BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Setelah penerapan rezim nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada pertengahan bulan Agustus 1997, menghadapkan Indonesia pada gejolak nilai tukar yang lebih besar. Semakin terintegrasi perekonomian global menyebabkan hubungan saling mempengaruhi antar negara semakin besar, dan secara tidak langsung mempengaruhi kestabilan ekonomi dan nilai tukar suatu negara. Oleh karena itu, analisis mengenai variabel yang mempengaruhi dan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menjaga kestabilan nilai tukar perlu ditingkatkan melalui penelitian ini. Beberapa faktor dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tingkat suku bunga riil, tingkat output yang diproksikan oleh variabel produk domestik bruto riil, serta tingkat keterbukaan ekonomi. Peneliti menambahkan variabel kejutan fiskal berupa kejutan dari sisi pengeluaran pemerintah, hal ini dilakukan karena terdapat banyak perspektif dari studi literatur dan empiris mengenai pengaruh kejutan pengeluaran pemerintah terhadap nilai tukar (Cakrani, dkk, 2013). Pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode ARDL I-ECM dikarenakan metode ini dapat menguji variabel dengan derajat integrasi yang berbeda serta dapat menganalisis perilaku nilai tukar riil dalam jangka pendek dan kecepatan penyesuaian menuju kondisi keseimbangannya dalam jangka panjang. Lebih lanjut, metode I-ECM yang digunakan dapat menganalisis pengaruh kejutan yang ditambahkan ke dalam model. 58 Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan, pengaruh variabel-variabel eksogen konsisten dan sejalan dengan teori serta beberapa penelitian terdahulu. Variabel suku bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai tukar riil, hal ini sesuai dengan penjelasan teori moneter dan pendekatan aset. Tingkat keterbukaan berpengaruh negatif terhadap nilai tukar riil, hal sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cakrani, dkk (2013). Kejutan fiskal yaitu pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap nilai tukar riil sejalan dengan temuan oleh Galstyan dan Lane (2009). Pengaruh positif ini dapat disebabkan karena komposisi pengeluaran pemerintah yang lebih dominan untuk konsumsi dibandingkan investasi publik di Indonesia. 4.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada pembuat kebijakan. Pertama, dari hasil estimasi pengaruh tingkat suku bunga riil satu periode sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar, hasil sejalan dengan teori paritas suku bunga namun bertentangan dengan teori keseimbangan uang riil. Diharapkan penelitian serta pengamatan mengenai pengaruh suku bunga riil terhadap nilai tukar riil perlu selalu ditingkatkan dan dikembangkan mengingat keterkaitannya dengan konsep teori. Kedua, keterbukaan ekonomi yang berpengaruh negatif terhadap nilai tukar riil, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambil kebijakan (Kementrian Perdagangan dan Bank Indonesia) dalam menjaga kestabilan nilai tukar riil dan tetap mendorong neraca perdagangan pada posisi surplus. Ketiga, tingkat output berpengaruh positif terhadap nilai tukar riil, hal ini dapat menjadi motivasi bagi pemerintah untuk terus meningkatkan 59 produktivitas ekonomi negara sekaligus menjadi faktor pendorong kuatnya daya saing negara di perdagangan internasional. Keempat, pengaruh positif jangka pendek dari kejutan pengeluaran pemerintah terhadap nilai tukar riil dapat menjadi bahan pertimbangan dan pembelajaran bagi pemerintah penyusun APBN, serta departemen pemerintah terkait kebijakan fiskal dalam membuat keputusan pengalokasian anggaran. Lebih lanjut, karena banyaknya perspektif mengenai pengaruh kejutan pengeluaran pemerintah maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan penjabaran komposisi pengeluaran pemerintah serta pemilihan variabel fundamental lainnya yang lebih kompleks terhadap nilai tukar riil. 60