waktu kepada pelanggan - Service kendaraan yang ramah serta selalu siap setiap saat. 2. Keresponsifan (responsiveness) - Kemampuan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul. - Kemampuan perusahaan cepat tanggap terhadap keluhan yang disampaikan pelanggan 3. Keyakinan (assurance) - Pengetahuan dan kecakapan staff. - Melakukan komunikasi yang efektif dengan pelanggan. 4. Empati (emphaty) - Memberikan perhatian secara individu kepada pelanggan. - Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan penumpang. 5. Berwujud (Tangibles) - Penataan desain eksterior interior kendaraan yang baik. - Kebersihan dan kerapian mobil. Tanggapan Pelanggan Tingkat Kepentingan Tingkat Pelaksanaan Kepuasan Pelanggan dan Sumber : Philip Kotler, Marketing Management, dalam Supranto, J, MA. (2002) 2.2.2 Metode Pengumpulan Data 1. Populasi yang menjadi obyek keseluruhan penelitian di PT. Citra Nusa Wahana. 2. Sampel 74 Data dikumpulkan dengan cara mengambil sampel secara acak atau dengan kata lain disebut sampling. Sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal. Di mana semakin besar sampel (makin besar nilai n: banyaknya elemen sampel) akan memberikan hasil yang lebih akurat. 3. Jenis data Data yang dipergunakan terdiri atas: Data primer : data yang diperoleh langsung dari pelanggan (customer) berupa jawaban terhadap pertanyaan dalam kuisoner yang disebarkan. Data sekunder : data yang diperoleh dari kepustakaan, pengamatan dan hasil kegiatan perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian. 2.2.3 Metode Analisis Data Importance-Performance Analysis atau Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja atau Kepuasan Pelanggan (John A. Martila and John C. James). Dalam hal ini, digunakan skala 5 tingkat kepentingan (Likert) yang terdiri dari: sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting. Kelima penilaian tersebut untuk tingkat kepentingan pelanggan (harapan) diberikan bobot sebagai berikut: a. Jawaban sangat penting diberi bobot 5. b. Jawaban penting diberi bobot 4. c. Jawaban cukup penting diberi bobot 3. d. Jawaban kurang penting diberi bobot 2. e. Jawaban tidak penting diberi bobot 1. 75 Untuk kinerja atau performance yang ditunjukkan perusahaan, diberikan lima penilaian dengan bobot sebagai berikut: a. Jawaban sangat baik diberi bobot 5, berarti customer sangat puas. b. Jawaban baik diberi bobot 4, berarti customer puas. c. Jawaban cukup baik diberi bobot 3, berarti customer cukup puas. d. Jawaban kurang baik diberi bobot 2, berarti customer kurang puas. e. Jawaban tidak baik diberi bobot 1, berarti customer tidak puas. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja atau performance maka akan dihasilkan suatu perhitungan megenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja atau pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, dimana: X merupakan tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan kepuasan para pelanggan, sedangkan Y merupakan tingkat kepetingan pelanggan. Adapun rumus yang digunakan adalah: Tki = Dimana: Xi x100% Yi Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan 76 Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dengan: X= Dimana: ∑ Xi n Y= ∑ Yi n Χ = skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kepuasan Υ = skor rata-rata tingkat kepentingan n = jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( Χ , Υ ), di mana Χ merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan pelanggan seluruh faktor atau atribut dan adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Seluruhnya ada 10 faktor atau atribut. Seluruhnya ada K faktor di mana K = 10 Rumus selanjutnya: ∑ Xi X = i =1 N K ∑ Yi Y = i=1 N K Di mana K = banyaknya atribut atau fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar 2.8 dibawah ini: 77 Gambar 2.8 Diagram Kartesius Υ Sangat Penting K E P E N T I N G A N A B Prioritas Utama Pertahankan Prestasi (sangat penting, tidak puas) (sangat penting, sangat puas) C D Υ Prioritas Rendah Tidak Penting Berlebihan (tidak penting, tidak puas) (tidak penting, sangat puas) X Tidak Puas X Sangat Puas Pelaksanaan (Kinerja atau Kepuasaan) Keterangan: A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecawakan/tidak puas. B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. 78 C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. 2.2.4 Operasional Variabel Penelitian Variabel Dimensi Keandalan (reliabiity) Keresposifan (responsiveness) Kualitas Pelayanan Keyakinan (assurance) Empati (emphaty) berwujud (Tangibles) Tanggapan Konsumen Reliabiity Responsiveness Assurance Emphaty Tangibles Indikator Penyerahan kendaraan baru tepat waktu kepada pelanggan Service kendaraan yang ramah serta selalu siap setiap saat. Kemampuan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul. Kemampuan perusahaan cepat tanggap terhadap keluhan yang disampaikan pelanggan Pengetahuan dan kecakapan staff. Melakukan komunikasi yang efektif dengan pelanggan. Memberikan perhatian secara individu kepada pelanggan. Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan pelanggan. Penataan desain eksterior dan interior kendaraan yang baik. Kebersihan dan kerapian mobil. Tingkat Kepentingan (Sangat Penting, Penting, Cukup Penting, Kurang Penting dan Tidak Penting) Tingkat Kinerja (Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik dan Tidak Baik).